Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

perusahaan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan

laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi

keuangan, kinerja perusahaan, serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat

bagi sejumlah besar kalangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan

keuangan yang bermutu tentu yang bebas dari rekayasa serta pengungkapan

informasi sesuai dengan fakta yang sebenarnya menjadi kepentingan banyak

pihak.1

Semakin meningkatnya persaingan bisnis di era globalisasi saat ini tidak

terlepas dari pengaruh berkembangnya lingkungan ekonomi, sosial politik, serta

kemajuan teknologi. Setiap perusahaan diharapkan dapat menyesuaikan diri serta

mampu membaca situasi yang terjadi agar dapat mengelola fungsi-fungsi

manajemennya dengan baik, mulai dari bidang produksi, bidang sumber daya

manusia, dan bidang keuangan sehingga perusahaan mampu lebih unggul dari

para pesaingnya.2

1
Dewa Gede Yudha Dananjaya dan Putu Agus Ardiana (2016), “Proporsi Dewan
Komisaris Independen Sebagai Pemoderasi Pengaruh Kepemilikan Institusional Pada Manajemen
Laba” E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.15.2. Hlm.1595-1596
2
I Gusti Bagus Angga Pratama dan I Gusti Bagus Wiksuana (2016), “Pengaruh Ukuran
Perusahaan dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel
Intervening” E-Jurnal Manajemen Unud, Vol.5, No.2. Hlm.1339
Pemerintah terus berupaya menciptakan kondisi ekonomi, politik, dan

keamanan yang kondusif bagi investor sehingga kinerja investasi di Indonesia

yang sudah baik akan semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan

industri manufaktur yang menargetkan sepanjang 2019 pertumbuhan manufaktur

dapat mencapai 5,4%. Pada tahun lalu, industri manufaktur tumbuh 4,27%.

Perlambatan manufaktur ini terkait dengan perlambatan ekonomi global yang

sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 2015.

Gambar 1.1

Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan industri pengolahan bahan

mentah (baku) menjadi barang jadi yang kemudian siap untuk dipakai atau dijual

kepada konsumen. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang berskala

besar jika dibandingakn dengan perusahaan lain, sehingga dapat melakukan

perbandingan antara perusahaan satu dengan perusahaan lain.

Semua proses dan tahapan yang dilakukan dalam kegiatan manufaktur

dilakukan dengan mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang

memiliki oleh masing-masing satuan kerja.


Perusahaan manufaktur terbagi menjadi beberapa jenis perusahaan yang

bergerak dalam berbagai bidang seperti, Sektor Industri Dasar dan Kimia ada 8

sub sektor, Sektor Aneka Industri ada 6 sub sektor, dan Industri Barang Konsumsi

ada 5 sub sektor. Jadi ada 144 perusahaan dari sektor dan sub sektor perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).3

Tabel 1.1
Sektor dan Sub Sektor Perusahaan Manufaktur
Sektor Sub Sektor
Industri Dasar dan Kimia 1. Semen
2. Keramik, Porselen & Kaca
3. Logam & Sejenisnya
4. Kimia
5. Plastik dan Kemasan
6. Pakan Ternak
7. Kayu & Pengolahannya
8. Pulp & Kertas
Aneka Industri 1. Mesin & Alat Berat
2. Otomotif & Komponen
3. Tekstil & Garment
4. Alas Kaki
5. Kabel
6. Elektronika
Industri Barang Konsumsi 1. Makanan & Minuman
2. Rokok
3. Farmasi
4. Kosmetik & Barang Keperluan
Rumah Tangga
5. Peralatan Rumah Tangga
Sumber: Sektor dan Sub Sektor Perusahaan Manufaktur, Sahamok 2020

Laporan keuangan dapat digunakan sebagai instrumen dalam menilai

kinerja manajemen. Oleh karena itu, manajemen akan senantiasa berupaya agar

laporan keuangannya terlihat baik oleh penggunanya. Dalam rangka membuat

laporan keuangan agar terlihat baik, manajemen seringkali melakukan manajemen

3
www.sahamok.com (diakses, pada tanggal 29 Januari 2020)
laba. Manajemen dapat melakukan perubahan dalam penggunaan metode

akuntansi yang mempengaruhi jumlah laba dalam laporan keuangan. Hal tersebut

dilakukan untuk meningkatkan keinformatifan laba namun juga dapat bersifat

oportunistik ketika manajemen melakukannya untuk memaksimalkan kepentingan

pribadi.4

Manajemen laba aktivitas akrual adalah memanipulasi laporan keuangan

dengan mengurangi atau memperbesar laba yang dilaporkan yang sering dikenal

dengan dikresioner akrual. Dikresioner akrual dilakukan manajemen dengan

adanya niat bukan karena kondisi perubahaan perusahaan yang menghendaki

terjadinya perubahaan kebijakan akuntan. Manajemen laba akrual dilakukan pada

akhir periode ketika manajer mengetahui laba sebelum direkayasa sehingga dapat

memanipulasi yang diperlukan agar target laba tercapai.5

Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan

dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang

digambarkan oleh ekuitas (Harahap, 2009). Leverage menunjukkan proporsi

penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang

perusahaan maka semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan sehingga

4
Chandra Prasadhita (2017), “Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba
Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Riset Akuntansi
Terpadu, Vol.10, No.2. Hlm.247-248
5
Dewa Gede Yudha Dananjaya dan Putu Agus Ardiana (2016), “Proporsi Dewan
Komisaris Independen Sebagai Pemoderasi Pengaruh Kepemilikan Institusional Pada Manajemen
Laba” E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.15.2. Hlm.1598
akibatnya kondisi tersebut mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan

praktik income smoothing.6

Kepemilikan institusional merupakan saham dari suatu perusahaan yang

dimiliki oleh lembaga institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank dan

dana pensiun. Adanya kepemilikan investor institusional dapat meningkatkan

pengawasan terhadap kinerja pihak manajemen dan memberikan dorongan agar

pihak manajemen melakukan tugasnya dengan baik.7

Fatwa Prof. Dr. Sulaiman Al Isa (Guru besar di Universitas King Saud)

keuntungan yang ditetapkan dalam islam tidak ada masalah dengan tambahan

harga untuk suatu barang dagangan, selama bukan makanan, sehingga termasuk

ihtikar (menimbun barang) yang hukumnya terlarang. Hanya saja, selayaknya

tidak keluar dari harga normal, sehingga termasuk penipuan, yang menyebabkan

pembeli memiliki hak pilih setelah jual beli. Sebagian ulama menetapkan

batasannya adalah sepertiga. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam

yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, “Sepertiga, dan sepertiga itu sudah

banyak”.8

Salah satu cara mengetahui kinerja perusahaan adalah dengan

menganalisis rasio profitabilitas untuk menghasilkan laba yang diperoleh

perusahaan. Profitabilitas menunjukkan seberapa besar kinerja keuangan suatu

6
Dendi Purnama (2017), “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Institusional Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba”, Universitas
Kuningan JRKA Volume 3. Hlm.2
7
Neisa Erika Dewi dan Ni Nyoman Alit Triani (2017), “Pengaruh Komite Audit dan
Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia”
Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya. Hlm.3
8
https://pengusahamuslim.com/3897-batasan-mengambil-keuntungan-dalam-
islam.html (diakses, 12 Februari 2020)
perusahaan dalam memperoleh atau menghasilkan keuntungan akan

mendatangkan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. Begitu

juga dengan investor yang telah menanamkan modalnya kepada perusahaan,

mereka tidak akan menarik modalnya dari perusahaan.9

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor non migas hasil industri

pengolahan pada Januari-November 2017 naik 14,25% dibanding periode yang

sama tahun 2016. Sementara itu, pada semester I tahun 2017, ekspor industri

pengolahan non-migas mencapai US$ 59,78 miliar atau naik 10,05% di bandingan

periode yang sama tahun 2016 sebesar US$ 54,32 miliar. Industri pengolahan non

migas masih memberikan konstribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto

(PDB) nasional Pada trriwulan III/2017 dengan mencapai 17,76% . Sedangkan,

pertumbuhan industri pengolahan non migas pada triwulan III/2017 mencapai

Rp.224,95 triliun atau tumbuh 16,63% dibanding periode yang sama pada tahun

sebelumnya. Data BPS memperlihatkan tren positif ini sejak 2007 dengan total

penerimaan dari cukai sebesar 44,68 triliun dan terus bertambah hingga 145,53

triliun pada tahun 2016. Indonesia menempati peringkat keempat dunia dari 15

negara yang industri manufakturnya memberikan konstribusi besar terhadap

Produk Domestik Bruto (PDB).10 (kontan.co.id)

Berikut ini merupakan penelitian terdahulu tentang Pengaruh Leverage

terhadap Manjemen Laba yang mengindikasi adanya research gap

9
Dwi Fuzie Lestari (2017), “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility
(CSR), Ukuran Perusahaan, Struktur Modal dan Sktuktur Kepemilikan Terhadap Profitabilitas
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Ekonomi UMRAH. Hal.1-2 Berkategorikan High Profile Yang
Terdaftar Di Bursa Efek ndonesia Periode 2013-2015”, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas
Maritim Raja Ali Haji, Hlm.1-2
10
https://www.google.com/amp/amp.kontan.co.id/news/sektor-manufaktur-ini-jadi-
andalan-di-tahun-2018 (diakses, 29 Januari 2020)
Tabel 1.2
Research Gap Leverage terhadap Manajemen Laba
Hasil Penelitian Peneliti
Leverage berpengaruh Ni Wayan Tia Deviyanti
Pengaruh Leverage positif terhadap dan I Putu Sudana (2018)
terhadap Manajemen Manajemen Laba
Laba Leverage tidak Ni Luh Floriani Ria
berpengaruh terhadap Dimarcia dan Komang
Manajemen Laba Ayu Krisnadewi (2016)
Sumber : Dikumpulkan dari berbagai sumber (2020)
Dalam penelitian Ni Wayan Tia Deviyanti dan I Putu Sudana (2018)11

mengenai Pengaruh bonus, ukuran perusahaan, dan leverage pada manajemen

laba. Menunjukkan bahwa Leverage berpengaruh positif terhadap Manajemen

Laba. Namun hal ini tidak sependapat dengan penelitian Ni Luh Floriani Ria

Dimarcia dan Komang Ayu Krisnadewi (2016)12 dalam penelitiannya Pengaruh

Diversifikasi Operasi, Leverage dan Kepemilikan Manajerial Pada Manajemen

Laba. Menunjukkan hasil yang berbeda, bahwa Leverage tidak berpengaruh

terhadap Manajemen Laba.

Berikut ini merupakan penelitian terdahulu tentang Pengaruh Kepemilikan

Institusional terhadap Manjemen Laba yang mengindikasi adanya research gap

11
Ni Wayan Tia Deviyanti dan I Putu Sudana, (2018), “Pengaruh Bonus, Ukuran
Perusahaan, dan Leverage pada Manajemen Laba”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
Vol.23.2, Hlm.1438
12
Ni Luh Floriani Ria Dimarcia dan Komang Ayu Krisnadewi (2016), “Pengaruh
Diversifikasi Operasi, Leverage dan Kepemilikan Manajerial Pada Manajemen Laba”, E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, Vol.15.3. Hlm.2347
Tabel 1.3
Research Gap Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba
Hasil Penelitian Peneliti
Kepemilikan Institusional Dewa Gede Yudha
Pengaruh Kepemilikan berpengaruh positif Dananjaya dan Putu
Institusional terhadap terhadap Manajemen Agus Ardiana (2016)
Manajemen Laba Laba
Kepemilikan Institusional Putu Nita Mintria Dewi,
tidak berpengaruh dkk (2019)
terhadap Manajemen
Laba
Sumber : Dikumpulkan dari berbagai sumber (2020)
Dalam penelitian Dewa Gede Yudha Dananjaya dan Putu Agus Ardiana

(2016)13 mengenai Proporsi Dewan Komisaris Independen sebagai pemoderasi

Pengaruh Kepemilikan Institusional pada Manajemen Laba. Menunjukkan bahwa

kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Namun

hal ini tidak sependapat dengan penelitian Putu Nita Mintria Dewi, dkk (2019)14

dalam penelitiannya Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran

Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2015-2018. Menunjukkan hasil yang berbeda, bahwa

Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Berikut ini merupakan penelitian terdahulu tentang Pengaruh Leverage

terhadap Profitabilitas yang mengindikasi adanya research gap

13
Dewa Gede Yudha Dananjaya dan Putu Agus Ardiana (2016), “Proporsi Dewan
Komisaris Independen Sebagai Pemoderasi Pengaruh Kepemilikan Institusional Pada Manajemen
Laba”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.15.2, Hlm.1618
14
Putu Nita Mintria Dewi, dkk (2019), “Pengaruh Good Corporate Governance dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2015-2018”, Jurnal Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Mahasaraswati Denpasar. Hlm.515
Tabel 1.4
Research Gap Leverage terhadap Profitabilitas
Hasil Penelitian Peneliti
Leverage berpengaruh I Gusti Bagus Angga
Pengaruh Leverage positif signifikan Pratama dan I Gusti
Terhadap Profitabilitas terhadap Profitabilitas Bagus Wiksuana (2016)
Leverage tidak Debby Ayu Puspita dan
berpengaruh terhadap Ulil Hartono (2018)
Profitabilitas
Sumber : Dikumpulkan dari berbagai sumber (2020)
Dalam penelitian I Gusti Bagus Angga Pratama dan I Gusti Bagus

Wiksuana (2016)15 mengenai Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Leverage

Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Mediasi.

Menunjukkan bahwa Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap

Profitabilitas. Namun hal ini tidak sependapat dengan penelitian Debby Ayu

Puspita dan Ulil Hartono (2018)16 mengenai Pengaruh Perputaran Modal Kerja,

Ukuran Perusahaan, Leverage dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan

Animal Feed Di BEI Periode 2012-2015. Menunjukkan hasil yang berbeda,

bahwa Leverage tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas.

Berikut ini merupakan penelitian terdahulu tentang Pengaruh Kepemilikan

Institusional terhadap Profitabilitas yang mengindikasi adanya research gap

15
Gusti Bagus Angga Pratama dan I Gusti Bagus Wiksuana (2016), “Pengaruh Ukuran
Perusahaan dan Leverage terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel
Mediasi”. E-Jurnal Manajemen, Vol.5,No.2. Universitas Udayana Bali. Hlm.1362
16
Debby Ayu Puspita dan Ulil Hartono (2018), “Pengaruh Perputaran Modal Kerja,
Ukuran Perusahaan , Leverage dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Animal Feed Di
BEI Periode 2012-2015”. Jurnal Ilmu Manajemen Vol.6 No.1. Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Hlm.6
Tabel 1.5
Research Gap Kepemilikan Institusional terhadap Profitabilitas
Hasil Penelitian Peneliti
Kepemilikan Institusional Helfina Rimardhani, dkk
Pengaruh Kepemilikan berpengaruh positif (2016)
Institusional Terhadap signifikan terhadap
Profitabilitas Profitabilitas
Kepemilikan Institusional Dwi Fuzie Lestari, dkk
tidak berpengaruh (2017)
terhadap Profitabilitas
Sumber : Dikumpulkan dari berbagai sumber (2020)
Dalam penelitian Helfina Rimardhani, dkk (2016)17 mengenai Pengaruh

Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas Perusahaan

(Studi Pada Perusahaan BUMN Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2012-2014).

Menunjukkan bahwa Kepemilikan Institusional berpengaruh positif signifikan

terhadap ROA. Namun hal ini tidak sependapat dengan penelitian Dwi Fuzie

Lestari, dkk (2017)18 mengenai Pengaruh Pengungkapan Corporate Social

Responsibility (CSR), Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, dan Struktur

Kepemilikan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Berkategorikan High Profile Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode

2013-2015. Menunjukkan hasil yang berbeda, bahwa Kepemilikan Institusional

tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas.

17
Helfina Rimardhani, dkk (2016), “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance
Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Pada Perusahaan BUMN Yang Terdaftar Di BEI Tahun
2012-2014)”, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.31, No.1. Universitas Brawijaya Malang. Hlm.174
18
Dwi Fuzie Lestari, dkk (2017), “Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR),
Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Berkategorikan High Profile Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2015”, Jurnal Universitas Maritim Raja Ali Haji. Hlm.18
Berikut ini merupakan penelitian terdahulu tentang Pengaruh Profitabilitas

terhadap Manjemen Laba yang mengindikasi adanya research gap

Tabel 1.6
Research Gap Profitabilitas terhadap Manajemen Laba
Hasil Penelitian Peneliti
Profitabilitas berpengaruh Dendi Purnama (2017)
Pengaruh Profitabilitas positif terhadap
Terhadap Manajemen Manajemen Laba
Laba Profitabilitas tidak Yofi Prima Agustia dan
berpengaruh signifikan Elly Suryani (2018)
terhadap Manajemen
Laba
Sumber : Dikumpulkan dari berbagai sumber (2020)
Dalam penelitian Dendi Purnama (2017)19 mengenai Pengaruh

Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional dan

Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba. Menunjukkan bahwa

Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba. Namun hal ini tidak

sependapat dengan penelitian Yofi Prima Agustia dan Elly Suryani (2018)20

dalam penelitiannya Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Leverage

dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan

Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016.

19
Dendi Purnama, (2017), “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba”, Jurnal, Vol.3
Isue.1, Universitas Kuningan. Hlm.11
20
Yofi Prima dAgustia dan Elly Suryani (2018), “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan
Pertambangan yanng Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016”, Jurnal ASET
(Akuntansi Riset), Vol.10, No.1, Universitas Telkom Bandung. Hlm.72
Menunjukkan hasil yang berbeda, bahwa Profitabilitas tidak berpengaruh

signifikan terhadap Manajemen Laba.

Adanya hubungan antara hasil-hasil penelitian dari para peneliti tentang

adanya perbedaan pengaruh antar variabel yang menunjukkan masih adanya

research gap dan fenomena gap. Perbedaan hasil penelitian pada pengaruh

Leverage dan Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba dengan

Profitabilitas sebagai variabel intevening merupakan suatu permasalahan yang

dapat diangkat untuk mengetahui kebenarannya. Bedasarkan uraian dari latar

belakang diatas maka penulis memutuskan untuk melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Leverage dan Kepemilikan Institusional Terhadap

Manajemen Laba Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Intervening Pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar

Di BEI Periode 2016-2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pada uraian diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan

manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode

2016-2018?

2. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba

pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang

terdaftar di BEI periode 2016-2018?


3. Bagaimana pengaruh leverage terhadap profitabilitas pada perusahaan

manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode

2016-2018?

4. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional terhadap profitabilitas pada

perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di

BEI periode 2016-2018?

5. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba pada

perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di

BEI periode 2016-2018?

6. Bagaimana pengaruh leverage terhadap manajemen laba dengan

profitabilitas sebagai variabel intervening pada perusahaan manufaktur

sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2016-2018?

7. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba

dengan profitabilitas sebagai variabel intervening pada perusahaan

manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode

2016-2018?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah agar pengertian

yang timbul tidak terlalu luas maka penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh

Leverage (X1) dan Kepemilikan Institusional (X2) terhadap Manajemen Laba (Y)

dengan Profitabilitas (Z) sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada


Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI

Periode 2016-2018).

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Leverage terhadap manajemen

laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang

terdaftar di BEI periode 2016-2018.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepemilikan institusional terhadap

manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang

konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2016-2018.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh leverage terhadap profitabilitas

pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang

terdaftar di BEI periode 2016-2018.

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepemilikan institusional terhadap

profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi

yang terdaftar di BEI periode 2016-2018.

5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap manajemen

laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang

terdaftar di BEI periode 2016-2018.

6. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh leverage tehadap manajemen laba

dengan profitabilitas sebagai variabel intervening pada perusahaan

manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode

2016-2018.
7. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepemilikan institusional terhadap

manajemen laba dengan profitabilitas sebagai variabel intervening pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2018.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman

yang lebih mendalam mengenai ilmu ekonomi dan juga dapat digunakan

untuk menunjukkan kesesuaian antara teori dengan yang ada dalam

kenyataan di lapangan khususnya mengenai Leverage, kepemilikan

institusional, manajemen laba, dan profitabilitas.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini memfokuskan pada perusahaan manufaktur

sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI yang sebagai objek

penelitian, semoga hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para

pegguna laporan keuangan dan manajemen perusahaan agar dapat

memahami bagaimana pengaruh leverage dan kepemilikan institusional

terhadap manajemen laba dengan profitabilitas sebagai variabel

intervening.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan

gambaran keseluruhan dari permulaan hingga akhir isi penelitian. Adapun


sistematika pembahasan yang terdapat dalam penelitian ini terdiri dari lima bab

yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari beberapa bagian antara lain ialah pendahuluan

atau latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan unuk

mengembangkan hipotesis dan menjelaskan fenomena hasil

penelitian sebelumnya. Dengan menggunakan teori yang telah

dikaji dan juga penelitian-penelitian sebelumnya, hipotesis-

hipotesis yang akan dikembangkan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, metode penelitian,

objek, jenis dan sumber, populasi dan sampel, definisi operasional

variabel, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil analisis data dari pengujian hipotesis

dan pembahasan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil yang dilakukan dan saran-

saran yang bersifat membangun untuk peneliti di masa yang akan

datang.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (2006), Scott (2000), mendefinisikan hubungan

keagenan sebagai kontrak yang terjadi ketika antara satu atau lebih individu

(principal) mengikat perjanjian dengan individu lainnya (agent) yang

melibatkan pendelegasian wewenang kepada agen dalam membuat

keputusan.21

Teori Agensi menjelaskan adanya hubungan kontraktual antara manajer

(agent) dengan pemilik perusahaan (principal), dimana pemilik perusahaan

memberikan tanggung jawab kepada manajer dalam pengambilan keputusan.

Pemisahan antara pemilik perusahaan dengan manajer tentu akan

menimbulkan masalah karena masing-masing pihak ingin memaksimalkan

kepentingannya. Adanya teori keagenan diharapkan dapat memberikan

kepercayaan pada investor bahwa investor akan menerima return sesuai

dengan dana yang telah diinvestasikan.22

Salah satu tujuan utama perusahaan, yaitu memaksimalkan laba para

pemegang saham. Oleh karena itu, manajemen harus bertindak untuk

21
Mathius Trandiontong, Kualitas Audit dan Pengukurannya, (Bandung:Alfabeta, 2016),
Hlm.6
22
Helfina Rimardhani, dkk (2016), “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance
Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Pada Perusahaan BUMN Yang Terdaftar Di BEI Tahun
2012-2014)”, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.31, No.1. Universitas Brawijaya Malang. Hlm.168
kepentingan pemegang saham.23 Manajemen laba timbul karena adanya teori

agensi. Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk

mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak.24

2. Perusahaan Manufaktur

a. Pengertian Perusahaan Manufaktur

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengelolah bahan

baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Perusahaan

manufaktur identik dengan pabrik yang mengaplikasikan mesin-mesin,

peralatan dan tenaga kerja. Dimana bahan baku diubah menjadi barang

jadi dalam skala besar.25

b. Pengelompokkan Perusahaan Manufaktur

Bursa Efek Indonesia mengelompokkan perusahaan jenis ini

kedalam sektor dan subsektor. Sektornya ada 3 yaitu Sektor Industri

Dasar dan Kimia, Sektor Aneka Industri, Sektor Industri Barang

Konsumsi. Sedangkan sub sektor nya ada 19.

23
Hikmatuz Zahro (2017) “Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan
dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening”, Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya. Hlm.5
24
Putu Nita Mintria Dewi, dkk (2019), “Pengaruh Good Corporate Governance dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2015-2018”, Jurnal Program Studi Akuntansi Universitas Mahasarawati
Denpasar. Hlm.512
25
www.sahamok.com
1. Industri Dasar dan Kimia, yaitu sektor yang termasuk dalam cabang

industri manufaktur (industri non-migas) yang menghasilkan bahan-

bahan dasar yang selanjutnya akan diproses menjadi barang jadi.

2. Sektor Aneka Industri, yaitu industri yang mengolah bahan baku

menjadi barang jadi (produk) atau barang setengah jadi (komponen).

3. Industri Barang Konsumsi, yaitu produk barang konsumsi yang selalu

dibutuhkan dalam kehidupan manusia.

3. Manajemen Laba

a. Pengertian Manajemen Laba

Manajemen Laba adalah upaya manajer perusahaan untuk

mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan

tujuan untuk menilai manajemen laba sebagai bentuk kecurangan yang

ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.26

b. Tujuan Manajemen Laba

Subramanyam dan Wiki (2010) menyatakan bahwa manajemen

laba sebagai intervensi manajemen dengan sengaja dalam memenuhi

tujuan pribadi. Terdapat tiga jenis strategi manajemen laba yang sering

kali digunakan oleh manajer untuk mencapai tujuan manajemen laba

jangka panjang:27

26
H. Sri Sulistiyanto, Manajemen Laba Teori dan Model Empiris, (Jakarta:PT Gramedia
Widiasarna Indonesia, 2016), Hlm.62
27
Yofi Prima Agustia dan Elly Suryani (2018), “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan
Pertambangan Yng Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Period 2014-2016”, Jurnal Aset (Akuntansi
Riset , 10 91), Hlm.65-66
1. Manajer meningkatkan laba (income increasing) periode kini.

2. Manajer meningkatkan laba (income increasing) periode kini.

3. Manajer melakukan “mandi besar” (big bath) melaluipengurangan

laba periode ini.

4. Manajer mengurangi fluktuasi laba dengan perataan laba (income

smoothing).

c. Pengukuran Manajemen Laba

Manajemen laba diproksikan dengan menggunakan nilai akrual

diskresioner diukur menggunakan Model Modifikasi Jones (Modifed

Jones Model) dengan Rumus:

TAit
Manajemen Laba = DAit = − NDAit
Ait−1

4. Leverage

a. Pengertian Leverage

Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan

dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan

membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam

kategori Extrem leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak

dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit melepaskan beban utang

tersebut.28

28
Harmono, Manajemen Keuangan: Berbasis Balances Socrecard Pendekatan Teori,
Kasus dan Riset Bisnis. (Jakarta: Bumi Aksara 2014), Hlm.127
Leverage sering disebut dengan rasio solvabilitas yang merupakan

suatu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka panjangnya, seperti pembayaran bunga atas hutang,

pembayaran pokok akhir atas hutang dan kewajiban tetap lainnya29

b. Jenis-Jenis Leverage

Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis Leverage Ratio yang

sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam

Leverage Ratio menurut Kasmir, (2016):30

1. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)

Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur

perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain,

seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa

besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

2. Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai

utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan

antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.

Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan

peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. dengan kata lain,

rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang

dijadikan untuk jaminan utang.

29
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers 2016), Hlm.151
30
Ibid., Hal.155-135
3. Long term Debt to Equity Ratio

Long term Debt to Equity Ratio menurut rasio antara utang jangka

panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur

berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan

utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh

perusahaan.

4. Time Interest Earned

Time Interest Earned merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana

pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu

karena tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya.

5. Fixed Charge Coverage

Fixed Charge Coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio

yang menyerupai time interest earned ratio. Hanya saja perbedaannya

adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang

jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa.

c. Pengukuran Leverage

Dalam penelitian ini rasio leverage yang digunakan adalah Debt to

Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang

digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan

cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan

seluruh ekuitas.31 Dengan Rumus:

31
Ibid., Hlm.155
Total Utang
Leverage =
Total Ekuitas

5. Kepemilikan Institusional

a. Pengertian Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah saham yang dimiliki pemerintah,

institusi berbadan hukum, dana perwalian, institusi asing, dan lain

sebagainya yang dapat memonitor manajemen dalam pengelolaan

perusahaan. Pihak institusi merupakan pemegang saham mayoritas yang

memiliki sumber daya besar. Kepemilikan institusional dapat di ukur dari

persentase jumlah saham pihak institusi dari seluruh jumlah saham

perusahaan.32

b. Kelebihan Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional akan melakukan pengawasan yang lebih

optimal terhadap kinerja manajemen. Kepemilikan institusional memiliki

beberapa kelebihan antara lain:

1. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga

dapat menguji keandalan informasi dari suatu perusahaan.

32
Helfina Rimardhani, dkk (2016), “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance
Terhadap Profitabilitas Perusahaan (StudimPada Perusahaan BUMN Yang Terdaftar Di BEI Tahun
2012-2014”, Jurnal Fakultas llmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang, Hlm.169
2. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih

ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam suatu perusahaan.33

c. Pengukuran Kepemilikan Institusional

Kepemlikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham

yang diukur dalam persentase saham yang dimiliki oleh investor institusi

dalam suatu perusahaan dibagi denngan jumah saham yang beredar.

Dengan Rumus:

Jumlah Saham Institusional


Kepemilikan Institusional =
Jumlah Saham Beredar

6. Profitabilitas

a. Pengertian Profitabilitas

Setiap perusahaan pasti ingin mendapatkan laba atau keuntungan

yang maksimal. Profitabilitas yaitu suatu indikator rasio yang bertujuan

untuk mengetahui tingkat laba yang diperoleh pada perusahaan tersebut.

Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar

kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam

hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio

33
Mohammad Ali (2019), “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Saham
Publik, Umur Perusahaan Terhadap Profitabilitas Dengan Jumlah Bencana Alam Sebagai
Moderasi”, Jurnal Magister Akuntansi Trisakti, Vol.6, No.1, Hlm.75
profitabilitasnya maka menggambarkan kemampuan tingginya dalam

memperoleh keuntungan perusahaan.34

Menurut Hery (2015), Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur memampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dari aktivitas nornal bisnisnya.35

Dengan demikian, bahwa profitabilitas ialah kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan dengan

memanfaatkan sumber daya perusahaan yang dapat mengukur efisiensi

dan efektivitas kinerja perusahaan. profitabilitas sering digunakan

investor dapat mengukur kinerja suatu perusahaan. kinerja yang baik

akan ditunjukan pada keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba

perusahaan serta dapat menyampaikan laporan keuangan dengan tepat

waktu.

b. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Menurut Hanafi dan Halim, (2016) ada tiga rasio yang sering

dibicarakan, yaitu:36

1. Profit Margin

Profit Margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini

bisa dilihat secara langsung pada analisis common size untuk laporan

34
Irham Fahmi, Manajemen Keuangan Perusahaan dan Pasar Modal. Edisi Pertama
(Jakarta: Mitra Wacana 2014), Hlm.81
35
Hery , Analisis Laporan Keuangan Pendekatan Raio Keuangan (Yogyakarta: CAPS 2015),
Hlm.227
36
Mahmud M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kelima
(Yogyakarta: UPP STIM YKPN 2016), Hlm.81-82
laba rugi. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan

perusahaan menekan biaya-biaya di perusahaan pada periode tertentu.

2. Return On Assets

Return On Assets mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan

laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu.

3. Return On Equity

Return On Equity mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan

laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran

profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.

c. Pengukuran Rasio Profitabilitas

Pada penelitian ini rasio yang digunakan adalah Return On Asset

(ROA), karena rasio ini mengukur seberapa besar jumlah laba bersih

yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam aset.

Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset, berarti semakin tinggi pula

jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam

dalam aset. Dan sebaliknya, semakin rendah pengembalian atas aset

berarti semakin rendah juga jumlah laba bersih yang dihasilkan dari

setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Dengan Rumus:

Laba Bersih Setelah Pajak


Profitabilitas =
Total Aset
B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama, Tahun Judul Variabel Hasil Penelitian


dan Sumber Penelitian Penelitian
Penelitian
1 Diana Savitri Pengaruh Independen: Leverage
(2019), Leverage Leverage berpengaruh negatif
Jurnal Terhadap terhadap Manajemen
Nominal, Manajemen Laba, Dewan
Dependen:
Vol.VIII, No.2 Laba Dengan Komisaris
Corporate Manajemen Independen,
Governance Laba Kepemilikan
Sebagai Institusional dan
Variabel Moderasi: Kualitas Editor tidak
Pemoderasi Good berpengaruh
Pada Corporate terhadap hubungan
Perusahaan Governance Leverage dengan
Manufaktur Manajemen Laba
Sektor Aneka
Industri Yang
Terdaftar Di
BEI Periode
2013-2016
2 Putu Nita Pengaruh Independen: Kepemilikan
Mintria Dewi, Good Good Manajerial,
dkk (2019), Corporate Corporate Kepemilikan
Jurnal Program Governance Governance Institusional, Ukuran
Studi dan Ukuran dan Ukuran Perusahaan tidak
Akuntansi, Perusahaan Perusahaan berpengaruh
Fakultas Terhadap terhadap Manajemen
Ekonomi dan Manajemen Dependen: Laba. Komisaris
Bisnis, Laba Pada Manajemen Independen dan
Universitas Perusahaan Laba Komite Audit
Mahasaraswati Yang Terdaftar berpengaruh negatif
Denpasar Di Bursa Efek terhadap Manajemen
Indonesia Laba
Tahun 2015-
2018
3 Debby Ayu Pengaruh Independen: Perputaran Modal
Puspita (2018), Perputaran Perputaran Kerja dan Likuiditas
Jurnal Ilmu Modal Kerja, Modal Kerja, berpengaruh positif
Manajemen, Ukuran Ukuran terhadap
Jurusan Perusahaan, Profitabilitas,
Perusahaan,
Manajemen Leverage, dan Ukuran Perusahaan
Fakultas Likuiditas Leverage, dan berpengaruh negatif
Ekonomi Terhadap Likuiditas terhadap
Universitas Profitabilitas Profitabilitas,
Negeri Perusahaan Dependen: Leverage tidak
Surabaya, Animal Feed Profitabilitas berpengaruh
Vol.6, No.1 Di BEI Periode terhadap
2012-2015 Profitabilitas
4 Ni Wayan Tia Pengaruh Independen: Bonus tidak
Deviyanti dan Bonus, Ukuran Bonus, Ukuran berpengaruh pada
I Putu Sudana Perusahaan, Perusahaan, Manajemen Laba,
(2018), dan Leverage Ukuran Perusahaan
dan Leverage
E-Jurnal pada berpengaruh negatif
Akuntansi Manajemen pada Manajemen
Universitas Laba Dependen: Laba, Leverage
Udayana, Manajemen berpengaruh positif
Vol.23.2 Laba pada Manajemen
Laba
5 Yofi Prima Pengaruh Independen: Secara Simultan
Agustia dan Ukuran Ukuran Ukuran Perusahaan,
Elly Suryani Perusahaan, Perusahaan, Umur Perusahaan,
(2018), Umur Leverage dan
Umur
Jurnal Aset Perusahaan, Profitabilitas
(Akuntansi Leverage dan Perusahaan, berpengaruh
Riset), 10(1) Profitabilitas Leverage dan signifikan terhadap
Terhadap Profitabilitas Manajemen Laba,
Manajemen secara parsial
Laba (Studi Dependen: Ukuran Perusahaan
Pada Manajemen dan Profitabilitas
Perusahaan Laba tidak berpengaruh
Pertambangan signifikan terhadap
yang Terdaftar Manajemen Laba,
di Bursa Efek Umur Perusahaan
Indonesia dan Leverage
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap Manajemen
Laba
6 Dendi Pengaruh Independen: Profitabilitas
Purnama Profitabilitas, Profitabilitas, berpengaruh positif
(2017), Leverage, Leverage, terhadap Manajemen
Jurnal JRKA Ukuran Laba, Leverage dan
Vol.3, Isue.1 Perusahaan, Ukuran Kepemilikan
Kepemilikan Perusahaan, Institusional tidak
Institusional Kepemilikan berpengaruh
dan terhadap Manajemen
Institusional
Kepemilikan Laba, Ukuran
Manajerial dan Perusahaan,
Terhadap Kepemilikan Kepemilikan
Manajemen Manajerial Manajerial
Laba berpengaruh negatif
Dependen: terhadap Manajemen
Manajemen Laba
Laba
7 Dwi Fuzie Pengaruh Independen: Pengungkapan CSR
Lestari, dkk Pengungkapan Pengungkapan dan Kepemlikan
(2017), Corporate Corporate Institusional tidak
Jurnal Fakultas Social berpengaruh
Social
Ekonomi Responsibility terhadap ROA,
Universitas (CSR), Ukuran Responsibility Ukuran Perusahaan
Maritim Raja Perusahaan, (CSR), Ukuran dan Struktur Modal
Ali Haji Struktur Perusahaan, berpengaruh
(UMRAH) Modal, dan Struktur terhadap ROA.
Struktur Modal, dan Pengungkapan
Kepemilikan Struktur Corporate Social
Terhadap Responsibility
Kepemilikan
Profitabilitas
(CSR), Ukuran
Pada
Perusahaan Dependen: Perusahaan, Struktur
Manufaktur Profitabilitas Modal, dan
Yang Kepemilikan
Berkategorikan Institusional
High Profile berpengaruh
Yang Terdaftar terhadap ROA
Di Bursa Efek
Indonesia
Periode 2013-
2015
8 Dewa Gede Proporsi Independen: Kepemilikan
Yudha Dewan Kepemilikan Institusional
Dananjaya dan Komisaris Institusional berpengaruh positif
Putu Agus Independen terhadap Manajemen
Ardiana Sebagai Laba, Proporsi Dewa
(2016), Pemoderasi Dependen: Komisaris
E-Jurnal Pengaruh Manajemen Independen mampu
Akuntansi Kepemilikan Laba memoderasi
Universitas Institusional (melemahkan)
Udayana, Pada pengaruh positif
Vol.15.2 Manajemen Moderasi: Kepemilikan
Laba Proporsi Institusional pada
Dewan Manajemen Laba
Komisaris
Independen
9 Dian Masita Pengaruh Independen: Likuiditas tidak
Dewi (2016), Likuiditas, Likuiditas, berpengaruh
Jurnal Bisnis Leverage, Leverage, terhadap
dan Ekonomi, Ukuran Ukuran profitabilitas,
Vol.23, No.1 Perusahaan Perusahaan Leverage dan
Terhadap Ukuran Perusahaan
Kebijakan Dependen: berpengaruh negatif
Dividen Tunai Kebijakan signifikan terhadap
Dengan Dividen Tunai Profitabilitas.
Profitabilitas Profitabilitas,
Sebagai Intervening: likuiditas, Leverage
Variabel Profitabilitas dan Ukuran
Intervening Perusahaan tidak
berpengaruh
terhadap Kebijakan
Dividen Tunai.
Profitabilitas tidak
mampu menjadi
variabel intervening
untuk menjembatani
Likuiditas, Leverage,
dan Ukuran
Perusahaan dengan
Kebijakan Dividen
Tunai
10 Helfina Pengaruh Independen: Kepemilikan
Rimardhani, Mekanisme Mekanisme Institusional
dkk (2016), Good Good berpengaruh positif
Jurnal Corporate Corporate signifikan terhadap
Administrasi Governance Governance ROA, Dewan
Bisnis, Vol.31, Terhadap Komisaris
No.1 Profitabilitas Dependen: Independen
Perusahaan Profitabilitas berpengaruh negatif
(Studi Pada signifikan terhadap
Perusahaan ROA, Dewan
BUMN Yang Direksi dan Komite
Terdaftar Di Audit tidak
BEI Tahun berpengaruh
2012-2014) signifikan terhadap
ROA. Dan secara
Simultan
Kepemilikan
Institusional, Dewan
Komisaris
Independen, Dewan
Direksi dan Komite
Audit berpengaruh
signifikan terhadap
Profitabilitas
11 I Gusti Bagus Pengaruh Independen: Ukuran Perusahaan,
Angga Ukuran Ukuran Leverage dan
Prataman dan I Perusahaan Perusahaan Profitabilitas
Gusti Bagus dan Leverage dan Leverage berpengaruh positif
Wiksuana terhadap Nilai signifikan terhadap
(2016), Perusahaan Dependen: Nilai Perusahaan.
E-Junal dengan Nilai Ukuran Perusahaan
Manajemen Profitabilitas Perusahaan dan Leverage
Unud, Vol.5, sebagai berpengaruh posititf
No.2 variabel Mediasi: signifikan terhadap
mediasi Profitabilitas Profitabilitas.
Profitabilitas tidak
mampu memediasi
pengaruh Ukuran
Perusahaan dan
Leverage terhadap
Nilai Perusahaan
12 Ni Luh Pengaruh Independen: Diversifikasi
Floriani Ria Diversifkasi Diversifkasi Operasi, Leverage
Dimarcia dan Operasi, Operasi, tidak berpengaruh
Komang Ayu Leverage, pada Manajemen
Leverage,
Krisnadewi Kepemilikan Laba, dan
(2016), Manjerial Pada Kepemilikan Kepemilikan
E-Jurnal Manajemen Manjerial Manajerial
Akuntansi Laba berpengaruh negatif
Universitas Dependen: pada Manajemen
Udayana, Manajemen Laba
Vol.15.3 Laba
13 Ni Putu Linda Pengaruh Independen: Asimetri dan
Ayu Utari dan Asimetri Asimetri Leverage
Maria M. Informasi, Informasi, berpengaruh positif
Ratna Sari Leverage, Leverage, pada Manajemen
(2016), Kepemilikan Kepemilikan Laba, Kepemilikan
E-Jurnal Institusional Institusional Manajerial dan
Akuntansi Pada Kepemilikan
Universitas Manajemen Dependen: Institusional
Udayana, Laba Manajemen berpengaruh negatif
Vol.15.3 Laba pada Manajemen
Laba
14 A.A. Wela Pengaruh Independen: Leverage
Yulia Putra Leverage, Leverage, berpengaruh negatif
dan Ide Bagus Pertumbuhan Pertumbuhan dan signifikan
Badjra (2015), Penjualan dan terhadap
Penjualan dan
E-Jurnal Ukuran Profitabilitas,
Manajemen Perusahaan Ukuran Pertumbuhan
Unud, Vol.4, Terhadap Perusahaan Penjualan dan
No.7 Profitabilitas Ukuran Perusahaan
Dependen: berpengaruh negatif
Profitabilitas dan tidak signifikan
terhadap
Profitabilitas
15 Wildarman, Pengaruh Independen: Profitabilitas dan
dkk (2015), Profitabilitas, Profitabilitas, Leverage
Jurnal Jurusan Leverage, dan Leverage, dan berpengaruh
Akuntansi Asimetri signifikan negatif
Asimetri
Fakultas Informasi terhadap Tindakan
Ekonomi Terhadap Informasi Manajemen Laba,
Universitas Manajemen Asimetri Informasi
Bung Hatta Laba Dependen: tidak memiliki
Manajemen b=pengaruh yang
Laba signifikan terhadap
Tindakan
Manajemen Laba
Sumber: Data yang telah di olah, 2020
C. Kerangka Pemikiran

kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan antara Leverage dan

kepemilikan institusional terhadap manajemen laba dengan profitabilitas sebagai

variabel intervening adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Leverage (X1)

Profitabilitas Manajemen
(Z) Laba (Y)

Kepemilikan
Institusional (X2)

D. Pengembangan Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan penjelasan yang bersifat sementara terhadap

masalah penelitian, kejadian atau peristiwa yang sudah atau akan terjadi.

Hipotesis disebut sebagai dugaan atau jawaban sementara yang mana

keberadaanya masih harus di uji secara empiris yang hasilnya bisa diterima atau

ditolak. Berdasarkan deskripsi teoritis, kerangka berfikir dan hasil-hasil penelitian

terdahulu yang relevan di atas maka dapat di tarik hipotesis penelitian yang telah

di rumusakan sebagai berikut:


1. Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba

Leverage merupakan salah satu rasio keuangan yang menggambarkan

hubungan antara hutang jangka panjang perusahaan terhadap modal maupun

asset perusahan. Leverage melihat sejauh mana perusahaan dapat memenuhi

kewajiban jangka panjangnya dengan kemampuan perusahaan yang

digambarkan melalui asset dan modal yang dimiliki. Dengan tingkat leverage

yang tinggi, berarti perusahaan melakukan pinjaman jangka panjang yang

besar berarti dapat meningkatkan profitabilitas, tetapi disisi lain hutang yang

tinggi dapat meningkatkan risiko kebangkrutan. Berdasarkan penjelasan

tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H1 : Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba

2. Pengaruh Kepemilikan Institusonal terhadap Manajemen Laba

Pemilik saham institusional merupakan pemegang saham mayoritas

mengharapkan posisi manajer mampu meminimalisir manajemen laba, sebab

apabila pemegang saham institusional selaku pemilik mayoritas saham

menginginkan manajer melaksanakan perekayasaan profit guna keuntungan

pemilik saham mayoritas serta manajemen sehigga pemilik saham minoritas

dan pasarr saham akan menurunkan hargasaham perusahaan yang berdampak

rugi bagi pemegang saham mayoritas.

Penelitian Widyastuti (2009) menyatakan Kepemilikan Institusional

memiliki pengaruh signifikan kepada Manajemen Laba yang diproksikan

discresionary acrual dan arah koefisien negatif. Tindak pemantauan

perusahaan dilaksanakan oleh investor institusional mampu memotivasi


manajer supaya fokus perhatian pada kinerja perusahaan agar dapat

meminimalisasi sikap oppurtunistic alias mementingkan diri

H2 : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Manajemen

Laba

3. Pengaruh Leverage terhadap Profitabilitas

Perusahaan yang menggunakan sumber dana dari hutang harus

mempertimbangkan kemampuannya untuk melunasi kewajiban tetapnya.

Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk menentukan struktur modal yang

optimal bagi perusahaan. Pemilihan struktur modal yang tidak optimal akan

menurunkan nilai perushaan melalui penurunan tingkat profitabilitas yang

ditandai dengan kerugian yang dialami oleh perusahaan.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Salehi dan Bashiri (20120

menyatakan bahwa struktur modal (leverage) berpengaruh positif signifikan

terhadap profitabilitas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ju Chen dan Yu

Chen (2011) juga menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap profitabilitas. Hasil yang sama juga diungkapkan oleh

Khalid (2011) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif

signifikan terhadap profitabilitas. Odongo, Leonard dan Mokoteli (2014)

menyatakan leverage berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas

suatu perusahaan.

H3 : Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap

Profitabilitas
4. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Profitabilitas

Kepemilikan institusional adalah besarnya proporsi saham perusahaan

yang dimiliki oleh institusi eksternal lain. Tingkat kepemilikan institusional

yang tinggi akan meningkatkan nilai profitabilitas perusahaan. penelitian

Putra dan Nuzula (2017) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional

memiliki pengaruh yang positif terhadap profitabilitas. Penelitian Arifani

(2013) dan Putri (2014) yang juga menemukan pengaruh yang positif antara

kepemilikan institusional dengan profitabilitas. Berdasarkan penjelasan

tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H4 : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap

Profitabilitas

5. Pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba

Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja manajemen dalam

mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan

perusahaan. Laba yang dihasilkan perusahaan selama tahun berjalan dapat

menjadi indikator terjadinya praktik manajemen laba dalam suatu perusahaan.

Biasanya manajemen laba dilakukan manajer untuk memanipulasi komponen

laba rugi yang dilaporkan perusahaan (Guna & Herawaty 2010). Berdasarkan

penjelasan tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H5 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Manajemen

Laba
6. Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba dengan Profitabilitas

sebagai variabel intervening

Leverage sebagai salah satu usaha dalam peningkatan laba

perusahaan, dapat menjadi tolak ukur dalam melihat perilaku manajer dalam

hal manajemen laba. Perusahaan yang mengunakan sumber dana dari hutang

harus mempertimbangkan kemampuannya untuk melunasi kewajiban

tetapnya. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk menentukan struktur

modal (leverage) yang optimal bagi perusahaan yang dipercaya dapat

meningkatkan manajemen laba dan juga laba yang akan di dapatkan para

pemegang saham. Penelitian ini memprediksikan bahwa profitabilitas

memperkuat hubungan antara Leveage terhadap Manajemen Laba.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H6 : Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap

Manajemen Laba dengan Profitabilitas sebagai variabel

intervening

7. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba dengan

Profitabilitas sebagai variabel intervening

Pemilik saham institusional merupakan pemegang saham mayoritas

mengharapkan posisi manajer mampu meminimalisir manajemen laba, sebab

apabila pemegang saham institusional selaku pemilik mayoritas saham

menginginkan manajer melaksanakan perekayasaan profit guna keuntungan

pemilik saham. Dengan demikian, kepemilikan institusional yang dipercaya

dapat meningkatkan manajemen laba dan juga laba yang akan di dapatkan
para pemegang saham. Penelitian ini memprediksikan bahwa profitabilitas

memperkuat hubungan antara Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen

Laba. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H7 : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Manajemen

Laba dengan Profitabilitas sebagai variabel intervening


BAB III

Metodelogi Penelitian

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian untuk menganalisis

pengaruh tingkat Leverage dan Kepmilikan Institusional terhadap Manajemen

Laba dengan Profitabilitas sebagai variabel intervening pada perusahaan

manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2016-2018.

B. Jenis dan Sumber Data Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif, yaitu data yang menekankan pada pengujian teori-teori

melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dalam suatu skala angka

(numeric) dan melakukan anlisis data dengan prosedur statistik. Analisa

data kuantitaif membentuk batasan yang diterima atau ditolak oleh teori

yang telah ada.

2. Sumber Data Penelitian

Menurut Sanusi jenis data berdasarkan sumbernya tergolong

menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut:37

a. Data primer yaitu data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan

oleh peneliti.

37
Sanusi Anwar. Metodologi Penelitian Bisnis. (Jakarta: Salemba Empat, 2014), Hlm.104
b. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh

pihak lain atau lembaga pengumpulan data.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Data sekunder yang terkait dengan variabel yang akan diteliti

yaitu Leverage, Kepemilikan Institusional, Manajemen Laba dan

Profitabilitas. Data dapat diambil berupa laporan tahunan dan laporan

keuangan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan diakses dari www.idx.co.id

dan website resmi masing-masing perusahaan dengan periode waktu yang

digunakan dari tahun 2016-2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya

orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk

mempelajarinya atau menjadi objek penelitian.38 Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor industri

barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah

populasi penelitian ini adalah 36 perusahaan.

38
Maya Panorama dan Muhajirin (2016), “pendekatan Praktis Metode Penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif”. Yogyakrta: Idea Press Yogyakarta. Hlm.50
2. Sampel

Sampel merupakan suatu himpunan bagian dari unit populasi.39

Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling, purposive

sampling merupakan metode pengambilan sampel dengan kriteria

tertentu. Setelah dipilihnya beberapa kriteria pemilihan sampel, sehingga

dalam penelitian ini menggunakan 19 perusahaan manufaktur sektor

industri barang konsumsi. Sebagai sampel, yaitu sebagai berikut:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2016-2018.

b. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

sektor industri barang konsumsi periode 2016-2018.

c. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang

menerbitkan laporan tahunan selama tiga tahun berturut-turut 2016-

2018.

d. Perusahaan manufaktur yang memiliki data lengkap dan menyeluruh

terkait dengan variabel yang digunakan.

Tabel 3.1

Sampel Penelitian

No Keterangan Jumlah

1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 144


(BEI) periode 2016-2018

2 Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang 36


terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2018

39
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: PT
RINEKA, 2006), Hlm.131
3 Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang (12)
melaporkan laporan tahunan selama tiga tahun berturut-turut
2016-2018

4 Perusahaan manufaktur yang memiliki data lengkap dan (5)


menyeluruh terkait dengan variabel yang digunakan

Jumlah sampel perusahaan manufaktur sektor industri barang 19


konsumsi periode 2016-2018

Sumber: Data yang telah diolah, 2020

Berdasarkan kriteria pemilihan sampel diatas terdapat 19 perusahaan

manufaktur sektor industri barang konsumsi yang dapat dijadikan sampel dalam

penelitian ini. Periode dalam penelitian dari tahun 2016-2018, maka 19 dikali 3

tahun N = 57

D. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Independen

Variabel independen ini sering disebut dengan variabel bebas.

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Dalam penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah

variabel leverage, dalam penelitian ini menggunakan rasio debt to equity

ratio (DER), yaitu rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan

ekuitas. Variabel kedua dalam penelitian ini Kepemilikan Institusional

yaitu kepemilikan saham institusional dengan saham yang beredar.


2. Variabel Dependen

Variabel dependen sering disebut dengan variabel terikat. Variabel

terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang sering menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini variabel

dependen yang digunakan adalah variabel Manajemen Laba yang

diproksi dengan discretionary accrual.

3. Variabel Intervening

Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritits

mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen. Variabel ini merupakan variabel antara yang terletak diantara

variabel independen dan variabel dependen sehingga variabel independen

tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel

dependen. Penelitian ini menggunakan variabel intervening yaitu variabel

Profitabilitas, dalam penelitian ini menggunakan rasio Return On Assets

(ROA). ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Berikut tabel

definisi operasional variabel:

Tabel 3.2

Devinisi Operasional Variabel


Variabel
Dependen,
Independen Definisi Indikator Skala
dan
Intervening
Manajemen Manajemen laba dalam DAC = Rasio
Laba (Y) penelitian ini dideteksi (TAC/Tait-1) -
(Dependen) menggunakan Model Jones NDAC
dengan proksi akrual
diskresioner (discretionary
accrual)
Leverage (X1) Leverage adalah salah satu - Jumlah liabilitas Rasio
(Independen) rasio keuangan yang - Jumlah ekuitas
menggambarkan hubungan
antara hutang perusahaan
terhadap modal maupun
aset perusahaan
Kepemilikan Proporsi kepemilikan -Jumlah kepemilikan Rasio
Institusional saham oleh institusi atau institusional
(X2) lembaga non bank dimana -Jumlah saham yang
(Independen) lembaga tersbut mengelola beredar
dana atas nama orang lain. -

Profitabilitas Return On Assets (ROA) - Laba bersih setelah Rasio


(Z) merupakan perbandingan pajak
(Intervening) antara laba bersih dengan - Total aset
total aset yang digunakan
sebagai indikator pengukur
kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba
Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber, 2020

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Cooper dan

Schindler, riset kuantitatif melakukan pengukuran yang lebih akurat terhadap

suatu objek. Proses dari penelitian menggunakan metode kuantitatif memuat

pengujian dan melakukan verifikasi terhadap kebenaran teori tersebut.40

40
Muhajirin dan Maya Panorama, Pendekatan Praktis Metode Penilaian Kuanlitatif dan
Kuantitatif, Yogyakarta: Idea Press, 2017, hlm.50
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah laporan keuangan

(annual report) dalam kurun waktu 2016-2018 yang diperoleh melalui

www.idx.co.id. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path

analysis), yang diolah menggunakan SPSS (Statistical Package For Sosial

Science).

Analisis data dengan menggunakan SPSS (Statistical Package For Social

Science), di analisis menjadi dua bagian antara lain statistik intfrensial dan

statistik deskriptif. Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji

hipotesis melalui Uji T yang diawali dengan analisis prasyarat yakni uji

normalitas dan uji homoginetas (Uji F). Statistik deskriptif adalah bentuk analisis

data penelitian dengan untuk menguji generalisasi hasil penelitian yang

didasarkan atas satu sampel. Analisis deskriptif menggambarkan atau

mendiskripsikan suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar

deviasi, nilai maksimum dan minimum. Analisis deskriptif juga digunakan untuk

melihat apakah data dari variabel yang digunakan terdistribusi secara normal atau

tidak.41

1. Uji Asumsi Klasik

Ghozali (2014) berpendapat bahwa42 dalam model regresi linier ada

beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar hasil estimasi efisien tidak terjadi

penyimpangan dan memberikan informasi yang sesuai dengan keadaan nyata.

Hal ini juga agar model regresinya bersifat BLUE (Best Linier Unbiased

41
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program, Edisi Ketujuh,
(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2014), hlm.143
42
Ibid., Hlm.143
Estimated) atau tidak bias (nilai harapan estimator sama dan mendekati nilai

parameter yang sebenarnya). Untuk memenuhi syarat yang sudah dutentukan

sehingga penggunaan model penelitian, diperlukan pengujian atas bebrapa

asumsi klasik yang digunakan, antara lain, sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui suatu populasi suatu data

dapat dilakukan dengan analisis grafik, salah satu cara termudah untuk

melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram dan

normalitas residual adalah dengan melihat grafik histrogram dan normal

probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data

sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika

distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data

sesungguhnya akan mengikuti garis digonalnya. Model regresi yang baik

adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.43

Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian

normalitas dilakukan dengan pengujian Jarque Bera Test atau JB test, uji

ini merupakan uji normalitas dengan berdasarkan pada koefisien

keruncingan (kurtosis) dan koefisien kemiringan (skewness). Uji ini

dilakukan dengan membandingkan statistik JB (Jarque-Bera) dengan nilai

C2 tabel. Jika nilai JB (Jarque-Bera) ≤ C2 tabel maka nilai residual

43
Ibid., hlm.147
terstandarisasi dinyatakan berdistribusi normal. Hipotesis yang

dikemukakan:

Ho = data residual berdistribusi normal (Asymp. Sig > 0,05)

Ha = data residual tidak berdistribusi normal (Asymp. Sig < 0,05)

b. Uji Linieritas

Uji linearitas akan diperoleh informasi apakah model empiris

sebaiknya linear, kuadrat atau kubik. Dengan uji linearitas akan diperoleh

informasi apakah model empiris sebaiknya linear, kuadrat atau kubik.

Salah satu cara untuk menguji apakah spesifikasi model dalam bentuk

linear atau tidak adalah dengan Uji Lagrange Multiplier44, uji ini

merupakan uji alternatif dari Ramsey Test dan dikembangkan oleh Engle

tahun 1982. Estimasi dengan uji ini bertujuan untuk mendapatkan 𝑐 2

hitungan atau (𝑛 𝑥 𝑅 2 ). Langkah-langkah pengujiannya:

1. Lakukan regresi dengan persamaan utama, Y = f (X1, X2,

X3,............Xn)

2. Jika dianggap persamaan utama tersebut benar spesifikasinya, maka

nilai residualnya harus dihubungkan dengan nilai kuadrat variabel

independen dengan persamaan regresi:

Ut = b0 + b1 X12 + b2 X22+ bn Xn2.......+ bn Xn2

3. Dapatkan nilai R^2 untuk menghitung c^2 hitung.

4. Jika nilai c2 hitung >c2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan model

linear ditolak.

44
Imam Ghozali. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program (edisi ketujuh)”.
(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2014), hlm.105
c. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolineiritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi, variabel-variabel independen saling berkorelasi. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.45

Jika antar variabel bebas berkorelasi dengan sempurna maka disebut

multikolinearitasnya sempurna (perfect multicoliniarity), yang berarti

model kuadrat terkecil tersebut tidak dapat digunakan. Salah satu cara

untuk mengetahuiada tidaknya multikolinearitas pada suatu model regresi

adalah dengan melihatnilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor),

yaitu :

1. Jika nilai tolerance > 0.10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa

tidak terdapat multikolinearitas pada penelitian tersebut.

2. Jika nilai tolerance < 0.10 dan VIF > 10, maka dapat diartikan bahwa

terjadi gangguan multikolinearitas pada penelitian tersebut

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana tejadinya korelasi antara residual

pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Uji

autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang

terjadi antara residual pada saat pengamatan dengan pengamatan lain pada

model regresi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (uji

DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

45
Ibid., hlm.147
1. Jika d lebih kecil dari dl atau lebih besar dari (4-DL), maka hipotesis

nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

2. Jika d terletak antara du dan atau diantara (4-DU), maka hipotesis

nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.

3. Jika d terletak antara dl dan du atau diantara (4-DU) dan (4-DL),

maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

e. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan

varian dari residual atau pengamatan kepengamatan lain. Apabila varian

dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

homoskedasitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi

heteroskedastisitas atau homoskedastisitas. Salah satu cara untuk

mengetahui keberadaan heteroskedastisitas ialah dengan uji white. Pada

prinsipnya uji White mirip dengan kedua uji Park maupun uji Glejser.

Menurut White, uji ini dapat dilakukan dengan meregres residual kuadrat

(ei²) dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel

bebas.

2. Uji Hipotesis

a. Uji t-statistik

Uji t merupakan pengujian untuk mengetahui apakah masing-masing

koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan

menganggap variabel independen lainnya konstan.


1. Jika t-hitung < t-tabel maka variasi variabel bebas tidak dapat

menerangkan variabel dependen, dimana tidak terdapat pengruh

variabel independen terhadap variabel dependen.

2. Jika t-hitung > t-tabel maka variasi variabel independen dapat

menerangkan variabel dependen, dimana terdapat pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen.

b. Uji F-statistik

Uji F merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh antara seluruh variabel secara bersama-sama terhadap variabel

dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung

dengan F-tabel, dapat diasumsikan sebagai berikut:

1. Jika F-hitung > F-tabel maka variabel independen secara bersama-

sama mempengaruhi variabel dependen.

2. Jika F-hitung < F-tabel maka variabel independen secara bersama-

sama tidak mempengaruhi variabel dependen.

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar

variabel-variabel independen secara bersama-sama mampu memberikan

penjelasan mengenai variabel dependen dimana nilai R2 berkisar antara

nol sampai satu. Semakin besar nilai R2, maka akan semakin besar variasi

variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen.


3. Analisis Jalur (Path Analysis)

Menurut Ghozali (2014)46 analisis jalur merupakan perluasan dari

regresi linear berganda. Analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi

untuk menaksir hubungan kausaitas antar variabel yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Berdasarkan model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

model analisis regresi dan analisis jalur, dimana kedua model tersebut akan

digabungkan menjadi satu kesatuan, maka model regresi yang digunakan

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Substruktual I : Zit = α + βX1it + βX2it + βX3it + eit

Substruktual II : Y1it = α + βX1it + βX2it + βX3it + βZit + eit

Dimana :

Y : Manajemen Laba

X1 : Leverage

X2 : Kepemilikan Institusional

Z : Profitabilitas

α : Konstanta

β : Koefisien

e : Tingkat Kesalaha/Error

Untuk membuktikan model regresi diatas, perhitungan pengaruh

sebagai berikut:

46
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program, Edisi Ketujuh,
(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2014), hlm.147
a. Pengaruh langsung/direct effect

1. Pengaruh variabel X1 (Leverage) terhadap Y (Manajemen Laba)

X1 → Y

2. Pengaruh variabel X2 (Kepemilikan Institusional) terhadap Y

(Manajemen Laba)

X2 → Y

3. Pengaruh Variabel X1 (Leverage) terhadap Z (Profitabilitas)

X1 → Z

4. Pengaruh Variabel X2 (Kepemilikan Institusional) terhadap Z

(Profitabilitas)

X2 → Z

5. Pengaruh Variabel Z (Profitabilitas) terhadap Y (Manajemen Laba)

Z→ Y

b. Pengaruh tidak langsung/indirect effect

1. Pengaruh variabel X1 (Leverage) terhadap Y (Manajemen Laba)

melalui Z (Profitabilitas)

X1 → Y → Z

2. Pengaruh variabel X2 (Kepemilikan Institusional) terhadap Y

(Manajemen Laba) melalui Z (Profitabilitas)

X2 → Y → Z

c. Pengaruh total/total effect

1. Pengaruh variabel X1 melalui Z terhadap Y

X1 → Z → Y
2. Pengaruh variabel X2 melalui Z terhadap Y

X2 → Z → Y

Anda mungkin juga menyukai