Anda di halaman 1dari 36

DAMPAK FINANCIAL RISK DAN INCOME

SMOOTHING TERHADAP KINERJA


PERUSAHAAN ASURANSI

MAKALAH

Oleh:
Roestanto Sukarta Diputra
55120120015

Pembimbing
Dr. Sudjono, M.Acc.

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCUBUANA
2022
ABSTRACT

Financial risk and income smoothing are some important factors that must be
considered by insurance companies. Financial risk and income smoothing can affect
the performance of insurance companies. Cases of failure to pay claims due from PT.
Asuransi Jiwasraya is an example of not paying attention to financial risk and income
smoothing. Companies only think about short-term profits, while not paying attention
to the long-term. The result is a loss for society, the state and the insurance company
itself.

Keyword: Financial Risk, Income Smoothing, Insurance Company Performance

ABSTRAK

Financial risk dan income smoothing merupakan beberapa faktor penting yang harus
diperhatikan oleh perusahaan asuransi. Financial risk dan income smoothing dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan asuransi. Kasus gagal bayar klaim jatuh tempo dari
PT. Asuransi Jiwasraya merupakan contoh dari tidak diperhatikannya financial risk
dan income smoothing. Perusahaan hanya memikirkan keuntungan jangka pendek,
sementara untuk jangka panjang tidak diperhatikan. Hasilnya adalah kerugian bagi
masyarakat, negara dan perusahaan asuransi itu sendiri.

Kata Kunci: Financial Risk, Income Smoothing, Kinerja Perusahaan Asuransi

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat-Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul “Dampak
Financial Risk dan Income Smoothing Terhadap Kinerja Perusahaan Asuransi” dapat
diselesaikan.
Secara garis besar, makalah ini berisi tentang pentingnya financial risk dan
income smoothing terhadap kinerja perusahaan asuransi. Terdapat tiga sumber
financial risk, diantaranya:
1) Risiko keuangan yang timbul dari eksposur perusahaan.
2) Risiko keuangan yang timbul dari tindakan dan transaksi dengan perusahaan lain.
3) Risiko keuangan akibat tindakan internal atau kegagalan perusahaan.
Dari ketiga sumber ini, perusahaan dapat menghadapi market risk, credit risk dan
liquidity risk yang dapat menyebabkan kerugian bagi masyarakat, negara dan
perusahaan itu sendiri.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Sudjono, M.Acc.
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa tiada gading yang tak retak, sehingga penyusunan
tugas akhir ini tentunya masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Mei 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

ABSTRAK 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR TABEL 5
BAB I PENDAHULUAN 6

A. Latar Belakang Masalah 6 B. Rumusan Masalah 10 C. Batasan


Masalah 10 D. Tujuan Penelitian 10 E. Manfaat Penelitian 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 12 A. Kajian Teori 12 1.


Asuransi 12 2. Financial Risk 13 3. Risk Based Capital 16
4. Income Smoothing 16 B. Penelitian Terdahulu 17

BAB III PEMBAHASAN 28

BAB IV PENUTUP 33

A. Kesimpulan 33
B. Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 34

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Rangkuman Penelitian Terdahulu 17


Tabel 3.1. Data Laporan Keuangan PT. Asuransi Jiwasraya Tahun 2017-September
2019 28
Tabel 3.2. Kronologi Kasus PT. Asuransi Jiwasraya 29

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang 40 Tahun 2014, Pasal 1 (4), usaha perasuransian

adalah segala usaha menyangkut jasa pertanggungan atau pengelolaan risiko,

pertanggungan ulang risiko, pemasaran dan distribusi produk asuransi atau produk

5
asuransi syariah, konsultasi dan keperantaraan asuransi, asuransi syariah, reasuransi,

atau reasuransi syariah, atau penilaian kerugian asuransi atau asuransi syariah.

Pengertiaan asuransi umum dalam pasal 1 (5) adalah usaha jasa pertanggungan risiko

yang memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena

kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab

hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis

karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.

Jumlah perusahaan perasuransian yang memiliki izin usaha untuk beroperasi

di Indonesia per 31 Desember 2020 adalah 376 perusahaan, terdiri dari 148

perusahaan asuransi dan reasuransi serta 228 perusahaan penunjang usaha asuransi

(tidak termasuk Konsultan Aktuaria dan Agen Asuransi). Perusahaan asuransi dan

reasuransi terdiri dari 59 perusahaan asuransi jiwa, 77 perusahaan asuransi umum, 7

perusahaan reasuransi, 2 badan penyelenggara program jaminan sosial, dan 3

perusahaan penyelenggara asuransi Pegawai Negeri Sipil dan TNI/POLRI.

Perusahaan penunjang usaha asuransi terdiri dari 160 perusahaan pialang asuransi, 42

perusahaan pialang reasuransi, dan 26 perusahaan penilai kerugian asuransi.

Kinerja perusahaan asuransi terus mengalami perkembangan. Berdasarkan

data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah premi bruto industri asuransi pada

tahun 2020 mencapai Rp503,3 triliun, meningkat 4,6% dari tahun sebelumnya yaitu

Rp481,1 triliun. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan rata-rata premi bruto adalah

sekitar 6,8% (menggunakan metode Compounded Annual Growth Rate (CAGR)).

Sementara itu, kontribusi sektor asuransi terhadap Produk Domestik Bruto

6
sebagaimana dicerminkan oleh rasio antara premi bruto terhadap PDB mengalami

kenaikan sebesar 0,22% dari 3,04% pada tahun 2019 menjadi 3,26% pada tahun

2020. Premi bruto tertinggi pada tahun 2020 diperoleh dari penerimaan iuran asuransi

sosial sebesar 15,1%, diikuti oleh premi asuransi umum dan reasuransi sebesar 3,8%.

Sementara itu, penerimaan premi untuk asuransi jiwa turun 4,3%, diikuti oleh

perusahaan penyelenggara Asuransi Aparatur Sipil Negara, TNI/POLRI, Kecelakaan

Penumpang Umum dan Lalu Lintas Jalan turun 5,8%. Porsi terbesar dari premi bruto

industri asuransi tahun 2020 adalah premi bruto badan penyelenggara jaminan sosial

sebesar 42,3%, diikuti premi asuransi jiwa sebesar 36,9%, asuransi umum dan

reasuransi sebesar 18,5% dan perusahaan penyelenggara Asuransi ASN, TNI/POLRI,

Kecelakaan Penumpang Umum dan Lalu Lintas Jalan sebesar 2,3%.

Kinerja mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset.

Kinerja keuangan merupakan analisis yang dilakukan untuk menilai sejauh mana

suatu perusahaan telah berkinerja baik dan benar dengan menggunakan aturan

pelaksanaan keuangan (Irham, 2012: 2). Penilaian kinerja keuangan yang paling

umum digunakan adalah penggunaan indikator keuangan. Indikator keuangan untuk

menilai kinerja perusahaan berdasarkan rasio yang ada di dalam laporan keuangan.

Rasio keuangan merupakan salah satu alat ukur untuk mengetahui kondisi keuangan

sebuah perusahaan.

Menurut Djohanputro (2008:60), risiko bisnis dapat dibagi menjadi empat

kategori, salah satunya adalah financial risk. Financial risk adalah perubahan tujuan

atau ukuran keuangan perusahaan karena perubahan berbagai variabel makro.

7
Regulasi di Indonesia terkait kesehatan perusahaan asuransi terdapat pada Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.71/POJK.05/2016 tentang kesehatan keuangan.

Peraturan ini menjelaskan setiap perusahaan asuransi harus menyampaikan laporan

tingkat solvabilitas dengan menggunakan metode Risk Based Capital (RBC), sebagai

metode untuk mengukur batas tingkat solvabilitas dalam mengukur tingkat kesehatan

keuangan perusahaan asuransi yang digunakan untuk memastikan pemenuhan

kewajiban asuransi dan reasuransi dengan mengetahui besarnya kebutuhan modal

sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi perusahaan ketika mengelola kekayaan

dan kewajiban. Pasal 3 POJK No.71 tahun 2016 menyatakan bahwa perusahaan

asuransi dan perusahaan reasuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat solvabilitas

paling rendah 100% dari risiko Modal Minimum Berbasis Risiko (MMBR) dan target

tingkat solvabilitas internal ditetapkan paling rendah 120% dari MMBR dengan

memperhitungkan profil risiko setiap perusahaan, serta mempertimbangkan hasil

simulasi skenario perubahan (stress test). Pada Pasal 4 disebutkan risiko yang harus

diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan modal paling sedikit adalah risiko kredit,

risiko likuiditas, risiko pasar, risiko asuransi, dan risiko operasional.

Indikator lainnya untuk menentukan kinerja suatu perusahaan adalah laba.

Informasi yang terkandung dalam laba dimaksudkan untuk menentukan hasil kerja

manajemen, memprediksi laba masa depan, dan memprediksi kemampuan

perusahaan untuk meminjam uang dari kreditur (N., M. Kirschenheiter, 2002).

Income smoothing adalah proses memanipulasi waktu pendapatan atau pelaporan laba

sehingga laba yang dilaporkan tampak stabil. Income smoothing disebabkan karena

8
manajemen ingin mempertahankan nilai pendapatan yang stabil. Jika pendapatan

aktual menurun dari tahun ke tahun, manajemen akan melaporkan pendapatan lebih

tinggi. Sebaliknya, manajemen akan menurunkan pendapatan yang dilaporkan jika

laba aktual meningkat dibandingkan dengan laba tahun sebelumnya. Manajemen

pendapatan adalah pilihan kebijakan akuntansi manajemen untuk mencapai tujuan

tertentu. Pemilihan metode akuntansi dilatarbelakangi oleh alasan efisiensi dan

oportunisme. Tindakan income smoothing menyesatkan pengungkapan informasi

terkait laba bersih perusahaan dan mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan

oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, terutama pihak luar.

Berdasarkan fenomena premi asuransi dan hasil penelitian terdahulu yang

beragam, maka penulis mengambil keputusan untuk menyusun makalah dengan judul

“Dampak Financial Risk dan Income Smoothing Terhadap Kinerja Perusahaan

Asuransi”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana dampak financial risk dan income smoothing terhadap kinerja

perusahaan asuransi di Indonesia?

C. Batasan Masalah

9
Makalah ini membahas dampak pengaruh financial risk dan income

smoothing terhadap kinerja perusahaan asuransi di Indonesia khususnya salah satu

asuransi jiwa di Indonesia.

D. Tujuan Penelitian

Untuk membahas dampak pengaruh financial risk dan income smoothing

terhadap kinerja perusahaan asuransi di Indonesia.

E. Manfaat Penelitian

1) Manfaat Praktis

(1) Bagi Nasabah

Memberikan informasi dan rekomendasi kepada pihak yang

terkait, khususnya bagi nasabah asuransi. Penelitian ini diharapkan

dapat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan untuk ikut premi

asuransi pada perusahaan asuransi di Indonesia.

(2) Bagi Perusahaan

Memberikan masukan kepada perusahaan untuk memperhatikan

financial risk dan income smoothing agar dapat dipeprcaya oleh

nasabah.

2) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris dan

kontribusi secara ilmiah mengenai financial risk dan income smoothing yang

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan asuransi di Indonesia.

10
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Asuransi

11
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992

tentang Usaha Perasuransian, pasal 1: asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian

antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian

kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang

diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan

diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk

memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya

seseorang yang dipertanggungkan.

Manfaat dari asuransi bagi masyarakat, negara, dan perusahaan asuransi itu

sendiri adalah (Darmawi, 2001:4):

1) Melindungi dari risiko.

2) Mengurangi kekhawatiran.

3) Membantu pemeliharaan kesehatan.

4) Meratakan keuntungan.

5) Sumber dana investasi.

6) Melengkapi syarat untuk kredit.

7) Mengurangi biaya modal.

8) Menjamin kestabilan perusahaan.

9) Mencegah kerugian usaha.

10) Menyediakan layanan profesional.

2. Financial Risk

12
Menurut Horcher (2005:3) financial risk adalah proses untuk menghadapi

ketidakpastian yang dihasilkan dari pasar keuangan. Hal ini melibatkan penilaian

risiko keuangan yang dihadapi perusahaan dan pengembangan strategi manajemen

yang konsisten dengan prioritas dan kebijakan internal. Mengatasi risiko keuangan

secara proaktif dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Ini juga

memastikan bahwa manajemen, staf operasional, pemangku kepentingan, dan dewan

direksi sepakat tentang isu-isu utama risiko.

Ada tiga sumber utama risiko keuangan:

4) Risiko keuangan yang timbul dari eksposur perusahaan terhadap perubahan harga

pasar, seperti suku bunga, nilai tukar, dan harga komoditas.

5) Risiko keuangan yang timbul dari tindakan, dan transaksi dengan, perusahaan lain

seperti vendor, pelanggan, dan pihak lawan dalam transaksi derivatif.

6) Risiko keuangan akibat tindakan internal atau kegagalan perusahaan, khususnya

orang, proses, dan sistem.

Risiko keuangan menciptakan kemungkinan kerugian yang timbul dari

kegagalan mencapai tujuan keuangan. Risiko mencerminkan ketidakpastian tentang

nilai tukar mata uang asing, suku bunga, harga komoditas, harga ekuitas, kualitas

kredit, likuiditas, dan akses perusahaan ke pembiayaan. Risiko keuangan ini tidak

selalu independen satu sama lain. Misalnya, nilai tukar dan suku bunga seringkali

sangat terkait, dan saling ketergantungan ini harus dikenali ketika manajer merancang

sistem manajemen risiko. Risiko keuangan dapat dibagi ke dalam kategori yang

berbeda, yaitu (Dowd, M. W., 2008:5):

13
1) Market Risks.

2) Credit Risks.

3) Liquidity Risks.

Proses manajemen risiko keuangan terdiri dari strategi yang memungkinkan

perusahaan untuk mengelola risiko yang terkait dengan pasar keuangan. Manajemen

risiko adalah proses dinamis yang harus berkembang dengan perusahaan dan

bisnisnya. Ini melibatkan dan berdampak pada banyak bagian perusahaan termasuk

perbendaharaan, penjualan, pemasaran, hukum, pajak, komoditas, dan keuangan

perusahaan. Proses manajemen risiko melibatkan analisis internal dan eksternal.

Bagian pertama dari proses melibatkan identifikasi dan prioritas risiko keuangan yang

dihadapi perusahaan dan memahami relevansinya. Mungkin perlu untuk memeriksa

perusahaan dan produknya, manajemen, pelanggan, pemasok, pesaing, harga, tren

industri, struktur neraca, dan posisi dalam industri. Penting juga untuk

mempertimbangkan pemangku kepentingan dan tujuan mereka serta toleransi

terhadap risiko. Ada tiga alternatif luas untuk mengelola risiko (Horcher, 2005:7):

1) Tidak melakukan apa-apa dan secara aktif, atau pasif, menerima semua risiko.

2) Lindung nilai sebagian eksposur dengan menentukan eksposur mana yang dapat

dan harus dilindung nilai.

3) Hedge semua eksposur mungkin.

Proses pengambilan keputusan yang aktif merupakan komponen penting dari

manajemen risiko. Keputusan tentang potensi kerugian dan pengurangan risiko

14
menyediakan forum untuk diskusi tentang isu-isu penting dan berbagai perspektif

pemangku kepentingan

Salah satu sumber utama risiko keuangan adalah internal. Risiko internal

dapat dilihat dari rasio keuangan perusahaan. Selain itu, rasio keuangan juga dapat

digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) No. 28 tentang Akuntansi Asuransi Kerugian, terdapat beberapa

rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan asuransi.

Rasio keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam empat aspek rasio, yaitu Solvency

and Profitability Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan perusahaan dalam memenuhi lnya baik kewajiban jangka pendek

maupun jangka panjang serta mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh

keuntungan. Liquidity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Premium

Stability Ratio adalah rasio yang mengukur kestabilan operasi dengan menggunakan

premi secara efektif serta untuk mengetahui kenaikan atau penurunan yang terjadi

pada jumlah premi. Technical Ratio adalah rasio yang mengukur tingkat kecukupan

dana yang diperlukan dari penutupan risiko. Analisis angka-angka keuangan utama

menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk membantu dalam pengambilan

keputusan.

3. Risk Based Capital

15
Pengertian risk based capital berdasarkan Peraturan Ketua Badan Pengawas

Pasar Modal (BAPEPAM) dan Lembaga Keuangan Nomor: PER-02/BL/2009 adalah

jumlah tingkat solvabilitas minimum yang sama dengan jumlah dana yang

dibutuhkan untuk menutupi risiko kerugian dapat diakibatkan oleh

ketidakkonsistenan dalam pengelolaan aset dan kewajiban. Semua perusahaan

asuransi dan reasuransi harus memiliki rasio solvabilitas (risk based capital) minimal

120%, atau 100% dari risiko yang mungkin timbul dari penyimpangan dalam

pengelolaan aset dan kewajiban. Melakukan penyesuaian dan menaikkan batas

solvabilitas sehubungan dengan periode waktu tertentu. Aturan ini ditetapkan oleh

Pemerintah dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 424/KKM.06/2003

tentang Kedudukan Keuangan Perusahaan Perasuransian dan Perusahaan Reasuransi.

Risk based capital dapat memberikan ukuran apakah suatu perusahaan sehat dan

terjamin. Ukuran risk based capital yang memenuhi syarat sering digunakan sebagai

alat promosi untuk membuat orang membeli polis.

4. Income Smoothing

Menurut Belkaoui (2007:37), definisi income smoothing adalah pengurangan

fluktuasi pendapatan dari tahun ke tahun dengan cara mengalihkan pendapatan dari

tahun-tahun pendapatan tinggi untuk periode-periode yang kurang menguntungkan.

Jadi, income smoothing merupakan fenomena proses manipulasi profil waktu

pendapatan atau pendapatan untuk menghasilkan keuntungan dan menjadi kurang

bervariasi, sementara pada saat yang sama tidak meningkatkan pendapatan yang

dilaporkan selama periode tersebut. Tujuan income smoothing adalah sebagai berikut:

16
1) Meningkatkan citra perusahaan di mata pihak luar bahwa perusahaan tersebut

memiliki resiko yang rendah.

2) Memberikan informasi yang relevan untuk membuat prediksi terhadap laba di

masa yang akan datang.

3) Meningkatkan kepuasan hubungan bisnis.

4) Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen.

5) Meningkatkan kompensasi untuk manajemen.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang melakukan penelitian tentang pengaruh financial

risk dan income smoothing terhadap kinerja perusahaan, yaitu:

Tabel 2.1. Rangkuman Penelitian Terdahulu


Nama
Judul
No Peneliti Masalah Teori Hasil Penelitian
Penelitian
(Tahun)
1 Dewangga, D. Risiko Usaha 1. Risiko Risiko kredit dan
R. (2021) Keuangan perasuransian tidak Keuangan risiko likuiditas
Pengaruhnya dikelola dengan dalam usaha perusahaan
Terhadap baik yang dapat asuransi. asuransi
Tingkat mengancam 2. Enterprise menunjukkan
Profitabilitas keberlangsungan Risk kondisi yang tidak
Pada usahanya. Management baik, sehingga hal
Perusahaan Theory. ini mengakibatkan
Asuransi 3. potensi kerugian
Umum di Contingency bagi
BEI. Planning perusahaan.
Theory.
2 Sindi Analisis Rasio Premi yang 1. Analisis Berdasarkan
Nurfadila, R. Keuangan dan diperoleh rasio keuangan penilaian kinerja
R. (2015). Risk Based perusahaan harus perusahaan keuangan
Capital Untuk diolah dan asuransi. perusahaan
Menilai didayagunakan 2. Risk based melalui analisis
Kinerja dengan capital. rasio keuangan
Keuangan baik agar dapat dan Risk
Perusahaan memenuhi setiap Based Capital,
Asuransi. kewajibannya maka dapat
serta mendapatkan diambil
laba yang optimal. kesimpulan

17
bahwa kinerja
keuangan PT.
Asei Reasuransi
Indonesia
(Persero) dalam
keadaan sangat
baik.
3 Khoiruddin, Pengaruh Pengawasan 1. Risk based 1. secara
E. P. (2016). Rasio terhadap kinerja capital. simultan
Keuangan keuangan 2. Rasio Early terdapat
Early perusahaan Warning pengaruh yang
Warning asuransi sangat System.
signifikan rasio
System penting untuk
Terhadap meningkatkan
likuiditas
Tingkat tingkat utilitas, (RLK), rasio
Solvabilitas mengoptimalkan retensi
Perusahaan pengelolaan sendiri (RRS),
Asuransi Jiwa keuangan yang rasio beban
Syariah akuntabel dan (RBN) dan
Periode 2010- kepercayaan ukuran
2013. masyarakat serta perusahaan
konsumen (UKP)
terhadap lembaga berpengaruh
dan produk jasa
terhadap tingkat
keuangan
yang ada di solvabilitas
Indonesia perusahaan
(financial well- asuransi jiwa
literate), syariah
sebagaimana yang 2. Semakin
dilakukan terhadap besar beban
lembagalembaga perusahaan maka
keuangan lainnya tingkat
misalnya bank. solvabilitas
perusahaan akan
menurun sehingga
perusahaan
harus menurunkan
rasio beban agar
solvabilitas
perusahaan
asuransi jiwa
syariah meningkat
dan
sebaliknya
4 Siswanto, R. Kinerja Perusahaan 1. Risk based 1. Solvabilitas
M. (2019) Keuangan asuransi jiwa capital. perusahaan
Perusahaan konvensional terus 2. Strategi asuransi
Asuransi Jiwa mencatatkan aliansi joint melibatkan aset
Konvensional kerugian, padahal venture. yang
di Indonesia trend pendapatan diperkenankan,

18
Periode 2015- premi yang dicapai maka ketika
2018. mengalami perusahaan
peningkatan. asuransi berusaha
mencapai target
tingkat
solvabilitas
sesungguhnya
perusahaan
tersebut juga
mengelola ROA
perusahaan.
2. Kemampuan
aktiva
perusahaan
asuransi dalam
mencetak laba
tidak dipengaruhi
apakah
perusahaan
tersebut
merupakan
perusahaan joint
venture life
insurance
company atau
national life
insurance
company. Artinya
keterlibatan
perusahaan
asuransi asing
tidak berpengaruh
terhadap
pencapaian ROA
perusahaan
asuransi.
5 Rikumahu, Y. Penerapan Melihat dampak 1. Manajemen Perwujudan
A. (2014). Manajemen dari penerapan risiko. GCG pada Jasa
Risiko manajemen risiko 2. Good Raharja yang
Terhadap yang diukur Corporate mengacu pada
Perwujudan menggunakan Governance. pedoman GCG
Good kerangka perusahaan di
Corporate manajemen risiko Indonesia belum
Governance ISO 31000 masuk pada skor
Pada terhadap optimal yaitu
Perusahaan penerapan antara 5,50
Asuransi. corporate hingga 7,00,
governance di namun telah
Jasa Raharja yang masuk ke dalam
merupakan salah kategori baik
satu BUMN di dengan skor 5,30.

19
bidang asuransi.
6 Santoso, L. M. Pengaruh Ketidakkonsistenan 1. Pecking Terdapat
(2020). Ukuran hasil dari beberapa order theories. pengaruh antara
Perusahaan, penelitian 2. Financial variabel ukuran
Debt To terdahulu, menarik risk dan risk perusahaan, debt
Equity Ratio, minat peneliti based capital. to equity ratio,
Debt To Asset untuk melakukan debt to asset
Ratio dan penelitian lebih ratio dan risk
Risk Based lanjut mengenai based capital
Capital pengaruh positif terhadap
Terhadap ukuran perusahaan profitabilitas
Profitabilitas. (UP) terhadap secara bersama-
profitabilitas, sama.
pengaruh negatif
debt to equity
ratio (DER)
terhadap
profitabilitas,
pengaruh negatif
debt to asset ratio
(DAR)
terhadap
profitabilitas dan
pengaruh positif
risk based capital
(RBC) terhadap
profitabilitas.
7 Wiratno, R. A. Pendapatan 1) Kegagalan Risk based Faktor
(2017). Premi, Rasio pengelolaan capital. fundamental
Hasil kekayaan, ketidak perusahaan yang
Investasi, seimbangan antara berasal dari
Laba, Klaim proyeksi arus laporan keuangan
dan Risk kekayaan dan yang
Based Capital kewajiban. direpresentasikan
Perusahaan 2) Ketidak- oleh pendapatan
Asuransi seimbangan antara premi, rasio hasil
Kerugian di nilai kekayaan dan investasi, laba dan
Indonesia. kewajiban dalam klaim secara
setiap jenis mata bersama sama
uang. memberikan
3) Perbedaan sinyal yang positif
antara beban klaim untuk
yang terjadi dan memprediksi
beban klaim yang kesehatan
diperkirakan. perusahaan
4) Ketidak- asuransi. Dalam
cukupan premi hal ini kinerja
akibat perbedaan perusahaan pada
hasil investasi yang saat ini maupun
diasumsikan dalam yang akan datang
penetapan premi sehingga menjadi

20
dengan hasil pertimbangan
investasi yang pemangku
diperoleh kepentingan
5) Ketidak- dalam menetapkan
mampuan pihak keputusan bagi
reasuradur untuk perusahaan
memenuhi asuransi sehingga
kewajiban tingkat kesehatan
membayar klaim. perusahaan
asuransi dalam
mengelola risiko
dapat dikelola
secara baik
dengan tingkat
solvabilitas
perusahaan
terjaga.
8 Rohmah, R. d. Pengaruh Terdapat ketidak 1. Rasio 1. Rasio likuiditas,
(2021). Rasio konsistenan keuangan rasio beban klaim,
Keuangan pengaruh rasio early warning dan underwriting
Early keuangan early system. ratio berpengaruh
Warning warning system 2. Risk based signifikan
System terhadap tingkat capital. terhadap tingkat
Terhadap solvabilitas. solvabilitas
Tingkat Perbedaan rasio perusahaan
Solvabilitas keuangan early asuransi.
Perusahaan warning system 2. Rasio tingkat
Asuransi Life dengan tingkat kecukupan dana
Syariah di solvabilitas dilihat berpengaruh
Indonesia dari hasil signifikan
Periode 2015- perhitungan setiap terhadap tingkat
2019. rasio keuangan solvabilitas
dimana setiap rasio perusahaan.
keuangan diambil
dari pos-pos
laporan keuangan
yang berbeda-beda.
9 Fira Agustin, Pengaruh Perusahaan Risk based 1. Pertumbuhan
A. S. (2016). Premium asuransi umum capital. premi tidak berarti
Growth Ratio, tidak efisien karena profitabilitas
Risk Based adanya penggunan perusahaan itu
Capital dan modal yang bertambah karena
Hasil diinvestasikan salah satunya
Investasi menjadi tidak adalah
Terhadap produktif. meningkatnya
Profitabilitas pertumbuhan
Perusahaan klaim yang terjadi
Asuransi sehingga beban
Umum yang yang dikeluarkan
Terdaftar di oleh perusahaan
Bursa Efek lebih besar dari

21
Indonesia pada pendapatan
Tahun 2010- yang diperoleh
2014. dari premi itu
sendiri.
2. Pencapaian
tingkat risk based
capital yang
disyaratkan
pemerintah hanya
memberikan
informasi
mengenai
kesehatan kondisi
keuangan
perusahaan
terhadap
memenuhi
kewajibannya dan
pengelolaan resiko
yang akan
ditanggung.
3. Jika nilai hasil
investasi naik
maka akan
meningkatkan
return on assets
yang diperoleh
perusahaan.
10 Bogar, S. Analisis Risk Tingkat 1. Prinsip Kesehatan
(2016). Based Capital persaingan hukum dasar Perusahaan
(RBC) di Industri Asuransi asuransi. Asuransi sangat
Perusahaan semakin ketat 2. Risk based dipengaruhi oleh
Asuransi. sehingga menjurus capital. Tingkat
praktek yang Solvabilitas,
tidak sehat seperti Tingkat
penetapan tarip Solvabilitas
premi yang sangat Minimum, dan
rendah sehingga Tingkat
dapat mematikan Perimbangan
perusahaan lain Investasi dengan
dalam jangka Kewajiban. Jadi
panjang. Praktek untuk
ini bisa membuat meningkatkan
tarip premi yang Kesehatan
ditetapkan tidak Perusahaan
benar. Dengan Asuransi adalah
adanya hal meningkatkan
tersebut perlu suatu bentuk
regulasi didalam investasi antara
pengelolaan lain surat
industri Asuransi berharga yang

22
yang memberikan diterbitkan oleh
perlindungan bagi pemerintah
publik sebagai karena didalam
pengguna jasa pengakuan
Asuransi. bentuk investasi
hampir seratus
prosen dengan
risiko hampir
mendekati nol.
11 Ibrahim Financial Risk In the year 2014 1. Financial 1. The study
Mallam Fali, and Financial FBN life insurance risk. concludes that
T. N. (2020). Performance acquired Oasis 2. Markowitz credit risk
of Listed insurance plc, all portfolio inversely
Insurance the insurance theory. influence the
Companies in companies financial
Nigeria. collapsed due to performance
unable to manage of the insurance
financial risk and firms in Nigeria
also unable to while liquidity
meet up with risk is not a
regulatory strong driver of
guidelines and in financial
2019 Great performance of
Nigeria insurance the insurance
plc voluntarily firms in Nigeria.
withdrew from the 2. The study
business due to further concludes
their failure to that, the solvency
manage the risk improves the
financial risk financial
properly. performance of
the listed
insurance
companies in
Nigeria. The
report advises
that Nigerian
insurance
providers should
do better to
adequately
control their
receivable
number by
supplying their
debtors with
payment plans
that are
appropriate for
servicing their
outstanding debt

23
or loan.
12 Xing, L. The Financial Although The Financial risk. It can be
(2020). Risk Analysis Similar Financial seen from the
and mode can help research that the
Prevention of enterprises expand similar financial
Electrical in scale quickly, it mode is a double-
Industry under also becomes a edged sword as a
the Similar burden for new financing
Financial enterprises due to method, which
Mode---Base occupy a large should be used
on One amount of funds appropriately.
Electronics from suppliers. When electric
Company. appliance chain
enterprise needs
fund,
they can apply
this kind of mode
appropriately.
The key to the
success or failure
of this financing
mode relay on the
management and
application of the
enterprises
themselves.
Enterprises
should pay
attention to risk
prevention and
control and at the
same time should
deal with the
relationship with
suppliers.
However, how
can the similar
financial model
develop well,
manage
redundant funds,
and
do risk prevention
and control well
is the key question
that should be
worth studied for
a long time.
13 Voronova, D. Risk The subject is the 1. Solvency II Implementing risk
K. (2012). Management improvement of the approach. self-assessment
as a Tool to insurance 2. Risk tool as a start

24
Improve company’s management. point for
The reliability with the improving every
Reliability: risk management, insurance
Case of according to the company’s
Insurance Solvency II reliability that is
Company. Directive performed for
requirements. every business
line according to
the insurance
company’s
organizational
structure in order
to cover exiting
risks according to
the standard
formula of
Solvency capital
requirements.
Risks are assessed
and evaluated
taking into
account an
occurrence
probability, a
possible damage
in case of a risk
occurrence and
the effectiveness
of the control
system.
14 W. Travis Financial Risk Each effort has Risk Applying our
Selmier II, H. as a Good. sought out those governance. general concept
P. (2014). factors which of risk to finance,
caused the recent we propose that
crisis to reach effective financial
such heightened governance policy
systemic effects must take into
which damaged account three
national, regional, factors:
and global (1) The utility
financial systems. function for risk-
lovers is convex
and that for risk-
averse agents
concave.
(2) More risk-
prone agents may
seek levels of risk
that create
systemic effects, if
those agents are

25
of a sufficient
size.
3) As the scale of
risk grows and
risk is
transmutated from
a private good
into a club good
or common pool,
governance
principles that
encompass this
transmutation are
required. Given
these three
important reasons
and these three
factors, we argue
that proper
macroprudential
governance and
microprudential
regulation must
be developed in
tandem.
15 John M. Strategic There is a great Financial risk. The ALM systems
Mulvey, D. P. Financial Risk need for discussed in this
(1997). Management integrative paper illustrate
and approaches to the benefits of
Operations fïnancial analysis stepping up the
Research. and planning. The risk analysis
globalization of ladder. The
financial markets systems provide a
and the comprehensive
introduction of measurer of
complex products organizational
such as exotic risks. The final
derivatives has step is to move to
increased volatility the top rung -
and risks. Strides Total Integrative
in computers and Risk
information Management.
technology has Here, the ALM
eliminated any system
delays between the coordinates the
occurrence of an entire financial
event and the enterprise
impact on the (Mulvey et al.,
markets - within 1995). For
the home country example, it might
and develop a funding

26
internationally. strategy for a
Consideration of pension plan that
uncertainties is is consistent with
critical in lïnancial the profit/loss
planning. Major potential for the
uncertainties parent company
include the returns (e.g adding
of investment contribution
instruments, future under highly
borrowing rates profitable
and external scenarios, and
deposit/withdrawal reducing
streams. Investors contribution
often seek to during periods of
develop long-term stress). Of course,
strategies that financial
hedge against organizations do
uncertainties. just this. But an
integrative risk
management
system improves
coordination and
allows for more
aggressive
investments and
increased long
term growth.

27
BAB III

PEMBAHASAN

PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) mengalami tekanan likuiditas sehingga

ekuitas tercatat negatif Rp23,92 triliun pada September 2019. Selain itu, Jiwasraya

membutuhkan uang sebesar Rp32,89 triliun untuk kembali likuid. Berikut data

laporan keuangan PT. Asuransi Jiwasraya tahun 2017-2019:

Tabel 3.1. Data Laporan Keuangan PT. Asuransi Jiwasraya Tahun 2017-
September 2019
(Dalam triliun rupiah)
Pos Tahun 2017 Tahun 2018 September 2019

Aset: 45,68 36,23 25,68

Saham 6,63 3,77 2,48

Deposito 4,33 1,22 0,8

Reksadana 19,17 16,32 6,64

Obligasi Korp. 1,80 1,41 1,40

Tanah dan
8,68 8,68 8,68
Bangunan

Aset lain 1,95 1,72 2,47

28
SUN 3,09 3,11 3,19

Ekuitas: 5,57 -10,20 -23,92

Sumber: PT. Asuransi Jiwasraya (Persero), data diolah, 2022.

Dapat dilihat dari tabel 3.1, kinerja dari perusahaan asuransi Jiwasraya terus

mengalami penurunan sampai mengalami minus (23,92) pada bulan September 2019.

Sementara, total utang mencapai Rp 50 triliun dan rasio solvabilitas atau risk based

capital per September 2019 sebesar minus (809%). Kinerja perusahaan yang tidak

baik disebabkan perusahaan membeli saham-saham lapis kedua dan ketiga menjelang

tutup kuartal atau tutup tahun untuk membuat laporan keuangan terlihat baik. Selain

itu, Jiwasraya melakukan income smoothing, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

menemukan saham yang diinvestasikan oleh Jiwasraya konsisten melonjak menjelang

akhir tahun dan dijual kembali pada 2 Januari tahun berikutnya. Karena saham yang

dibeli berada di bawah harga pasar, laporan keuangan menunjukkan laba atas

investasi yang menguntungkan dari Jiwas Raya. Namun, kenyataannya perusahaan

mengalami kerugian. Berikut kronologi kasus PT. Asuransi Jiwasraya:

Tabel 3.2. Kronologi Kasus PT. Asuransi Jiwasraya


Tahun Kronologi Kasus

2006 1) Aset yang dimiliki jauh lebih kecil dibandingkan dengan kewajiban dan ekuitas

memiliki nilai minus (Rp3,29 triliun).

2) Laporan keuangan PT. Asuransi Jiwasraya diberi opini disclaimer oleh Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK).

2008 Jiwasraya mengalami kerugian sebesar Rp5,7 triliun dan menerbitkan reksa dana

penyertaaan terbatas dan reasuransi untuk mengurangi kerugian.

2009 Kerugian meningkat menjadi Rp6,3 triliun. Jiwasraya melanjutkan skema reasuransi.

29
2011 Mengalami surplus Rp1,3 triliun.

2012 Produk JS Saving Plan mendapatkan izin dari Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) dengan guaranteed return sebesar 12%/tahun.

2013 1) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pengganti dari BAPEPAM-LK meminta

Kementrian BUMN untuk menyampaikan alternatif penyehatan keuangan.

2) Melakukan penilaian kembali aset tanah dan bangunan, sehingga menghasilkan

laba sebesar Rp457 miliar.

2014 1) Terjadi lonjakan penempatan dana di saham dan reksa dana.

2) Pendapatan premi mengalami peningkatan 50%.

2015 1) BPK menemukan penyalahgunaan wewenang dan laporan aset investasi keuangan

melebihi realita (overstated) dan kewajiban di bawah realita (understated).

2) Membeli obligasi medium-term note (MTN) pada perusahaan baru 3 tahun

beroperasi tanpa pendapatan dan mengalami kerugian.

3) BPK menangkap kejanggalan pembelian saham dan reksa dana lapis kedua dan

ketiga yang tidak disertai kajian memadai, aspek legal dan tidak melihat kinerja

perusahaan.

2016 1) BPK menemukan nilai pembelian saham dan reksa dana lebih mahal

dibandingkan dengan nilai pasar sehingga memiliki potensi kerugian sebesar

Rp601,85 miliar.

2) BPK mencatat investasi tidak langsung senilai Rp6,04 triliun atau setara 27,78%

dari total investasi perusahaan tahun 2015.

3) Jiwasraya melepas saham dan reksa dana lapis kedua dan ketiga sesuai

rekomendasi BPK.

2017 1) OJK meminta untuk melakukan evaluasi produk JS Saving Plan.

2) Ekuitas perusahaan surplus Rp5,6 triliun, tetapi cadangan premi mengalami

30
kekurangan sebesar Rp7,7 triliun, karena tidak memperhitungkan penurunan aset.

3) Kewajiban dicatat lebih rendah dari semestinya membuat laba sebelum pajak

mencapai Rp428 miliar dari kerugian sebesar Rp7,26 miliar.

2018 1) Kantor Akuntan Publik (KAP) Pricewaterhouse Coopers (PwC) memberikan opini

tidak wajar pada laporan keuangan Jiwasraya tahun 2017. Hal ini dikarenakan

kewajiban manfaat polis masa depan hanya dicatat sebesar Rp38,76 triliun dari

Rp46,44 triliun.

2) Laba untuk laporan keuangan tahun 2017 dikoreksi dari Rp2,4 triliun menjadi

Rp428 miliar.

3) Tidak dapat membayar polis jatuh tempo produk JS Saving Plan sebesar Rp802

miliar.

4) Investasi saham hanya 5% yang ditempatkan di saham bluechip, sedangkan untuk

reksa dana hanya 2% yang dikelola manajer investasi berkualitas.

2019 Jiwasraya membutuhkan dana Rp32,89 triliun untuk memenuhi syarat solvabilitas

120% dan total gagal bayar klaim jatuh tempo sebesar Rp12,4 triliun.

2020 1) Total klaim jatuh tempo pada tahun 2020 sebesar Rp16,1 triliun.

2) Terdapat indikasi kerugian negara sebesar Rp13,7 triliun karena gagal bayar klaim

asuransi.

Sumber: CNN Indonesia.

Dapat dilihat dari kasus PT. Asuransi Jiwasraya yang tidak memperhatikan

financial risk dan melakukan income smoothing. Financial risk yang terdapat di

perusahaan PT. Asuransi Jiwasraya adalah market risk, credit risk, dan liquidity risk.

Market risk terkait dengan investasi yang dilakukan oleh perusahaan yang

ditempatkan di saham lapis 2 dan 3 serta penempatan reksa dana di manajer investasi

yang kurang berkualitas. Credit risk terkait dengan utang perusahaan yang melebihi

31
dari aset dan ekuitasnya sehingga menyebabkan liquidity risk berupa gagal bayar

klaim jatuh tempo. Hal ini merupakan sebab dari financial risk yang timbul dari

eksposur perusahaan terhadap perubahan harga pasar. Selain itu, financial risk timbul

dari dari tindakan, dan transaksi dengan pihak lawan dalam transaksi derivatif.

Terakhir, financial risk timbul dari akibat tindakan internal atau kegagalan

perusahaan, khususnya orang, proses, dan sistem. Hal ini dapat dilihat dari beban

operasional yang terus meningkat. Selain itu, pihak internal perusahaan melakukan

income smoothing. Hal ini dilakukan untuk menarik para investor. Hasilnya para

investor mengalami kerugian akibat tidak dapat menganalisa laporan keuangan

termasuk risk based capital PT. Asuransi Jiwasraya secara benar.

32
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Financial risk dan tindakan income smoothing harus diperhatikan oleh

perusahaan asuransi. Jika tidak diperhatikan maka akan berdampak pada kinerja

perusahaan. Selain itu, dapat membawa kerugian bagi masyarakat dan negara. Salah

kelola PT. Asuransi Jiwasraya bisa menggerogoti kepercayaan masyarakat terhadap

perusahaan asuransi Indonesia. Hal ini bermanfaat bagi pemerintah, khususnya OJK,

dalam hal pengaturan dan pengendalian industri asuransi masa depan serta mencari

cara terbaik untuk mengatasinya.

B. Saran

Otoritas Jasa Keuangan sebaiknya melakukan pembinaan dan pengawasan

intensif terhadap lembaga keuangan, khususnya non-bank. Karena kasus Jiwasraya

dapat berdampak sistematis pada sektor keuangan non-bank, di mana transaksi

mempengaruhi sejumlah besar investor dan nasabah pemegang polis. Selain itu,

untuk membuat perusahaan menjadi sehat kembali sebaiknya perusahaan menerapkan

33
manajemen risiko secara konsisten. Manajemen risiko memungkinkan perusahaan

untuk mengelola risiko yang terkait dengan pasar keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, A. (2007). Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Bogar, S. (2016). Analisis Risk Base Capital (RBC) di Perusahaan Asuransi. Jurnal
Reviu Akuntansi dan Keuangan (JRAK), 54-70.

CNN Indonesia. (2019, Desember Senin). Keuangan. Retrieved from


www.cnnindonesia.com:https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/2019123009
5752-78-460918/kronologi-kasus-gagal-bayar-jiwasraya-versi-ojk.

Darmawi, H. (2004). Manajemen Asuransi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Dewangga, D. R. (2021). Risiko Keuangan Pengaruhnya Terhadap Tingkat


Profitabilitas Pada Perusahaan Asuransi Umum di BEI. Jurnal Sikap, Vol. 6,
No.1, 64-85.

Djohanputro, B. (2008). Manajemen Risiko Korporat. Jakarta: PPM Management.

Dowd, M. W. (2008). Financial Risk Management for Management Accountants. The


Society of Management Accountants, American Institute of Certified Public
Accountants and The Chartered Institute of Management Accountants.

Fira Agustin, A. S. (2016). Pengaruh Premium Growth Ratio, Risk Based Capital
Dan Hasil Investasi Terhadap Profitabilitas Perusahaan Asuransi Umum Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014. Accounting Research
Journal os Sutaatmadja (Accruals) Volume 2 No. 2, 53-65.

Horcher, K. A. (2005). Essentials of Financial Risk Management. New Jersey: John


Wiley & Sons, Inc.

34
Ibrahim Mallam Fali, T. N. (2020). Financial Risk and Financial Performance of
listed Insurance Companies in Nigeria. European Journal of Business and
Management, 143-153.

Jatiningrum. (2000). Analisis Faktor-Faktor yang berpengaruh Terhadap Perataan


Penghasil Bersih/Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi, Vol. 2, No. 2, 144-145.

John M. Mulvey, D. P. (1997). Strategic Financial Risk Management and Operations


Research. European Journal of Operational Research, 1-16.

Khoiruddin, E. P. (2016). Pengaruh Rasio Keuangan Early Warning System Terhadap


Tingkat Solvabilitas Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah Periode 2010-2013.
Management Analysis Journal 5 (1), 55-62.

N., M. Kirschenheiter. (2002). Can Big Bath And Earnings Smoothing Co-Exist as
Equilibrium Financial Reporting Strategis? Jurnal Of Accounting Review.
Vol. 35, 105-120.

Otoritas Jasa Keuangan. (2020). Statistik Perasuransian.

Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor PER-
02/BL/2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas
Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 424/KKM.06/2003 tentang Kedudukan


Keuangan Perusahaan Perasuransian dan Perusahaan Reasuransi.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 71/POJK.05/2016 tentang Kesehatan


Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 tentang Akuntansi Asuransi


Kerugian.

Rikumahu, Y. A. (2014). Penerapan Manajemen Risiko terhadap Perwujudan Good


Corporate Governance pada Perusahaan Asuransi. Trikonomika Volume 13,
No. 2, 195-204.

Rohmah, R. d. (2021). Pengaruh Rasio Keuangan Early Warning System Terhadap


Tingkat Solvabilitas Perusahaan Asuransi Life Syariah di Indonesia Periode
2015-2019. Jurnal Syar’insurance (SIJAS) Vol. 7 No. 1, 1-10.

35
Santoso, L. M. (2020). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Debt To Equity Ratio, Debt To
Asset Ratio dan Risk Based Capital Terhadap Profitabilitas. RATIO: Reviu
Akuntansi Kontemporer Indonesia, Volume 1, No.1, 37-47.

Sindi Nurfadila, R. R. (2015). Analisis Rasio Keuangan dan Risk Based Capital
Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi. Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB), Vol. 22, No. 1, 1-9.

Siswanto, R. M. (2019). Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Jiwa Konvensional


di Indonesia Periode 2015-2018. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia
(JRMSI), Vol 10, No. 1, 96-124.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha


Perasuransian.
Voronova, D. K. (2012). Risk Management as a Tool to Improve The Reliability:
Case of Insurance Company. Regional Formation and development Studies,
no. 2 (7), 48-56.

Wiratno, R. A. (2017). Pendapatan Premi, Rasio Hasil Investasi, Laba, Klaim dan
Risk Based Capital Perusahaan Asuransi Kerugian di Indonesia. Jurnal Riset
Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 1, 87-101.

W. Travis Selmier II, H. P. (2014). Financial Risk as a Good. Procedia Computer


Science 31, 115-123.

Xing, L. (2020). The Financial Risk Analysis and Prevention of Electrical Industry
under the Similar Financial Mode---Base on One Electronics Company.
International Conference on Social Sciences and Social Phenomena, 64-67.

Yuyetta, S. R. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Praktik Perataan


Laba (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode
2006-2010). Jurnal Akuntansi. Vol 1 No.2, 1-13.

36

Anda mungkin juga menyukai