Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH MAKNA KERJA DAN OCCUPATIONAL SELF EFFICACY

TERHADAP WORK ENGAGEMENT


PADA DOSEN TETAP

Mimi Wahyuni

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma


Jl. Margonda Raya no. 100, Depok 16424, Jawa Barat
mimi_w@staff.gunadarma.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh Makna Kerja dan
Occupational self efficacy terhadap Work Engagement. Subjek penelitian ini adalah
100 orang dosen tetap. Hasil analisis regresi ganda menunjukkan bahwa diperoleh
nilai F sebesar 99.480 dan koefisien signifikansi sebesar 0,000 (p≤0,050). Oleh
karena sig lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis terdapat pengaruh dari Makna Kerja
dan Occupational self efficacy secara bersama-sama terhadap Work engagement
pada dosen tetap. Selain itu didapatkan hasil uji regresi juga diperoleh nilai R Square
sebesar 0,672 (67,2%). Hal ini berarti bahwa 67,2% variabel work engagement dapat
ditentukan oleh variabel Makna Kerja dan Occupational self efficacy, sedangkan
sisanya sebesar 32,8% disebabkan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam
penelitian ini.

Kata Kunci: Makna Kerja, Occupational self efficacy, Work Engagement, Dosen
Tetap

THE EFFECT OF WORK MEANING AND OCCUPATIONAL SELF


EFFICACY TOWARDS WORK ENGAGEMENT ON PERMANENT
LECTURER

Abstract

The research aims is to examine the effect of Work Meaning and occupational self-
efficacy on work engagement. The subject of this study is permanent lecturer (N=100).
The result of analysis in this study show Obtained F = 99.480 and significance of
0.000 (p≤0.050). Because the sig is smaller than 0.05, the hypothesis is that there is
influence from meaning of work and occupational self-efficacy simultaneously to the
work engagement of the permanent lecturer. In addition, obtained regression test
results also obtained R Square of 0.672 (67,2%). This means that 67, 2% of work
engagement variables can determined by variables. That is not included in this study.

Keyword: Meaning of Work, Occupational Self Efficacy, Work Engagement, Permanent


Lecturer

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 1 Juni 2017 39


PENDAHULUAN

Berdasarkan UU RI Nomor 14 Ta- kan pemikiran yang dinamis agar segala


hun 2005, dosen adalah pendidik profesio- aktifitasnya dapat berjalan dengan baik.
nal dengan tugas utama mentransformasi- Sementara di sisi lain dosen juga memiliki
kan, mengembangkan, dan menyebarluas- keterbatasan antara lain mengalami kelela-
kan, teknologi, dan seni melalui pendidik- han dan terbatasnya tenaga (Wedhawati
an, penelitian, dan pengabdian kepada dkk, 1990).
masyarakat. Sebagai pengemban amanah, Dosen tetap pada umumnya terikat
sepanjang hayat kariernya dosen harus dengan beban tugas yang ditetapkan oleh
menjalankan kegiatan intelektual yang be- universitas. Dengan demikian, universitas
rat. Dosen harus selalu belajar dan berku- dapat memanfaatkannya sedemikian rupa
tat dengan buku dan jurnal untuk diambil sehingga efektivitas proses belajar meng-
sari pati ilmunya. Dosen pula dituntut ajar yang tinggi dapat tercapai. Namun,
melakukan penelitian dan publikasi dalam kurangnya pengalaman universitas dalam
bentuk buku, artikel, jurnal, maupun di- mendayagunakan dosen muda yang belum
presentasikan dalam temu ilmiah. Tang- berpengalaman, memungkinkan bahwa te-
gung jawab profesi dosen tidak bisa di- naga dosen tetap ini kurang memberikan
anggap sederhana karena tidak hanya manfaat yang optimal. Terdapat kemung-
tenaga fisik, tetapi juga psikis, otak, dan kinan pula pada universitas tertentu justru
pikiran terkuras. Semakin sulitnya kenaik- memberikan tugas yang melampaui batas-
an pangkat, ancaman crab mentality, sulit- batas kewajaran sehingga kurang mendu-
nya studi lanjut dan beasiswa, regulasi kung peningkatan mutu pendidikan yang
yang acapkali berganti, SIPKD, menjadi diselenggarakan atau bahkan dapat ber-
hal yang semakin melelahkan. Terlebih sifat menghambat (Wedhawati dkk, 1990).
bagi sebagian dosen yang masih harus Pertumbuhan pendekatan psikologi
berjibaku memenuhi kebutuhan finansial. positif mendorong semakin banyak para
Bagi sebagian dosen, akumulasi beban ter- praktisi dan akademisi tertarik untuk
sebut terpicu untuk meletup dengan di- mengadopsi sebuah pendekatan positif da-
sahkannya Perpres RI No 88 Tahun 2013 lam memahami suatu fenomena organi-
(Widianto, 2014). sasi. Work engagement atau keterikatan
Dosen yang mengajar dalam ling- kerja merupakan isu terkini yang fokusnya
kungan institusi pendidikan formal biasa- terdapat pada sisi positif sumber daya
nya selalu berinteraksi dengan lingkungan manusia yang meliputi kekuatan dan ka-
kerjanya, baik lingkungan intern institusi pasitas psikologis seseorang, diukur, di-
tempat dosen tersebut mengajar maupun kembangkan, dan diolah secara efektif un-
lingkungan eksternal seperti masyarakat tuk meningkatkan performa ditempat kerja
luas, pemerintah dan lingkungan eksternal (Schaufeli, Bakker & Salanova, 2006).
lainnya. Lingkungan kerja yang menan- Schaufeli, Bakker dan Salanova (2006)
tang dan kompleks, serta makin cepatnya mengartikan work engagement sebagai
perubahan yang terjadi menuntut dosen kondisi mental yang positif, yang me-
untuk bisa menyesuaikan diri dengan tun- muaskan dan berhubungan dengan peker-
tutan perubahan tersebut. Dalam proses jaan dan karakteristik dengan semangat
penyesuaian diri ini, dirasa penting untuk (vigor), dedikasi (dedication), serta peng-
mengetahui kondisi lingkungan. Apalagi hayatan (absorption). Seseorang yang me-
melakukan aktifitasnya, dosen memerlu- miliki work engagement tinggi akan cen-

40 Wahyuni, Pengaruh Makna …


derung menunjukkan performa terbaik, tentang pekerjaan secara individual yang
karena mereka menikmati pekerjaan yang terdiri dari tiga karakteristik yaitu orien-
dilakukan (Bakker & Demerouti, 2008). tasi pekerjaan (work as a job), orientasi
Selain itu pekerja dengan work engage- panggilan (work as a calling) dan ori-
ment akan memiliki semangat yang tinggi, entasi karir (work as a career). Orientasi
antusiasme dalam bekerja, dan mereka pekerjaan melihat kerja sebagai proses
seringkali terbenam dengan pekerjaan se- pengembangan keuangan, orientasi karir
hingga cenderung memiliki kinerja dan melihat kerja sebagai proses pengembang-
produktivitas yang tinggi (Xanthopoulou, an profesi, sedangkan orientasi panggilan
Bakker & Fishbach, 2013). melihat kerja penuh komitmen untuk sua-
Seseorang yang sudah bekerja dapat tu kepuasan dimana mereka akan memili-
menampilkan performa kerja yang mak- ki hubungan yang lebih kuat dengan pe-
simal apabila terlibat dalam pekerjaannya kerjaannya.
dan ketika ia merasa tidak terpaksa dalam Keterikatan kerja merupakan per-
menjalankan apa yang menjadi tuntutan hatian yang besar terhadap pekerjaan se-
pekerjaan bahkan cenderung memberikan hingga menuntun individu untuk bekerja
lebih dari apa yang menjadi tuntutan pe- keras dan bertanggung jawab. Kerja keras
kerjaannya. Hal tersebut merupakan suatu dan tanggung jawab tersebut muncul ka-
indikasi bahwa individu terikat (engaged) rena individu memiliki kualitas yang posi-
dengan pekerjaan (work) nya. Tentu tif terhadap dirinya dan keyakinan dari da-
kondisi ini merupakan kondisi ideal bagi lam dirinya bahwa dirinya mampu menye-
seorang pengajar ditengah banyaknya lesaikannya atau disebut dengan efikasi
tuntutan yang diberikan bagi tercapainya kerja atau occupational self efficacy. Indi-
kemajuan pendidikan (Judith, 2006). vidu yang memiliki occupational self effi-
Kontribusi dan keterlibatan yang di- cacy yang tinggi tidak akan mudah me-
berikan oleh seseorang dengan profesi nyerah dan putus asa jika mengalami ke-
sebagai dosen merupakan faktor utama sulitan melainkan akan lebih aktif meli-
untuk pengembangan dunia pendidikan batkan dirinya dengan pekerjaan (Iva-
saat ini. Work engagement menjadi salah rcevich, Donelly & Gibson, 1994).
satu kondisi yang dapat menggambarkan Menurut Schyns dan Sczesny (2010)
keterlibatan seseorang dalam mencapai mendefinisikan occupational self efficacy
performa kinerja yang optimal. Work sebagai keyakinan yang dimiliki sese-
engagement adalah sebuah kondisi dimana orang bahkan dapat menyelesaikan peker-
seseorang memiliki pikiran yang positif jaan yang dimilikinya karena mempunyai
sehingga ia mampu mengekspresikan diri- perilaku yang dipersyaratkan suatu pe-
nya baik secara fisik, kognitif dan afektif kerjaan. Dalam suatu institusi, occupatio-
dalam melakukan pekerjaan (Schaufeli & nal self-efficacy dianggap lebih cocok di-
Bakker, 2004). Schaufeli & Haken (dalam gunakan karena dapat membandingkan
Schaufeli & Bakker, 2010) juga menyata- tingkat self-efficacy pada tenaga kerja,
kan bahwa perasaan positif dan keterika- meskipun mereka memiliki tugas yang
tan kerja merupakan hasil dari pemaknaan berbeda dalam suatu institusi (Rigotti,
seseorang terhadap pekerjaannya. Schyns, & Mohr, 2008). Hal ini karena
Wrzesniewski (dalam Wrzniewski, occupational self efficacy tidak menitik-
Dutton, & Debebe, 1999) menjelaskan beratkan pada specific-task self-efficacy,
bahwa makna kerja (work meaning) yaitu keyakinan seseorang dalam melaku-
merupakan seperangkat keyakinan umum kan tugas tertentu. Titik berat occupa-

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 1 Juni 2017 41


tional self efficacy lebih pada domain atau Gunadarma. Pengumpulan data dalam pe-
area pekerjaan secara umum yang ling- nelitian ini menggunakan metode kuesio-
kupnya lebih luas dibanding tugas-tugas ner untuk mengungkap respon pribadi
yang spesifik. subjek. Skala yang digunakan yaitu skala
Bandura (1997) menyebutkan bah- makna kerja, skala occupational self effi-
wa occupational self efficacy memeng- cacy dan skala work engagement. Peng-
aruhi apakah seseorang berpikir inkonsis- ukuran skala work engagement merupakan
ten atau strategis, optimis atau pesimis, skala adaptasi dari Rofiqkurohman (2014)
memengaruhi tindakan yang dipilih, tan- yang didasar-kan pada tiga dimensi dari
tangan dan tujuan yang mereka atur serta work engagement yang dikemukakan oleh
komitmen mereka terhadapnya, seberapa Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma, &
banyak usaha yang dilakukan, seberapa Bakker, (2002) yaitu vigor (semangat),
besar hasil yang diharapkan, seberapa la- dedication (dedikasi), dan absorptions
ma mampu bertahan dalam menghadapi dengan reliabilitas 0,949. Konsistensi in-
rintangan, seberapa besar stres yang me- ternal (Alpha Cron-bach) dari skala work
reka alami dalam menghadapi tuntutan engagement berkisar antara 0,342 – 0,714.
lingkungan, dan pilihan kehidupan yang Skala work engagement ini berjumlah 33
mereka buat serta pencapaian yang telah aitem.
mereka capai. Pada penelitian ini skala yang di-
gunakan untuk mengukur makna kerja
METODE PENELITIAN merupakan skala modifikasi berdasarkan
aspek dari skala yang dibuat oleh Steger,
Hipotesis dalam penelitian ini ada- Dik, Duffy (2012) mencangkup tiga as-
lah ada pengaruh antara makna kerja dan pek, yaitu positive meaning in work,
occupational self efficacy terhadap work meaning making through work, dan grea-
engagement pada dosen tetap. ter good motivations yang berbentuk skala
Populasi dalam penelitian ini adalah likert. Total skala makna kerja memiliki
dosen dengan status sebagai dosen tetap. internal konsistensi sebesar 0.93 aitem
Subjek dalam penelitian ini adalah Dosen berjumlah 30 aitem.
yang memiliki status sebagai dosen tetap Sedangkan alat ukur occupational
Sampel adalah sebagian dari populasi self efficacy yang digunakan dalam pene-
karena ia merupakan bagian dari populasi, litian ini adalah menggunakan skala mo-
tentulah sampel harus memiliki ciri-ciri difikasi dari Halungunan (2015) yang di-
yang dimiliki oleh populasinya (Azwar, dasarkan pada skala occupational self
2014). Teknik pengambilan sampel dalam efficacy yang dikemukakan oleh Bandura
penelitian ini menggunakan teknik kuota (1997) berdasarkan aspek-aspek yaitu le-
yaitu teknik untuk menentukan sampel vel, strength dan generality. Skala occu-
dari populasi yang mempunyai ciri-ciri pational self efficacy ini memiliki korelasi
tertentu sampai jumlah kuota yang di- skor aitem dan skor total pada aitem-aitem
inginkan. (Azwar, 2012). Sampel dalam ini memiliki daya diskriminasi yang ber-
penelitian ini berjumlah 100 orang dengan gerak antara 0,304 – 0,750, yang ber-
karakteristik subjek penelitian adalah do- jumlah sebanyak 33 aitem.
sen baik laki-laki maupun perempuan Teknik yang digunakan untuk uji
yang berstatus sebagai dosen tetap, usia, hipotesis pada penelitian ini adalah ana-
dan minimal pengalaman kerja selama 2 lisis regresi berganda, sesuai dengan tu-
tahun sebagai dosen tetap Universitas juan penelitian, yaitu menguji pengaruh

42 Wahyuni, Pengaruh Makna …


makna kerja dan occupational self efficacy ujian normalitas pada variabel work enga-
terhadap work engagement. Analisis yang gement diperoleh hasil signifikansi sebe-
dilakukan adalah menguji pengaruh dari sar 0,052 (p≥0,050). Hal ini menunjukkan
variabel makna kerja (X1) terhadap work bahwa sebaran skor skala work engage-
engagement (Y); variabel occupational ment pada sampel penelitian adalah nor-
self-efficacy (X2) terhadap work engage- mal. Untuk pengujian normalitas pada
ment (Y) dan variabel makna kerja (X1), skala makna kerja diperoleh hasil signify-
occupational self efficacy (X2) terhadap kansi sebesar 0,001 (p≥0,050). Hal ini
work engagement (Y). menunjukkan bahwa sebaran skor skala
makna kerja pada sampel penelitian ada-
HASIL DAN PEMBAHASAN lah tidak normal. Sedangkan pada peng-
ujian normalitas skala occupational self
Berdasarkan hasil analisis, sebanyak efficacy diperoleh hasil signifikansi se-
3 aitem gugur dan tersisa 30 aitem yang besar 0,000 (p≥0,050). Hal ini menunjuk-
memiliki daya diskriminasi yang baik. kan bahwa sebaran skor skala occupation-
Rentang korelasi skor total pada aitem- nal self efficacy pada sampel penelitian
aitem yang memiliki daya diskriminasi adalah tidak normal.
yang baik bergerak antara 0,422 sampai Dari hasil uji linieritas, diperoleh ni-
dengan 0,727. Berikutnya koefisien relia- lai F sebesar 164,817, 128,171, dan
bilitas alat ukur sebesar 0,941. Pada skala 99,480 dengan signifikansi sebesar 0,000
makna kerja, sebanyak 1 aitem gugur dan (p≤0,050). Dengan demikian maka dapat
tersisa 29 aitem yang memiliki daya disimpulkan bahwa terdapat hubungan
diskriminasi yang baik. Rentang korelasi linear antara variabel work engagement,
skor total pada aitem-aitem yang memiliki makna kerja, dan occupational self effi-
daya diskriminasi yang baik bergerak cacy. Berdasarkan hasil analisis diketahui
antara 0,349 sampai dengan 0,718. Be- bahwa ada pengaruh makna kerja pada
rikutnya koefisien reliabilitas alat ukur dosen tetap, dimana dalam penelitian ini
sebesar 0,925. sedangkan pada skala occu- memberikan pengaruh yang signifikan
pational self efficacy, sebanyak 2 aitem terhadap work engagement. Hasil analisis
gugur dan tersisa 31 aitem yang memiliki regresi sederhana menunjukkan bahwa
daya diskriminasi yang baik. Rentang ko- diperoleh nilai F sebesar 164,817 dan
relasi skor total pada aitem-aitem yang koefisien signifikansi sebesar 0,000
memiliki daya diskriminasi yang baik ber- (p≤0,050) serta nilai R Square sebesar 0,
gerak antara 0,334 sampai dengan 0,775. 627 (62,7%). Hal ini berarti bahwa 62,7%
Untuk uji normalitas dalam pene- variabel work engagement dapat diten-
litian ini menggunakan uji Kolmogorov- tukan oleh variabel makna kerja. Untuk
Smirnov dengan bantuan IBM SPSS lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Statistics Version 21. Berdasarkan peng-

Tabel 1. Hasil Uji Regresi Makna Kerja terhadap Work Engagement


F Sig R Square

164,817 0,000 0, 627

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 1 Juni 2017 43


Makna kerja merupakan orientasi oleh variabel occupational self efficacy.
yang ditetapkan oleh seseorang terhadap Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
pekerjaannya. Makna kerja memiliki dam- Tabel 2.
pak bagi individu, kelompok dan organi- Occupational self efficacy merupa-
sasi. Bagi individu, dengan makna kerja kan konsep yang berasal dari self efficacy,
maka akan bersedia meluangkan waktu namun dalam domain area pekerjaan. Me-
lebih pada saat bekerja. Individu akan nurut Bandura (1997), tingginya occupa-
mendapat kepuasan terhadap aktivitas-ak- tional self efficacy akan memperbaiki ke-
tivitas dalam pekerjaannya tersebut. Indi- mampuan individu untuk mengumpulkan
vidu tersebut memiliki kekuatan lebih be- informasi yang relevan, membuat kepu-
sar (energi) dalam bekerja dan menikmati tusan dan mengambil tindakan yang se-
pekerjaannya (chalofsky, 2010). suai ketika individu tersebut dalam situasi
Hal ini sesuai dengan penelitian tertekan. Sebaliknya occupational self
yang dilakukan Tanudjaja (2013), dimana efficacy yang rendah akan mengarahkan
makna kerja memengaruhi work engage- pada analisis berpikir inkonsisten yang
ment pada guru. Keterikatan kerja di- mendasari buruknya kualitas problem
pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain solving. Sejalan dengan penelitian yang
tuntutan kerja, sumber kerja dan sumber dilakukan oleh Hayuningtyas dan Helmi
personal. Bersumber personal yaitu makna (2015), bahwa terdapat pengaruh antara
kerja sebagai faktor internal dalam diri self efficacy terhadap work engagement
yang mengontrol dan menguasai stimulus- dosen sehingga dapat dikatakan bahwa
stimulus dari luar yang akan memengaruhi dorongan secara internal lebih berperan
keterikatan kerja. dalam work engagement seorang dosen
Hasil analisis selanjutnya diketahui dalam melaksanakan tugasnya terutama
bahwa ada pengaruh occupational self untuk melaksanakan Tri Dharma Per-
efficacy terhadap work engagement pada guruan Tinggi.
dosen tetap. Artinya, hipotesis kedua yang Tabel 2 adalah hasil analisis deng-
menyatakan bahwa terdapat pengaruh an menggunakan teknik regresi berganda,
occupational self efficacy terhadap work maka hipotesis terdapat pengaruh makna
engagement pada dosen tetap diterima. kerja dan occupational self efficacy secara
Hasil analisis regresi sederhana menun- bersama-sama terhadap work engagement
jukkan bahwa diperoleh nilai F sebesar pada dosen tetap diterima dengan melihat
128,171 dan koefisien signifikansi sebesar tabel Anova diperoleh nilai F sebesar
0,000 (p≤0,050). Dari hasil uji regresi juga 99.480 dan koefisien signifikansi sebesar
diperoleh nilai R Square sebesar 0,567 0,000 (p≤0,050), menunjukkan ada peng-
(56,7%). Hal ini berarti bahwa 56,7% va- aruh yang signifikan.
riabel work engagement dapat ditentukan

Tabel 2. Hasil Uji Regresi Occupational self efficacy terhadap Work Engagement
F Sig R Square
128,171 0,000 0,567

Tabel 3. Hasil Uji Regresi Makna Kerja dan Occupational self efficacy Terhadap Work Engagement
F Sig R Square
99.480 0,000 0,672

44 Wahyuni, Pengaruh Makna …


Makna kerja memberikan sumbang- SIMPULAN DAN SARAN
an secara terpisah terhadap work engage-
ment sebesar 62,7%. Dengan kata lain Ada beberapa pekerjaan yang me-
62,7% variabel work engagement dapat nuntut work engagement yang tinggi di-
ditentukan oleh variabel makna kerja, se- antaranya adalah pendidik. Pendidik me-
dangkan sisanya sebesar 37,3% disebab- rupakan pekerjaan yang melibatkan kuali-
kan oleh faktor-faktor lain. Adapun occu- tas pelayanan sebagai modal utamanya.
pational self efficacy memberikan sum- Kompetensi, kinerja dan tuntutan kerja
bangan secara terpisah terhadap work berkaitan erat dengan kondisi keterikatan
engagement sebesar 56,7%. Hal ini berarti pekerja atas pekerjaan yang dilakukannya.
bahwa 56,7% variabel work engagement Tenaga pendidik merupakan salah satu
dapat ditentukan oleh variabel occupa- bidang pekerjaan yang menuntut keter-
tional self efficacy, sedangkan sisanya se- ikatan yang tinggi, dalam hal ini organi-
besar 43,3% disebabkan oleh faktor lain. sasi penting untuk memperhatikan beban
Seseorang dosen yang memiliki ke- kerja yang harus dihadapi para pendidik,
terikatan yang baik dapat memengaruhi tuntutan yang mengharuskan mereka un-
pencapaian tujuan organisasi. Dosen akan tuk dapat memberikan kemampuan terbaik
sangat bersemangat, punya rasa memiliki yang dimiliki.
dan benar-benar peduli dengan bidang Dosen yang berkualitas dapat dilihat
pekerjaan yang dilakukannya (Robbins, melalui kinerjanya yang tinggi dan kinerja
2003). Pekerja yang memiliki tingkat ke- yang tinggi akan dapat tercapai jika dosen
terikatan kerja yang tinggi akan menun- memiliki keterikatan yang tinggi dengan
jukkan performa terbaik, hal ini karena pekerjaannya. Dosen yang memiliki keter-
pekerja tersebut menikmati pekerjaan ikatan yang tinggi dengan pekerjaannya
yang mereka lakukan. Pekerja dengan akan merasa antusias, bersemangat, dan
tingkat work engagement yang kuat ter- tekun mengerjakan tugas-tugasnya, me-
hadap organisasi, tugas-tugas dan ling- mandang pekerjaan dan tugas-tugasnya
kungan kerjanya akan lebih mudah dalam sebagai sesuatu yang bermakna, serta me-
mengelola hubungan kerja, mengelola miliki konsentrasi penuh dalam menjalan-
stres atas tekanan pekerjaan, memaknai kan tugasnya. Orang-orang yang pe-
setiap pekerjaannya dan mengelola per- kerjaannya melibatkan adanya tingkat va-
ubahan (Bakker & Leiter, 2010). riasi keterampilan, identitas tugas dan sig-
Khan (1990) menjelaskan bahwa nifikansi tugas akan menganggap bahwa
dengan melakukan pekerjaan yang me- pekerjaan mereka sangat berarti. Selain itu
nantang, jelas, bervariasi, menuntut kreati- keyakinan akan kemampuan individu pada
vitas serta memberikan otonomi akan pekerjaannya akan membangkitkan rasa
memiliki kebermaknaan diri yang lebih tanggung jawab yang lebih besar dan apa-
baik. Seorang pendidik memiliki tugas bila disediakan umpan balik yang mema-
dan peranan yang sangat luas, tidak hanya dai, maka individu akan mengembangkan
memiliki tanggung jawab dalam dunia suatu pemahaman yang berguna mengenai
akademisi namun juga tugas sosial ke- peranan dan fungsi sebagai tenaga pen-
masyarakatan serta citra yang yang harus didik yang lebih baik. Ketika dosen me-
dimiliki sebagai sosok yang layak menjadi miliki karakteristik yang sesuai dengan
panutan, sehingga dituntut untuk dapat pekerjaannya maka kinerjanya akan me-
mampu melaksanakan tugas-tugas ter- ningkat, semakin lebih termotivasi, me-
sebut. rasa bermakna, merasa yakin dengan ke-

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 1 Juni 2017 45


mampuan yang dimiliki dan merasa puas (Tidak Diterbitkan). Universitas
atas hasil kerjanya. Negeri Semarang.
Masih banyak keterbatasan dalam Hayuningtyas, dyah R., I., Helmi, Avin F.
penelitian ini. Oleh karena itu bagi pneliti (2015). Peran kepemimpinan otentik
selanjutnya diharapkan dapat membuat terhadap work engagement dosen
penelitian yang lebih baik lagi. Proses dengan efikasi diri sebagai mediator.
pengambilan data yang peneliti lakukan Gadjah Mada Journal of Psychology,
dirasa masih belum maksimal dikarenakan 1, 167-179. ISSN : 2407-7798
keterbatasan waktu. Untuk peneliti se- Ivarcevich, J.M., Donnelly, J.H., &
lanjutnya, yang ingin meneliti variabel Gibson, J.L. (1994). Organization :
makna kerja, occupational self efficacy Behavior, Structure, Processes (8th
dan work engagement, mungkin dapat Ed.). Boston, MA : Irwin.
melakukan penelitian yang lebih men- Khan, W.A., (1990). Psychological
dalam dengan mengkaji sumber daya ker- condition of personal engagement and
ja lain yang masih jarang atau belum di- disengagement at work. Journal of
teliti sebagai faktor yang dapat me- Vocational Behavior, 69, 222-235.
mengaruhi work engagement. Rich, Judith. (2006). The healing jurney
through job loss. New York : John
DAFTAR PUSTAKA Willey Sons, Inc.
Rigotti, T., Schyns, B. & Mohr, G. (2008).
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala A short version of the occupational
psikologi. Yogyakarta: Pustaka Be- self efficacy scale. Structural and
lajar. construct validity across five
Azwar, S. (2013). Reliabilitas dan countries. Journal of Career
validitas. Yogyakarta: Pustaka Pe- Assessment, 16, 238-255.
lajar. Robbins, S.P. (2003). Organizational
Bakker, A. B., & Demerouti, E. (2008). behaviour (10th ed). New Jersey :
Towards a model of work Pearson Educational International.
engagement. Career Development Rofiqkhurohman, Akhmad. (2014). Peran
International, 13(3), 209-223. sumberdaya kerja terhadap keter-
Bakker, A. B., & Leiter, M. P. (2010). ikatan kerja melalui efikasi diri pada
Work engagement : A handbook of guru SDIT (Islam Terpadu) di Ka-
essential theory and research (in bupaten Sleman-Yogyakarta. Skripsi
Japanese). Tokyo : Seiwa-shoten. (Tidak Diterbitkan). Universitas Islam
Bandura, A. (1997). Self efficacy in Negeri Sunan Kalijaga : Yogyakarta
changing societies. New York : Schaufeli, W.B., & Bakker, A. B. (2004).
Cambridge University Press. Job demands, job resources and their
Chalofsky, N. (2010). Meaningfil relationship with burnout and
workplaces reframing how and where engagement : A multi-sample study.
we work. United State of America : Journal of Organizational Behavior,
Jossey-Bass 25, 293-315.
Halungunan, Hadia. (2015). Pengaruh job Schaufeli, W.B., & Bakker, A.B. (2010).
insecurity terhadap occupational self Defining and measuring work
efficacy pada karyawan PT. Sandang engagement : bringing clarity to the
Asia Maju Abadi Semarang. Skripsi concept. Career Development
International Vol 14 No 6.

46 Wahyuni, Pengaruh Makna …


Schaufeli, W.B., Bakker, A. Salanova, M. terhadap dukungan organisasional
(2006). The measurement of work dengan keterikatan kerja pada guru.
engagement with short questionnaire : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
a multiple sample study. Journal of Surabaya, 2 (1).
Organizational Behavior Vol 25, Wedhawati, Gina., Arifin, Syamsul.,
293-515. Herawati., M. P. Sukardi. (1990).
Schaufeli, W.B., Salanova, M., Gonzales- Yang terpenting buat anda : para
Roma, V., Bakker, A. B. (2002). The pejabat, eksekutif, wartawan dan
measurement of engagement and dosen. Yogyakarta : Duta Wacana
burnout : A confirmative analytic University.
approach. Journal of Happiness Widianto, Didik. (2014). Profesi dosen.
Studies, 3, 71-92. Diakses tanggal 19 Oktober 2016
Schyns, B., & Sczesny, S. (2010). 2016 dari http://didik.blog.undip.
Leadership attributes valence in self- ac.id/2014/03/14/profesi-dosen/
concept and occupational self Wrezniewski, A.E., Dutton, J.E., Debebe,
efficacy. Career Development Inter- G. (1999). Interpersonal sense making
national, Vol. 15 Iss: 1, pp.78 – 92 and work of meaning. Research in
ISSN: 1362-0436. Organizational Behavior 25 (3), 93-
Steger, M., F., Dik, B., J., & Duffy, R., D. 125.
(2012). Measuring meaningful work: Xanthopoulou, D., Bakker, A.B., &
the work and meaning inventory Fishbach. (2013). Work engagement
(WAMI). Journal of Career among employees facing emotional
Assesment 00(0), 1-16. demands. Journal of Personnel
Tanudjaja, R. M. (2013). Hubungan antara Psychology Vol 12 (2) 74-84.
konflik keluarga-kerja, makna kerja
sebagai panggilan, dan persepsi

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 1 Juni 2017 47

Anda mungkin juga menyukai