Anda di halaman 1dari 22

KETERAMPILAN KLINIK PRAKTEK KEBIDANAN

TENTANG KONSEP NYERI

DISUSUN

Seprety Ceria Amanda

NPM:2010070130019

PRODI D3 KEBIDANAN FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

2020

i
Daftar Isi

Cover...............................................................................................................i

Daftar Isi .......................................................................................................iii

Kata pengantar ..............................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan penulisann ....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Stress......................................................................................3
B. Sumber-sumber stress..............................................................................4
C. Bentuk-bentuk stress................................................................................6
D. Reaksi dan respon tubuh terhadap stress.................................................8
E. Adaptasi terhadap stess..........................................................................12
F. Respon...................................................................................................13
G. Macam-macam adaptasi........................................................................13

BAB III PENUTUP.............................................................................................17

A.
Kesimpulan.........................................................................................................17

B.Saran....................................................................................................................1
8

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

ii
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada pihak yang telah membantu


hingga selesainya tugas mata kuliah ini.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia dari berbagai lapisan bisa saja mengalami ketegangan


hidup yang berakibat akan adanya tuntutan kesulitan atau ancaman terhadap
bahaya kehidupan yang semakin sulit terpecahkan. Sehingga seringkali di dapati
seorang mengalami ketegangan psikologi. Itu semua merupakan masalah yang
relatif, tergantung dari tinggi rendahnya kedewasaan kepribadian dan bagaimana
sudut pandang seseorang dalam menghadapinya. Strees adalah penekanan pada
peristiwa – peristiwa dan situasi negatif yang di alami individu yang dapat
menimbulkan efek yang tidak teratur pada perilakunya (Lahey & Ciminero ,
1998)

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Stres ?
2. Sumber-sumber Stres ?
3. Bentuk-bentuk Stres ?
4. Reaksi dan respon tubuh terhadap Stres ?
5. Adaptasi terhadap Stres ?
6. Respons ?
7. Macam-macam adaptasi terhadap stress ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa I
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian stres, sumber-sumber stress dan bentuk-
bentuk stres.
b. Untuk mengetahui reaksi dan respon tuhuh terhadap stres serta
adaptasi terhadap stres.
c. Untuk mengetahui macam-macam adaptasi terhadap stress dan
mekasisme koping.
d. Untuk mengetahui peran perawat dalam mengatasi Stres.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Stres
Luthans  (2000),  mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam
menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh  perbedaan individu dan proses
psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau
peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik
seseorang.
Menurut Schuler, stres adalah suatu kondisi dinamis dimana individu
dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang
diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins, 2003:577).  
Menurut Robert S. Fieldman (1989) stress adalah suatu proses yang
menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun
membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis,
emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan stress dapat
saja positif (misalnya: merencanakan perkawinan) atau negatif (contoh:
kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan
(stressfull event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh
individu.
Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan
menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan
koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau Teori Selye,
menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa
mempedulikan apakah penyebab stres tersebutpositif atau negatif. Respons
tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab tertentu
(Issac, 2004).
Stres adalah reaksi atau respons psikososial (tekanan mental atau beban
kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan
berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa
respons fisiologis, perilaku, dan subyektif terhadapat stres. Konteks yang
menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres,
semuanya sebagai sistem (WHO,158)

B. Sumber-Sumber Stress
Terdapat beberapa sumber-sumber stress yang dapat mengganggu
kesehatan psikis manusia. Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986)
kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi
stres disebut dengan stressor. Stressor dapat berwujud dan berbentuk fisik,
seperti polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial. Pikiran
ataupun perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik
yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.
Lazarus & Cohen (1984) mengklasifikasikan stressor kedalam tiga
kategori, yaitu :
1. Catacysmic Event
Fenomena besar atau tiba–tiba terjadi, seperti kejadian-kejadian
penting yang mempengaruhi banyak orang seperti bencana alam.

2. Personal Stressor
Kejadian–kejadian penting mempengaruhi sedikit orang atau
sejumlah orang tertentu, seperti kritis keluarga.

4
3. Background stressor
Pertikaian atau permasalahan yang bisa terjadi setiap hari, seperti
masalah dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.
Sarafino (1998) membagi tiga jenis sumber stres yang dapat terjadi
pada kehidupan individu :
1. Sumber yang berasal dari individu
Ada dua cara stres berasal dari individu. Pertama adalah melalui
adanya penyakit. Penyakit yang diderita individu menyebabkan tekanan
biologis dan psikologis sehingga menimbulkan stres. Sejauh mana tingkat
stres yang dialami individu dengan penyakitnya dipengaruhi faktor usia
dan keparahan penyakit yang dialaminya. Cara kedua adalah melalui
terjadinya konflik.\Konflik merupakan sumber yang paling utama.
Didalam konflik individu memiliki dua kecenderungan yang berlawanan :
menjauh dan mendekat.
Individu harus memiliki dua atau lebih alternatif pilihan yang
masing–masing memiliki kelebihan dan kekuhrangannya se ndiri. Keadaan
seperti ini banyak dijumpai saat individu dihadapkan pada keputusan–
keputusan mengenai kesehatannya.

2. Sumber yang berasal dari keluarga


Stres dalam keluarga dihasilkan melalui adanya perilaku,
kebutuhan–kebutuhan dan kepribadian dari masing –masing anggota
keluarga yang berdampak kepada anggota keluarga lainnya. Konflik
interpersonal ini dapat timbul dari adanya masalah finansial, perilaku yang
tidak sesuai, melalui adanya tujuan yang berbeda antar anggota keluarga,
bertambahnya anggota keluarga perceraian orang tua, penyakit dan
kecacatan yang dialami anggota keluarga dan kematian anggota keluarga.

5
3. Sumber stres yang berasal dari komunitas dan masyarakat
Adanya hubungan manusia dengan lingkungan luar menyebabkan
banyak kemungkinan munculnya sumber – sumber stres. Misalnya: stres
yang dirasakan anak sekolah akibat adanya kompetisi – kompetisi dalam
hal seperti olah raga.
Di sisi lain, stres yang dialami oleh orang dewasa banyak diperoleh
melalui pekerjaannya dan berbagai situasi lingkungan. Stres yang
diperoleh melalui pekerjaan contohnya dikarenakan : diluar sisi kerja,
kontrol yang rendah terhadap pekerjaan yang diemban, kurangnya
hubungan interpersonal dengan sesama rekan kerja, promosi jabatan,
kehilangan pekerjaan lainnya. Stres yang diperoleh dari lingkungan juga
dapat diakibatkan oleh lingkungan yang berisik dan padat serta lingkungan
yang tercemar (Sarafino, 1998).

C. Bentuk-Bentuk Stres
Berikut ini adalah beberapa jenis stres yang perlu Anda kenali agar
Anda tahu harus berbuat apa seperti yang saya kutip dari forum online,
silahkan disimak :
1. Stres Biasa
Stres tidak hanya dipicu sepenuhnya oleh pengalaman negatif.
Bahkan, pengalaman positif juga dapat membawa stres, seperti upacara
kelulusan atau pernikahan. Namun, tipe stres seperti ini dalam dosis
kecil sebenarnya baik untuk sistem imun kita. Selain itu, tipe stres ini
juga dapat membuat banyak orang lebih mudah untuk menciptakan
tujuan dan menikmati proses mencapainya dengan penuh energi.

6
2. Distres Internal
Ini adalah tipe stres yang buruk. Distres merupakan tipe stres
negatif hasil dari pengalaman buruk, ancaman, atau perubahan situasi
yang tidak terduga dan tidak nyaman. Pada dasarnya, tubuh kita
menginginkan rasa aman sehingga apabila rasa tersebut terusik, tubuh
pun mengalami distres.

3. Distres Akut
Distres akut terjadi ketika seseorang mengalami distres yang
dipicu oleh peristiwa buruk yang berlalu dengan cepat. Sementara stres
kronik terjadi ketika seseorang harus menahan stres dalam waktu yang
lama. Kedua tipe stres tadi akan memicu timbulnya hiperstres.

4. Hipostres
Ternyata hari-hari tanpa kekhawatiran dan tantangan juga dapat
memicu tipe stres lainnya, yaitu hipostres. Hipostres merupakan
"ketidakadaan" stres, tetapi bisa juga diartikan kebosanan yang ekstrem.
Seseorang yang mengalami hipostres mungkin merasa tidak tertantang,
tidak memiliki motivasi untuk melakukan apa pun. Hipostres dapat
memicu perasaan depresi dan kesia-siaan.

5. Eustres
Eustres merupakan stres yang sangat berguna lantaran dapat
membuat tubuh menjadi lebih waspada. Eustres membuat tubuh dan
pikiran menjadi siap untuk menghadapi banyak tantangan, bahkan bisa
tanpa disadari. Tipe stres ini dapat membantu memberi kekuatan dan
menentukan keputusan, contohnya menemukan solusi untuk masalah.

7
D. Reaksi dan Respon Tubuh Terhadap Stres
Respon stres melibatkan semua fungsi tubuh, sehingga terlampau
besarnya stres yang menghabiskan sumber-sumber adaptif kita dapat
menyebabkan kelelahan, beragam masalah kesehatan, dan bahkan akibat yang
fatal.

1. Respon Fisik
a) Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami
perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam.
Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian
pula dengan kerontokan rambut.
b) Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca
tidak jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola
mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga
mempengaruhi fokus lensa mata.
c) Telinga 
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging
(tinitus).
d) Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik
nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk
senyum/tertawa dan

8
e) Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum.
Selain daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan
sehingga ia sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot
lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps)
sehingga serasa “tercekik”.
f) Kulit
Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam;
pada kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau
keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah,
kulit menjadi lebih kering. Selain daripada itu perubahan kulit
lainnya adalah merupakan penyakit kulit, seperti munculnya eksim,
urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali
timbul jerawat (acne) berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah
tapak tangan dan kaki berkeringat (basah).
g) Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat
terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi
penyempitanpada saluran pernafasan mulai dari hidung,
tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan
berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otototot antar tulang iga)
mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis sebagaimana
biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk
menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma
(asthma bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas
paru - paru juga mengalami spasme.

9
h) Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat
terganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar,
pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction)
sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat.
Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari
tangan atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan
kesemutan. Selain daripada itu sebahagian atau seluruh tubuh
terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya terasa “dingin”.
i) Sistem Pencernaan
Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada
sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung,
mual dan pedih; hal ini disebabkan karena asam lambung yang
berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis
atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag.
Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi
pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas,
sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare.
j) Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat
juga terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi
untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan
penderita kencing manis (diabetes mellitus)

10
.
k) Sistem Otot dan tulang
Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot
dan tulang (musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh
otot terasa sakit (keju) seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang.
Selain daripada itu keluhan-keluhan pada tulang persendian sering
pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan
anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini
sebagai keluhan ”pegal-linu”.
l) Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang
mengalami stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini
berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita
penyakit kencing manis (diabetes mellitus); gangguan hormonal
lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak
teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).

2. Respon Psikologis
Faktor-faktor Psikologis dapat mempengaruhi fungsi fisik,
faktor-faktor fisik juga dapat mempengaruhi fungsi mental. Gangguan
fisik yang diyakini disebabkan atau dipengaruhi faktor psikologis pada
masa lalu yang disebut psikosomatis (psychosomatic)
atau psikofisiologis. 

3. Daya pikir
Pada orang seseorang yang mengalami stres, kemampuan
bepikir dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi
pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala pusing.

11
E. Adaptasi Terhadap Stress
Adaptasi suatu cara untuk mengatasi tekanan dari lingkungan sekitar
untuk tetap menjaga keseimbangan tubuhnya. Sehingga terjadi perubahan
anatomi, fisiologis dan psikologis di dalam diri seseorang sebagai reaksi
terhadap stress. Adaptasi pada Stress dapat meliputi :

1. Secara Frontal : cara menyesuaikan diri terhadap stress dengan


menghadapi rintangan secara sadar realistik, obyektif, dan rasional.
2. Menggunakan Mekanisme Defensif yaitu :
a) Proyeksi : Menyalahkan orang lain
b) Introversi : Menarik diri
c) Kegembiraan dan kesibukan
Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan
fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk
perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada
penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, Monsen, Floyd dan
Brookman, 1992). Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka
pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota
gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons
terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang
dibutuhkan. Sehingga adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh
individu.

12
F. Respons
Respons berasal dari kata “response” yang berarti jawaban, balasan atau
tanggapan. Jadi, respons adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya
merupakan tanggapan/balasan (respons) terhadap rangsangan/stimulus (Sarlito,
1995). Menurut Steven M. Caffe, respons dibagi menjadi (3) bagian yaitu :
1. Kognitif : berkaitan dengan pengetahuan keterampilan dan informasi
seseorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul apabila adanya
perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh banyak orang.
2. Afektif : berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang
terhadap sesuatu. Respons ini timbul ketika ada perubahan yang
disenangi oleh banyak orang.
3. Konatif : berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi tindakan atau
perbuatan, oleh karena itu proses perubahan sikap tersebut tergantung
pada keselarasan.
 
G. Macam-Macam Adaptasi Terhadap Stress
Adaptasi terhadap stress dapat berupa :

1. Adaptasi Fisiologis
Indikator fisiologis stress adalah objektif, lebih mudah
diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun,
indikator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien
yang mengalami stress, serta indikator tersebut bervariasi menurut
individunya. Tanda-tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin
tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat. Indikator ini dapat
timbul sepanjang tahap stress. Durasi dan intensitas dari gejala secara
langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima.
Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem.

13
Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup
pengumpulan data dari semua sistem. Sekarang penyebab utama
kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress :
 Tekanan darah meningkat.
 Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
 Denyut nadi dan frekwensi pernafasan meningkat.
 Telapak tangan berkeringat dan kaki dingin.
 Postur tubuh yang tidak tegap.
 Keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, diare dan suara
bernada tinggi.
 Mual, muntah, nafsu makan berkurang, BB berubah.
            
2. Adaptasi Psikologis
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan
mengamati perilaku klien.
Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai
cara. Ketiga karakteristik ini adalah media terhadap stress, meliputi rasa
kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang
berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk
pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
 Ansietas
 Depresi, kehilangan motivasi, mudah lupa
 Kepenatan, kehilangan harga diri
 Peningkatan penggunaan bahan kimia
 Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola
aktivitas.
 Kelelahan mental, perasaan tidak adekuat, dsb.

14
3. Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan
untuk menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap
perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan
dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan
tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau
menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut.
Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat
mengarah pada krisis pendewasaan, yang meliputi :
 Masa Bayi, mereka mampu mengembangkan harga diri yang
sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang
sehat (Haber et al, 1992).
 Anak Usia Sekolah, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann
atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan
berteman.
 Remaja, mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada
waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya.
Tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan
peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).
 Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa
remaja ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat
berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga.
Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas.
 Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun
keluarga, menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan
merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol
keinginan dan pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan
pasangan, anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan mereka.
Namun dapat timbul stress, jika mereka merasa terlalu banyak
tanggung jawab yang membebani mereka.

15
 Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan
dalam keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari
pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua juga harus
menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi
fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan seperti memasuki
masa pensiun juga menegangkan.

4. Adaptasi Sosial Budaya


Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial
mencakup penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas
dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan
efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga secara
keseluruhan (Reis & Heppner, 1993). Perawat juga harus waspada
tentang perbedaan cultural dalam respons stress atau mekanisme koping.
Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika mungkin lebih menyukai
mendapatkan dukungan sosial dari anggota keluarga ketimbang dari
bantuan professional (Murata, 1994).

5. Adaptasi Spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress
dalam banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi
spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan,
atau individu mungkin memandang stressor sebagai hukuman. Stresor
seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat
mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi.
Ketika perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat
tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan klien
tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah.

16
17

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebenarnya stres memiliki dampak positif dan negatif. Tergantung bagaimana kita
mengatasinya dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga perlu mengatasi stress
dengan langkah –langkah diatas. Cobalah untuk menjadi seseorang yang selalu
berfikiran positif. Jadi, stress bisa berdampak positif maupun negatif, tergantung
bagaimana kita mengatasinya dalam kehidupan kita sehari- hari. Stres tidak untuk
dihindari tetapi dikelola dan dioptimalkan dengan cara dan waktu yang tepat.

Tanamkan pada diri anda bahwa anda dapat mengatasi segala sesuatu dengan baik
daripada hanya memikirkan betapa buruknya segala sesuatu yang terjadi. Stress
sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan
tidak terlalu kompleks. Stress dapat menyebabkan peningkatan glukosa yang
menuju otak, yang memberikan energi lebih pada neuron. Hal ini, sebaliknya,
meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan.
B. SARAN

Saran- saran yang dapat saya berikan yaitu :


1. Jangan terlalu menganggap hal- hal sepele menjadi hal- hal yang berat,
karena akan menambah beban pikiran bagi kita.
2. Jagalah kesehatan dengan rajin berolahraga agar tubuh tetap sehat dan bugar
3. Apabila anda merasa stress, hindari aktivitas yang dapat menyebabkan
kejenuhan dalam berfikir, dan sebaiknya anda harus melakukan liburan
bersama orang- orang terdekat anda
4. Hindari mengkonsumsi obat- obatan yang dapat mempengaruhi system
kerja saraf otak yang akan menimbulkan stress.
5. Anda harus memiliki dukungan yang bagus terhadap karir atau pekerjaan
anda.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Cavanaugh, M. A. "An Empirical Examination of Self-Reported Work Stress


Among U.S. Managers", Journal of Applied Psychology, hal. 65-74
2. Definition and Conceptualization of Stress in Organizations, Thousand Oaks:
Sage, 2002, hal. 189.
3. Girdano, L A. 2005. Controlling Stress and Tension 7th edition. San
Fransisco : Benjamin Cumming
4. LePine, J. A.;LePine, M. A.;Jackson, C. (en)"Challenge and Hindrance
Stress: Relationships with Exhaustion, Motivation to Learn, and Lerning
Performance," Journal of Applied Psychology, Oktober 2004, hal. 883-891.

19

Anda mungkin juga menyukai