Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Etos Kerja

Kata etos berasal dari bahasa Yunani, “ethos” artinya sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan
atas sesuatu. Etos juga dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak yang disertai dengan
semangat yang tinggi untuk mencapai cita-cita yang positif.

Sikap etos bukan hanya dimiliki oleh individu saja, melainkan dapat juga dimiliki oleh kelompok
masyarakat. Etos kerja merupakan suatu keyakinan dimana menjadi suatu dorongan bagi seseorang untuk
melakukan sesuatu terhadap seseorang, kelompok atau instiusi.

Etos Kerja Menurut Para Ahli

Selain pengertian tersebut, ada banyak tokoh memberikan definisi tentang etos kerja yang berbeda-beda.
Berikut ini adalah beberapa pengertian etos kerja menurut tokoh dan ahli.

1. Harsono dan Santoso (2006), berpendapat bahwa etos kerja ialah semangat kerja yang dilandasi oleh
nilai-nilai atau norma-norma tertentu.

2. Sukriyanto (2000) mengartikan etos kerja sebagai semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat agar
mampu bekerja lebih baik yang bertujuan untuk memperoleh nilai hidup mereka.

3. H. Toto Tasmara, etos kerja merupakan totalitas kepribadian diri serta cara memaknai,
mengekspresikan, memandang, meyakini sesuatu, yang mendorong diri untuk bertindak serta meraih
amal yang optimal (high performance).

5. Max Weber, pengertian etos kerja ialah perilaku kerja yang etis dan menjadi kebiasaan kerja yang
berporos pada etika.

6. Petty (1993) mengartikan etos kerja sebagai karakteristik yang harus ada pada setiap pekerja untuk
dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat
diandalkan.

7. Sinamo, etos kerja merupakan suatu konsep mengenai kerja atau paradigma kerja yang diyakini
seseorang atau kelompok sebagai baik jga benar yang diwujudkan melalui perilaku kerja mereka secara
khas.

8. Tamara (2002:73), menggambarkan ciri-ciri etos kerja ialah tepat waktu, moralitas, disiplin, kejujuran,
komitmen, kuat pendirian, kreatif, tanggung jawab, percaya diri.

9. Tanjung (2002:64), menggambarkan pengertian etos kerja sebagai jiwa atau watak seseorang dalam
melakukan tugasnya yang dipancarkan keluar.

Aspek
Menurut Petty (1993), etos kerja sendiri mencakup tiga aspek atau karakteristik. Berikut ini adalah aspek-
aspek dalam etos kerja, diantaranya ialah:

1. Keahlian interpersonal

Keahlian interpersonal ialah aspek yang berhubungan dengan hubungan kerja dengan orang lain atau
menjelaskan bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja berhubungan dengan pekerja lain di
lingkungan kerjanya.

Keahlian interpersonal ini mencakup kebiasaan, sikap, cara, penampilan serta perilaku yang ada pada
individu saat berada disekitar orang lain juga mempengaruhi bagaimana individu tersebut berinteraksi
dengan orang lain.

Beberapa hal yang digunakan untuk mengetahui keahlian interpersonal seorang pekerja adalah mencakup
karakteristik pribadi yang dapat memfasilitasi terbentuknya hubungan interpersonal yang baik serta dapat
memberikan kontribusi dalam kinerja kerja seseorang.

Menurut Petty (1993), ada 17 sifat yang bisa menggambarkan keahlian interpersonal seorang pekerja
yaitu sopan, loyal, kerja keras, bersahabat, gembira, perhatian, menyenangkan, kerjasama, sabar,
menolong, disenangi, tekun, rapi, apresiatif, rendah hati, emosi yang stabil, dan berkemauan keras.

2. Inisiatif

Inisiatif ialah karakteristik yang mampu menjembatani seseorang agar terdorong untuk lebih
meningkatkan kinerjanya serta tidak langsung merasa puas dengan kinerjanya yang biasa.

Aspek ini sangat sering dihubungkan dengan situasi di lingkungan kerja yang tidak lancar. Hal-hal seperti
penundaan pekerjaan, hasil kerja yang kurang, kehilangan kesempatan sebab tidak dimanfaatkan dengan
baik serta kehilangan pekerjaan, bisa muncul apabila individu tidak memiliki inisiatif dalam bekerja.

Menurut Petty ada 16 sifat yang mampu menggambarkan inisiatif seorang pekerja yaitu cerdik, produktif,
akurat, teliti, memliki ide, berinisiatif, ambisius, efisien, mandiri, efektif, antusias, gigih, dedikasi, daya
tahan kerja, akurat, teliti, mandiri, mampu beradaptasi, dan teratur.

3. Dapat diandalkan

Dapat diandalkan merupakan aspek yang berkaitan dengan adanya harapan terhadap hasil kerja seorang
pekerja serta merupakan suatu perjanjian implisit pekerja untuk melaksanakan beberapa fungsi dalam
kerja.

Seorang pekerja diharapkan mampu memuaskan harapan paling rendah perusahaan, tanpa perlu terlalu
berlebihan seperti melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya. Aspek ini ialah salah satu hal yang sangat
diinginkan oleh pihak perusahaan terhadap pekerjanya.

Paling tidak ada 7 hal yang mampu menggambarkan seorang pekerja yang dapat diandalkan menurut
Petty, yaitu mengikuti petunjuk, mematuhi peraturan, jujur, dapat diandalkan, dapat dipercaya, berhati-
hati, dan tepat waktu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja


Etos kerja setiap pekerja sangat berbeda dan tergantung pada banyak hal. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi etos kerja, diantaranya ialah:

1. Usia

Menurut hasil penelitian, pekerja yang memiliki usia di bawah 30 tahun memiliki etos kerja yang lebih
tinggi daripada pekerja yang berusia diatas 30 tahun. Meskipun tidak selalu diartikan demikian, akan
tetapi banyak penelitian yang megatakan bahwa usia sangat mempengaruhi kinerja atau etos kerja
seseorang.

Pekerja yang lebih muda dianggap lebih memiliki semangat yang tinggi dalam melakukan pekerjaan
dibandingkan dengan pekerja yang usianya lebih tua. Jadi, sangat wajar jika perusahaan memberikan
batas usia tertentu bagi calon pekerjanya.

2. Jenis kelamin

Selain usia, jenis kelamin ternyata juga memiliki pengaruh terhadap etos kerja seseorang. Menurut
penelitian Boatwright dan Slate (2000), wanita memiliki etos kerja yang lebih tinggi daripada pria.
Wanita dianggap memiliki etos dan semangat kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki
meskipun secara fisik mungkin tidak sekuat pria.

3. Latar belakang pendidikan

Menurut penelitian Boatwright dan Slate (2000) mengungkapkan bahwa etos kerja paling tinggi dimiliki
oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan S1 dan paling rendah dimiliki oleh pekerja dengan latar
belakang pendidikan SMU.

Meskipun sekali lagi, tidak bisa dijadikan patokan namun pekerja dengan latar belakang pendidikan yang
lebih tinggi dianggap lebih memiliki semangat dan ilmu yang lebih dibandingkan dengan pekerja yang
latar belakang pendidikan yang lebih rendah.

4. Lama bekerja

Menurut hasil penelitian, mengungkapkan bahwa pekerja yang telah bekerja selama 1-2 tahun
mempunyai etos kerja yang lebih tinggi daripada pekerja yang bekerja dibawah 1 tahun. Karena
bagaimana pun pekerja dengan pengalaman kerja yang lebih lama sangat mempengaruhi kinerja dan etos
kerjanya dibandingkan pekerja yang fresh graduate atau pekerja dengan sedikit pengalaman kerja. Selain
beberapa faktor yang telah disebutkan diatas, ada terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
etos kerja, diantaranya ialah:

a. Agama

Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai sedikit atau banyak yang mempengaruhi atau
menentukan pola hidup para penganutnya.

Bagaimana cara berpikir, bersikap serta bertindak seseorang tentu dipengaruhi oleh ajaran agama yang
dianutnya apabila seseorang tersebut sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama. Jadi, hubungan
antara agama dan etos kerja bisa dikatakan secara tidak langsung namun tetap berpengaruh.
b. Budaya

Budaya ternyata juga memiliki pengaruh terhadap etos kerja seseorang. Sikap mental, tekad, disiplin,
serta semangat kerja disebut juga sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga bisa
dikatakan sebagai etos kerja. Kualitas etos kerja tersebut dipengaruhi oleh sistem orientasi nilai budaya
masyarakat yang bersangkutan.

c. Sosial PolitikSosial politik seseorang dalam masyarakat juga memiliki pengaruh terhadap etos kerja
seseorang. Dimana etos kerja seseorang dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang
dimilikinya yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras
dengan penuh.

d. Kondisi Lingkungan/Geografis

Kondisi lingkungan dan geografis seseorang juga mendukung mempengaruhi manusia yang berada di
dalamnya dalam melakukan usaha guna dapat mengelola dan mengambil manfaat, atau bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut. Pada pekerja disuatu
perusahaan, lokasi atau lingkungan kerja juga memberikan pengaruh terhadap etos kerja dan kinerjanya.

e. Pendidikan

Sama seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan seseorang mempengaruhi etos kerja
dan kinerjanya. Dapat dikatakan bahwa etos kerja tidak bisa dipisahkan dengan kualitas sumber daya
manusia. Jadi, semakin berkualitas (dapat dinilai dari tingkat pendidikan) sumber daya manusianya maka
semakin tinggi etos kerjanya.

f. Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi seseorang, memiliki pengaruh kerja seseorang di lingkungan kerja. Tinggi rendahnya
etos kerja pekerja dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur ekonomi, yang mampu memberikan
insentif bagi anggota masyarakatnya guna bekerja keras serta menikmati hasil kerja keras mereka dengan
penuh.

g. Motivasi Intrinsik Individu

Etos kerja bisa dikatakan sebagai dorongan dalam diri individu untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi
yang ada dalam diri masing-masing individu sangat memiliki pengaruh terhadap etos kerjanya. Motivasi
instrinsik ini bisa berupa banyak hal dimana dapat memacu seseorang untuk semangat melakukan sesuatu
termasuk dalam bekerja.

Ciri-ciri

Terdapat beberapa ciri-ciri yang dapat mencerminkan sikap etos kerja, sebagai berikut:

1. Kecanduan Terhadap Waktu

Ciri-ciri seseorang memiliki sikap etos kerja yang tinggi adalah kecanduan terhadap waktu. Konsep dan
hakikat dari etos kerja itu sendiri ialah cara seseorang menghayati, memahami, serta merasakan betapa
berharganya waktu. Kecanduan terhadap waktu artinya seseorang sangat menghargai waktu sehingga
menimbulkan semangat yang tinggi untuk seseorang dalam melaksanakan pekerjaan.

2. Memiliki Moralitas yang Bersih (Ikhlas).

Selain kecanduan terhadap waktu, ciri lain yang menggambarkan sikap etos kerja ialah memiliki
moralitas yang bersih atau bisa dikatakan sebagai ikhlas.

Seseorang yang bekerja dengan penuh keikhlasan tidak ada yang menghalanginya dalam menjalankan
pekerjaannya. Karema ikhlas ialah bentuk dari cinta, bentuk kasih sayang dan pelayanan tanpa ikatan.

3. Memiliki Kejujuran

Sikap jujur adalah sangat penting bagi seseorang termasuk ketika dalam bekerja. Kejujuran sendiri
berasal dari diri sendiri atau kalbu yang terus menerus mengetuk dan membisikkan nilai moral yang
luhur.

4. Memiliki komitmen

Komitmen yaitu suatu keyakinan yang mengikat secara kukuhnya sehingga terbelenggu seluruh hati
nuraninya yang kemudian menggerakkan perilaku menuju ke arah tertentu yang diyakininya.

5. Kuat Pendirian (Konsisten)

Konsisten adalah suatu kemampuan seseorang untuk bersikap taat asas, pantang menyerah, serta mampu
mempertahankan prinsip meskipun harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya.

Cara Menumbuhkan Sikap Etos Kerja

Setidaknya ada beberapa hal yang dapat menumbuhkan sikap etos kerja para pekerja Jansen H. Sinamo
(2011) diantaranya ialah:

Kerja sebagai rahmat (Aku bekerja tulus penuh rasa syukur).

Kerja adalah ibadah (Aku bekerja serius penuh kecintaan).

Kerja adalah amanah (Aku bekerja penuh tanggung jawab).

Kerja adalah panggilan (Aku bekerja tuntas penuh integritas).

Kerja adalah aktualisasi (Aku bekerja keras penuh semangat).

Kerja adalah seni (Aku bekerja cerdas penuh kreativitas).

Kerja adalah kehormatan (Aku bekerja penuh ketekunan dan keunggulan).

Kerja adalah pelayanan (Aku bekerja paripurna penuh kerendahan hati).


Definisi Disiplin Kerja
Disiplin merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan agara para
karyawannya dapat bekerja dengan baik dengan mengikuti atu-ran yang berlaku sehingga karyawan dapat
menghindari bentuk tindakan yang negative (Madile, 2015).Disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah
laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis, dan bila melanggar
akan ada sanksi atas pelanggarannya (Nimpuno, 2015). Pendapat lain menurut Hasibuan (2006) di dalam
Adniaty (2014), disiplin kerja adalah kesadaran sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua
peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Menurut Madile (2015), ada dua faktor yang mempengaruhi disiplin kerja yaitu :

a) Kepatuhan
Kepatuhan terhadap aturan-aturan yang didasarkan atas dasar perasaan takut. Disiplin kerja dalam tingkat
ini dilakukan semata untuk mendapatkan reaksi positif dari pimpinan atau atasan yang memiliki
wewenang. Sebaliknya, jika pemimpin tidak ada di tempat disiplin kerja tidak tampak.
b) Karena identifikasi
Kepatuhan aturan yang didasarkan pada identifikasi adalah adanya perasaan kekaguman atau
penghargaan pada pimpinan. Pemimpin yang kharismatik adalah figur yang dihormati, dihargai, dan
sebagai pusat identifikasi. Karyawan yang menunjukkan disiplin terhadap aturan-aturan organisasi bukan
disebabkan karena menghormati aturan tersebut tetapi lebih disebabkan ke-seganan pada atasannya.
Karyawan merasa tidak enak jika tidak mentaati per-aturan. Penghormatan dan penghargaan karyawan
pada pemimpin dapat dise-babkan karena kualitas kepribadian yang baik atau mempunyai kualitas profe-
sional yang tinggi di bidangnya. Jika pusat identifikasi ini tidak ada, maka di-siplin kerja akan menurun,
pelanggaran meningkat frekuensinya.

Indikator yang mempengaruhi Disiplin Kerja

Menurut Soejono di dalam Susanty & Baskoro (2012), terdapat empat dimensi yang digunakan untuk
mengukur disiplin kerja, yaitu :
a) Tepat waktu
Sikap tepat waktu atau kesanggupan para karyawan untuk datang dan pulang sesuai dengan waktu yang
ditetapkan secara tertib dan teratur.

b) Kehati-hatian
Sikap kehati-hatian dalam menggunakan dan merawat peralatan kantor.
c) Tanggung jawab
Sikap tanggung jawab atau kesanggupan karyawan untuk senantiasa menye-lesaikan tugas yang
dibebankan kepadanyasesuai dengan prosedur dan ber-tanggung jawab atas hasil kerja
d) Ketaatan
Sikap ketaatan terhadap aturan kantor seperti ketaatan karyawan untuk me-makai seragam kantor,
menggunakan kartu tanda pengenal atau identitas, membuat ijin bila tidak masuk kantor sesuai aturan
yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai