Anda di halaman 1dari 85

ABSTRAK

Tujuan dari penulisan ini ialah untuk menguji bagaimana reputasi KAP,
kesulitan keuangan, struktur kepemilikan, dan ukuran perusahaan mempengaruhi
ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sebanyak 19 bisnis telekomunikasi yang
terdaftar di BEI antara tahun 2019 dan 2021 menjadi sampel penulisan. 54
observasi diperoleh dari 18 tahun observasi yang dilakukan selama 3 (tiga) tahun,
sejak 2019 hingga 2021, dengan menggunakan pendekatan purposive sampling.
Analisis regresi linier berganda dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 26
yakni metode analisis data yang digunakan dalam penulisan ini.. Menurut temuan
penulisan, Reputasi KAP dan Kesulitan Keuangan tidak memiliki dampak yang
terlihat pada ketepatan waktu pelaporan keuangan, sedangkan Struktur
Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan berpengaruh. Reputasi KAP, Financial
Distress, Struktur Kepemilikan, dan Ukuran Perusahaan semuanya berdampak
pada ketepatan waktu pelaporan keuangan sekaligus..

Kata Kunci: Reputasi KAP; Financial Distress; Struktur Kepemilikan; Ukuran


Perusahaan; Ketepatan Waktu Penyamapaian Laporan Keuangan

ABSTRACT

1
This study means to dissect the impact of Notoriety KAP, Monetary Pain,
Possession Design and Company Size on the Practicality of Monetary Detailing.
This study used 19 companies that were listed as telecom operators on the
Indonesia Stock Exchange between 2019 and 2021 as the population. A sample of
18 businesses was selected using the Purposive Sampling method for three (three)
years of observation, from 2019 to 2021, with 54 observations. The information
examination strategies utilized in this review are spellbinding investigation and
speculation testing utilizing numerous relapse the SPSS 26 program. The
consequences of this study show that Standing KAP and Monetary Pain don't
fundamentally affect the idealness of monetary detailing, while Possession
Construction and Company Size essentially affects the Practicality of Monetary
Revealing and the factors of Notoriety KAP, Monetary Misery, Proprietorship
Design and Company Size at the same time affect the idealness of monetary
announcing.

Keywords: Reputation KAP, Financial Distress, Ownership Structure, Company


Size, Timeliness of Financial Reporting

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan yakni ringkasan kinerja perusahaan yang meliputi analisis

data keuangannya dan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan

perusahaan untuk mengambil keputusan dalam jangka waktu tertentu. Investor,

kreditur, manajemen, dan pemerintah semuanya memanfaatkan data keuangan

dari perusahaan (Mochtar & Indah Triani, 2022). Setiap bisnis yang telah masuk

dalam daftar BEI wajib membuat laporan keuangan yang telah disusun sesuai

ketentuan (SAK), diaudit oleh akuntan publik, dan terdaftar di Badan Pengawas

Pasar Modal untuk mendapatkan kepercayaan investor..

Laporan keuangan seharusnya berguna jika data diberikan segera kepada

pemimpin sebelum data kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi arah.

(Suryadi, 2021). Ini menyatakan bahwa kepraktisan dalam laporan keuangan

akan menjadi penting bagi organisasi yang telah membuka diri terhadap dunia,

yang diharapkan untuk menyiapkan laporan keuangan setiap periode. (Azhari &

Nuryatno, 2019). Undang-undang tersebut mengenakan sanksi administratif dan

denda keuangan pada bisnis yang gagal menyerahkan laporan keuangan mereka

tepat waktu.

Setiap perusahaan publik yang terdaftar di BEI wajib menyampaikan laporan

keuangan tahunan, disertai dengan laporan audit independen, kepada Badan

Pengawas Pasar Modal paling lambat akhir bulan keempat (120 hari), menurut

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Badan Pengawas Pasar Modal dan

3
Lembaga Keuangan Republik Indonesia (2012) Nomor KEP-431/BL/2012

Peraturan Nomor X.K.6. OJK (2016) Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan

Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik, yang dijelaskan dalam Bab III Pasal 7

Ayat 1 dan menentukan bahwa emiten atau perusahaan publik wajib

menyampaikan laporan tahunan kepada OJK paling lambat tanggal akhir bulan

keempat atau 120 hari setelah tahun buku berakhir, juga mengatur ketepatan

waktu pelaporan keuangan.

Bapepam akan mengenakan denda administratif kepada perusahaan yang

bersangkutan jika tidak mematuhi peraturan tersebut. Sesuai Peraturan Nomor III-

F tentang Sanksi Surat Keputusan Direksi PT. Nomor BEI: Kep-00085/BEI/10-

2011. Terdapat jenis sanksi yang dikenakan denda maksimal Rp500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah) bagi emiten yang terlambat menyampaikan laporan

keuangan.

Pandemi Virus Corona (covid 19) melanda Indonesia di tahun 2020. Wabah

COVID-19 secara umum berdampak pada hampir semua industri, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Beberapa industri yang paling terpengaruh

termasuk:

1. Sektor Pariwisata dan Perhotelan: Pandemi COVID-19 menyebabkan

penurunan drastis dalam jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.

Hotel dan restoran juga mengalami penurunan pendapatan yang signifikan.

4
2. Sektor Transportasi: Sektor ini terdampak karena penurunan jumlah

penumpang pada transportasi udara, darat, dan laut akibat pembatasan

perjalanan dan protokol kesehatan.

3. Sektor Properti: Sektor properti juga terdampak oleh pandemi COVID-19

karena adanya penurunan permintaan rumah dan properti komersial.

4. Sektor Keuangan: Pandemi COVID-19 juga mempengaruhi sektor

keuangan, terutama bank dan perusahaan asuransi, karena risiko kredit

yang lebih tinggi akibat ketidakpastian ekonomi.

5. Sektor Perdagangan: Pandemi COVID-19 juga mempengaruhi sektor

perdagangan, terutama perdagangan ritel, karena penurunan daya beli

konsumen dan pembatasan pergerakan orang.

Namun, beberapa sektor seperti sektor teknologi dan kesehatan justru

mengalami pertumbuhan selama pandemi COVID-19. Kenaikan ini terutama

karena adanya peningkatan permintaan untuk produk dan layanan digital dan

kesehatan.

sehingga OJK dan BEI mengeluarkan ketentuan terkait antisipasi atas

pandemi Virus Corona (covid-19) adanya penambahan peraturan waktu

penyampaian laporan keuangan. OJK mengeluarkan siaran pers yang berisi

tentang relaksasi waktu penyampaian laporan keuangan tahun 2019. BEI juga

mengeluarkan Surat Keputusan Direksi BEI (2020) No. Kep-00027/BEI/03-2020

tentang relaksasi waktu penyampaian laporan keuangan tahunan 2019. Kedua

ketentuan tersebut mengatakan bahwa publikasi laporan keuangan tahunan bagi

5
emiten dan perusahaan publik diperpanjang selama 2 (dua) bulan dari batas waktu

tenggang untuk kewajiban penyampaian laporan keuangan.

Meskipun telah ditetapkan peraturan, akan tetapi dapat ditemukan ada

beberapa perusahaan yang masih tidak memiliki ketapatan waktu dalam

menyampaikan laporan keuangan. Melansir pemantauan BEI (2020) status

penyampain Laporan Keuangan Auditan yang berakhir 31 Desember 2019

terdapat 26 (dua puluh enam) perusahaan tercatat belum menyampaikan laporan

keuangan (dikenakan peringatan tertulis III dan denda sebesar Rp150.000.000).

Untuk tahun selanjutnya BEI (2021) menyatakan adanya kenaikan jumlah

perusahaan yang tercatat belum menyampaikan laporan keuangan yakni sebanyak

52 (lima puluh dua) perusahaan untuk Laporan Keuangan Auditan 31 Desember

2020 (Dikenakan Peringatan Tertulis II dan denda sebesar Rp50.000.000). Lalu

BEI (2022) menyatakan mengalami penaikan yakni sebanyak 91 (Sembilan puluh

satu) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Index yang belum menyampaikan

Laporan Keuangan Auditan yang memiliki batas akhir pengumpulan 31 Desember

2021 (Dikenakan Peringatan Tertulis I). Angka-angka ini mungkin

memperlihatkan jika akurasi pelaporan yakni tantangan yang dihadapi banyak

perusahaan publik di Indonesia. Karena potensi untuk mengurangi nilai tambah

bagi konsumen informasi, kejadian ini menyoroti perlunya penyampaian laporan

keuangan tepat waktu. Ini mungkin memperlihatkan jika ada kesulitan dengan

laporan keuangan dan akan membutuhkan waktu lama untuk menerbitkannya jika

tidak dipublikasikan tepat waktu. Perusahaan memiliki peluang lebih besar untuk

mengembangkan rumor yang tidak menguntungkan tentangnya semakin lama

6
waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan laporan keuangan sesuai dengan

tenggat waktu, yang tentunya akan mempengaruhi keputusan yang perlu diambil.

Nilai laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh pelaporan keuangan yang tepat

waktu. (2017) (Probokusumo dkk).

Alasan penulis menggunakan sampel yang sudah termasuk dalam daftar di

BEI (BEI) untuk objek penulisannya ialah ingin melihat dan menguji bagaimana

emiten-emiten tersebut melakukan tanggung jawabnya untuk mengungkapkan

laporan keuangan secara tepat waktu. Ketepatan waktu dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain reputasi KAP, financial distress, struktur kepemilikan, ukuran

perusahaan. Setiap faktor faktor yang mempengaruhi erat kaitannya dengan

ketepatan waktu.

Reputasi KAP yakni salah satu unsur yang mempengaruhi ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang disampaikan

kepada (OJK) telah melalui audit oleh akuntan publik. Persyaratan dalam (SPAP)

harus dipenuhi agar auditor memiliki kualitas tinggi. Kantor KAP dipisahkan

menjadi dua kelompok, empat KAP utama dan empat KAP non-utama, dan

reputasi mereka dijadikan sebagai variabel independen.

The big four ialah kelompok 4 (empat) firma jasa profesional terbesar di

seluruh dunia, yang menawarkan jasa terkait dengan akuntansi, seperti audit,

assurance, perpajakan, konsultasi, manajemen, corporate finance, dan lain-lain.

Reviewer dalam menyelesaikan siklus review akan memunculkan gambaran yang

layak untuk kantor KAP, sehingga evaluator di KAP yang memiliki eksekusi yang

baik tentunya dalam interaksi kerja review akan dilakukan dengan keterampilan

7
yang mengesankan sehingga interaksi akan dilakukan dengan hati-hati dan tuntas.

akan membingkai laporan moneter dengan tingkat kebebasan yang serius.

Jika Anda profesional, ini akan mempercepat pembuatan laporan keuangan,

memungkinkan bisnis untuk menyampaikan laporan keuangan tepat waktu.

Laporan keuangan atau informasi kinerja usaha harus dapat menyajikan data

keuangan secara akurat dan dapat dipercaya. Untuk mengaudit akun keuangan

mereka, bisnis harus menyewa kantor akuntan publik (KAP) (Dewayani et al.,

2017).

Menurut temuan penulisan Yuniarti (2016) dan Afriyeni & Marlius (2019),

reputasi KAP berdampak besar dalam penyampaian laporan keuangan tepat

waktu. Hal ini bertentangan dengan temuan penulisan Sitorus (2019) dan

Asriyatun & Syarifudin (2020) yang tidak menemukan hubungan antara reputasi

KAP dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. karena KAP harus

tetap menyajikan laporan keuangan yang telah menjalani audit independen dalam

jangka waktu yang dinyatakan, berapapun jumlah KAP. Hal ini memperlihatkan

jika ketepatan waktu penyajian laporan keuangan perusahaan tidak menjadi

jaminan reputasi KAP, baik itu big four maupun non big four.

Berita buruk dalam laporan keuangan yang salah satunya terkait dengan

kesulitan keuangan (financial distress) dapat menyebabkan terjadinya kesalahan

dalam penyampaian laporan keuangan. Sebuah perusahaan berada dalam kesulitan

keuangan ketika mengalami masalah sebelum mengajukan kebangkrutan. Hal ini

ditandai dengan adanya indikator financial distress yaitu : arus kas menunjukkan

8
nilai yang negatif, rasio keuangan yang buruk dan tidak mampu membayar hutang

yang telah jatuh tempo (Sumariani & Wahyuni, 2021).

Didalam financial distress terdapat beberapa jenis yang menjadikan

perusahaan mengalami kesulitan keuangan diantaranya : kegagalan ekonomi

(economic failure), kegagalan bisnis (business failure), technical insolvensy,

insolvensy in bankruptcy, bangkrut secara hukum (legal bankruptcy). Penyebab

terjadinya financial distress pada perusahaan ditunjukkan dengan : manajemen

yang buruk, peningkatan biaya operasional, penurunan penjualan, hutang yang

terlalu banyak, perubahan kebijakan pemerintah, pesaing yang kuat dan krisis

ekonomi. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk terus memantau dan

mengelola risiko keuangan dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat untuk

mencegah terjadinya financial distress.

Menurut Julien 2013 (dalam Nopayanti & Ariyanto, 2018) Akibat

keterlambatan penerbitan laporan keuangan, banyak pelaku usaha yang terlambat

melaporkan keuangannya kepada publik. Berita buruk dalam laporan keuangan

dapat menyebabkan penundaan penerbitan. Bad news tersebut salah satunya ialah

kesulitan keuangan. Untuk tidak mengalami kualitas laporan keuangan yang

buruk maka perusahaan akan sering terlambat untuk menyampaikan atau

melaporkan laporan keuangan Saleh 2004 (dalam Firda et al., 2021). Proses

perbaikan laporan keuangan membutuhkan waktu yang sangat lama, sehingga

dapat mengakibatkan ketidaktepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan

(Budiasih & Saputri, 2017).

9
Temuan studi Firda et al. (2021) dan Laely (2022) memperlihatkan jika

kesulitan keuangan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan. Hal ini bertentangan dengan penulisan Budiasih

& Saputri (2017) dan Nopayanti & Ariyanto (2018) yang tidak menemukan

hubungan antara kesulitan keuangan dengan waktu terbaik untuk menyampaikan

laporan keuangan..

Faktor lainnya yang mampu memiliki dampak terhadap keterlambatan

penyampaian laporan keuangan yaitu Struktur Kepemilikan. Struktur

kepemilikan saham memiliki 2 (dua) aspek yaitu yang berhubungan dengan pihak

manajemen perusahan dan pihak luar perusahaan atau investor (Suryani & Dahlia

P, 2018). Laporan keuangan membantu investor, apakah mereka pemegang saham

atau pemilik dari luar perusahaan, menentukan tingkat pengembalian investasi dan

memutuskan apakah akan membeli, menahan, atau menjual saham perusahaan

(Fatmawati & Rohimah, 2022).

Variabel struktur kepemilikan diproksikan dengan struktur kepemilikan

publik. Pendukung keuangan sebagai pemilik perusahaan dari luar memiliki

kemampuan yang tinggi untuk memaksa dewan agar dapat menyajikan data lebih

cepat, karena pelaporan keuangan yang dikumpulkan tepat waktu akan

mempengaruhi keputusan keuangan yang akan dibuat (Muftiarani & Mulya,

2020). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sanjaya

& Wirawati (2016) dan Valentina & Gayatri (2018) menyatakan struktur

kepemilikan berdampak positif yang relevan kepada ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan. Sementara pada penulisan Sukartini & Sridarta

10
(2019) dan Zebua et al., (2020) struktur kepemilikan tidak berdampak kepada

ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.

Ukuran perusahaan ialah pertimbangan potensial lainnya. Tergantung pada

ukurannya, nilai-nilai perusahaan diklasifikasikan menjadi kelompok besar dan

kecil. Permatasari dkk. 2020. Sebuah skala yang disebut “ukuran perusahaan”

menggambarkan ukuran bisnis, yang dapat ditentukan dalam beberapa metode,

seperti nilai total aset, ukuran log, nilai pasar saham, dan lain-lain. Secara alami,

penekanan lebih difokuskan pada jumlah sumber daya yang dimiliki organisasi

semakin besar.

Perusahaan yang telah berkembang memiliki lebih banyak aset untuk sistem

kontrol internal yang aman dan siap untuk ditinjau tanpa henti. Selain itu, bisnis

besar lebih mampu mempertahankan citra publik yang positif, memungkinkan

mereka untuk mengirimkan laporan keuangan mereka lebih cepat (Videsia et al.,

2022). Penulisan yang dilakukan oleh Santika & Nuswandari (2021) dan Mochtar

& Indah Triani (2022) menjelaskan ukuran perusahaan berdampak kepada

ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hal ini berbanding terbalik

dengan pendapat Witasari et al., (2021) dan Supartini et al., (2021)

mengemukakan bahwa ukuran perusahaan tidak akan berdampak kepada

ketepatan waktu untuk menyampaikan laporan keuangan.

Penulis termotivasi untuk melakukan lebih banyak studi yang yakni

modifikasi dari studi sebelumnya yang serupa karena fenomena dan temuan

investigasi masa lalu yang tidak konsisten. Kajian lebih mendalam perlu

11
dilakukan dengan memasukkan 2 (dua) faktor financial distress dan reputasi KAP

pada industri telekomunikasi yang tercatat di BEI..

Perusahaan di bidang telekomunikasi dipilih sebagai subjek penulisan karena

menurut Cnbcindonesia.com (2020), BTEL (PT Bakrie Telecom Tbk), perusahaan

di bidang tersebut, yakni salah satu dari 26 (dua puluh enam) emiten yang

menyampaikan laporan keuangan auditednya. untuk tahun yang berakhir pada

tanggal 31 Desember 2019, setelah batas waktu tersebut. Bursa telah menerbitkan

Teguran Tertulis III dan tambahan denda sebesar Rp150 juta kepada perusahaan

tercatat yang terlambat menyampaikan laporan keuangan dan/atau belum

membayar denda atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan dimaksud,

dengan mengacu pada ketentuan II.6.3 . Peraturan Nomor I-H: Tentang Sanksi.

Selain itu, menurut Cnbcindonesia.com (2021), bisnis subsektor

telekomunikasi JAST (PT Jasnita Telekomindo Tbk) tercatat dalam 88 (delapan

puluh delapan) daftar emiten yang terlambat menyajikan laporan keuangan tahun

2020. diberikan Teguran Tertulis I kepada pelaku usaha yang tidak tepat waktu

menyampaikan laporan keuangan auditan yang berakhir pada tanggal 31

Desember 2020 sesuai ketentuan II.6.1 Peraturan Bursa Efek nomor I-H tentang

sanksi dan ketentuan V.1.3 Peraturan Bursa nomor I-C tentang pencatatan dan

perdagangan unit penyertaan reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif

bursa.

Lebih lanjut Investasi.kontan.co.id (2022) menyatakan perusahaan BTEL (PT

Bakrie Telecom Tbk) subsektor telekomunikasi masuk dalam daftar 68 (enam

puluh delapan) emiten yang terlambat setor laporan keuangan 2021. Karena tidak

12
memenuhi kewajiban penyampaian Laporan Keuangan audit per 31 Desember

2021, Bursa telah menerbitkan Peringatan Tertulis II dan denda sebesar

Rp50.000.000.

Pembuktian yang tepat memperlihatkan jika banyak ditemukan faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi idealitas penyampaian laporan keuangan, namun

cenderung terlihat adanya penyimpangan pada faktor-faktor tersebut. Berdasarkan

uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penulisan lebih lanjut dengan

mengangkat judul : Pengaruh Reputasi KAP, Financial Distress, Struktur

Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu

Penyampaian Laporan Sektor Telekomunikasi yang terdaftar di BEI periode

2019- 2021.

1.2 Rumusan Masalah


Penulis mengembangkan permasalahan dalam penulisan ini sebagai

berikut, berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan di atas:.

1. Apakah status KAP berdampak pada ketepatan waktu penyampaian

laporan keuangan kepada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di

BEI?

2. Apakah kemampuan perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan

secara tepat waktu kepada perusahaan telekomunikasi yang tercatat di BEI

mengalami financial distress?

3. Apakah struktur kepemilikan berdampak pada seberapa cepat perusahaan

telekomunikasi yang terdaftar di BEI menyampaikan laporan keuangan?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap seberapa cepat laporan

keuangan disampaikan kepada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar

13
di BEI?

1.3 Tujuan Penulisan

Inilah tujuan-tujuan yang coba dicapai oleh penulisan ini.

1. Untuk menguji apakah status KAP berdampak pada seberapa cepat laporan

keuangan disampaikan kepada bisnis telekomunikasi yang terdaftar di

BEI.

2. Untuk mengetahui apakah kesulitan keuangan berdampak pada seberapa

cepat laporan keuangan disampaikan kepada bisnis telekomunikasi yang

terdaftar di BEI.

3. Untuk mengetahui apakah struktur kepemilikan berdampak pada seberapa

cepat laporan keuangan disampaikan kepada bisnis telekomunikasi yang

terdaftar di BEI.

4. Menguji apakah ukuran perusahaan berdampak pada seberapa cepat

laporan keuangan disampaikan kepada perusahaan telekomunikasi yang

terdaftar di BEI.

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat seabgai berikut :

1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Temuan penulisan ini diharapkan dapat menjelaskan variabel-variabel

yang dapat mempengaruhi ketepatan penyampaian laporan keuangan

kepada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI dan menjadi

dasar untuk penulisan selanjutnya.

2. Manfaat praktis

14
Dengan memperhitungkan reputasi KAP, financial distress, struktur

kepemilikan, dan ukuran perusahaan pada perusahaan telekomunikasi

yang terdaftar di BEI, diharapkan hasil penulisan dapat memberikan

tambahan informasi dan wawasan kepada perusahaan yang melakukan

penyampaian laporan keuangan tepat waktu..

3. Manfaat Kebijakan

Hasil penulisan ini dapat memberikan arahan untuk kebijakan yang dapat

digunakan untuk mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, sehingga keterlambatan

penyampaian laporan keuangan dapat berkurang dan tingka timeliness

laporan keuangan meningkat.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulis secara cepat merangkum isi setiap bab secara metodis sebagai

berikut untuk mendapatkan gambaran umum tentang komponen-komponen yang

akan diteliti dalam penulisan ini:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat

dan sistematika penulisan.

BAB II TELAAH PUSATAKA DAN HIPOTESIS

Dalam telaah pustaka terdapat teori, penulisan terdahulu, kerangka

penulisan yang digunakan dalam menganalisi sehingga hasilnya

dapat membuktikan hipotesis yang penulis ajukan.

BAB III METODE PENULISAN

15
Pada bab ini berisikan desain penulisan, objek penulisan, defenisi

variabel penulisan, populasi dan sampel, jenis dan sumber data,

teknik pengumpulan data dan teknik analisi data.

BAB IV HASIL PENULISAN

Bab ini memuat uraian mengenai gambaran umum nelitian, hasil

penulisan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan,

pengujian hipotesis, dan pembahasan penulisan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bagian ini berisi kesimpulan dari hasil penulisan dan saran

penulis sebagai bahan pertimbangan bagi penulis selanjutnya.

16
BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1 Telaah Pustaka

2.1.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)

Menurut teori kepatuhan, situasi di mana seseorang dengan patuh mengikuti

instruksi dapat dijelaskan. Begitu pula dengan pelaku usaha yang ingin membuat

laporan keuangan tepat waktu karena selain menjadi kewajiban perusahaan, hal itu

akan sangat bermanfaat. Seseorang mungkin lebih cenderung untuk mematuhi

aturan yang relevan bagi pengguna laporan keuangan jika mereka mengetahui

teori kepatuhan (Laely, 2022).

Kewajiban penyampaian laporan keuangan yang tepat waktu di Indonesia

diatur oleh undang-undang Bapepam yang saat ini terintegrasi dengan (OJK).

Peraturan perundang-undangan yang dibentuk pada tanggal 1 Agustus 2002

tersebut tertuang dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan Nomor: KEP-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan

Tahunan Emiten atau Badan Usaha Publik. KEP-431/BL/2012 yang diterbitkan

pada tanggal 1 Agustus 2012 telah dibatalkan dan dinyatakan tidak berlaku pada

tanggal 1 Januari 2017. Peraturan OJK No. 29/POJK.04/2016 tentang Laporan

Tahunan Emiten atau Badan Usaha Publik telah menggantikan putusan ini. Sesuai

aturan, perusahaan publik harus menyampaikan laporan tahunannya kepada OJK

120 hari setelah akhir tahun anggaran, atau pada akhir bulan keempat.

Karena suatu organisasi tidak hanya dituntut untuk menyampaikan laporan

keuangan tepat waktu, tetapi juga sangat membantu para pengguna laporan

17
keuangan, teori kepatuhan dapat menjadi inspirasi bagi seseorang untuk lebih

menyepakati pedoman yang bersangkutan dan bagi organisasi yang berusaha

untuk menyampaikan laporan keuangan sesegera mungkin. mungkin. 2019

(Afriyeni & Marlius).

2.1.2 Teori Agensi (Agency Theory)

Ekonomi informasi dapat dibagi menjadi agen dan prinsipal menggunakan

teori keagenan. 2016 (Imaniar & Kurnia). Teori agensi menjelaskan bagaimana

agen dan prinsip terkait. Tujuan agen sebagai manajer sering berbenturan dengan

tujuan prinsipal untuk menghasilkan nilai pemegang saham. (Suryani & Dahlia P

2018). Teori keagenan juga masuk akal bahwa ada ketidakseimbangan data antara

kepala sebagai spesialis dan pemilik (investor) sebagai direktur, yang terjadi di

mana administrator sebagai pemilik tidak memiliki data yang memadai tentang

kinerja spesialis dalam menyelesaikan dan mengejar keputusan sehingga itu

berdampak pada kerentanan. bagaimana upaya spesialis dalam menambah hasil

nyata perusahaan (Diliasmara & Nadirsyah, 2019).

Menurut Anthony dan Govindarajan 2005 (dalam Ramadhani et al., (2020),

agen dianggap bakal mendapatkan kepuasan tidak sekedar imbalan keuangan saja,

melainkan tambahan yang didapat berhubungan dengan keagenan, akan tetapi

prinsipal hanya mementingkan pengembalian uang yang didapatkan dari investasi

suatu perusahaan. Akibat hubungan agensi ini, maka munculnya agency problem

yang dalam hal ini pihak agen akan berupaya untuk memaksimalkan kepentingan

dirinya sendiri sementara mengabaikan kepentingan prinsipal padahal tujuan

18
utama dari suatu perusahaan ialah untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik

modal (Triyuwono, 2018).

Untuk mempraktikkan teori keagenan, agen diharuskan menyajikan laporan

keuangan publik dengan informasi yang komprehensif dan relevan tentang segala

sesuatu yang terjadi di dalam perusahaan (Witasari et al., 2021). Dengan

mewajibkan setiap organisasi untuk menyerahkan data keuangan tepat waktu,

akan mengurangi munculnya ketimpangan data (information asymmetry) (Imaniar

& Kurnia, 2016).

2.1.3 Teori Signal (Signaling Theory )

Teori sinyal yakni sebuah gagasan dimana satu pihak memiliki suatu

informasi yang melekat tentang pihak tersebut dan disampaikan kepada pihak lain

(Fauzan & Purwanto, 2017). Signaling theory menekankan pada pentingnya

informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak

diluar perusahaan (Rafikaningsih et al., 2020). Teori signal ialah bahwa tidak

semua pihak menerima informasi yang sama. Dengan demikian, hipotesis signal

dihubungkan dengan adanya ketimpangan data antara eksekutif organisasi dan

pertemuan yang berkepentingan dengan data.

Manajer mempunyai kewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi

perusahaan kepada pemilik (pemegang saham) dikarenakan manajer lebih

mengetahui banyak informasi daripada pemegang saham dikarenakan manajer

yang menjalankan operasional suatu perusahaan (Ramadhani et al., 2020). Salah

satu informasi dapat dimanfaatkan sebagai sinyal ialah pengumuman yang

dilakukan emiten (Imaniar & Kurnia, 2016). Saat data dilaporkan dan semua

19
pelaku pasar telah mendapatkan datanya, pelaku pasar mula-mula menguraikan

dan menilai data tersebut sebagai sinyak baik (good news) yang dapat

meningkatkan biaya porsi perusahaan atau sinyal buruk (bad news) yang dapat

menyebabkan penurunan harga saham perusahaan. (Rafikaningsih et al., 2020).

Jika suatu perusahaan memiliki kualitas yang baik, tentunya akan segera

membuat laporan keuangan sebagai sinyal, yang tentunya tidak dapat dibuntuti

oleh perusahaan yang berkualitas rendah karena organisasi yang berkualitas

rendah seringkali akan mudah dalam mendistribusikan laporan keuangan.

(Trisnadevy & Satyawan, 2020).

2.1.4 Laporan Keuangan (Financial Statement)

Laporan keuangan memiliki kegunaan untuk memperlihatkan kondisi

keuangan perusahaan, ada beberapa alasan yang membuat laporan keuangan akan

berguna untuk perusahaan maupun pihak-pihak lain. Alasan yang membuat

laporan keuangan sangat berguna bagi perusahaan dikarenakan dapat memberikan

informasi akurat dan jelas tentang kondisi keuangan, untuk calon investor yang

hendak melakukan investasi ke perusahaan tersebut.

Menurut Mochtar & Indah Triani (2022), laporan keuangan harus memiliki

empat kualitas berikut: laporan keuangan harus dapat dipahami, relevan, dapat

diandalkan, dan komparatif. Keempat kualitas laporan keuangan yang signifikan

ini:

1. Dapat dipahami (understandability) Ini menyiratkan bahwa salah satu

atribut terpenting dari laporan keuangan ialah mudah dipahami oleh

pengguna.

20
2. Relevan (relevance) Suatu laporan keuangan dikatakan bermanfaat apabila

informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut mempunyai

kelebihan, sejalan dengan prinsip-prinsip yang harus dipatuhi oleh

pemakai dalam menggunakan laporan keuangan..

3. Keandalan (Reliability) Keandalan mengacu pada kualitas data yang

disajikan dalam laporan keuangan, yang berarti pengguna data akuntansi

sangat bergantung pada keakuratan data yang dihasilkan.

4. Dapat diperbandingkan (comparability) Laporan keuangan dapat

dibandingkan jika data dapat direferensikan silang antar periode dan antara

perusahaan yang berbeda..

PSAK Revisi 2017 menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan ialah untuk

menyajikan informasi tentang situasi keuangan perusahaan, operasi, dan

perubahan posisi keuangan yang berguna bagi banyak klien dalam pengambilan

keputusan keuangan. Klien akan mendapat untung jika data yang sesuai dapat

diperoleh sesegera mungkin sebelum klien kehilangan kesempatan atau kapasitas

untuk mempengaruhi keputusan yang perlu dibuat (Ramanda, 2017). Menurut

PSAK Ikatan Akuntan Indonesia (2015) No. 1 (2015:1.3), laporan keuangan

secara lengkap mencakup unsur-unsur berikut.:

1. Laporan Neraca Keadaan keuangan perseroan pada tanggal tertentu

ditunjukkan dalam laporan neraca, laporan berkala. Ini terdiri dari modal,

seperti hak atau saham yang dimiliki oleh pemilik perusahaan, serta aset,

seperti aset yang dimiliki oleh perusahaan, hutang, seperti tagihan yang

belum dibayar untuk bisnis lain, dan kewajiban.

21
2. Laporan laba rugi Laporan laba rugi (P&L) menampilkan pendapatan dan

biaya divisi bisnis serta laba rugi perusahaan selama periode waktu

tertentu.

3. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Perubahan Ekuitas ialah dokumen

yang menampilkan perubahan ekuitas pemilik secara periodik, yang

berasal dari total aset dan total kewajiban kelompok modal...

4. Laporan Arus Kas Laporan arus kas ialah dokumen yang dibuat untuk

memberikan informasi akurat tentang uang tunai yang diterima dan

dikeluarkan oleh bisnis selama waktu tertentu, diatur sesuai dengan

urutan operasi, investasi, dan operasi pembiayaan.

5. Catatan Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan ialah laporan

yang memberikan informasi yang disyaratkan oleh SAK namun tidak

dicantumkan dalam laporan keuangan, menjelaskan dasar penyusunan

laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang digunakan untuk

menyusun laporan keuangan, serta menambahkan informasi yang tidak

disertakan tetapi diperlukan untuk memahami laporan keuangan.

Laporan keuangan dibuat untuk membantu orang membuat keputusan

dengan memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan, kinerja, dan

perubahan posisi keuangannya. Laporan keuangan digunakan untuk menganalisis,

meramalkan, dan mengevaluasi dampak keuangan yang muncul dari pilihan

finansial yang diambil (Nurlen et al., 2021).

Aset, kewajiban, dan ekuitas ialah bagian dari informasi status keuangan.

Pendapatan dan biaya, serta keuntungan dan kerugian yang diperoleh di luar

22
aktivitas utama entitas, dimasukkan ke dalam informasi kinerja keuangan.

Laporan keuangan untuk perusahaan publik di Indonesia harus diaudit secara adil

dan disiapkan sesuai dengan GAAP. Pemilik, manajer, kreditur, pemasok,

konsumen, investor, pemerintah, dan pihak lain yang berkepentingan dengan

laporan keuangan, antara lain, sebenarnya membutuhkan pengungkapan laporan

keuangan yang cepat dan tepat. (Sitorus, 2019).

2.1.5 Ketepatan Waktu (Timeliness)

Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan menyatakan dalam Pernyataan

(SAK) (PSAK) Nomor 1 bahwa penyelesaian laporan keuangan tepat waktu yakni

salah satu atribut yang diwajibkan. Penyelesaian dan penyerahan laporan

keuangan yang tepat waktu dapat berdampak pada mereka karena, dalam

praktiknya, penyelesaian tepat waktu memperlihatkan jika datanya segar dan

menunjukkan kualitas laporan keuangan yang sehat. Jika laporan keuangan dapat

disampaikan tepat waktu, kesesuaiannya dapat diakui (Tarigan, 2017).

Tiga kriteria keterlambatan digunakan oleh Dyer dan Mchug (1975) (dalam

Wijayanti & Effriyanti, 2019) untuk menilai ketepatan waktu penulisan mereka.:

1. Preliminary lag: periode waktu antara tanggal laporan keuangan sampai

bursa menerima laporan pendahuluan akhir.

2. Rentang waktu antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan

auditor ditandatangani dikenal sebagai "keterlambatan laporan auditor".

3. Total lag: jumlah waktu antara tanggal laporan keuangan dan tanggal

diterimanya laporan publik.

23
Menurut keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Republik Indonesia (2011) Nomor: Kep-346/BL/2011, emiten atau perusahaan

publik yang pernyataan pendaftarannya telah berlaku wajib menyampaikan

laporan tahunan kepada Bapepam-LK, yang sekarang dikenal dengan OJK (OJK),

paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun buku sebelumnya. Selain itu, OJK dan

BEI merilis klausul pada Maret 2020 sebagai respon atas wabah Virus Corona

(Covid-19) yang melanda Indonesia saat ini. OJK mengumumkan dalam

keterangan pers pada 18 Maret 2020 bahwa batas waktu penyampaian laporan

keuangan akan dipersingkat. Selain itu, pada 20 Maret 2020, BEI menerbitkan

Surat Keputusan Direksi No. Kep-00027/BEI/03-2020 yang memperlonggar batas

waktu penyampaian laporan tahunan dan laporan keuangan. Menurut dua aturan

itu, batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan diundur dua bulan dari

batas waktu semula, yang seharusnya diubah paling lambat 30 April menjadi

paling lambat 30 Juni.

Pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004

memuat peringatan yang diberikan oleh OJK tentang Keterlambatan dalam

Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan. Dinyatakan bahwa Emiten yang

Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif dan dikenakan denda sebesar Rp.

1.000.000 (satu juta)

Keputusan Direksi PT BEI (2004) Nomor: Kep-307/BEJ/07-2004 Peraturan

Nomor IH: mencantumkan sanksi yang dijatuhkan oleh BEI, organisasi yang

24
bertanggung jawab untuk mengelola pasar saham Indonesia. Menurut informasi

mengenai sanksi, emiten yang terlambat menyampaikan laporan keuangan akan

dikenakan sanksi yang meliputi:

1. Teguran tertulis I atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan

sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kalender setelah tanggal penyampaian.

2. Teguran tertulis II dan denda sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta

rupiah), apabila Perusahaan Tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban

penyampaian Laporan Keuangan sejak hari kalender ke-31 sampai dengan

hari kalender ke-60 setelah batas waktu tersebut..

3. Apabila sejak hari kalender ke-61 sampai dengan hari kalender ke-90

setelah batas waktu penyampaian Laporan Keuangan, Perusahaan Tercatat

tetap tidak memenuhi kewajiban penyampaian Laporan Keuangan atau

menyampaikan Laporan Keuangan tetapi tidak memenuhi kewajiban

membayar denda , teguran tertulis III dan tambahan denda sebesar Rp.

150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah) akan dikeluarkan.

4. Suspensi jika sampai dengan hari ke-91 setelah batas waktu laporan

keuangan, emiten tidak memenuhi kewajiban menyampaikan laporan

keuangan atau memenuhi kewajiban menyampaikan laporan keuangan

tetapi tidak memenuhi kewajiban membayar denda sebagaimana dimaksud

dalam ketentuan 2 dan 3 tentang.

Sebagai informasi, laporan keuangan akan berguna jika informasi yang

dikandungnya diberikan kepada pengambil keputusan segera sebelum kehilangan

kemampuannya untuk mempengaruhi keputusan. Dengan asumsi bahwa ada

25
penundaan pengungkapan yang berlebihan, data selanjutnya akan kehilangan

relevansinya (Diliasmara & Nadirsyah, 2019).

2.1.6 Reputasi KAP

Jasa KAP diminta kepada perusahaan untuk menjamin keakuratan dan

keterandalan laporan atau statistik mengenai kinerja perusahaan yang disampaikan

kepada publik. Empat KAP besar dan KAP non-besar ialah dua ukuran Kantor

Akuntan Publik (KAP) yang berbeda. Pada tahun 2020, Rahmatia dkk. Reputasi

KAP didefinisikan sebagai KAP dengan reputasi positif, prestasi menonjol, dan

dukungan rakyat luas (Rosydin, 2021).

Kepercayaan publik harus didapatkan oleh suatu perusahaan agar para

investor dan seluruh pihak yang menggunakan laporan keuangan sebagai

informasi tersebut memberikan rasa kepercayaan terhadap perusahaan.

Diharapkan kantor akuntan yang terlatih akan dapat melakukan audit secara lebih

efektif dan memiliki lebih banyak kebebasan untuk menyampaikan audit tepat

waktu. Auditor yang dipekerjakan oleh kantor akuntan besar disebut sebagai

auditor bereputasi tinggi. KAP dengan reputasi baik cenderung memiliki lebih

banyak sumber daya (kemampuan, pengalaman dan kualifikasi auditor, fasilitas

audit, proses dan prosedur audit yang digunakan) dibandingkan KAP dengan

reputasi buruk (Kurniasih et al., 2022).

Menurut Setyani & Wibawa (2021) di dunia KAP yang memiliki reputasi

yang baik ialah KAP yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal

yang dikenal dengan KAP Big4 (Four Worldwide Accounting Firm). Afiliasi

KAP Big 4 di Indonesia ialah sebagai berikut :

26
1. KAP Price Water Coopers (PWC), yang bekerjasama dengan KAP

Tanudiredja, Wibisana & Rekan.

2. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), yang berkerjasama

dengan KAP Siddharta dan Widjaja

3. KAP Ernst and Young, yang berkerjasama dengan KAP Purwantono,

Sungkoro, dan Sudja

4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang berkerjasama dengan KAP Osman

Bing Satrio dan rekan.

Semakin tinggi reputasi KAP, semakin besar kemungkinan laporan keuangan

akan diproduksi dengan standar yang tinggi, memastikan bahwa laporan keuangan

akurat. (Asriyatun & Syarifudin, 2020).

2.1.7 Financial Distress

Menurut Faulinda et al., (2021) Pengunduran publikasi laporan keuangan

dilakukan karena ditemukan terdapat kabar kurang baik dalam laporan keuangan,

salah satunya ialah kesulitan keuangan (financial distress). Kesulitan keuangan

atau financial distress dapat diidentifikasi dalam laporan keuangan dengan

membandingkan hutang jangka panjang perusahaan (Firda et al., 2021). Menurut

Agusti 2013 (dalam Muflihah, 2017) menyatakan bahwa faktor utama penyebab

financial distress berasal dari entitas itu sendiri, antara lain :

1. Kesulitan arus kas

Terjadi ketika pendapatan yang diperoleh dari operasional lebih kecil

daripada beban yang dikeluarkan dan kesalahan manajemen dalam

mengelolah arus kas yang ada sehingga memperburuk keadaan .

27
2. Besarnya jumlah utang

Terjadi ketika perusahaan berhutang guna menutupi biaya operasional

perusahaan pada periode transaksi sehingga menimbulkan kewajiban

melunasi hutang di periode yang akan datang. Ketika tagihan jatuh tempo

dan perusahaan tidak memiliki kas atau uang untuk membayar

dimungkinkan kreditur akan melakukan penyitaan guna melunasi hutang

tersebut.

3. Kerugian perusahaan

Kerugian dalam kegiatan operasional beberapa tahun sehingga

menimbulkan arus kas negatif. Hal ini dikarenakan beban operasional

tidak seimbang dengan pendapatan.

Platt 2002 (dalam Yudiawati et al., 2016) menjelaskan mengukur financial

distress berdasarkan tiga kondisi yaitu mengalami laba operasi negatif dalam

beberapa tahun, melakukan penghentian pembayaran dividen, dan mengadakan

restrukturisasi atau PHK. Plat 2002 (dalam Setiawan et al., 2017) menyatakan

kegunaan informasi jika suatu perusahaan mengalami financial distress sebagai

berikut :

1. Mempercepat tindakan manajemen mencegah masalah sebelum terjadinya

kebangkrutan.

2. Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau take over agar

perusahaan lebih mampu untuk membayar hutang dan mengelola

perusahaan dengan lebih baik.

28
3. Memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan pada masa yang

akan datang.

Menurut Piscestalia & Priyadi (2019) Kebangkrutan yang dialami suatu

perusahaan biasanya dihubungkan dengan kondisi financial distress atau kesulitan

kuangan. Untuk mendeteksi kondisi financial distress pada perusahaan diperlukan

model atau alat deteksi kebangkrutan. Berikut ialah model prediksi financial

distress (Fahma & Setyaningsih, 2021) :

1. Model Altman

Analisis metode Altman 1968 salah satu, metode ini menggunakan

Multiple Discriminate Analysis (MDA) atau biasa disebut Metode

Multivariate. Metode Multivariate menggunakan dua rasio atau lebih

secara bersama-sama dalam satu persamaan, sehingga metode ini akan

mempermudah analisis atas kondisi keuangan suatu perusahaan. Rumus

yang dihasilkan oleh Altman tersebut ialah sebagai berikut:

Perusahaan sehat, jika nilai Z > 2,60. Perusahaan dalam kondisi

abu-abu atau tidak mengalami bangkrut dan juga tidak dapat dikatakan

sehat (dalam kondisi grey area), jika nilai 1,10 < Z > 2,60.

2. Model Zmijewski

29
Metode ini menggunakan rasio profitabilitas (ROA), leverage

(Debt Ratio), dan likuiditas (Current Ratio) untuk menganalisis apakah

perusahaan tersebut mengalami gangguan terhadap keuangan atau tidak.

Rumus yang dihasilkan oleh Zmijewski tersebut ialah sebagai berikut:

Nilai cut off Metode Zmijewski yaitu: Jika nilai X < 0, maka

perusahaan sehat. Jika nilai X > 0, maka perusahaan bangkrut.

3. Metode Grover

Metode Grover 2003 ini yakni pengembangan dari metode Altman,

terdapat rasio yang dihapus yaitu rasio nilai pasar perusahaan dan rasio

laba ditahan atas total aset dan menambahkan rasio ROA. Penulis dari

metode ini yaitu Jeffrey S. Grover melakukan penulisan dengan

mengambil sampel 35 perusahaan bangkrut dan 35 perusahaan tidak

bangkrut pada periode 1982-1996. Rumus yang dihasilkan oleh Grover

tersebut ialah sebagai berikut:

G = 1,650X1 + 3,404X2 – 0,016X3 + 0,057

Keterangan:
X1 : Modal kerja/Total aset
X2 : EBIT/Total Aset
X3 : ROA (Return On Assets)

30
Nilai cut off Metode Grover yaitu: Jika nilai G ≥ 0,01, maka

perusahaan dalam kategori sehat. Jika nilai G ≤ -0,02, maka perusahaan

dalam kategori bangkrut.

4. Model Springate (S-score)

Model Springate ialah model prediksi financial distress yang

dikembangkan oleh Gordon L.V Springate pada tahun 1978. Metode ini

dikembangkan yang mengacu dari metode Altman, dan menggunakan

Multiple Discriminant Analysis (MDA). Springate menggunakan step wise

multiple discriminate analysis yang artinya untuk memilih 4 dari 19 rasio

keuangan inti, sehingga dapat digunakan untuk membedakan apakah

perusahaan tergolong bangkrut atau tidak. Rasio yang digunakan dalam

metode Springate yaitu rasio modal kerja atas total aset, rasio profitabilitas

(EBIT atas total aset dan EBT atas kewajiban lancar), dan rasio

manajemen aset (Penjualan atas total aset). Rumus yang dihasilkan oleh

Springate tersebut ialah sebagai berikut:

S = 1,03A + 3,07B +0,66C + 0,4D

Keterangan:
A = Modal Kerja/Total Aset
B = EBIT/Total Aset C
C = EBT/Kewajiban Lancar
D = Penjualan/Total Aset nilai

Nilai cut off metode Springate yaitu: Jika nilai S > 0,862, maka

masuk kategori perusahaan sehat dan jika nilai S < 0,862, maka masuk

kategori perusahaan bangkrut.

5. Model Ohlson (O-score)

31
Metode Ohlson 1980 menggunakan analisis logit, hal ini untuk

menutupi kekurangan dalam metode Multiple Discriminate Analysis.

Penulisan Metode Ohlson menggunakan 105 perusahaan bangkrut dan

2058 perusahaan tidak bangkrut pada periode 1970-1976. Rumus yang

dihasilkan oleh Ohlson tersebut ialah sebagai berikut:

O = -1,32 -0,407X1 + 6,03X2 -1,43X3 + 0,0757X4 - 2,37X5

- 1,83X6 + 0,285X7 -1,72X8 - 0,521X9

Keterangan:
O : Bankruptcy Index
X1 : Firm Size
X2 : Total Kewajiban/Total Aset
X3 : Modal Kerja/Total Aset
X4 : Kewajiban Lancar/Aset Lancar
X5 : 1 jika total kewajiban > total aset; 0 jika sebaliknya
X6 : Net Income/Total Aset
X7 : Arus Kas Operasi/Total Kewajiban
X8 : 1 jika laba bersih negatif; 0 jika sebaliknya
X9 : (Nlt – Nlt-1) / (Nlt + Nlt-1)

Metode Ohlson memiliki nilai cut off sebagai berikut: Jika nilai O < 0,38,

maka perusahaan dikategorikan sehat. Jika nilai O > 0,38, maka perusahaan

dikategorikan bangkrut.

Semakin tingginya tingkat financial distress maka perusahaan dinilai

mengalami kesulitan keuangan, meningkatkan risiko audit oleh auditor

independen terutama risiko pengendalian dan risiko deteksi. Maka auditor harus

melakukan pemeriksaan risiko (risk assessment) terlebih dahulu. Sehingga

membuat proses audit berjalan lebih lama dan ketepatan waktu publikasi laporan

keuangan cenderung rendah (Trisnadevy & Satyawan, 2020).

32
Penundaan penerbitan bisa terjadi karena ada berita buruk yang terlacak

dalam laporan anggaran. Salah satu berita buruknya ialah kesulitan keuangan.

Untuk menghindari kualitas laporan yang buruk, perusahaan akan berusaha untuk

memperbaiki laporan keuangan yang mengandung informasi negatif. Cara paling

umum untuk memperbaiki laporan moneter membutuhkan banyak investasi,

sehingga dapat menimbulkan kemunduran untuk mengirimkan laporan moneter

(Nopayanti & Ariyanto, 2018).

2.1.8 Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan saham dalam perusahaan umumnya meliputi

kepemilikan asing, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, serta

kepemilikan saham oleh individual atau publik (Marsinah, 2021). Ada dua jenis

kepemilikan yaitu kepemilikan orang dalam dan kepemilikan luar (Andriani &

Wahyu, 2021). Adapun oleh pihak luar tersebut dapat diartikan sebagai

dimilikinya saham perusahaan oleh publik atau masyarakat umum dan terdaftar

pada BEI (Saragih & Widajantie, 2021).

Kepemilikan pihak eksternal yang berdampak pada kinerja perusahaan dan

nilai perusahaan sama-sama sangat dipengaruhi oleh struktur perusahaan (Dewi &

Hernawati, 2015). Karena konsentrasi kepemilikan, pihak di luar perusahaan

memiliki kekuatan untuk mempengaruhi perubahan yang telah terjadi atau

direncanakan, dan perusahaan tidak dapat berjalan tanpa pengawasan. Pemilik

eksternal perusahaan memiliki kapasitas untuk mempengaruhi korporasi melalui

kritik atau komentar di media, yang dianggap sebagai suara masyarakat.

33
Struktur kepemilikan pihak-pihak dari luar lingkungan perusahaan berfungsi

sebagai pengganti variabel struktur kepemilikan. Karena dampak potensial dari

pengungkapan laporan keuangan yang tepat waktu terhadap kemampuan eksekutif

untuk membuat keputusan keuangan yang baik, pihak luar memiliki wewenang

untuk memaksa eksekutif agar dapat menyerahkan data sesegera mungkin..

(Muftiarani & Mulya, 2020). Untuk itu, semakin besar kepemilikan dari pihak

luar, seyogianya akan semakin besar pula tekanan untuk menyampaikan laporan

keuangan secara tepatwaktu. Klaim tersebut di atas dapat diartikan bahwa

struktur kepemilikan perusahaan berdampak baik terhadap ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan karena perusahaan akan lebih cepat melaporkan

laporan keuangannya dengan semakin banyak saham yang dimilikinya (Mulya et

al., 2017).

Struktur kepemilikan saham tipikal yang dimiliki oleh masyarakat umum

(publik) seringkali memiliki proporsi kepemilikan di atas 50%, memberikan

pengaruh yang signifikan kepada pemilik luar atas kondisi kerja dan hasil

organisasi. Pemilik bisnis eksternal secara logis tertarik pada tingkat

pengembalian investasi mereka. Akibatnya, bisnis akan menghasilkan laporan

keuangan lebih cepat (Supartini et al., 2021).

2.1.9 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan ialah suatu skala atau nilai dimana perusahaan dapat

dikelompokkan besar atau kecilnya berdasarkan total aktiva, total penjualan, nilai

saham dan sebagainya (Widiastari & Yasa, 2018). Karena perusahaan besar

memiliki pemahaman yang lebih baik tentang peraturan yang ada, mereka

34
cenderung mematuhi peraturan ketepatan waktu daripada perusahaan kecil.

(Erawati & Kondo, 2021). Maka, apabila perusahaan besar yang memiliki sumber

daya serta staf akuntasi dan sistem informasi serta memiliki sistem pengendalian

internal yang kuat menyebabkan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan dalam

menyelesaikan laporan keuangan (Syahputri & Kananto, 2020). Selain itu,

perusahaan-perusahaan besar juga akan lebih sigap dalam mengisi laporan

keuangannya agar nama merek dan citra mereknya tetap menjadi sorotan Mochtar

& Indah Triani (2022).

Menurut Shafira (2017), ukuran perusahaan ditentukan oleh total asetnya,

yang dapat dikategorikan secara luas menjadi tiga ukuran: besar (bisnis besar),

menengah (perusahaan menengah), dan kecil (organisasi kecil). Badan

Standarisasi Nasional Ukuran Perusahaan mengklasifikasikan ukuran perusahaan

ke dalam tiga kelompok berikut.:

1. Bisnis besar atau perusahaan besar.

Perusahaan besar ialah perusahaan yang memiliki nilai bersih minimal $10

miliar (termasuk tanah dan bangunan) dan pendapatan tahunan minimal

$50 miliar.

2. Bisnis atau perusahaan menengah.

Korporasi dianggap sedang jika total asetnya, termasuk tanah dan

bangunan, antara Rp 1 dan 10 miliar. Mereka berpenghasilan lebih dari Rp

1 miliar tetapi kurang dari Rp 50 miliar per tahun.

3. usaha kecil atau usaha kecil.

35
Usaha kecil didefinisikan sebagai usaha dengan penjualan tahunan

minimal Rp 1 miliar dan nilai bersih maksimal Rp 200 juta, tidak termasuk

properti dan bangunan.

Perusahaan besar yang digerakkan oleh tekanan biasanya menerbitkan

laporan keuangan mereka terlebih dahulu untuk mencegah penyebaran informasi

dan spekulasi di pasar saham mereka.. Hubungan ukuran perusahaan dengan teori

sinyal yaitu ukuran perusahaan dapat memberikan informasi bagi para investor

tentang tingkat keberhasilan perusahaan yang dapat dilihat melalui aset yang

dimiliki (Santika & Nuswandari, 2021).

2.1.10 Pengaruh Reputasi KAP Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian

Laporan Keuangan

Reputasi KAP menunjukkan kinerja bisnis dengan memberikan jasa audit

atas laporan keuangannya. Jika dibandingkan dengan KAP yang bereputasi buruk,

KAP yang memiliki reputasi baik seringkali memiliki lebih banyak sumber daya

(termasuk sarana, fasilitas, sistem audit, dan teknik audit yang digunakan)

dibandingkan KAP yang memiliki reputasi buruk (Kurniasih et al., 2022).

Kemungkinan bahwa laporan keuangan akan dihasilkan dengan kualitas tinggi

dan memastikan akurasi laporan keuangan meningkat dengan reputasi KAP. Fakta

bahwa KAP ialah anggota dari Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4)—

KAP yang cukup besar dan dapat diterapkan secara luas—menggambarkan

reputasi perusahaan yang solid (Asriyatun & Syarifudin, 2020).

Sesuai dengan penulisan Afriyeni & Marlius (2019) yang memperlihatkan

jika reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian

36
laporan keuangan, teori keagenan akan mendorong agen untuk menyelesaikan

audit laporan keuangan secara tepat waktu guna menjaga reputasi. dari perusahaan

yang go public.

2.1.11iiPengaruh Financial Distress Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan


Keuangan
Kesulitan keuangan terjadi ketika sebuah perusahaan mengalami kesulitan

memenuhi kewajibannya sebelum mengalami likuiditas. Kesulitan keuangan

dipandang sebagai berita yang tidak menguntungkan bagi manajemen. Menurut

signaling theory, bisnis yang mengalami kesulitan keuangan memiliki

kecenderungan untuk menunda pelaporan keuangan, yang dipandang sebagai

sinyal negatif (berita buruk) yang akan mempengaruhi keputusan keuangan

(Trisnadevy & Satyawan, 2020).

Perusahaan yang memiliki lebih banyak utang keseluruhan daripada total

aset sering mengalami masalah keuangan. Harga saham akan terpengaruh jika

perusahaan merilis laporan keuangan saat mengalami masalah keuangan.

Perusahaan yang mengalami financial distress baik skala kecil maupun besar

harus terus merilis laporan keuangan tepat waktu untuk menjaga kepercayaan

investor dan mencegah mereka terbujuk untuk mencari informasi dari sumber

yang tidak dapat diandalkan (Faulinda et al., 2021). Hal ini dikuatkan oleh

penulisan Laely dari tahun 2022 yang menemukan bahwa kesulitan keuangan

secara signifikan mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan..

37
2.1.12 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan
Keuangan
Rasio jumlah saham yang dimiliki oleh korporasi terhadap jumlah saham

yang dimiliki oleh masyarakat umum dikenal sebagai struktur kepemilikan. Salah

satu variabel terpenting dalam menilai nilai perusahaan ialah struktur

kepemilikannya. Tuntutan manajemen untuk merilis laporan keuangannya secepat

mungkin meningkat dengan tingkat kepemilikan luar (Nugraha & Mulya, 2017).

Jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan publik yang terdaftar di BEI

dapat digunakan untuk menghitung kepemilikan saham BEI, menurut penulisan

Dewayani et al. (2017). Tingkat profitabilitas dan kesuksesan perusahaan yang

baik tercermin dalam investasi publik dalam saham, yang menunjukkan

ekspektasi publik bahwa manajemen perusahaan akan menangani saham seefisien

mungkin. Menurut penulisan Valentina & Gayatri (2018), struktur kepemilikan

memiliki pengaruh yang baik terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan.

2.1.13 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan


Keuangan

Skala yang dikenal sebagai "ukuran perusahaan" memungkinkan ukuran

perusahaan untuk dikategorikan dalam beberapa kategori, seperti total aset,

ukuran log, nilai pasar saham, dan lain-lain. Ukuran bisnis akan berdampak pada

struktur modal. Kemungkinan bahwa perusahaan dapat menerbitkan saham

tambahan dan memanfaatkan jumlah pinjaman pelaporan keuangan yang lebih

tepat waktu meningkat dengan tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan. (2017)

Dewayani dkk.

38
Banyak analis melacak perusahaan penting, dan mereka selalu mencari fakta

terbaru untuk mengkonfirmasi atau mengubah hipotesis mereka. Untuk

mengurangi asimetri informasi dan spekulasi dalam perdagangan saham

perusahaan, perusahaan besar yang berada di bawah tekanan seringkali akan

mengungkapkan laporan keuangan tepat waktu. Ukuran perusahaan dan teori

sinyal terkait bahwa ukuran perusahaan dapat memberi tahu investor tentang

jumlah keberhasilan perusahaan, yang dapat diamati dari asetnya (Santika &

Nuswandari, 2021). Hal ini sejalan dengan penulisan Mochtar & Indah Triani

(2022) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan berdampak pada seberapa

cepat laporan keuangan disampaikan.

2.2 Penulisan Terdahulu

Dampak reputasi KAP, krisis keuangan, struktur kepemilikan, dan ukuran

perusahaan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah diteliti

dalam beberapa penulisan sebelumnya.

Tabel 2.1
Tabel Penulisan Terdahulu

39
40
41
2.3 Model Penulisan

Cara model penulisan diatur menunjukkan bagaimana efek masing-masing

variabel pada studi tertentu berhubungan satu sama lain. Kerangka penulisan

42
teoretis dirinci di bawah ini berdasarkan definisi masalah, dasar-dasar teoretis,

evaluasi penulisan sebelumnya, dan perumusan hipotesis yang dibahas di atas:

2.4 Hipotesis

H1: Reputasi KAP berdampak pada bisnis telekomunikasi yang tercatat di BEI

mampu menyampaikan laporan keuangan sesuai jadwal periode 2019–

2021.

H2: Penyampaian laporan keuangan perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di

BEI Periode 2019–2021 tepat waktu dipengaruhi oleh kesulitan keuangan.

H3: Untuk tahun 2019 hingga 2021, struktur kepemilikan berdampak pada

seberapa cepat penyampaian laporan keuangan perusahaan telekomunikasi

yang terdaftar di BEI.

H4: Untuk Periode 2019–2021 Ukuran Perusahaan Berpengaruh Terhadap

Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan pada Perusahaan

Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI.

H5: Periode 2019–2021, Perusahaan Telekomunikasi yang Tercatat di BEI,

Reputasi KAP, Financial Distress, Struktur Kepemilikan, dan Ukuran

43
Perusahaan Berpengaruh Secara Simultan Terhadap Ketepatan Waktu

Penyampaian Laporan Keuangan.

44
BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Desain Penulisan

Penulisan ini termasuk ke dalam penulisan dengan pengujian hipotesis yang

bertujuan untuk menguji hipotesis yang menjelaskan fenomena dalam bentuk

variabel. Data yang dikumpulkan dalam penulisan ini berupa data sekunder

denganmenggunakan metode penulisan kuantitatif yaitu penulisan yang

menganalisis suatu data berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

3.2 Objek Penulisan

Objek penulisan yakni satu permasalahan yang dijadikan sebagai topik

penulisan dalam rangka menyusun laporan. Objek penulisan juga diartikan

sebagai sarana yang dijadikan unit pengamatan rangka memperoleh data-data

yang berkaitan dengan permasalahan yang menyangkut objek penulisan. Objek

dalam penulisan ini ialah pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI

periode 2019-2021. Alasan penulis memilih sektor telekomunikasi pada penulisan

ini dikarenakan dari tahun 2019-2021 Indonesia sedang mengalami Virus Covid-

19 yang menjadikan sektor telekomunikasi yang bergerak dibidang teknologi

komunikasi kapitalisasi pasarnya meningkat sehingga penulis tertarik untuk

meneliti apakah meningkatnya kapitalisasi sektor menggunakan variabel reputasi

KAP, financial distress, struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan berdampak

terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.

43
45
3.3. Defenisi Variabel Penulisan

3.3.1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen atau variabel terikat dalam penulisan ini ialah

Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan. Sesuai dengan peraturan OJK

(OJK) No.29/PJOK.04/2016 yaitu laporan keuangan tahunan selambat-lambatnya

diakhir bulan ke-4 atau 120 (seratus dua puluh) hari setelah tanggal berakhirnya

laporan keuangan. Dan terkait dengan antisipasi atas pandemi Virus Corona

(Covid-19) yang melanda Indonesia. OJK dan BEI mengeluarkan Surat Keputusan

perihal relaksasi batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan 2019,

diperpanjang 2 (dua) bulan dari batas waktu yang sudah ditentukan yaitu paling

lambat pada tanggal 30 April menjadi 30 Juni.

Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan diukur menggunakan

variabel dummy dengan kategori sebagai berikut :

1. perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu masuk ke

dalam kategori 1.

2. perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan tidak tepat waktu

masuk ke dalam kategori 0.

3.3.2 Variabel Independen (X)

3.3.2.1 Reputasi KAP (X1)

Kepercayaan publik kepada laporan keuangan bergantung pada hasil kerja

KAP. Pada umumnya, hasil kinerja KAP dapat dilihat dari reputasi KAP tersebut.

KAP yang bereputasi dipercaya mampu melakukan proses audit yang lebih baik.

Melalui pengalamannya yang telah dipercaya di berbagai industri, KAP yang

46
memiliki reputasi baik, lebih mudah mengelola tingkat kesulitan dalam

menyelesaikan pekerjaan auditnya dengan lebih cepat (Prayer & Richard Fs,

2022). Reputasi KAP sangat menentukan kredibilitas laporan keuangan, terdapat

dugaan bahwa auditor yang bereputasi baik dapat mendeteksi kemungkinan

terjadinya manajemen laba secara lebih awal sehingga dapat mengurangi

terjadinya manajemen laba (Yuniarti, 2016).

Oleh sebab itu, reputasi KAP diproksikan dengan the big four yaitu 4

(empat) firma jasa profesional terbesar di seluruh dunia, yaitu Deloitte Touche

Tohmatsu, Pricewaterhouse-Coopers (PwC), Ernst & Young (EY), dan KPMG.

Variabel ini diukur menggunakan variabel dummy dengan kategori :

a. perusahaan yang yakni klien KAP big four memiliki nilai angka 1

b. perusahaan yang yakni klien KAP non- big four bernilai 0.

3.3.2.2 Financial Distress (X2)

Financial distress yakni kondisi ketika perusahaan mengalami penurunan

kinerja keuangan yang tajam yaitu ditandai dengan arus kas menunjukkan nilai

yang negatif, rasio keuangan yang buruk dan tidak mampu membayar hutang

yang telah jatuh tempo (Sumariani & Wahyuni, 2021). Dengan terjadinya

kesulitan keuangan, perusahaan akan berusaha untuk memperbaiki laporan

keuangannya sebelum diterbitkan dan menyebabkan keterlambatan penerbitan

Laporan keuangan (Faulinda et al., 2021).

Dalam penulisan ini variabel financial ditress mengunakan model

Springate. Springate memilih 4 rasio yang dipercaya bisa membedakan antara

47
perusahaan yang mengalami distress dan yang tidak distress. Model yang

dihasilkan Springate (1978) ialah sebagai berikut :

S = 1,03A + 3,07B +0,66C + 0,4D


Sumber: Springate (1978)

Keterangan:
A = Modal Kerja/Total Aset
B = EBIT/Total Aset C
C = EBT/Kewajiban Lancar
D = Penjualan/Total Aset nilai
Nilai cut off metode Springate yaitu: Jika nilai S > 0,862, maka masuk

kategori perusahaan sehat dan jika nilai S < 0,862, maka masuk kategori

perusahaan bangkrut.

Tabel 3.1
Kriteria untuk cut-off Model Springate

Nilai Z Kriteria
Z > 0,862 Tidak Bangkrut
Z < 0,862 Bangkrut
Sumber: Springate, (1978)

3.3.2.3 Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan yakni perbandingan antara jumlah saham yang

dimiliki perusahaan dengan jumlah saham yang dimiliki oleh publik. Struktur

kepemilikan diproksikan dengan Kepemilikan publik yakni persentase saham

yang dimiliki oleh pihak luar. Persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh

pihak luar (masyarakat) dari total saham beredar yang dimana saham kepemilikan

kurang dari 5% dan kepemilikan tidak tergantung pada perusahaan. Struktur

kepemilikan publik mewakili kekuatan pengaruh kolektif atas perusahaan (Putri et

al., 2022). Kepemilikan publik mempunyai kekuatan untuk memaksa manajemen

48
agar melaporkan keuangan perusahan secara tepat waktu, karena dengan begitu

kepemilikan publik dapat menganalisa laporan keuangan dan selanjutnya

memutuskan keputusan investasi yang akan diambil. Dengan demikian ketepatan

waktu pelaporan keuangan dipengaruhi oleh kepemilikan publik (Nugraha &

Mulya, 2017) .

Kepemilikan perusahaan oleh publik diyakini mempunyai kekuatan besar

melalui media massa, baik berupa kritikan ataupun komentar, dalam

mempengaruhi perusahaan, karena semua itu dianggap suara atau aspirasi

masyarakat (publik).

Jumlah Saham Kepemilikan Publik


Kepemilikan Publik = ×
Total Saham Yang Beredar
Sumber: Putri et al., (2022)

3.3.2.4 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahan yakni besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari

total asset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja. semakin besar

nilai item tersebut maka semangkin besar pula ukuran perusahaan (Nurlen et al.,

2021). semakin besar ukuran perusahaan, semakin banyak memiliki sumber daya,

lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang canggih serta memiliki

sistem pengendalian intern yang kuat sehingga akan semakin cepat dalam

penyelesaian laporan keuangan. Selain itu, perusahaan besar juga akan lebih tepat

waktu dalam penyampaian laporan keuangan untuk menjaga citra perusahaan di

mata publik (Mochtar & Indah Triani, 2022) .

oleh karena itu perusahaan yang besar akan lebih cenderung melaporkan

laporan keuangan tepat waktu agar terhindar dari dugaan negatif dari para investor

49
yang berakibat menurunkan reputasi perusahaan. Perusahaan yang berukuran

lebih besar diperkirakan akan lebih stabil dan lebih memiliki kemampuan untuk

menghasilkan laba. Menurut Angele et al., (2022) Ukuran perusahaan dapat

diukur menggunakan keseluruhan total aset yang dimiliki perusahaan dengan

rumus sebagai berikut :

Ukuran Perusahaan = Ln (Total Aset)


Sumber: Sari, (2018)

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi Penulisan

Menurut Akbar (2018) Populasi penulisan ialah jumlah keseluruhan dari

unit analisis yang ciri-cirinya dapat diduga dan paling sedikit mempunyai sifat

yang kurang lebih sama. Populasi dalam penulisan ini ialah seluruh perusahaan

yang bergerak pada bidang telekomuniksi yang terdaftar di BEI periode 2019-

2021.

Tabel 3.2
Populasi Penulisan
No Kode Perusahaaan
1 JAST Jasnita Telekomindo Tbk
2 KBLV First Media Tbk
3 LINK Link Net Tbk
4 TKLM Telkom Indonesia (Persero) Tbk
5 BALI Bali Towerindo Sentra Tbk
6 BTEL Bakrie Telecom Tbk
7 CENT Centratama Telkomunikasi Indoensia Tbk
8 EXCL XL Axiata Tbk
9 FREN Smartfren Telecom Tbk
10 GHON Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk
11 GOLD Visi Telekomnukasi Indonesia Tbk
12 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk
13 ISAT Indosat Tbk

50
14 LCKM LCK Global Kedaton Tbk
15 OASA Protech Mitra Perkasa Tbk
16 SUPR Solusi Tunas Bersama Tbk
17 TBIG Tower Bersama Infrastuktur Tbk
18 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk
19 MTEL Dayamitra Telekomunikasi Tbk
Sumber: www.idx.com (Data Diolah)

3.4.2 Sampel Penulisan

Sampel bisa dikatakan pula sebagai bagian atau wakil dari populasi yang

mewakili karakteristik populasi secara keseluruhan (Akbar, 2018). Pengambilan

sampel dalam penulisan ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu

pemilihan sampel tidak acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan

atau kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan ialah sebagai

berikut:

1. Perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI selama tahun

2019-2021 yang menyajikan laporan keuangan dan laporan tahunannya

seacara berkala.

2. Perusahaan memiliki data lengkap berkaitan dengan variabel-variabel yang

digunakan dalam penulisan ini.

Tabel 3.3
Kriteria Sampel Penulisan
Total Populasi 19
Kriteria penulisan sampel
Perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI (BEI) 19
dari tahun 2019-2021
Perusahan sektor telekomunikasi yang tidak memiliki annual (1)
report selama tahun 2019-2021
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria 18
Tahun pengamatan 3
Sumber: Data Olahan (2023)

51
Berdasarkan kriteria pada tabel 3.3, dapat diperoleh jumlah sampel yang akan

diteliti yaitu ada 54 (lima puluh empat) perusahaan. Berikut ini tabel perusahaan

yang menjadi sampel pada penulisan ini:

Tabel 3.4
Sampel Penulisan
No Kode Perusahaaan
1 JAST Jasnita Telekomindo Tbk
2 KBLV First Media Tbk
3 LINK Link Net Tbk
4 TKLM Telkom Indonesia (Persero) Tbk
5 BALI Bali Towerindo Sentra Tbk
6 BTEL Bakrie Telecom Tbk
7 EXCL XL Axiata Tbk
8 FREN Smartfren Telecom Tbk
9 GHON Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk
10 GOLD Visi Telekomnukasi Indonesia Tbk
11 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk
12 ISAT Indosat Tbk
13 LCKM LCK Global Kedaton Tbk
14 OASA Protech Mitra Perkasa Tbk
15 SUPR Solusi Tunas Bersama Tbk
16 TBIG Tower Bersama Infrastuktur Tbk
17 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk
18. CENT Centratama Telkomunikasi Indoensia Tbk
Sumber: Data Olahan (2023)

3.5iiJenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penulisan ini berupa data kuantatif, yaitu

berupa angka-angka yang bersumber dari data laporan keuangan tahunan pada

perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI yang diterbitkan selama 3 tahun

berturut-turut selama tahun 2019-2021. Sumber data yang digunakan pada

penulisan ini yaitu data sekunder. Data diperoleh secara tidak langsung melalui

media perantara. Data tersebut berupa laporan keuangan dan laporan tahunan

52
perusahaan telekomunikasi yang diperoleh melalui website resmi BEI

(www.idx.com)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik data yang digunakan data yang digunakan pada penulisan ini ialah

data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan (annual report) perusahaan

telekomunikasi periode 2019-2021 yang diterbitkan melalui BEI dan di unduh

melalui web www.idx.com. Untuk memperoleh data yang digunakan dalam

melaksanakan penulisan ini, penulis melakukan studi literature dengan cara

meneliti dan mengkaji literatur untuk memperoleh informasi dan pengetahuan

yang dapat digunakan sebagai referensi penulisan, misalnya dari jurnal, buku,

artikel, ataupun media massa lainnya untuk memperoleh infromasi mengenai

masalah yang sedang diteliti.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penulisan ini yaitu model

analisis regresi linier berganda dan pengelolaannya menggunakan software SPSS

26. Analisis/uji regresi yakni suatu kajian dari hubungan antara satu

variabel,dengan satu atau lebih variabel. Apabila variabel bebasnya lebih dari

pada satu, maka uji/analisis regresinya dikenal dengan regresi linear berganda.

Dikatakan linier berganda karena terdapat dua atau lebih variabel bebas yang

mempengaruhi variabel tak bebas (Yuliara, 2016)

. Penggunaan model regresi linier berganda untuk mengetahui keakuratan

hubungan antara variabel independen yaitu reputasi KAP, financial distress,

struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan dengan variabel dependen yaitu

53
ketepatan waktu penyamapaian laporan keuangan. Rumus regresi linier berganda

pada penulisan ini sebagai berikut:

Y= α + β 1 βX 1 + β 2 βX 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + e

Keterangan:
Y = Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan
α = Konstanta
β 1- β 4 = Koefisien Regresi
X1 = Reputasi KAP
X2 = Financial Distress
X3 = Struktur Kepemilikan
X4 = Ukuran Perusahaan
e = Error ( tingkat kesalahan penduga pada penulisan)

3.7.1 Uji Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau

deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

varian, maksimum dan minimum dari masing-masing variabel (Indriyani, 2020).

Tujuan dari pengujian ini untuk melihat gambaran keseluruhan dari karakteristik

vaiabel penulisan untuk memudahkan pemahaman. Data yang diteliti

dikelompokkan menjadi reputasi KAP, financial distress, struktur kepemilikan,

ukuran perusahaan.

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

Untuk memperoleh hasil yang akurat pada analisis regresi berganda maka

dilakukan pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik ialah prasyarat dalam

menganalisis regresi berganda dan yakni tahapan yang dilakukan sebelum

pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan antara lain uji

normalitas, uji autokorelasi, uji multikorelasi, dan uji heteroskedastisitas.

54
3.7.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen,

independen, atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak

normal. Menurut Wicaksana (2016) model regresi yang baik ialah distribusi data

yang normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas pada penulisan ini

menggunakan uji statistic Non-Parametik Kolmogorov-Smirnov dengan syarat

dasar pengamnilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika K hitung < K atau nilai signifikan > 0,05 maka data penulisan

tersebut terdistribusi normal.

2. Jika K hitung > K tabel atau nilai signifikan <0,05 maka data penulisan

tersebut terdistribusi tidak normal.

3.7.2.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas ialah suatu keadaan dimana adanya korelasi yang

kuat antara dua atau lebih variabel bebas didalam model regresi berganda. Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen

Ghozali 2013 (dalam Wicaksana, 2016). Uji multikolinearitas dapat dilakukan

dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF).Pedoman untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi yaitu dengan

cara:

1. Apabila nilai toleran > 0,10 atau nilai VIF < 10 maka tidak ada

multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

2. Apabila nilai toleran < 0,10 atau nilai VIF > 10 maka ada multikolinearitas

antar variabel independen dalam model regresi.

55
3.7.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi yang digunakan terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik ialah yang tidak terjadi

heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam penulisan ini menggunakan uji

Glejser, dengan syarat sebagai berikut:

1. jika nilai signifikan > 0,05 artinya tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas dalam model regresi.

2. jika nilai signifikan < 0,05 artinya terjadi gejala heteroskedastisitas

dalam model regresi.

3.7.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Secara sederhana ialah bahwa analisis

regresi ialah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel

terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi

sebelumnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi

ialah dengan uji durbin-watson (DW-Test). Petunjuk dasar pengambilan

keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan melihat tabel Durbin-Watson yaitu

sebagai berikut:

a. Angka DW dibawah -2 terdapat autokorelasi

56
b. Angka DW -2 sampai +2 tidak terdapat autokorelasi

c. Angka DW diatas +2 terdapat autokorelasi

3.7.3 Uji Koefisien Determinasi ( R2 ¿

Koefisien determinasi ( R2 ¿digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien

determinasi ialah diantara 0 dan 1. Nilai ( R2 ¿ yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen Kuncoro 2013 ( dalam Wicaksana, 2016).

Adanya kelemahan pada uji ( R2 ¿ yaitu terdapat bias terhadap jumlah

independen yang digunakan. Jadi, jika menambahkan satu variabel independen.

Nilai ( R2 ¿akan meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen. Sehingga dianjurkan untuk

menggunakan nilai Adjusted ( R2 ¿pada saat evaluasi karena niali Adjusted ( R2 ¿

dapat naik atau turun apabila terdapat satu variabel independen yang ditambahkan

pada penulisan.

3.7.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis terdiri atas uji regresi simultan (uji F) serta uji regresi

parsial (uji T).

3.7.4.1 Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Menurut Wicaksana (2016) uji F atau lebih dikenal dengan uji simultan

ialah uji yang digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen

57
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen. Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan

untuk uji F ialah:

1. Jika F hitung > F tabel dan nilai Sig. F < α = 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa secara bersama -sama variabel independen berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen..

2. Jika F hitung < F tabel dan nilai Sig. F > α = 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa secara bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

3.7.4.2 Uji Koefisien Regresi (Uji T)

Menurut Wicaksana (2016) uji t ialah uji yang digunakan untuk

menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen secara parsial maupun

simultan dapat menerangkan variasi variabel terikat. Adapun langkah-langkah

dalam pengambilan keputusan untuk uji t ialah:

1. Jika nilai t hitung > t tabel dan signifikansi < α = 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa secara parsial variabel independen berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai t hitung < t tabel dan signifikansi > α = 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa secara parsial variabel independen tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel.

58
BAB IV

HASIL PENULISAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penulisan

Bursa Efek ialah suatu pasar konvensional yang mempertemukan antara

penjual dan pembeli. Dapat didefinisikan bahwa pada dasarnya kegiatan yang

dilakukan oleh Bursa Efek ialah menyelenggarakan dan menyediakan sarana atau

sistem perdagangan bagi para anggotanya. Jika dalam perdagangan Efek di pasar

modal yang dilakukan di Bursa Efek menunjukkan hasil yang positif, maka

gambaran tersebut dapat berakibat untuk tercapainya kinerja yang positif dalam

perekonomian suatu negara, demikian pula jika terjadi hal yang sebaliknya. Bursa

Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) digabungkan menjadi BEI.

Untuk kelangsungan fungsional dan bursa, Otoritas Publik memilih untuk

mengkonsolidasikan Bursa Efek Jakarta sebagai bursa efek dengan Bursa Efek

Surabaya sebagai pasar sekuritas dan anak perusahaan untuk berubah menjadi

BEI. Pada tanggal 1 Desember 2007, bursa efek yang dihasilkan dibuka untuk

bisnis.

Jumlah perusahaan yang tercatat di BEI (BEI) terus bertambah. Hingga

Maret 2023, jumlah tercatat mencapai 833 (delapan ratus tiga puluh tiga)

perusahaan. Pada penulisan ini objek yang digunakan ialah pada perusahaan

teknologi sub sektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI 2019-2021. Dengan

metode purposive sampling terdapat 19 (sembilan belas) perusahaan yang sesuai

dengan kriteria yang sudah ditetapkan, diantaranya sebagai berikut :

1. Jasnita Telekomindo Tbk (JAST)

5957
PT Jasnita Telekomindo Tbk ialah perusahaan berbasis di Indonesia yang

terutamanya bergerak dalam penyediaan layanan teknologi informasi terintegrasi.

Layanan Perusahaan termasuk BlazeID, layanan broadband, JasCloud, JasConnect

dan JasGrid, yang menyediakan layanan teknologi informasi terintegrasi secara

kolektif. Jasnita Telekomindo Tbk (JAST) didirikan pada tanggal 25 Januari 1996

dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1997. Kantor pusat Jasnita

Telekomindo Tbk berlokasi di E-Trade Building Lantai 5, Jl. Wahid Hasyim

No.55, Jakarta Pusat 10350 – Indonesia.

2. First Media Tbk (KBLV)

PT. First Media Tbk (KBLV) bergerak dalam bidang penyediaan layanan

melalui jaringan komunikasi broadband dan distribusi berbagai sinyal elektronik

melalui jaringan. First Media Tbk (KBLV) didirikan tanggal 06 Januari 1994

dengan nama PT Safira Ananda dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada

tanggal 01 Maret 1999. Kantor pusat First Media berdomisili di BeritaSatu Plaza,

Lantai 4, Jl. Gatot Subroto Kav 35-36 Jakarta 12950 – Indonesia.

3. Link Net Tbk (LINK)

PT. Link Net Tbk (LINK) bergerak dalam bidang penyediaan layanan melalui

jaringan komunikasi broadband termasuk penyaluran program televisi dan internet

berkecepatan tinggi melalui jaringan di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang,

Bekasi, Surabaya, Bali dan Bandung. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan mulai

beroperasi secara komersial pada tahun 2000.

4. Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TKLM)

60
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) ialah Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan teknologi informasi dan

komunikasi (TIK) dan jaringan telekomunikasi di Indonesia. Telkom Indonesia

sendiri terbentuk pada tahun 1991 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25

Tahun 1991. Berawal pada tahun 1882 didirikan badan usaha swasta penyedia

layanan pos dan telegraf, lalu kemudian statusnya diubah menjadi Perusahaan

Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel) pada tahun 1961. Pemegang saham

mayoritas Telkom ialah Pemerintah Republik Indonesia sebesar 52.09%,

sedangkan 47.91% sisanya dikuasai oleh publik. Saham Telkom diperdagangkan

di BEI (BEI) dengan kode “TLKM” dan New York Stock Exchange (NYSE)

dengan kode “TLK”. Perusahaan berdomisili di Lantai 6, Menara Multimedia, Jl.

Kebon Sirih No.10 - 12, RT.11/RW.2, Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah

Khusus Ibukota Jakarta 10110, Indonesia.

5. Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI)

PT. Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) beridiri pada tanggal 6 Juli 2006

bergerak dalam bidang operasi dan penyewaan gedung menara atau menara

telekomunikasi dan fasilitas telekomunikasi secara langsung atau melalui anak

perusahaan. Entitas induk perusahaan ialah PT. Kharisma Cipta Towerindo.

Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada Juli 2008. PT Bali Towerindo

Sentra Tbk resmi mencatatkan sahamnya di BEI (BEI) pada tanggal 13 Maret

2014 dan mulai diperdagangkan dengan kode emiten BALI. Perusahaan

berdomisili di Jl. Penjernihan 1 No.18 B, RT.8/RW.6, Bend. Hilir, Kecamatan

Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10210.

61
6. Bakrie Telecom Tbk (BTEL)

PT Bakrie Telecom yakni penyedia layanan telekomunikasi berbasis layanan

radio tetap di Indonesia. Bakrie Telecom Tbk (dahulu PT Radio Telepon

Indonesia) (BTEL) didirikan 13 Agustus 1993 dan mulai melakukan kegiatan

komersialnya pada 01 Nopember 1995. Kantor pusat BTEL berlokasi di Wisma

Bakrie, Lantai 3, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B-1, Jakarta Selatan 12920.

7. XL Axiata Tbk (EXCL)

PT. XL Axiata Tbk (EXCL) ialah untuk menyediakan layanan

telekomunikasi dan jaringan telekomunikasi dan layanan multimedia. Perusahaan

mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1996. XL Axiata Tbk (dahulu

Excelcomindo Pratama Tbk) (EXCL) didirikan tanggal 06 Oktober 1989 dengan

nama PT Grahametropolitan Lestari dan memulai kegiatan usaha komersialnya

pada tahun 1996. Kantor pusat EXCL terletak di grhaXL, Jalan DR. Ide Anak

Agung Gde Agung (dahulu Jalan Mega Kuningan) Lot. E4-7 No. 1 Kawasan

Mega Kuningan, Jakarta 12950.

8. Smartfren Telecom Tbk (FREN)

PT. Smartfren Telecom Tbk (FREN) ialah penyedia jasa telekomunikasi

berbasis teknologi CDMA yang memiliki akses seluler dan mobilitas terbatas

(fixed wireless access), dan memiliki jaringan CDMA EV-DO (jaringan bergerak

setara dengan 3G broadband) ialah terbesar di Indonesia. Perusahaan mulai

beroperasi secara komersial pada tahun 2003. Grup beroperasi di bawah kelompok

bisnis Sinarmas. Smartfren Telecom Tbk (dahulu PT Mobile-8 Telecom Tbk)

(FREN) didirikan tanggal 02 Desember 2002 dan memulai kegiatan usaha

62
komersialnya pada tanggal 08 Desember 2003. Kantor pusat Smartfren Telecom

Tbk beralamat di Jl. K. H. Agus Salim 45, Sabang, Menteng, Jakarta 10340 –

Indonesia.

9. Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk (GHON)

PT. Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk (GHON) ialah perusahaan

investasi dengan mengembangkan portofolio di industri leasing tower, utilitas,

Mmkrokontroler, serat optik dan jaringan aktif. Perusahaan ini memiliki

pengalaman di tower dan selular industri sejak tahun 1996. Gihon Telekomunikasi

Indonesia Tbk (GHON) didirikan pada tanggal 27 Juli 2001 dan mulai beroperasi

secara komersial sejak tahun 2001. Kantor pusat Gihon berlokasi di APL Tower

Central Park, lt. 19/ Unit T7, Jl. S. Parman Kav.28, Jakarta Barat 11470 –

Indonesia.

10. Visi Telekomunikasi Indonesia Tbk

PT. Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) (dahulu PT Golden

Retailindo Tbk) bergerak dalam bidang penyelenggaraan department

store. Kegiatan usaha utama Perseroan ialah manajemen ritel dan manajemen mal

termasuk department store dan pengelola ruang sewa komersial untuk berbagai

penyewa seperti toko buku, supermarket, food court, restoran, salon, pakaian dan

lain-lain. Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (dahulu bernama Golden

Retailindo Tbk) (GOLD) didirikan dengan nama PT Bima Nuansa Cempaka

tanggal 08 Nopember 1995. Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk berkantor

pusat di Mutiara Building, Lt. 2, Jl. Mampang Prapatan No. 10, Jakarta Selatan

12790 – Indonesia.

63
11. Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST)

PT. Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) bergerak dalam bidang penyewaan

dan pemeliharaan menara telekomunikasi. Perusahaan mulai beroperasi secara

komersial pada tahun 2007 dan fokus pada layanan jangkauan telekomunikasi in-

building dan penyewaan dan pemeliharaan menara telekomunikasi. Perusahaan

induk langsung perusahaan ialah PT. Bakti Taruna Sejati dan perusahaan induk

utamanya ialah PT. Inovasi Mas Mobilitas. Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST)

didirikan tanggal 28 April 2006 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada

tahun 2006. Kantor pusat IBST berkedudukan di Jalan Riau No. 23, Menteng,

Jakarta Pusat 10350 – Indonesia.

12. Indosat Tbk (ISAT)

PT. Indosat Tbk (ISAT) didirikan oleh Pemerintah pada tanggal 20

November 1967 sebagai perusahaan investasi asing untuk menyediakan layanan

telekomunikasi internasional di Indonesia dan mulai beroperasi secara komersial

pada bulan September 1969 untuk membangun, mengalihkan dan mengoperasikan

International Telecommunications Satellite Organization, atau Intelsat, stasiun

bumi di Indonesia untuk mengakses satelit Intelsat’s Indian Ocean Region.

Perusahaan menyediakan layanan selular, prabayar dan pascabayar, melalui

produk merek Indosat Mobile, IM3 yang didukung oleh Indosat dan Indosat

Internet, layanan telekomunikasi tetap. Indosat Tbk (ISAT) didirikan tanggal 10

Nopember 1967 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1969.

Kantor pusat Indosat berkedudukan di Jl. Medan Merdeka Barat No. 21, Jakarta

64
10110 – Indonesia dan memiliki 5 kantor regional yang berlokasi di Jakarta,

Semarang, Surabaya, Medan dan Balikpapan.

13. LCK Global Kedaton Tbk (LCKM)

PT. LCK Global Kedaton Tbk (LCKM) bergerak di bidang perdagangan dan

konstruksi telekomunikasi, instalasi, pengujian, dan commissioning / ITC, layanan

pendukung untuk base transceiver (BTS), dan CME. Perusahaan ini didirikan

pada tanggal 31 Juli 2013. Kantor pusat LCK Global Kedaton berlokasi di

Gedung Graha Mampang, Lt. 5 Suite 8, Jl. Mampang Prapatan Raya No.100,

Jakarta Selatan, 12760 – Indonesia.

14. Protech Mitra Perkasa Tbk (OASA)

PT. Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) sebelumnya PT. Protech Mitra

Perkasa Tbk bergerak dalam bidang Perdagangan, Pengembangan dan Pelayanan,

khususnya mekanik dan teknik sipil listrik. Perusahaan ini didirikan pada tahun

2006. Melengkapi bisnis perdagangan dan konstruksi, pada tahun 2013,

perusahaan memperluas layanannya dengan menyediakan layanan yang dikelola

untuk Telco Towers melalui anak perusahaannya, Telesys Indonesia. Protech

Mitra Perkasa Tbk (OASA) didirikan tanggal 20 April 2006. Protech Mitra

Perkasa berkantor pusat di Menara Sudirman, Lt.8 A, Jln. Jend. Sudirman Kav.

60, Jakarta 12190 – Indonesia.

15. Solusi Tunas Bersama Tbk (SUPR)

PT. Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) bergerak dalam bidang operasi dan

penyewaan gedung menara Base Transceiver Station (BTS) atau menara

telekomunikasi dan lainnya yang terkait. Perusahaan memulai kegiatan

65
komersialnya pada bulan Maret 2008. Saat ini, kegiatan usaha Perusahaan ialah

beroperasi dan penyewaan bangunan menara BTS atau menara telekomunikasi

dan fasilitas secara langsung atau melalui anak perusahaan. olusi Tunas Pratama

Tbk (SUPR) didirikan tanggal 25 Juli 2006 dan mulai beroperasi secara komersial

pada bulan Maret 2008. Kantor pusat SUPR beralamat di Komplek Rukan

Permata Senayan, Blok C.01 – 02, Jl. Tentara Pelajar, Jakarta Selatan 12210 –

Indonesia.

16. Tower Bersama Infrastruktur (TBIG)

PT. Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) bergerak dalam bisnis jasa

pendukung telekomunikasi termasuk penyewaan dan pemeliharaan Base

Transceiver Station (BTS), layanan konsultasi dan melakukan investasi atau

partisipasi ke perusahaan lain. Saat ini, kegiatan utama Perusahaan ialah

berinvestasi pada anak perusahaan. Tower Bersama Infrastructure Tbk (dahulu PT

Banyan Mas) (TBIG) didirikan tanggal 8 Nopember 2004. TBIG beralamat di The

Convergence Indonesia, Lt. 11 Kawasan Rasuna Epicentrum, Jl. Epicentrum

Boulevard Barat, Karet Kuningan – Setiabudi, Jakarta Selatan 12940 – Indonesia.

17. Sarana Menara Nusantra Tbk (TOWR)

PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yakni perusahaan yang

bergerak di bidang investasi pada perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam

pengoperasian lokasi-lokasi menara telekomunikasi untuk disewakan kepada

perusahaan komunikasi nirkabel. Sebagaimana diketahui, Sarana Menara

Nusantara tercatat di BEI (BEI) pada 8 Maret 2010. Berdasarkan kapitalisasi pasar

BEI, per 8 Maret 2023, kapitalisasi pasar saham TOWR mencapai Rp 50,25

66
triliun. Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) didirikan tanggal 2 Juni 2008 dan

memulai operasional secara komersial pada tanggal 2 Juni 2008. Kantor pusat

TOWR berlokasi di Jl. Ahmad Yani No. 19 A, Kudus 59317, Jawa Tengah dan

kantor cabangnya berlokasi di Menara BCA, lantai 55, Jl. M.H. Thamrin No.1,

Jakarta 10310, Indonesia.

18. Centratama Telkomunikasi Indonesia Tbk (CENT)

PT. Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) (dahulu PT.

Centrin Online Tbk) bergerak dalam bidang telekomunikasi, multimedia,

penyedia layanan internet dan portal. Perusahaan ini menyediakan berbagai

produk dan layanan termasuk akses Internet Dial-up; Akses Internet Dedicated /

Leased-line; Kabel Internet via Kabelvision (Jakarta); Broadband Internet ADSL

(Jakarta); Internet Service Data Centeri: Co-location, Dedicated Server, Rack

Closed; Web Hosting; Broadband Nirkabel di Jakarta, Bandung dan Denpasar.

entratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (dahulu Centrin Online Tbk) (CENT)

didirikan 11 Februari 1987 dengan nama PT Centrindo Utama dan mulai

beroperasi secara komersial pada tahun 1971. Kantor pusat Centratama

Telekomunikasi Indonesia Tbk terletak di TCC Batavia Tower One Lantai 16 &

19, Jl. KH. Mas Mansyur Kav. 126, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10220 – Indonesia.

4.2 Hasil Penulisan

4.2.1 Uji Statistik Deskriptif

Dalam penulisan ini, uji statistik deskriptif akan memberikan suatu

gambaran data berupa nilai rata-rata (mean) dan standar devisiasi dari variabel-

variabel penulisan.

67
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KETEPATAN WAKTU 54 .00 1.00 .8148 .39210
REPUTASI KAP 54 .00 1.00 .3148 .46880
FINANCIAL DISTRESS 54 -56.70 21.15 -.5881 8.73865
STRUKTUR KEPEMILIKAN 54 .03 .58 .2620 .15101
UKURAN PERUSAHAAN 54 8.09 31.40 20.1234 6.10009
Valid N (listwise) 54
Sumber: Output SPSS (2023)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat jumlah data penulisan pada penulisan

ini yaitu sebanyak 54 data penulisan. Pada tabel tersebut tercantum bahwa

variabel ketapatan waktu memiliki minimum sebesar 0.00 yakni pada perusahaan

perusahaan Bakrie Telecom Tbk tahun 2019, nilai maksimum sebesar 1.00 yakni

pada perusahaan Bali Towerindo Sentra Tbk tahun 2019, nilai mean sebesar

0.8148 dan standar devisiasi sebesar 0.39210. Mean yang diperoleh lebih tinggi

dibanding nilai standar devisiasi, itu berarti bahwa data variabel ketepatan waktu

kurang bervariasi atau rendahnya penyimpangan dat sehingga data hanya terpusat

dari nilai mean.

Variabel reputasi KAP dalam penulisan ini memiliki nilai minimum

sebesar 0.00 yaitu pada perusahaan Jasnita Telekomindo Tbk, nilai maksimum

sebesar 1.00 yakni pada perusahaan Telkom Indonesia Tbk, nilai mean sebesar

0.3148 dan standar devisiasi sebesar 0.46880. Mean yang diperoleh lebih rendah

dibanding nilai standar devisiasi, itu berarti bahwa data variabel reputasi KAP ini

bervariasi dan tersebar jauh dari nilai mean.

Variabel financial distress dalam penulisan ini memiliki nilai minimum

sebesar -56.70 yaitu pada perusahaan Bakrie Telecom Tbk tahun 2021, nilai

maksimum sebesar 21.15 yakni pada perusahaan Protech Mitra Perkasa Tbk, nilai

68
mean sebesar -0.5881 dan standar devisiasi sebesar 8.73865. Mean yang

diperoleh lebih rendah dibanding nilai standar devisiasi, itu berarti bahwa data

variabel financial distress ini bervariasi dan tersebar jauh dari nilai mean.

Variabel struktur kepemilikan memiliki minimum sebesar 0.03 yakni pada

perusahaan perusahaan First Media Tbk tahun 2020, nilai maksimum sebesar 0.58

yakni pada perusahaan Bakrie Telecom Tbk tahun 2019, nilai mean sebesar

0.2620 dan standar devisiasi sebesar 0.15101. Mean yang diperoleh lebih tinggi

dibanding nilai standar devisiasi, itu berarti bahwa data variabel ketepatan waktu

kurang bervariasi atau rendahnya penyimpangan dat sehingga data hanya terpusat

dari nilai mean.

Variabel ukuran perusahaan memiliki minimum sebesar 8.09 yakni pada

perusahaan perusahaan Bakrie Telecom Tbk tahun 2020, nilai maksimum sebesar

31.40 yakni pada perusahaan Smartfren Telceom Tbk tahun 2021, nilai mean

sebesar 20.1234 dan standar devisiasi sebesar 6.10009. Mean yang diperoleh lebih

tinggi dibanding nilai standar devisiasi, itu berarti bahwa data variabel ketepatan

waktu kurang bervariasi atau rendahnya penyimpangan dat sehingga data hanya

terpusat dari nilai mean.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Dalam penulisan ini, Uji asumsi klasik yang digunakan terdiri dari uji

normalitas, uji multikolonieritas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.

4.2.2.1 Uji Normalitas

69
Uji normalitas pada penulisan ini ialah untuk menguji apakah model

regresi data atau angka dalam variabel independen terhadap variabel dependen

memiliki normalitas atau tidak.

Tabel 4.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 54
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .28871550
Most Extreme Differences Absolute .167
Positive .094
Negative -.167
Test Statistic .167
Asymp. Sig. (2-tailed) .014c
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .256d
99% Confidence Interval Lower Bound .245
Upper Bound .267
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS (2023)

Berdasarkan tabel 4.2 yang mana menggunakan Uji Non-Parrametik

Kolmogorov-Smirnov (K-S) terlihat bahwa nilai Monte Carlo Sig. (2-tailed)

sebesar 0.256 menunjukkan lebih besar dari tingkat signifikansi (α = 0,05). Maka,

dapat dikatakan bahwa data diatas terdistribusi normal.

4.2.2.2Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas pada penulisan ini ialah untuk menguji apakah model

regresi memiliki hubungan interkorelasi atau kolinearitas antara variabel bebas atau

tidak.

Tabel 4.3
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 REPUTASI KAP .768 1.303
FINANCIAL DISTRESS .839 1.192
STRUKTUR KEPEMILIKAN .906 1.103
UKURAN PERUSAHAAN .731 1.368
a. Dependent Variable: KETEPATAN WAKTU
Sumber: Output SPSS (2023)

70
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa tidak terjadi multikolonieritas

dalam model regresi, hal ini dikarenakan variabel independen (reputasi KAP,

financial distresss, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan) menunjukkan angka

Tolerance diatas 0,1 dan angka VIF dibawah 10,00. Nilai Tolerance terbesar ialah

0.906 (struktur kepemilikan) dan yang terkecil 0.731 (ukuran perusahaan) yang

berarti nilai tersebut lebih besar dari 0.10. Sedangkan nilai VIF terbesar ialah

1.368 (ukuran perusahaan) dan yang terkecil ialah 1.103 (struktur kepemilikan)

yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari 10,00. Maka bisa disimpulkan bahwa

variabel independen yang ada tidak terdapat masalah multikolonieritas atau tidak

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.

4.2.2.3Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas pada penulisan ini ialah untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari nilai residual suatu

pengamatan ke pengamatan yang lain.

Tabel 4.4
Coefficientsa
Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1(Constant) -.090 .116 -.779 .440
REPUTASI KAP -.184 .059 -.377 -3.126 .003
FINANCIAL DISTRESS .002 .003 .059 .516 .608

71
STRUKTUR .273 .168 .180 1.623 .111
KEPEMILIKAN
UKURAN .016 .005 .423 3.424 .001
PERUSAHAAN
a. Dependent Variable: RES2
Sumber : Output SPSS (2023)

Berdasarkan tabel 4.4 menggunakan Uji Glejser perhitungan diatas

diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel financial distress dan struktur

kepemilikan lebih dari 0,05 (masing-masing 0.608 dan 0.111), sedangkan variabel

reputasi KAP dan ukuran perusahaan kurang dari 0,05 yaitu 0.003 dan 0.001.

berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi heteroskedastisitas

antar variabel independen dalam model regresi.

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Tujuan dari dilakukannya uji autokorelasi yaitu untuk mengetahui apakah

model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya)

Tabel 4.5
Model Summaryb
R Adjusted R Std. Error of the Durbin-
Model R Square Square Estimate Watson
1 .520a .271 .211 .34822 1.478
a. Predictors: (Constant), UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR
KEPEMILIKAN, FINANCIAL DISTRESS, REPUTASI KAP
b. Dependent Variable: KETEPATAN WAKTU
Sumber : Output SPSS (2023)

Berdasarkan tabel 4.5 menggunakan uji Durbin-Watson (DW) dapat

dilihat bahwa nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,478. Sesuai dengan keputusan

yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka nilai DW pada model regresi

dapat dikatakan tidak ada autokorelasi antara satu periode dengan periode

sebelumnya, dengan nilai DW -2 < 1,478 < +2 serta dapat dikatakan bahwa model

regresi layak untuk digunakan.

72
4.2.3 Analisis Data

Analisis data dalam penulisan ini menggunakan model analisis regresi linier

berganda. Penggunaan model regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui

keakuratan hubungan antara variabel independen (X) yaitu reputasi KAP, financial

distress, struktur kepemilikan dan ukuran perusaahaan dengan variabel dependen (Y)

yaitu ketepatan waktu.

Tabel 4.6
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.432 .229 6.257 .000
REPUTASI KAP .166 .116 .199 1.427 .160
FINANCIAL -.001 .006 -.031 -.232 .818
DISTRESS
STRUKTUR -.692 .333 -.267 -2.081 .043
KEPEMILIKAN
UKURAN -.024 .009 -.378 -2.650 .011
PERUSAHAAN
a. Dependent Variable: KETEPATAN WAKTU
Sumber: Output SPSS (2023)

Berdasarkan tabel 4.6 untuk membentuk persamaan regresi linear berganda dapat

dilihat pada tabel Unstandardized Coefficients kolom β (Beta) yakni sebesar 1,432 untuk

nilai konstanta, sebesar 0,166 untuk reputasi KAP, sebesar -0,001 untuk nilai financial

distress, sebesar -0,692 untuk nilai struktur kepemilikan, dan sebesar - 0,024 untuk nilai

ukuran perusahaan. Dari nilai tersebut dapat dibentuk persamaan regresi linear berganda

sebagai berikut:

Y= 1,432 + 0,166X1 -0,001X2 - 0,692X3 - 0,024X4 + e

Dari persamaan ini regresi linear berganda diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta sebesar 1,432 memperlihatkan jika jika semua variabel

independen (reputasi KAP, financial distress, struktur kepemilikan dan

73
ukuran perusahaan) dianggap nol atau tidak mengalami perubahan maka

nilai variabel dependen (ketepatan waktu) ialah sebesar 1,432.

2. Nilai koefisien regresi pada variabel reputasi KAP sebesar 0,166

memperlihatkan jika jika nilai variabel reputasi KAP mengalami

kenaikkan sebesar 1% dan variabel independen lainnya tetap, maka ketepatan

waktu akan mengalami penurunan sebesar 0,166 atau 6,6% begitu pula

sebaliknya

3. Nilai koefisien regresi pada variabel financial distress sebesar -0,001

memperlihatkan jika jika nilai variabel financial distress mengalami

kenaikkan sebesar 1% dan variabel independen lainnya tetap, maka ketepatan

waktu akan mengalami penurunan sebesar -0,001 atau 0,1% begitu pula

sebaliknya

4. Nilai koefisien regresi pada variabel struktur kepemilikan sebesar -0,692

memperlihatkan jika jika nilai variabel struktur kepemilikan mengalami

kenaikkan sebesar 1% dan variabel independen lainnya tetap, maka

ketepatan waktu akan mengalami penurunan sebesar -0,692 atau 9,2%

begitu pula sebaliknya

5. Misalnya, jika variabel ukuran perusahaan naik sebesar 1%, dan semua

variabel independen lainnya tetap, koefisien regresi untuk variabel ukuran

perusahaan ialah 0,024. Ketepatan waktu berkurang sebesar 0,024 atau

sebesar 2,4%, dan sebaliknya.

4.2.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur sejauh mana model regresi

74
dapat menjelaskan setiap variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 4.7
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the Durbin-
Model R R Square Square Estimate Watson
1 .520a .271 .211 .34822 1.478
a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Financial
Distress, Reputasi Kap
b. Dependent Variable: Ketepatan Waktu
Sumber: Output SPSS (2023)

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai adjust R square sebesar 0,211

memperlihatkan jika 21,1 % variabel dependen yaitu ketepatanwaktu penyampaian

laporan keuangan dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu reputasi KAP, financial

distress, struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan. sementara sisanya 78,9%

dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi seperti variabel profitabilitas, likuiditas,

dan struktur modal

4.2.5 Pengujian Hipotesis

4.2.5.1 Pengujian Secara Parsial ( Uji t )

Tujuan uji t ialah untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen.

Tabel 4.8
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.432 .229 6.257 .000
REPUTASI KAP .166 .116 .199 1.427 .160
FINANCIAL -.001 .006 -.031 -.232 .818
DISTRESS
STRUKTUR -.692 .333 -.267 -2.081 .043
KEPEMILIKAN
UKURAN -.024 .009 -.378 -2.650 .011
PERUSAHAAN
a. Dependent Variable: KETEPATAN WAKTU
Sumber: Output SPSS (2023)

75
Berdasarkan tabel 4.7 dapat di simpulkan pengaruh masing-masing variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen sebagai berikut:

1. Variabel reputasi KAP memiliki nilai signifikan 0,160 > 0,05 (taraf

signifikansi). Hal ini memperlihatkan jika reputasi KAP tidak

berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan. Maka hipotesis ke-1 (H1) ditolak.

2. Variabel financial distress memiliki nilai signifikan 0,818 > 0,05 (taraf

signifikansi). Ini memperlihatkan jika financial distres keuangan tidak

berpengaruh untuk akomodasi yang tepat dari laporan moneter.

Kemudian, pada saat itu, spekulasi kedua (H2) ditiadakan.Variabel

struktur kepemilikan memiliki nilai signifikan 0,043 < 0,05 (taraf

signifikansi). Hal ini memperlihatkan jika struktur kepemilikan

berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian

laporan keuangan. Maka hipotesis ke-3 (H3) diterima.

3. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikan 0,011 < 0,05

(taraf signifikansi). Hal ini memperlihatkan jika ukuran perusahaan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecepatan penyampaian

laporan keuangan. Hasilnya, hipotesis keempat, H4, diterima.

4.2.5.2 Pengujian Secara Simultan ( Uji F )

Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan apakah variabel

independen memiliki signifikansi terhadap variabel dependen.

Tabel 4.9
ANOVAa
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.207 4 .552 4.550 .003b

76
Residual 5.941 49 .121
Total 8.148 53
a. Dependent Variable: Ketepatan Waktu
b. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Financial
Distress, Reputasi Kap
Sumber: Output SPSS (2023)

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai signifikan sebesar 0,003 >

0,05 (taraf signifikansi) ini memperlihatkan jika variabel reputasi KAP, financial

distress, struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan berpengaruh secara

simultan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Dengan

demikian hipotesis ke-5 (H5) diterima.

4.3 Pembahasan Hasil Penulisan

Berdasarkan pengujian hipotesis secara parsial dan simultan, pengaruh reputasi

KAP, kesulitan keuangan, struktur kepemilikan, dan ukuran perusahaan terhadap

ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan dijelaskan sebagai berikut:

4.3.1 Pengaruh Reputasi KAP terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan


Keuangan
Hasil pengujian memperlihatkan jika variabel reputasi KAP ditentukan

oleh variabel dummy, dengan indikator reputasi KAP ialah apakah kantor akuntan

publik yang memberikan jasa audit termasuk dalam big four.Dinyatakan bahwa

reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan

dengan tingkat signifikansi 0,160 atau diatas 5% yang dilakukan oleh perusahaan

telekomunikasi, dengan kata lain ke-1 (H1) ditolak. Mengenai Signalling Theory,

data itu diperkenalkan dalam laporan anggaran harus didistribusikan dengan tepat

waktu juga harus berisi data yang akurat dan solid. Perusahaan yang memiliki

ukuran perusahaan yang besar dan menjadi klien dari KAP Big Four akan mampu

mempercepat proses audit laporan keuangan perusahaan tersebut. Hal ini

77
dikarenakan KAP Big Four yang berasosiasi dengan Big Four akan dapat

menyelesaikan pekerjaan audit dengan lebih efektif karena KAP Big Four

memiliki sumber daya yang lebih banyak (fasilitas lebih baik, fasilitas dengan

fasilitas lebih baik, fasilitas dengan fasilitas lebih baik, fasilitas dengan fasilitas

lebih baik , dll.). ) jika dibandingkan dengan KAP di luar Empat Besar.Hasil

penulisan ini tidak mendukung landasan teori yang menyatakan bahwa KAP yang

memiliki reputasi baik dapat diartikan kualitas auditnya juga baik pada

perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI periode 2019 sampai 2021.

Selain itu dalam penulisan ini sebanyak 17 sampel dari 54 sampel menggunakan

KAP Big 4 dalam menyelesaikan laporan auditnya, sehingga akan semakin cepat

dalam penyelesaian laporan auditnya.

Penulisan ini sejalan dengan penulisan yang dilakukan oleh Lumbantoruan

& Siahaan (2018) yang menyatakan reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap

ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. karena ketepatan waktu

pelaporan keuangan tidak ditentukan oleh baik atau tidaknya reputasi yang

dimiliki auditor dalam memberikan kualitas auditnya. Kualitas audit hanya

mempengaruhi proses audit saja, sedangkan proses penyusunan dan penyampaian

laporan keuangan tetap berada pada keputusan manajemen perusahaan.

4.3.2 Pengaruh Financial Distress terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan


Keuangan
Hasil pengujian memperlihatkan jika variabel financial distress yang

diukur dengan variabel dummy, dimana indikator financial distress yang

digunakan ialah model springate. Dinyatakan bahwa financial distress tidak

berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan dengan tingkat

78
signifikansi 0,818 atau diatas 5% yang dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi,

dengan kata lain ke-2 (H2) ditolak.

Dalam penulisan ini, perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI

tahun 2019–2021 menjadi subjek, dan sebanyak 44 (empat puluh empat) sampel

dari 54 (lima puluh empat) dinyatakan mengalami financial distress namun tidak

berdampak pada ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Namun, pada

kenyataanya perusahaan yang mengalami financial distress baik dalam skala besar

dan kecil akan tetap menerbitkan laporan keuangannya secepat mungkin karena

financial distress sekecil apapun tidak dapat dihindari, jadi walaupun perusahaan

mengalami kesulitan keuangan dan berpengaruh terhadap kualitas laporan

keuangan, perusahaan akan tetap menerbitkan laporan keuangannya karena

mengikuti aturan tentang ketepatan waktu pelaporan keuangan dan agar pihak

investor tidak kehilangan kepercayaan kepada perusahaan.

Sejalan dengan penulisan yang dilakukan oleh Risanty et al., (2023) yang

menyatakan bahwa financial distress tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan. Maka dapat diartikan bahwa suatu perusahaan

yang memiliki suatu masalah keuangan didalam kinerja suatu perusahaan tidak

akan mengakibatkan keterlambatan dalam melaporkan keuangannya, karena baik

atau buruknya kondisi suatu keuangan perusahaan akan tetap menyampaikan

laporan keuangannya secara teepat waktu.

Hal ini tidak sejalan dengan logika teori yang menyatakan bahwa

perusahaan yang mengalami financial distress cenderung menunda pelaporan

keuangannya. Kondisi financial distress dianggap sebagai berita buruk bagi pihak

79
manajemen. Dalam teori sinyal perusahaan yang menghadapi kesulitan keuangan

cenderung menunda pelaporan keuangan dimana hal itu dianggap sebagai tanda

buruk sehingga perusahaan menunda pelaporan keuangan. hal ini dapat diartikan

jika semakin tinggi tingkat financial distress yang dialami oleh suatu perusahaan

maka akan semakin besar kemungkinan keterlambatan pelaporan keuangan.

4.3.3 Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Ketepatan Waktu Penyampain Laporan


Keuangan
Hasil pengujian memperlihatkan jika variabel struktur kepemilikan yang

diproksikan dengan struktur kepemilikan publik berpengaruh signifikan terhadap

ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan dengan tingkat signifikansi 0,043 atau

dibawah 5% yang dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi, dengan kata lain hipotesis

ke-3 (H3) diterima.

Penulisan ini sejalan dengan penulisan yang dilakukan oleh Valentina &

Gayatri (2018) yang menyatakan bahwa komposisi kepemilikan mempengaruhi

kedisiplinan dalam pengiriman laporan keuangan. Fakta ini menandakan bahwa

keterlibatan pihak eksternal yang memiliki pengaruh besar dalam pengelolaan

organisasi berjalan dengan efektif.. Ketegangan oleh pihak luar akan

menyebabkan organisasi menyajikan laporan keuangannya dengan segera.

Kepemilikan Umum ialah persentase kepemilikan saham yang dimiliki

oleh masyarakat umum. Tingkat kepemilikan saham yang diklaim oleh orang-

orang yang tidak tersentuh (masyarakat umum) dari semua penawaran luar biasa

di mana kepemilikan saham di bawah 5% dan kepemilikan tidak bergantung pada

perusahaan. Tujuan perusahaan ialah untuk meningkatkan nilai perusahaan,

sehingga diperlukan pembiayaan yang didapatkan baik melalui pembiayaan

80
internal maupun pembiayaan eksternal. Sumber pembiayaan eksternal diperoleh

dari partisipasi masyarakat dalam bentuk saham (Putri et al., 2022).

4.3.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan


Keuangan
Hasil pengujian memperlihatkan jika variabel ukuran perusahaan yang diukur

dengan menggunakan indikator Ln (Total Asset) berpengaruh signifikan terhadap

ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan dengan tingkat signifikansi 0,011 atau

dibawah 5% yang dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi, dengan kata lain hipotesis

ke-3 (H4) diterima.

Penulisan ini sejalan dengan penulisan yang dilakukan oleh Santika &

Nuswandari (2021) menyatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan, misalnya

dilihat dari total nilai aset, total penjualan, tenaga kerja dalam jumlah yang besar maka

perusahaan akan cenderung untuk menyampaikan laporan keuangan tepat waktu. Hal

tersebut dikarenakan perusahaan dengan aset yang besar dan tenaga kerja yang cukup

memadai dapat mendukung perusahaan dalam menyampaikan laporan keuangannya

secara tepat waktu. Mengenai teori agensi, manajemen tidak akan menunda

menyampaikan informasi tentang sumber daya organisasi secara keseluruhan kepada

prinsipal karena ini terkait dengan kompensasi keuangan yang akan diterima oleh

spesialis dan yakni berita yang menggembirakan bagi kepala, kemungkinan besar, kepala

akan melakukannya. memanfaatkan spesialis serupa untuk menangani organisasi. secara

tidak langsung memutuskan kapasitas organisasi untuk menghasilkan manfaat.

Perusahaan besar biasanya akan menjaga citra baik di khalayak publik sebagai

perusahaan besar dan juga berusaha menyajikan laporan keuangan mereka lebih cepat dan

tepat waktu (Mochtar & Indah Triani., 2022).

Penulisan yang dilakukan oleh Afriyeni & Marlius (2019) untuk menuntaskan

laporan keuangan dengan lebih cepat, perusahaan yang lebih besar akan memiliki sumber

81
daya yang lebih banyak, karyawan akuntansi, sistem informasi yang maju, dan sistem

pengendalian internal yang kokoh.

4.3.5 Pengaruh Reputasi KAP, Financial Distress, Struktur Kepemilikan dan


Ukuran Perusahaan terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian
Laporan Keuangan

Berdasarkan tabel 4.9 hasil pengujian memperlihatkan jika reputasi KAP, financial

distress, struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan dengan tingkat

signifikansi 0,003 atau dibawah 5% yang dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi,

dengan kata lain hipotesis ke-5 (H5) diterima.

Penulisan ini sejalan dengan penulisan yang dilakukan oleh Afriyeni & Marlius

(2019) dan Setyastrini & Kaluge (2019) yang menyatakan reputasi KAP, kesulitan

keuangan, organisasi kepemilikan dan dimensi perusahaan secara bersamaan berdampak

pada ketepatan waktu pengiriman laporan keuangan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan temuan penulisan yang sudah dilakukan untuk menguji dampak

popularitas KAP, kesulitan keuangan, susunan kepemilikan dan ukuran perusahaan

terhadap ketepatan waktu pengungkapan laporan keuangan (Penulisan Empiris Pada

Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di BEI (BEI) Periode 2019-2021), dapat

ditemukan kesimpulan sebagai berikut:

1. Reputasi KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan

Telekomunikasi Yang Terdaftar Di BEI (BEI) Periode 2019-2021).

82
2. Financial distress tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan

Telekomunikasi Yang Terdaftar Di BEI (BEI) Periode 2019-2021).

3. Struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan

Telekomunikasi Yang Terdaftar Di BEI (BEI) Periode 2019-2021).

4. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan

Telekomunikasi Yang Terdaftar Di BEI (BEI) Periode 2019-2021).

5. Reputasi KAP, Financial Distress, Struktur Kepemilikan dan Ukuran

Perusahaan berpengaruh 81
signifikan terhadap ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan

Telekomunikasi Yang Terdaftar Di BEI (BEI) Periode 2019-2021).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penulisan yang telah diungkapkan dalam pembahasan

dan kesimpulan, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Pada studi ini menggunakan empat faktor yaitu citra KAP, kesusahan

keuangan, komposisi kepemilikan dan skala perusahaan diharapkan pada

penulisan berikutnya diharapkan menambah faktor-faktor lain yang diduga

dapat mempengaruhi dalam keakuratan pelaporan keuangan.

2. Penulisan ini menggunakan periode tiga tahun, diharapkan pada penulisan

selanjutnya dapat memperluas penulisan dengan menambah periode

pengamatan yang lebih Panjang, karena tambahan periode dapat

83
memberikan hasil yang lebih baik.

3. Dalam kajian ini memanfaatkan perusahaan komunikasi siaran yang

terekam di BEI sebagai artikel dan uji eksplorasi, diharapkan para ahli di

masa depan dapat menguji lebih banyak contoh dan memiliki pilihan

untuk menggunakan berbagai item yang terekam di BEI.

4. Nilai Adjusted R2 yang memiliki nilai sebesar 21,1% yang artinya masih

terdapat variabel-variabel lain sebesar 78,9% yang dapat mempengaruhi

ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.

84
85

Anda mungkin juga menyukai