PENDAHULUAN
Perubahan yang terjadi di masyarakat tidak luput dari peran R.A Kartini
dalam memperjuangkan emansipasi. Beliau melahirkan pandangan mengenai
kesetaraan gender dalam berbagai aspek, salah satunya dalam memperoleh
pendidikan. Dahulu, perempuan identik dengan tugas rumah tangga. Bahkan
perempuan tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan. Kini baik laki-laki maupun
perempuan memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Hal ini yang
kemudian membuka kesempatan kerja bagi setiap individu, sehingga ditemui banyak
wanita dewasa yang bekerja.
1
2
mereka dapat bekerja juga mengembangkan karier. Karier dalam KBBI diartikan
sebagai pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Munandar (2010 dalam
Ermawati, 2016) mendefinisikan wanita karier adalah wanita yang berkecimpung
dalam kegiatan profesi. Tidak jarang ditemui wanita yang menjalani peran tradisi
(berfungsi dalam keluarga) sekaligus berkarier untuk menjalani peran transisi.
Dilansir dari IDN Times yang merangkum alasan-alasan wanita bekerja, yaitu
membantu keuangan keluarga, masih ingin menggapai mimpinya, ingin
mengamalkan ilmu yang dimiliki, memberikan contoh sikap kerja keras dan tanggung
jawab untuk anaknya, dan menjadi manusia yang berdaya (Islamiyati, 2019). Putu et
al. (2012) juga menemukan bahwa alasan wanita bekerja ialah untuk menambah
penghasilan, mengembangkan kemampuan diri, dan menghilangkan rasa bosan.
Adapula peneliti lain yang menemukan bahwa selain faktor ekonomi, seorang ibu
bekerja karena adanya desakan dalam tuntutan hidup, dan juga dorongan dari orang
lain (Rizky & Santoso, 2018). Dari temuan tersebut membuktikan bahwa terdapat
berbagai faktor yang mendorong wanita untuk tetap bekerja.
Penelitian ini berfokus pada wanita karier yang sudah berkeluarga. Menjalani
tugas profesi sekaligus tugas rumah tangga tidaklah mudah, tidak jarang ditemukan
konflik peran. Menurut Waskito dan Irmawati (2007) wanita lebih mementingkan
kehidupan rumah tangga daripada tempat kerjanya dibanding laki-laki, hal tersebut
yang memicu konflik lebih banyak muncul pada wanita bekerja dibanding laki-laki.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Carlson et al. (2000) yang menemukan
bahwa wanita merasakan lebih banyak konflik daripada laki-laki.
Work-family conflict dapat berdampak bagi diri wanita karier. Penelitian dari
Indriani dan Sugiasih, (2016) mengatakan bahwa work-family conflict memiliki
hubungan negatif yang signifikan terhadap kesejahteraan psikologis. Artinya, jika
tingkat work-family conflict maka kesejahteraan psikologisnya menjadi rendah, begitu
pula sebaliknya. Dampak work-family conflict bagi organisasi terlihat dari penelitian
Tewal dan Tewal (2014) yang menyatakan bahwa work-family conflict memiliki
pengaruh negatif yang signifikan terhadap kinerja wanita karir. Artinya, ketika
4
tingkat work-family conflict tinggi maka akan mempengaruhi tingkat kinerja wanita
karier menjadi rendah. Selain terhadap kinerja, work-family conflict juga memiliki
hubungan yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan (Boles et al., 2001).
Selain itu Work-family conflict juga memiliki dampak terhadap keluarga wanita
karier. Penelitian yang dilakukan oleh Trifani dan Hermaleni (2019) menemukan
bahwa work-family conflict berkolerasi signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
Penelitian tersebut menunjukkan arah korelasi yang negatif, hal tersebut diartikan
bahwa semakin tinggi tingkat work-family conflict maka semakin rendah kepuasan
pernikahan yang dirasakan, begitu pula sebaliknya. Terdapat pula penelitian yang
dilakukan oleh Alteza dan Hidayati (2008) terhadap wanita bekerja menemukan
bahwa work-family conflict menyebabkan gangguan psikologis dan gangguan
kesehatan. Dari penelitian yang sama juga ditemukan bahwa anggota keluarga merasa
diabaikan oleh wanita bekerja, dan menurunnya produktivitas kerja dalam organisasi.
Dampak Work-family conflict tidak hanya dirasakan oleh wanita karier, tetapi juga
dapat dirasakan oleh lingkungan sosialnya
Identifikasi Masalah
Merujuk pada latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat
teridentifikasi adalah:
Pembatasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan
sumbangsih ilmu mengenai dukungan sosial dan work-family conflict bagi
perkembangan ilmu psikologi industri/organisasi dan psikologi keluarga. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat referensi untuk mengembangkan penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan dukungan sosial dan work-family conflict.
Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu wanita karier dalam memilih strategi
koping yang tepat saat mengalami work-family conflict. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan memberikan ilmu bagi lingkungan sekitar (keluarga, teman, dan orang
terdekat lainnya) agar memberi dukungan sosial kepada wanita karier guna
mengurangi work-family conflict. Yang terakhir, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi referensi bagi perusahaan dalam memperhatikan kesejahteraan karyawannya.