Anda di halaman 1dari 15

RISET PENGAUDITAN DAN ETIKA BISNIS MAK216

(RINGKASAN REVIU ARTIKEL DAN RENCANA RISET)

Dosen Pengampu: Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., M.Si., CA

Oleh :
I Gst Ayu Agung Pramesti Pramana Putri
(2281611021)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
ARTIKEL REVIU

ARTIKEL 1
Judul: KONFLIK PERAN DAN AMBIGUITAS PERAN SEBAGAI PREDIKTOR
KINERJA KARYAWAN PADA BPR DI KABUPATEN GIANYAR
Author : Putu Irma Yunita, Putu Rosa Wijayanti Astawa
Jurnal : Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 9 No. 2 (2019)
1. Area of Interest:
Area of interest dari penelitian ini adalah konflik peran antara pekerjaan dan keluarga
yang dialami oleh karyawan, yang dapat mempengaruhi kinerja mereka di tempat
kerja. Penelitian ini akan membahas konflik peran yang arahnya datang dari pekerjaan
dan keluarga, serta pengaruhnya terhadap kinerja karyawan di berbagai jenis
pekerjaan. Selain itu, penelitian ini juga akan menambahkan unsur gender dan
ambiguitas peran dalam analisis konflik peran yang terjadi.
2. Fenomena:
Fenomena yang dibahas adalah konflik peran antara pekerjaan dan keluarga yang
dialami oleh karyawan, baik oleh pria maupun wanita, karena adanya keterbatasan
sumber daya seperti waktu, pikiran, dan tenaga. Konflik ini dapat mempengaruhi
motivasi dan kinerja karyawan, serta terjadi di berbagai jenis pekerjaan.
3. Theoretical Founfation
Teori kesetaraan gender, teori konflik
3.1. Research Statement
 Apakah pengaruh konflik peran (work family conflict dan family work
conflict) serta ambiguitas peran terhadap kinerja pegawai BPR Kabupaten
Gianyar?
 Apakah jenis kelamin memoderasi hubungan antara work family conflict,
family work conflict, dan role ambiguity terhadap kinerja karyawan di BPR
Kabupaten Gianyar?
3.2. Research GAP
Adanya GAP antar hasil penelitian yang dihasilkan dari penelitian sebelumnya.
4. Methodology
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
5. Data and Method
Data diperoleh dengan metode survey melalui instrument kuisioner. Responden dalam
penelitian ini adalah karyawan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dikabupaten Gianyar-
Bali
6. Finding
H1 : Work Family Conflic (WFC) berpengaruh negative dan signifikan terhadap
kinerja karyawan
H2 : Family Work Conflic (FWC) berpengaruh negative dan signifikan terhadap
kinerja karyawan
H3 : Ambiguitas peran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan
H4 : Gender memodirasi pengaruh work family conflict terhadap kinerja
karyawan
H5 : gender memoderasi pengaruh work family conflict terhadap kinerja
karyawan
H6 : gender memoderasi pengaruh ambiguitas terhadap kinerja karyawan
7. Conclusions
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa konflik peran yang terdiri dari
work-family conflict, family-work conflict, dan ambiguitas peran berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kinerja karyawan di BPR Kabupaten Gianyar. Meskipun tidak
ditemukan pengaruh moderasi jenis kelamin terhadap hubungan tersebut, hasil
penelitian menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan sama-sama rentan
mengalami konflik peran dan ambiguitas peran. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
zaman millenial saat ini, laki-laki dan perempuan sudah bisa membagi tugas rumah
tangga dengan seimbang dan merasakan konflik peran baik yang datang dari
pekerjaan maupun rumah tangga.
8. Recommendations
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengeksplorasi variabel lain yang dapat
mempengaruhi hubungan antara konflik peran dan kinerja karyawan, seperti
dukungan sosial dan kepuasan kerja. Penelitian selanjutnya agar menggunakan
kabupaten dan bahkan provinsi lainnya, agar hasil penelitiannya dapat di generalisir
9. Further Researches
Penelitian selanjutnya
dapat dilakukan dengan memperluas cakupan penelitian dengan mengukur variabel-
variabel yang berkaitan dengan work-family conflict, family-work conflict dan role
ambiguity, seperti kepuasan keluarga dan kepuasan dalam pekerjaan. Dengan cara
tersebut dapat diperoleh gambaran yang lebih komprehensif tentang pengaruh konflik
peran dan ambiguitas peran terhadap kinerja karyawan.

ARTIKEL 2
Judul: The Effect of Role Conflict, Role Ambiguity and Job Stress on Employee Performance
Author: Kristanto Setio Hari Purnomo, Lustono, Yuliana Tatik
Jurnal: Economic Education Analysis Journal 10 (3) (2021)
1. Area of Interets
Pengaruh konflik peran, ambiguitas peran dan stres kerja secara parsial dan simultan
terhadap kinerja.
2. Phenomena

3. Theoritical Foundation
Tidak dicantumkan
3.1 Research Statement
bagaimana pengaruh konflik peran, ambiguitas peran, dan stres kerja secara parsial
dan simultan terhadap kinerja pegawai di Baperlitbang Kabupaten Banjarnegara.
3.2. Research GAP
Tidak dicantumkan

4. Methodology
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
5. Data and Method
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan teknik kuesioner
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh.
Penelitian ini menggunakan analisis data berupa analisis regresi linier berganda
dengan software SPSS.
6. Finding
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konflik peran secara parsial tidak
berpengaruh terhadap kinerja. Ambiguitas peran parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja. Stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kinerja. Sedangkan konflik peran, ambiguitas peran dan stres kerja secara simultan
berpengaruh positif terhadap kinerja
7. Conclusion
Penelitian ini menyimpulkan bahwa konflik peran tidak berpengaruh terhadap kinerja
pegawai di Baperlitbang Kabupaten Banjarnegara, sedangkan ambiguitas peran
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dan stres kerja berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kinerja. Pengaruh simultan dari ketiga variabel
tersebut terhadap kinerja pegawai sebesar 36,9%, sementara 63,1% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian. Untuk mengatasi ambiguitas peran
dan stres kerja, diperlukan evaluasi dan motivasi dari atasan dan rekan kerja.
8. Recommendation
Peneliti dapat menggunakan sampel yang lebih besar dan melibatkan responden dari
berbagai unit kerja atau sektor industri yang berbeda.
9. Further Researches
Penelitian selanjutnya dapat memperluas cakupan variabel yang diteliti dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi kinerja, seperti
motivasi kerja, lingkungan kerja, kepuasan kerja, dan lain sebagainya. Serta
memperhatikan faktor-faktor budaya dan sosial dalam penelitian, seperti norma dan
nilai-nilai yang memengaruhi cara pegawai memandang konflik peran, ambiguitas
peran, dan stres kerja, serta dampaknya terhadap kinerja.

ARTIKEL 3
Judul : Penentu Kinerja Auditor: Kasus Auditor Pada Pemerintah Provinsi Bali
Author: Luh Komang Merawati
Jurnal: International Journal of Applied Business & International Management
Vol. 4 No. 2 (2019)
1. Area of Interest
Area of interests dari penelitian ini adalah psikologi organisasi dan manajemen
sumber daya manusia. Penelitian ini membahas tentang pengaruh faktor psikologis
seperti stres peran, gaya hidup sehat, dan self-compassion terhadap kinerja auditor
pemerintah.
2. Phenomena
Fenomena dari penelitian ini adalah pentingnya kinerja auditor pemerintah di BPK
dan BPKP sebagai lembaga negara yang bertanggung jawab dalam pemeriksaan
laporan keuangan negara serta sebagai bentuk perlindungan terhadap aktivitas
kecurangan akuntansi seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Tingkat kepercayaan
masyarakat pada kinerja auditor juga sangat dipengaruhi oleh penilaian pekerjaan
dalam melakukan proses audit. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi
pada penelitian akuntansi terkait kinerja auditor khususnya dalam hubungan stress
peran dengan kinerja auditor dan bagaimana faktor moderasi seperti gaya hidup sehat
dan self-compassion dapat mempengaruhi hubungan tersebut.
3. Theoretical Foundation
Teori motivasi
3.1. Research Statement
bagaimana pengaruh role stress yang dimoderatori gaya hidup sehat dan self-
compassion terhadap kinerja auditor pemerintah di BPKP dan BPK RI Perwakilan
Provinsi Bali di Denpasar, serta bagaimana gaya hidup sehat dan self-compassion
dapat memoderasi pengaruh role overload terhadap kinerja auditor.
3.2. Research GAP
Tidak dicantumkan
4. Methodology
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
5. Data and Method
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan menyebarkan kuesioner kepada
seluruh auditor pemerintah di BPK dan Perwakilan BPKP Provinsi Bali di Denpasar
6. Finding
Dapat disimpulkan bahwa gaya hidup sehat dan self-compassion merupakan variabel
quasi moderasi. Namun arah negatif dari efek moderasi justru memperlemah
pengaruh positif role overload terhadap kinerja auditor.
7. Conclusion
Hasil penelitian membuktikan bahwa role overload, pola hidup sehat dan self-
compassion berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor pemerintah. Gaya
hidup sehat dan self-compassion mampu memoderasi pengaruh role overload
terhadap kinerja auditor dengan arah negative.
8. Recommendation
Peneliti sebaiknya mempertimbangkan faktor lingkungan kerja, seperti budaya
organisasi, struktur organisasi, dan sistem penghargaan, yang dapat mempengaruhi
stres peran dan kinerja auditor.
9. Further Research
Untuk penelitian selanjutnya dapat:
 Memperluas cakupan sampel
 Mempertimbangkan faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja auditor:
Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan faktor lain yang dapat
mempengaruhi kinerja auditor, seperti lingkungan kerja, dukungan dari atasan
dan rekan kerja, dan faktor-faktor personal lainnya.
ARTIKEL 4 :
Judul : The Effect of Role Conflict on Auditor’s Performance Case of the Audit Board of
Indonesia, East Nusa Tenggara
Author : Indah Y. Tungga, Debryana Y. Salean, Tarsisius Timuneno
Jurnal : Advances in Economics, Business and Management Research. Volume 158
1. Area of Interest :
Area penelitian ini berfokus pada faktor-faktor yang memengaruhi kinerja auditor,
khususnya dalam konteks Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
2. Fenomena :
Fenomena yang menjadi fokus penelitian ini adalah konflik peran yang dialami oleh
auditor di Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi Nusa Tenggara Timur dan dampaknya
terhadap kinerja mereka. Auditor di Badan Pemeriksa Keuangan dihadapkan pada dua
tuntutan yang berbeda, yaitu tuntutan untuk menjadi profesional dan tuntutan untuk
mencapai kinerja yang sangat baik dalam pemeriksaan manajemen atas tanggung
jawab keuangan negara. Konflik peran dapat terjadi ketika auditor mengalami
kesulitan dalam menyeimbangkan tuntutan-tuntutan tersebut, yang dapat
menyebabkan stres dan berdampak negatif pada kinerja mereka. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak konflik peran terhadap kinerja
auditor dan memberikan implikasi bagi penelitian dan praktik di bidang audit.
3. Landasan teori
4. Research GAP
5. Research Statement (Rumusan Masalah)
6. Methodology
Penelitian kuantitatif
7. Data and Method
Data dikumpulkan dari responden yang merupakan auditor di Badan
Pemeriksa Keuangan Provinsi Nusa Tenggara Timur (BPK NTT). Sampel diambil
secara acak sederhana (simple random sampling) dengan jumlah 46 orang dari total
populasi 86 auditor di BPK NTT. Kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu bagian
identitas responden dan bagian tanggapan responden terhadap pengaruh konflik peran
dan kinerja. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis regresi sederhana
untuk menguji hipotesis.
8. Finding
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, temuan dari penelitian tersebut adalah:
Tingkat konflik peran auditor pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di
Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat tinggi, sedangkan kinerja auditor tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa auditor di BPK NTT seringkali mengalami konflik peran dalam
menjalankan tugas mereka, namun masih mampu mencapai kinerja yang tinggi. Hasil
pengujian hipotesis menunjukkan bahwa konflik peran berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kinerja auditor pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di Nusa
Tenggara Timur (NTT). Artinya, semakin tinggi tingkat konflik peran yang dialami
auditor, semakin rendah kinerja auditor tersebut. Oleh karena itu, Badan Pemeriksa
Keuangan dapat mengambil tindakan untuk mengurangi konflik peran yang dialami
oleh auditor dan meningkatkan kinerja mereka. Beberapa tindakan yang dapat diambil
antara lain meningkatkan pelatihan dan pengembangan auditor, meningkatkan
komunikasi antara manajemen dan auditor, dan meningkatkan pengawasan dan
pengendalian terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada auditor.
9. Conclusion
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1)
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa tingkat konflik peran auditor pada
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat tinggi.
sedangkan kinerja auditor tinggi, (2) Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa
konflik peran berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja auditor pada Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) di Nusa Tenggara Timur (NTT).
10. Recommendation
Dengan melakukan penelitian yang lebih mendalam dan meluas, diharapkan
dapat memberikan informasi yang lebih bermanfaat dan berguna bagi BPK Nusa
Tenggara Timur dan institusi audit lainnya dalam meningkatkan kinerja auditor dan
mengurangi konflik peran yang dialami oleh auditor.
11. Further Research
- Penelitian selanjutnya dapat melibatkan lebih banyak responden dari BPK
Nusa Tenggara Timur atau bahkan dari BPK di wilayah lain, sehingga
hasilnya dapat lebih representative.
- Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode yang lebih variatif selain
kuesioner, seperti wawancara atau observasi, sehingga dapat memperoleh
informasi yang lebih lengkap tentang konflik peran yang dialami oleh auditor
dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja mereka.
- Penelitian selanjutnya dapat memperluas lingkup penelitian dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain yang berpotensi mempengaruhi konflik
peran dan kinerja auditor, seperti dukungan manajemen, lingkungan kerja, dan
motivasi kerja.
- Penelitian selanjutnya dapat mengadakan studi kasus tentang bagaimana
konflik peran mempengaruhi kinerja auditor di BPK Nusa Tenggara Timur
dan bagaimana BPK Nusa Tenggara Timur mengatasi masalah tersebut.
DAFTAR PROPOSAL PENELITIAN
“PENGARUH KONFLIK PERAN, AMBIGUITAS PERAN, DAN BEBAN KERJA PADA
KINERJA AUDITOR DI BALI”

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia industri di era globalisasi saat ini sudah sangat pesat.
Didukung dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, banyak para
pelaku usaha yang melakukan cara agar dapat bersaing dengan pelaku usaha lainnya.
Praktik pengendalian akuntansi di dalam laporan keuangan perusahaan secara luas
diyakini sangat penting untuk keberhasilan suatu perusahaan karena bertindak sebagai
rem kuat pada kemungkinan penyimpangan dari tujuan dan kebijakan yang telah
ditentukan sebelumnya (Kiabel, 2012). Perusahaan biasanya memerlukan pihak ketiga
yang independen, yaitu akuntan publik untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan
agar dapat diketahui apakah telah sesuai dengan standar dan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.

Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk


memberikan jasa sebagaimana diatur dalam UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan
Publik. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah lembaga yang memiliki ijin dari
Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam menjalankan
pekerjaannya. Auditor merupakan profesi akuntan publik yang memiliki kualifikasi
tertentu untuk memeriksa sekaligus memberikan opini terhadap laporan keuangan
sebagai pertanggungjawaban atas kegiatan suatu perusahaan atau organisasi. Auditor
diharuskan mengidentifikasi tujuan audit, analisis tingkat material, mengevaluasi
risiko audit yang terkait dengan perencanaan audit dan membuat opini audit yang
sesuai (Nugrahanti dan Jahja, 2018). Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk
menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan (Mulyadi, 2009:4).
Pentingnya peran profesi akuntan publik serta beragamnya pengguna jasa,
menyebabkan jasa profesi akuntan publik harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan tersebut.

Kinerja suatu KAP sangat ditentukan oleh kinerja auditor didalamnya


(Sudarmawan dan Putra, 2017). Kinerja auditor adalah hasil pekerjaan yang dicapai
oleh auditor dalam melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Fachruddin dan Rangkuti, 2019).
Dewi,dkk (2015) menyatakan bahwa kinerja auditor memegang peranan yang penting
dalam pelaksanaan audit agar mampu memberikan penilaian yang netral dan reliable
pada laporan keuangan perusahaan klien sehingga dapat digunakan sebagai dasar
pembuatan keputusan bagi para stakeholder. Auditor yang memiliki kemampuan
dalam hal audit akan mahir dalam menyelesaikan pekerjaan (Hasanuddin dan
Sjahruddin, 2017). Penilaian kinerja terhadap auditor sangat perlu dilakukan agar
prilaku mereka dapat diarahkan nantinya guna melakukan pekerjaan dengan baik
sehingga dapat tercapai tujuan organisasi. Penilaian kinerja merupakan aktivitas yang
digunakan untuk menentukan pada tingkat mana seseorang bekerja menyelesaikan
pekerjaannya secara efektif (Amins, 2012:91). Dalam hal ini yang dimaksudkan
adalah auditor. Auditor harus memiliki kinerja yang baik agar dapat meyakinkan
masyarakat terutama pihak yang menggunakan jasa auditor tersebut.

Dalam teori keagenan, auditor dikaitkan sebagai pihak ketiga yang akan
membantu untuk mengatasi konflik kepentingan yang dapat muncul antara
manajemen dan pemilik perusahaan, sehingga kinerja auditor yang baik sangat
penting. Pada kenyataannya masih ada beberapa auditor yang melakukan pelanggaran
yang tidak sesuai dengan standar akuntansi. Kinerja auditor yang kurang konsisten
dapat menimbulkan dampak yang kurang baik, sehingga memengaruhi kepercayaan
masyarakat terhadap akuntan publik. Kinerja auditor yang buruk memiliki implikasi
besar bagi komunitas bisnis (Ulfa et al, 2015). Hal tersebut menjadi masalah yang
serius, karena auditor sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam mendeteksi
adanya kesalahan dalam laporan keuangan sudah seharusnya bekerja secara teliti dan
profesional agar tidak terjadi pelanggaran. Penurunan kinerja seorang auditor dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konflik peran, ambiguitas peran, dan beban
kerja.

Auditor dalam menjalankan tugasnya, memiliki dua peran yaitu sebagai


anggota profesi yang harus bertindak sesuai dengan kode etik dan hukum, dan sebagai
seorang karyawan dalam sebuah perusahaan dengan sistem pengendalian yang
berlaku. Peran ganda tersebut menyebabkan auditor sering berada pada posisi yang
bertentangan. Konflik peran dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan
bisa menurunkan motivasi kerja karena mempunyai dampak negatif terhadap perilaku
individu, seperti timbulnya ketegangan kerja, banyaknya terjadi perpindahan,
penurunan kepuasan kerja sehingga bisa menurunkan kinerja auditor secara
keseluruhan (Fanani dkk., 2008). Wolfe dan Snoke (1962) dalam Agustina (2009)
menyatakan bahwa konflik peran terjadi jika dalam menjalankan tugasnya
mendapatkan dua atau tiga perintah yang berbeda-beda secara bersama- sama
sehingga dalam melaksanakan satu perintah dapat terabaikannya perintah yang lain.
Kondisi seperti ini muncul karena adanya instruksi yang bertentangan secara bersama
dan melaksanakan salah satu instruksi saja akan menimbulkan terabaikannya instruksi
yang lain (Fried 1998). Hasil penelitian Rosally dan Jogi (2015), Kurniawan (2018),
dan Ndruru,dkk (2019) menunjukkan bahwa konflik peran berpengaruh negatif
terhadap kinerja auditor. Sedangkan hasil penelitian Hanna dan Friska (2013),
Pratama dan Latrini (2016) menyatakan bahwa konflik peran tidak berpengaruh
terhadap kinerja auditor.

Faktor lain yang seringkali dihadapi oleh auditor dalam menjalankan tugasnya
adalah ambiguitas peran yang dapat mempengaruhi penurunan kinerja. Ambiguitas
peran atau ketidakjelasan peran adalah tidak adanya informasi yang memadai yang
diperlukan seseorang untuk menjalankan perannya dengan cara yang memuaskan
(Fanani,dkk 2008). Auditor seringkali hanya memiliki sedikit informasi yang
memadai untuk melakukan pekerjaannya atau apa saja yang menjadi tanggung
jawabnya dalam perannya saat itu. Selain itu, seringkali auditor bekerja tanpa banyak
arahan dari supervisor dan menghadapi situasi-situasi baru seperti klien baru, industri
baru, dan area teknik yang baru (Jones et al., 2010). Individu yang mengalami
ketidakjelasan peran akan mengalami kecemasan, menjadi lebih tidak puas, dan
melakukan pekerjaan dengan kurang efektif dibandingkan individu lain sehingga
menurunkan kinerja mereka (Fanani,dkk 2008). Tang dan Chang (2010) menyatakan
bahwa ketidakjelasan peran yang tinggi dapat mengurangi kepercayaan diri seseorang
dalam kemampuannya untuk bekerja dengan efektif. Penelitian yang dilakukan oleh
Ndruru,dkk (2019) menyatakan bahwa ambiguitas peran berpengaruh negatif terhadap
kinerja auditor. Sedangkan hasil penelitian Arianti (2015) menyatakan bahwa
ambiguitas peran (ketidakjelasan peran) berpengaruh positif terhadap kinerja auditor.

Beban kerja juga dapat mempengaruhi kinerja auditor. Tingginya workload


(beban kerja) seorang auditor dapat menyebabkan kelelahan sehingga dapat
mengakibatkan menurunnya kemampuan auditor untuk menganalisa penyimpangan
dan menemukan kesalahan pada laporan keuangan yang diauditnya. Beban kerja
auditor terjadi ketika auditor memiliki banyak pekerjaan yang tidak sesuai dengan
waktu dan kemampuan yang dimiliki (Novita, 2015). Umumnya, pada musim audit
tahunan yang sibuk, akan semakin banyak keterlibatan yang dilakukan auditor,
semakin sulit atau rumit proyek auditnya maka semakin besar intensitas beban kerja
(Yan dan Xie, 2016). Tekanan beban kerja yang sangat berat bagi auditor dapat
menimbulkan dampak negatif bagi proses audit, antara lain auditor akan cenderung
untuk mengurangi beberapa prosedur audit dan auditor akan dengan mudah menerima
penjelasan yang diberikan oleh klien (Lopez dan Peters, 2012). Beban kerja yang
diberikan atasan kepada auditor tidak sesuai dengan kemampuan yang dapat
diselesaikan auditor dalam kurun waktu tertentu, akan mengakibatkan kinerja auditor
menjadi kurang optimal, kelelahan serta peningkatan turnover (Persellin, et al, 2018).
Hasil penelitian Suprapta dan Setiawan (2017) menyatakan bahwa beban kerja
berpengaruh negatif terhadap kinerja auditor. Berdasarkan uraian diatas dimana
terdapat fenomena yang meyangkut tentang kinerja auditor dan tidak konsistennya
hasil penelitian, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian kembali.
Kantor Akuntan Publik (KAP) di Provinsi Bali dipilih sebagai lokasi penelitian sebab
jumlah auditor yang memadai dan dipandang mampu mendeskripsikan auditor di
Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam


penelitian ini yaitu:

1. Apakah konflik peran berpengaruh negatif pada kinerja auditor ?


2. Apakah ambiguitas peran berpengaruh negatif pada kinerja auditor ?
3. Apakah beban kerja berpengaruh negatif pada kinerja auditor ?
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dalam penelitian ini


adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh konflik peran pada
kinerja auditor.
2. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh ambiguitas peran
pada kinerja auditor.
3. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh beban kerja pada
kinerja auditor.

D. Research Gap

Penelitian ini dilakukan karena penelitian sebelumnya mendapatkan hasil yang


belum konsisten sehingga peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lebih
lanjut.

E. Fenomena

Pentingnya peran akuntan publik dan kantor akuntan publik dalam


memastikan kewajaran laporan keuangan perusahaan, serta kinerja auditor dalam
melaksanakan audit terhadap laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu,
kebutuhan akan jasa akuntan publik dan kantor akuntan publik semakin meningkat,
dengan tujuan untuk memperoleh opini audit yang netral dan reliable. Namun, masih
terdapat beberapa auditor yang melakukan pelanggaran, yang dapat memengaruhi
kepercayaan masyarakat terhadap akuntan publik. Sehingga penilaian kinerja auditor
dan pengawasan yang ketat sangat diperlukan untuk memastikan kualitas jasa yang
diberikan oleh profesi akuntan publik.

F. Tinjauan Pustaka

1. Teori Keagenan

Teori keagenan dalam audit berkaitan dengan auditor sebagai pihak ketiga
yang akan membantu untuk mengatasi konflik kepentingan yang dapat muncul
antara manajemen dan pemilik perusahaan. Jasa auditor diperlukan untuk
menguji apakah laporan keuangan yang telah dibuat sudah disajikan secara
wajar dan dapat dipercaya. Adanya sikap professional yang dimiliki auditor
diharapkan mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik agar tidak ada
kecurangan dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen.
2. Teori Peran

Teori peran merupakan perpaduan antara disiplin ilmu psikologi, sosiologi,


dan antropologi. Pada hakikatnya, teori peran menekankan sifat individu
sebagai pelaku sosial. Teori ini adalah teori perilaku sesuai dengan posisi yang
ditempatinya di lingkungan kerja dan masyarakat (Gratia & Septiani, 2014).
Ketika individu menduduki sebuah posisi dalam lingkungan kerjanya, individu
tersebut dituntut dapat berinteraksi dengan hal lain atau individu lain sebagai
bagian dari pekerjaannya. Seperangkat aktivitas dalam lingkungan pekerjaan
mengandung beberapa peran dari individu yang menduduki suatu posisi.
Terdapat beberapa interaksi sosial dalam kehidupan sehari - hari seorang
auditor yang terjadi sekaligus. Dalam interaksi tersebut, dua kelompok yang
berperan sebagai aktor dan target dilibatkan (Gratia & Septiani, 2014).

3. Akuntansi Keperilakuan (Bahavioral Accounting)

Kontributor utama terhadap ilmu keperilakuan adalah psikologi, sosiologi


dan psikologi sosial yang mana mencoba menggambarkan dan menjelaskan
perilaku manusia walaupun secara keseluruhan ketiga disiplin tersebut
memiliki perbedaan perspektif mengenai kondisi manusia. Tujuan utama dari
akuntansi keperilakuan adalah memahami, menjelaskan dan memprediksikan
perilaku manusia dan menghubungkan antara keprilakuan manusia dan
akuntansi (Ikhsan, 2009:29).

Dalam hal ini, sikap atau perilaku auditor terhadap lingkungan dimana ia
bekerja, terhadap atasannya dan tentunya terhadap pemberian opininya atas
laporan keuangan. Komitmen merupakan suatu konsistensi dari wujud
keterikatan seseorang terhadap suatu hal. Peran individu saat berada dalam
lingkungan pekerjaan tentu akan berbeda saat individu tersebut berada dalam
lingkungan keluarga, lingkungan religius, atau lingkungan kelompok
komunitas.

4. Auditor

Auditor adalah seseorang yang menyediakan jasa kepada masyarakat


terutama di bidang audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan yang dibuat
kliennya (Halim, 2008:11). Auditor menyatakan pendapat atas kewajaran
dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang
sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Ditinjau dari sudut profesi
akuntan publik, auditor adalah seseorang yang melakukan pemeriksaan
(examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau
organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan
tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut. Auditor dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu (Jusup:2011:16):

a) Auditor Independen (Akuntan Publik)

b) Auditor Pemerintah

c) Auditor Internal

5. Konflik Peran

Konflik peran didefinisikan sebagai situasi ketika seorang individu


dihadapkan pada ekspekstasi-ekspektasi peran yang berlawanan (Robbins &
Judge, 2008:374). Ekspektasi peran adalah apa yang diyakini oleh orang lain
mengenai bagaimana seorang individu harus bertindak pada suatu situasi.
Auditor sering dihadapkan oleh potensial konflik peran dalam melaksanakan
tugasnya. Perintah yang bertentangan dengan etika professional membuat
dilema karena individu harus memilih salah satunya untuk dilaksanakan.
Konflik peran menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja sehingga kinerja
akan menurun. Konflik peran muncul karena adanya ketidaksesuaian antara
harapan yang disampaikan pada individual di dalam organisasi dengan orang
lain di dalam dan di luar organisasi (Fanani,dkk 2008). Hal ini terjadi ketika
seseorang berada pada situasi tekanan untuk melakukan tugas yang berbeda
dan tidak konsisten dalam waktu yang bersamaan.

6. Ambiguitas Peran

Ambiguitas peran didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana informasi


yang berkaitan dengan suatu peran tertentu kurang atau tidak jelas. Dalam
Fanani,dkk (2008) menyatakan bahwa ambiguitas peran (ketidakjelasan peran)
adalah tidak adanya prediktabilitas hasil atau respon terhadap perilaku
seseorang dan eksistensi atau kejelasan perilaku yang dibutuhkan. Hal ini
seringkali dalam bentuk input dari lingkungan yang akan berfungsi untuk
memandu perilaku dan memberikan pengetahuan, mana perilaku yang tepat
atau tidak ada. Ambiguitas peran dirasakan jika seorang karyawan tidak
memiliki cukup informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak
mengerti atau merealisasi harapan-harapan yang berkaitan dengan peran
tertentu (Munandar, 2008:374). Menurut teori peran, ambiguitas peran
berkepanjangan dapat mendorong terjadinya ketidakpuasan kerja, mengurangi
rasa percaya diri, dan menghambat kinerja pekerjaan. Seseorang dapat
mengalami ambiguitas peran apabila mereka merasa tidak ada kejelasan
sehubungan dengan ekspektasi pekerjaan, seperti kurangnya informasi yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan (Ramadhan, 2011). Ambiguitas
peran merupakan faktor yang dapat menimbulkan stres kerja, karena hal
tersebut dapat menghalangi seorang karyawan untuk melaksanakan tugasnya,
sehingga pada akhirnya akan menimbulkan penurunan kerja. Dari keseluruhan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ambiguitas peran adalah suatu
keadaan dimana informasi suatu peran atau pekerjaan yang dimiliki seorang
pegawai kurang jelas untuk mencapai hasil yang diinginkan.

7. Beban Kerja

Beban kerja (workload) merupakan beban pekerjaan yang dihadapi oleh


seorang auditor dalam kegiatannya dengan jangka waktu tertentu. Menpan
(1997) menyatakan bahwa pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau
sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau
pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja dapat dikatakan
sebagai ukuran atau proporsi kapasitas yang dimiliki manusia untuk
memenuhi tuntutan sehingga menghasilkan reaksi berupa kinerja
(performance). Beban kerja dapat tidak terlalu berdampak pada kantor tempat
akuntan bekerja apabila sumber daya yang memadai yang memiliki
pengetahuan khusus untuk mengelola beban kerja secara efektif (Suhardianto
& Leung, 2020),. Beban kerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
eksternal dan faktor internal.

8. Kinerja Auditor

Kinerja adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan waktu yang diukur dengan
mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. Mangkunegara
(2005:67) menjelaskan bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance
atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang
dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Dali dan Masud (2014) menyatakan bahwa
kinerja auditor adalah ukuran keberhasilan, yang dinilai dari kemampuan
untuk meningkatkan kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan, kemampuan
untuk berkomunikasi dengan baik dalam berbicara maupun menulis,
memanfaatkan keterampilan professional, mematuhi kebijakan dan prosedur
yang ditetapkan.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berbentuk


asosiatif. Sugiyono (2014:5) menyatakan bahwa penelitian asosiatif adalah
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara
dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini, khususnya membahas mengenai
pengaruh konflik peran, ambiguitas peran, dan beban kerja pada kinerja
auditor. Penelitian ini dilakukan di Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali.
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling
dimana teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Jumlah
sampel dalam penelitian ini yaitu 87 auditor. Pengumpulan data dilakukan
melalui metode survei dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis yang
digunakan adalah regresi linear berganda.

Anda mungkin juga menyukai