Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Nama : Salsa Al Mujaadillah

Nim : 1102214012

Prodi : S1 Administrasi Rumah Sakit

1. PENGARUH KONFLIK PERAN DAN AMBIGUITAS PERAN TERHADAP


KINERJA PEGAWAI MELALUI MEDIASI STRES KERJA PADA DINAS
KESEHATAN KOTA DENPASAR BALI.

I. PENDAHULUAN
Pengaruh Konflik Peran Terhadap Stres Kerja memiliki kaitan yang erat. Menurut
Luthans (2006), seseorang akan mengalami konflik peran jika ia memiliki dua tekanan
atau lebih yang terjadi secara bersamaan dan jika ia berusaha mematuhi satu diantaranya,
maka ia akan mengalami kesulitan. Tekanan yang dimaksud disini adalah stres yang
berlebihan. Menurut Schermerhorn et al. (2011), stres kerja dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti tinggi rendahnya tuntutan tugas, konflik peran atau ambiguitas
peran, hubungan antar pribadi yang buruk, atau cepat lambatnya kemajuan karir.
Berdasarkan penelitian Jordan et al. (2002) dalam Usman et al. (2011) Stres di tempat
kerja disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat diidentifikasi seperti: ketidakamanan
pekerjaan, konflik peran, ambiguitas peran, tekanan waktu, konflik interpersonal, jumlah
pekerjaan yang berlebihan, tekanan performansi.
Ambiguitas peran adalah persepsi bahwa salah satu kekurangan informasi yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan atau tugas, yang mengarah pada perasaan
perseptor yang merasa tak berdaya. Ini adalah perasaan ketidakpastian karyawan tentang
harapan anggota yang berbeda didalamnya atau sekelompok peran yang harus
dijalankannya (Onyemah, 2008). Sehingga pengaruh yang dirasakan dari ambiguitas
peran terhadap stres kerja diantaranya, kurangnya pengarahan yang cukup atau kejelasan
tujuan-tujuan serta tugastugas bagi orang-orang dalam peranan kerja mereka dapat
menyebabkan timbulnya situasi penuh stres dan yang cenderung menimbulkan konflik.
Stres kerja bisa terjadi di seluruh tingkatan manajemen, tidak hanya terjadi di
manajemen level atas tetapi juga terjadi di manajemen level bawah. Menurut Ross dan
Altmaier (1994) bahwa banyak sekali kerugian yang harus ditanggung akibat adanya
stress kerja yang dialami oleh pegawai, salah satu contohnya yaitu kinerja pegawai yang
menurun.
Menurut pendapat John R. Schermerhorn (2011) stres kerja pada karyawan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah tinggi rendahnya tuntutan tugas,
konflik peran atau ambiguitas peran dalam perusahaan, hubungan antar pribadi yang

1
buruk dan cepat lambatnya kemajuan karir dalam organisasi. Stres kerja yang dihadapi
pegawai menyebabkan menurunnya kesehatan dan daya pikir pegawai, menurunnya rasa
ingin bekerja, yang tentunya akan berdampak kepada kinerja pegawai (Schwab, 1996).

II. PEMBAHASAN

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif. Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Ruang lingkup dari
penelitian ini adalah mencakup pembahasan mengenai manajemen sumber daya manusia
khususnya mengenai konflik peran, ambiguitas peran, stres kerja dan kinerja.

Berdasarkan hasil penilitian konflik peran mempunyai pengaruh negatif dan


signifikan terhadap kinerja artinya apabila konflik peran yang dialami pegawai tinggi
maka kinerja pegawai akan menurun dan sebaliknya apabila konflik peran yang dialami
pegawai rendah maka kinerja pegawai akan meningkat. Namun konflik peran juga
mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap stres kerja artinya Hubungan
yang positif ini berarti apabila konflik peran yang dialami pegawai tinggi maka tingkat
stres kerja akan meningkat, dan begitupun juga sebaliknya apabila tingkat konflik peran
yang dialami pegawai rendah maka tingkat stres kerja pegawai akan menurun.

Pengaruh negatif dan tidak signifikan ambiguitas peran terhadap kinerja berarti
menurunnya tingkat kinerja yang dialami pegawai tidak dipengaruhi secara pasti oleh
ambiguitas peran, karena di lihat dari karakteristik responden sebagian besar pegawai
memiliki masa kerja lebih dari 15 tahun, dengan pengalaman pegawai yang kebanyakan
sudah terbiasa melakukan pekerjaan dengan uraian tugas yang kurang jelas maka
bagaimanapun tingkat ambiguitas seorang pegawai tidak akan berpengaruh terhadap
kinerja pegawai.

Pada gambar Uterbalik yang dibuat oleh Robbins (2008:156) menggambarkan reaksi
terhadap stres sepanjang waktu dan terdapat perubahan intensitas stres Artinya tingkat
sedang membawa pengaruh yang negatif pada kinerja jangka panjang, karena intensitas
stres yang berkelanjutan itu menurunkan prestasi individu dalam berkerja, tingkat tinggi
akan membawa pengaruh negatif pada kinerja jangka panjang itulah yang dirasakan oleh
Dinas Kesehatan Kota Denpasar Bali.

III. SOLUSI

Solusi yang tepat untuk mengatasi pengaruh konflik dan ambiguitas peran terhadap
kinerja pegawai, ada beberapa langkah yang dapat diambil:

a) Komunikasi Terbuka: Penting untuk memastikan komunikasi yang jelas dan


terbuka di antara semua anggota tim. Pastikan tujuan dan tanggung jawab masing-
masing pegawai dipahami dengan baik.

2
b) Fasilitasi Kolaborasi : Dorong kerja sama di antara anggota tim. Membangun
saling pengertian dan keterampilan berkomunikasi yang baik dapat membantu
mengurangi konflik.
c) Pemecahan Konflik Efektif : Tetapkan mekanisme untuk menangani konflik jika
terjadi. Proses pemecahan masalah yang terstruktur dapat membantu mencegah
konflik menjadi lebih buruk.
d) Budaya Organisasi yang Sehat : Ciptakan budaya kerja yang mendukung, inklusif,
dan menghargai kontribusi setiap anggota tim.
e) Manajemen Konflik yang Efektif : Jika terjadi konflik, manajemen harus dapat
menangani situasi tersebut dengan bijak dan adil, mencari solusi yang memuaskan
semua pihak.
f) Konsultasi dengan Pegawai : Libatkan pegawai dalam proses pengambilan
keputusan yang memengaruhi tugas dan tanggung jawab mereka. Hal ini dapat
meningkatkan rasa memiliki dan mengurangi ambiguitas.

Dengan mengimplementasikan langkah-langkah ini, diharapkan dapat mengurangi


pengaruh negatif dari konflik dan ambiguitas terhadap kinerja pegawai.

2. KONFLIK ANTARA PEKERJAAN DAN KELUARGA, STRES KERJA


TERHADAP KINERJA PERAWAT WANITA PADA RUMAH SAKIT
BETHESDA YOGYAKARTA.

I. PENDAHULUAN

Pengaruh stress terhadap Kinerja Perawat wanita Rumah sakit. Menurut Robbins
(2003) menyatakan tingkat stress yang mampu dikendalikan mampu membuat
karyawan melakukan pekerjaanya dengan lebih baik, karena membuat mereka mampu
meningkatkan intensitas kerja, kewaspadaan, dan kemampuan berkreasi, tetapi tingkat
stress yang berlebihan membuat kinerja mereka akan mengalami penurunan.

Williams, et al, (2001) berpendapat bahwa stress yang tinggi baik fisik maupun
perilaku adalah hasil jangka pendek dari job stress yang dapat berpengaruh pada
kinerja karyawan yang rendah. Stress pada karyawan bukanlah suatu hal yang selalu
berakibat buruk pada karyawan & kinerjanya, melainkan stress juga dapat
memberikan motivasi bagi karyawan untuk memupuk rasa semangat dalam
menjalankan setiap pekerjaannya untuk mencapai suatu prestasi kerja yang baik buat
karier karyawan dan untuk kemajuan dan keberhasilan perusahaan.
Pengaruh antara konflik pekerjaan dan keluarga, stress terhadap kinerja Pada
penelitian sebelumnya yang dilkukan oleh jean Lee Siew Kim (work Family conflict
of women entrepreneur in Singapore), 2001 dalam penelitianya bahwa Selama
masyarakat terus menekankan peran dasar wanita seperti ibu, perempuan yang bekerja
akan menghadapi perjuangan peran. Sebagai perempuan yang memiliki karir dan
sudah menikah, banyak perempuan karir harus menganggap peran ganda dalam
keluarga sebagai suatu aktivitas yang harus mereka jalani setiap hari. Namun
3
menjalani dua peran sekaligus, sebagai seorang pekerja sekaligus sebagai ibu rumah
tangga, tidaklah mudah.
Perawat wanita yang telah menikah dan punya anak memiliki peran dan tanggung
jawab yang lebih berat daripada wanita single. Konflik pekerjaan dan keluarga
menjelaskan terjadinya benturan antara tanggung jawab pekerjaan dirumah atau
kehidupan rumah tangga. Karyawan yang tidak dapat membagi atau menyeimbangkan
waktu untuk urusan keluarga dan bekerja dapat menim bulkan konflik yaitu konflik
keluarga dan konflik pekerjaan, atau sering disebut sebagai konflik antara pekerjaan
dan keluarga.Penyebab dari stres kerja biasanya juga berasal dari konflik di dalam
keluraganya, dan hal ini bisa berdampak pada kinerja perwat tersebut.

II. PERMASALAHAN
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dikenal sebagai pusat layanan kesehatan yang
terbaik di kota jogja dan dikenal memiliki standar kesehatan yang tinggi, yang
tercermin pada kualitas para tenaga medisnya. Untuk itu banyak sekali masyarakat
yang datang ke Rumah Sakit Betseda karena mereka mengetahui bahwa tenaga
medisnya memiliki kualitas yang baik dan dapat dipercaya. Pekerjaa perawat tidaklah
mudah karena mereka berinteraksi langsung dengan pasien, sehingga sering memicu
terjadinya konflik dan stress kerja, perawat yang tidak dapat menyeimbangkan
waktunya baik pekerjaan dan keluarga maka sering timbul konflik yang biasa disebut
konflik antara pekerjaan dan keluarga, dengan adanya konflik antara pekerjaan dan
keluarga sering memicu terjadinya stress di tempat kerja, hal ini jika tidak ditangani
akan berdampak pada penurunan kinerja perwata tersebut.
Penelitian ini mengenakan pendekatan kuantitatif, dimana sampel yang diambil
adalah 150 perawat perempuan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang memiliki
masa kerja 5-20 tahun, data yang terkumpul diolah dengan menggunakan analisis
SEM (Structural Equetion Modeling). Hasil penelitian dimana Konflik antara
pekerjaan dan keluarga memiliki pengaruh terhadap kinerja kerja perawat perempuan
di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Stress kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja perawat perempuan di Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta karena mengingat nilai probability yang menunjukan nilai
0.001(≤0.05) dan C.R 3.824 (≥1.96). Konflik anatra pekerjaan dan keluarga dan stress
kerja secara bersama berpengaruh terhadap kinerja kerja perawat. Hal ini mengingat
nilai probability yang menunjukan nilai ≤0.005 dan C.R ≥1.96. Konflik antara
pekerjaan dan keluarga lebih berpengaruh terhadap kinerja perawat perempuan di
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, hal ini ditunjukan dengan nilai probability 0.000
(≤0.005), C.R 4.149 (≥1.96). Sehingga dapat disimpulkan konflik antara pekerjaan
dan keluarga, stress kerja berpengaruh terhadap kinerja perawat perempuan di Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta.

III. SOLUSI

4
Solusi untuk mengelola konflik antara pekerjaan dan keluarga serta mengatasi
stres kerja adalah hal penting untuk mempertahankan keseimbangan dan kinerja yang
baik bagi perawat wanita. Diantaranya :

a. Rencanakan dan Prioritaskan: Buatlah jadwal yang teratur untuk pekerjaan


dan keluarga. Tentukan prioritas untuk tugas dan tanggung jawab sehingga
Anda dapat fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.
b. Berkomunikasi Dengan Jelas : Jangan ragu untuk berbicara dengan atasan atau
rekan kerja tentang kebutuhan dan keterbatasan Anda. Komunikasi yang jujur
dapat membantu mencari solusi bersama.
c. Manfaatkan Dukungan Keluarga : Mintalah bantuan dari anggota keluarga
untuk berbagi tanggung jawab rumah tangga dan perawatan anak. Dukungan
dari keluarga dapat membantu meringankan beban.
d. Ambil Cuti atau Libur : Pastikan untuk mengambil cuti atau libur sesuai
kebutuhan untuk menyegarkan diri dan menghabiskan waktu berkualitas
dengan keluarga.
e. Cari Dukungan Psikologis : Bicaralah dengan teman, keluarga, atau
profesional kesehatan mental jika Anda merasa terbebani. Berbagi
pengalaman dan mendapatkan saran dapat membantu mengelola stres.
f. Tetapkan Batasan : Tetapkan batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu
pribadi. Hindari membawa pekerjaan ke rumah dan sebaliknya.
g. Jaga Kesehatan Fisik dan Mental : Makan sehat, istirahat yang cukup, dan
menjaga kesehatan mental sangat penting untuk mengatasi stres.
h. Gunakan Sumber Daya Kerja : Manfaatkan program-program atau sumber
daya yang disediakan oleh tempat kerja untuk membantu karyawan mengatasi
stres dan konflik kerja-keluarga.

Anda mungkin juga menyukai