Anda di halaman 1dari 32

Nama : Syahrul

NIM : 19053023

Tugas : ALK-13

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

PT UNILEVER

PERIODE 2018-2019

A. ANALISIS KOMPARATIF
1. Year to Year Change Analysis
Analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan keuangan yang
dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan
membandingkannya dengan beberapa periode laporan. Teknik perbandingan
ini akan menunjukan kenaikan dan penurunan perbandingan dalam bentuk
angka maupun rasio.

PT UNILEVER
TABEL KOMPARATIF YEAR to YEAR CHANGE ANALYSIS
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF
TAHUN 2018 DAN 2019
 
Naik Atau (Turun0 Rasio
Keterangan 2018 2019
Nominal Persentase 2018;2019
Penjualan Bersih Rp 41.802.073 Rp 42.922.563 Rp 1.120.490 3% 1,03
Harga Pokok Penjualan -Rp 20.697.246 -Rp 20.893.870 -Rp 196.624 1% 1,01
Laba Bruto/Kotor Rp 21.104.827 Rp 22.028.693 Rp 923.866 4% 1,04
Beban pemasaran dan penjualan -Rp 7.678.122 -Rp 8.049.388 -Rp 371.266 5% 1,05
Beban adm umum -Rp 3.925.110 -Rp 3.861.481 Rp 63.629 -2% 0,98
Penghasilan lain-lain Rp 2.822.616 Rp 3.082 -Rp 2.819.534 -100% 0,00
Laba Operasi/Usaha Rp 12.324.211 Rp 10.120.906 -Rp 2.203.305 -18% 0,82
Penghasilan Keuangan Rp 15.776 Rp 11.096 -Rp 4.680 -30% 0,70
Biaya Keuangan -Rp 191.900 -Rp 230.230 -Rp 38.330 20% 1,20
Laba Bersih Sebelum Pajak Rp 12.148.087 Rp 9.901.772 -Rp 2.246.315 -18% 0,82
a) Perbandingan Laporan L/R Komprehensif PT Unilever periode 2018-2019
Berdasarkan data perbandingan diatas, dapat kita lakukan beberapa analisis
terhadap kenaikan dan penurunan kinerja PT Unilever yang diukur dari Laporan
Laba/Ruginya, diantaranya :

a. Penjualan

Penjualan bersih PT Unilever pada tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar


Rp. 1.120.490, dimana kondisi ini mengalami kenaikan sebesar 3% dari
penjualan tahun 2018, yang mana hal ini bisa saja didukung dengan minimnya
terjadi return penjualan pada periode 2019. Makna dari perbandingan kenaikan :

 Manager

Selaku manager saya memaknai bahwa, PT Unilever telah melakukan strategi


penjualan yang baik dengan meningkatkan penjualan kredit maupun tunai dengan
penambahan strategi penjualan seperti pemberian diskon. Sehingga hal ini akan
menarik konsumen untuk melakukan pembelian. Kemudian, dapat kita lihat,
bahwasanya rasio perbandingan penjualan 2019 berada diatas 1, yang maknanya
tahun 2019 lebih tinggi dari tahun 2018. Sementara apabila rasio
perbandingannya kurang dari 1, dapat kita maknai bahwa tahun yang dianalisis
lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Disini perlu pertimbangan yang lebih matang bagi saya selaku seorang
manager, karena strategi penjualan kredit atau pemberian dskon ini akan
berdampak pada peningkatan piutang dan kenaikan penghapusan piutang di akhir
tahun nanti.

 Customer

Strategi yang di susun dan dirancang perusahaan dalam mendongkrak


penjualan untuk meningkatkan pendapaatan juga memberikan efek yang baik
juga bagi customer. Kondisi ini juga menguntungkan customer karena
mendapatkan kesempatan untuk berbelanja secara kredit untuk memenuhi
kebutuhan dan mendapatkan diskon pada kondisi tertentu. Sehingga disini kedua
belah pihak sama-sama untung, disatu sisi customer dapat memenuhi
kebutuhannya dan perusahaan mampu mendongkrak penjualan untuk
meningkatkan pendapatan.
 Supplier

Selaku seorang supplier, strategi perusahaan ini mampu memberikan efek


positif karena posisi saya sebagai pemasok justru aman dan PT Unilever sudah
pasti akan melakukan pemasokan melalui saya. Sehingga pendapatan saya juga
cendrung stabil bahkan meningkat, ketika PT Unilever mendongkrak penjualan
secara besar-besaran.

Kemudian, jika dilakukan pengkajian analisis yg lebih dalam, walaupun


Penjualan PT Unilever pada 2019 ini mengalami kenaikan, pada kenyatannya hal
tesebut juga didukung oleh naiknya Harga Pokok Penjualan, yang berarti hal ini
justru tidak beribang antara naiknya penjualan yg dibarengi dengan naiknya HPP.
Nah, disini kita dapat berasumsi bahwa, keputusan atau strategi Manager dalam
meningkatkan penjualan seperti peningkatan penjualan kredit maupun dengan
tambahan iming-mingan diskon, pada kenyataannya belum dpat menekan Harga
Pokok Penjualan perusahaan, sehingga hal ini dapat menjadi evaluasi bagi
Manager untuk pengambilan keputusan dan penyusunan strategi pada tahun
berikunya dalam menekan Harga Pokok Penjualan ini.

b. Laba Kotor

Laba Kotor dari PT Uniliever ini juga mengalami kenaikan sebsar 4% dari
tahun sebelumnya, maknannya pada tahun 2019 PT Unilever mampu
menghasilkan laba kotor yang tinggi dari periode sebelumnya. Hal ini bisa saja
didukung oleh peningkatan penjualan dan minimnya return penjualan yang terjadi
saat itu.

c. Biaya Penjualan dan Administrasi

Pembebanan biaya adm uumum dan biaya penjualan pada tahun 2019 justru
ada yang meningkat dan ada yang menurun. Dan tentu ini berpengaruh secara
langsung terhadap perolehan laba yang diperoleh PT Unilever. Dari Tabel
Perbandingan dapat ilihat, bahwasanya pembebanan biaya penjualan untuk tahun
2019 meningkat, disini dapat diasumsikan ada beberapa biaya penjualan yang
naik, seperti sistem pemilihan antara gaji atau upah untuk karyawan, biaya iklan
yang berbeda tiap menerbitkan iklan, biaya listrik yang berbeda atas pemakaian
yang berlebih dari sebelumnya dan bisa juga dengan dari peningkatan pemakaian
perlengkapan dan aspek lainnya.dari sisi biaya adm umum, justru mengalami
penurunan dari periode 2018. Dari sini dapat kita asumsikan, bahwasanya ada
beberap biaya yang dikecilkan atau ditekan dalam hal pemenuhan admnistrasi
dan umum.

d. Laba Operasi

Kemudian, dilihat dari Laba Operasi/ Usaha PT Unilever, hal ini justru
menjadi perhatian pembaca laporan keungan maupun Manager yg sangat erat
kaitannya dengan strategi dan langkah apa yang akan diambil pada tahun
berikutnya. Pada perbandingan diatas, dapat kita lihat bahwa Laba Operasi PT
Unilever mengalami penurunan sebesar 18% dengan rasio perbandingan 0,82.
Dengan kata lain, walaupun stategi penjualan yang dipilih sudah bagus pada
periode tahun berjalannya, namun masih perlu dilakukan analiasi dna penyusunan
strategi lagi dalam mencapai tingkatan lba yang diharapkan perusahaan. Dilihat
pada tabel perbandingan diatas, hal ini disebabkan oleh menurunnya penghasilan
lain-lain yang diperoleh oleh PT Unilever pada tahun 2019. Bahkan penurunnya
sebesar 100% dengan rasion perbandinga 0.0. Oleh sebab itu perlu disiasati
penghasilan lain-lain ini apakah hal ini terjadi karena adanya penjualan aset tetap
yang dijual, atau ada penghasilan lain selain penjualan produk jadi. Dari sini,
akan dapat terlihat apa yang menyebabakn penghasilan lain-lain PT Unilever ini
menurun.

e. Laba Bersih

Ditinjau dari Laba Bersih Sebelum Pajak (Net Income Before Tax) PT
Unilever justru mengalami penurunan sebesar 18% dari tahun 2018. Hal ini isa
saja disebabkan karena menurunnya penghasilan keungan yang diperoleh PT
Unilever pada tahun 2019, kemudian juga dikarenkan meningkatnya biaya
keuangan yang tidak sebanding dengan penghasilan keuangannya. Dimana, dapat
kita maknai bahwa, langkah PT Unilever dalam mengalokasikan biaya keuangan
ini yang justru lebih meningkat dari periode sebelumnya.

Sehingga berdasarkan sajian pada Tabel Perbandingan diatas, dapat kita


maknai dan asumsikan bahwa tingginya penjualan pada suatu perushaan yang
juga dibarengi dengan tingginya pembiayaan seperti harga pokok penjualan,
pembebanan biaya administrasi dan biaya penjualan, maka akan berdampak pada
menurunnya laba perusahaan.

b) Perbandingan Laporan LPK PT Unilever periode 2018-2019

TABEL KOMPARATIF YEAR to YEAR ANALYSIS


LAPORAN POSISI KEUANGAN
TAHUN 2018 DAN 2019

Waktu (Tahun)
Keterangan Beda
2018 2019
ASET      
ASET LANCAR      
Rp Rp Rp
  Kas dan setara kas 351.667 628.649 276.982
  Piutang      
Rp Rp Rp
    Pihak ketiga 4.485.405 4.896.714 411.309
Rp Rp
    Pihak berelasi 498.066 438.775 -Rp 59.291
  Uang muka dan piutang lain      
Rp Rp
    Pihak ketiga 92.172 78.378 -Rp 13.794
Rp Rp Rp
    Pihak berelasi 27.763 33.884 6.121
Rp Rp
  Persediaan 2.658.073 2.429.234 -Rp 228.839
Rp
  Pajak dibayar dimuka 47.063 Rp - -Rp 47.063
Rp Rp
  Beban dibayar dimuka 97.701 24.700 -Rp 73.001
  Aset TUD - Rp -  
Rp Rp Rp
  Jumlah Aset Lancar 8.257.910 8.530.334 272.424
           
ASET NON LANCAR      
Rp Rp Rp
  Aset tetap 10.627.387 10.715.376 87.989
Rp Rp
  Goodwill 61.925 61.925 Rp -
Rp Rp
  Aset tak berwujud 434.205 402.718 -Rp 31.487
Rp Rp
  Aset hak guna 896.214 894.801 -Rp 1.413
Rp Rp
  Aset tidak lancar lainnya 49.228 44.217 -Rp 5.011
Rp Rp Rp
  Jumlah Aset Non Lancar 12.068.959 12.119.037 50.078
           
Rp Rp Rp
TOTAL ASET 20.326.869 20.649.371 322.502
         
KEWAJIBAN + EKUITAS      
KEWAJIBAN      
Kewajiban Jangka Pendek      
Rp Rp Rp
  Pinjaman bank 460.000 2.920.000 2.460.000
  Utang usaha      
Rp Rp Rp
    Pihak ketiga 4.288.383 4.322.771 34.388
Rp Rp
    Pihak berelasi 284.217 194.183 -Rp 90.034
  Utang pajak      
Rp Rp
    PPh badan 948.467 256.609 -Rp 691.858
Rp Rp Rp
    Pajak lain-lain 62.999 342.553 279.554
Rp Rp Rp
  Akrual 2.681.273 2.751.404 70.131
  Utang lain-lain      
Rp Rp
    Pihak ketiga 1.338.860 1.293.017 -Rp 45.843
Rp Rp Rp
    Pihak berelasi 772.680 784.606 11.926
Kewajiban imbalan kerja jangka panjang-bagian Rp Rp
  lancer 297.907 73.986 -Rp 223.921
Rp Rp
  Liabilitas sewa-bagian jangka pendek 139.036 126.179 -Rp 12.857
Rp Rp Rp
  Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 11.273.822 13.065.308 1.791.486
           
Kewajiban Jangka Panjang      
Rp Rp
  Liabilitas pajak tangguhan 359.930 335.570 -Rp 24.360
Kewajiban imbalan kerja jangka panjang-bgn tdk Rp Rp Rp
  lancer 412.004 1.047.816 635.812
Rp Rp Rp
  Liabilitas sewa-bagian jangka panjang 897.446 918.815 21.369
Rp Rp Rp
  Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 1.669.380 2.302.201 632.821
           
Rp Rp Rp
  Total Kewajiban 12.943.202 15.367.509 2.424.307
EKUITAS      
Rp Rp
  Modal saham 76.300 76.300 Rp -
Rp Rp
  Tambahan modal disetor 96.000 96.000 Rp -
Rp Rp
  Saldo laba dicadangkan 15.260 15.260 Rp -
Rp Rp
  Saldo laba yang belum dicadangkan 7.196.107 5.094.302 -Rp 2.101.805
Rp Rp
  Total Ekuitas 7.383.667 5.281.862 -Rp 2.101.805
          Rp -
Rp Rp Rp
TOTAL KEWAJIBAN + EKUITAS 20.326.869 20.649.371 322.502

Dengan melihat Tabel Perbandaningan LPK diatas dapat dilihat bahwasanya


kondisi Kas PT Unilever pada tahun 2019 mengalami kenaikan sebasar Rp.
276.982, dimana hal ini tentu menjadi lebih sehat dari periode sebelumnya. Hal
ini dapat disebabkan karena adanya penekanan pada biaya-biaya tertentu yang
langsung terhubung dengan Kas. Kemudian dilihat dari Total Asset lancar, hal ini
juga mengalami kenaikan dari sebelumnya dimana hal tersebut disebabkan oleh
meningkatnya piutang, tidak adanya pembayaran pajak dimuka, dan kecilnya
beban dibayar dimuka. Sehingga disini dapat dimaknai bahwa, piutang
mengalami kenaikan karena adanya peningkatan penjualan kredit yang menjadi
salah satu strategi pada tahun 2019 oleh Manager PT Unilever. Begitu juga
dengan persediaan yang menurun pada aset lancar, hal ini dapat diasumsikan
karena meningkatkan penjualan, tentu produksi juga meningkat, sehingga
persediaan yang dioalah juga semakin tinggi dari periode sebelumnya, akibatnya
nilai persediaan menurun di tahun 2019.

Namun jika diperhatikan lagi, dengan kondisi Kas yang meningkat pada
tahun 2019, Manager PT Unilever bisa menyusun strategi dan keputusan dimasa
mendatang dengan memaksimalkan kondisi aset yang berlebih dengan
mendepositokan ke Bank, yang tentu akan menghasilan penghasilan keuangan,
dengan kata lain melalui kegiatan ini, perusahaan telah mampu menyusun strategi
dan mengambil tindakan yang lebih baik dalam memaksimalkan posisi aset yang
berlebih dibandingkan hanya diam di perusahaan. Sehingga, perusahaan masih
dapat memiliki penghasilan dengan pemanfaatan aset.

Kemudian, dilihat dari perbandingan aset non lancar ada beberapa yang
mengalami kenaikan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa PT Unilever
meningkatkan penjualan sehingga berpengaruh pada proses produksi dengan
adanya tambahan aset non lancar untuk memenuhi aktivitas produksi dan
mencapai target peningkatan penjualan.

Disisi lain dilihat dari perbandingan kewajiban + ekuitas di tahun 2019,


tampak strategi Manager melakukan peminjaman ke Bank yang lebih besar, hal
ini dapat dimaknai bahwa PT Unilever berupaya untuk meningkatkan kegiatan
operasi melalui langkah pendanaan dari pihak luar.
2. Index-Number Trend Analysis

Laporan keuangan dari tahun ke tahun dapat dianalisis dengan mempelajari


arah trend yang bagaimana. Trend dalam presentase dihitung dengan memilih
tahun pertama sebagai dasar perbandingan.

a. Perbandingan Laporan L/R Komprehensif periode 2018-2019

TABEL KOMPARATIF INDEX NUMBER TREND ANALYSIS


LAPORAN L/R KOMPREHENSIF
TAHUN 2018 DAN 2019
 
Jumlah Trend
Presentasi
Keterangan
2018 2019 Periode Dasar
2018
Penjualan
102,7
bersih   Rp. 41.802.073 Rp. 42.922.563
Dikurangi (-)        
  HPP Rp. 20.697.246 Rp. 20.893.870 101,0
Biaya pemasaran dan
104,8
  penjualan Rp. 7.678.122 Rp. 8.049.388
  Biaya adm umum Rp. 3.925.110 Rp. 3.861.481 98,4
  Biaya keuangan Rp. 191.900 Rp. 230.230 120,0
Total HPP dan Biaya Rp. 32.492.378 Rp. 33.034.969 101,7
         
Pendapatan Usaha Rp. 9.309.695 Rp. 9.887.594 106,2
Ditambah (+)      
  Penghasilan lain-lain Rp. 2.822.616 Rp. 3.082 0,1
  Penghasilan keuangan Rp. 15.776 Rp. 11.096 70,3
Pendapatan Sebelum Pajak Rp. 12.148.087 Rp 9.901.772 81,5
  Beban PPh Rp. 3.066.900 Rp. 2.508.935 81,8
Pendapatan Neto Sebelum Pos Insidental Rp. 9.081.187 Rp. 7.392.837 81,4
Berdasarkan data Perbandingan L/R diatas, dapat dilihat pada trend
presentasi 102,7% yang dpat dimaknai bahwa strategi Manager di tahun 2019
sudah tepat dalam meningkatkan penjualan walaupun salah satu caranya dengan
memberikan opsi penjualan kredit. Kemudian pada beberapa baiaya lainnya, ada
yang mengalami kenaikan dan ada yang mengalami penurunan. Pembiayan yang
menurun ini justru bagus dalam hal dan upaya penekanan biaya, dan sudah tentu
upaya ini akan meningkatkan laba perusahaan.

Namun pada beberapa biaya, justru tidak sinkron dengan upaya peningkatan
laba. Sehigga disini tidak terlihat upaya penekanan biaya. Kemudian dilihat dari
penghasilan lain-lain, pada tahun 2019 justru menurun hal ini ini dapat
diasumsikan karena berkurangnya penjualan selain produk jadi dan hal ini juga
bisa diasumsikan karena pada periode 2019 tidak banyak aset-aset yang bisa
dijual akibat tidak lagi memberikan manfaat ekonomi. Sehingga langkah
penjualan yang diambil PT Unilever sebagai salah satu upaya pemanfaatan agar
tetap mampu memberikan manfaat ekonomi walaupun tidak sebesar penjualan
lain.

Kemudian dilihat dari besaran pajak yang dibayarkan pada periode 2019
memiliki trend presentasi yang lebih rendah dari tahun sbeelumny yakni sebesar
81,8%. Sehingga dapat diasumsikan bahwa trend pashion pajak cukup rendah,
namun karena naiknya trend pashion HPP, biaya penjualan dan biaya keuangan,
justru hal ini menekan kenaiakan laba. Sehingga kalaupun penjulan tinggi namun
diikuti juga dengan peningkatan beberapa pembaiayaan walaupun dengan trend
pashion pajak yang rendah dari sebelumnya, tidak tertutup kemungkinan akan
menekan laba. Sehingga trend laba yang telah dirancang pada awal tahun 2019
tidak sesuai dengan laporan L/R pada akhir tahun 2019.

Dengan kata lain, trend presentasi diatas 100 dimaknai lebih baik apabila
terjadi pada transaksi ataupun akun-akun Pendapatan. Dan berbanding terbalik
dengan trend presentasi dibawah 100 yang dapat dimaknai lebih baik dalam hal
pembiayaan, karena dapat menekan pengeluaran untuk biaya-biaya operasi
maupun penjualan, sehingga akan berpengaruh baik dalam trend presentasi
kenaikan laba.
b. Perbandingan Laporan LPK periode 2018-2019

TABEL KOMPARATIF INDEX NUMBER TREND ANALYSIS


LAPORAN POSISI KEUANGAN
TAHUN 2018 DAN 2019

Waktu (Tahun) Trend


Persentase
Keterangan
2018 2019 Periode Dasar
2018
ASET      
ASET LANCAR      
  Kas dan setara kas Rp 351.667 Rp 628.649 178,8
  Piutang      
    Pihak ketiga Rp 4.485.405 Rp 4.896.714 109,2
    Pihak berelasi Rp 498.066 Rp 438.775 88,1
  Uang muka dan piutang lain      
    Pihak ketiga Rp 92.172 Rp 78.378 85,0
    Pihak berelasi Rp 27.763 Rp 33.884 122,0
  Persediaan Rp 2.658.073 Rp 2.429.234 91,4
  Pajak dibayar dimuka Rp 47.063 Rp - 0,0
  Beban dibayar dimuka Rp 97.701 Rp 24.700 25,3
  Aset TUD - Rp -  
  Jumlah Aset Lancar Rp 8.257.910 Rp 8.530.334 103,3
           
ASET NON LANCAR      
  Aset tetap Rp 10.627.387 Rp 10.715.376 100,8
  Goodwill Rp 61.925 Rp 61.925 100,0
  Aset tak berwujud Rp 434.205 Rp 402.718 92,7
  Aset hak guna Rp 896.214 Rp 894.801  
  Aset tidak lancar lainnya Rp 49.228 Rp 44.217 89,8
  Jumlah Aset Non Lancar Rp 12.068.959 Rp 12.119.037 100,4
         
TOTAL ASET Rp 20.326.869 Rp 20.649.371 101,6
         
KEWAJIBAN + EKUITAS      
KEWAJIBAN      
Kewajiban Jangka Pendek      
  Pinjaman bank Rp 460.000 Rp 2.920.000 634,8
  Utang usaha      
    Pihak ketiga Rp 4.288.383 Rp 4.322.771 100,8
    Pihak berelasi Rp 284.217 Rp 194.183 68,3
  Utang pajak      
    PPh badan Rp 948.467 Rp 256.609 27,1
    Pajak lain-lain Rp 62.999 Rp 342.553 543,7
  Akrual Rp 2.681.273 Rp 2.751.404 102,6
  Utang lain-lain      
    Pihak ketiga Rp 1.338.860 Rp 1.293.017 96,6
    Pihak berelasi Rp 772.680 Rp 784.606 101,5
Kewajiban imbalan kerja jangka panjang-
  bagian lancer Rp 297.907 Rp 73.986 24,8
  Liabilitas sewa-bagian jangka pendek Rp 139.036 Rp 126.179 90,8
  Jumlah Kewajiban Jangka Pendek Rp 11.273.822 Rp 13.065.308 115,9
           
Kewajiban Jangka Panjang      
  Liabilitas pajak tangguhan Rp 359.930 Rp 335.570 93,2
Kewajiban imbalan kerja jangka panjang-
  bgn tdk lancer Rp 412.004 Rp 1.047.816 254,3
  Liabilitas sewa-bagian jangka panjang Rp 897.446 Rp 918.815  
  Jumlah Kewajiban Jangka Panjang Rp 1.669.380 Rp 2.302.201 137,9
           
  Total Kewajiban Rp 12.943.202 Rp 15.367.509 118,7
EKUITAS      
  Modal saham Rp 76.300 Rp 76.300 100,0
  Tambahan modal disetor Rp 96.000 Rp 96.000 100,0
  Saldo laba dicadangkan Rp 15.260 Rp 15.260 100,0
  Saldo laba yang belum dicadangkan Rp 7.196.107 Rp 5.094.302 70,8
  Total Ekuitas Rp 7.383.667 Rp 5.281.862 71,5
       
TOTAL KEWAJIBAN + EKUITAS Rp 20.326.869 Rp 20.649.371 101,6
Berdasarkan tabel perbandingan diatas dapat dilihat berbagai trend presentasi
dari kondisi aset dan juga kondisi kewajiban + ekuitas pada periode 2019. Dapat kita
maknai bahwa pada aset cukup imbang trend presentasi kenaikan beberapa akun
dalam kelompok aset. Sehingga pada periode 2019, trend presentasi aset cukup
menarik untuk menjadi poin analisis dan poin yang diperhatikan oleh para pemangku
kepentingan ataupun pembaca laporan keuangan.

Kemudian dari perbandingan diatas, dapat dimaknai bahwa pada trend


presentasi kas yang meningkat cukup tinggi bahkan hampir mencapai 200%,
sehingga kedepan PT Unilever dapat mengambil strategi untuk mendepositokan
setengah Kas sebagai aset yang tidak bergerak, sehingga mampu memberikan
manfaat ekonomi tambahan. Begitu juga dengan tren presentasi akun-akun aset
lainnya. Baik yang dengan trend presentasi naik atau turun, seperti Akun Persediaan
yang bisa diasumsikan karena metode pencatatan yang berbeda ataupun karena
peningkatan penjualan yang sudah tentu meningkatkan produksi dengan
menggunakan persediaan sebagai bahan yang diolah.

Disisi lain yang lebih menarik dilihat selanjutnya adalah pada akun kewajiban
seperti kenaikan trend presentasi utang yang sampai 634,8. Hal in dapat diasumsikan
bahwasanya PT Unilever berupaya meningkatkan pendanaan dengan melakukan
pinjaman Bank, yang sudah tentu nanti akan berimbas pada kenaikan utang pajak,
utang bunga dan juga kewajiban imbalan kerja. Sehingga kenaikan trend presentasi
utang ini dapat dimaknai sebagai upaya pemenuhan kelancaran jalannya kegiatan di
PT Unilever

c. Common Size

Teknik ini merupakan cara penyederhanaan angka-angka yang ada pada


laporann keuangan. Dalam analisis ini, menggunakan angka dasar sebagai dasar
pertimbangan konversi. Biasanya dalam LPK angka dasar ini berasal dari total Aset,
pada Laporan L/R di dasarkan pada penjualan dan pada Arus kAs di dasarkan pada
Kas akhir periode. Kemudian akan dikalikan dengan 100%, sehingga setiap
komponen pada LPK akan dikaitkan dengan aset, Laporan L/R dikaitkan dengan
Penjualan dan Arus Kas dikaitkan dengan Kas Akhir periode.
a) Perbandingan Laporan L/R Komprehensif periode 2018-2019

PT UNILEVER
TABEL KOMPARATIF COMMON SIZE
LAPORAN LABA RUGI
TAHUN 2018 DAN 2019

KETERANGAN 2018 2019

Penjualan Bersih 100,00 100,00


Harga Pokok Penjualan 49,51 48,68
Laba Bruto/Kotor 50,49 51,32
Beban pemasaran dan penjualan 18,37 18,75
Beban adm umum 9,39 9,00
Penghasilan lain-lain 9,39 0,01
Laba Operasi/Usaha 32,12 23,58
Penghasilan Keuangan 0,04 0,03
Biaya Keuangan 0,46 0,54
Laba Bersih Sebelum Pajak 31,70 23,07
Beban PPh 7,34 5,85
Laba Bersih Setalah Pajak 24,36 17,22

Berdasakan tabel perbandingan diatas, dapat dilihat bahwa kemampuan PT


Unilever pada tahun 2019 cukup baik dalam menekan HPP. Namun hal tersebut
tidak diikuti dengan penekanan beban penjualan dan kenaikan penghasilan lain-
lain yang justru juga meningkatkan laba nantinya. Sehingga setiap elemen dalam
Laporan L/R ini perlu disusun strategi lebih matang lagi dari Manager PT
Unilever untuk tahun 2020, seperti upaya peningkatan penjualan, penekanan
biaya, upaya perolehan penghasilan lain-lain, sehingga akan memberikan prospek
laba yang tinggi di tahun 2020.
b) Perbandingan Laporan Posisi Keuangan periode 2018-2019

PT UNILEVER
TABEL KOMPARATIF COMMON SIZE
LAPORAN POSISI KEUANGAN
PERIODE 2018-2019
 
Waktu (Tahun)
Keterangan
2018 2019
ASET    
ASET LANCAR    
  Kas dan setara kas 1,7 3,0
  Piutang    
    Pihak ketiga 22,1 23,7
    Pihak berelasi 2,5 2,1
  Uang muka dan piutang lain    
    Pihak ketiga 0,5 0,4
    Pihak berelasi 0,1 0,2
  Persediaan 13,1 11,8
  Pajak dibayar dimuka 0,2 0,0
  Beban dibayar dimuka 0,5 0,1
  Jumlah Aset Lancar 40,6 41,3
         
ASET NON LANCAR    
  Aset tetap 52,3 51,9
  Goodwill 0,3 0,3
  Aset tak berwujud 2,1 2,0
  Aset hak guna 4,4 4,3
  Aset tidak lancar lainnya 0,2 0,2
  Jumlah Aset Non Lancar 59,4 58,7
         
TOTAL ASET 100,0 100,0
       
KEWAJIBAN + EKUITAS    
KEWAJIBAN    
Kewajiban Jangka Pendek    
  Pinjaman bank 2,3 14,1
  Utang usaha    
    Pihak ketiga 21,1 20,9
    Pihak berelasi 1,4 0,9
  Utang pajak    
    PPh badan 4,7 1,2
    Pajak lain-lain 0,3 1,7
  Akrual 13,2 13,3
  Utang lain-lain    
    Pihak ketiga 6,6 6,3
    Pihak berelasi 3,8 3,8
Kewajiban imbalan kerja jangka panjang-bagian
1,5 0,4
  lancer
  Liabilitas sewa-bagian jangka pendek 0,7 0,6
  Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 55,5 63,3
         
Kewajiban Jangka Panjang    
  Liabilitas pajak tangguhan 1,8 1,6
Kewajiban imbalan kerja jangka panjang-bgn tdk
2,0 5,1
  lancer
  Liabilitas sewa-bagian jangka panjang 4,4 4,4
  Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 8,2 11,1
       
  Total Kewajiban 63,7 74,4
         
EKUITAS    
  Modal saham 0,4 0,4
  Tambahan modal disetor 0,5 0,5
  Saldo laba dicadangkan 0,1 0,1
  Saldo laba yang belum dicadangkan 35,4 24,7
  Total Ekuitas 36,3 25,6

TOTAL KEWAJIBAN + EKUITAS 100,0 100,0


Berdasarkan tabel perbandingan LPK diatas, dapat dilihat perbandingan
common size yang meningkat di tahun 2019. Kemempuan manajemen aset yang
sudah cukup baik, bisa dipertahankan di periode 2020. Namun ada perlu penekanan
pada beberapa akun seperti pada kewajiban yang tampak lebih tinggi peminjaman
bank disini dapat dimaknai bahwa PT Unilever akan memiliki keajiban bulanan yang
cukup tinggi nantinya, karena selain membayar pokok pinjaman, juga membayarkan
bunga. Oleh sebab itu, strategi di tahun 2020 oleh Manager dapat disiasati agar tidak
terlalu besar dalam tindakan peminjaman Bank, atau justru lebih memilih melakukan
penerbitan saham atau obligasi.

Kemudian pada ekuitasnya dapat dilihat salso laba yang belum dicadangkan
tahun 2019 itu lebih kecil atau menurun dari periode sebelumnya. Dapat dimaknai
bahwa PT Unilever berjaga-jaga akan keaadaan tahun berikutnya. Sehingga laba
dapat digunakan sebagai alternatif nantinya. Disini menjadi titik perhatian juga bagi
perusahaan apakah memilih meningkatkan pencadangan laba ditahan atau justru
tidak, disebabkan adanya kewajuban dividen dan juga keadaan-keadaan tertentu
yang akan terjadi kedepan.

c) Perbandingan Arus Kas periode 2018-2019

PT UNILEVER
TABEL KOMPARATIF COMMON SIZE
ARUS KAS
PERIODE 2018-2019
 
Keterangan 2018 2019
Arus Kas dari Aktivitas Operasi    
Penerimaan dari pelanggan 12933,7 7421,9
Pembayaran kepada pemasok -8628,9 -4762,7
Pembayaran remunisi direksi dan karyawan -459,0 -272,4
Pembayaran imbalan kerja jangka panjang non-pensiun -12,0 -8,3
Pemberian pinjaman karyawan bersih 2,0 -0,1
Pembayaran untuk beban jasa dan royalti -797,4 -467,6
Kas yang dihasilkan dari operasi 3038,4 1910,8
Penerimaan dari hasil keuangan 2,5 1,2
Pembayaran biaya keuangan -54,6 -36,6
Pembayaran PPh badan -665,6 -496,4
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 2320,7 1379,0
     
Arus Kas dari Aktivitas Investasi    
Hasil penjualan aset tetap 3,5 2478,0
Perolehan aset tetap -283,9 -230,5
Perolehan aset tak berwujud -18,8  
Hasil penjualan aset yang TUD 55,6  
Hasil penjualan hak distribusi produk Spreads-Merek dagang lokal 796,0  
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi 552,4 2247,5
     
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan    
Pinjaman bank, bersih -850,2 391,3
Pembayaran dividen kepada pemegang saham -1969,5 -1459,7
Pembayaran liabilitas sewa -70,1 -35,1
Arus Kas Bersih yang digunakan untuk Aktivitas Pendanaan -2889,9 -1103,5
     
Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas dan Setara Kas -16,8 45,4
     
Dampak Perubahan Kurs terhadap Kas dan Setara Kas 1,7 -1,4
     
Kas dan Setara Kas pada awal tahun 115,1 55,9
     
Kas dan Setara Kas pada akhir tahun 100,0 100,0
Berdasarkan perbandingan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kemampuan strategi
dan manajemen dalam hal pengelolaan arus kas yang cukup mumpuni di tahun 2019,
karena pencapaian kas yang tinggi pada periode 2019. Kemudian dilihat dari ketiga
unsur utama dari arus kas, baik aktivitas operasi, investasi dan pendanaan menarik
untuk dilakukan analisis. Hal tersebut dikarenakan dalam kegaiatan operasi, strategi
Manager PT Unilever di tahun 2019 dapat ditekan dari periode sebelumnya,
sehingga hal ini juga memberikan dampak yang positif terhadap laba nantinya.
Kemudian dari sisi aktivitas investasi, di tahun 2019 kemampuan PT Unilever juga
sangat bagus, karena ditunjang dengan adanya penjualan aset TUD yang dapat
diasumsikan bahwasanya aset tersebut tidak lagi memberikan manfaat ekonomi yang
tinggi dalam membantu produksi, sehingga dipilih langkah penjualan dengan
pertimbangan biaya penyusutan, sehingga dengan melakukan penjualan, dari aset
tersebut masih memberikan manfaat dan nilai ekonomi.
Namun dalam hal aktivitas pendanaan, justru di tahun 2019 mengalami
peningkatan dari 2018. Sehingga dampaknya nanti bisa pada kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban serta bunga yang harus dipenuhi. Mungkin
langkah yang lebih efektif menurut saya adalah, dengan mengurangi peminjaman
tetapi mensiasati pendanaan ini dengan langkah penerbitan saham atau obligasi,
sehingga biaya bunga Bank dapat ditekan dengan persentase pemberian dividen atau
bunga obligasinya.

B. ANALISI KREDIT

1. Analisis Likuiditas

a. Analisis Likuiditas Modal Kerja

PT UNILEVER
Ukuran Likuiditas Modal Kerja
Periode 2018-2019

Komponen 2018 2019


Aset Lancar Rp 8.257.910 Rp 8.530.334
Kewajiban Lancar Rp 11.273.833 Rp 13.065.308
Modal Kerja -Rp 3.015.923 -Rp 4.534.974
Berdasarkan perbandingan data likuiditas modal kerja diatas, dapat
dimaknai bahwa kemampuan PT Unilever dalam memenuhi kewajiban
minim. Dikarenakan perbandingan dari elemen aset dan kewajiban kecil dari
2:1. Dengan hal ini dapat menyebabkan peningkatan risiko likuiditas. Untuk
itu, sebagai kreditur tentu hal ini akan mnejadi pertimbangan ketika akan
menjadi kreditur di PT Unilever. Sementara bagi Manager hal in akan
ditelaah terkait bagian mana yang berpengaruh terhadap keadaan likuid ini.
Sebagai salah satu upaya, bisa dengan memperhatikan saldo piutang yang ada
pada Customer untuk dimaksimalkan dalam penagihannya, sehingga hal ini
dapat membantu keadaan.

b. Analisis Likuiditas dengan Rasio Lancar

PT UNILEVER
Ukuran Likuiditas dengan Rasio Lancar
Periode 2018-2019
Komponen 2018 2019
Aset Lancar Rp 8.257.910 Rp 8.530.334
Kewajiban Lancar Rp 11.273.833 Rp 13.065.308
Rasio Lancar 0,7325 0,6529
Tidak jauh dari analisis modal kerja, dalam analisis likuiditas dengan
rasio lancar juga dapat dikaji. Berdasarkan tabel rasio diatas, dapat dilihat
bahwa, hal ini dapat menyebabkan PT Unilever mengalami keadaan Likuid,
karena perbandingannya dibawah 2:1. Kemudian dilihat dari perbedaan ini
dapat kita telusuri pada akun piutang, apakah cukup banyak piutang yang
dapat ditagih untuk mengatasi likuiditas, atau justru sebaliknya. Disisi lain,
PT Unilever bisa melihat ketersediaan efek yang dapat diperjualbelikan
dengan cepat berubah menjadi kas. Kemudian dalam rasio lancar ini perlu
diperhatikan adalah akun persediaan, karena persediaan ini cukup lama
apabila dijadikan kas. Sehingga perlu pertimbangan bagi Manager PT
Unilever untuk memakai rasio lancar ini. Jika perlu PT Unilever bisa
menggunakan analisis Quick Ratio dengan mengurangkan Aset lancar
dengan kas kemudian membagi dengan kewajiban lancar. Tentu hal ini
dikembalikan ke Managemen PT Unilever. Kemudian bagi kreditur, hal ini
juga menjadi perhatian seberapa mampu PT Unilever untuk memenuhi
kewajibannya, dan ini berkaitan dengan langkah kreditur kedepan, apakah
akan tetap memberikan kredit ke PT Unilever atau tidak. Kemudian bagi
pemasok analisis ini juga dapat dimaknai sebagai penilaian apakah PT
Unilever masih mampu menerima bahan dari pemasok dan menyiapkannya
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan atau justru PT Unilever tidak mampu
lagi dalam memberikan DP/ uang muka bagi pemaok sebagai tanda pasti
transaski dan hubungan berlanjut.

c. Analisis Likuiditas dengan Rasio berbasis Kas

PT UNILEVER
Ukuran Likuiditas dengan Rasio Berbasis Kas
Periode 2018-2019

Komponen 2018 2019


Kas Rp 351.667 Rp 628.649
Setara Kas Rp - Rp -
Efek Rp - Rp -
Aktiva Lancar Rp 8.257.910 Rp 8.530.334
Rasio 0,0426 0,0737
Berdasarkan tabel analisis diatas, dapat dimaknai bahwa semakin
tinggi rasio yang ada, maka semakin tinggi likuid aktiva lancar. Dengan kata
lain, PT Unilever dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya terhadap
kreditur jangka pendek. Dan tentu hal ini juga menjadi informasi yang
sangat bermakna bagi pemasok dan pelanggan. Karena sudah tentu, pemasok
akan tetap dapat memasok bahan ke PT Unilever dan tentu meraka masih
memeliki pemasukan dari kegiatan tersebut, dan begitu juga dengan
pelanggan. Sehingga penilian rasio likuid perusahaan akan memiliki
berbagai makna bagi pemangku kepentingan secara khusus maupun
masyarakat secara umum.

Namun dalam hal ini, dapat dilihat bahwa kemampaun rasio yang
diperoleh PT Unilever bisa disebut kecil. Karena sudah tentu yang namanya
PT akan memiliki kewajiban yang cukup banyak untuk dipenuhi. Sehingga
dapat saya asumsikan, untuk meningkatkan posisi rasio ini, PT Unilever bisa
melakukan tindakan dengan menigkatkan pembelian efek kedepannya.
Dimana ketika memeiliki efek, tentu akan mendapatkan keuantungan apabila
dapat mengendalikannya sesuai kondisi pasar saham. Kemudian langkah lain
dengan meningkatkan penjualan dan juga memperhatikan bagaimana
perputaran piutang, dan kemampuan pelunasannya.

Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka rasio berbasis kas


ini dapat meningkat di perode mendatang.

d. Analisis Rasio Cepat

PT UNILEVER
Rasio Cepat
Periode 2018-2019

  2018 2019
Kas Rp 351.667 Rp 628.649
Setara Kas Rp - Rp -
Efek Rp - Rp -
Piutang Usaha Rp 4.983.471 Rp 5.335.489
Kewajiban Lancar Rp 11.273.833 Rp 13.065.308
Rasio 0,4732 0,4565
Berdasarkan analisi rasio diatas, hal ini justru lebih baik tanpa
memasukan persediaan sebagai elemen dalam aset lancar. Karena persediaan
kurang likui untuk menjadi kas dalam waktu dan proses yang cepat.

Dari rasio diatas dapat dimaknai bahwa, kondisi PT Unilever dalam


memenuhi kewajibannya, memiliki potensi untuk mengalami likuiditas, oleh
sebab itu untuk menanggulangi hal tersebut, dapat dilakukan dengan langkah
penagihan piutang yang ada. Namun untuk melihat kemampuan pelunasan
piutang perlu dilakukan analisis tersendiri yakni dengan analisis perputaran
piutang, sehingga disana akan tampak apakah perputaran piutang tinggi atau
rendah dan kita juga dapat melihat kemampuan pelunasan piutang
berdasarkan tinggi rendahnya perputaran piutang.

e. Analisis Ukuran Arus Kas

PT UNILEVER
Ukuran Arus Kas
Periode 2018-2019

  2018 2019
Arus Kas Operasi Rp 8.161.127 Rp 8.669.069
Kewajiban Lancar Rp 11.273.833 Rp 13.065.308
Rasio 0,7239 0,6635
Berdasarakan rasio perbandingan antara 2 tahun periode, dapat dilihat
bahwasnaya kemampuan pencapaian mengahsilkan rasio justru menurun
pada tahun 2019. Hal ini disebabkan karena tidak imbangnya kenaikan arus
kas operasi dengan kewajiban lancar. Apabila kenaikan Arus kas operasi
tidak diikuti dengan kenaikan kewaajiban lancar, hal ini justru akan
meningkatkan rasio arus kas. Kemudian terkait faktor dan elemen-elemen
dalam arus kas operasi, dapat diupayakan dalam peningkatannya, seperti
penerimaan dari pelanggan dan penerimaan atas penghasilan keuangan.
2. Analisis Solfabilitas

a. Rasio Hutang

PT UNILEVER
Total Hutang terhadap total Hutang
Periode 2018-2019

  2018 2019
Total Hutang Rp 12.943.202 Rp 15.367.509
Total Aktiva Rp 20.326.869 Rp 20.649.371
Rasio 0,6368 0,7442
Berdasarkan perbandingan rasio diatas, dapat dilihat bahwasanya ada
kenaikan dari kewajiban yang akan dibayarkan diikuti kenaikan aktiva yang ada
sebagai elemen dalam pemenuhan untuk memenuhi kewajiban. Kemudian dari
kenaikan elemen hutang, justru hal ini berefek pada kemampuan untuk
memenuhi kewajiban tersebut. Walaupun hal tersebut juga diikuti kenaikan
aktiva.

Sehingga dapat dimaknai, ketika rasio ini semakin tinggi akan


dikhawatirkan pada kemampuan PT Unilever dalam memenuhi keawajiban.
Kecuali hal tersebut didukung dengan peningkatan aktiva yang jauh lebih tinggi
dari total hutang.

b. Rasio Hutang terhadap Modal

PT UNILEVER
Total Hutang terhadap total Modal Ekuitas
Periode 2018-2019
  2018 2019
Total Hutang Rp 12.943.202 Rp15.367.509
Ekuitas Pemegang Saham Rp 7.383.667 Rp 5.281.862
Rasio 1,75 2,91
Berdasarkan perbandingan rasio diatas, dapat dilihat kenaikan rasio dari
periode sebelumnya yang bermakna, kemampuan PT Unilever dalam memenuhi
kewajiban jangka panjang dipengaruhi oleh sejumlah modal yang dimiliki.
Kemudian, disini juga dapat diasumsikan bahwa kondisi modal ekuitas yang
dimiliki PT Unilever tidak cukup baik untuk memenuhi kewajiban jangka
panjang. Karena dengan kondisi modal ekuitas yang menurun pada tahun 2019,
tentu hal ini berdampak pada posisi likuid.

c. Rasio Hutang Jk Pj terhadap Modal

PT UNILEVER
Total Hutang Jk Pj terhadap total Modal Ekuitas
Periode 2018-2019

  2018 2019
Hutang Jk Pj Rp 1.669.380 Rp 2.302.201
Ekuitas Pemegang Saham Rp 7.383.667 Rp 5.281.862
Rasio 0,23 0,44
Berdasarkan perbandingan rasio diatas, dapat dimaknai bahwa
kemampuan memenuhi kewajiban jangka panjang. Dimana pada kondisi diatas
rasionya meningkat yang diakibatkan oleh meningkatnya hutang jagka panjang.
Berdasarkan keadaan tersebut, bisa jadi pada tahun 2019 PT Unilever berupaya
mendapatkan pendanaan yang maksimal salah satunya dengan hutang Bank
jangka panjang. Sehingga pada tahun 2019, rasionya meningkat. Namun kondisi
ini perlu dikendalikan agar kemampuan memenuhi kewajiban jangka panjang
dapat terpenuhi.
C. ANALISIS ARUS KAS
1. Rasio Kas Operasi
a) Rasio Kas Operasi terhadap Kewajiban Lancar

PT UNILEVER
Rasio Kas Operasi terhadap Kewajiban Lancar
Periode 2018-2019
 
Arus Kas Operasi
Rasio Arus Kas
Kewajiban Lancar
 
Komponen 2018 2019
Arus Kas Rp Rp
Operasi 8.161.127 8.669.069
Kewajiban Rp Rp
Lancar 11.273.822 13.065.308
RAKKL 0,72 0,66

Berdasarkan perolehan rasio diatas, bahwasanya kondisi Arus Kas


terhadap Kewajiban Lancar PT Unilever diperoleh dari membagi arus kas yang
digunakan dalam kegiatan operasi dibagi dengan kewajiban lancar yang ada pada
PT Unilever di tahun 2018 dan 2019 berada dibawah 1. Artinya, kemampuan
perusahaan dalam hal mengoptimalkan kas sebagai operasi masih perlu
ditingkatkan dengan memperhatikan bagaimana kas dioptimalkan dalam
memenuhi keawajiban jangka pendek (likuiditas).

Dengan perolehan rasio di tahun 2018 senilai 0.72, dan tahun 2019
senilai 0.66, dapat saya simpulkan bahwa terjadi penurunan rasio dimana
kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan kas dalam kegiatan operasi. Hal
tersebut disebabkan oleh kenaikan pembayaran remunisi karyawan dan imbalan
kerja jk panjang non pensiun, pembayaran royalt, dan pembayaran PPh badan
terhadap kewajiban jangka pendek yang harus diselesaikan. Sehingga rasio kas
operasi PT Unilever menurun pada tahun 2019.

Solusi yang dapat saya tawarkan adalah, PT Unilever dapat mengambil


tindakan dengan mempertimbangkan pembebanan biaya remunisi karyawan
apakah dengan gaji bulanan atau gaji berdasarkan jam kerja. Kemudian terkait
PPh badan dapat ditekan dengan pemilihan dasar yang disesuiakan ke PT
Unilever, apakah didasarkan terhadap penjualan atau piutang.

b) Rasio Kas Operasi terhadap Total Utang

PT UNILEVER
Rasio Kas Operasi terhadap Total Utang
Periode 2018-2019
 
Arus Kas Operasi
Rasio Arus Kas
Total Utang
 
Komponen 2018 2019
Arus Kas Rp Rp
Operasi 8.161.127 8.669.069
Rp Rp
Total Utang 15.367.509 12.943.202
RAKTU 0,53 0,67

Berdasarkan tabel perbandingan diatas, di dapat rasio kas operasi


terhadap total utang PT Unilever sebesar 0.53 dan 0.66. Dapat saya simpulkan
bahwasanya walaupun terjadi kondisi rasio arus kas yang tidak baik pada tahun
2018, namun hal tersebut lebih baik di tahun 2019, karena didukung peningkatan
raso sebesar 0.14.

Berdasarkan konsep rasio arus kas perasi terhadap utang, bahwasanya


posisi rasio dibawah 1 tidak baik bagi suatu perusahaan terutama terhadap PT
Unilever yang saya lakukan kajian analisisnya. Sehingga dapat saya simpulkan
bahwa dari rasio total utang, PT Unilever tidak memiliki kemampuan yang baik
dalam memenuhi semua kewajibannya dengan menggunakan arus kas yang
berasal dari aktivitas operasi normal PT Unilever ataupun perusahaan lainnya
nanti.

Berdasarkan laporan Posisi Keuangan PT Unilever, bahwasanya


penyebab yang menurukan rasio adalah meningkatnya total utang PT Unilever
pada tahun 2019 adalah karena adanya pinjaman Bank hal ini bisa terjadi karena
tidak memiliki cukup aset yang likuid untuk memenuhi kewajiban, baik jangka
panjanfg ataupun jangka pendek. Sehingga PT Unilever melakukan peminjaman
sebagai usaha untuk tetap mampu memenuhi kewajiban. Kemudian juga
disebabkan oleh meningkatnya utang usaha dari tahun 2018.

Solusi yang dapat saya berikan kepeda PT Unilever adalah terkait


keputusan melakukan pinjaman bank, mungkin bisa diganti dengan penjualan
obligasi ataupun saham yang diterbitkan. Karena dengan peralihan perolehan
dana ini, PT Unilever tidak perlu memikirkan bagaimana membayar bunga atas
pinjaman bank yang cendrung lebih besar.

c) Rasio Kas Operasi terhadap Laba Bersih

PT UNILEVER
Rasio Kas Operasi terhadap Laba Bersih
Periode 2018-2019
 
Arus Kas Operasi
Rasio Arus Kas
Laba Bersih
 
Komponen 2018 2019
Arus Kas Operasi Rp 8.161.127 Rp 8.669.069
Laba Bersih Rp 9.081.187 Rp 7.392.837
Rasio 0,90 1,17

Berdasarkan tabel perbandingan diatas, dapat kita lihat bahwa rasio kas
operasi PT Unilever terhadap laba bersih mengalami kenaikan yang baik dan
justru lebih baik untuk pertumbuhan dan kondisi PT Unilever kedepan. Karena
dengan peningkatan rasio ini, akan membantu PT Unilever memanfaat laba ini
sebagai elemen dalam memenuhi kewajiban, kemudian dapat dijadikan sebagai
cadangan laba untuk menjaga dan mengamankan kondisi di tahun mendatang,
serta meningkatkan modal dengan membeli tambahan aset untuk proses produksi
yang sudah tentu akan memberikan pengaruh kepada kinerja PT Unilever dalam
menghasilkan produk dan secara tidak langsung akan berpengaruh pada
persentase penjualan dan aba tahun berikutnya.

Dari tabel diatas, terlihat kenaikan rasio walaupun tidak dibarengi dengan
kenaikan laba bersih. Dengan kata lain, kenaikan arus kas operasi dalam suatu
perusahaan akan memberikan pengaruh rasio positif walaupun tidak diikuti
dengan kenaikan laba bersih yang signifikan.

d) Rasio Arus Kas Bebas

PT UNILEVER
Arus Kas Bebas
Periode 2018-2019

Rasio Arus Kas Bebas


Arus Kas Operasi-Belanja
=
Modal (Perolehan Aset) Tetap
 
Komponen 2018 2019
Rp Rp
Arus Kas Operasi 8.161.127 8.669.069
Rp Rp
Perolehan Aset Tetap 998.329 1.448.845
Rp Rp
RAKB 7.162.798 7.220.224

NB : Apabila ARB bernilai negatif, dapat menyebabkan


perusahaan mengalami financial distress.Artinya, dalam
kegiatan operasi perusahaan tidak dapat menghasilkan
laba

Arus Kas Pendanaan Normalnya negatif


Arus Kas Investasi Normalnya positif
Arus Kas Operasi nilai positif, artinya perusahaan mampu
dalam menghasilkan laba yang baik
Berdasarkan tabel arus kas diatas, pada tahunn 2018 dan 2019 kondisi
arus kas bebas PT Unilever sama-sama dalam kondisi yang positif bahkan
meningkat. Maknanya adalah arus kas bebas yang bernilai positif, membantu PT
Unilever dalam memaksimalkan kas yang ada pada kegiatan operasi perusahaan
terhadap kemampuan menghasilkan laba.

Ini dapat menjadi poin yang perlu dipertahankan oleh PT Unilever


dengan strategi yang telah diambil pada tahun 2019, untuk diimplementasikan
pada tahun-tahun berikutnya.

D. ANALISIS KEBANGKRUTAN

Analisis Altman Z Score

X1 = Modal Kerja
Total Asset
X2 = Laba Ditahan
Total Asset
X3 = Laba Sebelum Pajak dan Bunga
Total Asset
X4 = Modal Kerja
Total Kewajiban
X1 = Penjualan
Total Asset
PT UNILEVER
Analisis Kebangkrutan
Tahun 2018-2019

Rasio Keuangan Z Score 2018 2019


Modal Kerja Rp 7.383.667 Rp 5.281.862
X1 Total Asset Rp 20.326.869 Rp 20.649.371
Rasio 0,363 0,256
Laba Ditahan Rp 7.196.107 Rp 5.094.302
X2 Total Asset Rp 20.326.869 Rp 20.649.371
Rasio 0,354 0,247
EBIT Rp 12.148.087 Rp 9.901.772
X3 Total Asset Rp 20.326.869 Rp 20.649.371
Rasio 0,598 0,480
Ekuitas Pemegang Saham Rp 7.383.667 Rp 5.281.862
X4 Total Kewajiban Rp 12.943.202 Rp 15.367.509
Rasio 0,570 0,344
Penjualan Rp 41.802.073 Rp 42.922.563
X5 Total Aktiva Rp 20.326.869 Rp 20.649.371
Rasio 2,056 2,079

PT UNILEVER
Analisis Kebangkrutan
Tahun 2018-2019
Analisis Altman Z Score PT Unilever
Periode 1.2 X1 1.4 X2 3.3 X3 0.6 X4 1.0 X5 Zi Kondisi
2018 0,363 0,354 0,598 0,57 2,056 3,941 Sehat
2019 0,256 0,247 0,48 0,344 2,079 3,406 Sehat

Berdasarkan jenis perusahaan, maka PT Unilever masuk ke jenis perusahaan jasa


dan publik, sehingga elemen Altman Z Score nya adalah 1.2 X1, 1.4 X2, 3.3 X3, 0.6 X4,
dan 1.0 X5.
Setelah dilakukan predikisi atau analisis kebangkrutan, maka saya ambil
kesimpulan bahwa PT Unilever periode 2018 dan 2019 berada pada kondisi sehat (Tidak
Bangkrut).

Sehingga dapat saya berikan kesimpulan bahwa keputusan Manajemen PT


Unilever dua periode tersebut baik dari segi pengalokasian aset yang ada sudah baik,
disamping itu juga didukung oleh kemampuan PT Unilever dalam memenuhi
kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Faktor lain yang dapat saya lihat adalah terkait profitabilitas PT Unilever pada
dua periode tersebut juga terbilang bagus. Karena perolehan laba ditahan yang besar atas
kegiatan penjualan yang mana dapat dilihat dari laporan laba rugi komprehensifnya
mengalami peningkatan yang cukup bagus dari tahun 2018 ke 2019.

Sehingga semua komponen dalam analisis kebangkrutan model Altman Z Score


berada posisi yang baik atas keputusan yang telah diambil Manajemen. Untuk periode
selenjutnya ini bisa menjadi acuan untuk menjaga kondisi kesehatan PT Unilever dari
kebangkrutan dan bisa dilakukan peningkatan pada poin-poin tertentu agar rasio yang
dihasilkan juga semakin sehat kedepannya.

KESIMPULAN ANALISIS

31
Berdasarkan semua analisis yang dilakukan terhadap laopran keungan PT
Unilever Periode 2018-2019, maka dapat saya simpulkan bahwa :
1. Melalui analisis komparatif (perbandingan) secara umum yakni tahun 2018-2019,
saya menilai bahwa strategi yang dirancang Manager PT Unilever tahun 2019
boleh dikatakan cukup baik dari periode 2018, karena memberikan kontribusi
yang cukup bagus pada kinerja PT Unilever.
Namun untuk rencana di tahun 2020, mungkin perlu analisis lebih lanjut, apakah
PT Unilever tetap melanjutkan strategi yang diterapkan pada tahun 2019, atau
justru merancang strategi baru. Intinya perancangan strategi ini tentu diharapkan
mampu memberikan kinerja dan hasil yang meningkat dari tahun sebelumnya.
2. Dari analisis kredit yang telah diakukan pada PT Unilever periode 2018-2019,
maka dapat saya simpulkan bahwa posisi likuiditas PT Unilever dari 2 periode
tersebut tidak berada dalam kondisi yang baik, walaupun pada 2 periode itu PT
Unilever mampu menutupinya. Oleh sebab itu, perlu komposisi yang baik untuk
menjaga likuiditas PT Unilever pada periode selanjutnya, baik dari segi aset,
kewajiban, modal. Sehingga untuk menjaga likuiditas ini, perlu perencanaan dan
strategi dalam komposisi Aset + Kewajiban = Modal.
3. Berdasarkan analisis arus kas yang dilakukan terhadap PT Unilever, secara umum
dari keempat analisis yang saya lakukan, pengembalian kas sebagai aset lancar
cukup baik. Kemudian kas juga dapat difungsikan dengan dengan baik dalam
memenuhi kewajibannya baik jangka pendek dan jangka panjang.
4. Setelah melakukan analisis kebangkrutan pada PT Unilever periode 2018-2019,
di dapatkan hasil bahwa dalam dua periode tersebut kondisi PT Unilever dalam
keadaan sehat. Dengan hasil ini, maka kinerja yang baik pada dua tahun tersebut
dapat dijadikan acuan untuk tahun-tahun berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai