Anda di halaman 1dari 27

KARAKTERISTIK AUDITEE DAN UKURAN KAP TERHADAP AUDIT DELAY

(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN FARMASI TERDAFTAR DI BEI

TAHUN 2017-2021)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, penulis akan membahas pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah yang mendasari penulis melakukan penelitian ini, identifikasi masalah, batasan
masalah, batasan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
Pada bagian latar belakang akan dijelaskan teori atau konsep utama yang mendukung
penelitian, serta hubungan teori tersebut dengan masalah-masalah yang ada.
Setelah itu, pada batasan masalah dan batasan penelitian, masalah yang telah
diidentifikasi akan dipersempit dan dibatasi karena adanya keterbatasan penulis salah
satunya dari sisi waktu. Rumusan masalah berisi inti masalah yang akan diteliti lebih
lanjut. Tujuan penelitian menjelaskan hasil yang ingin diketahui setelah dilakukannya
penelitian ini. Selanjutnya pada sub bab terakhir, akan diuraikan manfaat penelitian bagi
berbagai pihak terkait dengan penelitian.

A. Latar Belakang Masalah


Pertumbuhan ekonomi pada suatu negara dipengaruhi oleh banyak aspek
diantaranya adalah adanya pergerakan aktivitas riil market dan financial market.
Menurut Sudarmanto et al (2021: 53), pasar modal adalah bagian dari financial
market yang pada hakikatnya sama dengan riil market dimana terdapat penjual dan
pembeli saling bertransaksi. Meskipun begitu terdapat perbedaan pada objek atau
komoditasnya dimana dalam pasar modal para pelaku memperjualbelikan modal.
Berbeda dengan riil market, pasar modal secara tidak langsung berhubungan
dengan masalah permodalan suatu perekonomian yang memiliki fungsi investasi dan
fungsi pendanaan (Abi, 2016: 76). Manfaat dari fungsi investasi dapat dinikmati oleh
para investor melalui pendanaan, sementara kemanfaatan dari fungsi pendanaan
dinikmati oleh perusahaan-perusahaan yang membutuhkan modal usaha melalui
penjualan saham. Berdasarkan pada kedua fungsi yang telah diuraikan diatas, maka
dapat dikatakan bahwa terdapat pola hubungan kerjasama yang saling

1
menguntungkan antara investor dengan perusahaan (Tjiptono & Fakhrudin Hendy,
2011: 97).
Keberadaan investor menjadi sangat penting bagi perusahaan sehingga semua
emiten berlomba-lomba untuk mendapatkan investor melalui perbaikan kinerja baik
kinerja keuangan mapupun kinerja non keuangan, menciptakan iklim perusahaan
sebaik-baiknya. Hal itu didasarkan pada argumentasi bahwa investor tidak akan mau
menanamkan modal pada suatu perusahaan bila tidak ada imbal balik yang
menguntungkan. Artinya adalah bahwa keuntungan merupakan tujuan investor
melakukan investasi, demikian pula perusahaan yang menjalankan usahanya.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut, maka investor membutuhkan
informasi yang konkret dan valid terkait dengan kinerja perusahaan serta track record
perusahaan yang ada di pasar modal. Hal itu disebabkan karena investor tidak dapat
mengetahui keuntungan yang akan didapatkan di masa depan secara pasti. Tetapi
melalui data sejarah kinerja perusahaan, para investor akan melakukan pertimbangan
untuk berinvestasi. Investor yang rasional akan berkompetisi untuk mencari informasi
baru kemudian akan melakukan penyesuaian guna mendapatkan keuntungan
maksimal dengan risiko yang terukur (Jogiyanto, 2019:227).
Salah satu dokumen yang dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi
investor adalah laporan audit yang dikeluarkan oleh lembaga audit resmi. Auditing
sendiri dapat didefinisikan sebagai serangkaian proses yang dilakukan secara
sitematis dalam mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berkaitan
dengan laporan dan kinerja perusahaan dengan tujuan untuk menentukan apakah
semua yang tersaji dalam laporan itu wajar atau tidak wajar (Junaidi et al., 2016: 3).
Akuntan publik memerlukan waktu dalam penyusunan laporan audit dan tidak
jarang terjadi keterlambatan atau audit delay. Meskipun demikian, audit delay tidak
serta merta terjadi karena kinerja akuntan publik. Hal tersebut bisa disebabkan oleh
perusahaan yang menyita waktu untuk melakukan perbaikan laporan keuangan
sehingga diharapkan menjadi baik yang berdampaknya pada semakin penjangnya
waktu penyelesaian audit (Sawitri & Budiartha, 2018).
Kondisi sebagaimana diuraikan diatas akan berdampak pada ketepatwaktuan
penyampaian laporan keuangan yang secara langsung mereduksi relevansi informasi,
menyebabkan terjadinya asimetry information, serta menurunkan kepercayaan
investor. Dalam Peraturan OJK No. 29/POJK.04/2016 Terkait Laporan Tahunan
Emiten menyebutkan bahwa perusahaan publik diwajibkan menyampaikan laporan

2
tahunan kepada OJK paling lambat 120 hari atau akhir bulan keempat setelah tahun
buku berakhir. Sebagai pengawas pasar modal, OJK juga mengharuskan perusahaan
tercatat untuk menerbitkan laporan keuangan tahunan yang sudah diperiksa auditor.1
Peraturan tersebut kemudian dicabut oleh Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 7/POJK.04/2021 tentang Kebijakan Dalam Menjaga Kinerja dan Stabilitas
Pasar Modal Akibat Penyebaran Corona Virus Disease 2019. Dalam aturan ini
pemerintah memberikan perpanjangan waktu selama dua bulan dari peraturan
sebelumnya. Peraturan tersebut berlaku samapi dengan akhir bulan maret 2022 dan
kembali berlaku peraturan Tahun 2022 OJK kembali menerbitkan SE.OJK Nomor 4
/SEOJK.04/2022 mengubah POJK 7/POJK.04/2021 dan batas akhir penyampaian
laporan keuangan adalah akhir bulan ke empat.
Bila terjadi audit delay maka apapun hasil auditnya secara tidak langsung akan
direspon negative oleh pasar sebagai akibat dari ketidaktepatwaktuan karena pasar
memerlukan informasi yang tepat dan cepat. Dalam merespon persoalan tersebut,
investor akan melakukan analisa lebih lanjut yaitu dengan melihat karakteristik
auditee dan ukuran kantor akuntan publik yang ditunjuk oleh perusahaan. Perusahaan
dengan ukuran besar memerlukan waktu penyusunan laporan keuangan dan proses
audit lebih lama dibandingkan dengan perusahaan kecil karena pos-pos keuangan
seperti aset, utang serta pendapatan bersih akan mempengaruhi kinerja auditor baik
dalam aspek sumber daya manusia maupun materinya.
Kedua adalah likuiditas yang mencerminkan kemampuan firm dalam
menyelesaikan kewajiban salah satunya diukur dengan Current Ratio. Perhitungan
rasio ini dilakukan dengan membagi asset lancar dengan hutang lancarnya. Bila rasio
cenderung kecil adalah cerminan lemahnya finansial perusahaan sehingga perusahaan
akan merespon dengan perbaikan laporan yang dapat menyebabkan audit delay
(Karyadi, 2017: 166). Hal ini juga dibuktikan dalam penelitian Saraswati & Herawaty,
(2019) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh audit report delay.
Selain likuiditas, audit delay juga dapat dipengaruhi oleh profitabilitas yang
merupakan gambaran dari kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Rasio ini
diantaranya adalah return on asset sebagai cerminan dari efisiensi dpengelolaan asset
perusahaan dengan membagi total asset dengan laba bersih. Kedua adalah return on

1
Penjelasan Pasal 7 POJK No 29/POJK.04/2016: “Emiten atau Perusahaan Publik wajib
menyampaikan Laporan Tahunan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat pada akhir bulan keempat
setelah tahun buku berakhir”

3
equity sebagai gambaran dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari
investasi pemegang saham. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi
membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan
keharusan untuk mempublikasikan laporan keuangan yang lengkap (Karyadi, 2017:
167).
Rasio terakhir adalah solvabilitas atau rasio leverage sebagai ukuran tingkat
aktiva perusahaan yang telah dibiayai oleh penggunaan hutang. Solvabilitas
perusahaan dapat diukur dengan cara membandingkan jumlah aktiva dengan jumlah
utang. Rasio solvabilitas yang tinggi mengakibatkan panjangnya waktu yang
dibutuhkan dalam penyelesaian audit (Effendi, 2018). Selain ukuran perusahaan dan
rasio keuangan sebagai bagian dari characteristic firm, ukuran Kantor Akuntan Publik
juga turut mempengaruhi audit delay. Kantor Akuntan Publik besar lebih memiliki
reputasi baik dalam opini publik dan kualitas audit yang dihasilkan lebih baik
dibandingan Kantor Akuntan Publik yang lebih kecil termasuk kecepatan dan
ketepatan kinerjanya (Aprianti & Hartaty, 2016).
Salah satu perusahaan yang terdapat di pasar modal Indonesia adalah
perusahaan sektor farmasi yang merupakan industri strategis yang menopang
perkembangan bidang kesehatan. Berdasarkan release yang disajikan oleh
Kementerian Investasi/BKPM sampai dengan Maret 2022 terdapat sebesar 4.657,1
Milyar dan 846 Proyek investasi dalam negeri dan sebesar 854,0 Milyar Dolar
Amerika serta 650 proyek investasi Luar Negeri terealisasi di bidang Farmasi yang
menempatkannya pada posisi lima besar berdasarkan nilainya (BKPM, 2022: 1-20).
Selanjutnya data Indonesia.id merelease delapan perusahaan farmasi dari
aspek profitabilitas terbesar sebagai berikut:
Tabel 1.1 8
Emiten Farmasi Pendapatan Terbesar (Kuartal I/2021 - Kuartal I/2022)

4
(Sumber: LKP Data Indonesia.id)
Laporan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan farmasi mampu
mendapatkan kepercayaan investor dengan baik dibandingkan dengan perusahan-
perusahaan lain. Meskipun demikian perlu digali secara lebih dalam mengenai apa
yang mempengaruhi kepercayaan investor tersebut mengingat bahwa kondisi pandemi
yang berkepanjangan sepertinya membawa keyakinan investor tanpa melihat secara
detail kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan, kemungkinan besar
peningkatan investasi disebabkan oleh situasi dan kondisi pandemic Covid-19 yang
memengaruhi persepsi serta minat investor di sektor farmasi. Berkaitan dengan audit
delay jika mengacu pada peraturan BAPEPAM berdasarkan pada laporan keuangan
perusahaan farmasi diketahui masih sering terjadi audit delay dari tahun 2017 sampai
dengan 2021. Bahkan pada tahun 2021 masih terdapat 3 (tiga) perusahaan yang
mengalami audit delay yaitu PT. Pyridam Farma Tbk (PYFA), PT. Indofarma
(Persero) Tbk. (INAF), INAF dan PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA).
Penelitian yang berkaitan dengan masalah karakteristik auditee serta ukuran
akuntan publik dalam kaitannya dengan audit delay sudah banyak dilakukan.
Pengujian likuiditas sebagai faktor yang mempengaruhi audit delay telah dilakukan
oleh (Saraswati & Herawaty, 2019) yang menunjukkan hasil bahwa likuiditas
berpengaruh positif terhadap audit delay. Penelitian Ulfah & Triani (2019) yang
memberikan kesimpulan bahwa profitabilitas dan ukuran KAP berpengaruh terhadap
audit delay. Penelitian Amani & Waluyo (2016) yang menyimpulkan ukuran
perusahaan dan profitabilitas sebagai bagian dari karakteristik auditee berpengaruh
terhadap audit delay. Terakhir penelitian Apriyana & Rahmawati (2017) dengan
kesimpulan bahwa profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, dan ukuran KAP
berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Meskipun sudah banyak penelitian dilakukan, tetapi hal itu tidak dapat
digunakan untuk menjustifikasi persoalan sama pada waktu dan perusahaan serta
sector yang berbeda. Hasil penelitian dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang secara
fundamental turut membentuk kinerja keuangan perusahaan serta persepsi dari
investor. Maka dapat dikatakan bahwa kajian serupa masih relevan untuk dilakukan
terlebih lagi setelah lahirnya aturan-aturan yang menyangkut audit perusahaan dan
pengelolaan perusahaan yang baik.
Berdasarkan fenomena dan permasalahan di atas, peneliti tertarik melakukan

5
kejian secara lebih mendalam mengenai determinan audit delay dilihat dari
karakteristik auditee dan ukuran Kantor Akuntan Publik perusahaan melalui
penelitian dengan judul: “Karakteristik Auditee dan Ukuran KAP terhadap Audit
delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Farmasi Terdaftar di BEI Tahun 2017-
2021)”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
diidentifikasi masalah yang dihadapi sebagai berikut:
1. Apakah karakteristik auditee berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan
Farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2017-2021?
2. Apakah ukuran KAP berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan Farmasi
yang terdaftar di BEI tahun 2017-2021?
3. Apakah karakteristik auditee dan ukuran KAP secara simultan berpengaruh
terhadap audit delay pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2017-
2021?

C. Batasan Penelitian
Topik penelitian ini memiliki cakupan yang sangat luas, maka penelitia
kemudian menetapkan batasan penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian ini meliputi semua perusahaan farmasi baik yang mengalami audit
delay meupun yang tidak mengalami audit delay, setiap perbedaan waktu
penyampaian laporan keuangan akan digunakan sebagai objek analisis.
2. Penelitian ini hanya dilakukan dalam kurun waktu laporan dari periode tahun
2017 sampai dengan periode tahun 2021.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada fenomena, justifikasi dan argumentasi penelitian yang
dibahas dalam sub bab sebelumnya, maka kemudian peneliti merumuskan masalah
penelitiaan. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah secara parsial
maupun simultan karakteristik auditee dan ukuran KAP berpengaruh terhadap audit
delay pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2017-2021?

6
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh karakteristik auditee terhadap audit delay
pada perusahaan Farmasi yang di terdaftar di BEI tahun 2017-2021.
2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh ukuran KAP terhadap audit delay pada
perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2017-2021.
3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh karakteristik auditee dan ukuran KAP
secara simultan terhadap audit delay pada Perusahaan Farmasi Terdaftar di BEI
Tahun 2017-2021.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki banyak manfaat baik secara teoritis
meupun secara praktis.
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan
dan pemahaman serta dapat dijadikan sebagai referensi pengetahuan, bahan
diskusi dan bahan kajian lanjutan bagi pembaca mengenai masalah yang
berkaitan dengan audit.
2. Manfaat praktis
Secara praktis pertama diharapkan agar hasil penelitian ini bermanfaat bagi
auditor independen sebagai alat bantu pengambilan keputusan ketika
mengevaluasi calon klien, dalam menentukan ruang lingkup audit, untuk
mengontrol kualitas audit, dan sebagai pertahanan dalam tuntutan hukum serta
diharapkan dapat menjadi alat pengendalian kualitas pada tahap akhir (review)
terhadap perikatan audit dan sebagai analisis kontinjensi tentang bagaimana
perubahan variabel tertentu bisa menambahkan probabilitas atau peluang untuk
menyajikan informasi yang baik dan berkualitas.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pada bab kedua dari penelitian ini akan diawali dengan landasan teoritis, dimana
akan berisi teori-teori yang relevan untuk mendukung penelitian. Setelah itu dilanjutkan
dengan penelitian terdahulu yang berisi hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian terdahulu bersumber dari jurnal
maupun skripsi.
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu tersebut, penulis menjelaskan
kerangka pemikiran yang merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antar
variable yang diteliti. Kerangka pemikiran berisi pemetaan kerangka teoritis yang diambil
dari konsep-konsep atau teori-teori atau penelitian terdahulu, berupa skema dan uraian
singkat. Dalam kerangka pemikiran, penulis akan menyertakan hipotesis penelitian yang
menjadi anggapan sementara yang mengacu pada kerangka pemikiran dan perlu
dibuktikan dalam penelitian.

A. Landasan Teoritis
1. Signaling Theory
Signaling theory merupakan salah satu tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan dengan cara memberikan sinyal atau petunjuk kepada para investor
mengenai persoalan cara pandang manajemen perusahaan di dalam melihat
prospek usahanya (Essayyad, 2015: 42). Signaling theory adalah petunjuk-
petunjuk informasi yang sangat berguna bagi para investor dalam rangka untuk
melakukan pertimbangan sebelum mereka menanamkan modalnya pada
perusahaan yang ada di pasar saham. Teori ini memberikan penjelasan tentang
alasan perusahaan dalam memberikan sinyal atau informasi seluas-luasnya
kepada pihak eksternal perusahaan karena ada asymetric information yang
menghubungkan keduanya (Susilawati, 2020: 82).
Adapun asymetric information sendiri adalah informasi rahasia yang
bersifat pribadi dan tidak diketahui oleh semua investor melainkan hanya beberapa
orang saja. Maka bila perusahaan tidak menyampaikan informasi tersebut akan
berdampak pada nilai perusahaan itu terhadap pasar, maka selanjutnya pasar
otomatis memberikan respon pada informasi tersebut bahwa ada kejadian tertentu
yang dapat memengaruhi nilai perusahaan (Deni Sunaryo, 2021: 37)

8
Keberadaan asymetric information memiliki nilai yang sangat penting
dalam rangka untuk meningkatkan nilai perusahaan yang kemudian dapat dilihat
melalui harga saham di bursa efek. Informasi yang diungkapkan dalam laporan
tahunan meliputi:
a. ”Informasi akuntansi yang memiliki kaitan erat dengan
persoalan laporan keuangan seperti halnya catatan atas laporan
keuangan, laporan arus kas, neraca, laporan perubahan modal
dan laporan laba rugi.
b. Informasi non-akuntansi yaitu laporan yang tidka memiliki
keterkaitan dengan persoalan laporan keuangan seperti laporan
dewan komisaris, laporan manajemen, strategi prospek dan
informasi lainnya yang mengulas tentang perusahaan
bersangkutan” (Jogiyanto, 2010: 44).

Melalui signaling theory ini, setiap perusahaan akan memberikan sinyal


informasi berupa komunikasi untuk mengangkat atribut yang dimiliki yang selama
ini masih tersembunyi untuk para pihak yang berkepentingan (Foroudi et al., 2016:
3). Berdasarkan pada bahasan di atas dapat diketahui bahwa perusahaan yang
memiliki nilai baik, tentu saja akan dengan sengaja memberikan informasi terkait
dengan dirinya kepada pasar saham untuk membedakan mana perusahaan yang
kinerjanya buruk dan kinerjanya baik.

2. Karakteristik Auditee
Karakteristik auditee dapat dimaknai juga sebagai karakteristik perusahaan
yang sedang diaudit yang didefinisikan sebagai ciri khas atau sifat yang melekat
dalam suatu entitas usaha yang terdiri dari dimensi non keuangan dan keuangan.
Stainer dalam Fagbemi et al (2020: 3) menguraikan bahwa:
“Firm characteristics are the behavioural patterns of company’s
operation which enable them to achieve their objectives throughout
the period of their operations, therefore Company’s characteristics
vary from one business entity to another and they can be determined
based on the relevant information disclosed on financial statements
for a particular accounting period” (Fagbemi et al., 2020: 3)

Karakteristik perusahaan berdasarkan definisi diatas adalah pola perilaku


operasi perusahaan yang memungkinkan mereka untuk mencapai tujuan selama
periode operasinya, oleh karena itu karakteristik perusahaan bervariasi dari satu
badan usaha ke badan usaha lainnya dan dapat ditentukan berdasarkan informasi

9
relevan yang diungkapkan dalam laporan keuangan untuk suatu periode laporan
akuntansi tententu.
Karakteristik perusahaan dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi yaitu
dimensi keuangan dan non keuangan. Dimensi non keuangan meliputi bidang
industri perusahaan, produk yang dihasilkan, ukuran perusahaan, tipe kepemilikan
perusahaan dan seterusnya. Dimensi keuangan meliputi berbagai macam rasio
keuangan, seperti rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio
rentabilitas. Karakteristik perusahaan memengaruhi tingkat disklosur, ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan, dan opini audit karena perusahaan yang
baik kondisi internalnya akan menyajikan semuanya secara tepat waktu dan
mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (Wiwin Yadiati et al., 2017 : 129).
Pada pengukuran kuantitatif karakteristik perusahaan pada umumnya
diproksikan dengan ukuran perusahaan, laverage dan profitabilitas (Hery, 2017:
55). Hal itu juga diungkapkan oleh (Aulia & Syam, 2013) yang memproxikan
karakteristik auditee dengan size of firm, ratio of leverage, ratio of profitability.

3. Ukuran Perusahaan (Firm Size)


Ukuran perusahaan pada akhirnya sangat menentukan bargaining power
dalam suatu kontrak keuangan dimana perusahaan besar dapat dengan mudah
memilih pendanaan dari berbagai platform termasuk penawaran spesial
dibandingkan dengan perusahaan kecil (Hasnawati & Sawir, 2015). Ukuran
perusahaan diartikan sebagai perbandingan tentang besar kecilnya suatu
perusahaan (Harahap, 2013).
Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan logaritma natural
dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Maka semakin
besar nilai asset suatu perusahaan akan semakin besar juga ukuran perusahaan dan
demikian pula sebaliknya (E. Effendi et al., 2021).
Firm Size: Ln (Total Asset)
4. Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas dapat didefinisikan sebagai rasio yang menunjukan
kapabilitas perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio
likuiditas dikenal juga sebagai rasio yang dapat digunakan untuk mengukur sampai
seberapa jauh tingkat kapabilitas perusahan dalam melunasi kewajiban jangka
pendeknya yang akan jatuh tempo (Hery, 2015).

10
Likuiditas pada umumnya diprosikan dengan Rasio lancer yang digunakan
dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya yang akan jatuh tempo dengan menggunakan total asset lancar yang
ada. Rasio lancar menggambarkan jumlah ketersediaan asset lancar yang dimiliki
dibandingkan dengan total kewajiban lancer. Rasio ini dihitung dengan formulasi:
Current Rasio: Aset Lancar/Kewajiban Lancar

5. Rasio Leverage
Rasio ini adalah ceminan dari kemampuan perusahaan dalam melunasi
semua utang yang dimilikinya. Terdapat banyak rasio lavarage, tetapi dalam
penelitian ini lavarage diproxikan melalui dua rasio berikut:
a. Debt to Total Asets
Debt to asset ratio adalah ratio yang digunakan untuk mengukur
berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. semakin tinggi
debt ratio semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan
formulasi sebagai berikut:
Debt-to-Assets Ratio = Total Debt / Total Assets.
b. Debt to Equity Rasio
Debt to equity rasio adalah rasio yang menggambarkan besarnya
modal perusahaan yang disediakan untuk melakukan
pembayaran utang (Halim, 2011). Perlakuannya maka bila nilai rasio
ini makin rendah berarti perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam
membayar kewajibannya dalam jangka Panjang (Prihadi, 2013: 114). Debt to
equity ratio dapat diukur dengan formulasi berikut:
Total Hutang
Debt to equity ratio:
Ekuitas

6. Rasio Profitabilitas.
Tujuan dari rasio ini adalah untuk mengukur kemampuan dan efisiensi
operasional suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Rasio profitabilitas
dalam penelitian ini diproxikan melalui return on assets ratio (ROA)
yaitu gros profit margin, net profit margin, return on investment, dan return equity.

11
a. Return on Assets Ratio (ROA)
Rasio ini menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam
menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang dihasilkan dari dana
yang tertanam pada total aset (Hery, 2015). Berikut adalah rumus yang dapat
digunakan untuk mengukur return ons aset:
Laba Bersih
Return On Aset:
Total Aset
b. Return on Equity Ratio (ROE)
Return on Equity Ratio (ROE)adalah rasio profitabilitas yang berguna
untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dari
investasi pemegang saham perusahaan yang dinyatakan dalam persentase.
ROE menunjukan seberapa berhasilnya perusahaan dalam mengelola modal,
sehingga keuntungannya dapat diukur dari investasi pemilik modal atau
pemegang saham perusahaan. Berikut ini rumus dan contoh penghitungannya:
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak: Ekuitas Pemegang Saham

7. Ukuran Kantor Akuntan Publik


Ukuran KAP merupakan pembedaan jumlah klien dan jumlah anggota yang
dimiliki oleh suatu kantor akuntan publik. Ukuran KAP dapat lihat dari berbagai
hal yang terkait dengan KAP, seperti jumlah klien dan jumlah pendapatan KAP
tersebut (Panjaitan & Chariri, 2014). Menurut Shocekly dalam (Sepbeariska
Manurung et al., 2021: 89) ukuran kantor akuntan publik menjadi sangat penting
karena dipersepsikan dapat memengaruhi independensi auditor akuntan publik.
Selanjutnya Muaqilah et al (2021) memberikan definisi ukuran kantor
akuntan public sebagai berikut:
“Ukuran KAP merupakan ukuran yang digunakan untuk
menentukan besar kecilnya suatu Kantor Akuntan Publik.
Ukuran Kantor Akuntan Publik dapat dikatakan besar jika
KAP tersebut berafiliasi dengan Big 4, mempunyai cabang
dan klienya perusahaan-perusahaan besar serta mempunyai
tenaga professional di atas 25 orang. Sedangkan Ukuran
Kantor Akuntan Publik dikatakan kecil jika tidak berafiliasi
dengan Big 4, tidak mempunyai kantor cabang dan klienya
perusahaan kecil serta jumlah tenaga profesionalnya kurang
dari 25 orang.”(Muaqilah et al., 2021)

12
Menurut Arens (2012) dalam (Nindita & Siregar, 2012) kategori ukuran
Kantor Akuntan Publik (KAP) secara internasional adalah sebagai berikut:
a. Kantor Internasional Empat Besar. Keempat KAP terbesar di Amerika Serikat
disebut kantor akuntan publik internasional “Big Four”. Keempat kantor ini
memiliki cabang di seluruh Amerika Serikat dan seluruh dunia.
b. Kantor Nasional. Tiga KAP di Amerika Serikat disebut kantor nasional,
karena memiliki cabang di sebagian kota besar kota utama.
c. Kantor Regional dan Kantor Lokal yang Besar. Terdapat kurang dari 200 KAP
yang memiliki staf profesional lebih dari 50 orang.
d. Kantor Lokal Kecil. Lebih dari 95 persen dari semua KAP mempunyai kurang
dari 25 KAP tenaga profesional pada kantor yang hanya memiliki satu cabang,
dan entitas nirlaba, meskipun beberapa memiliki satu atau dua klien dengan
kepemilikan publik.
Klasifikasi KAP yang beroperasi di Indonesia menjadi dua, yaitu:
a. KAP Nasional yang berafiliasi denagan KAP Internasional big four, yaitu
KAP asing big four yang membuka KAP cabang di Indonesia atau KAP di
Indonesia yang melakukan kerjasama/berafiliasi dengan KAP asing big four,
yakni Deloitte, Ernst & Young, KPMG, dan Pricewaterhouse Coopers.
b. KAP Nasional yang berafiliasi denagan KAP internasional non-big four, yaitu
KAP asing non-big four yang membuka KAP cabang di Indonesia atau KAP
di Indonesia yang melakukan kerjasama/berafiliasi dengan KAP asing non-big
four, yakni Kreston International, PKF International, dan sebagainya.
c. KAP Nasional, yaitu KAP Indonesia yang berdiri sendiri, terletak/berpusat di
kota besar di Indonesia dan KAP tersebut membuka cabang di kota-kota besar
utama di Indonesia.
d. KAP Regional dan Lokal Besar, yaitu KAP di Indonesia yang berdiri sendiri
dan pada umumnya terpusat di suatu wilayah. Sebagian KAP di Indonesia
merupakan KAP regional dan lokal besar, terutama yang terpusat di Pulau
Jawa. Beberapa diantaranya hanya melayani klien di dalam jangkauan
wilayahnya, dan beberapa dari yang lainnya memiliki beberapa kantor cabang
di daerah lain tetapi bukan di kota-kota besar di Indonesia.
e. KAP Lokal Kecil, yaitu KAP yang berdiri sendiri, tidak membuka cabang, dan
memiliki kurang dari 25 orang tenaga kerja professional (Indonesia, 2011).

13
8. Tinjauan Audit delay
Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini
audit dalam laporan keuangan menunjukan tentang lamanya waktu penyelesaian
audit, kondisi ini disebut sebagai audit delay. Audit delay adalah lamanya waktu
penyelesaiaan audit oleh auditor dilihat dari perbedaan waktu tanggal laporan
keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan (Puspitasari & Sari,
2012). Audit delay adalah lamanya atau rentang waktu penyelesaian audit yang
diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya
laporan audit, rentang waktu tersebut menyebabkan keterlambatan dalam
penyampaian laporan keuangan ke Bursa Efek Indonesia (Innayati & Susilowati,
2015).
Berdasarkan pada beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
audit delay ialah interval waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal tutup
buku laporan keuangan (31 Desember) sampai dengan tanggal pelaporan laporan
keuangan auditan. Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan auditan
merupakan hal yang sangat penting, khususnya untuk perusahaan go publik yang
menggunakan pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan.
Perusahaan go public harus menyerahkan laporan keuangan tahunannya
disertai dengan opini auditor kepada Bapepam-Lembaga Keuangan dan
mengumumkannya kepada publik paling lambat akhir bulan ketiga setelah tanggal
tutup buku laporan keuangan. Audit delay diukur berdasarkan lamanya hari yang
dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan
keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu per
31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independent (Hery,
2019).

B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini akan digunakan
sebagai salah satu bahan perbandingan dan pisau analisis penelitian. Penelitian
terdahulu dalam penelitian ini disajikan dalam table 2.1 berikut:

14
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Indikator Keterangan
1 Judul Pengaruh Opini Audit, Penggantian Auditor,
Profitabilitas, Solvabilitas Dan Likuiditas
Terhadap Audit Report Delay Dengan
Kepemilikan Manajerial Sebagai Moderasi (Studi
Empiris Pada Perusahaan Properti Dan Real
Estate Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2016 –
2018)
Peneliti Rulina Saraswati, Vinola Herawaty
Tahun penelitian 2019
Variabel dependen Audit report delay
Variabel independen Opini audit, pengantian auditor, profitabilitas,
solvabilitas dan likuiditas
Objek penelitian Perusahaan properti dan real estate yang terdaftar
di BEI tahun 2016 -2018
Kesimpulan O pini auditor, pengantian Auditor, profitabilitas,
solvabilitas dan likuiditas berpengaruh audit
report delay, kepemilikan manajerial sebagai
moderator, dan ukuran perusahaan sebagai
variabel kontrol.
2 Judul Karakteristik Auditee Dan Auditor Terhadap
Audit Delay Pada Perusahaan di Bei Periode
2013-201
Peneliti Ismiati Ulfah, Ni Nyoman Alit Triani
Tahun penelitian 2019
Variabel dependen Solvabilitas
Variabel independen Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan,
Ukuran KAP, Audit Tenore
Objek penelitian Perusahaan sektor perdagangan, jasa, dan
investasi yang tercatat di BEI
Kesimpulan Profitabilitas dan opini auditor berpengaruh
positif terhadap audit delay. Adapun variabel
solvabilitas, ukuran perusahaan, dan audit tenure
tidak memberikan pengaruh terhadap audit delay.
3 Judul Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran
Perusahaan, Dan Ukuran Kap Terhadap Audit
Delay Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2013-2015
Peneliti Nurahman Apriyana, Diana Rahmawati
Tahun penelitian 2018
Variabel dependen Audit delay
Variabel independen Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran perusahaan,
Ukuran KAP
Objek penelitian Perusahaan Properti dan Real Estate yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

15
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit
(2) Solvabilitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap audit delay (3) Ukuran
perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap audit delay (4) Ukuran KAP tidak
berpengaruh terhadap audit delay dan (5)
Profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan,
dan ukuran KAP berpengaruh signifikan
terhadap audit delay
4 Judul Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Kap, Pergantian
Auditor, dan Opini Audit terhadap Audit Delay.
Peneliti Yanthi, K. D. P., Merawati, L. K., & Munidewi,
I. A. B.
Tahun penelitian 2020
Variabel dependen Audit Delay
Variabel independen Audit Tenure Ukuran KAP, Pergantian Auditor,
Opini Audit
Objek penelitian Perusahaan Manufaktur di BEI
Kesimpulan Audit tenure berpengaruh negatif terhadap
audit delay, ukuran Kantor Akuntan Publik
berpengaruh negatif terhadap audit delay,
pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap
audit delay dan opini audit tidak berpengaruh
terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2015-2018
5 Judul Pengaruh Ukuran Perusahaan, Opini Audit, Umur
Perusahaan, Profitabilitas dan Solvabilitas
Terhadap Audit Delay
Peneliti Saputra, A. D., Irawan, C. R., & Ginting, W. A
Tahun penelitian 2020
Variabel dependen Audit delay
Variabel independen Ukuran perusahaan, opini audit, umur
perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas
Objek penelitian Perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Kesimpulan Variabel yang diketahui dapat
mempengaruhi audit delay yakni ukuran
perusahaan dan umur perusahaan yang bersifat
negatif dan secara signifikan. Namun, variabel
yang tidak berpengaruh terhadap audit
delay yakni opini audit, profitabilitas, dan
solvabilitas.
6 Judul Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Solvabilitas, Kualitas Auditor Dan
Audit Tenure Terhadap Audit Delay Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2012-2015
Peneliti Kadek Ayu Nia Mas Lestari, Putu Wenny Saitri
16
Tahun penelitian 2017
Variabel dependen Audit delay
Variabel independen Profitabilitas, kualitas auditor, audit tenure,
ukuran perusahaan dan solvabilitas
Objek penelitian Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2012- 2015
Kesimpulan Variabel yang memiliki pengaruh terhadap
lamanya audit delay adalah profitabilitas, kualitas
auditor dan audit tenure. Sedangkan varibel
ukuran perusahaan dan solvabilitas menunjukkan
hasil tidak memiliki pengaruh terhada audit delay
7 Judul Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas,
solvabilitas dan opini auditor terhadap audit
delay.
Peneliti Sayidah, N
Tahun penelitian 2019
Variabel dependen Audit delay
Variabel independen Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas
dan Opini Auditor
Objek penelitian Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2014-2015
Kesimpulan Pengujian secara simultan menyimpulkan bahwa
tidak semua variabel independen mempengaruhi
variabel dependen. Pengujian secara parsial
memperlihatkan hasil bahwa hanya 1 dari 4
faktor yang berpengaruh terhadap audit
delay, yaitu ukuran perusahaan. Profitabilitas,
Solvabilitas dan Opini Auditor tidak berpengaruh
terhadap audit delay.

C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah ekstrapolasi atau sintesis yang dibuat berdasarkan
tinjauan teori yang menggambarkan hubungan antar variable penelitian dan dasar dari
penentuan hipotesis penelitian (Ghozali, 2011).
1. Pengaruh Karakteristik Auditee terhadap Audit delay
Karakteristik auditee diprosikan dengan ukuran perusahaan dan rasio
keuangan meliputi rasio lavarage dan profitabilitas. Ukuran perusahaan akan
menyebabkan audit delay yang panjang. Hal ini didasari dengan asumsi bahwa
perusahaan yang besar akan lebih kompleks sehingga auditor harus mengambil
sampel yang lebih banyak sehingga akan membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk memperoleh bukti yang mendukung pendapat yang akan ia berikan.
Semakin besar perusahaan yang diukur dari total assetnya maka, audit
delay akan semakin lama. Hal ini berkaitan dengan semakin besar perusahaan,

17
maka jumlah sampel yang harus diambil auditor akan semakin banyak dan
semakin luas prosedur audit yang harus dilakukan auditor (Widosari & Rahardja,
2012).
Selanjutnya dari aspek lavarage dapat dipahami bahwa apabila perusahaan
memiliki rasio leverage yang tinggi maka resiko kerugian perusahaan tersebut
akan bertambah. Oleh sebab itu, untuk memperoleh keyakinan akan laporan
keuangan perusahaan maka auditor akan meningkatkan kehati-hatiannya sehingga
rentang audit delay akan lebih panjang. Selain itu, profitabilitas yang rendah
memacu kemunduran publikasi laporan keuangan perusahaan yang melaporkan
kerugian dan mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih
lama dibandingkan biasanya.
Menurut Angruningrum & Wirakusuma (2013) apabila ROA menurun
maka profitabilitas perusahaan rendah, dan auditor akan melakukan tugas auditnya
dengan lebih hatihati karena adanya resiko bisnis yang lebih tinggi sehingga akan
memperlambat proses audit dan menyebabkan penerbitan laporan auditan yang
lebih panjang.
2. Pengaruh Ukuran KAP terhadap Audit delay
Ukuran Kantor Akuntan Publik secara tidak langsung juga berarti ukuran
besar atau kecilnya perusahaan yang bersangkutan. Sama seperti auditee,
perusahaan yang besar tentu saja lebih baik dalam menjalankan kinerjanya sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya karena mereka terus survive dan eksis.
Menurut Shocekly dalam (Sepbeariska Manurung et al., 2021: 89) ukuran
kantor akuntan publik menjadi sangat penting akan berpengaruh pada kinerja audit
yang dilakukan. Bahkan sampai pada taraf internasional terdapat pengklasifikasian
dari ukuran kantor akuntan publik yang secara jelas teruji bahwa kinerja KAP
dalam klasifikasi tententu sangat baik.
Kantor Akuntan Publik yang besar tentu sangat memperhatikan
profesionalitas dalam pekerjaan sehingga sangat menjaga etika sebagai akuntan
publik dengan anggapan bahwa secara financial sudah matang. Dalam kondisi
yang seperti itu tentu temuan dan kecepatan serta ketepatanwaktu adalah sebuah
prestasi, berbanding terbalik dengan perusahaan dengan ukuran kecil.

18
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Karakteristik
Auditee
Audit delay
H1
Ukuran
Kantor Akuntan Publik
H2

H3

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran


D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2019). Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiric.
Hipotesis dalam penelitian ini adlaah:
H1 : Ukuran Auditee berpengaruh terhadap Audit delay pada perusahaan
farmasi yang terdaftar di BEI tahun 2017-2021.
H2 : Ukuran KAP berpengaruh terhadap Audit delay pada Perusahaan
Farmasi yang Terdaftar di BEI Tahun 2017-2021
H3 : Karakteristik Auditee dan Ukuran KAP berpengaruh terhadap Audit
delay pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di BEI Tahun 2017-2021

19
BAB III
METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai objek penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
Selain itu, peneliti akan membahas indikator-indikator yang digunakan oleh setiap
variabel independen dan variabel dependen. Pada bagian terakhir dengan berlandaskan
dari pembahasan indikator-indikator setiap variabel penelitian, maka akan dibahas
mengenai teknik analisis data apa saja yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil dari
hipotesis yang diajukan pada bab sebelumnya.

A. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan objek penelitian perusahaan
farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2017-2021 untuk tahun
buku yang berakhir pada 31 Desember.

B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini tergolong kedalam jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2019). Model yang digunakan adalah model konfirmatif karena ditujukan
untuk pembuktian/konfirmasi. Adapun yang akan dibuktikan didalam penelitian ini
adalah pengaruh variabel independent yang terdiri ukuran perusahaan, debt to total
asets, debt to equity, return on assets, return on equity dan ukuran KAP terhadap
audit delay pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI Tahun 2017-2021.

C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel
independen. Variabel dependent adalah audit delay (Y) sementara untuk variabel
independen terdiri dari debt to total asets, debt to equity, return on assets, return on
equity yang merupakan proxy dari karakteristik auditee dan ukuran KAP. Adapun
operasional variabelnya adalah sebagai berikut:

20
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Definisi
Variabel Operasional Indikator Metode Pengukuran Skala
Variabel
Waktu yang
dibutuhkan auditor
Audit delay =
untuk mengaudit
Selisih waktu Tanggal Laporan
suatu laporan
Audit delay tutup buku Audit-Tanggal Tutup
keuangan sejak Rasio
(Y) dengan waktu Buku Laporan
tanggal tutup buku
pelaporan audit Keuangan (Yeni
perusahaan sampai
Oktavia, 2016)
diterbitkannya
laporan audit
Adalah firm
Karakteristik characteristic yang Ukuran Ukuran perusahaan =
Rasio
Auditee (X1) melekat pada setiap perusahaan Ln (Total Asset)
emiten
Current Rasio: Aset
Curent Rasio Lancar/Kewajiban
Lancar
Debt to total DTTA=Jumlah
Rasio
asset Hutang/Total Aktiva
Debt to equity DER: Total
Rasio
ratio Utang/Ekuitas
ROA = Laba
Return on asset Rasio
Bersih/Total Aktiva
ROE= Laba
Return on equity Rasio
Bersih/Modal Saham
KAP yang termasuk
dalam big four:
Ukuran KAP KAP big four dan
Besar, KAP yang Dummy
(X2) non-big four
tidak termasuk dalam
big four: Kecil

D. Teknik Pengumpulan Data


Data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang sudah disediakan atau disajikan sebelumnya oleh pihak lain. Data tersebut
berupa data laporan kinerja keuangan dan laporan audit perusahaan farmasi yang telah
go publik. Sumber data berasal dari laporan keuangan yang diunggah di website IDX
dan perusahaan masing-masing perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Maka
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tinjauan pustaka dan observasi.

21
E. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2019).
Populasi di dalam penelitian ini adalah Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2017 – 2021.
Tabel 3.2
Populasi Penelitian
Kode Nama Tanggal
No
Saham Emiten IPO
1 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk 11-Nop-1994
2 INAF Indofarma (Persero) Tbk 17-Apr-01
3 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk 4-Jul-01
4 KLBF Kalbe Farma Tbk 30-Jul-91
5 MERK Merck Indonesia Tbk 23-Jul-81
6 PEHA Phapros Tbk., PT 26 Des 2018
7 PYFA Pyridam Farma Tbk 16-Okt-2001
8 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk 8-Jun-90
9 SIDO Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk 18-Des-2013
10 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk 17-Jan-94
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2022, Diolah
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka populasi di dalam penelitian ini
berjumlah 10 perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2021.
Pengambilan sampel di dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
total sampling yaitu teknik penarikan sampel di mana peneliti mengikutkan seluruh
anggota populasi kedalam objek pengujian penelitian.. Berdasarkan jumlah populasi
dan teknik sampling tersebut maka sampel penelitian ini adalah 10 perusahaan
farmasi di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2021.

F. Teknik Analisis Data


Pengolahan data dilakukan dengan cara membuat kategori pada masing-
masing nilai rasio kemudian menentukan selisih nilai maksimum dan minimum =

22
(nilai maks – nilai min). Selanjutnya menentukan range (jarak interval kelas) dan.
menentukan nilai rata-rata perubahan pada setiap variabel penelitian. Terakhir adalah
membuat daftar tabel frekuensi nilai perubahan untuk setiap variabel penelitian.
Pengolahan ini dilakukan untuk menyamakan karakteristik data penelitian. Semua
pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows Versi 26.
Selanjutnya untuk analisis datanya menggunakan analisis berikut:
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah enganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi
(Ghozali, 2011). Analisis deskriptif yang digunakan adalah nilai maksimum, nilai
minimum, dan mean (rata-rata). Sedangkan untuk menentukan kategori penilaian
setiap nilai rata-rata (mean) perubahan pada variabel penelitian, maka dibuat
tabel distribusi.

2. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak dilakukan uji
statistik Kolmogorov-Smirnov Test. Residual berdistribusi normal jika memiliki
nilai signifikansi > 0,05 (Ghozali, 2011).

3. Analisis Regresi
Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier
Berganda. Analisis regresi digunakan untuk mencari pengaruh secara bersama-
sama maupun sendiri-sendiri antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
(Sugiyono, 2017):

Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana:
Y : Audit delay
a : Konstanta
b1-b2 : Koefisien determinasi
X1 : Karakteristik auditee
X2 : Ukuran KAP
e : Eror

23
4. Uji Hipotesis
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variable dependen.
Uji yang digunakan digunakan adalah uji dua arah dengan signifikansi 5%.
Adapun dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut (Sugiyono,
2017):
1) Jika signifikansi ≤ 0,05, maka Hipotesis ditolak.
2) Jika signifikansi > 0,05, maka Hipotesis diterima.

b. Uji F (Uji Serempak)


Uji F menggunakan beberapa dasar analisis untuk menentukan
pengaruh dan hubungan variabel dalam penelitian. Berikut dasar analisis
yang digunakan pada uji F (Sugiyono, 2017):
1) Jika signifikansi ≤ 0,05, maka Hipotesis ditolak.
2) Jika signifikansi > 0,05, maka Hipotesis diterima.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)


Uji koefisien determinasi (Adjusted R Square) digunakan untuk
menunjukan persentase tingkat prediksi dari pengujian regresi yang
dilakukan. Besarnya koefisien determinasi adalah antara 0 sampai dengan 1,
semakin mendekati 0 besarnya koefisien determinasi maka semakin kecil
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011).

24
DAFTAR PUSTAKA

Abi, (2016). Semakin Dekat dengan Pasar Modal Indonesia. Deepublish.


Amani, F. A., & Waluyo, I. (2016). Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, opini
audit, dan umur perusahaan terhadap audit delay (studi empiris pada perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-
2014). Nominal: Barometer Riset Akuntansi Dan Manajemen, 5(1), 135–150.
Angruningrum, S., & Wirakusuma, M. G. (2013). Pengaruh profitabilitas, leverage,
kompleksitas operasi, reputasi KAP dan komite audit pada audit delay. E-Jurnal
Akuntansi, 5(2), 251–270.
Apriyana, N., & Rahmawati, D. (2017). Pengaruh profitabilitas, solvabilitas, ukuran
perusahaan, dan ukuran KAP terhadap audit delay pada perusahaan properti dan real
estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Nominal:
Barometer Riset Akuntansi Dan Manajemen, 6(2), 108–124.
Aulia, A. S., & Syam, D. (2013). Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap praktek
pengungkapan sustainability reporting dalam laporan tahunan perusahaan publik di
Indonesia. Jurnal Reviu Akuntansi Dan Keuangan, 3(1).
BKPM,. (2022). Ringkasan Realisasi Penanaman Modal PMDN-PMA, 2022.
Deni Sunaryo, (2021). Manajemen investasi dan portofolio. Penerbit Qiara Media.
Effendi, B. (2018). Profitabilitas, Solvabilitas dan Audit delay Pada Perusahaan Consumer
Goods yang Terdaftar di BEI. Owner: Riset Dan Jurnal Akuntansi, 2(2), 100–108.
Effendi, & Ridho Dani Ulhaq, (2021). Pengaruh Audit Tenur, Reputasi Auditor, Ukuran
Perusahaan dan Komite Audit. Penerbit Adab.
Essayyad, M. (2015). Essentials of Financial Management. Research & Education Assoc.
Fagbemi, T. O., Osemene, O. F., & Agbaje, O. (2020). Management entrenchment, firm
characteristics and earnings management of conglomerate companies in Nigeria.
Jurnal Administrasi Bisnis, 9(1), 1–14.
Foroudi, P., Jin, Z., Gupta, S., Melewar, T. C., & Foroudi, (2016). Influence of innovation
capability and customer experience on reputation and loyalty. Journal of Business
Research, 69(11), 4882–4889.
Ghozali, I. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung,
Alfabeta.
Harahap, (2013). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan ke-11. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

25
Hasnawati, S., & Sawir, A. (2015). Keputusan Keuangan. Ukuran Perusahaan, Struktur
Kepemilikan Dan Nilai Perusahaan Republik Indonesia, JMK, 17(1).
Hery, (2015). Pengantar Akuntansi. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hery, (2017). Teori Akuntansi: Pendekatan Konsep dan Analisis. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Hery, S. E. (2019). Auditing: Dasar-Dasar Pemeriksaan Akutansi. Gramedia widiasarana
indonesia.
Indonesia, I. A. (2011). Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Standar Profesional
Akuntan Publik. Salemba Empat. Jakarta.
Innayati, C. D., & Susilowati, E. (2015). Pengaruh karakteristik perusahaan dan auditor
terhadap audit delay (studi kasus pada perusahaan hotel, restoran, dan pariwisata di
Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi, 19(3), 449–461.
Jogiyanto, H. (2010). Teori portofolio dan analisis investasi. Edisi Ketujuh. BPFE.
Yogyakarta.
Junaidi, Nurdiono, (2016). Kualitas Audit: Perspektif Opini Going Concern. Penerbit
Andi.
Karyadi, M. (2017). Analisis Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas dan Solvabilitas terhadap
Audit delay. Journal Ilmiah Rinjani_Universitas Gunung Rinjani, 5(2).
Muaqilah, N., Mus, A. R., & Nurwanah, A. (2021). Pengaruh Financial Distress, Opini
Audit, Pergantian Manajemen dan Ukuran KAP terhadap Auditor Switching (Studi
pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ilmu
Akuntansi, 3(1), 145–158.
Nindita, C., & Siregar, S. V. (2012). Analisis pengaruh ukuran kantor akuntan publik
terhadap kualitas audit di Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 14(2), 91–104.
Panjaitan, C. M., & Chariri, A. (2014). Pengaruh Tenure, Ukuran KAP dan Spesialisasi
Auditor terhadap Kualitas Audit. Diponegoro Journal of Accounting, 221–232.
Puspitasari, E., & Sari, A. N. (2012). Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap lamanya
waktu penyelesaian audit (audit delay) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Auditing, 9(1), 31–42.
Saraswati, R., & Herawaty, V. (2019). Pengaruh Opini Audit, Penggantian Auditor,
Profitabilitas, Solvabilitas Dan Likuiditas Terhadap Audit Report Delay Dengan
Kepemilikan Manajerial Sebagai Moderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Properti
Dan Real Estate Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2016–2018). PROSIDING SEMINAR
NASIONAL CENDEKIAWAN, 2–48.

26
Sawitri,., & Budiartha, I. K. (2018). Pengaruh Audit Tenure dan Financial Distress pada
Audit delay dengan Spesialisasi Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal
Akuntansi, 22(3), 1965–1991.
Sepbeariska Manurung,. Hamdan Firmansyah,., Nurhidayah, , Suryaningsi, (2021).
Auditing. Jakarta: Media Sains Indonesia.
Sudarmanto, E., Khairad, F., Damanik, D., Purba, E., Peranginangin, A. M., Arfandi, S.
N., Purba, B., Basmar, E., Sriwiyanti, E., & Astuti, A. (2021). Pasar Uang dan Pasar
Modal. Yayasan Kita Menulis.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Susilawati, E. (2020). Asymmetric Information: Tinjauan Berdasarkan Rekomendasi
Analis Sekuritas dan Revisi Earning Forecast. Ekonomis: Journal of Economics and
Business, 4, 88. https://doi.org/10.33087/ekonomis.v4i1.128
Tjiptono, D., & Fakhrudin Hendy, M. (2011). Pasar Modal di Indonesia Edisi 3. Salemba
Empat, Jakarta.
Ulfah, I., & Triani, (2019). Karakteristik Auditee Dan Auditor Terhadap Audit delay Pada
Perusahaan Di Bei Periode 2013-2017. Jurnal Akuntansi Unesa, 8(2).
Widosari, S. A., & RAHARDJA, R. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang berpengaruh
terhadap Audit delay pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia tahun
2008-2010. Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Winwin Yadiati, S. E., Abdulloh Mubarok, (2017). Kualitas Pelapor Keuangan: Kajian
Teoretis Dan Empiris (Edisi Pertama). Prenada Media.

27

Anda mungkin juga menyukai