Anda di halaman 1dari 15

“Kualitas Audit: Apakah Financial Distress mempengaruhi Audit Delay

dan Audit Fees di Masa Pandemi?”

DISUSUN OLEH:
Syawal Ferdyawan (20602030)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................................1
Daftar Isi.......................................................................................................................2
Bab I PENDAHULUAN..............................................................................................3
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................3
1.2 Motivasi Penelitian................................................................................................8
1.3 Rumusan Masalah.................................................................................................8
1.4 Tujuan Penelitian..................................................................................................8
1.5 Kontribusi Penelitian............................................................................................8
1.5.1 Kontribusi Teoritis..........................................................................................8
1.5.2 Kontribusi Praktis..........................................................................................9
1.5.3 Kontribusi Kebijakan.....................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................9


2.1 Teori Keagenan (Agency
Theory)…..............................................................................................................9
2.2 Teori Atribusi (Attribution Theory)..................................................................10
2.3 Kualitas Audit......................................................................................................10
2.4 Kerangka Pikir....................................................................................................10

BAB III PENGEMBANGAN HIPOTESIS.............................................................11


3.1 Pengembangan Hipotesis...................................................................................11

BAB IV METODE PENELITIAN...........................................................................13

4.1 Populasi dan Sampel Penelitian.........................................................................13

4.2 Jenis dan Sumber Data…..................................................................................13

4.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.............................................13

4.4 Metode Analisis Data….....................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

2
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pada saat pertama kalinya pemerintah mengumumkan dua kasus pasien positif covid-19
di Indonesia tepatnya pada tanggal 2 Maret 2020. Kemudian diikuti dengan berbagai aturan
baru yang harus diterapkan di Indonesia. Pemerintah menghimbau kepada seluruh
masyarakat Indonesia untuk belajar, bekerja dan beribadah dari rumah dengan tujuan untuk
mempersempit penyebaran virus covid-19. Sebagai akibat dari aturan tersebut maka
diperlukannya penyesuaian terhadap berbagai profesi tidak terkecuali seorang auditor. Pada
era ini bukan hanya perusahaan atau organisasi yang terkena dampaknya, perekonomian yang
memburuk dan kenaikan biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pokok,
mengakibatkan tingginya tekanan yang harus dihadapi oleh setiap orang. Di samping itu,
munculnya resiko dan tantangan baru sebagai hasil dari adanya ketidakpastian perekonomian
yang berdampak pada daya konsumsi masyarakat di tengah pandemi, mengakibatkan
beberapa organisasi merambah ke produk dan layanan baru sebagai penyesuaian dari adanya
ketidakpastian tersebut (Goodell, 2020).

Perkembangan covid-19 juga membuat adanya aturan pembatasan perjalanan baik dalam
negeri maupun luar negeri, hal ini membuat para auditor untuk menemukan alternatif lain
dalam proses auditnya. Adapun alternatif tersebut salah satunya adalah melakukan proses
audit jarak jauh yang biasa disebut remote audit. Ternyata proses audit jarak jauh ini
bukanlah hal yang baru di tahun 2020, penggunaan teknologi dan teknik audit jarak jauh telah
menjadi perbincangan selama beberapa tahun terakhir. Remote audit sebagai inovasi audit
pada awalnya dikembangkan untuk memperluas ruang lingkup audit, menurunkan biaya
travel dan meningkatkan efisiensi waktu audit (Teeter, Alles, & Vasarhelyi, 2010). Proses
audit tradisional menjadi remote audit bukanlah satu-satunya hal yang perlu
dipertimbangkan, karena selama masa pandemi ini beberapa organisasi atau perusahaan akan
menemukan resiko dan tantangan baru. Perubahan ini tentunya harus diikuti dengan proses
manajemen resiko yang harus diperbaharui dan disesuaikan secara terus menerus. Hal ini
merupakan akan menjadi inovasi terbaru di tengah kondisi social distancing. Adapun hal ini
tidak jauh dari resiko yang dihadapi seperti kualitas audit dan proses audit audit yang
terbatas.

3
Kualitas audit merupakan hal yang paling penting untuk diperhatikan oleh pengguna
laporan audit. Karena, opini audit akan menjadi dasar para investor dan calon investor untuk
mengambil keputusan. Jika laporan keuangan auditan itu tidak diaudit oleh auditor yang
berkualitas, maka opini yang dihasilkan juga tidak berkualitas dan akan menyebabkan
kekeliruan pengguna laporan untuk mengambil keputusan. Tidak hanya itu, lamanya waktu
dalam pembuatan laporan keuangan juga akan mempengaruhi

Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan
tahun buku sampai tanggal diselesaikannya laporan audit independen. Menurut Verawati &
Wirakusuma, (2016), lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan mengindikasikan
tentang waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan
keuangan auditan. Di seluruh dunia, keterlambatan dalam audit laporan keuangan telah
diidentifikasi sebagai salah satu yang menyebabkan keterlambatan keseluruhan dalam
publikasi laporan tahunan mereka (Khoufi & Khoufi, 2018). Satu-satunya sumber utama
informasi yang dapat dipercaya oleh investor adalah laporan tahunan yang telah diaudit
(Mathuva et al., 2019).

Tersedianya informasi yang berguna untuk sebagian besar kalangan pengguna laporan
seperti posisi keuangan, kinerja, dan arus kas merupakan tujuan dari laporan keuangan
(Diastiningsih & Tenaya, 2017). Laporan keuangan harus dipublikasikan secara tepat waktu
kepada pengguna ketika mereka membutuhkannya untuk membuat keputusan, karena
informasi kehilangan manfaatnya jika tidak tersedia saat dibutuhkan (Ha et al., a2018).
Terprediksinya performa perusahaan di masa mendatang dapat ditentukan oleh penyampaian
informasi. Pentingnya penyampaian informasi yang efektif dalam memperkuat pelaporan
perusahaan melalui pengiriman informasi keuangan yang tepat waktu ke pasar modal (Oussii
& Boulila Taktak, 2018a). Pada dasarnya, ketepatan waktu penyelesaian tugas audit
menunjukkan bahwa auditor harus bekerja secara efisien tanpa mengabaikan keandalan
informasi yang dihasilkan dalam laporan keuangan (Abdillah et al., 2019). Baatwah et al.,
(2019) menyatakan bahwa ketepatan waktu informasi keuangan dianggap sebagai elemen
penting bagi pengambil keputusan, dan satu-satunya penentu paling penting oleh perusahaan
dalam pelaporan keuangan adalah panjangnya proses audit.

Penyelesaian proses audit tergantung pada waktu yang diambil oleh auditor ekstrenal
dalam publikasi informasi keuangan perusahaan. Akibatnya, ada tekanan pada auditor
eksternal untuk menerbitkan laporan audit tanpa penundaan yang tidak semestinya (Oussii &
Boulila Taktak,
4
2018b). Laporan keuangan yang telah diaudit dipandang dapat diandalkan sumber informasi
bagi pengguna informasi keuangan (Rusmin & Evans, 2017). Hal terpenting bagi auditor
adalah bagaimana agar pada saat menyampaikan laporan keuangan itu bisa tepat waktu atau
tidak terlambat serta menjamin kerahasiaan informasi yang terkandung di dalam laporan
keuangan tidak bocor kepada pihak lain (Pratiwi & Wiratmaja, 2018). Abdulla, (1996)
menyatakan bahwa jika perusahaan menunda mempublikasikan laporan keuangan auditan
memungkinkan meningkatnya ketidakpastian terkait dengan keputusan yang akan dibuat oleh
investor berdasarkan informasi yang diperoleh dari laporan keuangan tersebut. Karena dalam
berinvestasi membutuhkan informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu untuk dijadikan
bahan dalam pengambilan keputusan.

Fenomena audit delay di Indonesia bukanlah hal yang baru. Terlepas dari adanya
penetapan peraturan terkait penyampaian laporan keuangan, keterlambatan dalam
penyampaian laporan keuangan yang telah teraudit masih kerap terjadi di beberapa
perusahan. Berdasarkan informasi dari idx.co.id, BEI mengutarakan bahwa per 31 Desember
2017 terdapat 10 emiten yang terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan audit dan
per Desember 2018 juga ada 10 emiten yang melakukan hal serupa. PT Bursa Efek Indonesia
(BEI) memberikan kelonggaran penyampaian batas waktu penyampaian laporan keuangan
dan laporan tahunan terkait dengan kondisi pandemi covid-19 saat ini. Penyampaian laporan
keuangan yang tidak tepat waktu semakin menjadi trend di kalangan emiten sehingga per 31
Desember 2019 BEI mendata adanya 64 emiten yang belum melaporkan keuangan audit
(idx.co.id).

Memahami faktor-faktor yang mendasarinya audit delay akan memberikan wawasan


tentang efisiensi audit. Selain itu, pemahaman mengenai penyebab keterlambatan audit
dibutuhkan bagi investor dan regulator karena mereka sangat bergantung pada laporan
keuangan perusahaan (Alfraih, 2016). Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit
delay adalah pergantian auditor, kompleksitas operasi, kontinjensi, profitabilitas, financial
distress, dewan komisaris independen, reputasi KAP, dan umur perusahaan (Fatimah &
Wiratmaja, 2018), (Dewi & Suputra, 2017), (Praptika & Rasmini, 2016), (Verawati &
Wirakusuma, 2016), (Pratiwi & Wiratmaja, 2018), (Oktaviani & Ariyanto, 2019), dan
(Widhiasari & Budiartha, 2016). Menurut Verawati & Wirakusuma (2016), Praptika &
Rasmini (2016), dan Oktaviani & Ariyanto (2019) dari beberapa variabel yang
mempengaruhi audit delay, ada tiga variabel yang diduga paling memengaruhinya yaitu
pergantian auditor, financial distress, dan reputasi KAP.

5
Faktor lain yang menyebabkan munculnya audit delay adalah financial distress. Financial
distress atau kesulitan keuangan adalah suatu kondisi dimana keuangan perusahaan sedang
dalam masalah, krisis atau tidak sehat yang terjadi sebelum perusahaan mengenai
kebangkrutan (Listyaningsih & Cahyono, 2018). Tingginya risiko audit cenderung dihadapi
oleh perusahaan yang ada dalam situasi keuangan yang sulit sehingga berdampak pada
semakin lamanya auditor mengkaji kembali akun-akun laporan atau dalam kata lain audit
delay semakin bertambah panjang (Dellaportas et al., 2012). Penelitian Akhalumeh, (2017)
mengungkapkan debt to total asset tidak berpengaruh pada audit delay. Di dalam
penelitiannya, Muliantari & Latrini, (2017) mengungkapkan adanya pengaruh financial
distress pada audit delay.

Studi ini dilakukan karena adanya ketidakonsistenan yang terjadi pada hasil penelitian-
penelitian sebelumnya. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti kembali mengenai
pengaruh mediasi financial distress pada audit delay dan audit fees terhadap kualitas audit di
masa pandemi. Hal ini merupakan salah satu research gab yang menarik untuk diteliti lebih
lanjut, sebab dari penelitian sebelumnya terjadi inkonsisten penelitian dan masa pandemi
merupakan waktu yang di luar biasa dalam pertumbuhan perekonomian. Penelitian ini
menggunakan Perusahaan manufaktur yang masuk dalam daftar Bursa Efek Indonesia
periode 2017-2020 terpilih dalam penelitian ini karena dianggap cukup dalam
merepresentasikan kondisi perusahaan di Indonesia serta peningkatan yang dialami tiap
tahunnya sebagai salah satu sektor yang memiliki andil penting dalam pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Alasan dipilihnya periode penelitian tahun 2017-2020 karena periode tersebut
merupakan periode yang terbaru dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya
sehingga dapat memberikan gambaran terkini secara lebih akurat terhadap kinerja keuangan
suatu perusahaan. Selain itu juga, peneliti akan membandingkan kinerja keuangan di masa
pandemi dan sebelum pandemic. Hal ini juga menambah keunikan dalam penelitian ini.

Teori Agensi berhubungan dengan teori biaya transaksi dimana keduanya terdapat
penekanan bahwa teori agensi lebih menekankan pada suatu proses kontrak sedangkan teori
biaya transaksi menekankan pada kontraknya yang dilakukan antara Akuntan Publik dengan
klien (Hartadi, 2012). Tujuan utama dari teori agensi yaitu untuk menjelaskan bagaimana
pihak-pihak yang melakukan hubungan kontrak dapat mendesain kontrak dengan tujuannya
dapat meminimalisir biaya karena informasi yang tidak simetris dan kondisi ketidakpastian.
Oleh sebab itu, teori agensi ini berusaha untuk menjawab masalah agensi yang terjadi karena
pihak-pihak yang saling bekerjasama yang memiliki tujuan yang berbeda (Hartadi, 2012).

6
Yuniarti (2011) membuktikan bahwa biaya audit berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit. Biaya yang lebih tinggi akan meningkatkan kualitas audit, karena biaya audit
yang diperoleh dalam satu tahun dan estimasi biaya operasional yang dibutuhkan untuk
melaksanakan proses audit dapat meningkatkan kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh
Nindita dan Siregar (2012) bahwa manajer perusahaan yang rasional tidak akan memilih
auditor yang berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila kondisi perusahaan
yang tidak baik. Gammal (2012) membuktikan bahwa perusahaan multinasional dan bank-
bank di Lebanon lebih memilih untuk membayar biaya audit yang bernominal besar dengan
alasan yaitu mereka lebih mencari auditor yang dapat menghasilkan laporan audit yang
berkualitas

Jensen & Meckling, (1976) menjelaskan bahwa sebagai salah satu upaya agency theory,
pengaturan hak dan kewajiban kedua belah pihak membutuhkan kontrak kerja. Agen
didefinisikan sebagai pihak yang berwenang dan bertanggung jawab dalam mengatur dan
membuat keputusan perusahaan mempunyai keharusan dalam memberikan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh auditor independen.
Pelaksanaan beberapa pekerjaan oleh agen atas nama prinsipal yang mengikutsertakan
pendelegasian wewenang penyusun keputusan diinstruksikan oleh prinsipal. Namun,
perbedaan kepentingan dari kedua belah pihak menimbulkan konfrontasi dalam hubungan ini
sehingga auditor sebagai pihak ketiga yang independen diperlukan agar tidak adanya
penyalahgunaan kepercayaan oleh pihak agen yang telah diberi oleh prisipal. Berkurangnya
asimetri informasi dapat disebabkan oleh ketepatwaktuan pelaporan keuangan (Yuniarti,
2018). Ketepatwaktuan dalam menyajikan laporan keuangan juga mampu menciptakan
pengawasan dan kontrol yang maksimal dari pihak prinsipal ke agen, serta menjaga relevansi
informasi dan nilai-nilai yang berperan dalam membuat keputusan. Teori kepatuhan
mendorong perusahaan untuk melakukan pengiriman laporan keuangan tepat waktu, yang
akan bermanfaat bagi pengguna laporan. Saputra, (2017) menyatakan bahwa teori kepatuhan
berkaitan dengan upaya mendorong perilaku perusahaan agar menyampaikan laporan
keuangan dengan tepat waktu yaitu melalui proses sosialisasi dan pemberlakuan peraturan
yang ketat. Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian laporan
keuangan tahunan perusahaan publik di indonesia telah diatur dalam peraturan terbaru yang
dikeluarkan oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan), yaitu peraturan Nomor: 29/POJK.04/2016
tentang Laporan tahunan emiten atau perusahaan publik.

7
1.2 Motivasi Penelitian
Motivasi penelitian ini adalah yang pertama untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas audit karena di masa pandemi ini beberapa perusahaan
mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Selain itu, isu mengenai impairment
dan going concern menguat pada laporan keuangan di masa pandemi, ditambah lagi isu
ketidaksesuaian perusahaan menyampaikan laporan keuangan tepat waktu sesuai
peraturan. Lebih lanjut, isu audit delay pun terjadi karena AP/KAP merasa kesulitas
menerapkan berbagai standar audit laporan keuangan tertentu di masa pandemi. Kedua,
peneliti ingin meneliti apakah financial distress mampu memediasi audit delay dan audit
fees terhadap kualitas audit.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apakah audit delay berpengaruh terhadap kualitas audit di masa pandemic?
2. Apakah audit delay berpengaruh terhadap kualitas audit dengan mediasi financial
distress di masa pandemi?
3. Apakah audit fees berpengaruh terhadap kualitas audit di masa pandemi?
4. Apakah audit fees berpengaruh terhadap kualitas audit dengan mediasi financial
distress di masa pandemi?

1.4 Tujuan Penelitian


1. Menguji audit delay berpengaruh terhadap kualitas audit di masa pandemic
2. Menguji audit delay berpengaruh terhadap kualitas audit dengan mediasi financial
distress di masa pandemi
3. Menguji audit fees berpengaruh terhadap kualitas audit di masa pandemi
4. Menguji audit fees berpengaruh terhadap kualitas audit dengan mediasi financial
distress di masa pandemi

1.5 Konstribusi Penelitian


1.5.1 Kontribusi Teoritis
Hasil penelitian ini merupakan bukti empiris mengenai teori agensi oleh Jensen dan
Meckling (1976), sekaligus memberikan bukti empiris tentang peranan variable audit
delay, audit fees, financial distress dengan kualitas audit di masa pandemi.

8
1.5.2 Kontribusi Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada peneliti selanjutnya sebagai
salah satu bahan penelitian dengan tema audit delay, audit fees, financial distress
dengan kualitas audit di masa pandemi.

1.5.3 Kontribusi Kebijakan


Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak regulator khususnya
Ikatan Asosiasi Akuntan Publik Indonesia (IAPI) terkait kebijakan yang berhubungan
audit delay, audit fees, financial distress dengan kualitas audit di masa pandemi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1. Teori Keagenan (Agency Theory)


Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan tentang hubungan keagenan antara prinsipal
dan agen. Pada teori agensi dijelaskan terdapat hubungan keagenan (kerja sama) antara
prinsipal dan agen, yaitu prinsipal mengontrak agen dengan maksud agar agen bekerja untuk
kepentingan prinsipal dan bertanggung jawab kepada prinsipal, serta dapat dikatakan agen
bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal apabila prinsipal dan agen memiliki tujuan
yang sama, yaitu memaksimumkan nilai entitas. Manajer dikontrak oleh prinsipal agar
bekerja untuk kepentingan dan bertanggung jawab kepada prinsipal. Apabila agen bekerja
dan memiliki tujuan yang sama dengan prinsipal (memaksimumkan nilai perusahaan), maka
agen bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal.
Watkins et al. (2004) menyatakan bahwa konflik keagenan berperan sebagai
penggerak dari kualitas audit. Fungsi pengauditan pada teori keagenan menjadi salah satu
cara untuk mengurangi konflik keagenan antara manajer (agen) dengan pemilik perusahaan
(prinsipal). Agen dan prinsipal membutuhkan auditor untuk meminimalisir adanya
ketidaksimetrisan informasi antara agen dengan prinsipal. Oleh sebab itu, jika konflik
keagenan yang terjadi semakin besar, maka biaya keagenan semakin tinggi. Dengan
demikian, auditor yang berkualitas akan semakin dibutuhkan. Lebih lanjut, Watkins et al.
(2004) menjelaskan bahwa konflik keagenan yang terjadi bermacam-macam antara
perusahaan dan dari waktu ke waktu sehingga permintaan terhadap audit yang berkualitas
juga akan berbeda-beda pada tiap perusahaan dan dari waktu ke waktu.

9
2.2. Teori Atribusi (Atribution Theory)
Teori aribusi awalnya diperkenalkan oleh Fritz Heider pada tahun 1958. Kelley
(1973) menjelaskan bahwa dalam menghadapi stimulus tertentu terdapat tiga kriteria yang
digunakan untuk menilai validitas pemberian pertimbangan, yaitu konsensus (kesamaan
respon dengan pihak lain saat stimulus yang diterima adalah sama), keunikan (memiliki sifat
yang khas terkait penyelesaian permasalahan), dan konsistensi (adanya kecenderungan
samanya tindakan terkait menghadapi permasalahan yang sama dari waktu ke waktu).
Kelley dan Michela (1980) menyatakan bahwa teori atribusi menjelaskan bahwa
pertimbangan audit yang dipahami oleh pihak lain dengan melihat perilaku pihak-pihak yang
menentukan faktor-faktor yang menjadi penyebab atau alasan pertimbangan tertentu diambil.

2.3. Kualitas Audit


Agen membuat laporan keuangan yang disusun dalam bentuk angka-angka akuntansi
dan dilaporkan sebagai bentuk pertanggungjawaban agen kepada prinsipal dengan bantuan
pihak ketiga, yaitu auditor yang berkualitas untuk memeriksa kewajaran laporan keuangan
yang dibuat oleh agen (Watts & Zimmerman, 1990). Oleh sebab itu, pentingnya kualitas
audit bagi agen dan prinsipal. DeAngelo (1981b) menyatakan bahwa kualitas audit
merupakan gabungan probabilitas seorang auditor menemukan pelanggaran pada sistem
akuntansi klien dan melaporkan pelanggaran tersebut. Probabilitas untuk menemukan
pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor, prosedur audit yang digunakan saat
audit, pengambilan sampel dan lain-lain, sedangkan probabilitas melaporkan pelanggaran
tergantung pada independensi auditor. Kualitas audit dapat dinilai dari jaminan yang
diberikan auditor bahwa di laporan keuangan tidak ada salah saji material atau kecurangan
(Watkins et al., 2004).

2.2 Kerangka Pikir


Model konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

Audit Delay (X1)


Financial Distress Kualitas Audit (Y2)
(Y1)
Audit Fees (X2)

Gambar 2.1. Model Konseptual Penelitian


10
BAB III

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

3. 1 Pengembangan Hipotesis

Audit Delay adalah lamanya waktu dari akhir tahun fiskal perusahaan sampai tanggal
laporan audit dikeluarkan. Audit Delay diukur dengan tanggal laporan auditor independen
dikurangi tanggal tahun buku perusahaan yang berakhir dalam jumlah hari (Tehupuring,
2016). Hasil penelitian yang dilakukan Suyanto (2018) menyatakan bahwa Audit Delay
berpengaruh tidak signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti semakin lama penundaan
audit atau tingginya tingkat Audit Delay pada perusahaan maka kualitas audit semakin
rendah, sehingga terindikasi jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan
maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya, sehingga manajemen
perusahaan mungkin perlu menyeimbangkan manfaat antara pelaporan yang tepat waktu
dengan keandalan informasi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan
adalah Audit Delay berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit pada perusahaan
transportasi yang listing di Bursa Efek Indonesia.

H1: Audit Delay berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

Financial distress sebagai salah satu bentuk kabar buruk bagi perusahaan
mengakibatkan perusahaan mencari upaya terbaik dalam membenahi laporan keuangannya
sehingga laporan keuangan yang diaudit akan tersampaikan lebih panjang (Chandra &
Bawono, 2018). Tingginya nilai rasio financial distress memberi pengaruh pada panjangnya
audit delay. Berkaitan dengan teori agensi, prinsipal mempekerjakan agen untuk
melaksanakan tugas termasuk pengambilan keputusan ekonomik, dalam lingkungan yang
tidak pasti seperti perusahaan dalam kondisi financial distress, dimana kondisi tersebut
disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal yang berujung pada
konflik sehingga agen sering mengambil keputusan tidak dalam kepentingan terbaik
prinsipal. Hal ini menyebabkan adanya pengawasan yang ditindak oleh auditor independen
karena keinginan manajer untuk membenahi laporan keuangannya sehingga laporan
keuangan yang diaudit akan tersampaikan lebih panjang Penelitian tersebut didukung oleh
penelitian Muliantari & Latrini, (2017) yang menyatakan bahwa audit delay dipengaruhi oleh
financial distress secara positif dan signifikan. Penelitian Vuko & Čular (2014), dan Sakka &
Jarboui (2016) memaparkan adanya pengaruh
11
positif dari debt to total asset pada audit delay. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Listyaningsih & Cahyono, (2018) menyatakan tidak adanya pengaruh financial distress pada
audit delay. Ditinjau dari pemaparan tersebut, terbentuklah hipotesis sebagai berikut.

H2: Financial distress berpengaruh positif terhadap audit delay.

Pandemi Covid-19 dapat menyebabkan akuntan ataupun auditor tidak dapat merilis
dan menyampaikan laporan keuangan tepat waktu. Hal tersebut dikarenakan meningkatnya
risiko- risiko audit yang menyebabkan auditor harus melakukan pemeriksaan risiko (risk
assessment). Hal ini bisa menimbulkan proses audit yang lama serta memberi dampak pada
penyampaian laporan keuangan yang tidak tepat waktu. Terganggunya kapabilitas auditor
dalam pencarian bukti audit yang cukup dan benar diakibatkan oleh terbatasnya akses,
perjalanan serta ketersediaan personel karena pertimbangan kesehatan sehingga berdampak
pada waktu untuk auditor dalam merilis dan menyampaikan laporan keuangan tepat waktu
(iapi.or.id). Audit dengan mutu yang tinggi bisa terselesaikan dengan adanya penambahan
waktu yang bisa berdampak pada deadline pelaporan. Berdasarkan uraian diatas, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H3: Terdapat perbedaan signifikan audit delay sebelum masa pandemi covid-19 dan

saat masa pandemi covid-19.

Audit Fees adalah fee yang diterima auditor yang berasal dari pembayaran oleh
manajemen atau klien atas jasa audit yang telah dilakukan (Hartadi, 2012). Gammal (2012)
membuktikan bahwa perusahaan multinasional dan bank-bank di Lebanon lebih memilih
untuk membayar biaya audit yang bernominal besar dengan alasan yaitu mereka lebih
mencari auditor yang dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Yuniarti (2011) dalam
Kurniasih dan Rohman (2014) membuktikan bahwa biaya audit berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas audit. Biaya yang lebih tinggi akan meningkatkan kualitas audit,
karena biaya audit yang diperoleh dalam satu tahun dan estimasi biaya operasional yang
dibutuhkan untuk melaksanakan proses audit dapat meningkatkan kualitas audit. Sehingga
hipotesisnya dapat dirumuskan sebagai berikut ini:

H4: Audit Fees berpengaruh positif terhadap kualitas audit

12
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesi (BEI) pada tahun 2017-2020. Desain pengambilan sampel menggunakan
metode purposive sampling.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Adapun data sekunder
dalam penelitian ini diperoleh dari laporan tahunan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017 sampai tahun 2020 melalui akses langsung
dari website Indonesia Stock Exchange (www.idx.co.id). Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yaitu metode
pengumpulan data dengan mengumpulkan data sekunder berupa catatan-catatan atau
dokumen sesuai dengan data yang diperlukan. Data yang dimaksud adalah laporan
keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI.

4.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Dependen
Kualitas Audit
Kualitas audit merupakan kemampuan auditor untuk menemukan dan mengungkapkan
kesalahan atau kekeliruan yang terdapat pada sistem akuntansi klien. Kualitas audit
dalam penelitian ini diproksikan dengan opini Going Concern. Variabel kualitas audit
diukur dengan menggunakan variabel dummy dengan melihat kecenderungan auditor
untuk menerbitkan opini Going Concern.

Variabel Independen
Audit Delay
Audit delay yang dihitung berdasarkan jumlah hari tanggal tutup buku perusahaan (31
Desember) hingga tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.

13
Audit Fees
Audit Fees merupakan pendapatan yang didapatkan auditor sebagai imbalan atas jasa
setelah dilakukannya audit. Fee audit dalam penelitian ini diproksikan dengan
profesional fees yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Kemudian variabel ini dihitung dengan menggunakan logaritma
natural (Kurniasih dan Rohman, 2014).
Financial Distress
Financial distress sebagai salah satu bentuk kabar buruk bagi perusahaan mengakibatkan
perusahaan mencari upaya terbaik dalam membenahi laporan keuangannya sehingga
laporan keuangan yang diaudit akan tersampaikan lebih panjang (Chandra & Bawono,
2018). Financial distress diproksikan dengan DAR.

4.4 Metode Analisis Data


Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan analisis Partial Least Squares
(PLS), dengan program SmartPLS versi 3.0. Pendekatan PLS dianggap memiliki
beberapa keunggulan, yaitu pertama, mampu memodelkan banyak variabel dependen dan
variabel independen (model kompleks). Kedua, mampu mengelola masalah
multikolinearitas antar variabel independen. Ketiga, hasil tetap kokoh (robust) walaupun
terdapat data yang tidak normal dan hilang (missing value). Keempat, menghasilkan
variabel laten independen secara langsung berbasis cross-product yang melibatkan
variabel laten dependen sebagai kekuatan prediksi. Kelima, dapat digunakan pada
konstruk reflektif dan formatif. Keenam, dapat digunakan pada sampel kecil. Ketujuh,
tidak mensyaratkan data berdistribusi normal. Kedelapan, dapat digunakan pada data
dengan tipe skala berbeda, yaitu nominal, ordinal, dan kontinus (Abdillah & Hartono,
2015: 165).

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, M. R., Mardijuwono, A. W., & Habiburrochman, H. (2019). The effect of company
characteristics and auditor characteristics to audit report lag. Asian Journal of
Accounting Research, 4(1), 129–144. https://doi.org/10.1108/ajar-05- 2019-0042

Baatwah, S. R., Salleh, Z., & Stewart, J. (2019). Audit committee chair accounting expertise
and audit report timeliness: The moderating effect of chair characteristics. Asian Review
of Accounting, 27(2), 273–306. https://doi.org/10.1108/ARA-12-2017-0190

14
Diastiningsih, N. P. J., & Tenaya, G. A. I. (2017). Spesialisasi Auditor Sebagai Pemoderasi
Pengaruh Audit Tenure Dan Ukuran Kap Pada Audit Report Lag. E-Jurnal Akuntansi,
18, 1230–1258.

Goodell, J. W. (2020). COVID-19 and finance: Agendas for future research. Finance
Research Letters, 35, 101512. doi:https://doi.org/10.1016/j.frl.2020.101512

Ha, H. T. V., Hung, D. N., & Phuong, N. T. T. (2018). The study of factors affecting the
timeliness of financial reports: The experiments on listed companies in Vietnam. Asian
Economic and Financial Review, 8(2), 294–307.
https://doi.org/10.18488/journal.aefr.2018.82.294.307

Khoufi, N., & Khoufi, W. (2018). An empirical examination of the determinants of audit
report delay in France. Managerial Auditing Journal, 33(8–9), 700–714.
https://doi.org/10.1108/MAJ-02-2017-1518

Mathuva, D. M., Tauringana, V., & Owino, F. J. O. (2019). Corporate governance and the
timeliness of audited financial statements: The case of Kenyan listed firms. Journal of
Accounting in Emerging Economies, 9(4), 473–501. https://doi.org/10.1108/JAEE-05-
2018-0053

Oussii, A. A., & Boulila Taktak, N. (2018a). Audit committee effectiveness and financial
reporting timeliness: The case of Tunisian listed companies. African Journal of
Economic and Management Studies, 9(1), 34–55. https://doi.org/10.1108/AJEMS-11-
2016-0163

Pratiwi, C. I. E., & Wiratmaja, I. D. N. (2018). Pengaruh Audit Tenure dan Kompleksitas
Operasi Terhadap Audit Delay Perusahaan Pertambangan di BEI Tahun 2013-2016. E-
Jurnal Akuntansi, 24, 1964. https://doi.org/10.24843/eja.2018.v24.i03.p12

Rusmin, R., & Evans, J. (2017). Audit quality and audit report lag: case of Indonesian listed
companies. Asian Review of Accounting.

Teeter, R. A., Alles, M. G., & Vasarhelyi, M. A. (2010). The Remote Audit. Journal of
Emerging Technologies in Accounting, 7(1), 73-88. doi:10.2308/jeta.2010.7.1.73

Verawati, N. M. A., & Wirakusuma, M. G. (2016). Pengaruh Pergantian Auditor, Reputasi


Kap, Opini Audit, Dan Komite Audit Dalam Audit Delay. E-Jurnal Akuntansi, 17(2),
1083–1111.

15

Anda mungkin juga menyukai