Anda di halaman 1dari 58

i

ANALISIS FAKTOR INTERNAL PERUSAHAAN


YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT
DELAY PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK
(Studi Kasus Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2015-2018)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Sarjana (S1) Pada Program Studi Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi SEMARANG

Disusun oleh
NAMA MAHASISWA
NPM.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SEMARANG


SEMARANG
2019
PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN

Nama : Nita

Nomor Pokok Mahasiswa :

Jenjang Studi : Strata 1 (S1)

Program Studi : Akuntansi

Judul Skripsi : Analisis Faktor Internal Perusahaan yang


Berpengaruh terhadap Audit Delay pada Perusahaan
Go Publik (Studi Kasus pada Perusahaan
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2015-2018)

Dosen Pembimbing :

Semarang, Oktober 2019

Dosen Pembimbing

.....................................
NIDN.
1

I. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan yang telah terdaftar di BEI diwajibkan untuk

menyampaikan laporan keuangan yang telah disusun sesuai dengan Standar

Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di

Badan Pengawas Pasar Modal. Laporan keuangan tahunan yang dimuat

dalam laporan tahunan disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan

yang telah diaudit oleh akuntan dan memuat pernyataan pertanggungjawaban

atas laporan keuangan sebagaimana diatur dalam peraturan VIII.G.11 tentang

tanggung jawab direksi atas laporan keuangan atau X.E.1 tentang kewajiban

penyampaian laporan berkala oleh perusahaan efek.

Di tahun 2016, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan peraturan

baru, yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 /POJK.04/2016

tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik dan menyatakan

bahwa: (1) emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan

tahunan kepada otoritas jasa keuangan paling lambat pada akhir bulan

keempat setelah tahun buku berakhir. (2) Dalam hal laporan tahunan telah

tersedia bagi pemegang saham sebelum jangka waktu penyampaian laporan

tahunan berakhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1), laporan tahunan wajib

disampaikan kepada otoritas jasa keuangan pada tanggal yang sama dengan

tersedianya laporan tahunan bagi pemegang saham. (3) Dalam hal Emiten

atau perusahaan publik memperoleh pernyataan efektif untuk pertama kali

dalam periode setelah tahun buku berakhir sampai dengan batas waktu

penyampaian laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), emiten


2

atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan tahunan kepada otoritas

jasa keuangan paling lambat pada tanggal pemanggilan RUPS tahunan (jika

ada).

Laporan keuangan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk

keberlangsungan perusahaan terutama perusahaan yang sudah go public.

Menurut Baridwan (2004:17), laporan keuangan adalah ringkasan proses

pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun

buku yang bersangkutan. Salah satu kewajiban perusahaan yang sudah

terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah mempublikasikan laporan keuangan

yang telah diaudit oleh Akuntan Publik.

Adanya pemenuhan standar oleh auditor tidak hanya berdampak pada

lamanya pelaporan hasil audit namun juga berdampak pada kualitas dari hasil

audit. Ketepatan waktu suatu pelaporan keuangan atas hasil laporan audit

dapat mempengaruhi nilai dari laporan keuangan tersebut. Salah satu kendala

perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat

dan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) adalah ketepatan

waktu. Tanggung jawab dan pelaksanaan tugas auditor tampak dalam

ketepatan waktu penyampaian laporan auditannya.

Kepercayaan investor tergantung pada kualitas informasi yang

disampaikan oleh perusahaan melalui laporan keuangan yang diterbitkan.

Agar mendapat kepercayaan dari investor, perusahaan dituntut untuk

menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu, serta informasi yang

dapat dibandingkan dengan indikator yang sama. Oleh karena itu,


3

keterlambatan penyampaian laporan keuangan dapat menyebabkan

kepercayaan investor menurun.

Perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan berarti memberikan

informasi kepada pasar. Dengan adanya penyampaian informasi tersebut,

pasar dapat merespon informasi sebagai suatu sinyal yang baik atau buruk.

Apabila sinyal perusahaan dianggap memberikan kabar baik maka akan

berdampak pada peningkatan harga saham, namun apabila sinyal perusahaan

dipersepsi sebagai kabar buruk maka harga saham akan mengalami

penurunan.

Pada umumnya investor menganggap keterlambatan pelaporan keuangan

merupakan pertanda buruk bagi kondisi kesehatan perusahaan. Perusahaan

dengan kondisi kesehatan yang buruk biasanya cenderung melakukan

kesalahan manajemen. Tingkat laba dan keberlangsungan hidup perusahaan

terganggu, pada akhirnya memerlukan tingkat ketelitian dan kecermatan pada

saat pengauditannya sehingga menyebabkan audit delay semakin meningkat.

Adanya keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan menyebabkan

pergerakan saham tidak stabil sehingga mengganggu keputusan investor.

Hambatan dalam ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan sering

terjadi, misalnya auditor mengalami kesulitan dalam mengevaluasi

auditannya. Laporan keuangan sebagai sebuah informasi akan bermanfaat

apabila disediakan tepat waktu bagi para pembuat keputusan sebelum

informasi tersebut kehilangan kapasitasnya dalam mempengaruhi

pengambilan keputusan.
4

Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mewajibkan perusahaan

publik yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk menyampaikan

laporan keuangan tahunan kepada Badan Pengawas Pasar Modal

(BAPEPAM) dan LK paling lama 4 (empat) bulan setelah tahun buku

berakhir atau 120 hari setelah penutupan buku. Hal ini sesuai dengan

Peraturan Nomor X.K.6 lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor:

Kep.431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau

Perusahaan Publik. Penerbitan peraturan ini mencabut Keputusan Ketua

Bapepam dan LK Nomor: KEP-134/BL/2006 tanggal 7 Desember 2006

tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten dan

Perusahaan Publik dan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-

40/BL/2007 tanggal 30 Maret 2007 tentang Jangka Waktu Penyampaian

Laporan Keuangan Berkala dan Laporan Tahunan Bagi Emiten atau

Perusahaan Publik yang Efeknya Tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan di

Bursa Efek di Negara Lain.

Keterlambatan penyampaian laporan keuangan selain berdampak pada

eksternal perusahaan juga berdampak pada internal perusahaan, sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 Pasal 63(e) tentang

Penyelenggaraan Kegiatan di bidang Pasar Modal, emiten yang pernyataan

pendaftarannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda sebesar Rp.

1.000.000,00 (Satu Juta Rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian

laporan dimaksud dengan ketentuan bahwa jumlah keseluruhan denda paling

banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah). Berdasarkan


5

keputusan direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor 306/BEJ/07-2004 tentang

Peraturan Nomor I-H tentang sanksi bagi perusahaan terdaftar yang terlambat

menyampaikan laporan keuangan. Sanksi yang diberikan yaitu peringatan

tertulis I, peringatan tertulis II dan denda Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah), peringatan tertulis III dan denda Rp150.000.000,00 (seratus lima

puluh juta rupiah), hingga dilakukannya suspensi.

Kasus keterlambatan penyampaian laporan keuangan tahunan oleh

emiten yang telah terdaftar di BEI semakin meningkat setiap tahunnya. Pada

tahun 2015 BEI melaporkan ada 52 emiten yang belum menyampaikan

laporan keuangan audit per Desember 2014 (Metronews.com, 2015). Pada

tahun 2016 BEI mencatat ada 63 perusahaan tercatat atau emiten belum

menyampaikan laporan tahunan (annual report) tahun 2015 secara tepat

waktu hingga 2 Mei 2016 (Liputan6.com, 2016). Pada tahun 2016 BEI

mengganjar denda dan menghentikan sementara (suspensi) perdagangan

saham 18 emiten karena belum menyampaikan laporan keuangan audit

periode 31 Desember 2015 (cnn_indonesia.com, 2016)

Ashton menyatakan bahwa mengemukakan definisi Audit Delay adalah

lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun

buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Faktor-faktor yang berasal

dari internal perusahaan yang mempengaruhi Audit Delay di antaranya yaitu

ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan yang dilihat dari laba/rugi, total

pendapatan, tipe atau jenis industri, kompleksitas laporan keuangan,

kompleksitas data elektronik, laba/rugi dilihat dari total asset, umur


6

perusahaan, pos-pos luar biasa, laba/rugi, dan juga kompleksitas operasi

perusahaan. Faktor-faktor yang berasal dari eksternal perusahaan yang

mempengaruhi Audit Delay yaitu opini audit, reputasi auditor, dan kualitas

auditor (Ashton et al.,1987:279).

Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat

dari besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Yuliyanti (2011) ukuran perusahaan mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap lamanya audit delay, karena semakin besar

perusahaan maka semakin baik pengendalian internalnya. Hal tersebut

kemungkinan akan memperkecil kesalahan pada saat penyusunan laporan

keuangan, sehingga auditor yang melakukan proses audit bisa melaksanakan

audit dengan lebih cepat. Perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung

menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi agar segera mengumumkan

laporan audit. Hal ini menunjukkan semakin besar ukuran perusahaan

berdasarkan nilai aktiva perusahaan maka semakin pendek audit delay dan

sebaliknya. Hal ini berbeda dengan yang diungkapkan dalam penelitian Sari

(2014) di mana diketahui bahwa, variabel ukuran perusahaan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel audit delay.

Jenis atau tipe industri memberikan pengaruh yang sangat signifikan

dalam proses audit. Hasil penelitian Widiyanti dan Subekti (2004)

menunjukkan bahwa jenis atau tipe industri berpengaruh secara statistik

signifikan terhadap audit delay. Ashton et.al (1987) menyatakan bahwa

terdapat beberapa jenis perusahaan financial yang mengalami audit delay


7

lebih pendek dibandingkan dengan perusahaan jenis industri. Hal ini

dikarenakan perusahaan finansial tidak memiliki saldo persediaan (inventory)

yang cukup signifikan sehingga cenderung membutuhkan audit yang lebih

pendek dari pada perusahaan manufaktur. Berbeda dengan penelitian Saputri

(2012) bahwa jenis industri berpengaruh negatif tidak signifikan.

Umur perusahaan dihitung mulai dari perusahaan tersebut terdaftar di

Bursa Efek Indonesia, karena pada saat terdaftar Bursa Efek Indonesia

perusahaan tersebut diwajibkan membuat dan menerbitkan laporan keuangan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indra dan Arisudhana (2012)

menyatakan bahwa semakin lama umur perusahaan, maka audit delay yang

terjadi semakin kecil, karena perusahaan yang memiliki umur lebih tua dinilai

lebih mampu dalam mengumpulkan, memproses, dan menghasilkan

informasi pada saat diperlukan karena telah memiliki pengalaman yang cukup

banyak dalam hal tersebut. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh

Witjaksono dan Mega (2014) menyebutkan bahwa umur perusahaan tidak

berpengaruh terhadap audit delay. Perusahaan yang telah beroperasi lama

tidak menjamin penyelesaian audit akan semakin cepat karena kompleksitas

laporan keuangan. Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap

audit delay, dikarenakan auditor menganggap bahwa dalam proses audit

berapapun jumlah aset yang dimiliki perusahaan akan diperiksa dengan cara

yang sama, sesuai dengan prosedur dalam standar professional akuntan

publik.
8

Profitabilitas perusahaan adalah kemampuan suatu perusahaan untuk

memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva, maupun

modal sendiri. Hasil penelitian Lestari (2010) menunjukkan bahwa

Profitabilitas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

Perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung

ingin segera mempublikasikannya karena akan mempertinggi nilai

perusahaan di mata pihak-pihak yang berkepentingan. Sementara perusahaan

yang memiliki tingkat profitabilitas yang rendah kecenderungan yang terjadi

adalah kemunduran publikasi laporan keuangan. Berbeda dengan hasil

penelitian Yuliyanti (2011) yang menyatakan bahwa Profitabilitas perusahaan

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay, hal tersebut

dikarenakan tuntutan dari pihak-pihak yang berkepentingan tidak terlalu besar

sehingga tidak memicu perusahaan untuk mempublikasikan laporan

keuangannya dengan lebih cepat.

Solvabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi

seluruh kewajiban finansialnya pada saat perusahaan tersebut dilikuidasi.

Hasil penelitian Lestari (2010), Solvabilitas perusahaan mempunyai pengaruh

signifikan terhadap audit delay. Rasio solvabilitas yang tinggi mengakibatkan

panjangnya waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian audit. Berbeda

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliyanti (2011) yang

menyatakan bahwa Solvabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit

delay, perusahaan yang mempunyai nilai solvabilitas tinggi maupun rendah

tidak mempengaruhi waktu penyelesaian audit laporan keuangan karena


9

auditor pasti telah menyediakan waktu sesuai dengan kebutuhan untuk

menyelesaikan proses pengauditan utang.

Objek penelitian ini yaitu pada perusahaan pertambangan yang terdaftar

di BEI tahun 2015-2018. Peneliti tertarik untuk mengambil perusahaan

pertambangan sebagai objek penelitian karena, sektor pertambangan

merupakan salah satu sektor utama pendorong naiknya Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) di mana harga saham sektor pertambangan adalah yang

paling tinggi dibandingkan harga saham kesembilan jenis perusahaan lainnya.

Hal ini membuat sektor pertambangan menjadi perhatian tidak terkecuali

dalam pelaporan keuangannya. Selain itu, minat investor untuk berinvestasi di

perusahaan-perusahaan pertambangan sangatlah tinggi hal ini berarti

informasi keuangan perusahaan pertambangan yang tepat waktu dan akurat

menjadi semakin penting dan kebutuhan investor terhadap informasi tersebut

menjadi semakin meningkat.

Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dari batas

waktu 120 hari yang ditetapkan BAPEPAM untuk melengkapi laporan, masih

banyak perusahaan yang belum mampu memenuhi kewajibannya dan

melanggar peraturan. Sebagai akibatnya adanya audit delay menyebabkan

menurunnya tingkat kepercayaan investor, sehingga dapat mempengaruhi

harga jual saham dipasar modal. Selain itu dengan masih adanya perbedaan

hasil penelitian (research gap) dari beberapa faktor seperti ukuran

perusahaan, jenis dan tipe perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas

perusahaan, dan solvabilitas perusahaan yang dianggap berpengaruh terhadap


10

audit delay sehingga menarik perhatian peneliti untuk meneliti kembali

variabel-variabel tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut menjadi dasar ketertarikan untuk

meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam skripsi dengan judul : “Analisis

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay pada Perusahaan Go

Publik (Studi Kasus Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode Tahun 2015-2018”.

II. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka ditetapkan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2015-2018?

2. Bagaimana pengaruh jenis perusahaan terhadap audit delay pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2015-2018?

3. Bagaimana pengaruh umur perusahaan terhadap audit delay pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2015-2018?

4. Bagaimana pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap audit delay pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2015-2018?

5. Bagaimana pengaruh solvabilitas perusahaan terhadap audit delay pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2015-2018?

6. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan, jenis perusahaan, umur

perusahaan, profitabilitas perusahaan, dan solvabilitas perusahaan secara


11

bersama-sama terhadap audit delay pada perusahaan pertambangan yang

terdaftar di BEI tahun 2015-2018?

III. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2015-2018?

2. Untuk mengetahui pengaruh jenis perusahaan terhadap audit delay pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2015-2018?

3. Untuk mengetahui pengaruh umur perusahaan terhadap audit delay pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2015-2018?

4. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap audit delay

pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2015-2018?

5. Untuk mengetahui pengaruh solvabilitas perusahaan terhadap audit delay

pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2015-2018?

6. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, jenis perusahaan, umur

perusahaan, profitabilitas perusahaan, dan solvabilitas perusahaan secara

bersama-sama terhadap audit delay pada perusahaan pertambangan yang

terdaftar di BEI tahun 2015-2018?

IV. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Menambah referensi bagi penelitian tentang berbagai faktor yang

memberikan pengaruh bagi audit delay pada perusahaan yang terdaftar di


12

Bursa Efek Indonesia dan sebagai referensi untuk penelitian di masa yang

akan datang

2. Manfaat Praktis

a. Bagi manajemen perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pedoman dalam

membuat kebijakan dan keputusan bisnis.

b. Bagi Auditor

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan auditor

dalam melaksanakan audit agar dapat menyelesaikan laporan auditnya

tepat waktu sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh BAPEPAM.

c. Bagi investor dan calon investor

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan investor

dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi khususnya di

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

d. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan berdasarkan teori yang

diterima dan dibandingkan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan

sehingga akan mendapatkan gambaran yang dapat dipercaya tentang

laporan keuangan dan audit delay khususnya pada perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

V. Tinjauan Pustaka

A. Landasan Teori

1. Auditing
13

Auditing merupakan salah satu bentuk jasa assurance yang

disediakan oleh kantor akuntan publik, di mana akuntan publik akan

menerbitkan laporan tertulis yang isinya antara lain berupa suatu

kesimpulan tentang keterpercayaan atas asersi (pernyataan yang yang

menyebut bahwa sesuatu itu benar) yang dibuat pihak lain. Auditing

juga memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan suatu perusahaan,

karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada

akhir pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran

posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan laporan arus kas

yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk

melakukan audit, harus terdapat informasi dari perusahaan dalam

bentuk yang dapat diuji, beberapa standar yang sudah ada pedomannya)

yang oleh auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut.

Menurut Sukrisno (2012: 4), auditing adalah suatu pemeriksaan

yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang

independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh

manajemen, beserta catatatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti

pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Menurut Jusup (2011: 11), pengertian auditing atau pengauditan

dapat diartikan sebagai suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan

mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-

tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk


14

menentukan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan

hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Sedangkan menurut Mulyadi (2013:9), pengertian auditing

adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi

bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataaan tentang kegiatan

dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat

kesesuaian antara penyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang

telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai

yang berkepentingan.

Menurut Arens, Elder, & Beasley (2008: 4), auditing adalah

pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan

dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria

yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang

kompeten dan independen.

Berdasarkan pengertian auditing atau pengauditan sebagaimana

disebutkan di atas dapat disimpulkan, bahwa pengauditan adalah proses

pengumpulan bukti-bukti mengenai informasi tentang tindakan-

tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan dan

melaporkan tingkat kesesuaian pada pihak-pihak yang berkepentingan

sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2. Audit Delay

Audit delay merupakan perbedaan waktu antara tanggal laporan

keuangan dengan tanggal publikasi laporan keuangan audited pada BEI


15

audit delay diukur dari jumlah hari antara tanggal laporan keuangan

sampai dengan tanggal dipublikasikannya laporan keuangan di BEI

(Kusumawardani, 2013). Sedangkan menurut pendapat Utami (dalam

Saemargani, 2015) menjelaskan bahwa Audit delay adalah lamanya

waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan buku

sampai tanggal diselesaikannya laporan audit independen. Lamanya

waktu penyelesaian audit terhitung mulai dari tanggal penutupan tahun

buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit disebut audit

lag atau audit delay (Mujiyanto dalam Azhari, 2014).

Menurut Dyer & McHugh (dalam Ilmiah, 2013), dinyatakan

bahwa : “Auditors’ report lag is the open interval of number of days

from the year end to the date recorded as the opinion signature date in

the auditor’s report”. Selanjutnya Subekti dan Widiyanti (2004:18)

menyebutkan bahwa audit repot lag merupakan nama lain dari audit

delay. Pengertian dari audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian

audit yang dilakukan oleh auditor yang diukur dari perbedaan waktu

antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam

laporan keuangan.

Pengertian lain menurut Ahmad dan Kamarudin (2003:7) tentang

audit delay adalah jumlah hari antara tanggal laporan keuangan audit

dan tanggal laporan audit. Sedangkan menurut Halim (2000:4) audit

delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari

tanggal penutupan buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit.


16

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud audit

delay adalah rentang waktu atau lamanya waktu penyelesaian proses

audit yang diukur berdasarkan lamanya hari dalam menyelesaikan

proses audit oleh auditor independen diukur dari tanggal penutupan

tahun buku pada tanggal 31 Desember sampai dengan diselesaikannya

laporan auditan oleh auditor dengan tertanggal yang tercantum dalam

laporan auditor independen. Dalam penelitian ini menggunakan laporan

keuangan yang memiliki tutup buku per 31 Desember sampai dengan

diterbitkannya laporan audit.

Menurut Dyer dan Mc Hugh (dalam Dwi, 2015) membagi

keterlambatan atau lag menjadi:

a. Preliminary lag yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai

tanggal diterimanya laporan keuangan pendahulu oleh pasar modal.

b. Auditor’s signature lag yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal

sampai tanggal yang tercantum di dalam laporan auditor. Dari

definisi tersebut Auditor’s signature lag merupakan salah satu nama

lain dari audit delay.

c. Total lag yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai

dengan tanggal diterimanya laporan keuangan tahunan publikasi oleh

pasar modal.

Menurut Knechel dan Payne (dalam Indriyani, 2012), audit

report lag dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :


17

a. Scheduling lag, yaitu selisih waktu antara tahun penutupan buku

perusahaan dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor.

b. Fieldwork lag, yaitu selisih waktu antara dimulainya pekerjaan

lapangan dan saat penyelesaiannya

c. Reporting lag, yaitu selisih waktu antara saat penyelesaian pekerjaan

lapangan dengan tanggal laporan auditor

Lamanya scheduling lag dapat menunjukkan bahwa manajemen

perusahaan turut andil dalam mempengaruhi jangka waktu audit report

lag. Fieldwork lag dan reporting lag menunjukkan bahwa penyebab

audit report lag lainnya merupakan tanggung jawab auditor sebagai

pihak yang melakukan proses pekerjaan lapangan sampai dengan

pembuatan laporan auditor.

Audit delay merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan

sendiri dan investor yang akan menanamkan sahamnya pada perusahaan

tertentu, hal ini berdampak pada kualitas suatu perusahaan. Ketepatan

waktu penyajian laporan keuangan merupakan syarat utama bagi

peningkatan harga pasar saham perusahaan-perusahaan go public.

Pentingnya publikasi laporan keuangan auditan sebagai informasi yang

sangat bermanfaat bagi para pelaku bisnis di Pasar Modal. Jarak waktu

penyelesaian audit laporan keuangan ikut mempengaruhi manfaat

informasi laporan keuangan auditan yang dipublikasikan.

Sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory) maka

perusahaan publik yang terdaftar di BEI diharuskan menyampaikan


18

laporan keuangan perusahaan kepada publik. Hal ini didukung dengan

adanya Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan Nomor: Kep-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan

Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Badan Pengawas Pasar Modal

(Bapepam) dan Lembaga Kauangan (LK) mewajibkan perusahaan

publik yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk

menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada Bapepam dan LK

paling lama 4 (empat) bulan setelah tahun buku berakhir atau 120 hari

setelah penutupan buku.

Bagi emiten atau perusahaan publik yang efeknya tercatat pada

Bursa Efek di Indonesia dan Bursa Efek di negara lain, yang mana

ketentuan batas waktu penyampaian laporan tahunan yang ditetapkan

Bapepam dan LK berbeda dengan ketentuan yang ditetapkan oleh

otoritas pasar modal dinegara lain tersebut maka batas waktu

penyampaian laporan tahunan kepada Bapepam dan LK dapat

dilakukan mengikuti batas waktu penyampaian laporan tahunan kepada

otoritas pasar modal di negara lain. Apabila ada pihak yang melanggar

ketentuan tersebut, Bapepam dan LK berwenang mengenakan sanksi

terhadap setiap pihak yang melanggar ketentuan peraturan ini termasuk

pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut.

Audit delay sebagai perbedaan waktu antara tanggal laporan

keuangan dengan tanggal publikasi laporan keuangan audited pada BEI,

audit delay diukur dari jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
19

sampai tanggal dipublikasikannya laporan keuangan di BEI

(Kusumawardani, 2013). Audit delay dapat diukur secara kuantitatif

yang satuannya dinyatakan dalam jumlah hari, sehingga dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Audit Delay = Tanggal Laporan Audit – Tanggal Laporan Keuangan

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay

Menurut Ashton et al (1987:279) faktor-faktor yang

mempengaruhi audit delay bisa disebabkan dari faktor internal

perusahaan dan faktor eksternal perusahaan. Faktor-faktor yang berasal

dari internal perusahaan yang mempengaruhi audit delay yaitu: total

pendapatan, tipe industri, kompleksitas laporan keuangan, kompleksitas

data elektronik, laba/rugi dilihat dari total aset, umur perusahaan, pos-

pos luar biasa, laba/rugi, kompleksitas operasi perusahaan dan ukuran

perusahaan. Sedangkan faktor yang berasal dari eksternal perusahaan

yang mempengaruhi audit delay yaitu opini audit, reputasi auditor, dan

kualitas auditor. Selain faktor-faktor tersebut salah satu faktor yang

mempengaruhi audit delay yaitu konvergensi IFRS (Kurnia, 2011:3).

Dari semua faktor-faktor tersebut, dalam penelitian ini hanya beberapa

faktor saja yang akan diteliti yaitu faktor-faktor yang berasal dari

internal perusahaan seperti :

a. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya

perusahaan yang ditentukan dari ukuran nominal seperti jumlah


20

kekayaan dan total penjualan perusahaan dalam satu periode

akuntansi (Rahayu dalam Dura, 2017). Menurut Brigham & Houston

(2010:4) ukuran perusahaan adalah besar kecilnya sebuah

perusahaan yang ditunjukan atau dinilai oleh total asset, total

penjualan, jumlah laba, beban pajak dan lain-lain”.

Sedangkan menurut Hartono (2014:14) ukuran perusahaan

(firm size) adalah besar kecilnya perusahaan dapat diukur dengan

total aktiva/ besar harta perusahaan dengan menggunakan

perhitungan nilai logaritma total aktiva. Ukuran perusahaan

menunjukan besar kecilnya sebuah perusahaan. Suatu perusahaan

dikatakan besar atau kecil dilihat dari berbagai sudut pandang seperti

total nilai aset, total penjualan, jumlah tenaga kerja dan lainnya.

Menurut Gede Rudangga dan Gede Merta Sudiarta (2016 )

ukuran perusahaan dapat dinyatakan dengan total asset yang di

miliki oleh perusahaan. Dalam ukuran perusahaan terdapat tiga

variabel yang dapat menentukan ukuran perusahaan yaitu total asset,

penjualan, dan kapitalisasi pasar. Karena variabel itu dapat

menentukan besarnya suatu perusahaan dengan rumus :

Size = Ln (Total Aktiva)

b. Jenis atau Tipe Perusahaan

Jenis industri atau klasifikasi industri menurut JASICA

(Jakarta Stock Exchange Industrial Classification) dalam Hartono

(2014: 156) terbagi dalam 9 sektor industri. Kesembilan sektor


21

industri ini adalah : 1) Pertanian (Agriculture), 2) Pertambangan

(Mining), 3) Industri Dasar dan Kimia (Basic Industry and

Chemicals), 4) Aneka Industri (Miscellaneous Industry), 5) Industri

Barang-Barang Konsumen (Consumer Goods Industry), 6) Properti,

Estate Real dan Konstruksi Bangunan (Property, Real Estate and

Building Construction), 7) Infrastruktur, Utiliti-Utiliti, dan

Transportasi (Infrastructure, Utilities, and Transportation), 8)

Keuangan atau Finansial (Financial), dan 9) Perdagangan, Jasa-Jasa

dan Investasi (Trade, Services and Investment).

Karakteristik industri yang berbeda-beda dapat menyebabkan

perbedaan rentang waktu dalam pelaksanaan audit. (Ashton, dkk.,

1987) jenis industri finansial mengalami audit report lag lebih

pendek dibandingkan dengan jenis industri non finansial. Mayoritas

aset perusahaan finansial berbentuk nilai moneter sehingga lebih

mudah diukur dibandingkan dengan aset yang berbentuk fisik. Audit

atas persediaan yang berbentuk fisik cukup sulit dilakukan serta

cenderung membutuhkan waktu yang lama menyatakan bahwa

perusahaan manufaktur memiliki audit delay yang lebih panjang dari

pada perusahaan non-manufaktur. Hal ini karena perusahaan non

finansial mempunyai persediaan secara fisik yang lebih kompleks

sehingga aset perusahaan memerlukan waktu audit lebih lama dari

pada perusahaan non finansial.


22

Variabel jenis industri pada penelitian ini diukur menggunakan

variabel dummy. Perusahaan yang tergolong ke dalam perusahaan

pertambangan diberi kode dummy 1, dan sebaliknya apabila

perusahaan termasuk golongan non pertambangan diberi kode

dummy 0.

c. Umur Perusahaan

Umur perusahaan dalam peneitian ini dihitung mulai dari

perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan go public

(Ulum 2009:203). Hal ini disebabkan karena pada saat perusahaan

sudah terdaftar Bursa Efek Indonesia perusahaan tersebut diwajibkan

membuat dan mempublikasikan laporan keuangan kepada

masyarakat dan pemakai laporan keuangan agar informasi yang ada

di dalamnya dapat segera digunakan oleh pihak yang membutuhkan.

Indra dan Arisudhana (2012) menyatakan bahwa semakin lama

umur perusahaan, maka Audit Delay yang terjadi semakin kecil,

karena perusahaan yang memiliki umur lebih tua dinilai lebih

mampu dalam mengumpulkan, memproses, dan menghasilkan

informasi pada saat diperlukan karena telah memiliki pengalaman

yang cukup banyak dalam hal tersebut. Selain itu perusahaan telah

memiliki banyak pengalaman mengenai berbagai masalah yang

berkaitan dengan pengolahan informasi dan cara mengatasinya.

Perusahaan juga telah merasakan perubahan-perubahan yang terjadi

selama kegiatan operasinya, sehingga perusahaan cenderung


23

memiliki fleksibilitas dalam menangani perubahan yang akan terjadi.

Hal tersebut membuat perusahaan mampu menyajikan laporan

keuangan lebih tepat waktu.

d. Profitabilitas Perusahaan

Menurut Sartono (2012:122) profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,

total aktiva maupun modal sendiri. Sedangkan menurut Kasmir

(2015:196) profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan

ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini

ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan

investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi

perusahaan. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan

akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini

Misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang

benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen.

Menurut Martono dan Harjito (2014:19) pengertian

profitabilitas adalah: kemampuan perusahaan untuk memperoleh

laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan data tersebut.

Sedang menurut Samryn (2013 :417) profitabilitas adalah suatu

model analisis yang berupa perbandingan data keuangan sehingga

informasi keuangan tersebut menjadi lebih berarti. Profitabilitas

menjadi salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat


24

menghasilkan laba, sehingga semakin tinggi profitabilitas maka akan

semakin tinggi efisiensi dan kinerja perusahaan sehingga

meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan bagi pemegang saham dalam satu periode.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka peneliti

menyimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dari aktivitas penjulannya guna

memberikan informasi kepada para pemegang saham.

Menurut Kasmir (2015:197) tujuan penggunaan rasio

profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan

adalah : 1). Untuk mengukur laba yang diperoleh perusahaan dalam

suatu periode tertentu. 2) untuk emnilai posisi perusahaan tahun

sebelumnya dengan tahun sekarang. 3) untuk menilai perkembangan

laba dari waktu ke waktu, 4) untuk menilai besarnya laba bersih

sesudah pajak dengan modal sendiri, 5) untuk mengukur

produktifitasnya seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri, 6) untuk mengukur

Produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal sendiri, 7) untuk tujuan lainnya.

Mengacu pada pendapat Sartono (2012:123), beberapa

perhitungan untuk mengukur rasio profitabilitas adalah : Gross

Profit Margin (marjin laba kotor), Net Profit Margin (Marjin Laba
25

Bersih), Return On Assets (ROA)/ROI, Return On Equity (ROE) dan

Earning Power.

Dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur tingkat

profitabilitas yaitu ROA (return on assets) berupa suatu rasio untuk

mengukur tingkat pengembalian perusahaan dalam operasional

bisnisnya dengan memanfaatkan sumber daya asetnya. Semakin

tinggi nilai rasio menunjukkan semakin tinggi keuntungan yang

diperoleh perusahaan dari investasi pada aset dan begitu sebaliknya.

Untuk mengukur Return On Asset dengan persamaan berikut

(Brigham dan Houston, 2010: 90) :

Laba Bersih setelah Pajak


ROA = x 100 %
Total Asset

Di mana :

ROA (Return On Asset) = Rasio Tingkat Profitabilitas

Laba Bersih setelah Pajak = Jumlah laba perusahaan setelah

dikurangi pajak

Total Asset = Jumlah seluruh asset yang dimiliki

perusahaan

e. Solvabilitas Perusahaan

Aryaningsih dan Budiartha (2014), mengartikan solvabilitas

sebagai perbandingan antara jumlah hutang dengan jumlah aset yang

dimiliki perusahaan.

Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi

semua kewajiban-kewajibannya baik kewajiban jangka pendek


26

maupun jangka panjangnya. Tingginya rasio solvabilitas

mencerminkan tingginya risiko keuangan perusahaan. Tingginya

risiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan

tidak dapat melunasi hutangnya, baik berupa pokok maupun bunga.

Dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur solvabilitas

yaitu rasio Total Debt To Total Asset (TDTA) yang membandingkan

jumlah utang (baik jangka pendek ataupun jangka panjang) dengan

jumlah aktiva (total asset) atau disebut juga Debt to Asset Rasio

(DAR) dengan menggunakan rumus berikut :

Total hutang ( jangka pendek + jangka panjang)


Solvabilitas = x
Total Asset

100%

4. Hubungan antar Variabel Penelitian

a. Hubungan antara Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay

Hasil penelitian Setyorini (2008: 48), menjelaskan bahwa

besar/kecilnya ukuran perusahaan, yang dinilai dari seberapa besar

nilai harta yang dimiliki perusahaan, berpengaruh negatif terhadap

lamanya audit delay. Adanya pengaruh negatif antara ukuran

perusahaan dengan audit delay menunjukkan bahwa manajemen

perusahaan besar, mempunyai dorongan untuk mengurangi

penundaan laporan keuangan. Hal tersebut bisa disebabkan oleh

banyak faktor, salah satunya yaitu manajemen perusahaan yang

berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit


27

delay dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh

investor, pengawas permodalan dan pemerintah.

Hasil penelitian Kartika (2009:14) ukuran perusahaan memiliki

pengaruh yang negatif terhadap audit delay. Semakin besar total

asset yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin kecil audit

delay-nya, penyebabnya adalah pertama, perusahaan-perusahaan go

public atau perusahaan besar mempunyai sistem pengendalian

internal yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan

dalam penyajian laporan keuangan perusahaan sehingga

memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan laporan

keuangan. Kedua, perusahaan-perusahaan besar mempunyai sumber

daya keuangan untuk membayar audit fee yang lebih besar guna

mendapatkan pelayanan audit yang lebih cepat. Ketiga, perusahaan-

perusahaan besar cenderung mendapat tekanan dari pihak eksternal

yang tinggi terhadap kinerja keuangan perusahaan, sehingga

manajemen akan berusaha untuk mempublikasikan laporan auditan

lebih tepat waktu.

Lebih lanjut dijelaskan Kartika (2009:14), perusahaan besar

lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil

dalam menginformasikan laporan keuangannya. Pengaruh ini

ditujukan dengan semakin besar nilai asset perusahaan maka

semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga

akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan


28

perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan

insentif untuk mengurangi audit delay, dikarenakan perusahaan-

perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas

permodalan dari pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan

terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan.

b. Hubungan Jenis Perusahaan dengan Audit Delay

Berdasarkan hasil penelitian Subekti dan Widiyanti (2004)

diketahui bahwa perusahaan yang termasuk dalam perusahaan

finansial mengalami audit delay lebih pendek dibandingkan jenis

industri yang lain. Hal ini dikarenakan mayoritas aset perusahaan

finansial berbentuk nilai moneter sehingga lebih mudah diukur

dibandingkan dengan aset yang berbentuk fisik seperti persediaan,

aktiva tetap, serta aktiva tidak berwujud. Audit atas persediaan yang

berbentuk fisik cukup sulit dilakukan serta cenderung membutuhkan

waktu yang lama.

Penelitian yang dilakukan Ashton et.al (1987) mengungkapkan

bahwa perusahaan sektor financial mempunyai Audit Delay lebih

pendek daripada perusahaan industri lain. Sistem akuntansi Bank

secara umum lebih tersentralisasi dan terotomatisasi dan Bank

sedikit persediaan atau asset tetap. Lain halnya dengan perusahaan

non financial yang lebih memungkinkan mempunyai bagian-bagian

transaksi dan juga tingkat materialitas persediaan dan asset tetap.


29

c. Hubungan Umur Perusahaan dengan Audit Delay

Umur perusahaan diperkirakan dapat mempengaruhi lamanya

audit delay, karena semakin lama suatu perusahaan berdiri biasanya

semakin banyak melakukan ekspansi dengan membuka cabang-

cabang baru, hal tersebut akan membuat laporan keuangan semakin

kompleks dan akan berpengaruh terhadap lamanya waktu

penyelesaian audit.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indra dan

Arisudhana (2012) menyatakan bahwa semakin lama umur

perusahaan, maka Audit Delay yang terjadi semakin kecil, karena

perusahaan yang memiliki umur lebih tua dinilai lebih mampu dalam

mengumpulkan, memproses, dan menghasilkan informasi pada saat

diperlukan karena telah memiliki pengalaman yang cukup banyak

dalam hal tersebut. Selain itu perusahaan telah memiliki banyak

pengalaman mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan

pengolahan informasi dan cara mengatasinya. Sehingga dapat

dikatakan semakin banyak umur perusahaan maka akan semakin

sedikit audit delaynya. Dengan demikian maka umur perusahaan

memberikan pengaruh terhadap audit delay.

d. Hubungan Profitabilitas dengan Audit Delay

Menurut Saemargani (2015) perusahaan yang mempunyai

tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung ingin segera

mempublikasikannya karena akan mempertinggi nilai perusahaan di


30

mata pihak-pihak yang berkepentingan. Sementara perusahaan yang

memiliki tingkat profitabilitas yang rendah kecenderungan yang

terjadi adalah kemunduran publikasi laporan keuangan. Hal tersebut

dapat dijelaskan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas

yang tinggi cenderung memiliki audit delay yang lebih pendek

karena keharusan untuk menyampaikan berita baik secepatnya

kepada publik sehingga dapat segera mendapatkan respon positif

yang berguna bagi keberlangsungan perusahaan, sedangkan untuk

perusahaan yang mengalami kerugian atau memiliki profitabilitas

rendah dalam proses auditnya, auditor berada dalam banyak tekanan

dan memerlukan banyak pertimbangan.

Pemikiran tersebut didukung oleh hasil dari penelitian Triska

(2016), Gunarsa dan Putri (2017), Sastrawan dan Latrini (2016),

yang menyebutkan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas

yang tinggi cenderung memiliki audit delay yang lebih pendek, hal

ini dikarenakan keharusan untuk menyampaikan berita baik

secepatnya kepada publik, sedangkan untuk perusahaan yang

mengalami kerugian cenderung memiliki audit delay yang lebih

panjang.

e. Hubungan Solvabilitas dengan Audit Delay

Risiko perusahaan yang tinggi yang ditunjukkan oleh koefisien

solvabilitas yang juga tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan

mengalami kesulitan keuangan, yang merupakan berita buruk yang


31

akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata stakeholder. Berita

buruk berupa tingginya rasio solvabilitas akan membuat perusahaan

untuk menunda kabar tersebut kepada stakeholder, sehingga

perusahaan otomatis menunda publikasi laporan keuangannya.

Berdasar hasil penelitian Artaningrum (2017), solvabilitas

perusahaan yang tinggi memaksa perusahaan menyediakan dengan

cepat laporan keuangan auditannya kepada kreditor sehingga audit

delay-nya lebih cepat. Jadi apabila dalam perusahaan terdapat

solvabilitas yang tinggi maka akan mempercepat penyampaian audit

laporan keuangan. Berbeda dengan hasi penelitian Lianto dan Budi

(2014) yang menyebutkan bahwa jika jumlah hutang perusahaan

lebih besar daripada aktiva yang dimiliki, perusahaan tersebut

cenderung meningkatkan kerugian dan kehati-hatian auditor untuk

mengaudit laporan keuangan perusahaan tersebut sehingga audit

delay-nya lebih lama.

B. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian oleh Sarah Apriani dan Basuki Toto Rahmanto dengan

judul : “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan

Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap Audit Delay pada

Perusahaan Pertambangan Periode 2010 – 2014”. Penelitian ini

dilakukan untuk menguji pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan

dan Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap Audit Delay pada

perusahaan pertambangan untuk sektor batubara, batu-batuan, logam


32

dan mineral, serta minyak dan gas bumi di Bursa Efek Indonesia

periode 2010-2014. Sampel penelitian ini mencangkup 13 perusahaan.

Metode pengambilan sampel mengunakan purposive sampling.

Penelitian ini mengunakan data sekunder dan dianalisis mengunakan

regresi linear berganda. Hasil analisis menyimpulkan bahwa

Profitabilitas, berpengaruh terhadap audit delay, Ukuran Perusahaan

dan Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak berpengaruh terhadap audit

delay karena nilai signifikan dari variabel tersebut yang lebih dari 0,05.

(Sumber : Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis (JRMB) Fakultas

Ekonomi UNIAT Vol. 2, S1, September 2017)

2. Penelitian oleh Liki Melati dan Ardiani Ika dengan judul : “Audit Delay

pada Perusahaan Pertambangan, Analisis dan Faktor-Faktor

Penentunya”. Penelitian ini menganalisis pengaruh dari ukuran KAP,

ukuran perusahaan, solvabilitas, dan profitabilitas terhadap audit delay.

Data yang digunakn adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa

Efek Indonesia. Populasi penelitian adalah perusahaan pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012-2014

sebanyak 12 perusahaan. Sampel penelitian menggunakan metode

purposive selama tiga periode pelaporan. Metode analisis data dengan

menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ukuran perusahan dan profitabilitas secara

signifikan berpengaruh terhadap audit delay, sementara ukuran KAP

dan solvabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit


33

delay. (Sumber : Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 5 No. 1 Januari

2016, Hal. 37-56)

3. Penelitian oleh Raihanah Haifa dengan judul : “Pengaruh Laba Rugi,

Jenis Industri, Leverage, Solvabilitas, Profitabilitas terhadap Audit

Delay (Studi pada Perusahaan Keuangan dan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015)”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh laba rugi, jenis industri, leverage,

solvabilitas, dan profitabilitas pada audit delay. Populasi penelitian

yang digunakan adalah perusahaan keuangan dan manufaktur yang

listed pada BEI tahun 2015. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak

163 perusahaan yang ditentukan berdasarkan teknik purposive

sampling. Sedangkan, untuk analisis data, menggunakan regresi linier

berganda. Analisis data menunjukkan hasil bahwa laba rugi dan jenis

industri berpengaruh pada audit delay, sedangkan leverage, solvabilitas

dan profitabilitas tidak berpengaruh pada audit delay. (Sumber : Jurnal

Publikasi Ilmiah. Universitas Muhamadiyah Surakarta Tahun 2017).

4. Penelitian oleh Fauziyah Althaf Amani dengan judul : “Pengaruh

Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Opini Audit, dan Umur Perusahaan

terhadap Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan Property dan

Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2012-

2014). Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh Ukuran

Perusahaan, Profitabilitas, Opini Audit, dan Umur Perusahaan terhadap

Audit Delay pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di
34

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014. Jenis penelitian adalah

kausal komparatif dengan pendekatan ex post facto. Sampel diambil

dengan teknik purposive sampling sebanyak 41 perusahaan. Teknik

analisis data adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan

terhadap Audit Delay, dibuktikan dengan koefisien regresi=3,118, nilai

signifikansi t sebesar 0,010 < 0,05; profitabilitas berpengaruh signifikan

terhadap Audit Delay, dibuktikan dengan koefisien regresi=-22,386,

nilai signifikansi t sebesar 0,026 < 0,05; opini audit berpengaruh

signifikan terhadap Audit Delay, dibuktikan koefisien regresi=3,407,

nilai signifikansi t sebesar 0,013 < 0,05; umur perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap Audit Delay, dibuktikan koefisien regresi=-0,231,

nilai signifikansi t sebesar 0,030 < 0,05; ukuran perusahaan,

profitabilitas, opini audit, dan umur perusahaan berpengaruh secara

simultan terhadap Audit Delay, dibuktikan dengan nilai signifikansi F

sebesar 0,002 < 0,05. Besarnya pengaruh secara simultan ditunjukkan

dengan nilai R square sebesar 12,9%. (Sumber: Jurnal Nominal /

Volume V Nomor 1 Tahun 2016, Universitas NegeriYogyakarta).

C. Kerangka Berpikir

Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk

menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan

tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan audit..

Semakin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka semakin


35

lama pula audit delay. Jika audit delay semakin lama, maka kemungkinan

keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan semakin besar.

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total kekayaan atau total asset yang

dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.

Besar kecilnya ukuran perusahaan, yang dinilai dari seberapa besar nilai

harta yang dimiliki perusahaan, berpengaruh terhadap lamanya audit delay.

Adanya pengaruh antara ukuran perusahaan dengan audit delay

menunjukkan bahwa manajemen perusahaan besar, mempunyai dorongan

untuk mengurangi penundaan laporan keuangan. Hal tersebut bisa

disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu manajemen perusahaan

yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit

delay dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh

investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Hal ini menunjukan

ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.

Karakteristik industri dari jenis yang berbeda-beda dapat

menyebabkan perbedaan rentang waktu dalam pelaksanaan audit. Pada

jenis perusahaan finansial mengalami audit delay lebih pendek

dibandingkan jenis industri yang lain. Hal ini dikarenakan mayoritas aset

perusahaan finansial berbentuk nilai moneter sehingga lebih mudah diukur

dibandingkan dengan aset yang berbentuk fisik seperti persediaan, aktiva

tetap, serta aktiva tidak berwujud sehingga perusahaan non financial yang

lebih memungkinkan mempunyai bagian-bagian transaksi dan juga tingkat


36

materialitas persediaan dan asset tetap membuat proses audit menjadi lebih

lama dan memungkinkan tingginya audit delay.

Semakin panjang umur suatu perusahaan dengan asumsi yang terus

berkembang maka akan semakin banyak melakukan ekspansi dengan

membuka cabang-cabang baru, hal tersebut akan membuat laporan

keuangan semakin kompleks dan akan berpengaruh terhadap lamanya

waktu penyelesaian audit. Namun demikian dapat pula terjadi bahwa

semakin lama umur perusahaan, maka Audit Delay yang terjadi semakin

kecil, karena perusahaan yang memiliki umur lebih tua dinilai lebih

mampu dalam mengumpulkan, memproses, dan menghasilkan informasi

pada saat diperlukan karena telah memiliki pengalaman yang cukup

banyak mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan pengolahan

informasi dan cara mengatasinya, perusahaan cenderung memiliki

fleksibilitas dalam menangani perubahan. Sehingga dapat dikatakan umur

perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh

laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva, maupun modal

sendiri. Perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi

cenderung akan mempercepat publikasi laporan keuangannya karena bisa

menaikkan nilai perusahaan tersebut. Perusahaan yang mengalami

kerugian cenderung memerlukan auditor, guna memulai proses

pengauditan yang lebih lambat dari biasanya. Hal ini menunjukkan

semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin pendek Audit


37

Delay, begitu pula sebaliknya. Oleh karena hal itu, maka dapat

disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Audit

Delay.

Solvabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi

seluruh kewajiban finansialnya pada saat perusahaan dilikuidasi. Rasio

solvabilitas yang tinggi mengakibatkan panjangnya waktu yang

dibutuhkan dalam penyelesaian audit. Jumlah hutang yang tinggi yang

dimiliki perusahaan akan menyebabkan proses audit yang relatif lebih

lama. Hal ini karena dalam proses pengauditan, auditor perlu kehati-hatian

serta kecermatan yang lebih dalam karena menyangkut kelangsungan

hidup perusahaan. Hal ini menunjukkan semakin tinggi solvabilitas

perusahaan maka semakin panjang Audit Delay, begitu pula sebaliknya.

Dengan demikian secara garis besar dapat digambarkan bahwa ukuran

perusahan, jenis perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas perusahaan

dan solvabilitas perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap audit

delay pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun

2015-2018. Penggambaran kerangka pikir penelitian dapat dituangkan

dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Ukuran Perusahaan (X1)


H1

Jenis Perusahaan (X2) H2

H3
Umur Perusahaan (X3) Audit Delay (Y)

H4
Profitabilitas Perusahaan (X4)

Solvabilitas Perusahaan (X5)


38

H5

H6

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka

dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay

pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun

2015-2018.

H2 : Jenis perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun

2015-2018.

H3 : Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun

2015-2018

H4 : Profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap audit

delay pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada

tahun 2015-2018

H5 : Solvabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay

pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun

2015-2018
39

H6 : Ukuran perusahan, jenis perusahaan, umur perusahaan,

profitabilitas perusahaan dan solvabilitas perusahaan secara

simultan berpengaruh positif terhadap audit delay pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun

2015-2018.

VI. Metode Penelitian

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk

dipelajari dan kemudian diambil kesimpulan (Sugiyono, 2012: 80).

Populasi penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar

pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2018 berdasarkan data yang

diperoleh melalui situs BEI dan di Pusat Informasi Pasar Modal.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel dengan

kriteria tertentu dimana sampel sengaja dipilih untuk mewakili

populasinya (Sugiyono, 2012: 85). Kriteria untuk sampel yang yang akan

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

secara berturut-turut untuk periode 2015-2018.

2. Perusahaan pertambangan tersebut telah menyampaikan laporan

keuangan tahunan berturut-turut untuk tahun 2015-2018 di mana di

dalamnya terdapat data dan informasi yang dapat digunakan dalam


40

penelitian ini serta laporan keuangan tahunan 2015-2018 tersebut telah

diaudit dan disertai dengan laporan auditor. Berdasarkan kriteria di

atas maka perusahaan yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini

sebanyak 10 perusahaan, selama empat tahun sehingga jumlah

observasi sebanyak 40 sampel.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok utama

yaitu variabel independen (variabel bebas X) dan variabel dependen

(variabel terikat Y).

a. Variabel Independen (X)

Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi

variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini ada lima

yang bersumber dari internal perusahaan yaitu : ukuran perusahaan,

jenis perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas perusahaan dan

solvabilitas perusahaan.

b. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh

variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian yaitu audit delay

yaitu jangka waktu antara tanggal penutupan tahun buku sampai

dengan tanggal ditandatanganinya laporan auditor independen yang

sesuai dengan peraturan batas lamanya adalah 120 hari.

2. Definisi Operasional
41

a. Ukuran Perusahaan (X1)

Ukuran perusahaan dalam penelitian adalah besar kecilnya

suatu perusahaan yang diukur dengan menggunakan total aset.

Pengukuran variabel ukuran perusahaan dengan menggunakan

logaritma natural dari total asset perusahaan dan skala pengukuran

yang menggunakan skala rasio (Jogiyanto, 2000:254). Pengukuran

terhadap ukuran perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma

dengan tujuan untuk menghaluskan besarnya angka dan

menyamakan ukuran saat regresi.

Rumus pengukuran : Ukuran Perusahaan = Ln ( Total Aset)

(Jogiyanto, 2000: 254)

b. Jenis Perusahaan (X2)

Jenis perusahaan adalah penggolongan atau klasifikasi

perusahaan dalam suatu sektor industri. Dalam penelitian ini jenis

perusahaan diukur dengan dummy variable dengan cara membagi

dalam dua kelompok yaitu perusahaan financial dan perusahaan

non financial berdasarkan data ICMD (Indonesian Capital Market

Directory).

Termasuk dalam klasifikasi perusahaan financial adalah

Banking, Credits Agencies Other Than Bank, Securities, dan

Insurances. Sedangkan perusahaan yang tergolong perusahaan non

financial adalah Agriculture, Forestry and Fishing, Animal Feed

Husbandry, Mining and Mining services, Constructions,


42

Manufacturing, Transportasion Services, Telecomunicatiton,

Wholesale and retail, Trade and real estate, Hotel and Travel

Services, Holding and Other Investment Companies and Others.

Untuk perusahaan non finansial diberi kode 1, dan untuk industri

finansial diberi kode 0.

c. Umur Perusahaan (X3)

Umur perusahaan dalam penelitian merupakan umur yang

dimiliki perusahaan dari tahun awal perusahaan terdaftar di Bursa

Efek Indonesia sampai dengan tahun pelaksanaan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti yaitu tahun 2015-2018 (Ulum, 2009:203).

Umur perusahaan dinyatakan dalam ukuran tahun disimbolkan

dalam bentuk angka.

d. Profitabilitas Perusahaan (X4)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk

memperoleh laba. Profitabilitas diukur dengan rasio return on

asset (ROA) yang hitung berdasarkan EBIT dibagi dengan total

aktiva. Profitabilitas dapat dirumuskan sebagai berikut:

Laba Bersih setelah Pajak


ROA = x 100 %
Total Asset

(Brigham dan Houston, 2001: 90).

e. Solvabilitas Perusahaan (X5)

Solvabilitas perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan

membandingkan jumlah aktiva dengan jumlah utang (baik jangka

pendek ataupun jangka panjang). Angka perbandingan tersebut


43

dinyatakan dalam total debt to total asset rasio yang menunjukkan

rasio dari perbandingan jumlah aktiva dengan jumlah seluruh

hutang perusahaan. Perhitungan solvabilitas dirumuskan sebagai

berikut:

Total hutang ( jangka pendek + jangka panjang)


Solvabilitas = x
Total Asset

100%

f. Audit Delay (Y)

Audit delay adalah rentang waktu lamanya hari dalam

menyelesaikan proses audit oleh auditor independen dari tanggal

tutup buku pada tanggal 31 Desember sampai dengan tanggal

yang tercantum dalam laporan auditor independen (Ashton et al;

Carslaw and Kaplan 1991; Davis 2001; Etterdge and Sun 2006;

Sulistyowati 2009; Yaacob and Che-ahmad 2011; Yuliansari,

2011). Variabel ini diukur secara kuantitatif dalam jumlah hari.

Audit Delay = Tanggal Laporan Audit – Tanggal Laporan

Keuangan

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan dapat dilihat dari sumber datanya, maka

pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber

sekunder (Sugiyono, 2012: 137). Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan sumber data sekunder. Data sekunder

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak


44

langsung melalui media perantara, umumnya berupa bukti,catatan atau

laporan historis yang telah tersususn dalam arsip (data dokumenter) yang

dipublikasikan dan tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2014:

147).

Metode pengumpulan data terhadap data sekunder menggunakan

metode dokumentasi yang dilakukan dengan cara penyalinan dan

pengarsipan data-data dari sumber-sumber yang tersedia yaitu data

sekunder yang dapat diperoleh melalui Pusat Informasi Pasar Modal atau

Pojok Bursa yang terletak di Kampus Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Diponegoro di Tembalang Semarang. Data tersebut berupa

laporan keuangan tahunan perusahaan pertambangan. Selain itu, data

sekunder lain yang digunakan berupa jurnal, artikel, dan literatur lainnya

yang berkaitan dengan penelitian diperoleh dari situs BEI dan di Pusat

Informasi Pasar Modal.

D. Metode Analisis

1. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis data yang digunakan adalah dengan cara

analisis kuantitatif yang bersifat deskriptif yang menjabarkan data

yang diperoleh dengan menggunakan statistik deskriptif merupakan

proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga

mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan

ringkasan, pengaturan, atau penyusunan data dalam bentuk table

numeric dan grafikanalisis regresi berganda untuk menggambarkan


45

fenomena atau karakteristik dari data, yaitu dengan memberikan

gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.

Metode analisis data akan dilakukan dengan bantuan program

aplikasi komputer SPSS. Berdasarkan data olahan SPSS dapat

diketahui dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum,

minimun, sum, range, kurtosis dan skewness dari setiap variabel

(Ghozali, 2011: 19).

2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan analisis dengan menggunakan uji regresi

liner berganda dilakukan uji Asumsi Klasik untuk mengetahui apakah

model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak atau tidak.

Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji linearitas,

uji heteroskedasitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual

mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik

adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal

(Ghozali, 2011:60).

Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dasar pengambilan keputusan dalam

uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov (K-S)

adalah sebagai berikut:


46

1) Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 atau 5

persen maka data terdistribusi secara normal

2) Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 atau 5

persen maka data tidak terdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah model

regresi yang terbentuk berpola linear atau non linear (Imam

Ghozali, 2011:52). Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji

F. Apabila F hitung lebih kecil dari pada F-tabel atau P-value lebih

besar dari taraf signifikansi 0.05, maka dapat diasumsikan bahwa

pola yang terbentuk mendekati linear, dan apabila sebaliknya maka

terjadi non linearitas.

c. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2011:73) uji multikolinearitas bertujuan

untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya

multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance

value dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini

menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan

oleh variabel independen lainnya.

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang

terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.


47

Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi.

Nilai cut off yang umum adalah :

1) Jika nilai tolerance > 10 persen dari nilai VIF < 10, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel

independen dalam model regresi.

2) Jika nilai tolerance < 10 persen, dan nilai VIF > 10, maka dapat

disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel

independen dalam model regresi.

d. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu ke 60

pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedasitas dan jika

berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah

yang homoskedasitas atau yang tidak terjadi heteroskedasitas

(Ghozali, 2011:79).

Dalam penelitian ini, uji heteroskedasitas menggunakan Uji

Glejser. Untuk mengetahui tidak adanya heteroskedasitas

ditunjukan dengan tidak ada satupun variabel independen yang

signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai

Absolut Residual (AbsRes). Hal ini terlihat dari probabilitas

signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5 persen.

e. Uji Autokorelasi
48

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu

pada periode t dengan kesalahan penganggu t-1 (sebelumnya)

(Imam Ghozali, 2011:79). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena ada

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama

lainya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)

tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainya. Hal ini sering

ditemukan pada data runtut waktu (times series).

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan uji

Durbin Waston, dimana dalam pengambilan keputusan dengan

melihat berapa jumlah sampel yang diteliti yang kemudian dilihat

angka ketentuannya pada tabel Durbin Waston. Nilai Durbin-

Watson (dW) harus dihitung terlebih dahulu. Setelah itu

diperbandingkan dengan nilai batas atas (dU) dan nilai batas bawah

(dL) untuk berbagai nilai n (jumlah sampel) dan k (jumlah variabel

bebas) yang ada di dalam tabel Durbin-Watson dengan ketentuan

sebagai berikut :

1) dW < dL, berarti ada autokorelasi positif (+)

2) dL< dW < dU, tidak dapat disimpulkan

3) dU < dW < 4-dU, berarti tidak terjadi autokorelasi.

4) 4-dU < dW < 4-dL, tidak dapat disimpulkan

5) dW > 4-dL, berarti ada autokorelasi negatif (-) .


49

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui kebenaran dari

hipotesis yang telah diajukan sebelum analisis data penelitian. Uji

hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Analisis Regresi Linier Sederhana

Persamaan umum regresi linier sederhana adalah berikut :

Y = a + bX

Keterangan:

Y = Variabel dependen yang diprediksikan

a = Harga Y bila X = 0 (konstanta)

b = Angka koefisien regresi yang menunjukkan angka

peningkatan/penurunan variabel dependen didasarkan

pada variabel independen.

b. Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut Sugiyono (2012:250) analisis regresi ganda

digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya)

variabel dependen, jika dua atau lebih variabel independen sebagai

faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Model

analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti

variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.

Persamaan regresi linear berganda dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Ŷ = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + ε


50

Keterangan :

Ŷ = Audit Delay

X1 = Ukuran Perusahaan

X2 = Jenis Perusahaan

X3 = Umur Perusahaan

X4 = Profitabilitas Perusahaan

X5 = Solvabilitas Perusahaan

b0 = Intersep

b1,b2, b3,… b7 = koefesien regresi

ε = standar eror

c. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen (Ghozali, 2011:85). Nilai koefiseien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen. Bila terdapat nilai adjusted R2 bernilai negatif, maka

nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol.

d. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)


51

Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t)

bertujuan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen (Ghozali, 2011:95). Pengujian secara parsial ini

dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat signifikansi

t dari hasil pengujian dengan nilai signifikansi yang digunakan

dalam penelitian ini. Cara pengujian parsial terhadap variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1) Jika nilai signifikansi t dari masing-masing variabel yang

diperoleh dari pengujian lebih kecil dari nilai signifikansi

yang dipergunakan yaitu sebesar 5 persen maka secara parsial

variabel independen berpengaruh terhadap variabel

dependen.

2) Jika nilai signifikansi t dari masing-masing variabel yang

diperoleh dari pengujian lebih besar dari nilai signifikansi

yang dipergunakan yaitu sebesar 5 persen maka secara parsial

variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen.

e. Uji Simultan (Uji F statistik)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua

variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap


52

variabel dependen/terikat (Imam Ghozali, 2011:86). Hasil output

regresi dengan SPSS akan terlihat nilai F hitung dan nilai

signifikansinya. Untuk memutuskan apakah variabel independen

berpengaruh terhadap variabel dependen secara simultan adalah

dengan cara membandingkan F hitung dengan nilai F tabel sesuai

dengan tingkat signifikansi yang digunakan (5%).

Apabila nilai F hitung lebih kecil dari nilai F tabel, maka

keputusannya adalah menerima hipotesis nol (H0). Artinya variabel

independen (X) secara simultan tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap variabel dependen (Y).

VII. Daftar Pustaka

Ashton, R.,Willingham. J. dan Elliott, R. 1987. An Empirical Analysis of


Audit Delay. Journal of Accounting Research. Vol 25: 275-292

Baridwan, Z. 2004. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE


Yogyakarta

Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan


oleh Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat

Haryono, Jusup. 2001. Auditing (Pengauditan), Buku I Cetakan Pertama,


Yogyakarta: STIE YKPN

Mulyadi. 2013. Auditing (Pengauditan), Buku I Edisi Ke Enam. PT.


Salemba Empat

Arens, A.A.,Elder E.J, dan Beasley M.S. 2008. Auditing dan Jasa
Assurance: Pendekatan Terintegrasi. (Alih Bahasa:Herman
Wibowo). Jakarta: Erlangga

Dewi Kusuma Wardhani. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Jenis


Industri, Tingkat Keahlian auditor dan Lampiran Bukti
Pendukung Audit terhadap Audit Delay Perusahaan yang Go
Public (Studi Empiris pada perusahaan yang diaudit oleh KAP
53

di Yogyakarta, Solo dan Semarang). Skripsi. Universitas Negeri


Yogyakarta

Brigham, EF dan Houston, J.F. (2012). Dasar-Dasar Manajemen


Keuangan, Buku 1, Edisi 11. (Alih Bahasa: Ali Akbar Yulianto).
Jakarta: Salemba Empat

Imam, Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hartono, J. (2014). Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 9.


Yogyakarta: BPFE
Indriantoro, N. dan Supomo, B. 2014. Metode Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta

Jogiyanto, Hartono. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi ke


tujuh.Yogyakarta: BPFE

Ulum, I. 2009. Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris.


Yogyakarta: Graha Ilmu

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D.


Bandung: Alfabeta

Aryaningsih, Ni Nengah Devi dan I Ketut Budiartha. 2014. Pengaruh Total


Aset, Tingkat Solvabilitas dan Opini Audit pada Audit Delay.
ISSN: 2302-8556 EJurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.3
(2014): 747-647

Setyorini, Indah. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit


Delay pada Perusahaan Publik di Indonesia. Skripsi.
Universitas Brawijaya Malang

Kartika, Andi. 2009. Faktor-faktor yang Memengaruhi audit delay di


Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan LQ 45
yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Bisnis dan
Ekonomi. Hlm. 2-18

Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

Lianto, N. dan Kusuma, Budi. H. 2014. Faktor-Faktor yang Berpengaruh


terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.
12 No. 2 : Hal. 97106.
54

Sartono, Agus. 2012. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi I


Keempat,Cetakan Pertama, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Dwi, Malinda Apriliane. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2013).
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta

Halim, Variananda. 2000. Faktor-faktor yang Mempengaruhi audit delay:


Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan di BEJ. Jurnal
Bisnis Akuntansi (Vol 2 No 1) Hlm. 63-75

Ahmad dan Kamarudin. 2003. Audit Delay and The Timeliness of


Corporate Reporting. Malaysian Evidence

Subekti, I. dan Widiyanti, N.W. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Audit Delay di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi.
Denpasar-Bali

Lestari, D. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay:


Studi Empiris pada Perusahaan Consumer Goods yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas
Diponegoro

Yulianti, A. 2011. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay


(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia). Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta

Indra, N.S. dan Arisudhana, D. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Audit Delay pada Perusahaan Go Public di Indonesia (Studi
Empiris pada Perusahaan Property di Bursa Efek Indonesia
tahun 2007-2010). Jurnal Fakultas Ekonomi Budi Luhur (Vol. 1
No.2 Oktober 2012) . Universitas Budi Luhur.

Saputri, O.D. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit


Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan-peusahaan yang
Terdaftar di Bursa efek Indonesia ). Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro. Semarang

Sari, R. R. 2014. Faktor-Faktor Pengaruh Audit Delay. Skripsi. Universitas


Diponegoro Semarang

Witjaksono, A. dan Silvia, M. 2014. Analisis Faktor-faktor yang


Berpengaruh terhadap Audit Delay Pada Perusahaan
Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
55

periode 2010-2013. Jurnal Akuntansi. Universitas Bina


Nusantara

http://www.sahamok.com

http://www.liputan6.com

http://www.cnnindonesia.com

http://www.idx.ac.id
56

Sarah Apriani dan Basuki Toto Rahmanto

Liki Melati dan Ardiani Ika

Raihanah Haifa

Fauziyah Althaf Amani

Artaningrum (2017
Saemargani, 2015

Azhari, 2014

Ilmiah, 2013
Indriyani, 2012

Kurnia, 2011

Dura, 2017

Gede Rudangga dan Gede Merta Sudiarta (2016


Martono dan Harjito (2014
Samryn (2013

Anda mungkin juga menyukai