TESIS
JAKARTA
NOVEMBER 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Pekerjaan dan keluarga merupakan dua hal yang saling berhubungan. Dua hal tersebut
saling berhubungan satu sama lain. Pekerjaan dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan hidup
keluarga dan keluarga berperan sebagai pendukung maupun batasan dalam kehidupan
pekerjaan. Dua hal tersebut sangat sulit untuk dipisahkan karena merupakan hal yang sama-
sama penting di kehidupan manusia. Konflik antar peran kerap terjadi pada seseorang yang
menjalankan peran ganda. Konflik antar peran dapat terjadi ketika seseorang menjalankan
satu peran tetapi tidak bisa menyeimbangkan peran yang lain. Dalam melakukan salah satu
peran sering timbul peran yang lain menuntut atau membutuhkan lebih banyak waktu dan
perhatian. Pekerjaan merupakan sebuah kebutuhan dasar bagi kehidupan keluarga karena
berfungsi sebagai pemenuhan aspek finansial demi kehidupan keluarga. Keluarga juga
merupakan pemberi dukungan yang penting bagi individu.
Pekerjaan dan keluarga merupakan peran yang penting dalam kehidupan wanita dan pria
yang bekerja. Pekerjaan dapat mengubah individu secara finansial dan semangat hidup, serta
kebutuhan dasar kehidupan keluarga. Keluarga juga sebagai tempat kebahagian dan kasih
sayang. Kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Jika individu
memilih pekerjaan daripada keluarga, akan berdampak pada kehidupan sosial individu
tersebut. Jika individu memilih keluarga daripada pekerjaan, akan berdampak terhadap tidak
tercukupinya finansial baik individu maupun keluarga. Peran pekerjaan sangat berhubungan
dengan peran keluarga Guitian (2009).
Work interference with family yang merupakah salah satu arah dari konflik pekerjaan dan
keluara adalah pekerjaan yang mengganggu domain keluarga. Work overload merupakan
salah satu bentuk dari work interference with family. Work overload atau beban kerja berlebih
dapat terjadi ketika beban kerja seorang pekerja melebihi batas kemampuan maksimal
pekerja. Beban kerja berlebih dapat menimbulkan berbagai macam konflik internal dan
ketegangan. Beban kerja berlebih dapat menjadi sebuah stressor ketika pekerja menjalankan
tanggung jawab atau tugas yang terlalu banyak dan melebihi kemampuan pekerja tersebut
Cardenas et al (2004). Overload atau beban berlebih merupakan faktor utama dalam konflik
pekerjaan dan keluarga, yaitu ketika tuntutan kedua peran pekerjaan maupun keluarga terlalu
berat atau berlebih sehingga pekerja dalam melakukan tuntutan tersebut tidak maksimal.
Beban pekerjaan yang terlalu berlebih akan mengakibatkan semakin tingginya konflik
pekerjaan dan keluarga.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Karatepe (2013) di Romania dengan melibatkan 100
pekerja hotel menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara work overload atau beban
kerja berlebih dengan work-family conflict atau konflik pekerjaan dan keluarga (r = 0.38 dan
p<0.01). Penelitian lain mengenai hubungan antara beban kerja berlebih dan konflik kerja
keluarga yang diteliti oleh Gurbuz et al. (2012) di Ankara, Turki dengan melibatkan 344
pekerja. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan positif (r = 0.42 dan
p<0.01). Berdasarkan hasil diatas, beban kerja berlebih merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi atau membentuk konflik kerja keluarga.
Konflik kerja keluarga sering terjadi ketika work-engagement pekerja tinggi, hal tersebut
dapat terjadi dikarenakan sumber daya yang mereka gunakan pada peran pekerjaan sering
terancam dan terkuras oleh tingginya tuntutan kerja Chernyak-Hai et al. (2016). Terlepas dari
hal negative tersebut sebenarnya menurut Schaufeli et al. (2002) work engagement sendiri
merupakan kondisi mental yang positif, terpuaskan dan berhubungan dengan pekerjaan yang
dikarakteristikan sebagai vigor, dedication, dan absorption. Engagement atau keterikatan
mengemukakan bahwa pegawai yang engage dengan pekerjaannya akan mengekspresikan
dirinya secara fisik, kognitif, dan emosional selama bekerja Khan (1990). Pegawai dengan
work engagement tinggi yang terlibat dalam dua peran sekaligus akan mengalami hambatan
dalam melakukan peranan yang lain. Hal tersebut dapat berpotensi menimbulkan interrole
conflict yang salah satunya work family conflict karena disebabkan engage yang tinggi pada
pegawai dalam melakukan peran pekerjaannya.
Penelitian sebelumnya mengenai konflik kerja keluarga dan work engagement atau
keterikatan kerja yang dilakukan oleh Karatepe (2016) menemukan bahwa terdapat korelasi
negatif sebesar (r = -0.408 dan p<0.01). Penelitian lain yang dilakukan oleh Balogun et al.
(2019) terdapat korelasi sebesar (r = 0.25 dan p<0.05) yang mengemukakan terdapat
hubungan positif antara konflik kerja keluarga dengan keterikatan kerja.
1.4Tujuan Penelitian
Dalam menjelaskan mengenai penelitian ini, maka peneliti memiliki tujuan
dilakukannya penilitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk menguji pengaruh beban kerja berlebih terhadap konflik kerja keluarga.
2. Untuk menguji pengaruh keterikatan kerja terhadap konflik kerja keluarga.
3. Untuk menguji pengaruh beban kerja berlebih dan keterikatan kerja terhadap konflik
kerja keluarga.
Work family conflict atau konflik kerja keluarga merupakan sebuah interrole conflict
yang terjadi apabila peran pekerjaan dan peran keluarga menuntut lebih, ketika peran tersebut
tidak terpenuhi maka akan menimbulkan konflik Greenhaus & Beutell (1985). Tuntutan
peran pekerjaan dan tuntutan peran keluarga memberikan dampak satu dengan yang lain
Frone et al. (1997). Pekerjaan dapat menyebabkan konflik keluarga dalam artian pekerjaan
dapat menganggu keluarga, hal tersebut terjadi ketika keterlibatan individu dalam aktifitas
pekerjaan bertentangan dengan keterlibatan kita dalam aktifitas keluarga Frone et al. (1997).
Sejalan dengan teori tersebut Reynolds (2005) berpendapat bahwa konflik kerja keluarga
didefinisikan sebagai konflik yang berasal dari kegiatan pekerjaan yang mempengaruhi
kegiatan personal atau keluarga. Sebaliknya konflik keluarga ke pekerjaan atau keluarga
dapat menganggu pekerjaan, hal tersebut dapat terjadi ketika aktifitas dalam keluarga dapat
mengganggu aktifitas dalam melakukan peran pekerjaan Greenhaus & Beutell (1985).
Konflik kerja keluarga berada dalam posisi bidirectional yaitu peran di pekerjaan dapat
mengganggu peran di keluarga begitu juga peran keluarga dapat mengganggu peran di
pekerjaan Frone et al. (1997). Konflik kerja keluarga yang berada posisi bidirectional
memiliki sifat dua arah : pertama work interfering with family atau pekerjaan menganggu
keluarga, yaitu peran dalam pekerjaan dapat menyebabkan kesulitan dalam menjalankan
peran keluarga. Kedua family interfering with work atau keluarga, yaitu peran dalam keluarga
dapat menyebabkan kesulitan dalam menjalankan peram dalam pekerjaan Frone et al. (1997).
Greenhaus dan Beutell (1985) menyebutkan konflik kerja keluarga terdiri atas tiga
bentuk yang menjadi dimensi dari konflik kerja keluarga yaitu (1) Time based conflict atau
konflik berdasarkan waktu (2) Strain based conflict atau konflik berdasarkan ketegangan
dalam menjalankan salah satu peran (3) Behavior based conflict atau konflik berdasarkan
perilaku.
Tabel 2.1
Dimensi konflik kerja dan keluarga
Work interference with family Family interference with work
Time based Time based
Time
Work interference with family Family interference with work
Strain based Strain based
Strain
Work interference with family Family interference with work
Behavioral based Behavioral based
Behavioral
Work interference with family Family interference with work
1. Proximal predictor atau predictor yang bersifat langsung yang terdiri atas time based
dan strain based.
a. Role related time commitment
Role related time commitment merupakan salah satu faktor penyebab konflik
kerja keluarga secara langsung, yaitu komitmen waktu antar peran yang dilakukan
individu ditujukan untuk peran pekerjaan atau peran keluarga.
b. Role related dissatisfaction or distress
Role related dissatisfaction or distress merupakan ketidakpuasan atau
penderitaan yang timbul akibat peran yang dijalankan yang menyebabkan konflik
kerja keluarga.
c. Role overload
Role overload merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya konflik kerja
keluarga secara langsung yang diakibatkan kelebihan peran. Role overload atau
peran berlebih merupakam anteseden yang berbasis oleh waktu. Hal ini
disebabkan karena mengacu pada persepsi apabila individu menjalankan peran
yang berlebihan sehingga tidak memiliki waktu untuk memenuhi kebutuhan
peran yang lain. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kelebihan beban dalam
suatu peran tertentu dapat menyebabkan masalah atau konflik dengan komitmen
waktu dalam peran yang dijalankan.
2. Distal predictor atau predictor yang bersifat tidak langsung terdiri atss work-related
antecedents dan family related antecedents.
a. Instrumental social support atau dukungan sosial instrumental yang mewakili
work-related antecedents. Hal ini membantu individu dalam memenuhi tanggung
jawab dalam salah satu peran yang sedang dijalankan.
b. Bidirectional work family conflict atau sifat dua arah dalam konflik kerja
keluarga. Konflik kerja keluarga secara tidak langsung berkaitan dengan konflik
salah satu peran yang menganggu peran yang lain. Secara tidak langsung dan
timbal balik antara satu peran dengan peran yang lain melalui role overload dan
role distress.
2.1.3 Dampak Work Family Conflict
Konflik kerja keluarga dapat menimbulkan beberapa dampak. Terdapat tiga kategori
dampak-dampak yang disebabkan oleh konflik kerja keluarga yang terdiri atas :
1. Konflik hasil dari hubungan dengan pekerjaan
a. Job satisfaction atau kepuasaan kerja
b. Organizational commitment
c. Intention to turnover
d. Absenteeism
e. Job performance
f. Career satisfaction
g. Career success
2. Konflik hasil dari hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan
a. Life satisfaction
b. Marital satisfaction
c. Family satisfaction
d. Family performance
e. Leisure satisfaction
3. Konflik hasil dari hubungan dengan stress
a. General psychological strain
b. Somatic/physical symptoms
c. Depression
d. Substance abuse
e. Burnout
2.2 Work Overload
Work overload atau beban kerja berlebih secara keseluruhan sangat mirip dengan role
overload Kuscchel (2015). Kelebihan beban kerja merupakan hubungan antara individua tau
kelompok yang memiliki tutntutan yang bear dalam melakukan pekerjaan Kuschel (2015).
Cardenas et al. (2004) mendefinisikan beban kerja berlebih sebagai pemicu stress yang dapat
terjadi ketika karyawan merasa memiliki tugas atay tanggung jawab yang terlalu banyak.
Aryee et al. (2005) berpendapat bahwa beban kerja berlebih yang dialami individu cenderung
mengalami kelellahan yang secara negative berdampak pada motivasi seseorang dalam
menjalankan peran yang lain. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa beban kerja berlebih merupakan keadan ketika pekerja menjalankan tuntutan
pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki pekerja tersebut.
1. Job demands
2. Job resources
3. Personal resources
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan model empiris dengan pengumpulan data
menggunakan metode survey atau kuantitatif yang berarti penelitian ini dilakukan pada
populasi besar ataupun populasi kecil. dengan metode purposive sampling dimana sampel
yang akan digunakan pada penelitian ini harus memiliki karakteristik yang sudah ditentukan
dalam penelitian ini. Pengelolahan data dilakukan dengan beberapa tahapan yang terdiri
atas uji instrument, uji asumsi, dan uji hipotesis. Berikut model konseptual penelitian ini :
Favorable Unfavorable
Quantitative 2,3,4 - 3
Overload
Qualitative 1,5 - 2
Overload
Total 5
1, 4, 8, 12,
1 Vigor - 6
15, 17
2, 5, 7, 10,
2 Dedikasi - 5
13,
3, 6, 9, 11,
3 Absorpsi - 6
14, 16
Total 17
Aryee, S., Srinivas, S., E., & Tan, H., H. (2005). Rhythms of Life: Antecedents and
Outcomes of Work Family Balance in Employed Parents. Journal of Applied
Psychology, Vol. 90, No. 1, 132-146.
Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Jogjakarta : Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2012) Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bakker, A. B., Demeouti, E. (2008). Towards a model of Work Engagement, Career
Development International. 13(3), 209-223
Bakker, A. B., Leiter, M.P. (2010). Work Engagement : A Handbook of Theory and
Research. Defining and Measuring Work Engagement. Bringing Clarity Concept.
New York : Psychology Press.
Balogun, A. G., Afolabi, O. A. (2019) Examining the moderating roles of job demands and
resources on the relation between work engagement and work family conflict. South
African Journal of Psychology, Vol. 49(4) 479-490.
Cardenas, A., R., Major, A., D., & Bernas, H., K. (2004). Exploring work and family
distractions: antecedents and outcomes. International Journal of Stress Management,
Vol. 11, No. 4, 346-365.
Carlson, D. S., Kacmar, K. C. & Williams, L. J. (2000). Construction and Initial Validation
of a Multidimensional Measuee of Work-Family Conflict. Journal of Vocational
Behavior, 56, 249-276.
Schaufeli, W. B., & Bakker, A. B. (2004). Job demands, job resources, and their relationship
with burnout and work engagement: A multi-sample study. Journal of Organizational
Behavior, 25, 293-315.