Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

STRES, KONFLIK DAN KOMUNIKASI ORGANISASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pengantar Kebijakan Pendidikan

Dosen Pengampu :
Dr. Mohamad Muspawi, S.Pd.I.,M.Pd.I.

Kelompok 8
DISUSUN OLEH:
Sangkot rambe A1D521072
Uswatun ahmad

RUANG : R003

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tepat
waktu.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu
matakuliah Komunikasi Organisasi yaitu bapak Dr. Mohamad Muspawi, S.Pd.I.,M.Pd.I.
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Stres dan Konflik dalam
Komunikasi Organisasi ”.
Penulis berharap kepada pembaca agar bisa menyampaikan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan yang lebih baik untuk makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan makalah ini.

Jambi,

Penulis
DAFTAR ISI

Cover.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................iv
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................iv
1.2  Rumusan Masalah.......................................................................................................................v
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................v
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................vi
2.1  Pengertian Stres dan Konflik.......................................................................................................vi
a.    Stres........................................................................................................................................vi
1.Faktor Terjadinya Stres dalam Organisasi..................................................................................vii
2.Urutan yang menimbulkan suatu reaksi stres..........................................................................viii
3. Strategi Menghindari Stres........................................................................................................ix
b. Konflik........................................................................................................................................ix
1. Penyebab dan Dampak Timbulnya Konflik.............................................................................x
2. Strategi Mengatasi Konflik dalam Organisasi.............................................................................xi
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................xiv
3.1 kesimpulan.................................................................................................................................xiv
3.2 Saran..........................................................................................................................................xiv
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................xv
BAB I
PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu masalah paling serius dan sering terjadi yang menimpa individu dan

anggota-anggota organisasi adalah masalah stress dan konflik. Tidak dapat kita pungkiri
bahwa seiring berkembangnya kebutuhan, seiring cepatnya mobilitas kehidupan banyak kita
jumpai orang-orang disekitar kita yang tidak sanggup bertahan menghadapi kegagalan-
kegagalan yang terjadi dalam kehidupannya, bahkan tak luput mereka yang berhasil pun
terkadang hanyut, takut kegagalan akan menimpanya. Orang-orang yang gagal, tertimpa
musibah, tak mampu bersabar lantas keluh kesah pun menjadi semacam obat penawar
kegelisahannya, walaupun itu tak membuatnya merubah keadaan menjadi lebih baik. Namun
sebaliknya, membuat dia semakin tenggelam dalam kegagalan. Lalu timbulah penyakit dan
masalah baru dalam dirinya yang disebut stres. Stres kerap melanda dalam kehidupan,
terlebih di saat seperti ini, dimana kesibukan baik pada pekerjaan maupun keluarga, seolah
tak ada putusnya. Berbagai masalah yang sering terjadi di dalam kehidupan terkadang
membuat kita merasa terbebani dan menjadi stres. Stres memang suatu hal yang sulit
dihindari, tapi bukan berarti hal tersebut tidak bisa diatasi.
Stres menimbulkan pengaruh yang merusak dan berbahaya bagi kesehatan jasmani
dan rohani seseorang. Cara orang berkomunikasi bisa jadi menimbulkan stress pada diri
mereka dan orang lain, karena komunikasi menimbulkan stres dan juga merupakan respons
terhadap stres, strategi untuk mengurangi stres dapat diperkenalkan dalam berbagai waktu.
Begitu pula dengan konflik, konflik terjadi karena adanya intraksi yang di sebut
dengan komunikasi, hal ini di maksudkan apabila kita ingin mengetahui konflik berati kita
harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. ketika suatu konflik muncul di
dalam sebuah lembaga atau organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan sebagai
komunikasi yang kurang baik, di lain pihak, konflik diakibatkan juga oleh perbedaan
kepentingan, pikiran, latar belakang kebudayaan dan intensitas komunikasi yang terjalin
secara intens.
Selama kita hidup, stres tidak akan pernah bisa kita hindari. Terimalah bahwa dalam
hidup kita selalu akan muncul yang namanya stres. Tidak ada seorangpun yang bisa secara
total menghindari stres.
Begitu juga dengan konflik, tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan
hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

1.2  Rumusan Masalah


Berdasar latar belakang masalah di atas, maka penyusun mengankat rumusan masalah
sebagai berikut:
a.       Apakah pengertian stres dan konflik ?
b.      Bagaimanakah urutan terjadinya stres ?
c.       Apa saja strategi menghindari stres dan konflik ?
d.      Apa saja penyebab dan dampak timbulnya konflik ?

1.3 Tujuan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara umum tentang:
a. Memahami pengertian stres dan konflik
b.  Memahami urutan terjadinya stres
c. Memahami strategi menghindari stres dan konflik
d. Memahami penyebab dan dampak timbulnya konflik
BAB II
PEMBAHASAN

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Stres dan Konflik

a.    Stres
Menurut Robbins (2008) Stres adalah suatu keadaan yang dinamis seorang
indvidu dihadapan kepada pluang dan tuntutan atau sumber daya yang terkait dengan
apa yang dihasratkan oleh seorang individu itu dan hasilnya dipandang tidak pasti dan
penting.
Stres dapat diartikan sebagi bentuk reaksi terhadap tekanan yang intensitanya

sudah terlalu tinggi. Stress dapat didefinisikan sebagai penderitaan jasmani, mental,
atau emosional yang diakibatkan interpretasi atas suatu peristiwa sebagai suatu
ancaman bagi agenda pribadi seorang individu.
Peristiwa yang tampaknya menimbulkan interpretasi negatif yang menjelma
menjadi reaksi yang menybabkan stres termasuk kematian kerabat terdekat,
perceraian, kecelakaan, konflik dengan atasan. Dari suatu peristiwa yang memberikan
dampak yang negatif dapat menjadi ancaman pribadi individu. Suatu respons stress
sangat tergantung bagaimana cara seseorang menginpretasikan suatu peristiwa.
Menginpretasikan suatu peristiwa berarti bahwa kita memberikan makna peristiwa itu
bagi kita sendiri, yaitu respon kita terhadap masalah tersebut. Kalau kita menilai
bahwa peristiswa tersebut mengancam, maka sangat berpotensi menimbulkan reaksi
negatif dan menyakitkan yang kita sebut dengan stress.
Kita bisa melihat dari konsekuensi negatif stres yang berpengaruh pada 5 kategori,
yaitu:
1. Perubahan jasmani seperti isomnia, sakit kepala, sakit leher, kejang otot, pola mens
yang tidak teratur, asma, impotensi, rambut rontok berlebihan.
2.  Emosional, Mencakup perubahan kepribadian, kejengkelan, kecemasan, depresi,
khawatir, frustasi, mudah marah.
3.  Mental, yang mencakup konsentrasi lemah, sikap negatif bicara dengan diri sendiri.
4.  Relasional, Perasaan terasing, intoleransi, kesepian, mengecam orang lain.  
5.  Spiritual, Merasa hampa, keraguan, kehilangan pegangan, sinisma, apatis, tidak mau
memaafkan.   
Setiap peristiwa ditafsirkan sebagai ancaman yang mungkin bagi tujuan
seseorang menghasilkan konsekuensi negatif yang bersifat jasmani, mental, relasional,
atau spiritual.         
Secara lebih khusus stres dapat diartikan sebagai kendala dan tuntutan.
Kendala adalah suatu kekuatan yang mencegah kekuatan individu dari melakukan apa
yang sangat di inginkan sedangkan tuntutan adalah hilangnya sesuatu yang sangat di
inginkan.
Salah satu masalah paling serius yang menimpa anggota-anggota organisasi
adalah masalah stres. Mengenai stres yang berkaitan dengan pekerjaan secara ajeg
menunjukkan bahwa stres menimbulkan pengaruh yang merusak dan berbahaya bagi
kesehatan jasmani dan rohani pekerja.
Perilaku komunikasi dan reaksi telah lama dianggap antesden dan konsekuensi
keadaan yang penuh stres. Dengan kata lain, cara orang berkomunikasi boleh jadi
menimbulkan stres pada diri mereka dan orang lain, dan stres boleh jadi mempengaruhi
cara orang berorganisasi. Sasaran perubahannya mungkin sikap dan perilaku individu,
norma dan perilaku kelompok, atau kebijakan dan prioritas organisasi.

1.Faktor Terjadinya Stres dalam Organisasi :


Menurut Mangkunegara (2000:157) ada beberapa faktor terjadinya stres dalam organasasi
yaitu:

 Kondisi lingkungan kerja yang suhu terlalu panas, terlalu dingin, sesak, dan ribet.

 Otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggung jawab,
konflik kerja, perbedaan nilai antara karyawan yang frustasi dalam kerja.

 Kondisi lingkungan kerja yang suhu terlalu panas, terlalu dingin, sesak, dan ribet.

 Beban kerja yang dirasakan terlalu berat.

 Waktu kerja yang mendesak.

2.Urutan yang menimbulkan suatu reaksi stres :

 Peristiwa = suatu kejadian nyata atau dibayangkan


 Interpretasi = suatu evaluasi mental atas suatu peristiwa dalam arti bagaimana
hal itu mengancam suatu aspek agenda pribadi seorang individu

 Konsekuensi negatif = penderitaan jasmani, mental atau emosional

Respon terhadap stres pada manusia sangat terpersonalisasikan dan bervariasi bagi
setiap orang bahkan pada seorang individu pada saat-saat yang berbeda.
Menginterpretasikan suatu peristiwa berarti bahwa anda memberinya makna dan
mampu menjelaskan apa makna peristiwa tersebut bagi anda; atau dengan kata lain
anda mampu menjelaskan pada diri anda sendiri, sekurang-kurangnya, apa jenis
potensial yang mungkin ditimbulkan peristiwa tersebut terhadap suatu aspek agenda
atau tujuan pribadi anda.
Suatu konsekuensi negative terdiri dari suatu penderitaan jasmani atau
emosional. Setidaknya lima kategori konsekuensi negative telah diidentifikasikan:
jasmani, mental, relasional, dan spiritual. Konsekuensi negative jasmani meliputi
berbagai perubahan jasmani dan penyakit seperti sulit tidur (insomnia), sakit kepala,
eksim, sakit leher dan bahu, kejang otot, borok perut, mens yang tidak teratur,
impotensi, asma, penyakit kardiovaskular, hipertensi, rambut rontok secara berlebihan
dan kebotakan.
Konsekuensi emosional negative tidak hanya mencakup perubahan
kepribadian, kejengkelan, kecemasan dan depresi; namun juga mimpi buruk, menangis
terus-menerus, khawatir, mudah marah, frustasi, dan kepercayaan tidak ada orang yang
mempedulikannya. Erat kaitannya dengan problem emosional adalah konsekuensi
mental negative seperti mudah lupa, konsentrasi lemah, sikap negative, kebingungan,
kelesuan, kebosanan, bicara dengan diri sendiri, dan ketumpulan panca indera.
Konsekuensi rasional negative meliputi kondisi-kondisi seperti perasaan terasing,
intoleransi, kebencian, kesepian, kebungkaman, mengomel, ketidakpercayaan, kurang
intim, dan mengecam orang lain. Konsekuensi spiritual negative dialami sebagai suatu
kehilangan makna, kehampaan, keraguan, kehilangan pegangan, sinisme, apati, dan
tidak mau memaafkan.

3. Strategi Menghindari Stres


Menurut Charlesworth, Edward A strategi menyelesaikan stres baik secara
individual maupun organiasi lembaga yaitu lihat tabel di bawah ini:
No Individual Lembaga Organisasi
1 Menguatkan keimanan Memperbaiki iklim organisasi
2 Meditasi dan pernafasan Memperbaiki lingkungan fisik
3 Olah raga Melakukn analisis dan kejelasan tugas
4 Relaksasi Merubah struktur dan proses organisasi
5 Dukungan sosial, teman-teman Meningkatkan partisipasi dan
dan keluarga pengambilan keputusan
6 Menghindari kebiasaan yang Restrukturisasi tugas
membosankan
7 Trapi Menetapkan konsep manajemen
berdasarkan sasaran

b. Konflik
Konflik adalah suatu “perjuangan yang diekspresikan antara sekurang-
kurangnya dua pihak yang saling bergantung, yang mempersepsi tujuan-tujuan yang
tidak sepadan, imbalan yang langka, dan gangguan dari pihak lain dalam mencapai
tujuan mereka”.Tanda-tanda awal konflik mungkin terlihat dalam peningkatan
intensitas ketidaksepakatan di antara anggota-anggota kelompok. Komentar-komentar
yang sebelumnya netral bernada tidak ramah. Bila anggota-anggota suatu kelompok
mempunyai tujuan bersama, kemungkinannya kecil bahwa konflik akan berkembang.

Berkaitan dengan hal tersebut, Handoko (1995:346) mengemukakan bahwa:


“Konflik organisasi adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota
atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa
mereka harus membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas atau kegiatan-
kegiatan kerja dan/atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status.
Menurut Wijono Ciri-ciri Konflik adalah :
1). Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang
terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.
2). Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun
kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya
nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.
3). Munculnya interaksi yang seringkali ditandai  oleh  gejala-gejala perilaku yang
direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak
lain agar dapat memperoleh keuntungan.
4). Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan
yang berlarut-larut.
5). Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait
dengan kedudukan, statussosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga
diri, prestise dan sebagainya.

1. Penyebab dan Dampak Timbulnya Konflik


Secara umum biasanya penyebab timbulnya konflik terjadi karena dibawah ini:
1. Adanya aspirasi yang tidak ditampung.
2. Saling ketergantungan tugas.
3. Ketergantungan satu arah.
4. Ketidakpuasan, perasaan ketidakadilan.
5. Distorsi komunikasi.
6. Tidak ada pedoman.
7. Aturan yang kurang jelas.
8. Kurang transparannya beberapa hal.

Selanjutnya Suyono, menyebutkan bahwa dalam konflik organisasi terdapat


dampak disfungsi dan fungsi, dampak disfungsi dapat diartikan juga sebagai dampak
negatif, dan fungsi diartikan sebagai dampak positif.
Dampak negatif, yaitu :
1.    Konflik mengakibatkan job stress, perasaan terbakar, dan ketidakpuasan.
2.    Komunikasi antar inidividu dan kelompok menjadi berkurang.
3.    Iklim ketidakpercayaan dan kecurigaan berkembang.
4.    Hubungan antar orang tercederai.
5.    Kinerja pekerjaan berkurang.
6.    Perlawanan atas perubahan meningkat, dan
7.    Komitmen dan kesetiaan organisasi akan terpengaruh.

Dampak positif, yaitu :


1.    Konflik merangsang inovasi, kreativitas, dan perubahan.
2.    Proses pembuatan keputusan dalam organisasi akan terimprovisasi.
3.    Solusi alternatif atas satu masalah akan ditemukan
4.    Konflik membawa solusi sinergis bagi masalah bersama.
5.    Kinerja individu dan kelompok akan lebih kuat.
6.    Individu dan kelompok dipaksa untuk mencari pendekatan baru atas masalah, dan
7.    Individu dan kelompok perlu lebih mengartikulasi dan menjelaskan posisi
mereka.

2. Strategi Mengatasi Konflik dalam Organisasi


Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua
dimensi ialah kerjasama atau tidak kerjasama dan tegas atau tidak tegas. Dengan
menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada enam macam pendekatan
penyelesaian konflik menurut Thomas ialah: 
1.    Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu
konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan
akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang
memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Misalnya
manajer yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan
“Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan
tanggal untuk melakukan diskusi”
2.   Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan
masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini
memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka
untuk membuat keputusan. Misalnya pegawai yang menjadi bagian dalam konflik
dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di
tempat yang pertama.
3.   Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak
informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin
mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi
bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
4.   Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang
bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua
pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5.   Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai
tujuan kerja yang sama.Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat
untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
6.    Mengadakan perubahan peran dan struktur organisasi.
Mengendalikan konflik berarti menjaga tingkat konflik yang kondusif bagi
perkembangan organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan
dinamika organisasi yang optimal.

Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik perlu
diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
1. Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama.
Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau lebih unit kerja yang
dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
2. Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan.
Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit kerja melalui kerjasama
yang sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
3. Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja,
tenaga serta anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
4. Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah
bersama. Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan
memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
5.  Msistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan
mendengarkan dan membuat keputusan.
6.  Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan
atas pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk
menyelesaikan perselisihan.
7.   Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian
diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin
besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga
dapat mempermudah kerjasama.
BAB III
PENUTUP

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan
Konflik dan stress adalah dua hal yang beriringan dalam perilaku organisasi.
Keduanya memiliki pengaruh yang baik atau positif dan juga pengaruh buruk atau negatif.
Dan keduanya merupakan perkara yang tidak bisa dihindari dalam dinamika organisasi. Ibarat
sayur tanpa garam, hambar rasanya. Demikian juga organisasi akan datar kelihatannya bila
tanpa konflik dan stress. Oleh karenanya, konflik dan stress sebenarnya bisa menjadi vitamin
bagi pendewasaan organisasi sekaligus pribadi warga organisasi. Kata kunci untuk
menghadapi konflik dan stress adalah positif thinking dan selalu terbuka pada setiap
perubahan. Dengan demikian sikap positif terhadap konflik dan persepsi baik tentang stress
menjadi keniscayaan dalam mengokohkan diri dan mematangkan organisasi.

3.2 Saran
Penulis telah berusaha menyelesaikan makalah dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi,
penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan ilmu pengetahuan.
Maka, penulis sangat mengharapkan saran terutama dari dosen kami dan juga para pembaca
untuk membantu demi membangun kesempurnaan makalah ini, sehingga untuk kedepannya
kami bisa membuat makalah lebih sempurna lagi
DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P., and Timothy A. Judge. "Perilaku Organisasi Buku 1, Edisi
12." Jakarta: Salemba Empat (2008).

Charlesworth, Edward A., and Ronald G. Nathan. Manajemen stres: dengan teknik


relaksasi. Abdi Tandur, 1996.

Handoko, T. Hani. "Manajemen, Edisi 2, Yogyakarta: BPFE UGM, Cet." (1995).

Wijono, Sutarto. Psikologi industri & organisasi. Kencana, 2010.

Suyono dan Hariyanto (2013). Belajar dan pembelajaran. IV, Bandung: Remaja
Rosadakarya.

Mаngkunеgаrа, Аnwаr Prаbu. 2000. Mаnаjеr sumbеr dаyа Mаnusiа pеrusаhааn.


Bаndung : Rеmаjа Rosdаkаryа

Falerisiska, yunere. Pengaruh pelaksanaan manajemen marah terhadap perilaku


kekerasan pada siswa smk negeri 1 bukittinggi tahun 2015. Diss. Universitas andalas, 2016.

Anda mungkin juga menyukai