Anda di halaman 1dari 3

Yth. Tutor Bapak Dr. Ikhwan HS, SE, MM, M.

Si

Berikut jawaban diskusi 2 saya.

Menurut teori Kurt Lewin, perilaku merupakan hasil interaksi antara diri orang/individu (person)
dengan lingkungan (environment). Sedangkan perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk
interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam
organisasi, semuanya akan berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya ditentukan oleh
masing-masing lingkungannya yang memang berbeda. Menurut Bimo Walgito (2003) berpendapat
bahwa sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau
perbuatan orang yang bersangkutan. Sementara sikap pada umumnya mengandung tiga komponen
yang membentuk struktur sikap, yaitu: komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.
Menurut Prof. Dr. Johanes Basuki, M.Psi (2015), terdapat 3 (tiga) aspek pembentuk perilaku
manusia, yaitu
- Teori Genetik, teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia sudah terbentuk dari awal
pembentukan manusia (janin dalam kandungan). Teori ini menyatakan bahwa perilaku
manusia tersebut sudah merupakan bawaan lahir, saat manusia itu dikandung oleh seorang
ibu. Dalam kandungan seorang ibu, perilaku manusia (anak) tersebut sudah dibentuk.
- Teori Sosial, teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia terbentuk melalui pengaruh dari
lingkungan tempat beradanya manusia tersebut. Lingkungan ini meliputi keluarga (orang
tua, saudara dan sanak saudara), sekolah (guru dan teman sejawat), lingkungan (tetangga),
organisasi (tempat bekerja) dan sebagainya.
- Teori Campuran, sedangkan teori ini merupakan gabungan dari teori genetik dan teori sosial.
Yaitu perilaku manusia terbentuk sejak manusia itu di dalam kandungan seorang ibu,
kemudian berkembang dan dipengaruhi oleh lingkungan tempat manusia tersebut berada.

Dalam mengelola organisasi, seorang pemimpin atau manager harus memahami perilaku kelompok
sebagai landasan untuk mengelola orang-orang yang ada di dalamnya. Masalah perilaku individu
maupun kelompok merupakan salah satu masalah yang akan selalu dihadapi oleh semua manajer di
berbagai organisasi, oleh karena itu perlu sekali mempelajari dan memahami agar tujuan organisasi
dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Yang perlu dilakukan oleh manajer dalam upaya meningkatkan efektifitas kerja karyawan sesuai
dengan perilaku masing – masing yaitu:

- Menetapkan SOP dengan jelas


SOP sangat penting karena dapat menjadi acuan bagi karyawan untuk mengerjakan suatu
pekerjaan. Memberikan pola bagaimana suatu pekerjaan tersebut harus dikerjakan mulai
dari awal hingga akhir.
- Mempertahankan tujuan yang jelas dan terfokus
Seorang karyawan tidak akan dapat bekerja dengan efisien jika tidak mengerti tujuan yang
jelas dan terfokus dari organisasi / perusahaan. Tujuan harus didefinisikan dengan jelas agar
dapat dicapai
- Menciptakan lingkungan kerja yang baik
Lingkungan kerja berupa fasilitas kerja, suasana kerja, kenyamanan ruangan dan lainnya
merupakan faktor penting agar para karyawan dapat merasa nyaman selama bekerja
sehingga berpengaruh baik terhadap performa mereka. Tak hanya dari segi fasilitas,
komunikasi yang baik juga merupakan salah satu faktor pembentuk lingkungan kerja yang
kondusif dan nyaman untuk karyawan.
- Mencocokkan tugas dan ketrampilan
Mengenal keterampilan dan perilaku karyawan sangat penting untuk memaksimalkan
efisiensi. Sebagai contoh, seorang pemikir yang ekstrovert, kreatif dan out of the box
mungkin adalah orang yang hebat untuk berkomunikasi dengan klien, namun mereka
mungkin akan kesulitan jika mereka diberi tugas yang lebih rinci dan berorientasi pada
ketelitian.
- Memberikan pelatihan
Memberikan pelatihan dan training dapat membantu meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan karyawan dalam bekerja. Pelatihan SDM yang andal merupakan kunci tingginya
produktivitas perusahaan.
- Memberikan apresiasi kepada karyawan berprestasi
Setiap karyawan pasti senang bila hasil kerjanya dihargai dan mendapatkan apresiasi.

Referensi:
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi sosial suatu pengantar, ANDI. Yogyakarta.
Basuki, Johanes. 2018. Administrasi Publik : Telaah Teoritis dan Empiris. Depok: RAJAWALIPERS.

1. Bagimana hubungan antara mengelola prilaku individu di kantor dengan kinerja organisasi :
bisa merujuk beberapa peenlitian?

Manajemen yang mengelola perilaku individu di kantor dapat memiliki dampak yang signifikan
terhadap kinerja organisasi. Individu yang memiliki perilaku yang positif dan produktif, seperti kerja
keras, kolaboratif, dan inisiatif, cenderung memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap tujuan
organisasi. Sedangkan perilaku yang tidak produktif, seperti sikap malas, kurang motivasi, dan
konflik antar kolega, dapat menghambat kinerja organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu,
mengelola perilaku individu yang positif dan meminimalkan perilaku yang tidak produktif dapat
membantu meningkatkan kinerja organisasi.
Penelitian yang menunjukkan hubungan antara mengelola perilaku individu di kantor dengan kinerja
organisasi :
- Penelitian oleh Robbins dan Judge (2013) menunjukkan bahwa mengelola perilaku individu di
kantor, termasuk motivasi, kepribadian, dan stres, dapat mempengaruhi kinerja individu dan
organisasi.
- Penelitian oleh Bakker dan Demerouti (2008) menemukan bahwa manajemen yang mempromosikan
kebahagiaan dan kesejahteraan karyawan memiliki dampak positif pada kinerja organisasi.

Selamat malam bapak tutor, sebelumnya terimakasih atas tanggapan yang diberikan untuk jawaban
diskusi 2 saya sebelumnya.
Menurut pendapat saya, hubungan antara mengelola perilaku individu di kantor dengan kinerja
organisasi memiliki kaitan yang erat dan penting untuk suatu organisasi kerjakan yaitu bagaimana
organisasi dapat membangun budaya perilaku kerja yang positif. Karena Ketika suatu organisasi di isi
oleh SDM yang memiliki perilaku – perilaku kerja maupun sikap yang positif, maka begitupun dengan
kinerja individu tersebut yang pada akhirnya akan memberikan dampak yang baik untuk organisasi.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Robbins (2007) Setiap karyawan yang memiliki struktur kerja dan
merasakan kepuasan dalam bekerja akan menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk bertindak
mencapai prestasi kerja yang lebih tinggi. Seseorang dengan tingkat struktur kerja tinggi serta
memiliki rasa kepuasan dalam kerja yang tinggi akan mempunyai sikap yang positif terhadap
pekerjaan dan organisasinya. Selain struktur kerja, maka karakteristik individu juga sebagai faktor
yang ditemukan secara konsisten dalam pencapaian kinerja individu yang berpengaruh terhadap
kinerja organisasi. Karakteristik pekerjaan setiap individu merupakan upaya mengidentifikasi
karakteristik tugas dari pekerjaan, bagaimana karakteristik itu digabung untuk membentuk
pekerjaan-pekerjaan yang berbeda, dan hubungannya dengan motivasi, kepuasan dan kinerja
karyawan. Jadi karakteristik pekerjaan individu mampu mempengaruhi hasil kerja karyawan terhadap
perusahaan. Pekerjaan yang memiliki otonomi akan memberikan kepada pemangku jabatan suatu
perasaan tanggung jawab pribadi dan jika suatu pekerjaan memberikan umpan balik maka karyawan
akan mengetahui seberapa efektif dia bekerja untuk perusahaan / organisasi. (Robbins, 2007).

Referensi:

Robbins Stephen P, 2007 Perilaku Organisasi. Edisi Enam Belas, Jakarta: PT Salemba Empat

Fried, Y. & Ferris, G.R. (2008). The Validity of the Job Characteristics Model: A Review and Meta-
Analysis. Personnel Psychology.

Anda mungkin juga menyukai