Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH MANAJEMEN STRESS DAN KONFLIK

“KONSEP DASAR STRES”

Disusun Oleh : Kelompok 7

Ronald Hasibuan 71210312028


Bayu Alamsyah Putra 71210312038
M.Iqbal 71210312024

Diajukan Kepada Jurusan Manajemen


Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Dan Sebagian
Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan
kemampuan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Konsep Dasar Stres”. Penulis menyadari bahwa penyelesaian makalah
ini tidak terlepas dari motivasi dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu, terima
kasih penulis ucapkan kepada:
1) Bapak Dr.H.Nur M.Ridha Tarigan,SE.,MM selaku dosen pengampu mata
kuliah Manajemen Stres Dan Konflik.
2) Kepada teman-teman seangkatan yang bersedia membantu dan memberikan
masukan yang bersifat membangun demi penyelesaian dan kesempurnaan
makalah ini.
Semoga kebaikan yang telah mereka berikan dibalas oleh Allah Swt. Penulis
telah berusaha menyelesaikan makalah ini sesuai dengan ilmu dan pengetahuan
yang penulis peroleh. Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua terutama dalam kemajuan dunia pendidikan,.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi sistematika penulisan maupun dari segi penyajian. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca.Atas perhatian,
saran, dan kritikan dari pembaca penulis ucapkan terima kasih.

Medan,16 Oktober 2023

Team

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR
ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar
Belakang.......................................................................................1

1.2. Rumusan
Masalah..................................................................................1

1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................2

1.4.
Manfaat………………………………………………………………..2

BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Pengertian
Stress ...................................................................................3

2.2 Jenis-jenis
Stress ...................................................................................4

2.3 Gejala Stress .........................................................................................5

2.4 Dampak Stress.......................................................................................6

2.5 Faktor-faktor Penyebab Stress


.............................................................7

2.6 Tingkatan Respon Terhadap Stress ....................................................10

iii
2.7 Tahapan
Stress ....................................................................................10

2.8 Langkah-langkah Untuk Menghadapi


Stress .......................................11

BAB III PENUTUP

3.1.
Kesimpulan.......................................................................................15

3.2. Saran.................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas dengan apa yang telah
dimilikinya. Adanya keinginan dan impian-impian yang berkembang di dalam
diri manusia menyebabkan masing-masing individu akan melakukan segala
cara untuk mencapai mimpi yang ditargetkan.
Namun, seringkali dalam usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan itu
gagal ditengah jalan. Kegagalan ini seringkali menyebabkan munculnya suatu
tekanan di dalam diri individu yang merasa terbebani oleh kegagalan tersebut.
Stress seringkali memicu tindakan yang akan merugikan diri sendiri dan
lingkungan sekitar.
Berdasarkan kenyataan tersebut dapat digambarkan bahwa berbagai kondisi
yang tidak sesuai dengan harapan dapat memicu ketegangan dan
mengakibatkan stress. Lalu, apa saja hal-hal yang dapat memicu stress itu?
Adakah cara menyelesaikan atau mengatasi stress tersebut? Maka, makalah ini
akan membahas berbagai hal yang berhubungan dengan stress.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan stress?
2. Apa saja jenis-jenis stress?
3. Bagaimana gejala munculnya stress?
4. Bagaimana dampak dari stress?
5. Apa saja yang menjadi faktor-faktor stress
6. Bagaimana tingkatan respon terhadap stress?
7. Bagaimana tahapan stress?
8. Bagaimana Langkah-langkah untuk menghadapi stress?

1
2

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian stress.
2. Menjelaskan jenis-jenis stress
3. Memaparkan gejala munculnya stress.
4. Menjelaskan dampak dari stress.
5. Memaparkan faktor-faktor yang menyebabkan stress
6. Menjelaskan tingkatan respon terhadap stress.
7. Menjelaskan tahapan perkembangan stress.
8. Memaparkan cara atau langkah-langkah mengatasi stress.

D. Manfaat
1. Dapat mengetahui penyebab dasar dari stress.
2. Dapat mengetahui cara menghindari stress.
3. Dapat memberikan pemahaman mengenai stress.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stres


Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh
perubahan dan tuntutan kehidupan (Vincent Cornelli, dalam Jenita DT Donsu,
2017). Menurut Charles D. Speilberger, menyebutkan stres adalah tuntutan-
tuntutan eksternal yang mengenai seseorang misalnya objek dalam
lingkungan atau sesuatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya.
Stres juga bisa diartikan sebagai tekanan, ketegangan, gangguan yang tidak
menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang (Jenita DT Donsu, 2017).
Cofer & Appley (1964) menyatakan bahwa stres adalah kondisi
organik seseorang pada saat ia menyadari bahwa keberadaan atau integritas
diri dalam keadaan bahaya, dan ia harus meningkatkan seluruh energy untuk
melindungi diri (Jenita DT Donsu, 2017). Cranwell-Ward (1987)
menyebutkan stres sebagai reaksi-reaksi fisiologik dan psikologik yang
terjadi jika orang mempersepsi suatu ketidakseimbangan antara tingkat
tuntutan yang dibebankan kepadanya dan kemampuannya untuk memenuhi
tuntutan itu (Jenita DT Donsu, 2017).
Anggota IKAPI (2007) menyatakan stres adalah reaksi non-spesifik
manusia terhadap rangsangan atau tekanan (stimulus stressor). Stres
merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat sanga individual, sehingga suatu stres
bagi seseorang belum tentu sama tanggapannya bagi orang lain (Jenita DT
Donsu, 2017). Stres adalah segala sesuatu di mana tuntutan non-spesifik
mengharuskan seorang individu untuk merespons atau melakukan tindakan
(Potter dan Perry, dalam Jenita DT Donsu, 2017). Menurut Hawari (2008)
bahwa Hans Selve menyatakan stres adalah respon tubuh yang sifatnya non-
spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya (Jenita DT Donsu, 2017).
Stres didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang
dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu
saat dapat mempengaruhi keadaan fisik manusia tersebut. Stres dapat

3
4

dipandang dalam dua acara, sebagaiu stres baik dan stres buruk (distres).
Stres yang baik disebut stres positif sedangkan stres yang buruk disebut stres
negatif. Stres buruk dibagi menjadi dua yaitu stres akut dan stres kronis
(Widyastuti, Palupi, 2004). Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi/respon
tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental/beban kehhidupan
(Priyoto, 2014).

2.2 Jenis-jenis Stres


Menurut Jenita DT Donsu (2017) secara umum stres dibagi menjadi
dua yaitu :
a. Stres akut
Stres yang dikenal juga dengan flight or flight response. Stres akut
adalah respon tubuh terhadap ancaman tertentu, tantangan atau ketakutan.
Respons stres akut yang segera dan intensif di beberapa keadaan dapat
menimbulkan gemetaran.
b. Stres kronis
Stres kronis adalah stres yang lebih sulit dipisahkan atau diatasi,
dan efeknya lebih panjang dan lebih.

Menurut Priyoto (2014) menurut gejalanya stres dibagi menjadi tiga


yaitu:
a. Stres Ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara
teratur, seperti banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan.
Situasi stres ringan berlangsung beberapa menit atau jam saja.
Ciri-ciri stres ringan yaitu semangat meningkat, penglihatan tajam,
energy meningkat namun cadangan energinya menurun, kemampuan
menyelesaikan pelajaran meningkat, sering merasa letih tanpa sebab,
kadang-kadang terdapat gangguan sistem seperti pencernaan, otak,
perasaan tidak santai. Stres ringan berguna karena dapat memacu
4

seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih tangguh menghadapi


tantangan hidup.
5

b. Stres Sedang
Stres sedang berlangsung lebih lama daripada stress ringan.
Penyebab stres sedang yaitu situasi yang tidak terselesaikan dengan rekan,
anak yang sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga.
Ciri-ciri stres sedang yaitu sakit perut, mules, otot-otot terasa tengang,
perasaan tegang, gangguan tidur, badan terasa ringan.

c. Stres Berat
Stres berat adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang dapat
berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti perselisihan
perkawinan secara terus menerus, kesulitan financial yang berlangsung
lama karena tidak ada perbaikan, berpisah dengan keluarga, berpindah
tempat tinggal mempunyai penyakit kronis dan termasuk perubahan fisik,
psikologis sosial pada usia lanjut.
Ciri-ciri stres berat yaitu sulit beraktivitas, gangguan hubungan
sosial, sulit tidur, negatifistic, penurunan konsentrasi, takut tidak jelas,
keletihan meningkat, tidak mampu melakukan pekerjaan sederhana,
gangguan sistem meningkatm perasaan takut meningkat.

2.3 Gejala Stress


Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat
merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity.
Sesuai dengan karakteristik individu, maka responnya berbeda- beda untuk
setiap orang. Seseorang yang mengalami stres dapat mengalami perubahan-
perubahan yang terjadi.
Cary Cooper dan Alison Straw (dalam Anto, 2015) mengemukakan gejala
stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan tenggorokan kering, tangan
lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaanterganggu, sembelit,
letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
6

2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham,


tidak berdaya, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, susah
konsentrasi, dan sebagainya.
3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati yang berlebihan, menjadi
lekas panik, kurang percaya diri, penjengkel.

Selanjutnya, Menurut braham (dalam Anto, 2015), gejala stres dapat


berupa tanda-tanda,sebagai berikut :
1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidak dapat tidur teratur, sakit kepala, sulit
buang air besar,
2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung, terlalu sensitif,gelisah
dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis.
3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit
berkonsentrasi, suka melamun, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.
4. Interpersonal, yaitu acuh, kurang percaya kepada orang lain, sering
mengingkari janji, suka mencari kesalahan orang lain, menutup diri,
mudah menyalahkan orang lain.

2.4 Dampak Stres


Stres pada dosis yang kecil dapat berdampak positif bagi individu. Hal
ini dapat memotivasi dan memberikan semangat untuk menghadapi
tantangan. Sedangkan stres pada level yang tinggi dapat menyebabkan
depresi, penyakit kardiovaskuler, penurunan respon imun, dan kanker (Jenita
DT Donsu, 2017).

Menurut Priyono (2014) dampak stres dibedakan dalam tiga kategori,


yaitu : a. Dampak fisiologik
1) Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam salah satu system tertentu
a) Muscle myopathy : otot tertentu mengencang/melemah.
b) Tekanan darah naik : kerusakan jantung dan arteri.
c) Sistem pencernaan : mag, diare.
6
7

2) Gangguan system reproduksi


a) Amenorrhea : tertahannya menstruasi.
b) Kegagalan ovulasi ada wanita, impoten pada pria, kurang produksi
semen pada pria.
c) Kehilangan gairah sex.
3) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, rasa bosan, dll.

b. Dampak psikologik
1) Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merpakan tanda pertama dan
punya peran sentral bagi terjadinya burn-out.
2) Kewalahan/keletihan emosi.
3) Pencapaian pribadi menurun, sehingga berakibat menurunnya rasa
kompeten dan rasa sukses.

c. Dampak perilaku
1) Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering
terjadi
tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat.
2) Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan
mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil klangkah
tepat.
3) Stres yang berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif mengikuti
kegiatan pembelajaran.

2.5 Faktor–faktor yang Menyebabkan Stres


Wahjono, Senot Imam (2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan stres antara lain :
a. Faktor Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi perancangan struktur
organisasi, ketidakpastian juga mempengaruhi tingkat stres di kalangan
para karyawan dalam sebuah organisasi. Bentuk_bentuk ketidakpastian
lingkungan ini antara lain ketidakpastian ekonomi berpengaruh terhadap
seberapa besar pendapatan yang diterima oleh karyawan maupun reward
8

yang diterima karyawan, ketidakpastian politik berpengaruh terhadap


keadaan dan kelancaran organisasi yang dijalankan, ketidakpastian
teknologi berpengaruh terhadap kemajuan suatu organisasi dalam
penggunaan teknologinya, dan ketidakpastian keamanan berpengaruh
terhadap posisi dan peran organisasinya.
b. Faktor Organisasi
Beberapa faktor organisasi yang menjadi potensi sumber stres antara
lain:
1) Tuntutan tugas dalam hal desain pekerjaan individu, kondisi kerja, dan
tata letak kerja fisik.
2) Tuntutan peran yang berhubungan dengan tekanan yang diberikan
pada
seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam
sebuah organisasi termasuk beban kerja yang diterima seorang
individu.
3) Tuntutan antar-pribadi, yang merupakan tekanan yang diciptakan oleh
karyawan lain seperti kurangnya dukungan sosial dan buruknya
hubungan antar pribadi para karyawan.
4) Struktur organisasi yang menentukan tingkat diferensiase dalam
organisasi, tingkat aturan dan peraturan, dan di mana keputusan di
ambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya partisipasi individu
dalam pengambilan keputusan merupakan potensi sumber stres.
5) Kepemimpinan organisasi yang terkait dengan gaya kepemimpinan
atau
manajerial dan eksekutif senior organisasi. Gaya kepemimpinan
tertentu dapat menciptakan budaya yang menjadi potensi sumber stres.
c. Faktor Individu
Faktor individu menyangkut dengan faktor-faktor dalam kehidupan
pribadi individu. Faktor tersebut antara lain persoalan keluarga, masalah
ekonomi pribadi, dan karakteristik kepribadian bawaan. Menurut
Robbins (2006) Setiap individu memiliki tingkat stres yang berbeda
9

meskipun diasumsikan berada dalam faktor-faktor pendorong stres yang


sama. Perbedaan individu dapat menentukan tingkat stress yang ada.
Secara teoritis faktor perbedaan individu ini dapat dimasukkan sebagai
variable intervening. Ada lima yang dapat menjadi variabel atau
indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kemampuan individu
dalam menghadapi stres yaitu pengalaman kerja merupakan pengalaman
seorang individu dalam suatu pekerjaan dan pendidikan yang
ditekuninya, dukungan sosial merupakan dukungan atau dorongan dari
dalam diri sendiri maupun orang lain untuk menghadapi masalah-
masalah yang dialaminya termasuk bagaimana motivasi dari dalam diri
individu maupun dari luar individu, ruang (locus) kendali merupakan
cara bagi seorang individu mengendalikan diri untuk menghadapi
masalah yang ada, keefektifan dan tingkat kepribadian orang dalam
menyingkapi permusuhan dan kemarahan.
Tingkat stres juga terkait dengan penerapannya pengelolaan stres
di dalam sebuah organisasi. Pendekatan pengelolaan stres ini dapat
dijadikan variabel penelitian, untuk melihat pengaruh penerapan
pendekalan ini terhadap tingkat stres pada organisasi. Dua pendekatan
dan indikatornya sebagai berikut (Robbins, 2006)
1) Pendekatan Individu
Penerapan pendekatan ini dalam sebuah perusahaan dapat dilihat
dari beberapa indikator yaitu dari pelaksanaan teknik-teknik
manajemen waktu yang efektif dan efisien, adanya latihan fisik nan
kompetitif seperti joging, aerobik, berenang, adanya kegiatan
pelatihan pengenduran (relaksasi) seperti meditasi, hipnotis dan
biofeedback, dan adanya perluasan jaringan dukungan sosial.
2) Pendekatan Organisasi
Penerapan pendekatan ini dalam sebuah perusahaan dapat dilihat
dari beberapa indikator yaitu adanya perbaikan mekanisme seleksi
personil dan penempatan kerja, penggunaan penetapan sasaran yang
realistis, adanya perancangan ulang pekerjaan yang dapat
9

memberikan karyawan kendali yang besar dalam pekerjaan yang


mereka tekuni, adanya peningkatan keterlibatan karyawan dalam
pengambilan keputusan, adanya perbaikan komunikasi organisasi
yang dapat
10

mengurangi ambiguitas peran dan konflik peran, dan penegakan


program kesejahteraan korporasi yang memusatkan perhatian pada
keseluruhan kondisi fisik dan mental karyawan.

2.6 Tingkatan Respon Terhadap Stress


Taylor (1991), menyatakan bahwa stres dapat menghasilkan berbagai
respon. Berbagai peneliti telah membuktikan bahwa responrespon tersebut
dapat berguna sebagai indikator terjadinya stres pada individu, dan mengukur
tingkat stres yang dialami individu.
Respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu:
1. Respon fisiologis; dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah,
detak jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.
2. Respon kognitif; dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif
individu, seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi,
pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.
3. Respon emosi; dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang
mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan
sebagainya.
4. Respon tingkah laku; dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi
yang menekan dan flight, yaitu menghindari situasi yang menekan.
Untuk mengetahui persoalan dan solusi yang dialami para single parent.
Peneliti menganggap Strategi coping cocok dipakai sebagai teori dalam
penelitian ini. Strategi coping merupakan suatu proses dimana individu
berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat
dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan
kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya
(Mu’tadin, 2002).

2.7 Tahapan Stress


Ada beberapa respon terhadap stres oleh tubuh manusia. Menurut Hans
Selye, stres adalah respon tubuh yang bersifat non-spesifik terhadap setiap
11

tuntutan beban di atasnya. Selye memformulasikan konsepnya dalam general


adaptation syndrom(GAS), ini berfungsi sebagai respon otomatis, respon fisik
dan respon emosi pada individu.
Model GAS menyatakan bahwa dalam keadaan stres tubuh kita seperti
jam dengan sistem alarm yang tidak berhenti sampai tenaganya habis yang
terbagi dalam tiga fase, yaitu:
1. Reaksi waspada (alarm reaction stage)
Adalah persepsi terhadap stressor yang muncul secara tibatiba akan
munculnya reaksi waspada. Reaksi ini menggerakkan tubuh untuk
mempertahankan diri. Diawali oleh otak dan diatur oleh sistem endokrin dan
cabang simpatis dari sistem saraf autonom. Reaksi ini disebut juga reaksi
berjuang atau melarikan diri.

2. Reaksi resistensi (resistance stage)


Adalah tahap dimana tubuh berusaha untuk bertahan menghadapi stres
yang berkepanjangan dan menjaga sumber kekuatan (membentuk tenaga
barudan memperbaiki kerusakan), merupakan tahap adaptasi dimana sistem
endokrin dan sistem simpatis tetap mengeluarkan hormon-hormon stres
tetapi tidak setinggi pada saat reaksi waspada.

3. Reaksi kelelahan (exhaustion stage)


Adalah fase penurunan resistensi, meningkatnya aktifitas simpatis dan
kemungkinan deteriorisasi fisik, yaitu apabila stresor tetap berlanjut atau
terjadi stressor baru yang dapat memperburuk keadaan. Tahap kelelahan
ditandai dengan dominasi cabang parasimpatis dari ANS. Sebagai akibatnya
detak jantung dan kecepatan menurun. Apabila sumber stres menetap, kita
dapat mengalami ”penyakit adaptasi” (disease of adaptation), penyakit yang
rentangnya panjang mulai dari reaksi alergi sampai penyakit jantung bahkan
sampai kematian (Nevid, dkk, 2002).
2.8 Langkah-langkah menghadapi stress
11

Koping merupakan cara-cara yang digunakan oleh indifidu unyuk


menghadapi situasi yang menekan.Oleh karena itu meskipun koping menjadi
12

bagian dari penyesuaian diri,namun koping merupakan istilah yang khusus


digunakan untuk menunjukkan reaksi individu ketika menghadapi
tekanan/stress.
Ada berbagai macam koping.Pendapat berbagai tokoh pun beragam.Ada
yang menyebutkan istilah koping hanya untuk cara-cara mengatasi persoalan
yang sifatnya positif.Namun ada juga yang melihat koping sebagai istilah
yang netral.
Koping yang negatif menimbulkan berbagai persoalan baru di kemudian
hari,bahkan sangat mungkin memunculkan berbagai gangguan pada diri
individu yang bersangkutan.Sebaliknya koping yang positif menjadikan
individu semakin matang,dewasa dan bahagia dalam menjalani
kehidupannya.
Ada berbagai cara untuk mengatasi stress.kalau akibat stres telah
mempengaruhi fisik,dan bahkan menimbulkan penyakit tertentu,peranan
obat/medikasi biasanya diperlukan.namun obat itu sendiri kurang efektif
untuk mengatasi stress dalam jangka panjang.Ada efek negatif bila
menggunakan obat terus menerus.Disamping obat-obat tertentu
membutuhkan biaya yang mahal,obat juga bias mengakibatkan
ketergantungan dan bahkan membuat orang tertentu kebal terhadap obat
tertentu.Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang
paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
1. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres
karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan
tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan
memperbaiki sel-sel yang rusak.
2. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk
meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga
dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali
13

seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat


setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.
3. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena
dapat meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan
kekebalan tubuh.
4. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan
terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan
dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari
karena minuman keras banyak mengandung alkohol.
5. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap
stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan
kekebalan tubuh terhadap stres.
6. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan
menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang
dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu
dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan
efisien serta melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti menggunakan
waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
7. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres
yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan
imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi
fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ
tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya digunakan adalah
anti cemas dan anti depresi.
13
14

8. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang
dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang
lain.
9. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan
dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif
dan psikoterapi redukatif di mana psikoterapi suportif memberikan
motivasi atau dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan
psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara
berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan
lain-lain.
10. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi
permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn
psikologis mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan
seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial, dan sehat spiritual
sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
11. Homeostatis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan dalam menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses
homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada
sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan
diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan
bahwa homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus
untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan
sekitarnya.
13
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Stress adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang
disebabkan oleh faktor luar yang menyebabkan ketegangan. Dengan
demikian, stress merupakan suatu respon tubuh dan psikis yang terjadi karena
adanya tekanan yang menyebabkan ketegangan dalam diri individu.
Stress dapatterjadi karena berbagai faktor atau sumber yang muncul dari
dalam diri atau pun luar diri individu. Adapun tiga sumber yang dapat
memicu jehadiran stress adalah (1)faktor lingkungan, (2) faktor organisasi,
dan (3) faktor pribadi.
Gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini : (1) Fisik, yaitu nafas
memburu, mulut dan tenggorokan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-
otot tegang, pencernaanterganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit
kepala, salah urat dan gelisah. (2) Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas,
sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, gelisah, gagal, tidak menarik,
kehilangan semangat, susah konsentrasi, dan sebagainya. (3) Watak dan
kepribadian, yaitu sikap hati-hati yang berlebihan, menjadi lekas panik,
kurang percaya diri, penjengkel.

3.2 Saran
Saran-saran yang dapat saya berikan yaitu :
1. Jangan terlalu menganggap hal-hal sepele menjadi hal-hal yang
berat,karena akan menambah beban pikiran kita.
2. Jagalah kesehatan dengan rajin berolah raga agar tubuh tetap sehat dan
bugar.
3. Apabila anda merasa stress,hindari aktivitas yang dapat menyebabkan
kejenuhan dalam berfikir dan sebaiknya anda harus melakukan liburan
bersama orang-orang terdekat anda
4. Anda harus memiliki dukungan yang bagus terhadap karir atau pekerjaan
anda

15
DAFTAR PUSTAKA

Donsu,Jenita DT. (2017). Psikologi Keperawatan.Yogyakarta : Pustaka Baru


Press
Priyoto (2014). Konsep Manajemen Stress.Yogyakarta : Nuha Medika

Wahjono,Sentot Imam (2010). Perilaku Organisasi,Yogyakarta : Graha Ilmu

Widyastuti,Palupi (2004). Manajemen Stress.Jakarta : Egc

Anto, Tasry 2015. “MakalahStress” .


https://www.academia.edu/10151231/Makalah_stress.

Astuti, Indah Dwi. 2016/ “Makalah Kesehatan Mental “Stress”.


http://whiteblue12.blogspot.com/2016/10/makalah-kesehatan-mental-
stres.html..

Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Stres.

16

Anda mungkin juga menyukai