Anda di halaman 1dari 68

KONSTRUKSI TES PSIKOLOGI

KONSTRUKSI ALAT UKUR NON KOGNITIF

“SKALA WORK LIFE BALANCE”

Mata Kuliah Konstruk Tes Psikologi

Dosen pengampu: Tarmizi Thalib, S.Psi., M.A.

DISUSUN OLEH

MOH FUAD PATANDI

4521091064

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BOSOWA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugasl pada mata kuliah
Konstruksi Tes Psikologi yang berjudul “Konstruksi Alat Ukur Non Kognitif Skala
Wrk Life Balance” tepat pada waktunya. Mengingat keterbatasan pengetahuan,
pengalaman dan kemampuan penulisan, tugas ini tidak luput dari kekurangan dan
belum sempurna, namun penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya serta bagi semua pihak yang berkenan memanfaatkannya

Adapun tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk mempelajari cara pengembangan
alat ukur. Pada proses penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada dosen pengampu selaku
yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan bimbingan dan pengarahan
sampai terselesaikan. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan
baik isi maupun susunannya. Semoga tugas ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi
penulis juga bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhi

Makassar, 29 Juni2023

Moh Fuad Patandi

NIM. 4521091064

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................2
C. Manfaat Penyususnan Skala...................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
DASAR TEORI.................................................................................................................3
A. Definisi WorkLife Balance....................................................................................3
B. Aspek Aspek Work Life Balance...........................................................................7
C. Faktor Faktor Yang MempengaruhiWork Life Balance.........................................8
D. Dampak Work Life Balance.................................................................................10
E. Alat ukur Work Life Balance...............................................................................10
F. Blue Print Skala Work Life Balance....................................................................11
BAB III............................................................................................................................12
PERSIAPAN PENYUSUSNAN SKALA WORKLIFE BALANCE...............................12
A. Literatur Mengenai Work Life Balance................................................................12
B. Teori Pencetus dari Skala Work Life Balance......................................................13
C. Validitas Logis.....................................................................................................14
D. Validitas Tampang...............................................................................................16
BAB IV............................................................................................................................20
UJI COBA SKALA WORK LIFE BALANCE................................................................20
A. Deskripsi Demografi............................................................................................20
B. Deskripsi Tingkat Skor Asertif Berdasarkan Demografi......................................26
C. Reabilitas Skala Work Life Balance.....................................................................30
D. Validasi Item........................................................................................................30
BAB V.............................................................................................................................33
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................33
A. Kesimpulan..........................................................................................................33
B. Saran....................................................................................................................33

ii
BAB VI............................................................................................................................34
REFLEKSI.......................................................................................................................34
A. Apa yang Dibahas................................................................................................34
B. Apa Yang Terjadi Dengan Saya...........................................................................34
C. Insight Yang Saya Peroleh...................................................................................37
D. Apa Yang Akan Saya Lakukan Kedepan.............................................................38
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................40
LAMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................................43

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keseimbangan hidup/kerja (Work-life balance) telah menjadi topik
yang menarik dalam studi organisasi akhir-akhir ini. Banyak peneliti yang
secara umum setuju dengan pentingnya peran dari work-life balance
dimana berhubungan dengan kesejahteraan psikologis secara individual
dalam pekerjaan sebagai pekerja dan secara menyeluruh dalam
keharmonisan di kehidupan keluarga sebagai ibu rumah tangga, yang
merupakan indikator dari keseimbangan antara peran kerja dan peran di
keluarga (Ozbilgin, Mustafa F., Beauregard, A., Tatli, A. & Bell, Myrtle P.
2011).
Karyawan dituntut untuk dapat bekerja dengan baik namun mereka
juga memiliki kehidupan diluar pekerjaan yang harus diperhatikan seperti
keluarga, komunitas sosial, studi, dan komitmen lainnya. Jadi, banyak
organisasi yang meningkatkan kebijakan sumber daya manusia dan
praktek yang membahas keseimbangan kerja/hidup (work-life balance)
untuk membantu karyawan mereka mengatasi kehidupan waktu-tekanan
mereka dan meningkatkan upaya organisasi untuk merekrut,
mempertahankan, dan memotivasi karyawan dihargai di pasar yang sangat
kompetitif (De Cieri, H., Holmes, B., Abbott, J., & Pettit, T. 2005).
Banyak perusahaan kini menyadari bahwa kesuksesan karyawan dalam
bekerja melalui pencapaian target dengan performance yang luar biasa,
tidak hanya dari keterampilan dan kompetensi yang dimiliki karyawan
semata. Namun, yang tak kalah pentingnya adalah keseimbangan
karyawan tersebut dalam mengelola kualitas hidupnya terhadap tuntutan
kerja.
Keseimbangan karyawan dalam bekerja dan menjalani
kehidupannya yang berkualitas juga dapat menjadi fokus perhatian
perusahaan yang akan menjadikan karyawannya semakin puas dalam

1
menjalani setiap pekerjaannya. Perlunya perusahaan memperhatikan
kepuasan kerja karyawan dikarenakan kepuasan kerja berdampak pada
kinerja karyawan (Robbins, 2003). Karyawan yang puas membawa
pengaruh positif bagi organisasi, seperti meningkatnya efisiensi dan
produktifitas (Kanwar, Y. P. S., Singh, A.K., Kodwani, A.D., 2009).
Sebaliknya, karyawan yang tidak puas dimungkinkan akan mengakibatkan
meningkatnya turnover dan kemangkiran yang tinggi (Luthans, 2006).

B. Tujuan
Proses pengujian adaptasi skala ini mempunyai tujuan untuk
menguji validitas dan reliabilitas skala Work Life Balance, karakteristik
dari skala yang akan diadaptasi untuk diketahui dengan pengertian bahwa
memenuhi persyaratan dalam validitas, reliabilitas, dan analisis item.
Diharapkan untuk dapat mengukur tingkat Work Life Balance pada
individu

C. Manfaat Penyususnan Skala


1. Menambah pengetahuan penulis maupun pembaca seputar pemahaman
tentang cara melakukan adaptasi skala.
2. Menambah referensi mengenai berbagai macam alat ukur optimism
serta pengetahuan terkait aspek-aspek yang berkaitan dengan
optimisme.
3. Memberikan sumbangan pemikiran yang signifikan sebagai literatur
ilmiah yang dapat dijadikan bahan kajian bagi para insan akademik
yang ingin melakukan adaptasi skala yang sama terkait optimisme.
4. Manfaat adaptasi skala ini adalah untuk menamba wawasan mahasiswa
yang mengerjakan tugas Konstruksi Alat Tes.

2
BAB II

DASAR TEORI
A. Definisi WorkLife Balance
Work life balance adalah sejauh mana individu terlibat dan sama-
sama merasa puas dalam hal waktu dan keterlibatan psikologis dengan
peran mereka didalam kehidupan kerja dan kehidupan pribadi (misalnya
dengan pasangan, orang tua, keluarga, teman dan anggota masyarakat)
serta tidak adanya konflik diantara kedua peran tersebut. Dapat dikatakan
individu yang memperhatikan antara keseimbangan kehidupan kerja dan
kehidupan pribadi merupakan individu yang lebih mementingkan
kesejahteraan psikologisnya daripada mengejar kekayaan semata
(Westman, Brough, & Kalliath, 2009).
Menurut Lockwood (2003) Work-life balance adalah suatu
keadaan seimbang pada dua tuntutan di mana pekerjaan dan kehidupan
seorang individu adalah sama. Work-life balance dalam pandangan
karyawan adalah pilihan mengelola kewajiban kerja dan pribadi atau
tanggung jawab terhadap keluarga. Sedangkan dalam pandangan
perusahaan work-life balance adalah tantangan untuk menciptakan budaya
yang mendukung di perusahaan di mana karyawan dapat fokus pada
pekerjaaan mereka sementara di tempat kerja.
Work Lіfe Balance menurut menurut Greenhauѕ (2003) adalah
ѕejauh mana ѕeorang іndіvіdu terіkat ѕecara berѕama dі dalam pekerjaan
dan keluarga, dan ѕama-ѕama puaѕ dengan peran dalam pekerjaan dan
peran dalam keluarganya. Pengertіan terѕebut dapat dіѕіmpulkan bahwa
ѕeorang іndіvіdu mampu untuk menyeіmbangkan dіdalam pekerjaan dan
perannya dіluar pekerjaanya ѕecara ѕeіmbang.
Menurut Fisher (2002), worklife balance didefinisikan sebagai
multidimensional konstruk yang didalamnya terdiri dari penggunaan
waktu, energi, pencapaian tujuan, dan ketegangan dalam pekerjaan dan
kehidupan pribadi.

3
Moedy (2013) worklife balance yang baik didefinisikan sebagai
situasi dimana pekerja merasa mampu menyeimbangkan pekerjaan dan
kehidupan pribadi atau komitmen lain
Schermerhorn dalam Ramadhani (2013) mengungkapkan bahwa
Work-Life Balance adalah kemampuan seseorang untuk menyeimbangkan
antara tuntutan pekerjaan dengan kebutuhan pribadi dan keluarganya.
Menurut Delecta (2011) Work-Life Balance didefinisikan sebagai
kemampuan individu untuk memenuhi pekerjaan dan komitmen
berkeluarga mereka, serta tanggung jawab non-pekerjaan lainnya.
Vyas & Shrivastava (2017) Mendefinisikan work life balance
adalah keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan seorang
individu, Misalkan memiliki waktu lebih untuk bersantai, memiliki
hibingan yang baik dengan teman kerja, serta membantu dapat bekerja
dengan maksimal. Banyak perusahaan yang memberikan program family-
friendly benefits dengan tujuan agar karyawan memiliki keseimbangan
antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, seperti kegiatan di luar
perusahaan, pembagian pekerjaan, jam kerja fleksibel, dan lain sebagainya
(Ganapathi et al., 2016)
Menurut Ramadhani (2012) sejauh ini upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan work life balance adalah pemberian hadiah, Fasilitas
di lokasi pekerjaan, jaminan Kesehatan untuk keluarga serta kebijakan
peraturan cuti yang mudah.
Menurut Frame dan Hartog dalam Moedy (2013) work-life balance
berarti karyawan dapat dengan bebas menggunakan jam kerja yang
fleksibel untuk menyeimbangkan pekerjaan atau karyanya dengan
komitmen lain seperti keluarga, hobi, seni, studi dan tidak hanya focus
terhadap pekerjaannya.
Work life balance adalah sejauh mana individu merasa puas secara
psikologis dan tidak ada konflik diantara hal pembagian peran di dalam
kehidupan kerja dan kehidupan pribadi, seperti misalnya dengan pasangan,

4
orang tua, keluarga, teman serta anggota masyarakat Westman, et al.,
(2009)
Menurut Clarke et al., (2004) Work life balance adalah
keseimbangan hubungan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, dengan
pembagian waktu dan usaha yang seimbang supaya tidak ada yang
dikorbankan.
Menurut (Parkes, L.P., & Langford, 2008) mengatakan work life
balance adalah orang yang dapat mengabdikan dirinya untuk pekerjaan
dan keluarga, serta bertanggung jawab atas dua kegiatan selain yang
berkaitan dengan pekerjaan
Greenhaus et al. (2003), mendefinisikan Work life balance sebagai
sejauh mana seseorang terlibat dan merasakan kepuasan dengan
keterlibatan peran kerjanya dan peran keluarganya yang diindikasikan
kedalam tiga dimensi keseimbangan kerja dan keluarga, yaitu:
keseimbangan waktu, keseimbangan keterlibatan dan keseimbangan
kepuasan.
Menurut Rigby and O’Brien-Smith (2010) dalam Al Momani
(2017) Keseimbangan hidup kerja merupakan pembagian waktu antara
pekerjaan dan kehidupan pribadi berdasarkan prioritas. yang berarti ada
indikasi jelas antara manajemen waktu untuk kedua kehidupan, satu
adalah kehidupan pribadi dan lainnya adalah kehidupan kantor.
Work-life balance dapat didefinisikan sebagai kondisi seorang
individu yang dapat mengatur waktu dengan baik atau dapat
menyelaraskan antara pekerjaan di tempat kerja, kehidupan dalam
keluarga, dan kepentingan pribadi (Lumunon et al., 2019). Menurut
Wambui et al. (2017) work-life balance dimaksudkan untuk memberi
karyawan fleksibilitas yang lebih besar dalam pekerjaan mereka sehingga
karyawan dapat menyeimbangkan tanggung jawab dan minat mereka
diluar pekerjaan. Work-life balance dapat diartikan sebagai
keseimbanagan antara kehidupan individu dalam menjalankan peran ganda
pada kehidupan kerja dan pribadi (Saina et al., 2016)

5
Menurut Rincy & Panchanatham (2010) menjelaskan bahwa
worklife balance merupakan suatu keadaan dimana konflik yang dialami
karyawan rendah serta perannya di dalam pekerjaan dan keluarga dapat
berjalan dengan baik. Sedangkan Greenhaus, Collins & Shaw (2003)
memandang worklife balance sabagai suatu derajat, sebuah kontinum yang
berhenti pada satu ujung karena ketidakseimbangan dukungan antara
peran tertentu dengan peran lainnya, seperti peran bekerja dalam sebuah
organisasi dan keluarga.
Singh dan Khanna (2011) dalam Pandiangan (2018) menyatakan
work life balance adalah konsep luas yang melibatkan penetapan prioritas
yang tepat antara “pekerjaan“( karir dan ambisi ) pada satu sisi dan
“kehidupan” ( kebahagiaan, waktu luang, keluarga dan pengembangan
spiritual ) disisi lain. Hutcheson dan Peggy (2012:5) Mengungkapkan juga
bahwa work life balance adalah suatu bentuk kepuasan pada individu
dalam mencapai keseimbangan kehidupan dalam pekerjaannya
Menurut Handayani (Cintantya & Nurtjahjanti, 2018) Work life
balance merupakan kondisi ketika seseorang mampu berbagi peran dan
merasakan kepuasan dalam perannya tersebut, yang diperlihatkan dengan
rendahnya tingkat workfamily conflict dan tingginya tingkat work-family
facilitation atau work-family enrichment.
Work Life Balance merupakan kemampuan seseorang untuk
menyeimbangkan dan membagi waktu antara tuntunan pekerjaan dengan
kebutuhan pribadi dan keluarga (Schermerhorn, 2015), Sedangkan
menurut Bradley (Ramadhani, 2012) Work Life balance merupakan sejauh
mana individu merasa puas dan terlibat secara seimbang pada peran-
perannya dalam pekerjaan maupun kehidupan diluar pekerjaan.
Berdasarkan dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa worklife
balance adalah keseimbangan antara kehidupan individu dalam
menjalankan perannya sebagai manusia yang memiliki peran ganda yakni
peran dalam kehidupan kerja dan kehidupan pribadi (keluarga, sahabat,
dan budaya). Intinya adalah apabila individu mencapai keseimbangan

6
dalam perannya baik di dunia kerja maupun dalam kehidupan prbadi dan
adanya keterlibatan psikologis antar keduanya, maka dapat dikatakan
bahwa individu tersebut memiliki work life balance. Oleh karena itu, work
life balance hanya dapat dicapai ketika individu mengalami kepuasan dan
keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi. Dimana
perusahaan berperan untuk menyeimbangkan antara kehidupan pribadi dan
kerja karyawan tanpa mengesampingkan tujuan perusahaan itu sendiri
untuk tumbuh dan berkembang.

B. Aspek Aspek Work Life Balance


Menurut (Fisher, Bulger, & Smith, 2009), terdapat 2 (dua) dimensi
work life balance
1. Demands (Tuntutan)
Aspek demands mencakup segala tuntutan atau tekanan yang timbul
dari lingkungan kerja dan lingkungan pribadi seseorang. Tuntutan ini
dapat bersifat fisik maupun psikologis.
 WIPL (Work Interference with Personal Life)
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan mengganggu
kehidupan pribadi seseorang. Hal ini juga berkaitan dengan
stres kerja pada individu. Misalnya, bekerja dapat membuat
seseorang sulit mengatur waktu untuk kehidupan pribadinya.
 PLIW (Personal Life with Interference Work)
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi
individu mengganggu kehidupan pekerjaannya. Misalnya,
apabila individu memiliki masalah didalam kehidupan
pribadinya, hal ini dapat mengganggu kinerja individu pada
saat bekerja.
2. Resources (Sumber Daya)
Aspek resources berkaitan dengan segala sesuatu yang dapat
mendukung individu dalam mencapai keseimbangan antara kehidupan
kerja dan kehidupan pribadi

7
 WEPL (Work Enhancement of Personal Life)
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi
seseorang meningkatkan performa individu pada kehidupan
pekerjaannya. Dimensi ini harus berkontribusi pada pembaruan
sumber daya, sehingga diharapkan hal ini berhubungan secara
negatif dengan keseluruhan tekanan kerja. Dimensi ini
berhubungan secara positif dengan life satisfaction. Misalnya
keterampilan yang diperoleh individu pada saat bekerja,
memungkinkan individu untuk memanfaatkan keterampilan
tersebut dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
mengimplementasikan pengetahuan dan pelatihan dalam
kehidupan pribadi.
 PLEW (Personal Life Enhancement of Work)
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pekerjaan
seseorang dapat meningkatkan kualitas kehidupan individu
dalam kehidupan pribadinya. Dimensi ini berhubungan secara
positif dengan life satisfaction. Misalnya, apabila individu
merasa senang dikarenakan kehidupan pribadinya
menyenangkan maka hal ini dapat membuat suasana hati
individu pada saat bekerja menjadi menyenangkan.

C. Faktor Faktor Yang MempengaruhiWork Life Balance


Menurut Vyas & Shrivastava (2017) terdapat sebelas faktor yang
dapat memengaruhi work-life balance seorang individu, yaitu dukungan
sosial, stres, organisasi, teknologi informasi, pekerjaan itu sendiri ,
keluarga, sosial, dukungan, beban kerja, individu, dan pengertahuan.
Faktor worklife balance menurut Wambui et al. (2017), yaitu
konflik prioritas kepentingan pekerjaan dan keluarga serta adanya program
bantuan bagi karyawan (layanan konseling dan program kesehatan).
Menurut Poulusedan Sudarsan (Pratiwi & Silvianita, 2020), ada 4
faktor yang bisa mempengaruhi Work Life Balance, yaitu :

8
1. Faktor Individual, meliputi kepribadian, kesejahteraan dan
emotional intelligence.
2. Faktor Organisasional, meliputi pengaturan kerja, dukungan
organisasi, stress kerja, konflik peran, dan teknologi.
3. Faktor Lingkungan, meliputi pengaturan perawatan anak,
dukungan keluarga serta faktor lingkungan social.
4. Faktor Lainnya, meliputi usia, status, orang tua, pengalaman kerja,
tipe pekerjaan, dan penghasilan.

Menurut Fisher (2013), menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor


yang mempengaruhi work-life balance, yaitu:

1. Karakteristik kepribadian
Terdapat hubungan antara tipe attachment yang didapatkan
individu ketika masih kecil dengan work-life balance. Individu
yang memiliki secure attachment cenderung mengalami positive
spillover dibandingkan individu yang memiliki insecure
attachment.
2. Karakteristik keluarga
Menjadi salah satu aspek penting yang dapat menentukan ada
tidaknya konflik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Misalnya
konflik peran dan ambigiunitas peran dalam keluarga dapat
mempengaruhi work-life balance.
3. Karakteristik pekerjaan
Meliputi pola kerja, beban kerja dan jumlah waktu yang digunakan
untuk bekerja dapat memicu adanya konflik baik konflik dalam
pekerjaan maupun konflik dalam kehidupan pribadi.
4. Sikap
Dimana dalam sikap terdapat komponen seperti pengetahuan,
perasaan-perasaan dan kecenderungan untuk bertindak. Sikap dari
masing-masing individu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi work-life balance

9
D. Dampak Work Life Balance
Menurut Lewison dalam Kurniawan (2014) menyebutkan beberapa
keuntungan dengan diadakannya program Work-Life Balance antara lain:
1. Mengurangi absensi
Biasanya penyebab dari bolosnya karyawan adalah tanggung jawab
keluarga dan faktor stres pribadi. Masalah ini dapat diatasi dengan
pengaturan jam kerja yang fleksibel.
2. Mengurangi turnover
Pengaturan jam kerja yang fleksibel terbukti efektif dalam menjaga
komitmen karyawan terhadap perusahaan.
3. Peningkatan produktivitas
Meminimalisir tingkat stres kerja akan berpengaruh pada
peningkatan produktivitas kerja karyawan.
4. Biaya lembur berkurang
Penjadwalan jam kerja yang fleksibel berdampak baik pada
pengurangan jam lembur dan stres yang berbandung lurus dengan
pengurangan biaya lembur dan peningkatan produktivitas kerja
karyawan.
5. Retensi klien
Pengaturan jam kerja yang fleksibel membuat karyawan
memberikan nilai lebih kepada klien. Ketika karyawan memberikan
layanan yang lebih besar, hal ini membantu mempertahankan klien
karena kepuasan dari klien tersebut meningkat.

E. Alat ukur Work Life Balance


Terdapat beberapa macam alat ukur yang mengukur Work life balance,
diantaranya:
1. Work Life Balance Scale (WLBS).
Skala work-life balance digunakan untuk mengetahui seberapa
tinggi work-life balance seorang pekerja. Skala ini menggunakan

10
alat ukur yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
menggunakan skala penelitian yang sebelumnya, dengan
menggunakan aspek-aspek dari teori yang dibuat oleh Fisher,
Bulger dan Smith (2009). Total jumlah aitem-aitem dari skala work
life balance ini adalah sebanyak 17 aitem berdasarkan empat
dimensi dari teori Fisher, Bulger dan Smith (2009). Jawaban dari
skala ini dikelompokan menjadi lima pilihan jawaban, meliputi
Sangat Sering (SS) dengan skor 5, Sering (S) dengan skor 4,
Kadang-Kadang (K) dengan skor 3, Jarang (J) dengan skor 2 dan
Tidak Pernah (TP) dengan skor 1. Skala work-life balance ini terdiri
dari aitem favorable dan unfavorable. Semakin tinggi skor, maka
semakin tinggi pula tingkat work-life balance seseorang, begitu juga
sebaliknya, semakin rendah skor yang didapatkan, maka semakin
rendah pula tingkat work-life balance seseorang
2. Skala work family balance
Skala work-family balance mengadaptasi dari teori Greenhaus,
Collins, dan Shaw (2003) yang mencakup aspek keseimbangan
waktu, keseimbangan peran, dan keseimbangan kepuasan. Terdapat
48 aitem dalam skala ini, 24 aitem favorable dan 24 aitem
unfavorable
3. Work family conflict scale
Blomme et al. (2010, dalam Herst & Brannick, 2004)
mengembangkan alat ukur work-family conflict dengan
menggunakan skala likert yang terdiri dari 5 pilihan jawaban.
Netemeyer, Boles dan McMurrian (1996, dalam Herst, 2003)
menyusun sebuah skala work-family conflict yang terdiri dari 5
item dengan 5 interval pilihan jawaban dimulai dari 1 = sangat tidak
setuju sampai 5 = sangat setuju

F. Blue Print Skala Work Life Balance

11
FAVOR UNFAVO JUM
NO ASPEK INDIKATOR
ABLE RABLE LAH
Sejauh mana pekerjaan
menggangu kehidupan 3,5 7,10 4
pribadi seseorang
1 Demands Sejauh mana kehidupan
pribadi individu
1,4 6,14 4
menggangu kehidupan
pekerjaannya
Sejauh mana kehidupan
pribadi seseorang
meningkatkan peforma 9,2 12 3
individu pada kehidupan
pekerjaannya
2 Resources
Sejauh mana kehidupan
pekerjaan seseorang dapat
meningkatkan kualitas 11,8 13 3
individu dalam kehidupan
pribadinya

JUMLAH 8 6 14

BAB III

PERSIAPAN PENYUSUSNAN SKALA WORKLIFE BALANCE


A. Literatur Mengenai Work Life Balance
Penelitian yang dilakukan oleh Gwenith G. Fisher, A. Bulger
Quinnipiac dan Carlla S. Smith Bowling Green terhadap alat ukur Work
Life Balance dengan judul penelitian “Beyond Work and Family: A
Measure of Work/Nonwork Interference and Enhancement”. Penelitian

12
tersebut dirancang bertujuan untuk mengukur presepsi tentang sejauh
mana pekerjaan menggangu kehidupan pribadi dan kehidupan pribadi
menggangu pekerjaan.
Dalam pembuatan Skala Work Life Balance peneliti melakukan
penelitian terhadap 384 karyawan dari 24 organisasi di Amerika Serikat
Timur Laut dalam berbagai pekerjaan. Lebih dari setengah (59%) adalah
perempuan. Usia berkisar antara 20 sampai 84 tahun (M 44.2, SD 11.5).
Sebagian besar responden (71%) menikah atau bermitra dan hampir
setengah (48%) menunjukkan bahwa mereka memiliki anak yang tinggal
di rumah. Usia rata-rata termuda anak di rumah adalah 10 tahun (SD 7,5).
Sebagian besar responden (60%) memegang gelar sarjana atau lebih tinggi
(60%). Meskipun masa kerja organisasi berkisar dari kurang dari 1 tahun
sampai 43 tahun, rata-rata organisasi masa kerja adalah 8,9 tahun (SD 8,3).
Sedikit lebih dari setengah (54%) menyatakan terlibat dalam organisasi di
luar pekerjaan. Hasil dari penelitian tersebut kemudian menghasilakan 17
item yang terbagi dalam 4 indikator yaitu gangguan pekerjaan dengan
kehidupan pribadi, kehidupan pribadi dengan gangguan pekerjaan,
peningkatan kehidupan pekerjaan pribadi.

B. Teori Pencetus dari Skala Work Life Balance


Fisher, Bulger dan Smith (2009) merupakan pencetus dari teori
Work Life Balance, Work-Life Balance Scale digunakan untuk mengukur
persepsi individu terhadap tingkat keseimbangan antara tuntutan pekerjaan
dan kehidupan pribadi. Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan yang
berkaitan dengan pengalaman individu dalam mengatur waktu, energi, dan
perhatian mereka antara pekerjaan dan kehidupan di luar pekerjaan.
Responden diminta untuk menilai sejauh mana mereka setuju dengan
pernyataan-pernyataan tersebut. Skala ini memberikan gambaran tentang
sejauh mana individu merasa seimbang antara tuntutan pekerjaan dan
kehidupan pribadi mereka. Hasil dari skala ini dapat digunakan untuk
memahami tingkat work-life balance individu, serta untuk

13
mengidentifikasi area-area yang memerlukan perhatian lebih untuk
mencapai keseimbangan yang lebih baik

C. Validitas Logis
1. Proses Validasi dari Validasi Logis
Pada penelitian ini, peneliti melakukan Content Validity Ratio
(CVR) oleh Lawshe dengan cara meminta bantuan kepada sebanyak
tiga orang yang sudah lulus pada mata kuliah Psikometri dan
Konstruksi Alat Ukur. Adapun ketiga orang tersebut kemudian disebut
sebagai Subject Matter Expert (SME). Peneliti meminta kesediaan dari
ketiga SME yakni Nabila Rahmi Maricar merupakan Mahasiswi
Psikologi dari Universitas Bosowa, Febrianti Yauseph merupakan
Mahasiswi Psikologi dari Universitas Bosowa dan A.Is Amelia
Miranda, S.Psi merupakan Mahasiswi Psikologi lulusan dari
Universitas Bosowa. Mereka kemudian memberikan penilaian kepada
setiap item agar dapat diketahui sejauh mana item tersebut mewakili
apa yang hendak diukur.
Peneliti meminta kesediaan SME untuk menelaah item yang terdapat
pada skala Work Life Balance. Peneliti memohon kesediaan SME
tersebut melalui obrolan pesan pada via WhatsApp. Peneliti meminta
bantuan kepada Nabila Rahmi Maricar untuk menelaah skala Work
Life Balance pada tanggal 28 Mei 2023 yang kemudian diberikan
feedback pada hari itu juga. Peneliti kemudian meminta bantuan
kepada Febrianti Yauseph untuk menelaah skala Work Life Balance
pada tanggal 28 Mei 2023 yang kemudian diberikan feedback pada
tanggal 31 Mei 2023. Peneliti kemudian meminta bantuan kepada A. Is
Amelia Miranda, S.Psi untuk menelaah skala Work Life Balance pada
tanggal 28 Mei 2023 yang kemudian diberikan feedback pada tanggal
31 Mei 2023

2. Hasil Validitas dariValiditas Logis

14
No Revisi Item Menurut
Hasil telaah SME Keterangan
item saran SME
(SME 1) Bisa dapat lebih
diperbaiki redaksi (SME 1) Saya terlambat
kalimatnya. bekerja karena urusan
1 Baik
(SME 2 dan 3) Sudah pribadi
sesuai

Sudah baik
Sudah baik
2 Baik

Sudah baik
3 Sudah baik Baik

(SME 1 dan 2) Sudah baik


Saya membawa masalah di
4 (SME 3) Kalimat telalu Baik
tempat kerja
panjang
5 Sudah baik Sudah baik Baik
6 Sudah baik Sudah baik Baik
7 Sudah baik Sudah baik Baik
8 Sudah baik Sudah baik Baik
(SME 1) Saya
mendapatkan dukungan
(SME 1) Kata katanya dari orang dalam
terlalu berbeli kehidupan pribadi saya
Perlu
9 (SME 2) Sudah sesuai dalam hal pekerjaan
perbaikan
(SME 3) Kalimatnya (SME 3) Orang terdekat
terlalu panjang memberikan dukumgan
emosional dan sosial
kepada saya
10 Sudah baik Sudah baik Baik
11 Sudah baik Sudah baik Baik

15
12 Sudah baik Sudah baik Baik
(SME 1 dan 2) Sudah baik Kehidupan pribadi saya
13 (SME 3) Kalimat terlalu terpenuhi karena pekerjaan Baik
panjang saya
(SME 1 dan 2) Perbaiki Saya memikirkan berbagai
Perlu
14 redaksi katanya hal terkait rumah saya saat
perbaikan
(SME 3) Sudah baik sedang bekerja

Uraian Hasil Validitas Logis

Berdasarkan telaah pada Skala Work Life Balance yang telah dilakukan
oleh ketiga SME terlihat bahwa dari segi isi item (konten) tidak terdapat
hal yang perlu diperbaiki. Sedangakan dari segi bahasa berdasarkan
telaah pada skala Work Life Balance yang dilakukan oleh ketiga SME
menunjukkan bahwa terdapat sekitar 9 item yang menurut ketiga SME
sudah baik dari segi bahasa dan cocok untuk digunakan. Hasil telaah
ketiga SME juga menunjukkan bahwa ada sekitar 5 item yang diberikan
komentar terkait bahasa pada skala. Hasil telaah dari SME menyatakan
bahwa beberapa kalimat dari item masih perlu untuk disederhanakan dan
diperbaiki redaksi katanya agar lebih mudah untuk dipahami. Jadi dapat
disimpulkan berdasarkan hasil telaah baik dari segi bahasa maupun
konten terlihat bahwa terdapat sekitar 5 item diberikan komentar, dimana
SME memiliki pendapatnya masing masing. Mulai dari penulisan,
penambahan kata, penyerderhanaan kalimat, hingga pengantian redaksi
kalimat yang baik. Hal ini dilakukan agar konteks kalimat dalam isi item
dapat lebih mudah dipahami. Hal tersebut kemudian membuat ketiga
SME memberikan beberapa saran redaksi kepada peneliti untuk
digunakan di dalam skala

D. Validitas Tampang
1. Proses Validasi dari Validitas Tampang

16
Skala Work Life Balance yang telah ditelaah oleh SME kemudian
ditelaah kembali oleh peneliti. Skala hasil telaah tersebut kemudian
dirancang atau dibuat ke dalam bentuk kuesioner online yakni melalui
via Google Form. Kegiatan untuk menguji validitas tampang pada
skala Work Life Balance yaitu dilakukan dengan bantuan beberapa
reviewer. Kegiatan ini dilakukan dengan bantuan lima orang reviewer.
Peneliti meminta kesediaan dari kelima orang reviewer untuk
membantu dalam melakukan review kepada skala yang telah ditelaah
kembali oleh peneliti.
Kegiatan untuk mereview skala Work Life Balance tersebut dilakukan
oleh lima orang reviewer yakni Muhammad Isya Marsaoly, Fauzan
Aras, Nirwana, Fadli Nur Amri, dan Muhammad Mustain. Kelima
reviewer merupakan responden yang memenuhi kriteria untuk mengisi
skala Work Life Balance. Peneliti meminta kesediaan reviewer
pertama yakni Muhammad Isya Marsaoly pada tanggal 31 Mei 2023
dan kemudian diberikan feedback pada tanggal 1 Juni 2023. Peneliti
meminta kesediaan reviewer kedua yakni Fauzan Aras pada tanggal 31
Mei dan kemudian diberikan feedback padatanggal 1 Juni 2023.
Peneliti meminta kesediaan reviewer ketiga yakni Nirwana pada
tanggal 1 Juni 2023 dan kemudian diberikan feedback pada tanggal 2
Juni 2023. Peneliti meminta kesediaan Reviewer keempat yakni Fadli
Nur Amri pada tanggal 1 Juni 2023 dan kemudian diberikan feedback
pada tanggal 2 Juni 2023. Peneliti meminta kesediaan reviewer kelima
yakni Muhammad Mustain pada tanggal 1 Juni 2023 dan kemudian
diberikan feedback pada tanggal 2 Juni 2023. Hasil review pada skala
tersebut kemudian ditelaah kembali oleh peneliti

2. Hasil Validasi dari Validasi Logis

No Hasil review Item siap tebar Keterangan


item

17
1 Kelima reviewer Urusan pribadi saya Sudah Baik
menyatakan bahwa baik membuat saya terlambat
dari segi konten dan dalam bekerja
bahasa sudah jelas dan
mudah untuk dipahami
2 Kelima reviewer Kehidupan pribadi saya Sudah Baik
menyatakan bahwa baik memberikan inspirasi dan
dari segi konten dan ide-ide kreatif yang
bahasa sudah jelas dan mendukung inovasi dan
mudah untuk dipahami kemajuan dalam
pekerjaan saya
3 Kelima reviewer Waktu berkumpul Sudah Baik
menyatakan bahwa baik bersama keluarga saya
dari segi konten dan berkurang karena
bahasa sudah jelas dan pekerjaan saya
mudah untuk dipahami
4 Kelima reviewer Saya sering kali Sudah Baik
menyatakan bahwa baik membawa masalah
dari segi konten dan pribadi ketempat kerja,
bahasa sudah jelas dan yang menggangu
mudah untuk dipahami produktivita saya
5 Kelima reviewer Waktu istirahat saya Sudah Baik
menyatakan bahwa baik berkurang karena
dari segi konten dan pekerjaan saya
bahasa sudah jelas dan
mudah untuk dipahami
6 Kelima reviewer Pekerjaan membuat Sudah Baik
menyatakan bahwa baik kebutuhan pribadi saya
dari segi konten dan terpenuhi
bahasa sudah jelas dan

18
mudah untuk dipahami
7 Kelima reviewer Pekerjaan saya sangat Sudah Baik
menyatakan bahwa baik menguras energi saya
dari segi konten dan
bahasa sudah jelas dan
mudah untuk dipahami
8 Kelima reviewer Pekerjaan saya membantu Sudah Baik
menyatakan bahwa baik mengatasi masalah
dari segi konten dan pribadi saya
bahasa sudah jelas dan
mudah untuk dipahami
9 Kelima reviewer Saya mendapatkan Sudah Baik
menyatakan bahwa baik dukungan dari orang
dari segi konten dan dalam kehidupan pribadi
bahasa sudah jelas dan saya dalam hal pekerjaan
mudah untuk dipahami
10 Kelima reviewer Pekerjaan saya Sudah Baik
menyatakan bahwa baik menggangu jadwal
dari segi konten dan ibadah saya
bahasa sudah jelas dan
mudah untuk dipahami
11 Kelima reviewer Pekerjaan yang saya Sudah Baik
menyatakan bahwa baik lakukan dapat membantu
dari segi konten dan saya melupakan masalah
bahasa sudah jelas dan saya
mudah untuk dipahami

19
12 Kelima reviewer Peforma saya dalam Sudah Baik
menyatakan bahwa baik bekerja meningkat setelah
dari segi konten dan menyelesaikan hal hal
bahasa sudah jelas dan yang diluar pekerjaan
mudah untuk dipahami saya
13 Kelima reviewer Kehidupan pribadi saya Sudah Baik
menyatakan bahwa baik terpenuhi karena
dari segi konten dan pekerjaan saya
bahasa sudah jelas dan
mudah untuk dipahami
14 Kelima reviewer Ketika saya bekerja saya Sudah Baik
menyatakan bahwa baik memikirkan berbagai hal
dari segi konten dan terkait rumah saya
bahasa sudah jelas dan
mudah untuk dipahami

Hasil Uraian Validasi Tampang


Berdasarkan hasil review dari reviewer tidak terdapat item yang perlu
direvisi, ketiga reviewer menyatakan baik dari segi bahasa dan konten
skala Work Life Balance sudah baik dan mudah untuk dipahami.

BAB IV

UJI COBA SKALA WORK LIFE BALANCE


A. Deskripsi Demografi
Responden dalam penelitian ini merupakan orang orang yang
sedang bekerja sebanyak 100 responden
1. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi


Laki-Laki 62

20
Perempuan 38
Total 100

Berdasarkan hasil data menggunakan aplikasi SPSS diperolah hasil dari


100 responden, sebanyak 62 dengan jenis kelamin laki-laki dan 38 dengan
jenis kelamin perempuan

Jenis Kelamin
70
62
60

50

40 38

30

20

10

0
Laki-Laki Perempuan

Berdasarkan hasil data menggunakan aplikasi SPSS diperolah hasil dari


100 responden, sebanyak 62 dengan jenis kelamin laki-laki dan 38 dengan
jenis kelamin perempuan
2. Usia

Usia Frekuensi
19 Tahun 4
20 Tahun 8
21 Tahun 7
22 Tahun 7
23 Tahun 9
24 Tahun 14

21
25 Tahun 13
26 Tahun 13
27 Tahun 10
28 Tahun 13
36 Tahun 1
53 Tahun 1
Total 100

Berdasarkan hasil data mengunakan aplikasi SPSS diperolah hasil dari


100 responden, sebanyak 4 orang berusia 19 tahun, 8 orang berusia 20
tahun, 7 orang berusia 21 tahun, 7 orang berusia 22 tahun, 9 orang
berusia 23 tahun, 14 orang berusia 24 tahun, 13 orang berusia 25 tahun,
13 orang berusia 26 tahun, 10 orang berusia 27 tahun, 13 orang berusia
28 tahun, 1 orang berusia 36 tahun dan 1 orang berusia 53 tahun.

Usia
16
14
14 13 13 13
12
10
10 9
8
8 7 7
6
4
4

2 1 1
0
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 36 53
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

Berdasarkan hasil data mengunakan aplikasi SPSS diperolah hasil dari


100 responden, sebanyak 4 orang berusia 19 tahun, 8 orang berusia 20
tahun, 7 orang berusia 21 tahun, 7 orang berusia 22 tahun, 9 orang
berusia 23 tahun, 14 orang berusia 24 tahun, 13 orang berusia 25 tahun,

22
13 orang berusia 26 tahun, 10 orang berusia 27 tahun, 13 orang berusia
28 tahun, 1 orang berusia 36 tahun dan 1 orang berusia 53 tahun.

3. Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Frekuensi


Karyawan 44
Freelance 20
Wiraswasta 17
Pegawai Negeri 8
Pedagang 4
Dokter 5
Pemain Bola 2
Total 100

Berdasarkan hasil data mengunakan aplikasi SPSS diperolah hasil dari


100 responden, sebanyak 44 orang berkerja sebagai Karyawan, 20
orang berkerja sebagai Freelance, 17 orang berkerja sebagai
Wiraswasta, 8 orang berkerja sebagai Pegawai Negeri, 5 orang
berkerja sebagai Dokter, 4 orang berkerja sebagai Pedagang dan 2
orangberkerja sebagai Pemain Bola

23
Pekerjaan
50
45 44

40
35
30
25
20
20 17
15
10 8
4 5
5 2
0
Karyawan Wiraswasta Freelance Pegawai Pedagang Dokter Pemain
Negeri Bola

Berdasarkan hasil data mengunakan aplikasi SPSS diperolah hasil dari


100 responden, sebanyak 44 orang berkerja sebagai Karyawan, 20
orang berkerja sebagai Freelance, 17 orang berkerja sebagai
Wiraswasta, 8 orang berkerja sebagai Pegawai Negeri, 5 orang
berkerja sebagai Dokter, 4 orang berkerja sebagai Pedagang dan 2
orangberkerja sebagai Pemain Bola
A. Deskripsi Tingkat Skor Stres Kerja

Variabel Distribusi Skor


Work Life Min Max Mean SD
Balance 15 32 22.99 3.608

Berdasarkan hasil distribusi skor pada tabel di atas dapat diketahui


bahwa skor Work Life Balance yang diperoleh dari 8 item yang valid
diketahui bahwa skor paling rendah yaitu sebesar 15. Hasil penelitian
tersebut juga menunjukkan bahwa skor tertinggi pada tiap item yaitu
32. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata yaitu

24
sebesar 22.99 dan nilai standar deviasi yang diperoleh yaitu sebesar
3.608

Kriteria Norma
Sangat Tinggi X > 29
Tinggi 25 < X ≤ 29
Sedang 21 < X ≤ 25
Rendah 17 < X ≤ 21
Sangat Rendah 17 ≤ X

Kategorisasi Frequency Percent


Sangat Rendah 8 8.0
Rendah 16 16.0
Sedang 46 46.0
Tinggi 26 26.0
Sangat Tinggi 4 4.0
Total 100 100.0

Kategorisasi Frequency Percent


Sangat Rendah 6 6.0
Rendah 35 35.0
Sedang 32 32.0
Tinggi 23 23.0
Sangat Tinggi 4 4.0
Total 100 100.0

25
Kategori Tingkat Skor
40
35
35
32
30

25 23

20

15

10
6
5 4

0
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel dan diagram batang diketahui
bahwa terdapat sebanyak 100 responden sebagai sampel penelitian,
dimana terdapat sebanyak 6 responden yang memiliki Work Life Balance
pada kategori sangat rendah dengan nilai persen yaitu 6%. Terdapat
sebanyak 35 responden yang memiliki Work Life Balance pada kategori
sedang dengan nilai persen yaitu 35%. Terdapat sebanyak 32 responden
yang memiliki kebersyukuran pada kategori sedang dengan nilai persen
yaitu 32%. Terdapat sebanyak 23 responden yang memiliki kebersyukuran
pada kategori tinggi dengan nilai persen yaitu 23%. Terdapat sebanyak 4
responden yang memiliki kebersyukuran pada kategori sangat tinggi
dengan nilai persen yaitu 4%. Hasil pada tabel dan diagram batang
tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang memiliki
kebersyukuran pada kategori rendah

B. Deskripsi Tingkat Skor Asertif Berdasarkan Demografi


1. Jenis Kelamin

Jenis Jumlah Koding TOTAL


kelamin SR R S T ST
LAKI-LAKI 6 35 21 0 0 62

26
PEREMPUA 0 0 11 23 4 38
N
TOTAL 6 35 32 23 4 100
Berdasarkan hasil deskripsi kategorisasi di atas diketahui bahwa terdapat
sebanyak 100 responden yang menjadi sampel di dalam penelitian. Hasil
analisis di atas menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 6 responden
dimana 6 responden laki-laki dan 0 responden perempuan yang memiliki
Work Life Balance dengan kategori sangat rendah. Hasil analisis di atas
menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 35 responden dimana 35
responden laki-laki dan 0 responden perempuan yang memiliki Work
Life Balance dengan kategori rendah. Hasil analisis di atas menunjukkan
bahwa terdapat sebanyak 32 responden dimana 21 responden laki-laki
dan 11 responden perempuan yang memiliki Work Life Balance dengan
kategori sedang. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa terdapat
sebanyak 23 responden dimana 0 responden laki-laki dan 23 responden
perempuan yang memiliki Work Life Balance dengan kategori tinggi.
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 4 responden
dimana 0 responden laki-laki dan 4 responden perempuan yang memiliki
Work Life Balance dengan kategori sangat tinggi. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa jumlah responden terbanyak yang menjadi
sampel penelitian yaitu laki-laki dan lebih banyak orang yang memiliki
Work Life Balance dengan kategori sedang

2. Usia

Jumlah Koding TOTAL


Usia
SR R S T ST
19 Tahun 4 0 0 0 0 4
20 Tahun 2 6 0 0 0 8
21 Tahun 0 7 0 0 0 7
22 Tahun 0 7 0 0 0 7

27
23 Tahun 0 9 0 0 0 9
24 Tahun 0 6 8 0 0 14
25 Tahun 0 0 13 0 0 13
26 Tahun 0 0 11 2 0 13
27 Tahun 0 0 0 10 0 10
28 Tahun 0 0 0 11 2 13
36 Tahun 0 0 0 0 1 1
53 Tahun 0 0 0 0 1 1
Total 6 35 32 23 4 100

Berdasarkan hasil data di atas diketahui bahwa total responden yaitu


sebanyak 100 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 4
responden dengan usia 19 tahun dan 2 responden dengan usia 20 tahun
memiliki Work Life Balance dengan kategori sangat rendah. Hal
tersebut menunjukan bahwa terdapat sebanyak 8 responden yang
memiliki Work Life Balance yang sangat rendah
Hasil yang diperoleh dari data di atas menunjukan bahwa terdapat
sebanyak 6 responden dengan usia 20 tahun, 7 responden dengan usia
21 tahun, 7 responden dengan usia 22 tahun, 9 responden dengan usia
23, 6 responden dengan usia 24 tahun yang memiliki Work Life
Balance yang rendah. Hal tersebut menunjukan bahwa sebanyak 35
responden yang memiliki Work Life Balance pada kategori yang
rendah.
Hasil yang diperoleh dari data di atas menunjukan bahwa terdapat
sebanyak 8 responden dengan usia 24 tahun, 13 responden dengan usia
25 tahun, 11 responden dengan usia 26 tahun yang memiliki Work
Life Balance yang sedang. Hal tersebut menunjukan bahwa sebanyak
32 responden yang memiliki Work Life Balance pada kategori yang
sedang
Hasil yang diperoleh dari data di atas menunjukan bahwa terdapat
sebanyak 2 responden dengan usia 26 tahun, 10 responden dengan usia

28
27 tahun, 11 responden dengan usia 27 tahun yang memiliki Work
Life Balance yang Tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa sebanyak
23 responden yang memiliki Work Life Balance pada kategori yang
sedang
Hasil yang diperoleh dari data di atas menunjukan bahwa terdapat
sebanyak 2 responden dengan usia 28 tahun, 1 responden dengan usia
36 tahun, 1 responden dengan usia 53 tahun memiliki Work Life
Balance sangat tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa sebanyak 4
responden memiliki Work Life Balance pada kategori sangat tinggi.
Hal tersebut menunjukan bahwa sebanyak 4 responden yang memiliki
Work Life ealance pada kategori yang sangat tinggi
3. Pekerjaan

Jumlah Koding TOTAL


Pekerjaan
SR R S T ST
Karyawan 6 35 3 0 0 44
Wiraswasta 0 0 17 0 0 17
Freelance 0 0 12 8 0 20
Pegawai
0 0 0 8 0 8
Negeri
Pedagang 0 0 0 4 0 4
Dokter 0 0 0 3 2 5
Pemain Bola 0 0 0 0 2 2
Total 6 35 32 23 4 100

Berdasarkan hasil yang diperolah di atas diketahui bahwa total


responden yaitu sebanyak 100 orang. Diketahui bahwa 6 responden
yang bekerja sebagai karyawan memiliki Work Life Balance sangat
rendah. Hal tersebut menunjukan bahwa jumlah responden yang

29
memiliki Work Life Balance pada kategori sangat rendah berjumlah 6
orang
Hasil yang diperoleh dari data diatas menunjukan bahwa terdapat
sebanyak 35 responden yang bekerja sebagai Karyawan memiliki
Work Life Balance yang rendah. Hal tersebut menunjukan bahwa
jumlah responden yang memiliki Work Life Balance pada ketegori
rendah berjumlah 35 orang
Hasil yang diperoleh dari data diatas menunjukan bahwa terdapat
sebanyak 3 responden yang bekerja sebagai Karyawan, 17 responden
yang berkerja sebagai Wiraswasta, 12 responden yang berkerja sebagai
Freelance memiliki Work Life Balance yang sedang. Hal tersebut
menunjukan bahwa jumlah responden yang memiliki Work Life
Balance pada ketegori sedang berjumlah 32 orang
Hasil yang diperoleh dari data diatas menunjukan bahwa terdapat
sebanyak 8 responden yang bekerja sebagai Freelance, 8 responden
yang berkerja sebagai Pegawai Negeri, 4 responden yang berkerja
sebagai Pedagang, 3 responden yang berkerja sebagai Dokter memiliki
Work Life Balance yang tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa
jumlah responden yang memiliki Work Life Balance pada ketegori
tinggi berjumlah 23 orang
Hasil yang diperoleh dari data diatas menunjukan bahwa terdapat
sebanyak 2 responden yang bekerja sebagai Dokter, 2 responden yang
berkerja sebagai Pemain Bola, memiliki Work Life Balance yang
sangat tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa jumlah responden yang
memiliki Work Life Balance pada ketegori tinggi berjumlah 4 orang.
Hal tersebut menunjukan bahwa jumlah responden yang memiliki
Work Life Balance pada ketegori sangat tinggi berjumlah 4 orang

C. Reabilitas Skala Work Life Balance

30
Cronbach’s Alpha N of Item
0.372 8

Hasil pada tabel menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 8 item


yang dinyatakan valid untuk digunakan. Hasil analisis menunjukkan
bahwa nilai Cronbach’s Alpha menunjukkan nilai sebesar 0.372 yang
berarti dapat dikatakan memiliki tingkat reliabilitas atau keandalan
yang rendah

D. Validasi Item
1. Aspek 1

Chi-
Df P-value RMSEA
Squared
20.39 17 0.25457 0.045

2. Aspek 2

31
Chi-
Df P-value RMSEA
Squared
9.97 8 0.26682 0.050

Berdasarkan path diagram dan tabel di atas dapat diketahui bahwa


kedua data dapat dikatakan sudah fit. Pada path diagram pertama yakni
aspek pertama yaitu Demands dapat dikatakan sudah fit karena nilai P-
value yaitu 0.25457 yang artinya telah lebih besar daripada 0.05 dan nilai
RMSEA yaitu 0.045 yang artinya telah lebih kecil dari 0.05. Hal tersebut
menyebabkan item pada aspek 1 dapat dikatakan sudah fit karena sudah
terpenuhinya kedua syarat yang ada. Gambar pada path diagram aspek 2
yakni Resources dapat dikatakan sudah fit. Hal tersebut terjadi karena nilai
P-value yaitu 0.26682 yang artinya lebih besar daripada nilai 0.05 dan
nilai RMSEA yaitu 0.050 yang lebih kecil daripada nilai 0.05. Hal tersebut
menyebabkan data pada aspek 2 dapat dikatakan sudah fit karena sudah
memenuhi kedua syarat yang telah ditetapkan.

Item Faktor Error t- Aspek Valid/Tidak


Loadin valu

32
g e Valid
Item 1 0,59 0,10 5,81 Demands Valid
Item 2 0,58 0,12 4,97 Resources Valid
Item 3 0,71 0,09 7,69 Demands Valid
Item 4 0,35 0,10 3,40 Demands Valid
Item 5 0,82 0,09 9,36 Demands Valid
Item 6 0,25 0,11 2,30 Demands Valid
Item 7 -0,64 0,10 -6,70 Demands Tidak Valid
Item 8 0,46 0,12 4,04 Resources Valid
Item 9 0,07 0,13 0,56 Resources Tidak valid
Item 10 -0,38 0,10 -3,61 Demands Tidak Valid
Item 11 0,42 0,12 3,60 Resources Valid
Item 12 -0,72 0,12 -0,39 Resources Tidak Valid
Item 13 -0,39 0,12 -0,39 Resources TidakValid
Item 14 -0,73 0,09 -7,89 Demands TidakValid

Hasil uji validasi konstrak menunjukkan bahwa sebanyak 8 item


dari total 14 item pada skala Work Life Balance dinyatakan valid dan
layak untuk digunakan. Pada aspek Demands diketahui bahwa sebanyak 5
item dinyatakan valid diantarnya, 1, 3, 4, 5, dan 6 serta 3 item yang
dinyatakan tidak valid yaitu item 7, 10, dan 14. Pada aspek Resources
diketahui bahwa sebanyak 3 item dinyatakan valid, yakni item 2, 8, dan 11
serta sebanyak 3 item yang dinyatakan tidak valid, yaitu item 9, 12, dan
13. Item yang dinyatakan tidak valid dikarenakan faktor loading yang
bernilai negatif (-) serta nilai t-vallue yang berada di bawah 1,96.

33
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil validasi Skala Work Life Balance di atas dapat
diketahui bahwa terdapat 6 item yang dinyatakan gugur karena tidak valid
yakni nomor item 7, 9, 10, 12,13, dan 14. Dan 8 item yang dikatakan valid
untuk digunakan yaitu 1, 3, 4, 5, 6, 9, 12, dan 13. Hasil pengolahan data
menunjukkan bahwa Skala Work Life Balance yang di buat telah reliabel
untuk digunakan. Perhitungan reliabilitas kebersyukuran dilakukan
menggunakan Teknik Alpha Cronbach menggunakan IBM SPSS 24 yang
memperoleh hasil sebesar 0.372. Hal tersebut menunjukkan instrument
alat ukur dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang rendah karena telah
masih jauh dari skor 1

B. Saran
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka peneliti mengajukan
beberapa saran yaitu:
1. Skala Work Life Balance yang yang telah dibuat oleh peneliti
menghasilkan 6 item yang dinyatakan gugur karena tidak valid
sehingga jika peneliti selanjutnya ingin menggunakan skala
kebersyukuran ini, disarankan untuk meninjau kembali item yang tidak
valid tersebut
2. Hasil yang diperoleh pada penelitian menunjukkan bahwa sampel yang
menjadi subjek penelitian sangat bervariasi, dan dalam identitas
responden peneliti tidak mengelompokan berbagai kategori seperti
umur dan pekerjeaan sehingga dalam pengerjaan laporan menjadi lebih
rumit. Hal tersebut kemudian menjadi pertimbangan peneliti apabila
dalam penelitian selanjutnya untuk membuat pengelompokan dalam
identitras responden, seperti kelompok umur dan pekerjaan.

34
BAB VI

REFLEKSI
A. Apa yang Dibahas
Sangat banyak materi yang dibahas dalam mata kuliah psikometri
ini. Dalam mata kuliah ini Peneiti mempelajari terkait apa itu psikometri
dan alat ukur. Peneliti diarahkan dan dibimbing dari awal pemberian
materi hingga bisa melakukan pengadaptasian skala Work Life Balance.
Peneliti diarahkan untuk memilih variabel yang akan digunakan, mencari
dasar teori dari grand theory dari pencetus teori Work Life Balance
tersebut. Peneliti juga mempelajari sangat banyak variabel-variabel baru
yang baru pertama kali didengar
Peneliti diarahkan untuk lebih kreatif dalam memilih variabel
karena masih lebih banyak variabel di luar sana yang juga tidak kalah
menarik. Peneliti diarahkan untuk mencari jurnal asli dari skala Work Life
Balance tersebut karena memang untuk mengkaji sesuatu maka penting
untuk langsung melihat dari sumber literatur aslinya dibandingkan
mengambil dari literatur orang kedua atau ketiga. Peneliti kemudian di
arahkan untuk mengadaptasikan skala Work Life Balance dengan melalui
pengujian validitas logis, validitas tampang, dan validitas konstruk.
Peneliti juga diarahkan untuk kembali mereview materi yang dulu pernah
dipelajari di semester sebelumnya yakni menngolah data menggunakan
IBM SPSS. Saat menguji validitas konstruk, peneliti juga diajarkan
menggunakan aplikasi baru yakni aplikasi Lisrel 8.8

B. Apa Yang Terjadi Dengan Saya


Ada sangat banyak hal yang terjadi selama kegiatan ini
berlangsung. Awalnya sempat bingung untuk memilih variabel yang akan
saya gunakan. Sayaawalnya mengambil variabel coping strees, variabel
yang menurut saya sangat menarik tetapi kemudian setelah mencari
literaur ternyata sudah banyak yang mengunakan variabel tersebut. Karena
Bapak Dosen memberikan arahan untuk tidak memilih variabel yang jenuh

35
atau sudah banyak orang yang menelitinya maka saya mengubah variabel
yang akan saya pilih dan akhirnya memilih variabel Work Life Balance
Kegiatan bimbingan dalam pengerjaan tugas tersebut dilaksanakan
secara luring. Awalnya saya merasa cukup bingung karena ada beberapa
yagn kurang saya pahami dan terkendala waktu untuk bertanya. Hal
tersebut kemudian membuat saya mencoba bertanya kepada teman lain
seusai pembelajaran selesai. Hal tersebut membuat saya mencoba untuk
belajar lebih tanggap serta lebih berusaha. Menurut saya, hal tersebut
terjadi karena keadaan atau situasi yang tidak terkendali oleh karena itu
karena saya sebagai pelaku dari kegiatan tersebut tentunya saya punya
kekuatan untuk mengaturnya yakni dengan berusaha mencari informasi
yang tertinggal tersebut. Saya juga sempat merasa bingung saat mencari
jurnal asli dari Skala Work Life Balance karena banyaknya versi serta
literatur-literatur yang tidak sesuai. Hal tersebut awalnya membuat saya
menjadi lelah dan cemas jika tidak mendapatkan skala. Saya juga berpikir
bahwa bila tidak memperoleh skala asli tersebut maka tentu saya harus
mengganti variabsl atau kembali mencari tahu terkait grand theory
tersebut. Saya kemudian terus mencari hingga mendapatkan skala asli dari
skala Work Lfe Balance oleh Fisher, Bulger, dan Smith (2009). Perilaku
yang muncul pada saat itu ialah tetap mau terus mencoba walaupun
sempat terbersit di dalam pikiran untuk memulai dan mengganti dari awal
terkait dasar teori, tetapi pikiran dan tindakanku bertolak belakang karena
seperti ada rasa ingin terus berusaha mencari hingga dapat. Saya juga
belajar untuk bersabar dan mau berusaha hingga mendapatkan hasil
tersebut.
Kami kemudian mempelajari mengenai cara melakukan pengujian
validitas. Kegiatan pengujian validitas terbagi menjadi 3 yaitu validitas
logis, tampang, dan konstruk. Kegiatan pengujian validitas pertama yaitu
validitas logis yakni dengan meminta bantuan dari translator untuk
menerjemahkan skala. Saya awalnya merasa canggung saat ingin
menghubungi teman saya untuk meminta tolong menerjemahkan skala

36
Work Life Balance. Teman saya kemudian menerjemahkannya dan
responnya cukup cepat. Setelah semua sudah selesai menerjemahkan,
kemudian saya menelaah kembali untuk kemudian dikirimkan kepada 3
Subject Matter Expert. Saya sangat banyak mengirimkan pesan untuk
meminta kesediaan dari SME dalam menelaah skala yang telah ditelaah
sebelumnya oleh peneliti. Sayangnya, saat menghubungi rupanya banyak
senior yang menolak dengan alasan telah menjadi SME beberapa teman
saya, banyak senior lagi. Hingga ada 3 senior yang menyatakan bersedia
untuk menelaah skala Work Life Balance tersebut. Saya sangat bersyukur
dan berterima kasih kepada semua yang terlibat membantu dalam kegiatan
ini. Saya juga merasa sangat senang saat hasil telaah telah dikirimkan.
Saya melihat sangat banyak komentar dan saran redaksi yang diberikan
oleh ketiga SME. Saya kemudian mulai belajar banyak hal berdasarkan
apa yang telah disampaikan oleh Ketiga SME.
Hingga saat mencari untuk reviewer saya memilih mengirimkan
kepada kelima orang yang merupakan kenalan saya. Saya merasa sangat
berterima kasih kepada kelima reviewer yang telah mau meluangkan
waktu untuk membantu. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan menelaah
kembali keusioner online berdasarkan hasil telaah reviewer. Setelah
mencoba konsultasi ke Bapak Dosen sebelum skala siap sebar tersebut
disebarkan. Setelah beberapa hal masukan yang saya dapatkan, kemudian
saya memperbaiki beberapa bagian pada skala saya, setelah itu saya
menyebarkan skala dan karena target yang diberikan adalah sebanyak 100
responden.
Saat mencari responden butuh sekitar satu minggu untuk
merangkumkan seluruh data. Awalnya merasa cemas apakah ada yang
ingin mengisi dengan jumlah item saya. Tetapi setelah semua selesai saya
percaya sangat banyak orang baik yang masih mau meluangkan waktu
untuk membantu sehingga saya merasa sangat berterima kasih kepada
semua orang yang menyempatkan waktu untuk membantu saya dalam
mengisi skala kebersyukuran tersebut.

37
Saya juga banyak mengisi skala dari teman-teman lain karena saya
paham bagaimana berada di posisi mereka yang memang sedang berusaha
untuk terus menyebar skala. Saya merasa kemungkinan banyak orang
yang merasa jenuh mengisi skala yang saya sebar karena jujur dalam
sehari ada sekitar 3 hingga 5 skala yang saya sebar di semua grup bahkan
di grup sahabat. Salah satu teman saya berkata bahwa saya hanya muncul
saat membutuhkan responden saja. Saya merasa cukup kecewa membaca
itu mengingat bahwa dia yang baru saja muncul di grup. Hal tersebut tetap
tidak membuat saya patah semangat untuk mencari responden lain hingga
cukup
Perilaku yang muncul pada diri sendiri selama proses perkuliahan
psikometri yaitu menjadi lebih tanggap, sabar, teliti, empati, prososial dan
lebih berani untuk berinteraksi dengan orang lain. Saya yang awalnya
cukup takut dengan tanggapan negatif dari orang lain, tetapi karena situasi
yang mendesak membuat saya menjadi lebih berani memulai pembicaraan
dengan orang baru seperti dengan senior atau junior. Saya juga merasa
kegiatan ini akan melatih jiwa prososial kita yakni dengan membantu
orang lain dalam menyebar skala dan sebagainya. Sangat banyak perilaku,
perasaan dan hal baru yang muncul saat kegiatan berlangsung.

C. Insight Yang Saya Peroleh


Saya mulai sadar bahwa dalam mengadaptasikan skala itu tidaklah
mudah. Saya dulu berpikir kalau untuk menerjemahkan skala itu hanya
melalui proses translasi seperti biasanya saja serta bisa dilakukan sendiri
oleh peneliti. Hal tersebut rupanya terbantahkan karena setelah belajar
mata kuliah ini, saya mulai sadar bahwa memang sangat panjang proses
untuk mengadaptasikan skala menyesuaikan budaya di negara sendiri.
Saya juga mulai sadar bahwa ternyata tidak mudah untuk meminta
kesediaan orang lain untuk mau secara sukarela untuk membantu dalam
melakukan telaah. Saya juga mulai sadar dan sedikit memahami
bagaimana perasaan dari kakak-kakak senior yang dulu sangat sering
mengirimkan pesan untuk meminta tolong mengisi skala.

38
Saya juga merasa bahwa proses pengadaptasian skala memang
harus dijalankan dengan baik dari awal hingga akhir karena memang
untuk menghasilkan alat ukur yang dapat dinyatakan relaiabel dan valid
untuk digunakan tidaklah mudah. Saya juga mulai merasa sadar bahwa
saya perlu belajar sabar, lebih banyak mengeksplor dan lebih berusaha lagi
dalam menghadapi sesuatu Saya merasa jika mau berusaha maka tentu
tugas apa pun itu akan selesasi sesuai dengan bagaimana semestinya.
Semakin banyak usaha yang saya tuangkan maka semakin baik juga hasil
yang diperoleh asalkan saya mau terus berusaha dengan cara yang positif.
Saya juga semakin paham bahwa memang kita merupakan
makhluk sosial yang sangat membutuhkan bantuan dari orang lain. Saya
merasa bersyukur dan merasa apa yang saya oelajari tidak sia-sia. Di awali
dengan merasa repot karena kurang biak dalam menajemen waktu dan
emosi tetapi karena terus mau berusaha sehingga usaha yang dilakukan
pun tidak sia-sia dan membuahkan hasil yang baik. Saya merasa bersyukur
setidaknya tugas laporan individu ini juga dapat selesai dengan tepat
waktu.

D. Apa Yang Akan Saya Lakukan Kedepan


Saya berencana untuk menjadi lebih teliti, tanggap, responsif, dan
lebih banyak membantu mengisi skala orang lain karena saya paham
seberapa sulit dan lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pengolahan data bila data yang dibutuhkan belum rangkum. Saya merasa
ke depanya akan lebih teliti dan berhati-hati dalam memilih variabel
karena mengingat betapa susahnya untuk mengadaptasikan skala maka
tentu akan lebih sudah lagi dalam mengkonstruksi skala. Saya merasa
perlu lebih hati-hati memilih variabel yang akan digunakan agar supaya
variabel yang sudah ditelaah dari sekarang kemudian dapat digunakn
untuk tugas atau hal-hal selanjutnya. Saya juga mulai akan mencoba
mempelajari variabel-variabel baru lainnya dengan alasan agar lebih kaya
informasi dan bisa menjadi bahan yang akan saya gunakan untuk tugas
selanjutnya. Saya juga merasa harus lebih banyak membaca literatur

39
seperti buku atau jurnal untuk setidaknya semakin menambah wawasan.
Saya juga merasa perlu banyak belajar dari seniorsenior dan teman-teman
karema masih banyak hal yang masih kurang pada diri sendiri.
Saya merasa dengan meminta pendapat dan meminta tolong
dengan orang lain akan membuat saya mau berusaha untuk mempelajari
dan mencari tahu mengenai banyak hal. Hal tersebut dapat dicontohkan
dengan bagaimana saya bisa tahu beberapa hal baru dari penggunaan
aplikasi lisrel dan excel. Saya juga belajar mengenai pengolahan data atas
saran-saran dan kritik-kritik yang diberikan oleh senior-senior dan teman-
teman. Saya merasa bahwa saya masih perlu belajar lebih banyak agar
lebih mulai terbiasa dan menjadi lebih paham terkait apa yang ingin
diambil dan dibahas di dalam penelitian.

40
DAFTAR PUSTAKA

Almanda Nabila Rianda Putri, S. R. (2021). Hubungan Work-Family Conflict


dengan Subjective Well-Being Karyawan Bank BJB Divisi Kredit
Konsumer . Psychology Science, Volume 2, No. 1.

Chofitnah Rohmatul Laela, A. H. (2016). PENGARUH RELATION-ORIENTED


LEADERSHIP BEHAVIOR TERHADAP WORK-LIFE BALANCE
PADA WANITA PEKERJA. JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI.

Fassa, A. A. (2015). UJI VALIDITAS KONSTRUK WORK-FAMILY


CONFLICT.

Ganapathi, I. M. (2016). PENGARUH WORK-LIFE BALANCE TERHADAP


KEPUASAN KERJA KARYAWAN (STUDI PADA PT. BIO FARMA
PERSERO. Ecodemica, Vol. IV No.1.

Gardenia Junissa Siregar, H. S. (2019). PERAN REGULASI EMOSI


TERHADAP KUALITAS HIDUP DENGAN WORK LIFE BALANCE
SEBAGAI MEDIATOR PADA PEREMPUAN PERAN GANDA. Jurnal
Muara Ilmu Sosial, Vol. 3, No. 2.

Gianti Gunawan, Y. N. (2019). REABILITAS DAN VALIDITAS KONSTRUK


WORK LIFE BALANCE DI INDONESIA. Jurnal penelitian dan
pengukuran psikologi, Volume 8, Nomor 2.

Ichwanhaq, S. S. (2018). BEBAN KERJA DAN WORK-FAMILY BALANCE


PADA PEKERJA WANITA DI USAHA KECIL MENENGAH (UKM)
PENGASAPAN IKAN.

Ischevell Vialara Saina, R. J. (n.d.). PENGARUH WORKLIFE BALANCE DAN


KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT PLN
(PERSERO) WILAYAH SULUTTENGGO AREA MANADO. JURNAL
ADMINISTRASI BISNIS.

41
Marhalinda, A. S. (2022). Pengaruh Work Life Balance, Lingkungan Kerja Dan
Kompensasi Terhadap Loyalitas Karyawan Pada Rumah Sakit Khusus
Daerah (RSKD) Duren Sawit. JURNAL IKRAITH-EKONOMIKA, Vol 5
No 3.

Ni Wayan Sri Pradnyani, A. G. (2022). PERAN STRES KERJA DALAM


MEMEDIASI PENGARUH WORK-LIFE BALANCE DAN
KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI . Jurnal Ilmu
Manajemen, Volume 10 Nomor 3.

Nurul Adiningtiyas, A. M. (2016). WORK LIFE BALANCE INDEX AMONG


TECHNICIAN. JURNAL ILMU EKONOMI.

Oktaviani, H. (n.d.). PENGARUH WORK LIFE BALANCE DAN PERCEIVED


ORGANIZATIONAL SUPPORT TERHADAP TURNOVER
INTENTION MELALUI ORGANIZATIONAL COMMITMENT
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PT BERLIAN JASA
TERMINAL INDONESIA. Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 6 Nomor 3.

Ranti Lukmiati, A. S. (2020). PENGARUH WORK LIFE BALANCE


TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA KARYAWAN STAFF
PRODUKSI PT. MUARA TUNGGAL CIBADAK - SUKABUMI. Jurnal
Ekobis Dewantara, Vol. 3 No. 3.

Selly Fatmawati, S. I. (2021). EFFECT OF WORK LIFE BALANCE AND


COMPENSATION ON JOB SATISFACTION AT KOPERASI SETIA
BHAKTI WANITA SURABAYA. Jurnal Ekonomi, Vol.17, Nomor 1.

Tomy Fitrio, P. D. (2019). DAMPAK DARI WORK LIFE BALANCE


TERHADAP ORGANIZATIONAL COMMITMENT DOSEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDRAGIRI RENGAT. Jurnal
Manajemen dan Bisnis, Volume VIII, No. 01.

Triyana Muliawati, A. F. (2020). PERAN WORK-LIFE BALANCE DAN


KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

42
MILENIAL: STUDI LITERATUR. Jurnal Ilmu Manajemen, Volume XX
Nomor XX.

Tuti Syaima Masita, D. A. (2019). Work-family conflict dan work-life balance


pada prajurit wanita TNI AL di Surabaya. Jurnal Fenomena, Vol. 28 No.
1.

Uki Yonda Asepta, S. H. (2017). ANALISIS PENGARUH WORK-LIFE


BALANCE DANPENGEMBANGAN KARIR TERHADAP
KEPUASAN KERJAKARYAWAN PT.TELKOMSEL, TBK BRANCH
MALANG. Jurnal JIBEKA, Volume 11 No. 1.

UMMAH, W. (2018). WORK LIFE BALANCE DITINJAU DARI MODAL


PSIKOLOGIS PEKERJA DI PERUSAHAAN GARMEN
YOGYAKARTA.

Yudha Adi Kalingga, M. (2023). STUDI KOMPARATIF WORK FAMILY


CONFLICT DAN WORK LIFE BALANCE PADA PEGAWAI
WANITA DINAS SOSIAL KOTA PADANG DITINJAU DARI LOCUS
OF CONTROL. Journal of Multidicsiplinary Research and Development,
Volume 5.

43
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Penyusunan Item Awal

ASPEK INDIKATOR FAVORABLE UNFAVORABLE


3 Waktu berkumpul bersama keluarga 7 Pekerjaan saya sangat menguras
saya berkurang karena pekerjaan saya energi saya
Sejauh mana pekerjaan menggangu
kehidupan pribadi seseorang 5 Waktu istirahat saya berkurang karena 10 Pekerjaan saya menggangu
pekerjaan saya jadwal ibadah saya

Demands
1 Urusan pribadi saya membuat saya 6 Pekerjaan membuat kebutuhan
terlambat dalam bekerja pribadi saya terpenuhi
Sejauh mana kehidupan pribadi
individu menggangu kehidupan
4 Saya sering kali membawa masalah 14 Ketika saya bekerja saya
pekerjaannya
pribadi ketempat kerja, yang menggangu memikirkan berbagai hal terkait
produktivita saya rumah saya
Resources Sejauh mana kehidupan pribadi 9 Saya mendapatkan dukungan dari orang 12 Peforma saya dalam bekerja
seseorang meningkatkan peforma dalam kehidupan pribadi saya dalam hal meningkat setelah menyelesaikan
individu pada kehidupan pekerjaan hal hal yang diluar pekerjaan saya

44
2 Kehidupan pribadi saya memberikan
pekerjaannya inspirasi dan ide-ide kreatif yang
mendukung inovasi dan kemajuan dalam
pekerjaan saya
11 Pekerjaan yang saya lakukan dapat 13 Kehidupan pribadi saya
Sejauh mana kehidupan pekerjaan
membantu saya melupakan masalah saya terpenuhi karena pekerjaan saya
seseorang dapat meningkatkan
kualitas individu dalam kehidupan
8 Pekerjaan saya membantu mengatasi
pribadinya
masalah pribadi saya

2. Lampiran Hasil Telaah SME


a) Review Umum

No Bagian SME 1 SME 2 SME 3


1 Tampilan keseluruhan (umum) Baik Sesuai Sesuai
2 Pengantar (lembar perkenalan) Baik Jelas Baik
3 Identitas responden Baik Jelas Baik
4 Instruksi pengisisan skala dan pilihan respon Mudah dipahami Jelas Jelas

45
b) Review Skala Work Life Balance
SUBJECT MATTER EXPERT 1
(Nabila Rahmi Maricar)

ASPEK/ NO FAV/ PENILAIAN KOMENTAR/SARAN


INDIKATOR ITEM KET.
DIMENSI ITEM UNFAV E G T BAHASA ISI
Demands Sejauh mana Waktu
pekerjaan berkumpul
menggangu bersama
kehidupan keluarga saya 3 Fav √ Sesuai Sesuai
pribadi berkurang
seseorang karena
pekerjaan saya

Waktu 5 Fav √ Sesuai Sesuai


istirahat saya
berkurang
karena

46
ASPEK/ NO FAV/ PENILAIAN KOMENTAR/SARAN
INDIKATOR ITEM KET.
DIMENSI ITEM UNFAV E G T BAHASA ISI
pekerjaan saya

Pekerjaan saya
sangat
menguras 7 Unfav √ Sesuai Sesuai

energi saya

Pekerjaan saya
menggangu
jadwal ibadah 10 Unfav √ Sesuai Sesuai

saya

Sejauh mana Saran “Saya


Urusan pribadi Bisa lebih
kehidupan terlambat
saya membuat diperbaiki
pribadi 1 Fav √ Sesuai bekerja karena
saya terlambat redaksi
individu urusan
dalam bekerja kalimatnya
menggangu pribadi”
kehidupan Saya sering 4 Fav √ Sesuai Sesuai Typo di kata

47
ASPEK/ NO FAV/ PENILAIAN KOMENTAR/SARAN
INDIKATOR ITEM KET.
DIMENSI ITEM UNFAV E G T BAHASA ISI
pekerjaannya kali membawa
masalah
pribadi
ketempat
kerja, yang “produktivitas”

menggangu
produktivita
saya

Pekerjaan
membuat
kebutuhan 6 Unfav √ Sesuai Sesuai
pribadi saya
terpenuhi
Ketika saya 14 Unfav √ Bisa lebih Bisa Sara “ Saya
bekerja saya diperbaiki disederhanakan memikirkan
memikirkan redaksi kalimatnya lagi berbagai hal

48
ASPEK/ NO FAV/ PENILAIAN KOMENTAR/SARAN
INDIKATOR ITEM KET.
DIMENSI ITEM UNFAV E G T BAHASA ISI
terkait rumah
berbagai hal saya saat
dirumah saya kalimatnya
sedang
bekerja”
Resources Sejauh mana Orang orang 9 Fav √ Terlalu Bisa kebih Saran “Saya
kehidupan dalam berbelit- disederhanakan mendapatkan
pribadi kehidupan belit, makna kalimatnya dukungan dari
seseorang pribadi saya ganda. Pilih orang dalam
meningkatkan memberikan salah satu kehidupan
peforma dukungan memberikan pribadi saya
individu pada emosional dan dukungan dalam hal
kehidupan sosial yang emosional pekerjaan”
pekerjaannya memperkuat atau sosial
ketahanan dan dan
kepuasan kerja memoerkuat
saya ketahanan
atau

49
ASPEK/ NO FAV/ PENILAIAN KOMENTAR/SARAN
INDIKATOR ITEM KET.
DIMENSI ITEM UNFAV E G T BAHASA ISI
kepuasan
kerja. Typo
kurang
tanda
penghubung
di kata
“orang-
orang”
Kehidupan 2 Fav √ Sesuai Sesuai
pribadi saya
memberikan
inspirasi dan
ide-ide kreatif
yang
mendukung
inovasi dan
kemajuan

50
ASPEK/ NO FAV/ PENILAIAN KOMENTAR/SARAN
INDIKATOR ITEM KET.
DIMENSI ITEM UNFAV E G T BAHASA ISI
dalam
pekerjaan saya

Peforma saya
dalam bekerja
meningkat Typo di kata
setelah “hal-hal”
menyelesaikan 12 Unfav √ Sesuai Sesuai
kurang tanda
hal hal yang penghubung
diluar
pekerjaan saya

Sejauh mana Pekerjaan 11 Fav √ Sesuai Sesuai


kehidupan yang saya
pekerjaan lakukan dapat
seseorang membantu
dapat saya
meningkatkan melupakan

51
ASPEK/ NO FAV/ PENILAIAN KOMENTAR/SARAN
INDIKATOR ITEM KET.
DIMENSI ITEM UNFAV E G T BAHASA ISI
masalah saya
Pekerjaan saya
membantu
mengatasi 8 Fav √ Sesuai Sesuai
kualitas
masalah
individu
pribadi saya
dalam
kehidupan Hal hal dalam
pribadinya kehidupan Typo dikata
pribadi saya “hal-hal”
13 Unfav √ Sesuai Sesuai
terpenuhi kurang tanda
karena penghubung
pekerjaan saya

SUBJECT MATTER EXPERT


(A. Is Amelia Miranda M)

52
ASPEK/ NO FAV/ PENILAIAN KOMENTAR/SARAN
INDIKATOR ITEM KET.
DIMENSI ITEM UNFAV E G T BAHASA ISI
Demands Waktu berkumpul
bersama keluarga saya
3 Fav √ Baik Baik
berkurang karena
Sejauh mana pekerjaan saya
pekerjaan Waktu istirahat saya
menggangu berkurang karena 5 Fav √ Baik Baik
kehidupan pekerjaan saya
pribadi Pekerjaan saya sangat
7 Unfav √ Baik Baik
seseorang menguras energi saya
Pekerjaan saya
menggangu jadwal 10 Unfav √ Baik Baik
ibadah saya
Sejauh mana Urusan pribadi saya
kehidupan membuat saya terlambat 1 Fav √ Baik Baik
pribadi dalam bekerja
individu Saya sering kali 4 Fav √ Baik Baik
menggangu membawa masalah

53
ASPEK/ NO FAV/ PENILAIAN KOMENTAR/SARAN
INDIKATOR ITEM KET.
DIMENSI ITEM UNFAV E G T BAHASA ISI
pribadi ketempat kerja,
yang menggangu
produktivita saya
Pekerjaan membuat
kebutuhan pribadi saya 6 Unfav √ Baik Baik
kehidupan
terpenuhi
pekerjaannya
Ketika saya bekerja saya Perbaiki
memikirkan berbagai 14 Unfav √ redaksi Baik
hal dirumah saya katanya
Resources Sejauh mana Orang orang dalam
kehidupan kehidupan pribadi saya
pribadi memberikan dukungan
seseorang emosional dan sosial 9 Fav √ Baik Baik
meningkatkan yang memperkuat
peforma ketahanan dan kepuasan
individu pada kerja saya
kehidupan Kehidupan pribadi saya 2 Fav √ Baik Baik

54
ASPEK/ NO FAV/ PENILAIAN KOMENTAR/SARAN
INDIKATOR ITEM KET.
DIMENSI ITEM UNFAV E G T BAHASA ISI
memberikan inspirasi
dan ide-ide kreatif yang
mendukung inovasi dan
kemajuan dalam
pekerjaan saya
pekerjaannya Peforma saya dalam
bekerja meningkat Ganti hal
setelah menyelesaikan 12 Unfav √ Baik Baik hal jadi
hal hal yang diluar hal-hal
pekerjaan saya
Sejauh mana Pekerjaan yang saya
kehidupan lakukan dapat
11 Fav √ Baik Baik
pekerjaan membantu saya
seseorang melupakan masalah saya
dapat Pekerjaan saya 8 Fav √ Baik Baik
meningkatkan membantu mengatasi
kualitas masalah pribadi saya

55
ASPEK/ NO FAV/ PENILAIAN KOMENTAR/SARAN
INDIKATOR ITEM KET.
DIMENSI ITEM UNFAV E G T BAHASA ISI
Hal hal dalam
Ganti hal
kehidupan pribadi saya Kurang kata
13 Unfav √ Baik hal jadi
individu terpenuhi karena penghubung
hal-hal
dalam pekerjaan saya
kehidupan

SUBJECT MATTER EXPERT


(Febrianti Yauseph)

ASPEK/ NO FAV/ PENILAIAN KOMENTAR/SARAN


INDIKATOR ITEM KET.
DIMENSI ITEM UNFAV E G T BAHASA ISI
Demand Sejauh mana Waktu berkumpul 3 Fav ✔️ Jelas Sesuai
pekerjaan bersama keluarga saya
menggangu berkurang karena

56
ASPEK/ NO FAV/ PENILAIAN KOMENTAR/SARAN
INDIKATOR ITEM KET.
DIMENSI ITEM UNFAV E G T BAHASA ISI
pekerjaan saya
Waktu istirahat saya
berkurang karena 5 Fav ✔️ Jelas Sesuai
kehidupan pekerjaan saya
pribadi Pekerjaan saya sangat
7 Unfav ✔️ Jelas Sesuai
seseorang menguras energi saya
Pekerjaan saya
menggangu jadwal 10 Unfav ✔️ Jelas Sesuai
ibadah saya
Sejauh mana Urusan pribadi saya
kehidupan membuat saya
1 Fav ✔️ Jelas Sesuai
pribadi terlambat dalam
individu bekerja
menggangu Saya sering kali 4 Fav ✔️ Kalimat Sesuai Saran:
kehidupan membawa masalah terlalu “saya
pekerjaannya pribadi ketempat panjang membawa
kerja, yang masalah di

57
ASPEK/ NO FAV/ PENILAIAN KOMENTAR/SARAN
INDIKATOR ITEM KET.
DIMENSI ITEM UNFAV E G T BAHASA ISI
menggangu tempat
produktivita saya kerja”
Pekerjaan membuat
kebutuhan pribadi 6 Unfav ✔️ Jelas Sesuai
saya terpenuhi
Ketika saya bekerja Ksta
saya memikirkan “dirumah”
14 Unfav ✔️ Jelas Sesuai
berbagai hal dirumah dipisah “di
saya rumah”
Resources Sejauh mana Orang orang dalam 9 Fav ✔️ Kalimat Sesuai Saran:
kehidupan kehidupan pribadi terlalu “orang
pribadi saya memberikan panjang terdekat
seseorang dukungan emosional memberikan
meningkatkan dan sosial yang dukumgan
peforma memperkuat emosional
individu pada ketahanan dan dan sosial
kehidupan kepuasan kerja saya kepada

58
ASPEK/ NO FAV/ PENILAIAN KOMENTAR/SARAN
INDIKATOR ITEM KET.
DIMENSI ITEM UNFAV E G T BAHASA ISI
saya”
Kehidupan pribadi
saya memberikan
inspirasi dan ide-ide
kreatif yang 2 Fav ✔️ Jelas Sesuai
mendukung inovasi
pekerjaannya dan kemajuan dalam
pekerjaan saya
Peforma saya dalam
bekerja meningkat
setelah menyelesaikan 12 Unfav ✔️ Jelas Sesuai
hal hal yang diluar
pekerjaan saya
Sejauh mana Pekerjaan yang saya 11 Fav ✔️ Jelas Sesuai
kehidupan lakukan dapat
pekerjaan membantu saya
seseorang melupakan masalah

59
ASPEK/ NO FAV/ PENILAIAN KOMENTAR/SARAN
INDIKATOR ITEM KET.
DIMENSI ITEM UNFAV E G T BAHASA ISI
saya
Pekerjaan saya
dapat membantu mengatasi 8 Fav ✔️ Jelas Sesuai
meningkatkan masalah pribadi saya
kualitas Saran:
individu “kehidupan
Hal hal dalam
dalam Kalimwt pribadi saya
kehidupan pribadi
kehidupan 13 Unfav ✔️ terlalu Sesuai terpenuhi
saya terpenuhi karena
pribadinya panjang karena
pekerjaan saya
pekerjaan
saya”

60
3. Lampiran Surat Pernyataan

SURAT PERNYATAAN
SUBEJCT MATTER EXPERT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan


bahwa telah melakukan penelaahan sebagai Subject Matter Expert
terhadap seluruh item-item materi yang diajukan oleh Moh Fuad
Patandi, NIM 4521091064. Hasil telaah saya dapat di lihat dalam
Subject Matter Expert Review. Demikian Surat Pernyataan ini saya
buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Makassar, 28 Mei 2023


Subject Matter Expert,

Nabila Rahmi Maricar


4519091050

61
SURAT PERNYATAAN
SUBEJCT MATTER EXPERT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan


bahwa telah melakukan penelaahan sebagai Subject Matter Expert
terhadap seluruh item-item materi yang diajukan oleh Moh Fuad
Patandi, NIM 4521091064. Hasil telaah saya dapat di lihat dalam
Subject Matter Expert Review. Demikian Surat Pernyataan ini saya
buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Makassar, 31 Mei 2023


Subject Matter Expert,

A. Is Amelia Miranda M

62
SURAT PERNYAT AAN
SUBEJCT MATTER EXPERT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan


bahwa telah melakukan penelaahan sebagai Subject Matter Expert
terhadap seluruh item-item materi yang diajukan oleh Moh Fuad
Patandi, NIM 4521091064. Hasil telaah saya dapat di lihat dalam
Subject Matter Expert Review. Demikian Surat Pernyataan ini saya
buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Makassar, 31 Mei 2023


Subject Matter Expert,

Febrianti Yauseph
4519091042

63
4. Lampiran Tabel Hasil CVR

No SME
Jumlah CVR Keterangan
Item 1 2 3
1 0 1 1 2 0,33 Esensial
2 1 1 1 3 1 Esensial
3 1 1 1 3 1 Esensial
4 1 1 1 3 1 Esensial
5 1 1 1 3 1 Esensial
6 1 1 1 3 1 Esensial
7 1 1 1 3 1 Esensial
8 1 1 1 3 1 Esensial
9 0 1 1 2 0,33 Esensial
10 1 1 1 3 1 Esensial
11 1 1 1 3 1 Esensial
12 1 1 1 3 1 Esensial
13 1 1 1 3 1 Esensial
14 0 0 1 1 -0,33 Tidak Esensial

64

Anda mungkin juga menyukai