Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH SIKAP KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI

TERHADAP KINERJA DENGAN MOTIVASI KERJA


SEBAGAI VARIABEL PEMODERATING
(STUDI EMPIRIS DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR)

Wa Ode Rayyani*)
Jurusan Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Makassar
E-mail: waode.rayyani@unismuh.ac.id

Abstrak
Penelitian ini berangkat dari besarnya tuntutan atas kinerja, dimana universitas diharapkan
mampu menghasilkan output dari kinerja yang berkualitas. Karena itu, penelitian ini ditujukan
untuk memaparkan mengenai seberapa besar pengaruh sikap kerja dan budaya kerja terhadap
kinerja dengan dimoderasi oleh variabel motivasi. Penelitian ini merupakan studi empiris yang
dilakukan di Universitas Muhammadiyah Makassar.Adapun pengumpulan data menggunakan
metode survey melalui kuesioner yang ditujukan kepada dosen/karyawan Universitas
Muhammadiyah Makassar sebanyak 60 orang yang dipilih secara purpossive sampling.Metode
analisis yang digunakan adalah Multiple MRA (Moderated Regression Analysis).Hipotesis yang
diajukan didasarkan pada dugaan mengenai adanya pengaruh sikap kerja dan budaya organisasi
terhadap kinerja perguruan tinggi dengan dimoderasi oleh variabel motivasi.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap kerja dan budaya organisasi
terhadap kinerja. Keberadaan variabel moderasi yakni variabel motivasi semakin menguatkan
interaksi pengaruh variabel sikap kerja terhadap kinerja, maupun interaksi pengaruh variabel
budaya organisasi terhadap kinerja.

Kata Kunci: Sikap kerja, budaya organisasi, kinerja


Abstract
This research departs from the large demands for performance, where universities are expected to
be able to produce output from quality performance. Therefore, this study is intended to describe
the influence of work attitudes and work culture on performance by being moderated by
motivational variables. This research is an empirical study conducted at the Muhammadiyah
University of Makassar. As for data collection using survey methods through questionnaires
aimed at Muhammadiyah University Makassar lecturers / employees as many as 60 people were
selected by purposive sampling. The analytical method used is Multiple MRA (Moderated
Regression Analysis). The hypothesis proposed is based on the expectation of the influence of
work attitudes and organizational culture on the performance of higher education by being
moderated by motivational variables. The results of the study indicate that there is a significant
influence between work attitudes and organizational culture on performance. The existence of the
moderating variable namely the motivation variable further strengthens the interaction of the
influence of work attitude variables on performance, as well as the interaction of the influence of
organizational culture variables on performance.

Keywords: Work attitude, organizational culture, performance

PENDAHULUAN karena itu sikap kerjanya pun tidaklah


Sikap kerja merupakan perilaku yang sama. Prinsip-prinsip dasar dalam
ditunjukkan oleh anggota organisasi baik memahami sifat/perilaku manusia dikemukakan
secara individu ataupun secara kelompok oleh Frederick Winslow Taylor sebagai
dalam melaksanakan pekerjaannya. Perilaku berikut: (1) bahwa setiap manusia berbeda
memusatkan perhatiannya pada tingkah perilakunya, karena didasari oleh latar
laku manusia dalam suatu organisasi. belakang kemampuan yang tidak sama, (2)
Dalam memahami perilaku manusia setiap orang mempunyai kebutuhan yang
didasarkan pada asumsi bahwa setiap berbeda, (3) orang berpikir tentang masa
manusia memiliki perilaku yang berbeda,
63
depan, dan membuat pilihan tentang bagaimana Sikap kerja berkaitan erat dengan
bertindak (Taylor, 1914). budaya organisasi. Budaya kerja yang
Sikap kerja menjelaskan berbagai sudah terbentuk dan menjadi suatu sistem
perasaan positif maupun negatif atau yang kuat dalam organisasi akan
keadaan mental yang selalu disiapkan,dipelajari mempengaruhi kinerja organisasi berdasarkan
dan diatur melalui pengalaman yang budaya yang sudah terbentuk (Hutomo &
memberikan pengaruh khusus pada Taufik, 2015). Budaya organisasi yang
respons seseorang terhadap orang lain, terbangun memberikan nuansa yang berbeda
objek ataupun keadaan (Gibson, 1985). untuk setiap setiap entitas. Khususnya di
Jika sistem kerja adalah jasadnya, maka Unismuh Makassar, budaya organisasi
sikap kerja adalah ruh nya. Sikap merupakan yang terbangun adalah budaya organisasi
determinan perilaku karena sikap berkaitan dengan nafas dan nilai-nilai Muhammadiyah.
dengan persepsi, kepribadian dan motivasi Mengingat Unismuh Makassar adalah
(Umam, 2012). Pernyataan ini sejalan salah satu dari Amal Usaha Persyarikatan
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Muhammadiyah, tentu saja didalam
Osada (2000) bahwa sikap kerja adalah membangun budaya organisasinya tidak
tindakan yang akan diambil karyawan dan lepas dari nilai-nilai Persyarikatan
segala sesuatu yang harus dilakukan Muhammadiyah yang menaunginya.
karyawan tersebut yang hasilnya sebanding Penelitian mengenai pengaruh budaya
dengan usaha yang dilakukan. organisasi terhadap kinerja sudah banyak
Beberapa pernyataan di atas mengantarkan dilakukan. Diantaranya penelitian yang
kita pada sebuah pemahaman bahwa sikap dilakukan oleh Ogbonna & Harris (2000);
kerja membentuk budaya kerja. Sikap kerja Hutomo & Taufik (2015); Suriyani &
anggota organisasi merupakan suatu Setiawan (2015) yang menyimpulkan
keyakinan, sikap dan nilai yang kemudian bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
timbul menjadi sebuah budaya yang komponen budaya organisasi dengan
disepakati bersama dalam organisasi. kinerja.
Karena itu, setiap organisasi memiliki Keberhasilan kinerja sebuah perguruan
budaya kerja yang berbeda-beda, tergantung pada tinggi, ditunjukkan salah satunya dengan
sistem makna dan keyakinan yang dianut kualitas output dan peningkatan mutu
oleh para anggota organisasi. institusi. Output perguruan tinggi bukan
Budaya organisasi dilihat dari aspek hanya menghasilkan luaran mahasiswa
perilaku baik individu maupun kelompok yang berkualitas saja, namun juga produksi
yang saling bekerjasama untuk mencapai penelitian ilmiah mahasiswa maupun
tujuan organisasi. hal tersebut sejalan dosen, pengabdian kepada masyarakat, dan
dengan definisi berikut mengenai budaya luaran lainnya yang dapat dirasakan
organisasi, bahwa budaya organisasi manfaatnya oleh masyarakat. Kualitas
merupakan nilai-nilai, keyakinan dan output dan mutu institusi tidak terlepas dari
prinsip-prinsip dasar yang merupakan kinerja perguruan tinggi dalam upayanya
landasan bagi sistem dan praktik-praktik mewujudkan tujuan organisasi. Kinerja
manajemen serta perilaku yang meningkatkan yang baik, diwujudkan salah satunya
dan menguatkan prinsip-prinsip tersebut. dengan sikap kerja yang baik para anggota
Nilai, keyakinan dan prinsip tersbeut organisasi sehingga menciptakan budaya
selanjutnya akan diwariskan kepada kerja yang baik pula. Sikap kerja yang
anggota-anggota baru sebagai cara yang positif dan budaya kerja yang nyaman
tepat untuk memahami, memikirkan dan diyakini menjadi salah satu tolok ukur
merasakan masalah-masalah eksternal kinerja yang baik (Suryani dan Setiawan,
maupun internal (Drucker, 1999; Robbins, 2015; Samsuri dan Purwanto, 2017).
2002; Denison, 2010). Peningkatan kinerja tentu saja tidak
lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya,
64
seperti sikap kerja, budaya kerja dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya.
motivasi karyawan atas pekerjaan itu Pendapat ini sejalan dengan pernyataan
sendiri. Berdasarkan latar belakang Judge (2012) dalam pernyataannya bahwa
tersebut, rumusan masalah yang dapat sikap kerja adalah evaluasi pekerjaan
disusun adalah sebagai berikut : seseorang yang mengekspresikan
1. Apakah sikap kerja berpengaruh perasaannya terhadap pekerjaannya. Demikian
signifikan terhadap kinerja karyawan? juga Luthans (2011) mendefinisikan sikap
2. Apakah budaya organisasi berpengaruh kerja sebagai keadaan emosional yang
signifikan terhadap kinerja. menyenangkan atau positif yang dihasilkan
3. Apakah sikap kerja dengan dari penilaiannya terhadap pekerjaannya.
dimoderasi oleh motivasi kerja
berpengaruh signifikan terhadap Budaya Organisasi
kinerja organisasi. Menurut Porter (2008) budaya adalah
4. Apakah budaya organisasi dengan sarana untuk mencapai keunggulan yang
dimoderasi oleh motivasi kerja kompetitif dan bukan merupakan
berpengaruh signifikan terhadap tujuan.Budaya organisasi merupakan nilai-
kinerja organisasi. nilai atau kepercayaan yang dipegang dan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : diyakini didalam sebuah organisasi
1. Untuk memberikan bukti empiris didalam mencapai tujuannya. Nilai dan
mengenai pengaruh sikap kerja kepercayaan tersebut memberikan pandangan dan
terhadap kinerja karyawan. sikap yang sama bagi sebagian besar atau
2. Untuk memberikan bukti empiris bahkan seluruh anggota organisasi dalam
mengenai pengaruh budaya organisasi melihat suatu fenomena/kejadian. Nilai
terhadap kinerja. dan kepercayaan ini juga membentuk sikap
3. Untuk memberikan bukti empiris para anggota dalam berkinerja didalam
mengenai pengaruh sikap kerja organisasi. Di Unismuh Makassar, nilai-
terhadap kinerja dengan dimoderasi nilai Muhammadiyah merupakan nilai
oeh variabel motivasi. yang dipegang teguh oleh anggota institusi.
4. Untuk memberikan bukti empiris Nilai-nilai Muhammadiyah menjadi
mengenai pengaruh budaya organisasi proggramed way of seeing anggota
terhadap kinerja dengan dimoderasi institusi dalam melakukan aktivitas
oeh variabel motivasi. kerjanya. Diantaranya adalah nilai-nilai
“bekerja adalah ibadah”, atau “hidup
KAJIAN PUSTAKA hidupilah Muhammadiyah dan jangan
Sikap Kerja mencari hidup di Muhammadiyah”, dan
Sikap kerja merupakan koleksi masih banyak lagi. Budaya organisasi yang
perasaan, keyakinan dan pikiran tentang dijunjung tinggi di Unismuh Makassar
bagaimana seorang berperilaku dalam adalah integritas, profesional dan
melakukan pekerjaannya didalam suatu entrepreneurship, dengan berlandaskan
organisasi (Jones, 2012). Pernyataan ini pada nilai Islam yaitu komitmen,
senada dengan apa yang dikemukakan oleh tanggungjawab, keteladanan, profesionalisme,
Mocci (2010) yang mengatakan bahwa integritas dan disipilin.
sikap kerja adalah perasaan seseorang Stoner & Freeman (1989) memberikan
kepada aspek yang berbeda dari definisi terkait budaya bahwa budaya
lingkungan kerja. organisasi merupakan suatu cognitive
Dapat dikatakan bahwa sikap kerja framework yang meliputi sikap, nilai-nilai,
adalah gambaran perasaan seseorang norma perilaku dan harapan-harapan yang
terhadap pekerjaan yang dilakukannya disumbangkan oleh anggota organisasi.
dalam suatu organisasi yang tercermin Budaya organisasi memiliki pengaruh
lewat perilaku yang ditunjukkannya dalam terhadap kinerja, dimana semakin kuat
65
sebuah organisasi memegang nilai-nilai sebagai pengguna output perguruan tinggi
organisasi yang membentuk budaya juga tidak bisa dikesampingkan begitu
organisasinya maka semakin tinggi pula saja. Demikian juga tuntutan mahasiswa
kinerja yang di hasilkan.Hal ini dibuktikan itu sendiri sebagai bagian dari institusi
oleh penelitian Taurisa & Ratnawati perguruan tinggi, yakni mendapatkan
(2012) dengan hasil penelitiannya yang pengajaran yang berkualitas, memperoleh
membuktikan bahwa terdapat pengaruh pelayanan yang baik dan penyempurnaan
yang searah antara budaya organisasi dan fasilitas belajar mengajar yang memadai,
kinerja karyawan. yang didukung oleh tersedianya penunjang
pembelajaran baik di kelas maupun diluar
Kinerja kelas.Institusi perguruan tinggi diharapkan
Masalah utama yang dihadapi oleh mampu menjawab tantangan dan tuntutan
Institusi Perguruan Tinggi saat ini adalah yang sedemikian ini, karenanya upaya-
bagaimana menghasilkan output yang upaya dalam usaha meningkatkan kinerja
berkualitas, (Suryani & Setiawan, 2015; perguruan tinggi merupakan sebuah
Sudaryo, 2015; Rayyani, 2016). Output keniscayaan.
perguruan tinggi yang berkualitas bukan Kinerja merupakan suatu yang lazim
hanya pada level bagaimana menghasilkan digunakan untuk memantau produktivitas
mahasiswa keluaran (lulusan) yang kerja sumber daya manusia, baik yang
berkualitas pada bidangnya masing-masing, berorientasi pada produksi barang, jasa
namun juga pada upaya peningkatan kinerja maupun pelayanan (Umam, 2012). Kinerja
dosen dan karyawannya. Kinerja dosen menggambarkan bagaimana organisasi
dalam hal memberikan pengajaran yang menjadi efektif dan menunjukkan tingkat
berkualitas di kelas, menghasilkan karya produktivitas output yang diperoleh
ilmiah, serta melakukan pengabdian melalui pengelolaan sumberdaya yang
masyarakat.Demikian juga kinerja dimiliki organisasi (Griffin, 2003).
karyawan dalam menyiapkan fasilitas Menurut Gibson (1985), ada tiga faktor
pendukung untuk berjalannya kegiatan yang berpengaruh pada kinerja, yaitu :
atau aktivitas didalam sebuah institusi a. Faktor Individu : kemampuan, keterampilan,
pendidikan tinggi. Menurut Griffin (2003), latarbelakang keluarga, pengalaman
kinerja menggambarkan bagaimana organisasi kerja, tingkat sosial dan demografi
menjadi efektif dan menunjukkan tingkat seseorang.
produktivitas outputnya yang diperoleh b. Faktor Psikologi : persepsi, peran, sikap,
melalui pengelolaan sumber daya yang kepribadian, motivasi, dan kepuasan kerja.
dimiliki oleh organisasi. Peningkatan c. Faktor Organisasi : struktur organisasi,
kinerja perguruan tinggi merupakan salah desain pekerjaan, budaya organisasi,
satu cara (jika tidak bisa dikatakan satu- kepemimpinan, sistem penghargaan
satunya) untuk mencapai kualitas output (reward).
yang diharapkan. Pencapaian nilai Dimensi yang dijelaskan di dalam
akreditasi terbaik hanyalah sebuah tiga faktor yang berpengaruh pada kinerja
konsekuensi logis dari pencapaian kinerja seperti yang diuraikan oleh Gibson (1985)
perguruan tinggi yang maksimal. di atas dapat digunakan sebagai tolok ukut
Selain tantangan yang disebutkan di dalam menilai kinerja, untuk mengukur
atas, institusi perguruan tinggi juga sejauh mana kinerja karyawan dalam suatu
menghadapi beberapa tantangan besar, organisasi. Menurut Gibson (1985), faktor
diantaranya adalah trend globalisasi, yang mempengaruhi kinerja diantaranya
tantangan ekonomi baru dan adalah sikap kerja dan budaya organisasi.
perkembangan teknologi informasi dalam Aniek (2005) menjelaskan sikap kerja
upaya peningkatan kinerjanya, (Karpagam sebagai kecenderungan pikiran dan
& Suganthi 2010). Tuntutan masyarakat perasaan puas atau tidak puas terhadap
66
pekerjaan. Indikasi karyawan yang merasa menggunakan MRA dengan dua variabel
puas pada pekerjaannya akan bekerja prediktor (x).
keras, jujur, tidak malas dan ikut memajukan
organisasi. Sebaliknya, karyawan yang tidak C. Kerangka Konsep dan Hipotesis
puas pada pekerjaannya akan bekerja Faktor yang mempengaruhi kinerja
seenaknya, bekerja kalau ada pengawasan, antara lain adalah sikap kerja dan budaya
tidak jujur, yang akhirnya merugikan organisasi. Beberapa penelitian berikut
perusahaan. diantaranya Samsuri & Purwanto (2017)
yang menggunakan dimensi sikap kerja
Motivasi Kerja dan budaya organisasi untuk mengukur
Wexley & Yukl (2005) memberikan kinerja.Kemudian juga Suryani dan
batasan mengenai motivasi sebagai sebuah Setiawan (2015) yang menggunakan
proses perilaku individu dalam mencapai dimensi budaya dan kepuasan kerja untuk
tujuannya. Motivasi merupakan dorongan mengukur kinerja.Selanjutnya penelitian
seseorang untuk melakukan atau tidak yang dilakukan oleh Sunarno & Liana,
melakukan sesuatu untuk dikerjakan.Ruth (2015) yang menggunakan dimensi sikap
(2009) mengatakan bahwa motivasi adalah kerja serta budaya organisasi dalam
kekuatan psikologi yang menentukan arah mengukur kinerja, dimana dimensi
dari tingkat usaha seseorang dan tingkat kepuasan kinerja sebagai variabel
persistensi seseorang didalam menghadapi pemediasi.
rintangan. Motivasi memberikan Dari beberapa hasil penelitian diatas,
rangsangan kepada seseorang untuk maka bagan kerangka konsep secara
melakukan pekerjaannya dengan baik. skematis dapat digambarkan sebagai
Kesimpulan yang dapat berikan berikut:
mengenai motivasi kerja adalah sesuatu
yang memberikan energi, semangat Gambar 1. Kerangka Teoritis
ataupun dorongan untuk bekerja. Pada
penelitian ini motivasi menjadi variabel
moderasi seberapa besarkah sikap kerja
SIKAP H
dan budaya organisasi mempengaruhi KERJA
kinerja. (X1)
H
METODE PENELITIAN
Kuesioner digunakan untuk MOTIVA
mengumpulkan data yang diperlukan dalam SI KINERJA
KERJA (Y)
penelitian. Kuesioner diberikan kepada 60 (M)
responden yang merupakan dosen dan
karyawan Universitas Muhammadiyah
Makassar, dimana pengambilan sampel H
BUDAYA
dilakukan secara purpossive sampling. ORGANISASI
Metode analisis data yang digunakan (X2) H
adalah uji validitas dan reliabilitas, uji
asumsi klasik, dan uji hipotesis dengan
menggunakan metode Multiple MRA
(Moderated Regression Analysis). Pengaruh Sikap Kerja terhadap Kinerja
Metode Mutiple MRA ini menggunakan Berdasarkan uraian di atas mengenai
pendekatan analitik yang mempertahankan fungsisikap kerja terhadap kinerja, maka
integritas sampel dan memberikan dasar dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
untuk mengontrol pengaruh variabel H1 : sikap kerja berpengaruh positif
moderator (Ghozali, 2002). Penelitian ini terhadap kinerja.
67
Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Tabel 1. Interval Kelas
Kinerja Penilaian
Variabel budaya organisasi menjelaskan untuk setiap
bahwa semakin rendah budaya yang Interval variabel
tercermin dari permusuhan dan jarak Sangat Rendah
manajemen, semakin mendorong peningkatan 1,00 – 1,85
Sekali
kinerja. Untuk itu, hipotesis yang diajukan 1,86 – 2,70 Rendah Sekali
adalah hipotesis negatif dengan pernyataan: 2,71 – 3,56 Rendah
H2 : Budaya organisasi berpengaruh 3,56 – 4,42 Cukup
negatif terhadap kinerja. 4,43 – 5,28 Tinggi
5,29 − 6,14 Sangat Tinggi
Pengaruh sikap kerja terhadap Kinerja Sangat Tinggi
dengan dimoderasi oleh Motivasi Kerja 6,15 −7,00
Sekali
Berdasarkan uraian diatas maka dapat Sumber: Data diolah (2016)
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Motivasi kerja memoderasi pengaruh Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel
sikap kerja terhadap kinerja Variabel N Mean
SIKAP KERJA 60 5.15
Pengaruh budaya organisasi terhadap BUDAYA ORGANISASI 60 3.43
Kinerja dengan dimoderasi oleh MOTIVASI 60 4.32
Motivasi Kerja KINERJA 60 6.74
H4 : Motivasi kerja memoderasi pengaruh
budaya organisasi terhadap kinerja
Sikap kerja diukur dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan skala likert dari 1 (sangat
Pada deskripsi jawaban responden tidak setuju) sampai 7 (sangat setuju).
akan dijelaskan jawaban responden Variabel ini diukur dengan indikator 10
mengenaisikap kerja, budaya organisasi, pernyataaan yang mengindikasikan sikap
motivasi, dan kinerja.Deskripsi jawaban kerja. Hasil statistik deskriptif menunjukkan rata-
responden dilakukan dengan menghitung rata sikap kerja sebesar 5.15 dengan
nilai rata-rata (mean) jawaban responden. kategori sangat tinggi. Hal ini
Untuk mengategorikan rata-rata jawaban mengindikasikan bahwa sebagian besar
responden digunakan interval kelas : responden memiliki sikap kerja yang
sangat tinggi dalam berkinerja.
STt – STr Budaya organisasi diukur dengan menggunakan
IK = skala likert dari 1 (sangat tidak setuju)
JK sampai 7 (sangat setuju). Variabel ini
Dimana : diukur dengan menggunakan indicator-
IK = interval kelas indikator jarak dari manajemen dan
STt = skor tertinggi yaitu 7 permusuhan. Hasil statistik deskriptif
STr = skor terendah yaitu 1 menunjukkan rata-rata budaya organisasi
JK = jumlah kelas sebesar 3.43 dengan kategori rendah. Hal
Sehingga berdasarkan rumus di atas ini mengindikasikan bahwa semua
menjadi: responden memiliki budaya organisasi
IK = 7-1/7 rendah dalam jarak dan permusuhan
= 6/7 berkinerja.
= 0.85 Motivasi tercermin dari factor intrinsik
Dengan diketahui interval kelas yaitu dan ekstrinsik yang mengindikasikan indicator
0,85 kemudian disusun kriteria penilaian motivasi dari dalam diri maupun luar diri.
rata – rata jawaban responden pada Tabel 2 Hasil statistik menunjukkan rata-rata
68
motivasi tinggi yang mengindikasikan Konstanta 5.436 21.132 0.000
SIKAP 0.245 4.910 0.000
bahwa responden memiliki motivasi tinggi BUDAYA
dalam berkinerja. Sedangkan kinerja -0.245 -3.790 0.000
ORGANISASI
sendiri menunjukkan rata-rata sebesar 6.74 MODERASI_1 0.039 7.678 0.000
MODERASI_2 0.102 4.891 0.000
yang mengindikasikan bahwa responden N = 60
berkinerja sangat tinggi sekali. R2 = 0.761
Penelitian ini menguji pengaruh Adj. R2 =
0.743
variabel sikap kerja dan budaya terhadap F-Statistic =
kinerja yang dimoderasi variabel motivasi. 43.685
Pada model 1, pengaruh variabel sikap Y adalah Kinerja, X1 adalah Sikap, X2 adalah Budaya
Organisasi, M1 adalah Moderasi Motivasi dengan Sikap, M2
kerja, budaya organisasi,motivasi terhadap adalah Moderasi Motivasi dengan Budaya Organisasi.
kinerja diuji.
Pada Tabel 4, hasil regresi uji pengaruh
Tabel 3. Hasil Regresi Berganda Model 1
Model 1
dengan variabel moderasi menyediakan
Pengaruh Sikap Kerja dan Budaya Organisasi pengaruh positif dengan tingkat
terhadap Kinerja signifikansi di bawah 0.05. Hasil ini
mengindikasikan bahwa motivasi
Y = α+ β X1 +β2 X2+β X3+μ
memoderasi sikap dan budaya organisasi
Coefficient t-statistic Sig. terhadap kinerja. Moderasi yang
Konstanta 5.334 17.752 0.000 ditimbulkan adalah kuat.
SIKAP 0.275 4.673 0.000
BUDAYA - Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis
-2.583 0.012
0.075 Hipotesis Prediksi Hasil Keterangan
N = 60 H1 (Sikap Pengaruh Pengaruh Terima
R2 = 0.66 Kerja Positif Positif
Adj. R2 = terhadap
0.645 Kinerja)
F-Statistic H2 Pengaruh Pengaruh Terima
= 36.774 (Budaya Negatif Negatif
Organisasi
Y adalah Kinerja, X1 adalah Sikap, X2 adalah Budaya terhadap
Organisasi, X3 adalah Motivasi Kinerja)
H3 (Sikap Pengaruh Pengaruh Terima
Pada Tabel 3, hasil regresi uji pengaruh Kerja Moderasi Moderasi
terhadap Kuat Kuat
tanpa variabel moderasi menyediakan Kinerja
pengaruh positif dengan tingkat dengan
signifikansi di bawah 0.05. Hasil ini moderasi
mengindikasikan bahwa sikap, dan Motivasi)
motivasi berpengaruh positif terhadap H4 Pengaruh Pengaruh Terima
(Budaya Moderasi Moderasi
kinerja, sedangkan budaya organisasi Organisasi Kuat Kuat
berpengaruh negatif terhadap kinerja terhadap
Uji pengaruh selanjutnya dengan Kinerja
melibatkan variabel moderasi. Hasil dengan
regersi ditunjukkan dalam Model 1 pada moderasi
motivasi)
Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Regresi Berganda Model 2


1. Pengaruh Sikap Kerja terhadap
Model 1 Kinerja
Pengaruh Sikap Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Sikap kerja berpengaruh positif
Kinerja dengan Motivasi sebagai Variabel Moderasi terhadap kinerja yang mengartikan bahwa
Y = α+ β X1 +β2 X2+β X1M1+B4 X2M2+μ
sikap kinerja dapat meningkatkan kinerja.
Coefficient t-statistic Sig.

69
2. Pengaruh Budaya terhadap Kinerja sikap kerja mempunyai pengaruh yang
Budaya organisasi berpengaruh negatif positif terhadap kinerja dosen dan karyawan kampus
terhadap kinerja yang mengartikan bahwa Universitas Muhammadiyah Makassar. Hal
budaya dapat menurunkan kinerja.Semakin ini berarti bahwa jika perilaku kerja atau
rendah budaya yang tercermin dalam sikap kerja dosen dan karyawan Unismuh
permusuhan dan jarak manajemen, Makassar baik maka kinerjanya akan
semakin tinggi kinerja yang dihasilkan. meningkat. Variabel sikap kerja dengan
Budaya organisasi dicerminkan dari dimoderasi oleh variabel motivasi makin
permusuhan dan jarak manajemen.Budaya menguatkan pengaruh interaksi keduanya.
yang dimaksud di sini adalah orang-orang Selanjutnya pada variabel budaya
dalam organisasi saling mencurigai, rasa organisasi berpengaruh negatif terhadap
ketidakpercayaan muncul, sukar menjalin kinerja yang mengartikan bahwa budaya
hubungan, kurang perhatian atau saling dapat menurunkan kinerja. Semakin
mementingkan diri, dan budaya desentralisasi rendah budaya yang tercermin dalam
serta diskriminasi. Kondisi ini tentu permusuhan dan jarak manajemen, semakin
mengurangi prestasi kinerja. tinggi kinerja yang dihasilkan. Budaya
3. Pengaruh Sikap Kerja terhadap dicerminkan dari permusuhan dan jarak
Kinerja dengan Moderasi Motivasi manajemen. Budaya yang dimaksud di sini
Sikap kerja berpengaruh positif adalah orang-orang dalam organisasi saling
terhadap kinerja yang mengartikan bahwa mencurigai, rasa ketidakpercayaan muncul,
sikap kinerja dapat meningkatkan kinerja. sukar menjalin hubungan, kurang perhatian
Setelah dimoderasi oleh motivasi, sikap atau saling mementingkan diri, dan budaya
kerja semakin menguatkan kinerja.Ini desentralisasi serta diskriminasi.Kondisi ini
artinya bahwa motivasi dapat menguatkan tentu mengurangi prestasi kinerja. Setelah
pengaruh sikap kerja terhadap kinerja. dimoderasi oleh motivasi, terjadi hubungan
4. Pengaruh Budaya terhadap Kinerja lemah antara budaya dan kinerja.Ini artinya
dengan Moderasi Motivasi bahwa motivasi dapat melemahkan pengaruh
Budaya organisasi berpengaruh budaya terhadap kinerja.
positif terhadap kinerja yang mengartikan
bahwa budaya dapat meningkatkan SARAN
kinerja.Setelah dimoderasi oleh motivasi, Variabel budaya organisasi dalam
terjadi hubungan lemah antara budaya dan penelitian ini menggunakan faktor negatif
kinerja.Ini artinya bahwa motivasi dapat dari budaya, yakni faktor permusuhan dan
melemahkan pengaruh budaya terhadap jarak dari manajemen. Penelitian selanjutnya
kinerja.Budaya yang buruk ini mampu diharapkan dapat menggunakan faktor
dilemahkan dengan adanya motivasi yang positif dari budaya organisasi, misalnya
berasal dari ekstrinsik dan intrinsik. profesionalisme, percaya pada rekan
Budaya yang buruk mampu ditekan oleh sekerja, keteraturan, kedisiplinan,
motivasi yang berasal dari dalam mengenai integrasi, dan seterusnya, untuk melihat
kepedulian, adaptasi, pengembangan, serta bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja
motivasi yang berasal dari luar diri, organisasi.
misalnya gaji atau tunjangan sehingga
kinerja menjadi meningkat. DAFTAR PUSTAKA
Gibson, J.L, Ivancevich, J.M., Donnely,
KESIMPULAN J.M. 1985. Organizations Behaviour,
Kesimpulan penelitian ini dapat Structure, Processes. Plano: Businesss
dipaparkan sebagai berikut; berdasarkan Publication.
analisis data dengan menggunakan
Multiple Moderated Regression Analysis Umam, Khaerul. 2012. Perilaku Organisasi.
(MRA), dapat diketahui bahwa variabel Penerbit: CV Pustaka Setia, Bandung.
70
Ogbonna, E & Harris, L. 2000. Leadership Mocci, James. 2010. The Principle of
Style, Organizational Culture and Management. Nwe York: By Free
Performance: Empirical Evidence Press.
from UK Companies. International
Journal of Human Resources A Judge Timothy. 2012. Job Attitudes.
Management. Annual Reviews.

Drucker, Peter F, 1999. Manajemen: Luthans Fred. 2005. Organizational


Tugas, Tanggung Jawab dan Behaviour, 11th Ed. Singapore:McGraw-
Praktek, Jakarta: PT. Gramedia. Hill/Irwin.

Denison, D. R. 2010. Corporate Culture Stoner, James A.F & R. Edward Freeman.
and Organizational Effectiveness. 1989. Management. USA: Prentice-
John Wiley and Son. Hall International Editions.

Robbins, Stephen P. 2002. Essential of Rayyani, Waode. (2016). Meretas


Organizational Behaviour (Terjemahan), Akuntabilitas Kinerja Perguruan
Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Tinggi Muhammadiyah.Tesis.

Hutomo, Prihatin T.P. & Taufik, Akhmad. Griffin, R.W. 2003. Management, Second
2015. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Edition, Boston: Houshton Mifflin
Budaya Organisasi terhadap Kinerja Press.
Organisasi dengan Motivasi Kerja
sebagai Variabel Moderasi (Studi Karpagam, U.P.L & Suganthi, L. 2010.A
Empiris pada Dinas Pariwisata dan Strategy Framework for Managing
Kebudayaan di Kabupaten Jepara). Higher Education Institutions. Advances in
Jurnal Ilmiah - Serat Acitya, Untag Management, Vol. 3 (10).
Semarang, Vol 4 No. 1.
Wexley KN,& Yukl GA, 2005. Perilaku
Suryani, Yeyen & Setiawan, Iyan.2015. Organisasi dan Psikologi Personalia.
Pengaruh Budaya Organisasi dan Jakarta: Bina Aksara.
Kepuasan Kerja terhadap Kinerja
Dosen di FKIP Universitas Kuningan. Ruth, Kanfer, et all. (2009). Test Length
Jurnal Equilibrium Vol 12, No.1 and Cognitive Fatigue: An Empirical
(2015). Examination of Effects on Performance
and Test-Taker Reaction. Journalof
Samsuri dan Purwanto, Hari. 2017. Experimental Psychology, 15(2):
Pengaruh Sikap dan Motivasi 163-181.
terhadap Kinerja Karyawan pada
MTsN Takeran Kabupaten Magetan. Gozhali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis
Jurnal CAPITAL, Volume I, Nomor Multivariate dengan Program IBM
1, September 2017. SPSS 2-Update PLS Regresi. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.

71

Anda mungkin juga menyukai