Pertama-tama puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan nikmat dan karunianya kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini
dengan tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan
kami sebagai penyusun. Makalah ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi kami dan
pembaca yang memerlukan informasi yang terkandung di dalamnnya serta menjadi
sumbangsih dalam bidang kode etik dan pasien, khususnya mengenai permasalahan yang
kami bahas.
Makalah yang berjudul “PSIKOLOGIS dan KONSELING dalam
KEBIDANAN”. Proses penyusunan makalah ini dilakukan dengan kesungguhan sesuai
dengan kaidah dan pedoman yang berlaku. Walaupun demikian, kami yakin masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan yang tertuang didalamnya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya koreksi dan perbaikan yang membangun dari para pembaca agar
dalam penyusunan selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga Tuhan senantiasa selalu memberikan petunjuk dalam menjalankan
setiap urusan kita, serta memberikan kekuatan dan kesabaran kepada kita semua dalam
menghadapi segala tantangan.
Penulis,
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
Penyusunan makalah mengenai stres ini, bertujuan untuk :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Mental;
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan stres dan bagaimana stres dalam kehidupan.
3. Mengetahui gejala stres.
BAB II
PEMBAHASAN
- Mudah tersinggung,
- Pelupa
- Sulit tidur, tidur tidak nyaman dan mudah terbangun, bangun merasa tidak segar
Stres berasal dari tiga sumber yaitu lingkungan, tubuh dan pikiran kita.Lingkungan
menuntut kita untuk bisa menyesuaikan diri.Beradaptasi dengan cuaca, suara, kepadatan,
tuntutan interpersonal, tekanan waktu, standar penampilan dan berbagai ancaman rasa aman
dan harga diri.Sumber stres yang kedua adalah fisiologis. Pertumbuhan yang cepat pada
remaja, menopause pada wanita, proses menua, penyakit, kecelakaan, kurangnya latihan
(gerak badan), nutrisi yang buruk, dan gangguan tidur, semuanya membebani tubuh. Reaksi
kita pada ancaman dan perubahan lingkungan juga menyebabkan perubahan dalam tubuh
yang menyebabkan keadaan stres.Sumber stres yang ketiga adalah pikiran. Otak akan
menafsirkan dan menterjemahkan perubahan yang kompleks pada lingkungan. Cara kita
menafsirkan, mempersepsikan dan melabel pengalaman kita saat ini dan apa yang
diperkirakan pada masa yang akan datang menentukan apakah kita relaks atau stres.
Berdasarkan penyebab stres tersebut, setiap orang memiliki respon yang beragam.Ada
yang berani menghadapi stres atau tekanan yang dihadapi, namun ada juga yang lari dari
sumber stres sehingga permasalahan menjadi tidak selesai.Cara kita merespon inilah yang
mempengaruhi kesehatan fisik kita.Pada saat kita mengalami tekanan atau stres, korteks
selebri (bagian berpikir dari otak) mengirim tanda bahaya ke hipotalamus (tempat utama
pemberi respon stres, terletak pada otak tengah).Hipotalamus kemudian menstimulus sistem
saraf simpatis untuk membuat serangkain perubahan pada tubuh kita sehingga denyut
jantung, curah jantung, tekanan darah semua meninggi.
Sementara semua ini berlangsung, hal lain terjadi yang dapat member dampak negatif
pada jangka panjang jika diabiarkan tanpa dikontrol. Kelenjar adrenal mulai mengeluarkan
kortikoid (adrenalin, epineprin, noreprineprin) yang menghambat pencernaan, reproduksi,
pertumbuhan dan perbaikan jaringan, dan respon imun dan implamasi. Dengan kata lain
beberapa fungsi sangat penting untuk menjaga agar tetap merasa sehat mulai tertutup.
Setiap orang di dunia ini pasti mengharapkan ketenangan hati dan ketenangan jiwa,
namun belum tentu bisa mewujudkannya. Ada banyak kasus menarik mengenai topik ini di
antaranya, banyak orang yang sebenarnya tahu tetapi membuat aturan main sendiri, banyak
orang tahu caranya tetapi lebih memilih cara lain yang sebenarnya dia tahu bahwa itu
bertentangan, dan juga banyak orang yang tahu bagaimana menggapainya tetapi selalu
mengulur waktu dan melakukan pembebasan atas kemauannya. Itulah kita..Saya hanya
memberikan renungan kembali, bukan menyalahkan siapa-siapa.
Ada banyak kebahagiaan yang telah kita nikmati selama hidup kita, tetapi ada juga
banyak hal yang seharusnya kita nikmati dan syukuri tetapi kita malah melupakannya. Kita
hanya fokus pada apa yang belum kita raih, dan apa yang kita telah kita dapatkan kita
lupakan begitu saja untuk mengejar kesenangan hidup selanjutnya. Bila kepuasan diri yang
kita kejar, maka yakinlah ketenangan hati dan ketenangan jiwa akan sulit kita ciptakan dalam
keseharian kita. Kepuasan diri tidak salah jika kita kejar, tetapi rasa syukur atas apa yang
telah kita raih harus ditanamkan juga dalam diri kita agar kita bisa tenang.
Bagaimana menciptakan ketenangan hati dan ketenangan jiwa?Saya rasa kita semua
tahu jawabannya, yaitu kembali pada nilai akhlak agama.Agama telah terbukti membawa
aturan-aturan hidup yang berlaku sepanjang masa, tidak perlu kita ragukan lagi.Ditambah
pula dengan sejarah abadi manusia yang telah diceritakan secara turun temurun dari generasi
ke generasi, seharusnya menambah kemantapan hati kita untuk teguh memegang nilai agama
kita.
Satu hal penting yang diajarkan dalam agama kita adalah berbuat baik.Kata yang
sangat sederhana, tetapi memiliki pembahasan yang sangat luas, apalagi kita tahu di dunia ini
hanya dua sifat, baik dan buruk.Kalau bukan baik ya buruk. Kita pun sudah tahu sebagian
besar (bahkan semuanya saya kira) hal yang baik di dunia ini, hal-hal baik yang akan
membuat kita bisa mencapai taraf ketenangan hati dan ketenangan jiwa yang optimal.
Dengan kata lain, kata kunci untuk mencapai ketenangan dalam hidup kita adalah berbuat
baik. Dengan berbuat baik, maka kita akan terhindar dari masalah personal dengan orang lain,
kita tidak memiliki musuh tetapi malah memiliki banyak teman yang membuat hidup kita
semakin bermakna dan bahagia.
Tentunya termasuk dalam berbuat baik adalah dalam hubungan kita dengan Tuhan
kita.Kita adalah makhluk yang diciptakan oleh-Nya untuk beribadah dan diberi ujian dan
cobaan untuk mengetahui sejauh mana kekokohan iman kita. Dengan menyadari bahwa kita
adalah makhluk yang semua hal sudah digariskan dan dibatasi oleh-Nya, tentu akan
menumbuhkan kesadaran kita untuk bertawakkal kepada-Nya. Itulah ketenangan hati dan
ketenangan jiwa yang sebenarnya.
Orang tua ingin yang terbaik dengan masa depan anaknya. Untuk mencapai nilai terbaik,
maka orang tua membebani anak-anaknya dengan berbagai kursus pelajaran yang dapat
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kesehatan anak, istirahatnya, dan
perkembangannya.Banyak orang tua tidak menyadari bahwa membantu si anak merasa relaks
justru akan menyegarkan pikiran dan membantunya belajar dengan lebih baik. Sebaliknya
para orang tua terus membebani anak-anak mereka untuk mendapatkan prestasi terbaik dan
lulus ujian dengan memuaskan.
Tekanan Guru
Sama seperti orang tua, banyak guru ingin siswanya mendapat nilai terbaik. Guru selalu
mendorong muridnya untuk unggul dalam pelajaran, terutama jika muridnya berprestasi.
Mengapa guru juga ikut menekan murid-muridnya mendapat nilai terbaik?Karena reputasi
guru dan sekolah dipertaruhkan saat ujian sekolah khususnya Ujian Nasional.
Semangat kompetisi akan semakin memanas menjelang ujian sekolah. Setiap siswa
berlomba-lomba untuk menunjukkan prestasi terbaik. Bahkan segala cara dilakukan untuk
meraih nilai tertinggi termasuk menyontek maupun mencari bocoran soal.
Tekanan dari Diri Sendiri
Rewel dan menangis. Menangis adalah tanda paling mudah dikenali bila bayi Anda
sedang stres. Semakin keras dan lama tangisannya, menandakan dia semakin stres.
Murung. Biasanya ceria dan lincah kini ia pemurung dan enggan diajak bermain.
Tidur gelisah. Anak batita sangat membutuhkan tidur nyenyak dalam masa
pertumbuhannya. Bayi kadangkala tidak tidur nyenyak. Tapi, Anda harus waspada bila
bayi kecil kerap tidur gelisah. Terlebih bila bukan karena popoknya basah, haus atau
lapar.
Perubahan kondisi fisik. Stres bisa menyebabkan anak sulit makan sehingga berat
badannya berkurang. Selain itu stres biasanya menyerang organ paling lemah, misalnya
kulit. Tanpa pemicu alergi, kulit seseorang bisa menunjukkan gejala alergi karena stres.
Tidak mau lepas. Bayi lengket terus pada ibunya. Biasanya tidak bermasalah bila ibu tak
ada di sisinya. Kini Anda pergi sebentar saja dia menangis.
Penyebab:
Kebutuhan dasar tidak terpenuhi. Lapar atau haus dan Anda tidak segera memberinya
makanan atau minuman. Sering ditinggal sendirian sehingga kurang perhatian.
Rasa sakit dan tidak nyaman. Bayi tidak dapat mengatakan jika bagian mana dia
merasa sakit atau tidak nyaman. Bila orang tua atau pengasuh tidak bisa mengenali sumber
penyakit itu, bayi bisa stres.
Ayah dan ibu bertengkar. Bayi bisa sangat peka dengan kondisi emosi orang tuanya.
Dia bisa merasakan situasi tegang dari ekspresi wajah dan nada bicara yang tinggi dan keras.
Tertular ibu. Ibu stres dapat menyebabkan bayi ikut stres, karena cara menangani bayi
akan menjadi tidak tenang. Bayi dapat merasakan tekanan otot saat digendong, ekspresi
wajah dan nada suara ibunya.
Sering pindah rumah. Menyebabkan anak tidak memiliki ‘home base’ yang
memberinya rasa aman dan nyaman. Meski anak tetap dalam pengasuhan ibunya, ibu yang
tidak mudah beradaptasi dapat mempengaruhi pengasuhannya pada bayi.
Berganti-ganti pengasuh dalam waktu singkat. Menyebabkan sering terjadi perubahan
cara mengasuh. Bisa muncul perilaku menarik perhatian orang dengan cara negatif, misalnya
sering menganggu, dan anak juga jadi mudah rewel atau mudah marah.(me)
2. Anak-anak
Anak menjadi lebih pendiam, pemurung, sesnitif, dan mudah marah?Kalau iya, maka
Divas harus berhati-hati karena bisa saja anak Divas sedang mengalami stres. Bukan hanya
orang dewas, anak kecil pun bisa stress.Pada dasarnya, anak sedang berada pada proses
pertumbuhan. Dalam proses tersebut anak harus belajar banyak hal dari kehidupan sosialnya.
Inilah yang membuat anak menjadi makhluk yang sangat rapuh.Pelajaran yang dia dapat dari
hidup tidak selamanya indah. Bisa saja sesekali ia menerima kekecewaan yang membuat
mereka trauma.
Stres pada anak bisa saja terakumulasi hingga ia dewasa nantinya. Ini yang
menyebabkan ekspresi destruktif pada diri sendiri atau orang lain.Ekspresi destruktif kepada
diri sendiri berupa anak memiliki kecemasan yang berlebihan dan tidak masuk akal terhadap
berbagai hal, fungsi sosial yang buruk, menarik diri dari lingkungan, hingga melukai diri
sendiri. Anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang pemalu, penakut, dan rasa minder
yang tinggi.
Sedangkan, ekspresi destruktif kepada orang lain berupa mudah marah hal-hal yang
oleh anak lain umumnya ditanggapi secara netral. Dia akan tumbuh dengan sikap sensitif dan
negatif, sering mencela orang lain, bahkan meremehkan atau bersikap kasar kepada orang
lain.
Apa saja gejalanya? Anak stres biasanya memiliki gejala-gejala yang tampak dari
perilaku anak, seperti mengompol, susah makan, sulit tidur, dihantui mimpi buruk,
berkeringan dingin atau mudah sakit. Selain itu, anak stres juga memiliki gejala seperti rewel,
mudah gugup, dan tidak berani menatap mata orang lain.
3. Remaja
Stres dimana keadaan seseorang dalam kesehariannya. Siapa saja bisa mengalami
stress tak terkecuali remaja yang dalam kondisi labil. Misalnya saja ada penolakan dari
teman-temannya. Tidak lulus ujian ataupun tidak memiliki pacar.
Menurutnya, stres tak memandang usia dan banyak penyebabnya. Pada remaja
sendiri, stres bisa dialami karena terjadinya perubahan dari masa anak-anak ke dewasa yang
meliputi perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional.“Perubahan yang dialami remaja
pada dirinya membuat mereka kebingungan.Karena saat itu mereka mengalami masa
transisi,” jelasnya.
Namun, katanya, sebagian besar orangtua tidak mengerti dengan perubahan yang
dialami anak mereka.“Sehingga terkadang terjadi problem antara orangtua dan
anak.Tentunya kita harus memperhatikan perkembangan mereka seperti perubahan perilaku
kebiasaannya.Dari yang awalnya periang menjadi tidak banyak bicara.Ini harus
diperhatikan,” urainya.
Untuk itu, orangtua perlu melakukan bimbingan terhadap anak mereka.“Jika anak
mengalami masalah dan terlihat perubahan dari yang tidak biasanya, sebaiknya ajak mereka
bicara. Dengan komunikasi yang intens anak akan lebih terbuka, tentunya orangtua dan
remaja akan bisa saling memahami,”.
4. Dewasa
Seseorang bisa hampir setiap hari mengalami stres. Bahkan, berdasarkan survei, orang
dewasa merasa stres atau putus asa 36 menit per harinya.Rata-rata hal yang menyebabkan
mereka merasa cemas hingga akhirnya menimbulkan stres, mulai dari masalah utang hingga
kehidupan seks yang mengecewakan .
Hasil survei yang dilakukan Everyman Campaign, sebuah gerakan kepedulian
terhadap pencegahan kanker prostat di Inggris, mengungkap, 36 menit perasaan stres yang
dialami setiap hari setara dengan sembilan hari penuh setiap tahun, atau satu tahun setengah
selama seumur hidup.Masalah biaya hidup dan kenaikan berat badan justru menjadi penyebab
stres teratas.Survei ini dilakukan di Inggris dengan melibatkan 2.000 orang berusia antara 18
dan 65 tahun. Empat dari 10 orang merasa tertekan karena utang, seperempat dari peserta
survei mengaku merasa cemas karena perjalanan hidupnya yang tak sempurna. Lalu, satu
dari lima orang merasa tak tenang karena anggota keluarganya jatuh sakit.
Para peneliti menemukan bahwa kecemasan ekstrem bisa dialami oleh banyak orang
yang tidak dapat berkonsentrasi di tempat kerja serta tidak mendapatkan waktu tidur yang
cukup.Termasuk perrtikaian dengan pasangan.Satu dari sepuluh responden mengatakan
bahwa mereka merasa stres selama lebih dari dua jam sehari. Sementara, satu dari dua orang
merasa sangat cemas dengan banyak hal yang telah memengaruhi kesehatan mereka."Pusing
memikirkan biaya hidup dan banyaknya tagihan adalah penyebab stres nomor satu di Inggris.
Uang mendominasi sebagian besar pikiran orang. Tapi yang menarik, masalah kesehatan
justru tidak berada dalam daftar teratas," kata juru bicara Everyman Campaign, seperti
dikutip dari Daily Mail.
Sebanyak 86 persen wanita diketahui memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada
pria. Satu dari lima orang memikirkan tentang harga rumah dan risiko kanker dan satu dari
enam orang khawatir akan datangnya masa pensiun dan beban kerja yang berat. Masalah lain
yang menyebabkan stres termasuk juga takut tua, serta minimnya jam biologis. Tiga dari 10
orang juga merasa tertekan karena hubungan suami istri, termasuk kekhawatiran tentang
masa depan anak-anak mereka. Satu dari 20 orang juga merasa stres karena kehilangan
teman.
Hampir setengah dari responden mengaku mereka 'tidak bisa berhenti khawatir', tetapi
sepertiga mengatakan mereka bisa berbagi cerita pada siapapun tentang ketakutan
mereka.Sementara, satu dari sepuluh orang merasa mereka tidak bisa membagi beban
pikirannya pada orang lain.
Mereka yang mengalami stres setiap hari pun diketahui sering melakukan hal-hal
yang bisa menyebabkan kondisi kesehatan memburuk. Satu dari enam orang memilih pergi
menikmati segelas anggur untuk mengusir stres dan satu dari lima orang memilih santai
menyaksikan acara televisi.
5. Lansia
Pada lanjut usia, gejala dari stress ini akan lebih kelihatan karena lanjut usia lebih
rentan terhadap stress. Gejala stress pada lanjut usia meliputi penyakit darah tinggi, stroke,
jantung koroner yang tinggi frekuensinya, menangis, rasa ketakutan yang berlebihan,
menyalahkan diri dan rasa penyesalan yang tidak sesuai, daya ingat menurun, pikun, tidak
bisa mengatasi persoalan dengan benar, tidak mudah percaya pada orang lain, tidak sabar
menghadapi orang lain, dan menarik diri dari pergaulan. Bila banyak dari gejala tersebut
diatas terjadi pada seseorang, khususnya di sini pada lanjut usia, maka ada kemungkinan
lanjut usia tersebut betul-betul mengalami stress.
Stress pada lanjut usia tersebut dapat diartikan sebagai kondisi tidak seimbang, tekanan
atau gangguan yang tidak menyenangkan, yang terjadi menyeluruh pada tubuh dan dapat
mempengaruhi kehidupan, yang tercipta bila orang yang bersangkutan melihat
ketidaksepadanan antara keadaan dan system sumber daya biologis, psikologis dan sosial
yang berkaitan dengan berfikir dan respon dari ancaman dan bahaya pada lanjut usia. Dimana
terjadi penurunan kemampuan mempertahankan hidup, menyesuaikan diri terhadap
lingkungan, fungsi badan dan kejiwaan secara alami dan yang akhirnya mengakibatkan
kematian.
Singkatnya stress pada lanjut usia adalah kondisi tidak seimbang, terjadi menyeluruh
pada tubuh yang tercipta bila orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara
keadaan dan system sumber daya biologis, psikologis dan sosial, dimana terjadi penurunan
kemampuan mempertahankan hidup yang akhirnya mengkibatkan kematian.
Faktor Penyebab :
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stress pada lanjut usia, antara lain:
· Kondisi kesehatan fisik
Proses penuaan mengakibatkan perubahan struktur dan fisiologis pada lanjut usia seperti:
penurunan penglihatan,
penurunan pendengaran,
penurunan sistem paru,
penurunan pada persendian tulang.
Seiring dengan penurunan fungsi fisiologis itu, ketahanan tubuh lansia pun semakin
menurun sehingga berbagai penyakit dapat hinggap dengan mudah. Penurunan kemampuan
fisik ini dapat menyebabkan orang menjadi stress, yang dulunya semua pekerjaan bisa
dilakukan sendirian, kini terkadang harus dibantu orang lain. Perasaan membebani orang lain
inilah yang dapat menyebabkan stress. Menderita penyakit dapat mengakibatkan perubahan
fungsi fisiologis pada orang yang menderitanya. Perubahan fungsi tersebut dapat
mempengaruhi kehidupan seseorang dimana hal itu dapat menyebabkan stress pada kaum
lanjut usia yang mengalaminya. Macam perubahan fungsi fisiologis yang dialami seseorang
tergantung pada penyakit yang dideritanya. Semakin sehat jasmani lansia semakin jarang ia
terkena stress, dan sebaliknya, semakin mundur kesehatannya, maka semakin mudah lansia
itu terkena stress. Para lansia yang rentan terhada stress misalnya lansia dengan penyakit
degeneratif, lansia yang menjalani perawatan lama di rumah sakit, lansia dengan keluhan
somatis kronis, lansia dengan imobilisasi berkepanjangan serta lansia dengan isolasi sosial.
2. Kondisi psikologi
Faktor non fiisik seorang lansia, misalnya sifat, kepribadian, cara pandang, tingkat
pendidikan, dll dapat berpengaruh dalam menghadapi stress. Seorang lansia yang memiliki
pikiran yang positif, biasanya dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan positif
pula. Orang yang selalu menyikapi positif segala tekanan hidup akan kecil resiko terkena
stress. Semakin luas dan semakin tinggi harapan seseorang tentang hidup (optimis), semakin
jauh ia dari stress. Semakin berserah diri kepada Tuhan, semakin terbebaskan seseorang dari
stress. Semakin “santai” suatu kejadian dipersepsi, semakin sukar seseorang terjangkit stress
karena kejadian tersebut. Begitu juga sebaliknya.
3. Keluarga
Keluarga berperan besar dalam kejadian stress pada lansia. Jika terdapat masalah dalam
keluarga, hal ini dapat menjadi pemicu stress bagi lansia, misalnya adanya konflik dalam
keluarga, hubungan yang tidak harmonis, merasa jadi beban keluarga, dll. Sebaliknya, peran
keluarga juga sangat besar dalam menjauhkan stress pada lansia. Dukungan, penghargaan,
rasa hormat, rasa peduli dan lain-lain sangat besar pengaruhnya untuk menjauhkan atau
meredakan stress pada lansia.
4. Lingkungan
Stress juga dapat dipicu oleh hubungan sosial dengan orang lain di sekitarnya atau akibat
situasi sosial lainnya. Contohnya seperti stres adaptasi lingkungan baru, teman-teman yang
sudah tidak ada lagi, dan lain-lain. Lansia juga bisa terkena stress karena lingkungan tempat
tinggalnya. Lingkungan yang padat, macet, dan bising bisa menjadi sumber stress. Selain itu,
lingkungan yang kotor, buruk, penuh dengan pencemaran juga dapat membuat merasa tidak
nyaman dan pikiran selalu was-was akan dampak buruk pencemaran pada kesehatannya,
sehingga lama-kelamaan dapat membuat lansia stress.
5. Pekerjaan
Pekerjaan dapat menjadi pemicu stres bagi lansia. Penurunan kondisi fisik dan psikis
berpengaruh pada turunnya produktifitas para lansia. Jika pada waktu mudanya ia telah
mempersiapkan cukup "bekal" untuk masa tua, maka ia bisa menikmati masa pensiunnya.
Tetapi jika lansia merasa belum cukup mempersiapkan "bekal"nya untuk masa pensiun, maka
ia dituntut untuk terus bekerja. Beban kerja yang tidak didukung oleh kondisi fisik dan psikis
dapat memicu lansia stress. Apalagi adanya tuntutan untuk pemenuhan nafkah keluarga. Jika
lansia memilih bekerja, pilihlah pekerjaan yang tidak terlalu berat, tidak perlu target-targetan,
tidak perlu persaingan, deadline, dll. Misalnya memelihara ayam atau ternak lain, atau
berkebun, buat kolam ikan di belakang rumah, sangat baik bagi lansia, selain sehat
berolahraga ada juga pendapatan bagi keluarga.
I. Kapan Orang Bisa Mengalami Stres?
Stres dapat terjadi pada seseorang pada saat:
a) Tuntutan Fisik
Kondisi fisik kerja mempunyai pengaruh terhadap kondisi fatal dan psikologis diri
seorang tenaga kerja .Kondisi fisik dapat merupakan pembangkit stres.Bising : Bising selain
dapat menimbulkan gangguan sementara atau tetap pada alat pendengaran kita, juga dapat
merupakan sumber stres yang menyebabkan peningkatan dari kesiagaan dan
ketidakseimbangan psikologis kita. Paparan (exposure) terhadap bising berkaitan rasa lelah,
sakit kepala, lekas tersinggung , dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.vabrasi
merupakan sumber stres yang kuat yang mengakibatkan peningkatan taraf catecholamine dan
perubahan dari berfungsinya seseorang secara psikologikal dan
neurological.Hygiene:Lingkungan yang kotor dan tidak sehat merupakan pembangkit
stres.Hal ini di nilai oleh para pekerja sebagai faktor tinggi pembangkit stres.
b) Tuntutan tugas
Kerja shift/kerja malam : Penelitian menunjukkan bahwa kerja shift merupakan
sumber utama dari stres bagi para pekerja pabrik .Para pekrja sift lebih sering mrngeluh
tentang kelelahan dan gangguan perut daripada para pekerja pagi/ siang dan dapat dari kerja
sift terhadap kebisaan makanan yang mungkin menyebabkan gangguan – gangguan perut.
Menurut Monk dan Folkard ada tiga faktor yang harus baik keadaannya agar dapat
berhasil menghadapi kerja sift :tidur, kehidupan sosial dan keluarga, dan ritme circadian.
Faktor – faktor tersebut saling berkaitan, sehingga salah satu dapat membatalkan efek positif
dari keberhasilan yang telah dicapai dengan kedua faktor lain.
Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit
stress.Beban kerja dapat di bedakan lebih lanjut ke dalam beban kerja berlebih/terlalu
sedikit’Kuantitatif’, yang timbul sebagai akibat dari tugas – tugas yang terlalu banyak/sedikit
di berikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan kerja
berlebih/terlalu sedikit’kualitatif’ yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan
suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan keterampilan dan/ atau potensi dari tenaga kerja.
Dalam rangka teknologi ini baru dapat menimbulkan baik bebean kerja berlebihan
maupun beban kerja terlalu sedikit. Di samping itu beban kerja berlebih kuantitatif dan
kualitatif dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat
banyak yang merupakan sumber tambahan dari stres.
Everly dan Girdano (1980) , kategori lain dari beban kerja dari kombinasi beban
berlebihan kuantitatif dan kualilatif:
1. Beban berlebih kuantitatif
Beban berlebih secara fisikal ataupun mental, yaitu harus melakukan terlalu banyak
hal, merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan. Unsur yang menimbulkan beban
brlrbih kuantitatif ini ialah desakan waktu ,setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat
mungkin secara tepat dan cermat. Bila desakan waktu menyebabkan timbulnya banyak
kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan seseorang berkurang , maka ini merupakan
cerminan adanya beban berlebih kuantitatif dan pada saat ini desakan waktu menjadi
destruktif
Kiev dan Kohn (1997) dalam meneliti 2.659 manajer puncak dan menengah
menemukan bahwa para manajer menyebutkan heavy workload / time pressures/unrealistic
deadlines sebagai factor pertama dari stress
Penelitian yang dilakukan oleh ahli jantung Mayer Friedman dan ray Rosenman (1974)
menunujukan bahwa desakan waktu kronis tampaknua memberikan pengaruh tidak baik pada
system cardiovascular. Hasilnya secara khusus ialah serangan jantung premature dan tekanan
darah tinggi.
Ancaman akan adanya beban berlebih kuantitatif mempunyai pengaruh yang tidak
baik bagi para pekerja, pada masa dilakukan analisis waktu gerak pada para pekerja,mereka
memperlihatkan rasa tidak senang dan curiga. Para pekerja tidak senang persepsi manajemen
yang mengatakan kepada mereka untuk do more work in less time.Dalam beberapa kasus
analisis semacam itu mengakibatkan dilakukannya pelambatan kerja (work slow
down).Bagaimanapun juga desakan waktu merupakan pembangkit stress dari organisasi yang
dalam kebanyakan hal harus diterima. Ini tampaknya merupakan salah satu aspek dari
kehidupan organisasi.
2. Beban terlalu sedikit kuantitatif
Beban kerja terlalu sedikit juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis
seseorang. Kemajuan teknologi dan peningkatan otomasi dalam industry di satu pihak dapat
mengarah pada makin menjadinya majemuk pekerjaan, di lain pihak. Pada tingkat teknologi
menengah, mengarah pada penyederhanaan pekerjaan. Pada pekerjaan yang sederhana,
dimana banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosan, rasa monoton. Kebosanaan
dalam kerja rutin sehari-hari, sebagai hasil dari terlampau sedikitnya tugas yang harus
dilakukan, dapat menghasilkan berkurangnya perhatian.
Hal ini, secara potensial membahayakan jika tenaga kerja gagal untuk bertindak tepat
dalam keadaan darurat. Kebosanan di temukan sebagai sumber stres yang nyata pada operator
kran (cooper & Kelly,1984). Masa lama tidak adanya aktivitas, yang mungkin merupakan ciri
dari pekerjaan sehingga memerlukan rancangan ulang, merupakan peramal yang tepat dari
peningkatan kecemasan, depresi dan ketidakpuasan kerja.
Bentuk lain yang merupakan pembangkit stres juga ialah adanya fluktuasi dalam
beban kerja. Untuk jangka waktu tertentu bebannya sangat ringan, untuk saat-saat lain
bebannya malah berlebihan. Situasi tersebut dapat kita jumpai pada tenaga kerja yang
mengatur perjalanan bagi orang lain pada biro- biro perjalanan, yang menjadi pemandu
wisata, tenaga kerja (baik klerikal maupun yang profisional) yang berkerja di biro-biro
konsultasi, pramuniaga di took-toko, dan sebagainya. Keadaaan yangtidak tetap ini
menimbulkan kecemasaan, ketidakpuan kerja dan kecenderungan hendak meninggalkan
pekerjaan.
3. Beban berlebihan kualitatif
Dengan kemajuan teknologi makin dirasakan kehidupan menjadi lebih majemuk.
Pekerjaan yang sederhana, pekerjaan yang di lakukan dengan tangan (pekerjaan manual)
makin banyak tidak dilakukan lagi oleh tenaga kerja, tetapi telah diganti oleh mesin atau
robot.untuk perakitan mobil di jepang digunakan robot pekerjaan yang dilakukan oleh
manusia makin beralihtitik beratnya pada pekerjaan otak. Pekerjaan makin menjadi
majemuk. Kemajemukan pekerjaan ini yang mengakibatkan adanya beban berlebihan
kualitatif.Makin tinggi kemajemukan pekerjaannya makin tinggi stresnya.Kemajemukan
pekerjaan yang harus dilakukan seorang tenaga kerja dapat dengan mudah berkembang
menjadi beban berlebihan kualitatif jika kemajemukannya memerlukan kemampuan teknikal
dan intelektual yang lebih tinggi yang dimiliki.
Jika memiliki kemampuan untuk menampung keempat factor tersebut, maka tenaga
kerja melakukan pekerjaan yang bagus dan berprestasi memuaskan. Sebaliknya kalau kita
perhatikan dengan baik, maka setiap factor dapat merupakan pembangkit stress .pada titik
tertentu kemajemuka pekerjaan tidak lagi produktif,tetapi menjadi destruktif. Pada titik
tersebut kita telah melewati kemampuan kita untuk memcahkan masalah dan menalar dengan
car konstruktif. Timbulah kelelahan mental yang reaksi-reaksi emosional dan fisik .hal ini
merupakan bentuk dari jawaban stress.
Penelitian menunujukan bahwa kelelhan emosional dan mental ,sakit kepala, dan
gangguan-gangguan pada perut merupakan hasil dari kondisi kronis dari beban berlebih
kualitatif.Penelitian lain menunjukan bahwa beba terlebih kualiitatif sebagai suber stress
secara nyata berkaiitan dengan rasa harga diri yang rendah.
4. Beban terlalu sedikit kualitatif
Dapat merusak pengaruhnya seperti beban berlebihan kualitatif, dalam hal tenaga kerja
tidak diberi peluang untuk menggunakan ketrampilan yang diperolehnya,atau untuk
mengembangkan kecakapan potensialnya secara penuh. Di sinipun dapat timbul kebosanan
dan gangguan dalam perhatian sehingga dapat mengakibatkan hal-hal yang parah.
Beban terlalu sedikit yang disebabkan kurang adanya rangsangan akan mengarah ke
semangat dan motivasi yang rendah untuk kerja. Tenaga kerja akan merasa bahwa dia ‘tidak
maju-maju’ dan merasa tidak berdaya untuk memperlihatkan bakat dan
5. Beban berlebihan kuantitatif dan kualitatif
Proses pengambilan keputusan merupakan suatu kombinasi yang unik dari faktok-
faktor yang dapat mengarah ke berkembangnya kondisi-kondisi beban berlebihan kuantitatif
dan kualitatif pada waktu yang sama.Proses pengambilan keputusan mencangkup membuat
pilihan antara beberapa kemungkinan/alternatatif. Setiap kemungkinan perlu dinilai kebaikan
dan keburukannya dan saling di bandingkan.
6. Harapan dari keberhasilan.
Pentingnya akibat keputusan ikut menentukan derajat besarnya stress.Misalnya
memutuskan untuk membuka cabang lebih besar stresnya dari pada memutuskan dimana
makan siang, karena risikonya lebih besar.Kalau gagal cabangnya berarti rugi besar, bahkan
mungkin harus ditutup perusahaanya.
Sebagaimana telah dibahas, kemajemukan pekerjaan akan menimbulkan stress. Kalau
keputusan yang harus diambil, misalnya, melibatkan bebagai macam faktor yang saling
berkaitan (keputusan membuka cabang), seperti rencana operasi, jumlah tenaga kerja, jumlah
uang yang harus disediakan, dan rencana pemasaran, maka proses pengambilan keputusan
merupakan proses yang penuh stress.
Terlalu banyak atau terlalu sedikit informasi yang dimiliki, yang dirasakan diterima
oleh seorang tenaga kerja, kedua-duanya akan dapat menimbulkan stress. Terlalu banyak
informasi, berarti kesulitan mengolah semua informasi, berarti beban berlebihan
kualitatif.Terlalu sedikit informasi menyebabkan kita mulai mereka-reka, menduga-duga,
yang menibulkan ketegangan dalam diri kita yang kita rasakan sebagai stres.bertanggung
jawab, maka ini dirasakan lebih besar stresnyadibandingkan dengan jika tanggung jawab
dibagi bersama.Dalam keadaan sehari-hari tanggung jawab pada umumnya ditanggung oleh
seorang.
Factor waktu juga perlu dipertimbangkan. Makin singkat waktu yang diberikan dalam
proses pengambilan keputusan, makin dirasakan desakan waktu, makin besar
stresnya.Akhirnya harapan akan keberhasilan merupakan factor yang ikut menentukan besar
kecilnya stress. Jones menemukan bahwa jika orang memiliki harapan yang besar, memiliki
kepastian, bahwa keputusan yang diambil adalah tepat, maka taraf stres lebih rendah
dibandingkan dengan jika tidak pasti bahwa kepusannya adalah paling tepat.Jumlah dari stres
yang terlibat dalam proses penganbilan keputusan dapat diungkapkan sebagai berikut: Stres
pengambilan keputusan = kepentingan + kemajemukan + kurang informasi + tanggung jawab
+ kurang waktu + kurang kepercayaan.
Paparan terhadap risiko dan bahaya: Risiko dan bahaya digandengkan dengan
jembatan tertentu merupakan sumber dari stress. Kelompok-kelompok jabatan yang dianggap
memiliki risiko tinggi, dalam arti kata secara fisikal berbahaya, antara lain polusi, pekerjaan
tambang, tentara, pegawai dilembaga pemasyarakatan, pegawaai mobil kebakaran, pekerja
pada eksplorsi gas dan minyak, dan pada instalasi produksi.