Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH MOTIVASI KERJA, KOMITMEN ORGANISASI

DAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA APARATUR DESA


WATUTAU

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sintuwu Maroso

Oleh:

Jun Tobunti
91711404122105

PROGRAM STUDI MANAJAMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO POSO
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH MOTIVASI KERJA, KOMITMEN ORGANISASI DAN


PELATIHAN TERHADAP KINERJA APARATUR DESA
WATUTAU

Proposal ini telah memenuhi syarat dan di setujui untuk dapat diseminarkan pada

Tanggal.....................................................

Disetujui

Pembimbing I pembimbing II

Serlia R.Lamandasa, SE., M.Si Ni Kadek Sriwati, SE,.M.Sc

Mengetahui
Ketua Jurusan Prodi Manajemen

Sudarto Usuli, SE.,MM

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2.Rumusan Masalah.......................................................................................3

1.3.Tujuan Penelitian........................................................................................3

1.4.Manfaat Penelitian............................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Pustaka........................................................................................5

2.1.1. Motivasi Kerja.................................................................................5

2.1.2. Komitmen Organisasi......................................................................6

2.1.3. Pelatihan Kerja................................................................................6

2.1.4 Kinerja.............................................................................................6

2.2. Kerangka Pikir...........................................................................................7

2.3. Hipotesis....................................................................................................8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian...................................................................9

3.2. Metode Penelitian......................................................................................9

3.3. Jenis, Sumber Dan Teknik Pengumpulan Data.........................................10

iii
3.3.1. Jenis Dan Sumber Data....................................................................10

3.3.2. Teknik Pengumpulan Data..............................................................10

3.4. Populasi Dan Sampel.................................................................................11

3.5. Teknik Analisis Data.................................................................................12

3.6. Definisi Operasional..................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1

PENDAHUlUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat

menentukan bagi keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam mencapai suatu

tujuan, baik organisasi publik maupun private. Untuk membuat pegawai memiliki

kinerja yang tinggi, Perusahaan harus memerhatikan harapan dan kebutuhan

pegawai agar memberikan kontribusi yang optimal.

Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorng secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja yang tinggi perlu

didukung dengan aktivitas pegawai yang melebihi harapan.

Sikap perilaku pegawai yang dilakukan secara sukarela, tulus, senang hati

tanpa harus diperintah dan dikendalikan oleh perusahaan. Mengingat banyaknya

hambatan yang tidak diinginkan dalam organisasi maka diadakan pelatihan

terhadap pegawai. Organisasi yang sukses membutuhkan pekerja yang

melakukan lebih dari tanggung jawab pekerjaan biasa mereka yang akan

memberikan kinerja diatas harapan.

Faktor yang memotivasi kinerja juga dipengaruhi oleh kepuasan kerja

pegawai. kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang seseorang, baik yang

bersifat positif maupun bersifat negatif atas pekerjaan yang telah diberikan.

1
Pegawai yang merasa puas dengang hasil pekerjaannya akan memberikan balas

jasa terhadap perusahaan dengan memaksimalkan kinerjanya.

Pentingnya motivasi kerja bagi pegawai untuk mencapai tujuan perlu

diperhatikan, ketika seorang atasan memberikan motivasi, pegawai akan lebih

semangat bekerja dan lebih terdorong untuk melaksanakan tugasnya dengan baik

sehingga akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja.

Kesuksesan organisasi tergantung tidak hanya bagaimana organisasi

memiliki manusia yang berkompetensi, tetapi harus mendorong komitmen

organisasinya (bakan, et al. 2011:231). Lebih lanjut Marjosy (2007:64)

menyatakan bahawa karyawan dengan komitmen organisasional yang tinggi akan

lebih berkerja keras dan menghasilakn prestasi kerja yang lebih baik.

Salah satu alasan dalam penelitian ini karena masih terdapat perbedaan

hasil penelitian terdahulu, sehingga perlu di kaji lebih lanjut.penelitian Indrawati

(2013:139) menunjukan bahawa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap

kinerja pegawai, hasil penelitian tersebut di dukung dengan hasil penelitian dari

(Imran, et al. 2014). Akan tetapi berbeda dengan hasil penelitian dari

(Setyaningdyah, et al.2013:148) hasil penelitiannya tidak menemukan adanya

pengaruh positif kepuasan kerja terhadap kinerja.

Motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja juga telah dibuktikan dari

hasil penelitan dari Eka (2015) yang menyimpulkan bahwa “ada pengaruh

motivasi kerja terhadap kinerja perangkat desa di kecamatan mandiraja kabupaten

Banjarnegara dengan kontribusi sebesar 16,56%”. Hasil penelitian tersebut

didukung oleh (Eka dan Mukuru< 2013). Akan tetapi masih terdapat perbedaan

2
dari hasil studi yang dilakukan oleh Riana (2015:8) hasil penelitiannya tidak

membuktikan adanya pengaruh terhadap kinerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Memari, et al (2013:169) hasil studinya

membuktikan bahwa komitmen organisasi siginifikan positif terhadap pegawai

Meli Bank, hasil penelitian tersebut di dukung oleh (Yeh, et al. 2012). Namun

berbeda dengan hasil penelitian dari subejo, et al. (2013:33) hasil penelitiannya

tidak menemukan pengaruh yang signifikan dari komitmen organisasi terhadap

kinerja pegawai.

Motivasi kerja merupakan salah satu faktor penentu dalam pemberian

pelayanan oleh seorang pegawai, diantaranya adalah adanya kesempatan untuk

berkembang, jenis pekerjaan yang dilakukan, serta adanya perasaan bangga

menjadi bagian dari organisasi dimana mereka bekerja.

Sebagai perangkat desa mereka dituntut untuk menjalankan tugasnya

melayani masyarakat, perangkat desa juga dipercaya oleh masyarakat desa untuk

mengelolah kehidupan publik maupun privat warga desa. Berkaitan dengan

motivasi kerja perangkat desa yang termaksud unsur pelayanan pulik, Francois

(2002) menyatakan bahwa para pekerja di sektor pelayanan publik

mengesampingkan gaji atau pendapatan sebagai motivasi mereka

Komitmen organisasi yaitu suatu kepercayaan yang kuat terhadap

organisasi juga terhadap tujan dan nilai-nilai sebuah organisasi, keinginan kuat

untuk memelihra hubungan yang kuat dengan organisasi dan kesiapan serta

kesediaan untuk menyerahkan usaha keras demi kpentingan organisasi. Dalam

perangkat desa Watutau memiliki komitmen oganasi yang dimana setiap

3
anggotanya terlibat dalam organisasinya yang bertujuan untuk mencapai tujuan

organisasinya. Konopaske, Ivancevichn dan matteson 2007:234) menyatakan

bahwa komitmen terhadap organisasi melibatkn tiga sikap yaitu identifikasi

dengan tujuan organisasi, perasaan keterlibatan dalam tugas tugas organisasi, dan

perasaan terhadap setiap organisasinya. Pekerjaan yang menjadi tugasnya

dipahami sebagai kepentingan pribadi, dan memiliki keinginan loyal demi

kemajuan organisasi.

Pelatihan apartur desa, wajib melakukan transparasi pngunaan keuangan

sebagai bentuk pertangungjawaban kerja. Kewajiban tersebut menyusul bakal

adanya gelontorn dana besar dari pemerintah pusat pasca disaahkannya UUDesa,

karena saat ini kelemahan pihak pemerintah desa pada perencanaan, pelaksanaan

dan pertanggungjawaban keuangan desa yang masih lemah. Oleh karena itu

diadakan pelatihan aparatur Desa sebagai berikut:

1. Menjelaskan pengertian manajemen perencanaan dan keuangan desa.

2. Menjelaskan sumber-sumber pendapatan desa.

Kinerja aparatur yang bisa memberikan inovasi bagi perkembangan kantor

tempat ia berkerja sehingga memberikan suasana yang menyegarkan, menarik,

dan mengejutkan. Suatu inovasi mempunyai manfaat dan kegunaan dalam

mengatasi suatu masalah, sehingga akan memberikan dampak positif yang lebih

baik dan sifatnya praktis.begitu pula dengan aparatur desa Watutau, dimana setiap

pegawainya dapat memberika kreasi dan inovasi untuk perkembangan kantornya

dan itu di buktikan aparatur desa Watutau degan pembersihan lingkungngan agar

4
setiap aparatur yang berada di kantor dapat bekerja dengan semangat. Adapun

masalah-masalah pelayanan di desa.

Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap persyaratan yang dikeluarkan

aparatur desa dalam administratife pengurusan kegiataan tertentu, misalnya dalam

pembuatan KTP. Padahal persyaratan tersebut sudah terinformasikan melalui

ketua-ketua RT atau bahkan sudah terpasang di balai desa, karena biasanya

masyarakat enggan untuk mengurus sendiri di karenakan birokrasi yang panjang

dan bertele-tele, sehingga memakan waktu yang lama.

Dari pandangan tersebut memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

mengetahui pengaruh secara langsung maupun tidak langsung dari motivasi

kerja, komitmen organisasi dan pelatihan kerja terhadap kinerja aparaur desa

Watutau.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah moivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja aparatur desa

Watutau?

2. Apakah komitmen antar pegawai apratur desa Watutau bepengaruh secara

parsial terhadap kinerja aparatur desa Watuau?

3. Apakah motivasi kerja, komitmen organisasi secara simultan berpengaruh

terhadap kinerja aparatur desa Watutau?

5
1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari rumusan masalah di atas adalah:

1. Apakah motivasi kerja berpengaruh secara parsial terhadap kinerja

aparatur desa Watutau?

2. Apakah komitmen organisasi berpengaruh secra parsial terhadap kinerja

aparatur desa Watutau?

3. Apakah pelatihan berpengaruh secara parsial terhadap kinerja aparatur

desa Watutau?

4. Apakah motivasi kerja, komitmen organisasi dan pelatihan secara simultan

berpengaruh terhadap kinerja aparatur desa Watutau?

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari tujuan penelitian di atas adalah:

1. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta

informasi yang berguna bagi kinerja aparatur desa yang berkaitan dengan

motivasi kerja

2. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta bahan

referensi bagi penelitian yang akan datang

3. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata (S1) pada

program studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Sintuwu Maroso

Poso

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Motivasi kerja

Menurut Robbins (2008:222) motivasi sebagai proses yang menjelaskan

sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan kelakuan seseorang individu

untuk mencapai tujuan.

Suhartapa (2008) dalam organisasi dengan kondisi keuangan yang lemah,

perhatian lebih diberikan kepada psychological income. Di samping itu faktor lain

yang menyebabkan pemerintah desa tidak dapat optimal dalam memotivasi

perangkatnya adalah tidak adanya satu sistem pengumpahan yang berdasarkan

hasil kerja, tidak adanya kekhawatiran perangkat untuk dipecat jika mereka tidak

berhasil dalam pekerjaannya karena adanya perlindungan undang-undang

perangkat desa, serta kurang inisiatif dan semangat kerja karena pekerjaan yang

dilakukan pemerintah desa secara rutin. Keterbatasan ini menyebabkan

pemerintah desa sering dianggap sebagai institusi yang tidak berdaya dalam hal

memtivasi perangkatnya.

Aparatur desa merupakan bagian dari unsur desa yang terdiri dari sekrtaris

desa (Sekdes) dan perangkat desa lainnya yang merupakan aparatur pemerintah

desa yang di bawah naungan kepala desa (kades). Adapun perangkat desa lainnya

yang dimaksud disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya

masyarakat setempat yanga dikenal dengan sebutan kepala urusan (KAUR) kepala

7
seksi (KASI) dan unsur kewilayan/ kepala dusun (KADUS) yang ada di setiap

pemerintah desa.

1. Motivasi kerja merupakan bagian urgen dalam satu organisasi yang

berfungsi sebagai alat untuk pencapaian tujuan atau saran yang ingin

dicapai.

2. Motivasi kerja mengandung dua tujuan utama dalam diri individu yaitu

untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan pribadi dan tujuan organisasi.

3. Motivasi kerja yang diberikan kepada seseorang hanya efektif manakala

didalam diri seseorang itu memiliki kepercayaan atau keyakinan untuk

maju dan berhasil dalam organisasi.

Dalam motivsi kerja di ukur dengan indikator sebagai berikut:

Dorongan yang ada dalam diri aparat pemerintah untuk pencapaian

kinerja, adanya harapan dan keyakinan aparat sengaja diberikan

pemerintah dalam mencapai suatu tujan aparat desa.

2.1.2 Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi berkaitan erat dengan akuntabilitas, beberapa pakar

yang mengemukakan bahwa komitmen organisasi merupakan faktor yang

mempengaruhi akuntabilitas. Cavoukian et al (2010:408) bahwa komitmen

organisasi diperlukan akuntanbilitas. Komitmen organisasi merupakan salah satu

elemen penting dalam dalam akuntabilitas. Behnam dan MacLean (2011:49),

bahwa dukungan terhadap komitmen organisasi mempengaruhi standar

akuntabilitas. Roberts (2002:664), bahwa komitmen organisasi terhadap public

diilustrasikan memberikan manfaat terhadap system akuntabilitas. Brown dan

8
Moor (2001:20), bahwa perubahan besar dapat terjadi pada akuntabilitas sebuah

organisasi melalui komitmen untuk bekerja keras daripada lebih memperhatikan

konsitituen.

Ranti sapitri (2016) hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang kuat antara komitmen organisasi dan kinerja. Presentasi pengaruh

komitmen organisasi trhadap kinerja 38,1%. Komitmen organissi berpengaruh

secara signifikan. Menjadi sebuah organisasi, tekad untuk berjuang keras sesuai

dengan tujuan organisasi, serta kepercayaan tertentu dan dengan lapang hati

menerima nilai dan tujuan organisasi tersebut.

Dalam komitmen berorganisasi diukur dengan indikator sebagai berikut:

Dengan kemampuan dalam melaksanakan tugas yang menjad tanggung

jawab, kemampuan, kecakapan dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan,

memiliki kemampuan manajerial dalam bidang pekerjaan, memiliki kemampuan

manusiawi (kerja sama).

2.1.3 Pelatihan kerja

Edy Sutrisno ( 2009:67 ) mengatakan bahwa pelatihan berkaitan dengan

keterampilan dan kemampuan yang diperlukan pada saat pekerjaan itu dilakukan,

pelatihan berorientasi pada masa sekarang da membantu dalam menguasai

keterampilan dalam pekerjaanya.

Suryaningrat ( 1992:108) mengemukakan bahwa “Desa sebagai bahan

keterangan dan sumber data dan bahan keterangan yang diperoleh dari desa

seringkali sering kali digunakan untuk rencana daerah, oleh karena itu data buatan

atau data keterangan harus dihindarkan karena dapat menggagalkan tujuan

9
Negara". Dengan demikan aparat desa dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari,

terutama yang berhubungan dengan tugas pemerintahan, semakin di tuntut adanya

kerja keras dan kemampuan yang baik sehingga apa yang direncanakan dapat

terealisasi dengaan maksimal.

Aparatur desa sebagai unsur penyelenggaran pemerintahan sangat

berperan penting dalam kesejahteraan masyarakat karena merekalah yang

berhadapan langsung dengan masyarakat dalam memberikan pelayanan.

Dan Pelatihan adalah suatu proses peningkatan kemampuan jangka

pendek yang secara prosedur sistematis dan terorganisir dimana organisasi

aparatur desa mempelajari pengetahuan dan konsep guna dapat mencapai suatu

tujuan aparatur desa tersebut.

Dalam pelatihan diukur dengan indikator frekunsi dan intensitas, keikut

sertaan aparat pemerintah desa dalam kegiatan pelatihan fungsional seperti

pelatihan administrasi, pelatihan penysunan anggaran dalam belanja desa.

1. frekunsi dan intensitas, keikut sertaan reponden ( aparat pemerintah

desa ) dalam kegiatan pebinaan, bimbingan, loka karya dan sejenisnya.

2. Tingkat kegunaan pengetahuan/materi yang diperoleh dari kegiatan

pelatihan dan kursus-kursus dengan tugas pekerjaan para responden

( aparat pemerintah desa ).

2.1.4 Kinerja

(Prawirosentono, 2010: 176) Mengemukakan bahwa: Kinerja adalah hasil

kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelmpok pegawai dalam suatu

organisasi, sesuai dengan wewenang dan tangungjawab masing-masing, dalam

10
upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melangar

hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Adapun pengertia kinerja aparatur menurut Mangkunegara ( 2000, h.67 ),

yaitu: Kinerja pegawai adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya. Bernadin dan russel ( dalam Ruky, 2002, h,15)

memberikan pengertian kinerja sebagai berikut:”performance is defined as the

record of outcomes on a specified job function or activity during time period”.

( prestasi atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari

fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau selama kurun waktu ).

Indikator kinerja ialah gambaran, atau cirri-ciri atau ukuran yang

mengambarkan status kinerja yang dihasilan suatu kegiatan atau suatu proses.

Dalam kinerja diukur dengan indikator sebagaai berikut:

1. Transparan,artinya prinsip keterbukaan dimana masyarakat

berkemungkinan bisa mendapatkan dan mengetahui akses

informasi mengenai pengelolahan keuangan desa atau APBDesa.

2. Akuntabel, artinya prinsip dari kewajiban setiap orang guna

mempertanggung jawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber

daya dan pelaksanaan serta kebijakan yang dipercayakan

kepadanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Partisipatif, artinya bahwa dalam pengelolaan keuangan desa harus

memberikan ruang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk terlibat

11
secara aktif dalam setiap tahapan proses pengelolaan keuangan

desa

4. Tertib dan disiplin anggaran, artinya bahwa APBDesa harus

dikelolah dengan tepat waktu dan tepat guna serta didukung

dengan bukti-bukti administrasi yang bisa dipertanggungjawabkan

serta beracuan pada peraturan yang berlaku

2.2 Kerangka Pikir

Untuk mengetahui apakah motivasi kerja komitmen organisasi dan

pelatihan aparatur desa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

aparatur desa watutau. Berdasarkan uraian di atas maka pengaruh motivasi kerja

komitmen organisasi dan pelatihan aparatur desa dalam kaitannya dengan kinerja

aparatur desa watutau. Dapat di lihat dalam bentuk kerangka pikir berikut ini.

Gambar 2.1

Gambar kerangka pikir.

Motivasi kerja (X1)

H2

Komitmen H3
Organisasi (X2) Kinerja aparatur desa
H1 (Y)

H4
Pelatihan aparatur desa
(X3)

12
13
2.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja aparatur desa Watutau.

H2 : Komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja aparatur desa

Watutau.

H3 : Pelatihan kerja berpengaruh terhadap kinerja aparatur desa Watutau.

H4 : Motivasi kerja, komitmen orgasasi dan pelatihan secara simultan

berpengaruh terhadap kinerja aparatur desa Watutau.

14
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Kantor desa Watutau Kecamatan

Lore Peore, alasan pemilihan tempat penelitian ini karena kantor desa Watutau

merupakan tempat melayani masyarakat dalam kebutuhan administrasi dan

kebutuhan lainnya

Waktu pelaksanaan penelitan yaitu enam bulan mulai dari bulan feburuari

sampai dengan bulan Juli 2021

3.2 Metode penelitian

Menurut Sugiyono (2003:11) jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian deskriftif yaitu penelitian yang berusaha

menggambarakan secara terperinci mengenai judul yang disajikan dalam bentuk

tabel dan tabel tersebut diberi penjelasan yang dilengkapi dengan menguraikan

serta mengaitkan dengan teori dan memberikan keterangan yang mendukung

untuk menjawab masing-masing masalah, serta memberikan interprestasi terhadap

hasil yang relevan dan berusah menjawab dan melihat sejauh mana peranan

aparatur desa di desa Watutau Kecamatan Lore Peore Kabupaten Poso.

Data adalah unsur penting dalam penelitian berupa suatu fakta yang ada

untuk memperoleh data-data yang dapat diuji kebenarannya. Adapun jenis dan

sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

15
16
3.3 Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Jenis dan Sumber Data

1. Data primer adalah data poko yang diperoleh langsung dari lapangan atau

dari masyarakat.

2. Data sekunder data merupakan data pendukung dari data primer yang

diperoleh dari data aparatur desa Watutau. Data sekunder juga dapat

memberikan konteks yang lebih luas dan dapat melengkapi serta

memperkuat data primer.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

1. Kusioner

Kusioner adalah teknik pengmpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi beberapa pertayaan tertulis kepada responden untuk

menjawabnya.

Adapun kusioner yang dipakai peneliti dalam penelitianya, yaitu

kusioner terbuka. Yang dimana kusioner terbuka adalah daftar pertanyaan

yang cara menjawabnya dengan mengisi pada kolom kusioner yang tersedia.

2. Wawancara

Wawancara teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengajukan pertanyaan kepada responden.

Ada tiga jenis wawancara dalam penelitian ini:

17
1. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan secara

langsung dengan berpatokan pada pedoman wawancara yang telah

dibuat oleh peneliti.

2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang dilakukan

tanpa berpatokan pada pedoman wawancara.

3. Wawancara kombinasi adalah wawancara yang dilakukan dengan

cara mengabungkan wawancara terstruktur dan wawancara tidak

terstruktu.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik penumpulan data dengan cara melihat

dokumen-dokumen yang sudah ada. Dokumen tersebuat biasanya dokumen-

dokumen resmi dari tempat penelitian yang sudah terjamin kredibilitasnya.

18
3.4 Populasi dan Sampel

Dalam pengumpulan data akan selalu dihadapkan dengan objek

yang akan diteliti baik itu berupa benda , manusia dan aktivitasnya atau

peristiwa yang terjadi. Sugiyono (2009:90) mengemukakan bahwa

populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atas objek yang

mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan pengertian diatas maka populasi penelitian ini adalah

semua aparatur desa yang dalam pekerjannya selalu berkaitan dalam

pembangunan yang ada di Desa Watutau Kecamatan Lore Peore

Kabupaten Poso yang berjumlah 15 orang, dan semua dijadikan

responden.

19
3.5 Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui bagaimana peran aktif aparatur di Desa Watutau

Kecamatan Lore Peore Kabupaten Poso, metode analisis regresi linear bergand

merupakan merupakan linear antara dua atau lebih variabel independen ( X1,

X2, X3…), dengan variabel dependen Y. Maka data yang digunakan biasanya

berskala interval atau rasio.

Berikut ini esimasi regresi linear berganda:

Dimana: Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+ +e

Keterangan:

Y = kinerja aparatur desa

X1 = motivasi kerja

X2 = komitmen organisasi

X3 = pelatihan

Tabel 3.5. Tabel Koefisiensi Regresi beranda peran aparatur Desa di Bidang

Pembangunan.

Interval koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat kuat

20
Pendekatan statistika untuk melakukan analisis regresi dengan mengunakan

metode OLS maka terlebih dahulu harus memenuhi uji asumsi atau pengujian

persyaratan analisis. Adapun uraian mengenai pengujian asumsi persyaratan

analisis regresi adalah sebagai berikut :

1. Normalitas

Asumsi persyaratan normalitas harus terpenuhi untuk mengetahui

apakah residual/error dari data berdistribusi normal atau untuk

mengetahui apakah data sampel bersal dari populasi tang berdistribusi

normal.

2. Autokorelasi

Uji autorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi

antara residual pada satu pengamatan lain pada model regresi.

Persyaratan yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi

dalam model regresi.

3. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedasitas spesial dilakukan untuk mengetahui apakah

terdapat karatersitik atau keunikan sendiri di setiap lokasi pengamatan.

Adanya heteroskedisitas spesial dapat menghasilkan parameter regresi

yang berbeda-beda di setiap lokasi pengamatan.

4. Multikoliniertas

21
Salah satu syarat yang harus terpenuhi dalam pembentukan model

regresi dengan beberapa variabel predikator adalah tidak ada kasus

multikoliniertas atau tidak terdapat korelasi antara satu variabel

predikator dengan variabel predikator yang lain.

3.6 Definisi Oprasional

Berdasarkan telah pustaka yang di ajukan dalam penelitian ini, maka

di kembangkan definisi oprasional yang merupakan penjabaran dan

pengukuran variabel dan indikator yang di pilih dalam penelitian ini,

seperti di bawa ini:

1. Motivasi kerja (X1)

Adalah kehendak atau dorongan untuk melaksanakan suatu dalam

rangka memenuhi kebutuhan yang diinginkan atau sebagai proses yang

menyebabkan tingkah laku seseorang menjadi bergairah, terarah dan

tidak mudah putus asa. Variabel ini melalui diukur dengan indikator-

indikatora: dorongan yang ada dalam diri aparatur desa Watutau untuk

pencapaian kinerja, dengan adanya harapan atau keyakinan aparatur

sengaja diberikan pemerintah dalam mencapai suatu tujuan dan adanya

pengharagan ( reward ).

2. Komitmen organisasi (X2)

Adalah Kemampuan pengetahuan dan keterampilan/kecakapan

yang dimilik para aparatur desa yang relevan dengan pekerjaannya, tugas

maupun jabatannya.Variabel ini diukur melalui indikator-indikator:

22
Kemampuan apartur desa dalam melaksanakan tugas yang menjadi

tanggung jawab. Kemampuan berupa kecakapan dalam melaksanakan

tugas yang dipercayakan, memiliki kemampuan manajerial dalam bidang

pekerjaan, memiliki kemampuan manusiawi ( kerja sama ), kemampuan

teknis.

3. Pelatihan kerja (X3)

Responden ( aparat pemerintah desa ) dalam kegiatan-kegiatan

pembinaan, bimbingan dan pelatihan-pelatihan keterampilan dibidang

pemerintah desa dan pembangunan masyarakat desa. Variabel ini

diukur melalui indikator-indikator: Keikut sertaan pemerintah aparatur

desa dalam kegiatan pelatihan fungsional, seperti pelatihan administrasi

desa, pelatihan penyusunan angaran desa, pembinaan, bimbingan dan

kegiatan pelatihan kursus-kursus dalam tugas pekerjaan aparatur desa

atau responden ( aparat pemerintah desa ).

4. Kinerja (Y)

Kinerja adalah tingkat prestasi kerja yang dicapai oleh aparat

pemerintah desa secara efisien dan efektif, yang berdampak peningkatan

kinerja aparatur desa dan mempercepat keberhasilan pembangunan desa.

Variabel ini diukur melalui indikator-indikator: jumlah hasil kerja yang

di capai dibandingkan dengan dengan beban tugas pekerjaan yang telah

ditetapkan dalam suatu priode waktu tertentu, kuliatas kerja yang dicapai

dibandingkan dengan standard yang ditetapkan. Tingkat pengunaan

waktu kerja, biaya dan peralatan dalam pelaksanaan kerja. Keterampilan

23
mengenai pekerjaan/tugas-tugas pemerintah dan pembangunan desa dan

tingkat pelaksanaan dalam menyelesaikan

24
DAFTAR PUSTAKA
Eka, s. N. (2015). Pengaruh kepemimpinan, fasilitas kerja, dan motivasi kerja
terhadap kinerja perangkat desa di kecamatan mandiraja kabupaten
banjarnegara. Economiceducationanalysisjournal, 4(2).

Fathurrochman, i. (2017). Pengembangan kompetensi pegawai aparatur sipil negara


(asn) sekolah tinggi agama islam negeri (stain) curup melalui metode
pendidikan dan pelatihan. Manajer pendidikan, 11(2).

Hanim, L. (2014). Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Aparat Pemerintah


Kelurahan dalam Pelayanan Pubik di Era Otonomi Daerah (Studi di
Kelurahan Gadang Kota Malang). Jurnal Administrasi Publik, 2(2), 350-
354.

Haryokusumo, D.(2011). Menilik asa sang pamong desa (Studi Kasus Motivasi


Kerja Perangkat Desa di Kabupaten Boyolali) (Doctoral dissertation,
Universitas Diponegoro).

Helpiastuti, s. B. Motivasi kerja perangkat desa: pendekatan untuk good


governance.

Mada, s. (2017). Pengaruh kompetensi aparat pengelola dana desa, komitmen


organisasi pemerintah desa, dan partisipasi masyarakat terhadap
akuntabilitas pengelolaan dana desa di kabupaten gorontalo. Jurnal riset
akuntansi dan auditing" goodwill", 8(2)

Matani, c. D. (2020). Pengaruh kompetensi, komitmen organisasi, partisipasi


masyarakat, dan sistem pengendalian internal terhadap akuntabilitas

Metria, K. (2018). Pengaruh Dukungan Organisasi Terhadap Komitmen


Organisasional Dan Kinerja Pegawai. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana, 7(9), 2117-2146.

Nurnaningsih, S. (2017). Pengaruh Kepuasan Kerja, Motivasi Kerja Dan Komitmen


Organisasi Terhadap Kinerja Melalui Organizational Citizenship Behavior
(OCB) Sebagai Variabel Intervening. Economic Education Analysis
Journal,  6(2), 365-378

Purbowati, R. (2017). Pelatihan Microsoft Office Sebagai Upaya Peningkatan


Kemampuan Aparat Desa Dalam Pelaksanaan Tugas Administrasi
Pemerintahan Desa. Comvice: Journal of community service, 1(1), 1-8.

Verasvera, f. A. (2016). Pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja


aparatur pemerintah daerah (studi kasus pada dinas sosial provinsi jawa
barat). Jurnal manajemen maranatha, 15(2).

25
Wahyudi, A. (2020). Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, akuntabilitas
publik, dan pemanfaatan aplikasi sistem keuangan desa terhadap kinerja
manajerial perangkat desa di kabupaten sumbawa.  Journal of Accounting,
Finance, and Auditing, 2(1), 65-85.

Wardani, h. N. Pengaruh pelatihan kerja aparatur pemerintah nagari terhadap


pengelolaan keuangan nagari di kabupaten tanah datar

Watkaat, a. J. (2021). Penggaruh kinerja aparatur pemerintah desa terhadap mutu


pelayanan di desa tumbur kecamatan wertambrian kabupaten kepulauan
tanimbar.

Widiawaty, n. A. (2019). Faktor-faktor yang berpengaruh pada akuntabilitas


pengelolaan dana desa di kecamatan windusari kabupaten
magelang (doctoraldissertation, skripsi, universitas muhammadiyah
magelang).

26
KUESIONER PENGARUH MOTIVASI KERJA, KOMITMEN
ORGANISASI DAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA APARATUR
DESA WATUTAU

1. Nama Bapak/ Ibu/ Sdri/i :.......................

Berikan Tanda (√) Untuk Setiap Pernyataan Yang Sesuai Dengan Data Diri
Anda

jenis kelamin : usia : pekerjaan :


( ) Laki-Laki ( ) 17-27 tahun ( ) PNS
( ) Perempuan ( ) 27-37 tahun ( ) Swasta
( ) 37-47 tahun ( ) Guru
( ) 48> ( ) Dosen
( ) TNI/POLRI
( ) Pelajar/mahasiswa

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kaur/kasi


perangkat desa Watutau Kecamatan Lore Peore, Dengan melakukan
penelitian mengunakan SPSS. yaitu metode pengelolahan data dan
perhitungan data yang cepat dan akurat.

A. Variabel Motivasi Kerja (X1)

PENILAIAN
NO PERNYATAAN 1 2 3 4 5
STS TS N S SS

Daya pengerak bagi aparatur desa untuk


1 menciptakan kinerja          
Penyemangat dan dorongan kepada aparatur
2 untuk lebih baik dalam berkerja          

3 Mampu menyelesaikan pekerjaan          


Kepala desa mampu menilai sikap terhadap
4 bawahanya          

5 Berkerja efektif agar dapat mencapai kepuasan          

27
B. Variabel Komitmen Organisasi (X2)

PENILAIAN
NO PERNYATAAN 1 2 3 4 5
STS TS N S SS

1 Mampu mepertanggung jawabkan pekerjaan          


Meningkatkan kepercayaan publik/ masyarakat
2
desa Watutau          

Para perangkat desa harus mampu memelihara


3
keangotaannya          

Dibutuhkan komitmen dalam pengelolaan dana


4
desa          
Mempunyai kesanggupan dala hal-hal yang
5
dipercayakan oleh atasan atau kepala desa          

C. Variabel Pelatihan Aparatur Desa (X3)

PENILAIAN
NO PERNYATAAN 1 2 3 4 5
STS TS N S SS

Pelatihan aparatur dapat meningkatkan kinerja


1
aparatur desa Watutau          
2 Mampu mengelolah keuangan dana desa          

Dapat meningkatkan pengetahuan dan


3
keaahlian seorang aparatur          
Dapat memahami sikap tanggung jawab
4
sebagai pimpinan desa yang disiplin          

Dapat meningkatkan SDM dalam organisasi


5
desa          

28
D. Variabel Kinerja aparatur desa (Y)

PENILAIAN
NO PERNYATAAN 1 2 3 4 5
STS TS N S SS

Kinerja sebagai daya ukur untuk keberehasilan


1 organisasi di desa          
2 Sebagai pencapaian dalam prestasi kerja          

Sebagai tingkat dalam keberhasilan yang di


3 capai          
4 Kesuksesan seseorang dalam tugasnya          
Pencapaian aparatur desa dalam tanggung
jawabnya sebagai pimpinan masyarakat desa
5 Watutau          

29

Anda mungkin juga menyukai