Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MANAJEMEN STRES

PENYUSUN
REGIA RARA WAHYU NINGRUM (B.22.03.131)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Manajemen Konflik"
dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian


dan Profesionalisme Bidan . Selain itu, makalah ini sangat bermanfaat untuk
melengkapi pengetahuan pembaca agar mampu mengatasi konflik yang mungkin
terjadi, baik konflik secara personal atau interpersonal dalam dunia kerja.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dewi Hastuty,S.Tr.Keb.,M.Keb


selaku dosen mata kuliah Pengembangan Kepribadian dan Profesionalisme Bidan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Meskipun upaya semaksimal sudah dilakukan dalam penyusunan makalah ini,


namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang
ditemukan. Oleh karena itu, penulis mohon adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun guna melengkapi makalah ini.

Tomohon, Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I..................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................6
C. Tujuan....................................................................................................................7
1 Tujuan umum.....................................................................................................7
2 Tujuan khusus....................................................................................................7
D. Manfaat.................................................................................................................7
BAB II.................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................8
A. Pengertian Stres........................................................................................................8
B. Sumber Stres.............................................................................................................8
C. Tahapan Stres............................................................................................................9
D. Jenis-Jenis Stres.......................................................................................................10
E. Manajemen Stres.....................................................................................................11
F. Konsep Stres............................................................................................................12
G. Manajemen Pencegahan Steres.............................................................................13
H. Gejala Stres.............................................................................................................15
I. Pendekatan Dalam Mengelolah Stres......................................................................18
J. Manajemen Stres di Tempat Kerja……………………………………………………………..…………19

BAB III..............................................................................................................................20
KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................................20
A. Kesimpulan..............................................................................................................20
B. Saran........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stres di definisikan ketidakmampuan mengatasi ancaman oleh mental,

fisik, emosional dan spritual manusia yang pada suatu saat dapat

mempengaruhi kesehatan manusia. Dengan mengesampingkan berbagai sudut

pandang (mental, emosional atau spiritual) yang di pakai dalam mengkaji

stres, kami menyepakati bahwa stres adalah persepsi kita terhadap situasi atau

kondisi di dalam lingkungan kita sendiri (National safety council, 2004).

Stres adalah perasaan tertekan secara terus menerus karena suatu

kegelisahan akan suatu hal. Stres sebenarnya merupakan hal yang wajar bagi

manusia (Mohammad Ali Hasan Amiruddin, 2014).

Stres merupakan sebuah bentuk respon tubuh seseorang yang memiliki

beban pekerjaan berlebihan. Jika seseorang tersebut tidak sanggup

mengatasinya, maka orang tersebut dapat mengalami gangguan dalam

menjalankan pekerjaan (Hawari, 2011).

Para pekerja di rumah sakit, juga beresiko mengalami stres.

Beberapa penelitian terhadap tingkat stres anggota staf rumah sakit di

Jepang menyebutkan bahwa, dokter dan perawat memiliki risiko lebih

tinggi mengalami stres hingga menyebabkan gangguan depresi daripada

pekerja lain (Tsai & Liu, 2012). Penelitian lain dilakukan oleh Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menunjukkan terdapat 50,9% perawat

mengalami stres (Prihatini, 2007).

Pada saat mengalami stres, tanpa kita sadari tubuh selalu

melakukan manajemen stres. Manajemen dalam menghadapi stres ini

merupakan cara yang dilakukan agar kekebalan dirinya terhadap stres

dapat ditingkatkan. Manajemen stres yang efektif akan menghasilkan

adaptasi yang menetap sehingga menimbulkan kebiasaan baru atau

perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan manajemen stres yang tidak

efektif akan berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang

dan merugikan diri sendiri, orang lain ataupun lingkungan. Manajemen

stres yang digunakan setiap individu bermacam-macam antara lain dengan

makan, banyak tidur, minum minuman keras/alkohol, berdzikir, dan

merokok. Merokok merupakan salah satu contoh dari strategi manajemen

yang tidak efektif namun banyak disukai. Meskipun semua orang

mengetahui akibat negatif dari merokok, tetapi jumlah perokok semakin

meningkat dan usia perokok semakin bertambah muda (Hawari, 2011).

Tuntutan profesionalisme dalam dunia kerja dengan waktu yang tidak

tersedia untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin, baik di lembaga

pemerintah maupun non pemerintah menimbulkan permasalahan dan beban

sehingga mengakibatkan tekanan mental dan pada akhirnya menimbulkan

stres kerja (Zaini,2015).


Hasil penelitian di RSU Muhammadiyah Teamanggung menunjukkan ada

hubungan signifikan antara persepsi pasien terhadap dimensi mutu pelayanan

keperawatan dan kepuasan pasien (Mustofa,2008). Penelitian Husein,

menemukan 96% pasien mengatakan tidak nyaman bicara dengan perawat,

84% pasien mengatakan perawat tidak memperhatikan kebutuhan pasien.

Perubahan perilaku individu akibat stres mempengaruhi sikap dalam

bekerja. Dunia pelayanan seperti perawat dan bidan, muncul sikap bosan,

sebagai gejala stres dan burn out. Ketika muncul gejala burn out pekerja akan

menunjukkan sikap mangkir kerja, absen meningkat dan malas mengerjakan

tugas (Bachroni & Asnawi,1999).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian stres?

2. Apa saja sumber stres?

3. Apa saja tahapan stres?

4. Apa saja jenis-jenis dari stres?

5. Apa yang dimaksud dengan manajemen stres?

6. Apa yang dimaksud dengan konsep stres?

7. Apa yang dimaksud dengan manajemen pencegahan stres?

8. Apa saja gejala stres?

9. Apa saja pendekatan dalam mengelola stres?

10. Apa yang di maksud manajemen stres di tempat kerja?


C. TUJUAN

1. Tujuan umum
Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan
pembacanya, serta memberi sumbangan pemikiran atau mendukung
perkembangan konsep keilmuan maupun pemecahan masalah.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui yang dimaksud dari pengertian stres
2) Untuk mengetahui sumber stres
3) Untuk mengetahui tahapan stres
4) Untuk mengetahui jenis-jenis stres
5) Untuk mengetahui manajemen stres

6) Untuk mengetahui konsep stres?

7) Untuk mengetahui manajemen pencegahan stres

8) Untuk mengtahui gejala stres?

9) Untuk mengetahui pendekatan dalam mengelola stres?

10) Untuk mengetahui manajemen stres di tempat kerja?

D. MANFAAT

Manfaat dari makalah ini adalah memberikan informasi serta


menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai hakikat
manajemen stres.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN STRES
Stres merupakan fenomena multi dimensi yang kompleks berfokus pada
hubungan dinamis antara seseorang dengan lingkungan. Stress merupakan
keadaan organisme di bawah pengaruh kekuatan internal dan eksternal yang
dapat mengancam untuk mengubah keseimbangan dinamis (homeostatis)
(Mastorakos, G; Pavlatof, 2005).
Perubahan fisiologis akibat ancaman, secara umum disebut respon stress.
Individu yang tidak memiliki kemampuan menerima stressor menimbulkan
respon negatif sehinggan di perlukan ketrampilan dan kemampuan individu
untuk menyesuaikan diri dari stres.
Lazarus dan Folkman (1984) mendefinisikan stress sebagai suatu kejadian
atau peristiwa yang terjadi karena tuntutan dan lingkungan atau tuntutan
internal (fisiologi/psikologi) menuntut melebihi sumber daya adaptif individu.
Definisi Lazarus dan Folkman ini dikenal dengan konsep stress transaksional.

B. SUMBER STRESS
1. Survival stress, stres ini merupakan stres yang biasa dikenal dengan fight
or flight, yakni ketika anda takut sesuatu secara fisik dapat melukai anda,
di mana tubuh secara alami merespons dengan tekanan energi sehingga
anda akan lebih mampu bertahan dari situasi berbahaya (fight) atau
melarikan diri bersama-sama (flight).
2. Stres internal, merupakan salah satu jenis stres yang paling penting untuk
dipahami dan dikelola. Stres ini sering terjadi ketika kita khawatir tentang
hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan atau menempatkan diri kita dalam
situasi yang kita tahu akan membuat kita stres.
3. Stres lingkungan, merupakan respons terhadap hal-hal di sekitar kita yang
menyebabkan stres, seperti kebisingan, keramaian dan tekanan dari
pekerjaan atau keluarga.
4. Kelelahan dan terlalu banyak pekerjaan, stres semacam ini menumpuk
dalam waktu yang lama dan dapat berdampak buruk pada tubuh. Ini juga
dapat disebabkan oleh tidak mengetahui bagaimana mengatur waktu
dengan baik atau bagaimana meluangkan waktu untuk istirahat dan
relaksasi.

C. TAHAPAN STRES
Menurut Dr. Robert J. Van Amberg (1979) dalam Ditjen Yankes
Yogyakarta (2018), terdapat 6 (enam) tahapan stres yang perlu diketahui
sebagai langkah awal atau alarm untuk mengenali stres, yakni sebagai
berikut.
1. Tahap 1 : merupakan tahapan stres paling ringan dimana biasanya
ditandai dengan semangat bekerja berlebihan (overacting), penglihatan
lebih “tajam” dari biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan
lebih namun tanpa disadari cadangan energi habis dan timbulnya rasa
gugup yang berlebihan.
2. Tahap 2 : mulai timbul keluhan seperti merasa letih sewaktu bangun
pagi, badan tidak terasa segar, mudah lelah setelah makan siang
ataupun menjelang sore, lambung dan atau perut tidak nyaman,
jantung berdebar-debar, otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan
tidak bisa santai.
3. Tahap 3 : muncul keluhan yang semakin nyata seperti gangguan
lambung dan usus (gastritis atau mag, diare), ketegangan otot semakin
terasa, perasaan tidak tenang, ketegangan emosional semakin
meningkat, gangguan pola tidur dan tubuh terasa lemah seperti tidak
bertenaga.
4. Tahap 4 : muncul gejala seperti ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas rutin karena perasaan bosan, kehilangan semangat, terlalu
lelah karena gangguan pola tidur, kemampuan mengingat dan
konsentrasi menurun, serta muncul rasa takut dan cemas yang tidak
jelas penyebabnya.
5. Tahap 5 : kelelahan fisik sangat terasa, tidak mampu menyelesaikan
pekerjaan ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan
semakin berat, serta semakin meningkatnya rasa takut dan cemas.
6. Tahap 6 : tahap ini merupakan tahap puncak yang ditandai dengan
timbulnya rasa panik dan takut mati, jantung berdetak semakin cepat,
kesulitan untuk bernapas, tubuh gemetar dan berkeringat, dan adanya
kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.

D. JENIS-JENIS STRES
Kajian literatur menyebutkan bahwa stres yang terjadi pada seseorang
dapat menjadi hal positif dan negatif. Positif jika menjadikan penderita dapat
memobilisasi setiap sumber daya yang dimiliki tubuh untuk bereaksi dengan
cepat dan terkendali terhadap situasi apapu. Namun, jika stres juga
berlangsung lama maka akan menyebabkan kelelahan kronis mental
(Nekoranec & Kmosena, 2015). Jenis stres di antaranya sebagai berikut.
1. Stres Dasar
Kehidupan sehari-hari dapat menjadi stres bahkan di saat-saat
terbaik sekalipun, seperti berurusan dengan masalah rutin di rumah
dan di tempat kerja. Stres dasar mungkin disebabkan oleh berbagai
sumber ketegangan pada individu, emosional, tingkat keluarga atau
sosial. Stres dasar biasanya berkurang setelah beberapa minggu.
2. Stress Akut
Reaksi stres akut adalah suatu reaksi tubuh yang menjadi nyata
atau ancaman pada kesejahteraan pada diri seseorang, baik itu fisik
atau psikologis.
3. Stres Kumulatig
Ketika tingkat stres tinggi berkelanjutan penderit dpat
menhasilkan respons stres kumulatif atau kronis. Kumulatif dari stres
dapat menumpuk, seringkali tidak dikenali, dan berkembang selama
periode waktu yang berjalan. Jenis stres ini dapat dengan mudah
menjadi hal yang tidak nyaman dan baik pada fisik dan mental tidak
sehat ketika itu terjadi terlalu sering, berlangsung terlalu lama dan
terlalu parah. Penting untuk dicatat bahwa apa yang membuat
penderita tetekan belum tenyu menyusahkan orang lain. Pengalaman
yang dimiliki kebanyakan orang adalah merasa bahwa mereka tidak
bisa mengendalikan keadaan penderita stres.
4. Stres Insiden kritis
Insiden kritis didefinisikan peristiwa diluar rentang normal atau
tiba-tiba dan tidak terduga, membuat hal tidak terkontrol, melibatkan
munculnya persepsi akan ancaman terhadap kehidupan dan dapat
mencakup unsur-unsur kehilangan fisik atau emosional. Stres jenis ini
di temukan pada saat terjadinya suatu insiden termasuk bencana alam,
kecelakaan dengan banyak korban, penyerangan, kematian keluarga,
penyanderaan, bunuh diri, perang dan lain sebagainya.

E. MANAJEMEN STRES
Stres merujuk pada identifikasi dan analisis terhadap permasalahan yang
terkait dengan stress dan aplikasi berbagai alat teraupetik untuk mengubah
sumber stress atau pengalaman stress (Intan, 2022)
Manajemen stress sebagai suatu keterampilan yang memungkinkan
seseorag untuk mengantisipasi, mencegah, mengelola dan memulihkan diri
dari stress yang di rasakan karena adanya ancaman dan ketidakmampuan
dalam coping yang dilakukan.
Ada tiga sumber yang dapat menyebabkan timbulnya stress yakni Faktor
lingkungan, Faktor Organisasi dan Faktor Individu. Stress dalam pekerjaan
dapat dicegah timbulnya dan dihadapi tanpa memperoleh dampaknya yang
negatif.
Manajemen stres lebih dari pada sekedar mengatasinya, yakni belajar
menanggulanginya secara adaptif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk
mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus di coba.
Stres di tempat kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara
bekerja lebih keras yange berlebihan. Ini bukanlah cara efektif yang bahkan
tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan
menambah masalah lebih jauh.
Suprianto dkk (2003) mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi,
manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stress yang
ringan. Alasannya karena pada tingkat stress tertentu akan memberikan akibat
positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih
baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stress ringan yang
berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja karyawan.

F. KONSEP STRES
Konsep stres yang berbeda dikemukakan oleh Mc Ewen (2001) bahwa
sumber stres akan direspons oleh otak berupa stres persepsi dan stress respons.
Konsep ini mengarah pada stres akan mempengaruhi psikis (mental) dan fisik
(biologis).
Konsep teori stres yang dikemukakan Lazarus dan Folkman, Nelson dan
Simmons sangat tepat untuk menjelaskan stress akibat stressor kerja. Nelson
dan Simmons (2001) mengembangkan model stres lazarus dan folkman;
distress atau eustress pekerja di pengaruhi oleh faktor karakteristik internal
individu.
Konsep stress yang dikemukakan oleh Mc Ewen merupakan terobosan
baru bahwa ada keterkaitan antara kinerja saraf terhadap respons secara
biologi. Sehingga penelitian ini menggunakan 2 teori stres diatas dengan
asumsi bahwa masalah distress menurut Nelsons dan Simmons akan
dijelaskan menggunakan konsep teori Mc Ewen, karena penelitian berfokus
pada perubahan persepsi dan perbaikan distress setelah perlakuan pelatihan
spiritual.
G. MANAJEMEN PENCEGAHAN STRES
Manajemen preventif distress menggunakan pendekatan bersama
yang dikembangkan oleh Quick berfokus pada respons individu dan
organisasi untuk mengelola stres (Quick, 2000). Berbagai negara yang
tergabung dalam organisasi kesehatan masyarakat mendukung model
pencegahan stress dalam 3 tingkatan :
1. Mengubah penyebab stress.
2. Mengelola respons individu terhadap stress.
3. Menggunakan tenaga profesional untuk menyembuhkan gejala
distress.
Banyak cara yang dapat kita lakukan dalam mengatasi stress, dan
setiap individu dapat mengatasi stress dengan cara yang dimiliki oleh
masing-masing sesuai dengan kemampuan mereka. Adapun cara yang
dapat dilakukan seperti:
1. Pelatihan efikasi diri dibuat berdasarkan prinsip belajar mengalami
(experience learning), yang prosesnya tidak hanya dilakukan dengan
pemberian materi saja, tetapi peserta juga diberi kesempatan untuk
mengalami secara langsung perilaku-perilaku yang dilatihkan dalam
bentuk permainan yang bermakna.
2. Belajar mengalami (experience learning) di awali dengan mengalami
tahap kegiatan, mengungkap keluar berbagai materi dan observasi,
memproses yaitu mendiskusikan pola dan dinamika, menyimpulkan
dan mengembangkan prinsip-prinsip dunia nyata dan menerapkan
yaitu merencanakan penggunaan hasil belajar secara efektif (Ancok,
2005).
Huxley mengajukan enam langkah untuk menghadapi stres yang
muncul yaitu :
1. Aware terhadap stres
Situasi stres dapat mempengaruhi keadaan fisik dan mental
seseorang. Aware terhadap stres berarti mampu mengenali tanda-tanda
dari keberadaan situasi stres. Bagi sebagian orang tanda-tanda tersebut
dapat berupa perasaan sangat lelah, lekas marah atau perasaan gelisah.
Pada sebagian orang yang muncul adalah sikap cepat menyerang atau
menarik diri dari orang lain.
2. Melakukan time out
Setelah situasi stres dikenali, langkah berikutnyaadalah melakukan
time out (menyingkir sejenak). Saat keadaan memanas, time out akan
memberi kesempatan untuk melakukan cooling down. Langkah ini juga
berguna untuk mencegah dari mengatakan atau melakukan tindakan yang
dapat disesali kemudian.
3. Menyusun rencana self-care
Kesibukan melakukan tugas-tugas seringkali membuat orang
mengabaikan kebutuhan fisik, emosi dan spiritual diri sendiri.
Menyisihkan waktu untuk melakukan self-care dapat mengurangi beban
yang overload, misalnya tidur yang nyenyak, berolah raga, meditasi,
shalat/berdoa, atau relaksasi beberapa menit.
4. Menyusun rencana pengelolaan waktu
Melaksanakan pekerjaan/tugas dengan menyusun rencana
pengelolaan waktu, membuat prioritas dan jadual akan sangat membantu
menghadapi situasi stres yang muncul.
5. Memecahkan problem bersama
Sebagai mahasiswa baru, seringkali kita berpikir bahwa kita haus
dapat menyelesaikan semua masalah. Cara berpikir yang demikian akan
meningkatkan stres. Mengajak teman untu berdiskusi bersama
memecahkan masalah, dapat meningkatkan keterlibatan mereka sehingga
dapat membantu mengembangkan kemampuan problem solving di
kemudian hari. Namun perlu diingat bahwa proses memecahkan problem
bersama harus dilakukan secara demokratis.
6. Mencari dukungan
Adakalanya situasi stres berada di luar kemampuan untuk
menghadapinya. Bila sudah demikian, mencari dukungan pada lingkungan
dekat atau peer group merupakan jalan keluar yang realistis.

H. GEJALA STRES
Tiap stres memberikan respons positif dan negatif diperlihatkan
melalui indikator dan menghasilkan efek yang berbeda terhadap variabel
yang dihasilkan, misal kesehatan. Indikator respons stres dapat berupa:
fisiologi, perilaku dan psikologi. Distress adalah respons psikologi negatif
terhadap stressor yang di tunjukkan oleh keadaan psikologis negatif
(Simmon & Nelson, 2001; Quick, 2003). Model akan di fokuskan pada
respons psikologi, indikator repons negatif adalah negatif psikologi berupa
efek negatif.
Distress dikelompokkan dalam 3 aspek yaitu :
1. Gejala fisiologi seperti : sakit perut, detak jantung meningkat dan
sesak nafas, tekanan darah meningkat, sakit kepala, serangan
jantung.
2. Gejala psikologi seperti : kecemasan, ketegangan, kebosanan,
ketidakpuasan dalam bekerja, kepala pusing/migrain, ketegangan
otot, sulit tidur atau banyak tidur.
3. Gejala perilaku seperti : menunda pekerjaan, penurunan prestasi dan
produktivitas, perilaku sabotasi, peningkatan frekwensi absen kerja,
perilaku makan yang tidak normal, kehilanagan nafsu makan,
penggunaan alkohol, peningkatan tindakan agresif, mencuri
penurunan kualitas hubungan interpersonal (keluarga dan teman)
kecenderungan bunuh diri (robin, 2005)
Menurut sari dari hasil penelitiannya menjelaskan dampak stres
kerja antara lain : gangguan pada pekerjaan, frustasi, kecemasan,
terganggunya kesehatan fisik, psikologis, menurunnya selera makan dan
tidak dapat berkomunikasi (Sari,2014)

Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkajiulang


beberapa kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala daristres
pada individu, yaitu:

I. Gejala psikologisBerikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang


sering ditemui pada hasil penelitian mengenai stres pekerjaan :
1. Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
2. Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
3. Sensitif dan hyperreactivity
4. Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
5. Komunikasi yang tidak efektif
6. Perasaan terkucil dan terasing
7. Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
8. Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan
Konsentrasi
9. Kehilangan spontanitas dan kreativitas
10. Menurunnya rasa percaya diri
II. Gejala fisiologis gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja
adalah:
1. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan
mengalami penyakit kardiovaskular
2. Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan
noradrenalin)
3. Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)
4. Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
5. Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami
sindromkelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome)
6. Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
7. Gangguan pada kulit
8. Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, keteganganotot
9. Gangguan tidur
10. Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan
terkena kanker
III. Gejala perilakuGejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja
adalah:
1. Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan
2. Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
3. Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
4. Perilaku sabotase dalam pekerjaan
5. Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan)
sebagai pelampiasan, mengarah ke obesitas
6. Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai
bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-
tiba,kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi
7. Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi,
sepertimenyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi
8. Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas
9. Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluargadan
teman
10. Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri

Adapun gejala-gejala stres di tempat kerja yang sering terjadi,


yaitu meliputi:
1. Kepuasan kerja rendah
2. Kinerja yang menurun
3. Semangat dan energi menjadi hilang
4. Komunikasi tidak lancar
5. Pengambilan keputusan jelek
6. Kreatifitas dan inovasi kurang
7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.Semua yang
disebutkan di atas perlu dilihat dalam hubungannyadengan
kualitas kerja dan interaksi normal individu sebelumnya.

I. PENDEKATAN DALAM MENGELOLA STRES


Pendekatan yang tepat dalam mengelola stress, ada dua pendekatan
yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.
1. Pendekatan individual
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level
stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu;
pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan
sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seseorang
karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya
tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat
meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu
menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi
stres yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai.
Dan sebagai strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan
mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat
memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
2. Pendekatan organisasional
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta
struktur organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen.
Sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-
strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi
stress karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan,
penetapan, tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan
partisipatif komunikasi organisasional dan program kesejahteraan.
Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan
memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan
mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya
hubungan interpersonal yang sehat serta perawtan terhadap kondisi
fisik dan mental. Secara umum strategi manajemen stress kerja dapat
dikelompokkan menjadi strategi penanganan individual, organisasi
dan dukungan sosial (Margiati,1999)
Pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan
yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.

J. MANAJEMEN STRES DI TEMPAT KERJA


Manajemen stress adalah untuk membantu mereka mengembangkan
dan mempersubur harga diri yang tinggi. Ada empat unsur pokok yang
terdapat pada harga diri, yaitu tali persaudaraan, keunikan, pemberdayaan
dan panutan.
Manajemen stress meliputi tiga pendekatan yang sering disebut dengan
“Triple A” yaitu kesadaran (awarness), analisis (analysis), dan tindakan
(action). Tahap kesadaran dimulai dengan mengetahui definisi stres,
proses stres, asasl-usulnya, dan model stress untuk memandu proses
analisis. Dalam proses analisis, digunakan alat identifikasi dan pengukuran
stres sebagaimana telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Ini
menunjukkan betapa pentingnya pendekatan preventif dan kuratif terhadap
manajemen stres.
Saat ini semakin banyak organisasi sektor publik dan swasta, yang
mengakui bahwa biaya untuk mengatasi stres sangat tinggi. Oleh karena
itu, kesdaran untuk menyediakan program manajemen stres bagi karyawan
dalam upaya untuk mengatasi masalah stres semakin meningkat. Menurut
Randall et al., (2005), kegiatan pencegahan stres cenderung terbatas pada
organisasi besar yang memperkerjakan lebih dari 500 karyawan, walaupun
telah ada upaya untuk menunjukkan keefektifannya dengan menggunakan
sampel karyawan kecil. Dengan demikian, tetap menjadi tantangan bagi
profesional sumber daya manusia dan psikolog organisasi, untuk
menemukan stres pada perusahaan menengah dan kecil.
Menurut Ivancevich et al. (1990), biasanya program manajemen stres
mengajarkan individu untuk mengatasi stres, dan bukan mengatasi
masalah pada sumbernya. Oleh karena itu, pendekatan ini digambarkan
sebagai reaktif dan bukan proaktif, karena pendekatan ini berusaha untuk
menyembuhkan gejala stres, bukan untuk mencegah timbulnya masalah
stres.
Kursus manajemen stres sering diperkenalkan di tempat kerja sebagai
reaksi, dan respons terhadap masalah yang dirasakan atau situasi negatif di
dalam organisasi (misalnya untuk mengatasu ketidakhadiran atau
kecelakaan kerja).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penulis menyimpulkan beberapa hal dari isi materi di atas pada

dasarnya, stres merupakan respon-respon tertentu dari tubuh terhadap adanya

tuntutan-tuntutan dari luar seperti tuntutan sebagai mahasiswa baru

menemukan lingkungan baru dan kondisi stress dapat memberikan pengaruh

positif dan negatif bagi individu. Stresor pada mahasiswa baru dapat

dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu akademis, sosial dan personal. Ada

beberapa langkah langkah yang dapat dilakukan dalam menghadapi stress

yaitu; Aware terhadap stress, melakukan time out, menyusun rencana self

care, menyusun rencana pengelolaan waktu, memecahkan problem bersama,

dan mencari dukungan.

Stres juga bukan hanya disebabkan oleh masalah-masalah pekerjaan

dikantor atau perusahaan, tetapi stres juga bisa disebabkan oleh masalah-

masalah yang terjadi diluar pekerjaan kantor atau perusahaan.

Stresor adalah penyebab stres, yakni apa saja kondisi lingkungan tempat

tuntutan fisik dan emosional pada seseorang. Terdapat banyak stresor dalam

organisasi dan aktivitas hidup lainnya. Stresor yang berhubungan dengan

pekerjaan terbagi menjadi empat tipe utama, yaitu: lingkungan fisik, stres

karena peran atau tugas, penyebab stres antarpribadi, dan organisasi. Ada dua

pendekatan dalam manajemen stres, yaitu: pendekatan individual dan

pendekatan organisasional.
Stress merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimanahal

tersebut dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka.

Stress juga terjadi dalam kerja dimana stress tersebut dapat bersumber

dari emapt halyaitu tingkat individu, tingkat kelompok, tingkat organisasi

danekstraorganisasional. Keempat hal tersebut dapat menghasilkan stress

yang berbeda pada setiap individu tergantung bagaimana individu itu

meresponstressor tersebut. Setelah adanya respon barulah dapat ditentukan

bagaimanastress yang dialami seseorang tersebut.

Stress yang terjadi dapat berupa stress positif maupun negatif dimana

stress itu akan memberikan dampak tersendiri bagi orang yang

mengalamistress. Stress-stres yang dialami pekerja tersebut masih dapat

diatasi ataudikurangi dengan banyak metode sehingga diperlukannya suatu

manajemenstress dalam pekerjaan suatu perusahaan. Serta adanya usaha dari

orangtersebut untuk dapat mengurangi stress yang mereka alami.

Pada dasarnya stress terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran

seseorang serta adanya tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi.

Namun semua itu masih dapat dicegah bahkan dimanajemen untuk dapat

mengurangi pengaruhnya dalam bekerja

B. SARAN

Stress dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagi

teknik pengurangan stress yang dapat digunakan serta menajemen stress

tersebut dengan baik. Karena hal tersebut mampu mencegah stress dalam
bekerja sertameningkatkan efektifitas dalam bekerja. Selain baik bagi

karyawan/pekerja juga baik bagi perusahaan (lembaga).

DAFTAR PUSTAKA
Bahar, E. Stres dan Kesehatan. Makalah Seminar ”Hipertensi dan Stres serta
Penatalaksanaannya”. Mei 1995. RSUP. Palembang, 1995.

Dr. Lalu Muhammad Saleh, S.K.M., M.Kes. 2020. Manajemen Stress Kerja.
Yogyakarta : DEEPUBLISH.

Davison, G.C. and Neale, J.M. Abnormal Psychology. Eighth Edition. New
York:John Wiley & Sons, Inc, 2001.

http://www.benih.net/lifestyle/gaya-hidup/beberapa-cara-untuk-menyiasati-stres-
kerja.html
http://agungpia.multiply.com/journal/item/35/
Stress_Kerja_pengertian_dan_pengenalan
Palupi Widyaastuti, SKM. 2004. Manajemen Stress. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Prof. Dr.Drs. H. Ekawarna, M.Psi. 2018. Manajemen konflik dan stress. Jakarta :
Bumi Aksara, 2018
Suryani, L. K. Atasi Masalah dengan Kemampuan Spiritual Anda: Maag-Migren-
Stres-Depresi-Trauma. Intisari Seri Psikologi. Jakarta: PT Intisari Mediatama,
2004

Tri Niswati Utami, dkk. 2021. Manajemen Stress Kerja. Medan : Merdeka kreasi,
2021

Anda mungkin juga menyukai