Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua perusahaan manufaktur di Indonesia dalam era globalisasi

selayaknya berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya

rendah dalam rangka meningkatkan daya saing baik dipasar domestik maupun

pasar global. Situasi ini mendorong mereka untuk mengadaptasikan sistem

manufaktur yang dapat mempercepat proses penciptaan nilai tambah, antara lain

dengan melakukan hubungan kontraktual dengan para pemasok dan investor

(Ansari, 1984).

Sebagaimana telah diketahui perusahaan manufaktur merupakan industri

yang dalam kegiatannya mengandalkan modal dari investor, oleh karena itulah

perusahaan manufaktur harus dapat menjaga kesehatan keuangan atau

likuiditasnya. Mengingat besarnya pengaruh yang timbul bila terjadi kesulitan

keuangan pada industri manufaktur, maka perlu dilakukan analisis sedemikian

rupa, sehingga kesulitan keuangan dan kemungkinan kebangkrutan dapat

dideteksi lebih awal untuk selanjutnya menentukan arah kebijaksanaan.

Untuk pengambilan keputusan ekonomi, para pelaku bisnis dan

pemerintah membutuhkan informasi tentang kondisi dan kinerja keuangan

perusahaan. Analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami

informasi laporan keuangan. Analisis kinerja keuangan merupakan alternatif

untuk menguji apakah informasi keuangan bermanfaat untuk melakukan

klasifikasi atau prediksi terhadap harga saham. Analisis rasio keuangan


didasarkan pada data keuangan historis yang tujuan utamanya adalah memberi

suatu indikasi kinerja perusahaan pada masa yang akan datang.

Analisa rasio keuangan merupakan instrumen analisa perusahaan yang

ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan perusahaan

yang bersangkutan. Dengan analisa rasio keuangan ini dapat diketahui kekuatan

dan kelemahan perusahaan di bidang keuangan.

Kasmir (2009) membagi rasio keuangan menjadi tiga macam yang

berbeda yaitu : rasio likuditas, solvabilitas, dan profitabilitas. Likuiditas adalah

kemampuan perusahaan dalam memnuhi kewajiban yang sudah jatuh tempo.

Solvabilitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan

dibiayai dengan utang. Aktivitas untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam

menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio profitabilitas menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan

Rasio keuangan sangat penting gunanya untuk melakukan analisa

terhadap kondisi keuangan perusahaan, dengan analisis rasio dapat diketahui

kekuatan ataupun kelemahan perusahaan dibidang keuangan, rasio juga dapat

digunakan sebagai alat analisis yang dapat memberikan jalan keluar dan

menggambarkan gejala-gejala yang tampak dalam suatu keadaan, serta dapat

menunjukan area-area yang memerlukan penelitian dan penanganan yang lebih

mendalam.

Analisis rasio keuangan merupakan analisis awal yang digunakan untuk

menilai kinerja keuangan perusahaan secara umum. Contohnya rasio likuiditas

yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi


kewajiban jangka pendek perusahaan dan rasio profitabilitas dapat dipakai untuk

mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Fenomena lain yang terjadi adalah peranan penting dari rasio keuangan

pada perusahaan manufaktur sektor cunsumer goods industry yang go publik.

Pasar global memungkinkan setiap perusahaan dapat berinteraksi dengan bebas di

seluruh belahan dunia. Hal ini menyebabkan persaingan yang cukup tajam antara

produk dalam negeri dengan produk impor. Indonesia yang mendapat serbuan

tajam dari produk-produk impor dari perusahaan China dan perusahaan asing

lainnya. Hal ini menyebabkan pangsa pasar produk dalam negeri menjadi

tersaingi.

Sentimen ketidakpastian kondisi global masih sangat berpengaruh

terhadap perdagangan saham di Indonesia. Untuk itu alokasi investasi saham lebih

baik pada saham saham yang berorientasi domestik, seperti: saham sektor

perbankan, sektor infrastruktur, sektor consumer goods dan ritel (Kontan, Edisi 3-

9 Desember 2012). Sepanjang tahun 2014 hingga semester pertama usai, kinerja

penjualan emiten-emiten sub sektor makanan dan minuman masih mencatatkan

kenaikan.

Rata-rata pertumbuhan penjualan emiten-emiten ini masih cukup tinggi.

Sebut saja penjualan Tiga Pilar Sejahtera yang tercatat tumbuh 37%. Atau Tri

Bayan Tirta yang mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 47%. Perumbuhan

industri barang konsumsi di indonesia menunjukan nilai yang menggembirakan

dalam beberapa tahun terakhir. Data BAPEPAM-LK (2012) menunjukan bahwa

industri barang konsumsi terus tumbuh dan semakin diminati. Hal itu dapat

terlihat dari pertumbuhan indeks sektoral barang konsumsi yang tumbuh secara
signifikan dibanding sektor lainya. Sebelum tahun 2009 menunjukan angka

pertumbuhan yang cenderung menurun, namun mulai tahun 2009-2012

pertumbuhan indeks sektoral barang konsumsi cenderung naik drastis.

Selain pertumbuhan yang cukup bagus, industri barang konsumsi di

Indonesia juga merupakan salah satu penyumbang terbesar Pendapatan Domestik

Bruto (PDB) dari industri nonmigas. Perusahaan-perusahaan tersebut harus

memiliki pondasi kinerja yang cukup kuat untuk bersaing di pasar. Oleh sebab itu

perusahaan harus selalu memperhatikan kinerja perusahaannya sehingga

perusahaan tersebut akan tetap eksis walaupun serangan produk impor terus

terjadi.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Profitabilitas Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh Rasio Solvabilitas terhadap Profitabilitas Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh Rasio Aktivitas terhadap Profitabilitas Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui analisis Laporan Keuangan pada Perusahaan Semen

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan Rasio

Likuiditas, Solvabilitas, aktivitas dan Profittabilitas

1.4 Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis dan peneliti lain

dalam bidang manajemen keuangan serta diharapkan dapat sebagai

perbandingan pada penelitian dimasa yang akan datang dalam bidang yang

sama.

b. Praktis

Diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan bagi

perusahaan yang bersangkutan.


1.5 Sistematika penulisan

Sistematika dalam penulisan proposal ini adalah:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan teori

Bab ini menguraikan tentang landasan teori, penelitian terdahulu dan

kerangka pemikiran.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, objek dan subjek

penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, jenis data,

teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.


BAB II

LANDASAN TEORI & HIPOTESIS

2.1 Laporan Keuangan

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan Keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses

pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi

keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan

keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan maksud untuk

mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya

oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat

juga digunakan untuk memenuhi maksud - maksud lain yaitu sebagai

laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan (Zaki Baridwan,

2004:17).

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi

yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antar data

keuangan atau aktifitas suatu perusahaan dengan pihak- pihak yang

berkepentingan dengan data atau aktifitas perusahaan tersebut

(Munawir, 1995:2).

Menurut Bambang Riyanto, dalam bukunya dasar – dasar

pembelanjaan perusahaan (2008:327), menyatakan bahwa laporan

keuangan adalah sebagai laporan finansial (financial statment),

memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu perusahaan,


dimana neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan

modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan rugi laba (income

statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode

tertentu, biasanya meliputi periode satu tahun.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam bukunya standar

akuntasi keuangan (2004: 2) menyatakan bahwa laporan keuangan

adalah bagian proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang

lengkap biasanya meliputi Neraca, Laporan Rugi-Laba, Laporan

Perubahan Posisi Keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai

cara misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan

dari laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian

integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan

informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut.

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari ringkasan proses

akuntansi yang meliputi transaksi keuangan yang terjadi selama tahun

buku yang bersangkutan dandiolah sedemikian rupa sehingga dapat

memberikan informasi atas keadaan finansial perusahaan yang dapat

bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu

perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk

menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah

bagian dari proses pelaporan keuangan.


Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi :

a. Neraca

b. Laporan laba rugi komprehensif

c. Laporan perubahan ekuitas

d. Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa

laporan arus kas atau laporan arus dana

e. Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan

bagian integral dari laporan keuangan

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi

keuangan adalah aset, kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang

berkaitan dengan pengukuran kinereja dalam laporan laba rugi adalah

penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya

mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam

berbagai unsur neraca.

Dari pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa pada umumnya

laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan rugi-laba serta

laporan perubahan modal, dimana neraca menunjukan atau

menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu

perusahaan pada periode tertentu, sedangkan perhitungan dari laporan

rugi-laba memperlihatkan dari hasil-hasil yang telah dicapai oleh

perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan

laporan perubahan modal menunjukan sumber dan penggunaan atau

alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.


2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2010, h10) tujuan pembuatan atau penyusunan

laporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang

dimiliki perusahaan pada saat ini;

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan

modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini;

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang

diperoleh pada suatu periode tertentu;

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu;

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi

terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan;

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam

suatu periode;

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan

keuangan;

8. Informasi keuangan lainnya.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan

Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan adalah Menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan

posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pemakai dalam pengambilan keputusan.


Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi

kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun, laporan keuangan

tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai

dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum

menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak

diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.

Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan

manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya

yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang

telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian

agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini

mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau

menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk

mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

2.1.3 Komponen Laporan Keuangan

Menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009) yang disahkan pada tanggal

15 Desember 2009 dan mulai yang efektif berlaku untuk periode tahun

buku yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2011, laporan keuangan

yang lengkap harus meliputi komponen-komponen berikut ini :

1. Laporan Posisi Keuangan Pada Akhir Periode / Neraca

Merupakan potret kondisi keuangan suatu perusahaan pada suatu

waktu tertentu yang meliputi aset perusahaan dan klaim atas aset

tersebut. Aset perusahaan menunjukan keputusan penggunaan dana


atau keputusan investasi pada masa lalu sedangkan klaim perusahaan

menunjukan sumber dana tersebut atau keputusan pendanaan pada

masa lalu. Dana diperoleh dari pinjaman (utang) dan dari penyertaan

pemilik perusahaan/modal (Mamduh Hanafi : 2007).

2. Laporan Laba Rugi Komprehensif selama Periode

Laporan Laba Rugi adalah suatu laporan yang menunjukan

pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk

suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan- pendapatan dan

biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh

perusahaan (Zaki Baridwan, 2004: 29).

3. Laporan Perubahan Ekuitas Selama Periode

Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menyajikan

perubahan modal setelah digunakan untuk membiayai kegiatan usaha

perusahaan selama satu periode akuntansi.

4. Laporan Arus Kas Selama Periode

Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas.

Kas meliputi uang tunai (cash on hand) dan rekening giro,

sedang setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya

sangat likuid, berjangka pendek, dan yang sangat cepat dapat

dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko

perubahan nilai yang signifikan (Zaki Baridwan,2004:40).


5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan adalah salah satu unsur laporan

keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar

terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam

Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus

Kas (LAK) dalam rangka pengungkapan yang memadai.

6. Laporan Posisi Keuangan pada awal periode komparatif

Laporan Posisi Keuangan pada awal periode komparatif yang

disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara

restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan

keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan

keuangannya.

Menurut Munawir (2004:9) laporan keuangan memiliki beberapa

keterbatasan, diantaranya adalah :

1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya

merupakan interim report (laporan yang dibuat antar waktu

tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan

yang final.

2. Laporan keuangan menunjukan angka dalam rupiah yang

kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar

penyusunannya dengan standard nilai yang mungkin berbeda.

3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan

transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau


tanggal yang lalu, di mana daya beli (purchasing power) uang

tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang

dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukan atau

mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan

itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin

juga diikuti kenaikan tingkat-tingkat harga.

4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor

yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan

perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan

dengan satuan uang (dikuantifisir).

Unsur-unsur laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP adalah

Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Laba

Rugi dan Saldo Laba, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan

Keuangan.

Secara umum terdapat beberapa pembaharuan dalam proses

penyajian laporan keuangan menurut International Financial Reporting

Standard (IFRS). Sebelumnya, sebuah laporan keuangan yang lengkap

meliputi Balance Sheet (Neraca), Income Statement (Laporan Laba

Rugi), dan Cash Flow Statement (Laporan Arus Kas). Revisi yang

dilakukan oleh International Accounting Standard (IAS) adalah terkait

dengan perubahan title dari Balance Sheet menjadi Statement of

Financial Position, Cash Flow Statement menjadi “Statement of Cash


Flow, serta adanya laporan baru yaitu Statement of Comprehensive

Income yang terkait dengan adopsi konsep Comprehensive Income.”

(Wordpress, 2012).

2.1.4 Definisi Analisis Laporan Keuangan

Menurut Lembaga Studi Manajemen Anggaran Publik (LS-MAP,

2010) menyatakan bahwa adalah analisis terhadap neraca dan

perhitungan rugi laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat

dalam lampiran-lampiran nya untuk mengetahui gambaran tentang

posisi keuangan dan perkembangan usaha perusahaan yang

bersangkutan.

Secara harfiah, analisis laporan keuangan terdiri atas dua kata, yaitu

analisis dan laporan keuangan. Ini berarti juga bahwa analisis laporan

keuangan merupakan suatu kegiatan menganalisis laporan keuangan

suatu perusahaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata

“analisis” sendiri didefinisikan sebagai berikut : “Penguraian suatu

pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta

hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan

pemahaman arti keseluruhan.”

Menurut pengertian ini, analisis laporan keuangan tidak lain

merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam

unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tesebut, dan menelaah

hubungan diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan untuk


memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas

laporan keuangan itu sendiri (Prastowo, 2005:56).

Analisis laporan keuangan memiliki beberapa tujuan, Menurut

Prastowo (2005:57) tujuan- tujuan tersebut diantaranya adalah :

1. Dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih

alternatif investasi atau merger.

2. Sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di

masa datang.

3. Sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen

4. Sebagai alat evaluasi terhadap manajemen

Dari semua tujuan tersebut, yang terpenting dari analisis

laporan keuangan adalah tujuannya untuk mengurangi ketergantungan

para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi,

serta mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak

bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan. Analisis

laporan keuangan tidaklah berarti mengurangi kebutuhan akan

penggunaan pertimbangan- pertimbangan, melainkan hanya

memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan

pertimbangan-pertimbangan tersebut.

Menurut Prastowo (2005:58) ada beberapa langkah yang harus

ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan, diantaranya adalah :


1. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan

Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang

dianalisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha yang diterjuni

oleh perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan

oleh perusahaan tersebut.

2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan

Kondisi-kondisi yang perlu dipahami mencakup informasi

mengenai trend (kecenderungan) industri di mana perusahaan

beroperasi, perubahan teknologi, perubahan selera konsumen,

perubahan faktor-faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan per

kapita, tingkat bunga, tingkat inflasi dan pajak, dan perubahan yang

terjadi di dalam perubahan itu sendiri.

3. Mempelajari dan me-review laporan keuangan

Tujuan dari langkah ini adalah untuk memastikan bahwa laporan

keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang

relevan dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.

4. Menganalisis laporan keuangan

Setelah memahami profil perusahaan dan me-review laporan

keuangan, maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik

analisis yang ada dapat menganalisis laporan keuangan dan

menginterpretasikan hasil analisis tersebut.


2.2 Rasio Keuangan

2.2.1 Pengertian Analisa Rasio Keuangan

Pengertian analisa rasio keuangan menurut James C van Horne

dalam buku Kasmir (2010, h104) adalah indeks yang menghubungkan

dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan

angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi

keuangan dan kinerja perusahaan.

2.2.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Terdapat empat rasio keuangan yang dapat digunakan dalam

menganalisis laporan keuangan perusahaan, yaitu : (Kasmir, 2010,

h128-196).

1. Rasio Likuiditas

Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar

sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban

finansialnya yang segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa

perusahaan tersebut adalah likuid, dan sebaliknya yang tidak

mempunyai kemampuan membayar adalah illikuid. Apabila

kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban

kepada pihak luar (kreditur) dinamakan “likuiditas badan usaha.”

Dengan demikian maka likuiditas badan usaha berarti kemampuan

perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sedemikian


rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansiilnya pada saat

ditagih (Bambang Riyanto, 2008:26).

Menurut Danang Sunyoto dalam bukunya Analisis Laporan

Keuangan untuk Bisnis, dalam mengetahui tingkat likuiditas

perusahaan terdapat beberapa rasio yang digunakan, diantaranya

adalah :

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Pengertian dari current rasio adalah rasio yang dihasilkan dari

perbandingan antara aktiva lancar dengan utang jangka pendek.

Curret ratio yang baik dan memuaskan perusahaan adalah

sebesar 200%, artinya bahwa setiap utang lancar Rp 1 akan

dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp 2. Jika curret ratio

suatu perusahaan hanya 90%, maka setiap utang lancar sebesar

Rp 1 akan dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp0,9 , sehingga

perusahaan ini disebut dalam keadaan ilikuid.

Current Ratio= ( Aktiva Lancar / Hutang Lancar ) x 100%

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Pengertian Quick Ratio adalah hasil perbandingan antara

aktiva lancar dikurangi persediaan dengan total kewajiban jangka

pendek. Quick Ratio sebesar 100% sudah menunjukan baiknya

kondisi keuangan jangka pendek suatu perusahaan.


Quick Ratio= {(Aktiva Lancar - Persedian) / Total Kewajiban
Lancar } x 100%

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan

untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk

membayar hutang.

Cash Ratio = ( Kas / Total Kewajiban Lancar ) x 100%

d. Inventory to Net Working Capital

Rasio ini digunakan untuk mengukur atau membandingkan

antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja

perusahaan.

INWC = {Persediaan / ( Aktiva lancar – Utang Lancar )} x


100%

2. Rasio Solvabilitas atau Leverage

Menurut Kasmir (2010, h151) rasio solvabilitas atau leverage

ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya seberapa besar

beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan

aktivanya.
Menurut Bambang Riyanto (2001), solvabilitas adalah

kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-

hutangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu

perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut

mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar

semua hutang-hutangnya pada saat perusahaan itu likuidasi tetapi

tidak dengan sendirinya perusahaan itu likuid. Rasio yang

digunakan untuk menganalisis tingkat solvabilitas adalah :

a. Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva (Debt to Assets Ratio)

Rasio ini menunjukan besarnya biaya total aktiva yang

pembiayaannya berasal dari total utang. Semakin tinggi resiko ini

berarti semakin besar jumlah pinjaman yang digunakan untuk

membiayai aktiva. Sebaliknya semakin rendah rasio ini berarti

semakin kecil jumlah pinjaman yang digunakan untuk membiayai

aktiva perusahaan.

DTAR = ( Total Hutang / Total Aktiva ) x 100%

b. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt To Equity Ratio)

Rasio ini menunjukan jaminan yang diberikan modal sendiri

atas utang yang diterima perusahaan (Jopie Jusuf,2014). Jika

utang jangka panjang lebih besar daripada modal atau diatas

100%, berarti sebagian besar biaya aktiva tetap dibiayai oleh


utang jangka panjang, dan tingkat resiko keamanan usaha

semakin besar dalam jangka panjang. Sebaliknya, jika modal

lebih besar atau dibawah 100%, berarti sebagian besar biaya

aktiva tetap dibiayai oleh modal dan tingkat resiko keamanan

usaha semakin kecil dalam jangka panjang.

DTER = ( Total Hutang / Total Modal ) x 100%

c. Long-Term Debt To Equity Ratio

LTDtER merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan

modal sendiri dan hasil perhitungannya menunjukkan seberapa

besar bagian dari setiap modal sendiri dijadikan jaminan untuk

hutang jangka panjang.

LTDtER = ( Hutang jangka Panjang / Modal Sendiri ) x 100%

3. Rasio Profitabilitas

Pengertian dari profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

untuk memperoleh keuntungan dari usahanya. Disini

permasalahannya adalah keefektifan manajemen dalam

menggunakan baik total aktiva maupun aktiva bersih. Keefektifan

dinilai dengan mengaitkan laba bersih terhadap aktiva

yang digunakan untuk menghasilkan laba (Danang Sunyoto,


2013). Rasio yang digunakan dalam menganalisis tingkat

profitabilitas adalah :

a. Net Profit Margin

Net Profit Margin pada dasarnya mencerminkan efektifitas

biaya atau harga dari kegiatan perusahaan. Profit margin

dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan

melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya

dengan penjualan (total pendapatan) (Bambang Riyanto, 2008).

NPM = ( Laba Setelah Bunga dan Pajak / Pendapatan ) x 100%

b. Hasil Pengembalian Investasi (Return On Investment /ROI)

Rasio ini mengukur keuntungan yang diperoleh dari hasil

kegiatan perusahaan (net income) dengan jumlah investasi atau

aktiva yang digunakan setelah dikurangi bunga dan pajak (EAT)

untuk menghasilkan keuntungan yang diinginkan (total assets).

Bentuk paling mudah dari analisis rasio profitabilitas adalah

menghubungkan laba bersih atau pendapatan bersih dengan total

aktiva di neraca ( Danang Sunyoto, 2013).

ROI = ( Laba Setelah Bunga dan pajak / Total Aktiva ) x 100%


c. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return On Equity/ ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau

rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba

bersih (net income) sesudah pajak dengan modal sendiri.

Rasio yang paling umum untuk mengukur hasil

pengembalian atas investasi pemilik modal adalah hubungan

antara laba bersih setelah pajak dengan kekayaan bersih atau

aktiva bersih (modal), (Danang Sunyoto,2013)

ROE = ( Laba Setelah Bunga dan pajak / Modal Sendiri ) x 100%

2.2.3 Keterbatasan Analisa Rasio Keuangan

Menurut Kamaludin (2011, h50), kekurangan dari informasi analisa

rasio ini adalah sebagai berikut :

1. Rasio keuangan didasarkan pada informasi akuntansi yang

dihasilkan melalui prinsip-prinsip akuntansi yang dianut perusahaan,

sedangkan data tersebut dapat ditafsir dengan berbagai macam cara

dan bahkan bisa dimanipulasi.

2. Rasio keuangan dapat mencerminkan suatu kondisi yang luar biasa

dimasa lampau, sebagai contoh penjualan meningkat 200%. Apabila

tidak diselidiki lebih lanjut dengan data pendukung, maka hasilnya

bias karena bisa saja penjualan meningkat bukan disebabkan unit


terjualnya yang meningkat tetapi harga barang tersebut sudah naik

200% sehingga menimbulkan penarikan kesimpulan yang salah.

3. Sulit untuk ditemukan ukuran rasio standar yang memberikan arti

tidak kabur sebagai dasar perbandingan.

2.3 Kinerja Perusahaan

2.3.1 Pengertian Kinerja Perusahaan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009, h8) pengertian kinerja

keuangan berdasarkan SAK ETAP adalah hubungan antara penghasilan

dan beban dari entitas sebagaimana disajikan dalam laporan laba rugi.

Laba sering digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar untuk

pengukuran lain, seperti tingkat pengembalian investasi atau laba per

saham.

Kinerja merupakan gambaran prestasi yang dicapai perusahaan

dalam kegiatan operasionalnya baik menyangkut aspek kuangan, aspek

pemasaran, aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana, aspek

teknologi, maupun aspek sumber daya manusianya (Jumingan,

2006:239).

Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan

perusahaan pada suatu periode tertentu menyangkut aspek

penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur

dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas

(Jumingan, 2006).
Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian

keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai

atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa

kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat

sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan

menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan

benar (Fahmi, 2012:2).

Menurut Sucipto (2003), pengertian kinerja keuangan yakni

penentuan ukuran - ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan

suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan laba. Sementara

itu menurut IAI (2007), dikemukakan bahwa kinerja keuangan adalah

kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan

sumberdaya yang dimilikinya.

Pengertian kinerja keuangan suatu perusahaan menunjukkan kaitan

yang cukup erat dengan penilaian mengenai sehat atau tidak sehatnya

suatu perusahaan. Sehingga jika kinerjanya baik, maka baik pula tingkat

kesehatan perusahaan tersebut.

Menurut Mulyadi (2007:2) menguraikan pengertian kinerja

keuangan ialah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu

organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria

yang ditetapkan sebelumnya”.

Pendapat serupa dikemukakan oleh Sawir (2005:1) yang

menyatakan bahwa kinerja keuangan merupakan kondisi yang


mencerminkan keadaan keuangan suatu perusahaan berdasarkan

sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan.

Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya

memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk

memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai

tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. Penilaian prestasi

atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar

pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal.

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi

keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis

keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan

keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam

periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan

secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.

Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya

terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan oleh perusahaan.

Sebelum memahami masalah penilaian kinerja lebih jauh, maka ada

beberapa pengertian kinerja seperti yang telah dijelaskan oleh Helfert

(1996:67) bahwa “Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak

keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh

manajemen.”
Dari sejumlah pengertian kinerja keuangan di atas, dapat diambil

kesimpulan sederhana bahwa kinerja keuangan merupakan pencapaian

prestasi perusahaan pada suatu periode yang menggambarkan kondisi

kesehatan keuangan perusahaan Kinerja merupakan indikator dari baik

buruknya keputusan manajemen dalam pengambilan keputusan.

Manajemen dapat berinteraksi dengan lingkungan interen maupun

eksteren melalui informasi. Informasi tersebut lebih lanjut dituangkan

atau dirangkum dalam laporan keuangan perusahaan.

1. Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan

Adapun manfaat dari penilaian kinerja perusahaan adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam

suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan

pelaksanaan kegiatannya.

b. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara

keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan

untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan

perusahaan secara keseluruhan.

c. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan

untuk masa yang akan datang.

d. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan

organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada

khususnya.
e. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar

dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.

2. Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan

Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000:31)

adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan

untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera

dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

keuangannya pada saat ditagih.

b. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila

perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka

pendek maupun jangka panjang.

c. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu.

d. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan

perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur

dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk

membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk

membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta

kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para


pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis

keuangan.

2.3.2 Kriteria Perusahaan yang Sehat

Menurut Hadi Tjokrosusilo (2011) ada sejumlah indikator bahwa

suatu perusahaan sehat, yaitu Jumlah pelanggan, Efektifitas karyawan,

Jumlah cabang, Asset, Revenue/Profit, Produk principal bertambah

lebih cepat dari industri, dan Memikirkan karyawan (People

Development).

2.4 Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah hasil penelitian yang didapat. Silvi Junita & Siti

Khairani (2012) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja

Perusahaan dengan Menggunakan Analisa Rasio Keuangan pada Perusahaan

Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011”.

Secara umum hasil dari penelitian ini setelah dianalisis mengalami penurunan

(tidak baik). Reni Susanti (2013) melakukan penelitian dengan judul

“Mengukur Kinerja Keuangan PT Sunson Textile Manufacturing Tbk Melalui

Analisis Rasio-rasio Keuangan Periode 2010-2013”.Berdasarkan hasil

perhitungan kinerja keuangan secara umum yaitu dengan menggunakan

analisis rasio keuangan, kinerja PT Sunson Textile Manufacturing Tbk

mengalami fluktuasi.
2.5 Hipotesis

H1 Rasio Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (diproxy oleh rasio

profitabilitas) .

H2 Rasio Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (diproxy oleh rasio

profitabilitas) .

2.6 Kerangka Pemikiran

(H1)
Rasio Likuiditas
( X1 ) Rasio Profitabilitas
(Y)

Rasio Solvabilitas (H2)

( X2 )

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual


DAFTAR PUSTAKA

Afriyeni, Endang. 2008.Penilaian Analisis Kinerja Dengan Menggunakan Analisis

Rasio.Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol 3 No 2.

Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate Accounting. BPFE. Yogyakarta

Cooper, Donald R. dan Schindler, Pamela.2008, Business Research Methods,

McGraw-Hill Companies, Inc. New York.

Halim, Abdul. 2008.Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah.

Salemba Empat. Jakarta Selatan.

Hamidu, Novia. 2013.Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba

Pada Perbankan di BEI. Jurnal EMBA. Vol.1 No.3 Juni 2013, Hal.

711-721.

Hanafi, Mahmud. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta

Harrison, et. al. 2011. Akuntansi Keuangan (INTERNATIONAL FINANCIAL

REPORTING STANDARS-IFRS). Erlangga. Jakarta.

Hilman, Rodif dkk. 2014.Kinerja Keuangan Menggunakan Analisis Rasio

Likuiditas,Solvabilitas,Aktivitas dan Profitabilitas untuk pengambilan

Keputusan pada PT PLN Area Manado.Jurnal EMBA 283 Vol.2 No.1

Maret 2014, Hal. 283-294

http://www.iqplus.info/news/stock_news/sstm-sunson-textile-raih-

kenaikanpenjualan-meski-masih-derita-rugi,85073121.html.
http://www.idx.co.id/id-

id/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx

http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/12/05/perlu-10-tahun-untuk-

mengimbangi-industri-tekstil-cina.

https://id.wikipedia.org/wiki/Laporan_keuangan

https://dwiermayanti.wordpress.com/2009/10/15/kinerja-keuangan-perusahaan/

http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-kinerja-keuangan-

menurut.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kuantitatif

Ikatan Akuntan Indonesia 2009, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan

Akuntan Indonesia, Jakarta.

Ikhsan, Irfan dan Prianthara IB Teddy. 2009.Akuntansi untuk Manajer.Graha

Ilmu. Yogyakarta.

Indrianto, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk

Akuntansi dan Manajemen. BPPE. Yogyakarta.

Jumingan. 2009. Analisis Laporan Keuangan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Kamaludin, dan Indriani Rini. 2012.Manajemen Keuangan Konsep

Dasar dan Penerapannya. Bandar Maju. Bandung.

Jusuf, Jopie. 2014. Analisis Kredit untuk Credit. Gramedia. Jakarta


Kamaludin dan Rini Indriani 2012, Manajemen Keuangan “Konsep Dasar dan

Penerapannya”, Cetakan Ke-7, CV. Mandar Maju, Bandung.

Kasmir. 2009.Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers. Jakarta.

Kasmir 2010, Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Ke-3, PT. Rajagrafindo

Persada, Jakarta.

LSMAP 2010, Pengertian Laporan Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan,

Diakses 04/12/12, http://lsmap.wordpress.com/2010/03/01/pengertian-

laporan-keuangan/Maith, Hendry Andres. 2013. Analisis Laporan

Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Keuangan pada PT Hanjaya

Sampoerna. Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 619 -

628

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Margareta, Farah.2014. Dasar - dasar Manajemen Keuangan. PT. Dian Rakyat.

Jakarta.

Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta

Prastowo, Dwi. 2005. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi.

YPKN. Yogyakarta

Prihadi, Toto. 2008. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan 7 Analisis Rasio Keuangan.

PPM. Jakarta.

Riyanto, Bambang. 2008.Dasar - dasar Pembelajaran Perusahaan. BPPE.

Yogyakarta.
Rudianto.2012. Pengantar Akuntansi : Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan

Keuangan. Erlangga. Jakarta.

Sunyoto, Danang. 2013. Analisis Laporan Keuangan untuk Bisnis. Yogyakarta :

CAPS

Saraswati, Dinastya dkk. 2013. Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat

Penilaian Kinerja Keuangan Pada Koperasi (STUDI PADA

KOPERASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PERIODE

2009 - 2012). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 6 No. 2.

Tjokrosusilo, Hadi 2011,Perusahaan yang Sehat, Diakses 30/09/12,

http://radiosmartfm.com/smart-wisdom-in-business-management/4326

perusahaan-yang-sehat.html

2012,Penyajian Laporan Keuangan, Diakses 10/10/12,

http://diploma4stan.wordpress.com/2012/02/16/penyajian-laporan-

keuangan/

Anda mungkin juga menyukai