APA Citation: Fitri, E. S. & Hakim, D. R. (2020). Optimalisasi Etos Kerja Guru SMK Jakarta Barat
Melalui Budaya Organisasi dan Kecerdasan Emosional. Equilibrium: Jurnal
Penelitian Pendidikan dan Ekonomi, 17(1), 35-43. DOI: 10.25134/equi.v17i01.
ABSTRACT
This study aims to analizing the effect of organization culture and emotional
intelligence of teachers on work ethic in vocational high school teacher at the west
Jakarta. Research method is quantitative with multiple regression. Research methode
is quantitative approach with regression analisys to proving the theory which is basis
of the research hypotesys. Collecting data method is used the questionnaire with
sample of 135 vocational teacher in public and private school of West Jakarta. Result
of this research indicate that organizational culture and emotional intelligence
significantly influencing the work ethic. Based on that result, vocational school
management shoud be able to build an effective organizational culture and provide
emotional spiritual questions (ESQ) training to the teacher in order to improve their
work ethic.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris terkait pengaruh budaya
organisasi dan kecerdasan emosional terhadap etos kerja guru SMK se-Kota Jakarta
Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif untuk
membuktikan teori yang menjadi dasar dalam hipotesis penelitian. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner dengan sampel sebanyak 135 guru
SMK baik itu negeri maupun swasta di Kota Jakarta Barat. Metode analisis data
dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
budaya organisasi dan kecerdasan emosional signifikan mempengaruhi etos kerja.
Berdasarkan hasil ini, saran yang dapat diberikan bagi manajemen SMK adalah agar
dapat membangun budaya organisasi yang efektif serta memberikan pembinaan
emotional spiritual questions (ESQ) kepada para guru dalam rangka meningkatkan
etos kerjanya.
35
Euis Nessia Fitri & Dani Rahman Hakim
Optimalisasi Etos Kerja Guru SMK Jakarta Barat Melalui Budaya Organisasi dan Kecerdasan Emosional
PENDAHULUAN
Pembangunan daya saing sumber tujuan sertifikasi guru adalah menjamin
daya manusia Indonesia sedang menjadi kompetensi guru. Etos kerja itu sendiri
fokus utama periode kedua pemerintahan merupakan seperangkat perilaku positif
Presiden Joko Widodo. Salah satunya yang berakar pada keyakinan yang disertai
adalah dengan mengarusutamakan oleh komitmen total atas suatu pekerjaan
pendidikan kejuruan. Upaya yang pada pada paradigme kerja integral
dilakukan dalam meningkatkan kualitas (Sinamo, 2011).
pendidikan kejuruan salah satunya adalah Dalam konteks kompetensi guru,
dengan meningkatkan kesejahteraan guru terdapat 6 aspek yang perlu terkandung
agar melalui sertifikasi agar memiliki dalam kompetensi guru yaitu pengetahuan,
kompetensi pedagogik, profesional, sosial, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap, dan
dan psikologis (Latiana, 2010). minat (Latiana, 2010). Dari aspek-aspek
Namun, meski telah banyak guru ini, dapat tergambar bahwa aspek nilai,
SMK yang disertifikasi, nyatanya kualitas sikap, dan minat berkaitan dengan etos
pelaksaaan pendidikan di SMK cenderung kerja guru. Alasannya, etos kerja guru
belum mengalami peningkatan yang merupakan suatu kondisi internalyang
berarti. Kementerian Pendidikan mengakui mendorong dan mengendalikan prilaku
bahwa kompetensi guru SMK hingga saat untuk mewujudkan kualitas kerja ideal
ini masih menjadi persoalan utama (Prasasti, 2017).
(antaranews.com). Bahkan, Presiden Joko Etos kerja berkaitan dengan suatu
Widodo menyayangkan bahwa mayoritas situasi atas keberadaan effort dalam kinerja
guru SMK adalah guru ‘normatif’, yaitu serta pekerjaan. Termasuk juga adanya
guru mata pelajaran seperti matematika, effort dalam konteks menjalani pendidikan
IPS, IPA, dan sebagainnya (detik finance). di dunia akademik. Dalam konsep kerja
Padahal harapannya, SMK diisi oleh modern, etos kerja mencerminkan suatu
mayoritas guru praktisi yang benar-benar refleksi ideal yang menggarisbawahi
kompeten dalam bidang teknis, misalnya pentingnya pekerjaan dalam kehidupan
seperti guru otomotif, guru praktisi guru seseorang serta konsisten dengan konsep
desain grafis, teknik mesin dan lainnya. nilai bekerja (Meriac, Slifka, & LaBat,
Begitupun halnya dengan kondisi 2015). Etos kerja ini dalam penelitian
guru SMK di Kota Jakarta Barat. (Meriac, Slifka, et al., 2015) dianggap
Meskipun berada di Ibu Kota, namun tidak secara signifikan dapat mempengaruhi
menjamin kompetensi gurunya sudah kepuasan kerja seseorang.
mumpuni. Kondisi ini salah satunya Etos kerja dapat diukur berdasarkan
dikarenakan semakin berkurangnya guru kemandirian, moralitas, kesenggangan,
SMK produktif. Di samping belum kerja keras, sentralitas kerja, keterbuangan
terjaminnya kompetensi, etos kerja guru waktu, dan keberadaan gratifikasi (Meriac,
SMK di Kota Jakarta Barat juga cenderung Slifka, et al., 2015). Pengukuran etos kerja
masih perlu ditingkatkan. Tidak sedikit tersebut dapat berbeda sesuai dengan jenis
guru yang kurang berdisiplin serta kurang pekerjaannya. Bagi para petani di negara
mampu berinovasi. Padahal, salah satu penganut ekonomi sosialis misalnya, etos
36
Equilibrium: Jurnal Penelitian Pendidikan dan Ekonomi p-ISSN 0216-5287, e-ISSN 2614-5839
Volume 17, Issue 1, Januari 2020 https://journal.uniku.ac.id/index.php/Equilibrium
kerja diukur melalui 8 komponen antara mendapatkan apresiasi tentu akan terbuka
lain better person, waste, responsibility, lebar.
forget job, enjoy, relax, dan easy way (Linz Penilaian atas etos kerja secara
& Luke Chu, 2013). Dalam penelitian signifikan berhubungan dengan intensitas
(Linz & Luke Chu, 2013) ini dijelaskan tugas dan moralitas (Meriac, Thomas, &
bahwa petani yang memiliki etos kerja Milunski, 2015). Hasil ini
lebih tinggi relatif memiliki penghasilan mengindikasikan bahwa ketika dihadapkan
yang lebih tinggi juga. pada situasi yang tidak tersupervisi, orang
Sementara bagi guru, memang yang memiliki etos kerja yang baik
belum dapat ditemukan riset yang biasanya dapat lebih bertanggungjawab
membuktikan etos kerja dapat untuk menyelesaikan kuantitas tugasnya
meningkatkan penghasilannya. Hal ini dengan lebih efektif. Semakin tinggi etos
karena kebanyakan riset tentang etos kerja kerja seseorang, intensitas penyelesaian
guru menjelaskan bahwa tingkat tugas-tugas dalam pekerjaan relatif
penghasilan atau pendapatan lah yang semakin tinggi.
mempengaruhi etos kerja. Misalnya dalam Adapun dalam penelitian (Wiratama,
penelitian (Kurniawati, n.d.) yang berhasil Yudana, & Candiasa, 2013) dijelaskan
membuktikan bahwa tingkat kesejahteraan bahwa ada kontribusi yang signifikan
seorang guru dapat mempengaruhi etos antara etos kerja guru dengan kinerjanya.
kerjanya. Pengukuran etos kerja guru dapat Bahkan, dalam penelitian (Aulia &
dilakukan dengan indikator seperti Widodo, 2013) dinyatakan bahwa etos
ketulusan, tanggungjawab, integritas, kerja guru terbukti secara empiris
aktualisasi diri, keyakinan kerja adalah berpengaruh terhadap kompetensi
ibadah, kerja adalah seni, kerja adalah profesional guru. Berdasarkan hal ini,
kehormatan, dan pelayanan (Sinamo, dapat dipahami bahwa etos kerja guru
2011). dapat meningkatkan kompetensi guru
Lebih dari itu, etos kerja dapat secara berkelanjutan.
mempengaruhi kinerja seorang guru. Berdasarkan hal itu, etos kerja masih
Dalam penelitian (Husni, 2014) misalnya, menjadi aspek yang penting untuk diteliti.
etos kerja guru terbukti secara empiris Etos kerja itu sendiri, terbukti dipengaruhi
berhubungan erat dengan kinerja. oleh budaya organisasi (Prasetyanto,
Begitupun halnya dalam penelitian (I 2014). Selain etos kerja, berdasarkan
Made Putra, Nyoman Dantes, 2014) yang penelitian (Hakim & Suhendar, 2019)
juga membuktikan bahwa terdapat budaya organisasi terbukti berpengaruh
kontribusi yang signifikan dari etos kerja terhadap efektivitas kerja pegawai. Kondisi
terhadap kinerja seorang guru. Semakin ini menunjukan bahwa budaya organisasi
tinggi etos kerja, maka kinerjanya akan dapat menjadi variabel yang tepat dalam
semakin tinggi. Begitupun sebaliknya, mewujudkan kinerja yang efektif suatu
kinerja guru yang baik menunjukan bahwa organisasi baik itu instansi pemerintahan
etos kerja guru yang sama baiknya. maupun sekolah.
Apabila kinerjanya tinggi, peluang maka Budaya organisasi merupakan suatu
kemungkinan untuk berprestasi dan sistem keyakinan, nilai dan norma yang
37
Euis Nessia Fitri & Dani Rahman Hakim
Optimalisasi Etos Kerja Guru SMK Jakarta Barat Melalui Budaya Organisasi dan Kecerdasan Emosional
ada dan terbangun dalam suatu organisasi. berlaku. Atas dasar itu, budaya organisasi
Sistem itu menjadi semacam pedoman saja dianggap tidak cukup untuk
tingkah laku anggota organsasi tersebut. membangun etos kerja.
Menurut (Hoy,W.K. & Miskel, 2013) Selain dipengaruhi oleh budaya
budaya organisasi merupakan suatu sistem organisasi, dalam beberapa penelitian
sharing orientasi yang menyatukan setiap dijelaskan bahwa etos kerja juga
unit dalam organisasi sehingga membuat dipengaruhi oleh kecerdasan emosional.
organisasi tersebut memiliki identitas. Misalnya seperti penelitian (Fadhilah,
Berdasarkan hal ini, budaya organisasi di 2017), (Novian, 2018), (Agustina, 2019),
setiap organisasi dapat berbeda atau dan masih banyak lagi. Menurut
memiliki identitas yang unik. (Sastrawinata, 2011) kecerdasan emosional
Suatu organisasi yang dibangun di atau emotional questions merupakan
atas budaya yang positif, cenderung dapat kemampuan mengungkapkan perasaan,
lebih efektif dalam mencapai tujuan. kesadaran, dan pemahaman tentang emosi
Dalam penelitian (Mohammadi, Yeganeh, serta kemampuan mengatur dan
& Rad, 2010) disebutkan bahwa anggota mengendalikannya. Unsur-unsur yang
organisasi yang telah mengenali budaya membangun kecerdasan emosional itu
organisasinya cenderung lebih efektif sendiri antara lain memahami emosi
dalam menjalankan tanggungjawabnya. sendiri, mampu mengelola emosi sendiri,
Atas dasar itu, mempelajari budaya memotivasi diri sendiri, memahami emosi
organisasi menjadi penting karena tingkat orang lain serta mampu membina
pembelajaran atas budaya organisasi hubungan sosial.
terbukti mempengaruhi kinerja organisasi Dimensi-dimensi yang dapat
dan inovasi organisasi (Hussein, Omar, digunakan untuk mengukur kecerdasan
Noordin, & Ishak, 2016). emosional antara lain pengenalan diri,
Budaya organisasi juga berhubungan pengendalian diri, motivasi diri, empati,
dengan kreatifitas (Mohammadi et al., dan keterampilan sosial (Goleman, 2007).
2010). Kreatifitas meskipun bukan Pengenalan diri maksudnya memahami
merupakan bagian dari dimensi etos kerja, bagaimana potensi diri, posisi yang sedang
tetapi dapat menjadi pemicu meningkatnya ditempati, serta tugas pokok dan fungsi
etos kerja. Sebab, orang yang kreatif dalam yang harus dijalani. Pengendalian diri
bekerja cenderung akan menyelesaikan maksudnya adalah kemampuan seseorang
pekerjaan dengan efektif dan efisien mengelola emosi, motivasi diri dipahami
sehingga kepuasan kerjanya juga sebagai suatu dorongan intrinsik untuk
cenderung baik. Kepuasan kerja inilah meningkatkan kinerja, empati yakni
yang dapat menumbuhkan etos kerja. kemauan untuk peduli terhadap orang lain,
Namun demikian, budaya organisasi serta keterampilan sosial adalah
yang baik sekalipun tidak dapat terhindar kemampuan untuk berkomunikasi, bergaul,
oleh prilaku kurang baik dari oknum. dan beradaptasi dengan lingkungan.
Dalam setiap organisasi pasti ada oknum
yang bertindak bukan sesuai dengan
norma, etika, dan budaya organisasi yang
38
Equilibrium: Jurnal Penelitian Pendidikan dan Ekonomi p-ISSN 0216-5287, e-ISSN 2614-5839
Volume 17, Issue 1, Januari 2020 https://journal.uniku.ac.id/index.php/Equilibrium
39
Euis Nessia Fitri & Dani Rahman Hakim
Optimalisasi Etos Kerja Guru SMK Jakarta Barat Melalui Budaya Organisasi dan Kecerdasan Emosional
40
Equilibrium: Jurnal Penelitian Pendidikan dan Ekonomi p-ISSN 0216-5287, e-ISSN 2614-5839
Volume 17, Issue 1, Januari 2020 https://journal.uniku.ac.id/index.php/Equilibrium
41
Euis Nessia Fitri & Dani Rahman Hakim
Optimalisasi Etos Kerja Guru SMK Jakarta Barat Melalui Budaya Organisasi dan Kecerdasan Emosional
DAFTAR PUSTAKA
42
Equilibrium: Jurnal Penelitian Pendidikan dan Ekonomi p-ISSN 0216-5287, e-ISSN 2614-5839
Volume 17, Issue 1, Januari 2020 https://journal.uniku.ac.id/index.php/Equilibrium
Bussan Auto Finance Medan. Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 2(031), 130.
Prasasti, S. (2017). Etos Kerja dan Profesionalisme Guru. Jurnal Ilmiah PENJAS, 3(2), 74–
89. https://doi.org/2442-3874
Prasetyanto, W. E. (2014). Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi,
Kepuasan Kerja Dan Motivasi Terhadap Etos Kerja Guru Pegawai Negeri Sipil Di
Daerah Istimewa Yogyakarta. II(2), 30–40.
Sastrawinata, H. (2011). Pengaruh Kesadaran Diri, Pengaturan Diri, Motivasi, Empati, Dan
Keterampilan Sosial Terhadap Kinerja Auditor Pada Kap Di Kota Palembang. Sosialita.
Sinamo, J. (2011). Delapan Etos Kerja Profesional. Jakarta: Institut Mahardika.
Wiratama, A., Yudana, M., & Candiasa. (2013). Kontribusi Sikap Profesional, Etos Kerja dan
Iklim Kerja terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kecamatan Tampaksiring. E-Journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi
Pendidikan, 4.
43