Proposal
Oleh:
Edy Setiawan
(123310010099)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Alasan
Definisi VT
Contoh Peran partisipasi
(Psychological
Kasus ganda Ibu dalam
Well-Being)
dunia kerja.
Faktor VT Definisi VB
(Sianturi dan (Work-Family
Zulkarnain, 2013) Conflict)
Lanjutan...
2. Manfaat Praktis
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk a. Bagi ibu bekerja
mengetahui hubungan antara work- Hasil penelitian ini diharapkan dapat
mengetahui dimensi-dimensi work-family
family conflict dengan conflict yang mana sajakah yang paling
psychological well-being pada ibu dominan dirasakan oleh ibu yang bekerja,
bekerja di CV. Unlu Teknik Medan. sehingga diharapkan dapat menjadi acuan
untuk menemukan cara yang dapat
meminimalisir efek negatif dari adanya konflik
C. Manfaat Penelitian tersebut.
b. Bagi perusahaan
1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui
bagaimana kondisi psychological well-being
Penelitian ini diharapkan dapat ibu yang bekerja di perusahaan dan apakah
memberikan sumbangan kepada dipengaruhi oleh adanya work-family conflict
ilmu psikologi pada umumnya, ilmu yang muncul dari kondisi pekerjaan, dan
dimensi-dimensi mana saja yang paling tinggi
psikologi sosial serta psikologi dan rendah, sehingga diharapkan dapat
industri pada khususnya. ditemukan usaha-usaha yang dapat dilakukan
oleh perusahaan dalam meningkatkan
psychological well-being dari karyawannya
yang khususnya ibu yang bekerja.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Psychological Well-Being
Penelitian yang dilakukan oleh Abbott, dkk., (2006), menjelaskan enam dimensi
psychological well-being, yakni:
a. Autonomy (Otonomi)
b. Environmental mastery (Penguasaan lingkungan)
c. Personal growth (Pertumbuhan pribadi)
d. Positive relations with others (Hubungan positif dengan orang lain)
e. Purpose in life (Tujuan hidup)
f. Self-acceptance (Penerimaan diri)
Lanjutan...
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Psychological Well-Being
a. Work-family conflict
Sianturi dan Zulkarnain (2013)
Work-family conflict berkolerasi negatif dengan psychological well-being. Hal ini berarti bahwa semakin
tinggi tingkat work-family conflict seseorang maka semakin rendah tingkat psychological well-being, dan
sebaliknya.
b. Optimisme
Padhy, dkk., (2015)
Korelasi positif signifikan yang ditemukan antara optimisme dan psychological well-being, hal ini
menunjukkan bahwa dengan peningkatan optimisme, ada peningkatan di psychological well-being
c. Tekanan psikologis
Winefield, dkk., (2012)
Penelitian ini menunjukkan variabel yang berhubungan secara positif dengan psychological well-being
berhubungan negatif dengan tekanan psikologis dan sebaliknya.
e. Forgiveness (memaafkan)
VanDerWal, dkk., (2016)
Forgiveness antara rekan-rekan memang terkait dengan peningkatan psychological well-being
Lanjutan...
B. Work-Family Conflict
Menurut Carlson, dkk., (2000), ada enam dimensi work-family conflict, yakni:
a. Burnout
b. Turnover
c. Tekanan psikologis
A. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sianturi & Zulkarnain (2013), ini menunjukkan
bahwa ada hubungan negatif antara work-family conflict dengan kesejahteraan psikologis
(r= -0.329, p< 0.01). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat work-family conflict
seseorang maka semakin rendah tingkat kesejahteraan psikologis.
B. Penelitian yang dilakukan oleh Zirwatul, dkk., (2014), yang menyatakan baik Work-
Family Conflict (WFC) dan Family-Work Conflict (FWC) adalah prediktor negatif
kesejahteraan karyawan dalam penelitian ini (r= 0.20, p< 0.01 dan r= 0.21, p< 0.01).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik keluarga pekerjaan adalah stressor yang
signifikan. Dalam penelitian ini ada beberapa konflik yang dirasakan oleh karyawan yaitu
antara pekerjaan dan keluarga seperti mengelola waktu antara pekerjaan dengan keluarga
mereka, dan sebaliknya. Hal ini mempengaruhi kesejahteraan mereka.
Lanjutan...
Alat ukur psychological well-being yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Psychological Well-being Scale (SPWB). Terdapat enam dimensi pendukung SPWB yaitu
penerimaan diri (Self Acceptance), Hubungan positif dengan orang lain (Positive Relations
to Other), Otonomi (Autonomy), Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery),
Tujuan Hidup (Purpose in Life), dan Pertumbuhan diri (Personal Growth).
Lanjutan...
2. Work-family Conflict
Work-family conflict adalah sebuah konflik peran yang terjadi apabila tekanan
dari peran seseorang di pekerjaan tidak sesuai dengan tekanan dari peran yang ia
jalani di keluarga sehingga pemenuhan tuntutan pada satu peran menyulitkan
pemenuhan tuntutan pada peran lainnya.
Alat ukur pada penelitian ini menggunakan skala work-family conflict dimana
terdapat tiga dimensi dalam alat ukur work-family conflict ini dan setiap dimensi
memiliki dua arah sehingga dalam alat ukur ini terdapat enam subskala. Tiga
dimensi tersebut adalah time-based conflict, strain-based conflict dan behavior-
based conflict. Arah dari setiap dimensi adalah work interference with family
(WIF) dan family interference with work (FIW).
Lanjutan...
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi menurut Martono (2011) adalah keselurahan objek atau subjek yang berada
pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah
penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawati di CV. Unlu Teknik dan total
seluruhnya ada sebanyak 94 orang.
2. Sampel
Trijono (2015), mendefinisikan sample sebagai sebagian unit populasi yang menjadi
objek penelitian untuk memperkirakan karakteristik suatu populasi.
Pengambilan sampel untuk penelitian menurut Arikunto (2013), Jika peneliti
mempunyai beberapa ratus subjek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang
lebih 25-30% dari jumlah subjek tersebut. Jika jumlah anggota subjek dalam populasi
hanya meliputi antara 100 hingga 150 orang, dan dalam pengumpulan data peneliti
menggunakan angket, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Jumlah
sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 94 orang karyawati.
Lanjutan...
Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah ibu yang bekerja di luar rumah
(penuh waktu) yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Wanita
b. Sudah Menikah dan mempunyai anak
c. Pekerja tetap
d. Usia (18- 60 tahun)
e. Masa kerja (1 tahun ke atas)
Lanjutan...
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.
Kriteria penilaian aitem favorable berdasarkan skala Likert adalah nilai (1) untuk
jawaban Sangat Tidak Setuju (STS), nilai (2) untuk jawaban Tidak Setuju (TS),
nilai (3) untuk jawaban Setuju (S), dan nilai (4) untuk jawaban Sangat Setuju
(SS). Sedangkan kriteria penilaian untuk aitem unfavorable adalah nilai (1) untuk
jawaban Sangat Setuju (SS), nilai (2) untuk jawaban Setuju (S), nilai (3) untuk
jawaban Tidak Setuju (TS), dan nilai (4) untuk jawaban Sangat Tidak Setuju
(STS). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
pembagian skala.
Lanjutan...
1. Validitas
Validitas adalah kebenaran dari ukuran; ukuran yang valid adalah ukuran yang
mengukur apa yang diklaim ingin diukuranya (Shaughnessy, dkk., 2012).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi
mengukur sejauh mana aitem-aitem tes mewakili komponen-komponen dalam
keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur dan sejauhmana aitem-aitem
tes mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur.
2. Reliabilitas
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode korelasi Product Moment dengan bantuan
program SPSS 21 for Windows.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau
mendekati distribusi normal (Santoso, 2015). Korelasi Product Moment mensyaratkan
bahwa data harus terdistribusi dengan normal, dan dalam hal ini digunakan Kolmogorov
Smirnov Z. Menurut Santoso (2015), adapun kriteria yang digunakan adalah apabila P >
0,05 maka data berdistribusi normal dan sebaliknya jika P < 0,05 maka tidak berdistribusi
normal.
2. Uji Linieritas
Santoso (2015), menyatakan bahwa linieritas adalah keadaan di mana hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen bersifat linier (garis lurus) dalam range
variabel independen tertentu. Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua
variabel yang akan dikenai prosedur analisis statistik korelasional menunjukkan hubungan
yang linier atau tidak. Menurut Santoso (2015), jika P < 0,05 maka hubungan antara kedua
variabel yaitu psychological well-being dan work-family conflict dikatakan linier, dan
sebaliknya jika P > 0,05 maka hubungan kedua variabel dikatakan tidak linier.