PROPOSAL
OLEH
NAMA : HIPOLITUS NOKO
NIM : 18111501033
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................iv
BAB PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian........................................................................................................................6
1.4.1 Manfaat Teoritis....................................................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................................................8
2.1 Landasan Teori..............................................................................................................................8
2.1.1 Teori Keagenan.....................................................................................................................8
2.1.2 Akuntabilitas Auditor...........................................................................................................9
2.1.3 Indenpendensi Auditor........................................................................................................13
2.1.4 Kompetensi Auditor............................................................................................................22
2.1.5 Kualitas Auditor..................................................................................................................26
2.2 Penelitian Terdahulu...................................................................................................................30
2.3 Kerangka Konsep Penelitian......................................................................................................32
2.4 Hipotesis Penelitian.....................................................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................................34
3.1 Jenis Penelitian............................................................................................................................34
3.2 Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................................................34
3.3 Subjek dan Objek Penelitian......................................................................................................34
3.4 Jenis dan Sumber Data................................................................................................................35
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian.................................................................................................36
3.6 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................................................37
3.7 Jabaran Variabel Penelitian........................................................................................................38
3.8 Pengujian Skala Likert................................................................................................................38
3.9 Teknik Analisis Data...................................................................................................................39
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 3 . 1 Nama Kantor Akuntan Publik dan Jumlah Auditor......................................................36
Tabel 3 . 2 Sampel penelitian pada KAP di Kabupaten Badung.....................................................37
Tabel 3 . 3 Kisi-kisi Instrumen.......................................................................................................38
Tabel 3 . 4 Tabel Pengujian Skala Likert........................................................................................39
Tabel 3 . 5 Kategori Indikator Variabel..........................................................................................40
DAFTAR GAMBAR
iii
2 . 1 Gambar Kerangka Pemikiran..................................................................................................33
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Profesi audit dianggap penting bagi para pengguna laporan keuangan dikarenakan fungsi
dari profesi audit adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai berkenaan dengan laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen, melalui pendapat yang diberikan dalam laporan
auditor. Para pengguna laporan audit mengaharapkan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit
oleh akuntan publik sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia.
Namun pada akhir-akhir ini kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik kembali
mendapat sorotan oleh masyarakat menyusul banyak kasus yang melibatkan auditor independen.
Kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik mendapat sorotan dari masyarakat karena terjadi
banyak skandal yang melibatkan akuntan publik baik diluar negeri maupun didalam negeri.
Maraknya skandal keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri telah memberikan
Profesi akuntan publik sebagai pihak ketiga yang independen seharusnya memberikan
jaminan atas relevansi dan keandalan sebuah laporan keuangan (Purwanda, 2015). Peristiwa-
peristiwa dan indikasi tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas seorang auditor,
terlebih lagi kasus-kasus yang melibatkan kantor akuntan publik dan perusahaan berskala
nasional di negeri ini. Kasus tersebut di atas juga memperlihatkan bahwa adanya indikasi auditor
melakukan kerjasama dengan pihak yang diaudit untuk memanipulasi laporan keuangan.
Dalam kasus tersebut auditor seakan-akan kurang memiliki sikap tanggung jawab dan
independen dalam melakukan tugas audit. Padahal auditor merupakan orang yang memiliki
kemampuan untuk melakukan tugas auditing kemudian muncul pertanyaan apakah para auditor
1
2
masih memiliki sikap independensi yang tinggi atau sikap kebertanggungjawaban (akuntabilitas)
akuntan publik yang sudah mulai pudar. Risky Muhayoca, (2017) mendefinisikan kualitas audit
sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem
akuntansi klien.
Laporan keuangan memiliki peran yang sangat penting dalam mengambil sebuah
keputusan oleh pemimpin perusahaan atau pihak internal perusahan. Berdasarkan laporan
keuangan tersebut pemimpin perusahan dapat dengan tepat mengambil keputusan sesuai dengan
Oleh karena itu, laporan keuangan sangat penting, selain pihak internal perusahan, laporan
keuangan juga sangat penting bagi pihak eksternal perusahaan. Pihak ekternal juga bergantung
pada laporan keuangan suatu perusahaan karena dengan adanya laporan keuangan mereka dapat
yang berkualitas.
Berkualitas atau tidaknya suatu laporan keuangan dapat dilihat dari karakteristik laporan
keuangan tersebut, menurut FASB dua karakteristik terpenting yang harus ada dalam laporan
keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Akan tetapi kedua
karakteristik tersebut sangat sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan
Dengan adanya auditor independen maka pihak perusahan dapat memberi jaminan bahwa
laporan keuangan tersebut relevan dan dapat diandalkan, sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan bagi pihak yang menggunakan laporan tersebut baik pihak internal maupun pihak
eksternal.
3
Dengan demikian pihak internal dan pihak eksternal akan semakin mudah untuk
Auditor independen harus menjamin bahwa kualitas audit yang mereka lakukan benar-benar
berkualitas supaya menghasilkan laporan auditan yang berkualitas pula, kualitas audit ini penting
karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat
Menurut Lee, Liu dan Wang, (1999) kualitas audit adalah probabilitas bahwa auditor tidak
akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan
yang mengandung kekeliruan material. Dengan demikian auditor harus memastikan tidak ada
Ida Suraida, (2005) menyatakan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan
publik akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan, ini
berarti bahwa audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten, sehingga dengan demikian
profesi akuntan publik adalah profesi kepercayaan masyarakat, untuk itu akuntan publik dituntut
Kualitas audit ditentukan akuntabilitas dan independensi, akuntabilitas adalah kualitas dari
pekerjaan auditor yang dipengaruhi oleh rasa kebertanggungjawaban yang dimiliki auditor dalam
menyelesaikan pekerjaan audit dan independensi auditor dimana probabilitas auditor untuk
melaporkan pelanggaran yang auditor temukan tergantung pada independensi auditor (Mardisar
et al.,2007:2)
Diani dan Ria, (2007) menjelaskan bahwa akuntabilitas adalah sebagai bentuk dorongan
keputusan yang diambil kepada lingkungannya. Messier dan Quilliam, (1992) mengungkapkan
4
bahwa akuntabilitas yang dimiliki oleh seorang auditor dapat meningkatkan proses kognitif
Menurut Messier dan Quilliam, (dalam Diani dan Ria, 2007) standar umum dalam semua
hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi auditor yakni standar yang mengharuskan
auditor untuk bersikap independen, artinya sikap yang tidak mudah dipengaruhi karena akuntan
publik melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum bukan kepentingan pribadi. Bersikap
independen berarti menghindarkan hubungan yang dapat menggangu sikap mental dan
penampilan obyektif auditor dalam melaksanakan audit, independen dalam hal ini mengharuskan
auditor bersikap mengadili secara tidak memihak dengan tetap menyadari kewajibannya untuk
selalu bertindak jujur kepada manajemen dan pemilik perusahaan tetapi juga kepada pihak lain
Justinia, (2008) menyebutkan bahwa latar belakang pendidikan formal bidang akuntansi
juga merupakan persyaratan utama saat melamar menjadi auditor karena melalui pendidikan
formal diperoleh antara lain pengetahuan mengenai apa dan bagaimana audit, standar audit serta
keuangan, sistem akuntansi, auditing, termasuk standar dan kode etik serta pertimbangan dalam
menentukan posisi di dalam tim audit. Menurut Nizarul & Liliek, (2007:6) kompetensi
serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin dalam bidang auditing
Dalam melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik,
pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus dibidangnya. Kompetensi dengan keahlian
5
profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal ujian profesional
Kompetensi sebagai suatu keahlian yang cukup dan secara eksplisit dapat digunakan untuk
melakukan audit secara objektif, ukuran keahlian atau kompetensi tidak cukup hanya
keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain disamping
Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Liliek Purwanti, (2007) menunjukkan
bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit, hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat
dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik yaitu pengalaman dan pengetahuan. Auditor
sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit memang harus senantiasa meningkatkan
pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Septiana, (2013) yang memberi bukti empiris
bahwa akuntabilitas, indenpendensi dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi independensi auditor semakin tinggi kualitas audit.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas di atas, maka rumusan
1. Bagaimana pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit kantor akuntan publik di Bali?
6
2. Bagaimana pengaruh indenpendensi terhadap kualitas audit kantor akuntan publik di Bali?
3. Bagaimana pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit kantor akuntan publik di
Bali?
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit kantor akuntan
publik di Bali.
3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit kantor akuntan
publik di Bali.
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi oleh penelitian sejenis untuk melakukan
mahasiswa untuk dapat bekerja di Kantor Akuntan Publik yang memiliki kompetensi,
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk para auditor agar mereka
meningkatkannya.
b. Bagi KAP
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Kantor Akuntan Publik khususnya dalam
mengelola sumber daya manusianya agar citra KAP di mata masyarakat semakin cerah.
Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat bagi KAP sebagai bahan pertimbangan dalam
c. Bagi Peneliti
Bagi Penulis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengalaman baru
tentang kondisi yang sebenarnya yang ada di dunia nyata serta dapat
Teori keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku
agen dengan pemilik selaku prinsipal. pihak prinsipal adalah pihak yang memberikan mandat
kepada pihak lain yaitu agen, untuk melakukan semua kegiatan atas nama prinsipal dalam
kapasitasnya sebagai pengambil keputusan. Hal ini dilakukan dengan meminta laporan
pertanggung jawaban kepada agen (manajemen). Teori keagenan auditor sebagai pihak ketiga
membantu memahami konflik kepentingan yang muncul antara prinsipal dan agen. Auditor yang
diindependen diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam laporan keungan yang dibuat
manajemen.
Berdasarkan teori agensi dapat digambarkan bahwa hubungan rakyat dengan pemerintah
dapat dikatakan hubungan keagenan, yaitu hubungan yang timbul karena adanya kontrak yang
ditetapkan oleh rakyat (sebagai prinsipal) yang menggunakan pemerintah (sebagai agen) untuk
menyediakan jasa yang jadi kepentingan rakyat serta menyelaraskan tujuan rakyat dan
jawab melalui mekanisme pelaporan dan rakyat melalui legislatif dapat mengukur, menilai
sekaligus mengawasi kinerja pemerintah sejauh mana pemerintah telah bertindak untuk
8
9
Akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris accountability yang berarti
seseorang atau unit organisasi, dalam mengelola sumber daya yang telah diberikan dan
dikuasai, dalam rangka pencapaian tujuan, melalui suatu media berupa laporan
adalah dorongan psikologi atau kejiwaan yang mana bisa mempengaruhi auditor untuk
Pada penelitian Alvita, (2010:55) terdapat enam faktor yang mempengaruhi sikap
jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi, suasana hati, sifat kepribadian dan pengetahuan
mempengaruhi sikap dan perilaku individu terhadap sesuatu hal. Dalam hal ini terdapat tiga
10
faktor latar belakang yakni, faktor personal adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu,
sifat kepribadian (personality traits), nilai hidup (value), emosi dan kecerdasan yang
dimilikinya. Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender), etnis, pendidikan,
penghasilan dan agama. Faktor informasi adalah pengalaman, pengetahuan dan ekspose
pada media.
Keyakinan perilaku atau behavioral belief yaitu hal-hal yang diyakini oleh individu
mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif, sikap terhadap perilaku atau
kecenderungan untuk bereaksi secara afektif terhadap suatu perilaku, dalam bentuk suka
Norma subjektif (subjective norm) adalah sejauh mana seseorang memiliki motivasi
untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan dilakukan (normative
belief). Kalau individu merasa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan
dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain di sekitarnya, maka dia akan mengabaikan
Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat dilaksanakan (control belief) diperoleh dari
berbagai hal, pertama adalah pengalaman melakukan perilaku yang sama sebelumnya atau
11
pengalaman yang diperoleh. Karena melihat orang lain (misalnya teman, keluarga dekat)
melaksanakan perilaku itu sehingga ia memiliki keyakinan bahwa ia pun akan dapat
mengenai suatu perilaku akan dapat dilaksanakan ditentukan juga oleh ketersediaan waktu
perilaku.
bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan perilaku tertentu,
individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu, kemudian individu
melakukan estimasi atas kemampuan dirinya apakah dia punya kemampuan atau tidak
memiliki kemampuan untuk melaksanakan perilaku itu. Niat untuk melakukan perilaku
melakukan sesuatu pekerjaan. Kemauan ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki
sikap positif pada perilaku tertentu itu dia mendapat dukungan dari orang-orang lain
Pada penelitian Ilmiyati dan Suhardjo, (2012) terdapat dua indikator yang digunakan
1) Motivasi
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau
mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan
12
untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi
adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan, seseorang yang mempunyai motivasi
2) Kewajiban Sosial
Kewajiban sosial merupakan pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat
yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
Jika seorang akuntan menyadari akan betapa besar perannya bagi masyarakat dan
profesinya, maka ia akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi masyarakat dan
profesi tersebut. Menurut Hall, (1986 dalam Taufik, 2011) pengabdian pada profesi
merupakan indikator yang penting, pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi
keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ektrinsik kurang. Sikap
ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan, pekerjaan
didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini
sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari
pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudian materi. Dengan demikian indikator
akuntabilitas auditor dalam penelitian ini dapat diukur dengan indikator menurut Ilmiyati
a) Motivasi
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan
atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi bagi auditor merupakan hal penting sebagai
penggerak auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit dengan tepat waktu dan sesuai
b) Kewajiban sosial
manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena adanya
pekerjaan tersebut. Kewajiban sosial merupakan tanggung jawab yang diemban auditor
dalam melaksanakan pekerjaan audit dan laporan audit dimana hasil audit yang sesuai
dengan SAP dan SPAP akan memberikan dampak positif bagi profesi auditor dan
penilaian masyarakat pengguna laporan keuangan terhadap profesi auditor dan akan
memberikan dampak negatif bagi profesi auditor dan penilaian mayrakat pengguna
laporan keuangan terhadap profesi auditor jika hasil audit melanggar SAP dan SPAP.
menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap
pekerjaan auditor dan laporan audit sesuai dengan SAP dan SPAP dengan
bertanggungjawab dan tidak memanipulasi hasil audit sesuai dengan keinginan klien
A. Pengertian Independensi
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh
pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran
dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif
tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya
(Mulyadi, 2011:26).
14
Dalam Standar umum kedua menyebutkan bahwa, dalam semua hal yang
berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor. Standar ini mengharuskan auditor untuk bersikap independen, artinya sikap yang
kepentingan umum. Akan tetapi independen dalam hal ini tidak berarti mengharuskan ia
bersikap sebagai penuntut, melainkan ia justru harus bersikap mengadili secara tidak
memihak dengan tetap menyadari kewajibannya untuk selalu bertindak jujur, tidak hanya
kepada manajemen dan pemilik perusahaan tetapi juga kepada pihak lain yang
sikap yang terdapat pada diri auditor yang bebas dari pengaruh dan tekanan dari dalam
maupun luar ketika mengambil suatu keputusan, dimana dalam pengambilan keputusan
tersebut harus berdasarkan fakta yang ada dan secara obyektif. Independensi mencerminkan
sikap tidak memihak serta tidak dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam
mengatakan bahwa dalam memberikan jasa profesional, Akuntan Publik wajib senantiasa
selama periode audit dan selama periode penugasan profesionalnya, baik Akuntan, Kantor
a. Mempunyai kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang material pada
klien.
c. Mempunyai hubungan usaha secara langsung atau tidak langsung yang material
dengan klien, atau dengan karyawan kunci yang bekerja pada klien, atau dengan
e. Memberikan jasa atau produk kepada klien dengan dasar fee kontinjen atau komisi,
aspek, yaitu:
kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas. Independensi dalam fakta
akan ada apabila kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak
pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus
menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap
baik secara independen dan objektif, pendapat yang dinyatakan melalui laporan audit tidak
akan dipercaya oleh pemakai jasa auditor independen bila ia tidak mampu mempertahankan
1) Merupakan dasar bagi akuntan publik untuk merumuskan dan menyatakan pendapat
atas laporan keuangan yang diperiksa. Apabila akuntan publik tetap memelihara
diperiksa tersebut akan menambah kredibilitasnya dan dapat diandalkan bagi pemakai atau
masyarakat, maka kepercayaan masyarakat akan turun jika terdapat bukti bahwa sikap
independensi auditor berkurang dalam menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan
oleh manajemen.
Oleh karena itu, seorang auditor tidak hanya dituntut memiliki keahlian saja, tetapi
juga dituntut untuk bersikap independen. Walaupun seorang auditor sangat berkompeten,
tetapi kalau dia tidak independen, maka pengguna laporan keuangan tidak yakin bahwa
Pada jurnal penelitian Rinaldi, (2012) terdapat empat faktor yang mempengaruhi
Penggolongan ukuran besar kecilnya kantor akuntan publik, dikatakan besar jika kantor
akuntan publik tersebut berafiliasi atau mempunyai cabang dan kliennya perusahaan-
perusahaan besar mempunyai tenaga profesional diatas 25 orang. Kantor Akuntan Publik
dikatakan kecil jika tidak berafiliasi, tidak mempunyai cabang dan kliennya perushaan kecil
Kantor akuntan publik yang besar lebih independen dibandingkan dengan kantor
akuntan publik yang lebih kecil, alasannya bahwa kantor akuntan publik yang besar
hilangnya satu klien tidak begitu berpengaruh terhadap pendapatannya, sedangkan kantor
akuntan publik yang kecil hilangnya satu klien adalah sangat berarti karena kliennya
sedikit.
penugasan audit seorang partner kantor akuntan publik pada klien ditentukan menjadi 5
tahun atau kurang dan lebih dari 5 tahun. Shockley, (1981) menyatakan bahwa seorang
partner yang memperoleh penugasan audit lebih dari lima tahun pada klien tertentu
dianggap terlalu lama, sehingga dimungkinkan memiliki pengaruh yang negatif terhadap
independensi auditor, karena semakin lama hubungan auditor dengan klien akan
menyebabkan timbulnya ikatan emosional yang cukup kuat. Jika ini terjadi, maka seorang
Biaya jasa audit yang besar berhubungan dengan makin tingginya risiko melemahnya
independensi auditor. Alasannya kantor akuntan publik yang menerima audit fee yang besar
merasa tergantung pada klien, meskipun laporan keuangan klien mungkin tidak sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum. Kantor akuntan publik yang menerima audit fee
yang besar dari seorang klien takut kehilangan klien tersebut, karena akan kehilangan
Sehingga hal ini dapat mempengaruhi kualitas audit dari auditor tersebut.
18
Pada penelitian Atta, (2014:27) terdapat empat indikator independensi auditor, yaitu
sebagai berikut:
Masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan klien di Indonesia sudah diatur
Keputusan menteri tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien
yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5 tahun.
Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga
dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi. Terkait dengan lama waktu kerja, Deis dan
Girox, (1992) menemukan bahwa semakin lama audit tenure, kualitas audit akan semakin
menurun. Hubungan yang lama antara auditor dengan klien mempunyai potensi untuk
menjadikan auditor puas pada apa yang telah dilakukan, melakukan prosedur audit yang
manajemen perusahaan. Manajer mungkin ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak
berhasil yakni tergambar melalui laba tinggi dengan maksud untuk menciptakan
penghargaan. Agar tercapai tujuan tersebut tidak jarang manajemen perusahaan melakukan
tekanan kepada auditor sehingga laporan keuangan auditan yang dihasilkan tersebut sesuai
Dalam situasi ini, auditor mengalami suatu dilema, dimana dilema yang dialami oleh
auditor dikarenakan disatu sisi jika auditor mengikuti keinginan klien maka ia melanggar
19
standar profesi, akan tetapi jika auditor tidak mengikuti klien maka klien dapat
tindakan yang melanggar standar profesi kemungkinan berhasil karena pada kondisi konflik
ada kekuatan yang tidak seimbang antara auditor dengan kliennya. Klien dapat dengan
mudah mennganti auditornya bila dibandingkan bagi auditor untuk mendapatkan sumber
Menurut Knapp, 1985 (dalam Harhinto, 2004) kondisi keuangan klien juga berpengaruh
terhadap kemampuan auditor untuk mengatasi tekanan klien, karena klien yang mempunyai
kondisi keuangan yang kuat dapat memberikan fee audit yang cukup besar dan juga dapat
memberikan fasilitas yang baik bagi auditor. Pada situasi ini auditor menjadi puas diri
Berdasarkan uraian di atas, maka auditor memiliki posisi yang strategis baik dimata
manajemen maupun dimata pemakai laporan keuangan. Selain itu, pemakai laporan
keuangan menaruh kepercayaan yang cukup besar terhadap hasil pekerjaan auditor dalam
auditor harus berpedoman pada kode etik, standar profesi dan akuntansi keuangan yang
berlaku di Indonesia.
Peer review adalah review oleh akuntan publik namun pada praktiknya di Indonesia peer
review dilakukan oleh Departemen Keuangan yang memberikan izin prektek dan Badan
Review Mutu dari profesi Institusi Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Tujuan dari peer
review adalah untuk menentukan dan melaporkan apakah KAP yang direview itu telah
20
mengembangkan kebijakan dan prodedur yang memadai bagi kelima unsur pengendalian
mutu dan mengikuti kebijakan serta prosedur tersebut dalam praktek. Review diadakan
setiap 3 tahun dan biasanya dilakukan oleh KAP yang dipilih oleh kantor yang direview.
Pemberian jasa selain audit dapat menjadi ancaman potensial bagi independensi auditor
karena manajemen dapat meningkatkan tekanan pada auditor agar bersedia mengeluarkan
laporan yang dikehendaki oleh manajemen yaitu wajar tanpa pengecualian (Barkes dan
Dalam pemberian jasa, selain jasa audit yang dilakukan oleh auditor. Jika pada saat
dilakukan pengujian laporan keuangan ditemukan kesalahan yang terkait dengan jasa yang
diberikan auditor tersebut, maka dapat disimpulkan auditor tersebut terlibat dalam aktivitas
membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien yang sama, sementara
untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5 tahun. Pembatasan ini
dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien dan independensi auditor
dapat terkontrol dan terjaga sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.
Hubungan yang lama antara auditor dengan klien mempunyai potensi untuk
menjadikan auditor puas pada apa yang telah dilakukan, melakukan prosedur audit
Manajer mungkin ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yakni
tindakan yang melanggar standar profesi kemungkinan berhasil karena pada kondisi
konflik ada kekuatan yang tidak seimbang antara auditor dengan kliennya. Klien
dapat dengan mudah mennganti auditornya bila dibandingkan bagi auditor untuk
mendapatkan sumber fee tambahan atau alternatif sumber lain. Auditor memiliki
posisi yang strategis baik di mata manajemen maupun dimata pemakai laporan
keuangan. Selain itu, pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang cukup
besar terhadap hasil pekerjaan auditor dalam mengaudit laporan keuangan. Kualitas
kode etik, standar profesi, dan akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia.
Peer review adalah review oleh akuntan publik namun pada prakteknya di Indonesia
peer review dilakukan oleh Departemen Keuangan yang memberikan izin praktek dan
Badan Review Mutu dari profesi Institusi Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Tujuan
dari peer review adalah untuk menentukan dan melaporkan apakah KAP yang
direview itu telah mengembangkan kebijakan dan prodedur yang memadai bagi
kelima unsur pengendalian mutu dan mengikuti kebijakan serta prosedur tersebut
dalam praktek.
22
Pemberian jasa selain audit dapat menjadi ancaman potensial bagi independensi
auditor karena manajemen dapat meningkatkan tekanan pada auditor agar bersedia
pengecualian (Barkes dan Simmet, 1995) dalam Kharismatuti, (2012). Pemberian jasa
selain jasa audit berarti auditor telah terlibat dalam aktivitas manajemen klien.
A. Pengertian Kompetensi
Standar umum pertama (IAI, 2011) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan
oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan
dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai
Arens dkk., yang diterjemahkan oleh Gina Gania, (2015) menegaskan bahwa, auditor
harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten
untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai
kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu. Selanjutnya mereka menjelaskan bahwa
kompetensi orang-orang yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan audit tidak akan ada
nilainya apabila tidak bersikap independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti.
diperoleh dari pengetahuan, pengalaman dan pelatihan. Setiap auditor wajib memenuhi
persyaratan tertentu untuk menjadi auditor. Pada awal lahirnya profesi ini, persyaratannya
23
masih sederhana, namun dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
semakin kompleksnya dunia usaha, persyaratan untuk menjadi seorang auditor semakin
ketat. Alim et al., (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi kompetensi auditor akan
dan pelatihan merupakan investasi yang mahal, tetapi sangat menentukan. KAP peringkat
teratas mengeluarkan banyak sumber daya (uang dan waktu) untuk meningkatkan
penelitian ini variabel yang digunakan adalah pengalaman dan pengetahuan auditor.
Kompetensi menurut De Angelo, 1981 (dalam Tjun, dkk., 2012) dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang yakgni sudut pandang auditor individual, audit tim dan Kantor
Akuntan Publik (KAP). Masing-masing sudut pandang akan dibahas secara lebih mendetail
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara lain pengetahuan
pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan, akuntansi
dan industri klien. Selain itu diperlukan juga pengalaman dalam melakukan audit. Auditor
yang lebih berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan
Pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan bahwa jika jika pekerjaan menggunakan
asisten maka harus disupervisi dengan semestinya. Dalam suatu penugasan, satu tim audit
biasanya terdiri dari auditor junior, auditor senior, manajer dan partner. Sebuah tim audit
ini dipandang sebagai faktor yang lebih menentukan kualitas audit, sehingga kerja sama
yang baik antar anggota tim, profesionalisme, persistensi, skeptisisme, proses kendali mutu
yang kuat, pengalaman dengan klien dan pengalaman industri yang baik akan menghasilkan
tim audit yang berkualitas tinggi. Selain itu, adanya perhatian dari partner dan manajer
Besaran KAP diukur dari jumlah klien dan persentase dari audit fee dalam usaha
mempertahankan kliennya untuk tidak berpindah pada KAP yang lain. KAP yang besar
menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi karena ada insentif untuk menjaga reputasi di
pasar. Selain itu, KAP yang besar sudah mempunyai jaringan klien yang luas dan banyak
sehingga mereka tidak tergantung atau tidak takut kehilangan klien (De Angelo, 1981).
KAP yang besar biasanya mempunyai sumber daya yang lebih baik untuk melatih
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kompetensi dapat dilihat
melalui berbagai sudut pandang. Dalam penelitian ini akan digunakan kompetensi dari
sudut auditor individual, hal ini dikarenakan auditor adalah subjek yang melakukan audit
secara langsung dan berhubungan langsung dalam proses audit sehingga diperlukan
1) Pengetahuan
Standar Profesi Akuntan Publik (IAI, 2011) tentang standar umum, menjelaskan
bahwa dalam melakukan audit, auditor harus memiliki keahlian dan struktur pengetahuan
yang cukup. Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor, karena
dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pandangan mengenai bidang
yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam.
Selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin
pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan, akuntansi
dan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Tjun, dkk., (2012) menyatakan bahwa
pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ilmiyati dan Suhardjo, (2012) bahwa pengetahuan
Hal ini merupakan harapan bahwa akuntan memiliki pengetahuan mengenai auditing
yang lebih banyak menggambarkan tingginya tingkat kompetensi profesionalnya dan akan
2) Pengalaman
atau lamanya seseorang dalam bekerja untuk mendapatkan ilmu yang sebenarnya selain
dari pendidikan formal. Semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki oleh
auditor maka akan semakin baik dan meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan. Auditor
26
yang berpengalaman lebih memiliki ketelitian dan kemampuan yang baik dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
terhadap kualitas audit, sehingga semakin berpengalaman seorang auditor maka akan
semakin baik kualitas audit yang dilakukannya. Berbeda dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Singgih dkk., (2010) bahwa pengalaman tidak berpengaruh terhadap
mungkin disebabkan karena sebagian besar responden dalam penelitiannya adalah auditor
yang menjabat sebagai junior dan masa kerjanya tidak lebih dari 3 tahun sehingga respon
mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas seorang auditor akan menemukan dan
melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien bergantung pada
independensi auditor.
Kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat mengaudit
laporan keuangan klien dapat menentukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi
klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan
27
tuganya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik laporannya
bahwa laporan keuangan auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan
Auditor dapat memberikan pendapat dalam laporannya bahwa laporan keuangan yang
diauditnya menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil perusahaan (Mulyadi, 2011
dalam Ilmiyati dan Suhardjo, 2012) menyatakan bahwa kualitas audit adalah probabilitas
bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian
Dari pengertian tentang kualitas audit di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
audit merupakan probabilitas auditor untuk menemukan kesalahan yang ada pada laporan
keuangan klien dan melaporkannya dalam laporan auditan. Kualitas audit perlu
ditingkatkan supaya laporan keuangan yang telah diaudit diharapkan lebih berkualitas
sehingga kepercayaan para pengguna laporan keuangan dan masyarakat pun meningkat.
Kualitas proses audit dimulai dari tahap perencanaan penugasan, tahap pekerjaan
lapangan dan pada tahap administrasi akhir. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
Auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang terjadi pada sistem
akuntansi perusahaan klien dan tidak terpengaruh pada besarnya kompensasi atau fee yang
auditor terima.
28
Auditor yang memahami sistem akuntansi perusahaan klien secara mendalam akan lebih
mudah dan sangat membantu dalam menemukan salah saji laporan keuangan klien.
berusaha memberikan hasil terbaik sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.
4) Berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan
lapangan
Auditor harus memiliki standar etika yang tinggi, mengetahui akuntansi dan auditing,
menjunjung tinggi prinsip auditor, dan menjadikan SPAP sebagai pedoman dalam
Pernyataan klien merupakan informasi yang belum tentu benar karena berdasarkan
persepsi. Oleh karena itu, aditor sebaiknya tidak begitu saja percaya terhadap pernyataan
Setiap auditor harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, termasuk dalam
Pengukuran kualitas audit memerlukan kombinasi antara proses dan hasil (Sutton,
1993 dalam Justinia, (2008). Kualitas proses audit dimulai dari tahap perencanaan
penugasan, tahap pekerjaan lapangan, dan pada tahap administrasi akhir. Indikator kualitas
Auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang terjadi pada sistem
akuntansi perusahaan klien dan tidak terpengaruh pada besarnya kompensasi atau fee yang
auditor terima.
Auditor yang memahami sistem akuntansi perusahaan klien secara mendalam akan lebih
mudah dan sangat membantu dalam menemukan salah saji laporan keuangan klien.
berusaha memberikan hasil terbaik sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.
4) Berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan
lapangan
Auditor harus memiliki standar etika yang tinggi, mengetahui akuntansi dan auditing,
menjunjung tinggi prinsip auditor dan menjadikan SPAP sebagai pedoman dalam
Pernyataan klien merupakan informasi yang belum tentu benar karena berdasarkan
persepsi. Oleh karena itu, aditor sebaiknya tidak begitu saja percaya terhadap pernyataan
Setiap auditor harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, termasuk dalam
Dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian yang dapat digunakan sebagai
1. Penelitian yang dilakukan oleh Feny Ilmiyati dan Yohanes Suhardjo, (2012) yang
meneliti tentang pengaruh akuntabilitas dan kompetensi auditor terhadap kualitas audit.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Feny dan Yohanes,
(2012) adalah dengan menggunakan variabel dependen yang sama yaitu kualitas audit,
sedangkan perbedaannya variabel independen pada penelitian ini adalah akuntabilitas dan
independensi auditor terhadap kualitas hasil kerja auditor. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan hasil uji regresi linear berganda terhadap hipotesis 1 dapat dilihat bahwa
variabel akuntabilitas (0,443) bernilai positif signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor
dan dibuktikan dengan nilai thitung 3,136 > ttabel 1,699 dengan taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda terhadap hipotesis 2 dapat dilihat bahwa
variabel independensi (0,103) bernilai positif tidak signifikan terhadap kualitas hasil kerja
auditor, dan dibuktikan dengan nilai thitung 0,789 < ttabel 1,699 dengan taraf signifikansi 5%.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Septiana Purwandari,
kualitas audit bukan kualitas hasil kerja auditor sebagaimana yang ada pada penelitian
relevan.
kompetensi, independensi, akuntabilitas dan motivasi memiliki pengaruh secara parsial dan
Persamaan penelitian ini dengan yang dilakukan oleh Lilis Ardini, (2010) adalah
kompetensi, independensi, akuntabilitas dan motivasi terhadap kualitas audit. Sedang pada
penelitian yang akan dilakukan ini hanya menganalisis akuntabilitas, indenpendensi dan
4. Penelitian Siti Nur Mawar Indah (2010) meneliti pengaruh kompetensi dan
independensi auditor terhadap kualitas audit. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
audit pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang, sehingga semakin berpengalaman
seorang auditor maka akan semakin baik kualitas yang dilakukannya; b) Pengetahuan
seorang auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sehingga semakin dalam dan
luas pengetahuan seorang auditor maka akan semakin baik kualitas audit yang dihasilkan;
c) Lama hubungan dengan klien berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sehingga
semakin lama hubungan terjalin antara auditor dengan klien maka kualitas audit yang
dilakukan auditor cenderung semakin rendah; d) Tekanan dari klien berpengaruh negatif
32
terhadap kualitas audit, sehingga semakin besar tekanan dari klien yang dirasakan oleh
auditor maka kualitas audit yang dilakukan akan semakin rendah; e) Tekanan dari rekan
auditor terbukti berpengaruh positif terhadap kualitas audit walaupun tidak sepenuhnya
dirasakan manfaatnya. Tetapi terbukti bahwa telaah dari rekan auditor bisa menjamin
bahwa pemeriksaan yang dilakukan sudah sesuai dengan standar profesional yang berlaku
dan berkualitas seingga dapat meningkatkan kualitas audit; f) Jasa non audit yang diberikan
KAP berpengaruh negatif terhadap kualitas audit, sehingga semakin banyak jasa non audit
yang dikerjakan oleh seorang auditor, maka auditor cenderung semakin berpihak pada
klien. Hal ini bisa berakibat menurunnya independensi seorang auditor yang akhirnya
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Mawar
kompetensi terhadap kualitas auditor. Sedang pada penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur
Mawar Indah, (2010) hanya menganalisis kompetensi dan independensi auditor terhadap
kualitas audit
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi
sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara terkait
gejala yang menjadi pokok masalah. Kerangka berpikir dalam penelitian ini menjelaskan
33
pengaruh akuntabilitas, indenpendensi dan kompetensi terhadap kualitas audit dapat dilihat
Kerangka pemikiran yang dibuat berupa gambar skema untuk lebih menjelaskan
mengenai hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Gambar 2.1 adalah
dapat dibuat gambar kerangka pemikiran untuk variabel bebas dan variabel terikat dalam
H2
Kualitas Audit (Y)
(X2) Indenpendensi
H3
(X3) Kompetensi
berdasarkan teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui penelitian. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu dan
METODE PENELITIAN
akuntabilitas, indenpendensi dan kompetensi terhadap kualitas auditor pada kantor akuntan
publik di Bali, oleh karena itu jenis penelitian ini adalah penelitian kausal komparatif. Penelitian
kausal komparatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal
antara variabel-variabel dengan melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
Ruang lingkup penelitian perlu dilakukan dalam penelitian ini agar penelitian ini dapat
mengarah serta mengenai sasaran yang diinginkan. Perlu diketahui pula bahwa penelitian yang
baik bukan penelitian yang objek kajiannya luas ataupun dangkal, melainkan penelitian yang
objek kajiannya memfokus dan mendalam. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah, penelitian
yang dilakukan di Kabupaten Badung-Bali, tahun 2021 dengan subjek penelitian yaitu auditor
1. Subjek Penelitian
Dalam KBBI, (1989:862) yang dimaksud dengan subjek penelitian adalah orang, tempat
atau benda yang diamati dalam rangka sebagai sasaran penelitian. Adapun subjek penelitian
dalam tulisan ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik yang berada di Bali.
34
35
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah pokok persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan data
secara lebih terarah (Supranto, 2000:32). Adapun objek penelitian dalam tulisan ini meliputi;
akuntabilitas auditor, indenpendensi auditor dan kompetensi auditor terhadap kualitas auditor
Dalam memperoleh data yang akurat untuk penelitian maka dibutukan jenis dan sumber
1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa
nilai atau skor atas jawaban yang diberikan oleh responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
2. Sumber Data
Sumber data merupakan hal yang sangat esensi untuk menguak suatu permasalahan dan
data juga diperlukan untuk menjawab fokus penelitian. Penelitian ini menggunakan data-data
yang diperoleh dari dua sumber yaitu data primer dan data sekunder. Kedua data tersebut dapat
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data pertama di lokasi
penelitian atau objek penelitian (Indriantoro dan Bambang, 2009:65). Data primer diperoleh
secara langsung dari hasil observasi, wawancara dan kuisoner dengan tujuan untuk
mengumpulkan informasi dari auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Bali.
36
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui
media perantara (Indriantoro dan Bambang, 2009:67). Sebagai suatu penelitian empiris maka
data sekunder dalam penelitian ini diperoleh artikel, jurnal dan penelitian-penelitian terdahulu.
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini meliputi
seluruh staf auditor baik itu (partner, senior dan junior auditor) pada Kantor Akuntan Publik
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut,
bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada di populasi, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Pengambilan sampel
dengan cara nonprobabilitas, yaitu propabilitas elemen dalam populasi untuk terpilih sebagai
convenience sampling merupakan cara pengumpulan informasi dari anggota populasi yang
dengan senang hati bersedia memberikannya. Dari 8 KAP yang ada di Bali, hanya 3 KAP yang
bersedia mengisi kuesioner, berikut adalah nama KAP yang bersedia dijadikan sampel
penelitian:
pengolahan data adalah kuesioner yang telah dikembalikan oleh masing-masing KAP kepada
peneliti sebanyak 30. Dengan demikian maka diambil 30 orang akuntan publik di Bali sebagai
sampel penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode angket atau kuisioner. Metode ini dilakukan melalui penyebaran kuisoner yang telah
disusun secara terstruktur, dimana sejumlah pertanyaan tertulis disampaikan pada responden
untuk ditanggapi sesuai dengan kondisi yang dialami oleh responden yang bersangkutan dan
pernyataan yang berhubungan dari auditor yang bekerja pada KAP di Bali. Kuisoner dibuat
dengan petunjuk pengisian untuk menjelaskan dan memudahkan responden dalam pengisian
jawaban.
38
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya dalam mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
39
olahanya (Arikunto, 2002:134). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa
penyebaran kuesioner atau angket yang diperoleh pada saat Kantor Akuntan Publik di Bali.
Instrumen berupa angket atau kuisoner yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel
dalam penelitian ini didesain dengan skala Likert yang terdiri dari empat pilihan pilihan
Teknik analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
Uji statistik deskriptif memberiikan gambaran atau deskripsi keadaan suatu data secara
umum melalui penyebaran data yang telah diperoleh selama penelitian di lapangan dan juga
untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum dan minimum
(Ghozali, 2011:19). Gambaran umum mengenai karakteristik responden dijelaskan dengan tabel
statistik deskriptif responden yang diukur dengan skala ukur interval yang menjelaskan besarnya
Statistik deskriptif dilakukan dengan menentukan kelas interval, menghitung rentang data
dan menentukan panjang kelas, untuk menentukannya menggunakan rumus Sturges (Sugiyono,
40
indikator. Dari nilai tersebut dibagi menjadi 5 kategori berdasarkan mean ideal (Mi) dan standar
deviasi ideal (Si). Rumus untuk mencari mean ideal dan standar deviasi ideal adalah sebagai
berikut:
Sedangkan untuk mencari kategori indikator dapat dilihat pada tabel berikut:
Kualitas data dalam suatu pengujian hipotesis akan mempengaruhi hasil ketepatan uji
hipotesis (Wirjono dan Raharjo, 2007:31). Dalam penelitian ini kualitas data yang dihasilkan
1) Uji Validasi
Uji validitas digunakan dengan tujuan untuk mengukur apakah kuisoner yang disebarkan oleh
peneliti kepada responden sudah valid ataukah belum. Pedoman yang digunakan untuk
dikatakan valid adalah dengan membandingkan nilai yang didapat dari r hitung dengan nilai r
tabel, jika nilai dari r hitung lebih besar dari r tabel maka peryataan dinyatakan valid (Ghozali,
2013:53).
41
2) Uji Reabilitas
Uji reabilitas berhubungan dengan konsistensi, sehingga uji reabilitas berguna untuk melihat
konsitensi atau kesetabilan dari jawaban responden atas setiap pertayaan yang ada dalam
kuisoner. Pengujian ini dilakukan setelah instrumen penelitian dinyatakan valid, pengujian ini
menggunkan metode Cronbach’a Alpa pada software SPSS v. 16. Menurut Alpadi, (2015:37)
kriteria denagn menggunakn Cronbach’a Alpa adalah jika alpha ( ) > 0,6, maka instrumen
Uji asumsi klasik digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya penyimpangan asumsi
klasik atas persamaan regresi berganda yang digunakan. Pengujian ini terdiri dari uji
1) Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah berdistribusi
normal atau mendekati normal, untuk mengetahui ada tidaknya normalitas dalam model
regresi, yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
komulatif dari distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah
dalam model regresi yang digunakan data residual atau variabel pengganggu berdistribusi
pada taraf 0,05 atau lebih rendah dari itu, maka data residual berdistribusi secara normal.
42
2) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Menurut Ghozali,
(2011) model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
Jika nilai Variance Inflaction Faktor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Toleransi tidak
kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbatas dari multikolineritas
VIF=1/Tolerance, jika VIF=0 maka Tolerance=1/10 atau 0,1. Semakin rendah Tolerance.
3) Uji Heteroskedastitas
Uji ini untuk mengetahui keadaan dimana seluruh faktor pengguna tidak memiliki varians
yang sama untuk seluruh pengamatan atas seluruh independen. Heteroskedastitas berarti
penyebaran titik data populasi pada bidang regresi tidak kosntan. Gejala ini ditimbulkan
dari perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam model regresi. Uji heteroskedastitas
Analisi regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh anatara variabel bebas
dengan variabel terikat yaitu antara variabel Akuntabilitas, Independensi, Kompetensi (X) dan
Y = X1+ X2+X3
Keterangan:
Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X1, X2 dan X3 = Variabel independen
43
Uji F atau uji kelayakan model, pada dasarnya menguji pengaruh antara variabel
Pada tabel ANOVA didapat uji F yang menguji semua sub variabel bebas yang akan
mempengaruhi persamaan regresi. Dengan menggunakan derajat keyakinan 95% (taraf nyata
5%) serta derajat kebebasan df1 dan df2 untuk mencari nilai F tabel. Nilai F tabel dapat dilihat
Keputusan statistik hitung dan statistik tabel dapat juga diambil keputusan berdasarkan
1) Jika probabilitias > 0,05, tingkat signifikansi, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
2) Jika probabilitias < 0,05, tingkat signifikansi, maka Ha ditolak dan Ho diterima.
Uji t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh variabel bebas atau independen
secara individual dalam menerangkan varisiasi varibael terikat atau dependen (Ghozali,
1) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima, jika variabel bebas tidak menjalaskan
variabel terikat atau tidak ada pengaruh antara variabel yang diuji.
44
2) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak, jika variabel bebas dapat menjalaskan
variabel terikat atau tidak ada pengaruh antara variabel yang diuji.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, Ardana, I Cenik. (2009). Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun
Alim, M.N., T. Hapsari, dan L. Purwanti, 2007, Pengaruh Kompetensi dan Independensi
terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi, SMA X
Makasar, AUEP-08.
Alvita Tyas Dwi A. 2010. Pengaruh Nilai Personal Terhadap Sikap Akuntabilitas Sosial
Ida Suraida, (2005) Pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit
terhadap skeptisisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini akuntan publik
Indah, Siti Nurmawar And Pamudji, Sugeng (2010) Pengaruh Kompetensi Dan
Diponegoro
Harhinto, Teguh . 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit
Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur. Semarang. Tesis Maksi. Universitas
Diponegoro.
Akuntabilitas, dan Integritas terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai
Ilmiyati Feny dan Yohanes Suhardjo (2012). Pengaruh Akuntabilitas Dan Kompetensi
Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor Simposium nasional akuntansi X. (Juli) 26-28
Muhayoca Risky, Nita Erika Ariani (2017). Pengaruh Teknik Audit Berbantuan Komputer,
Kompetensi Auditor, Independensi, dan Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Audit. Jurnal Ilmiah
Mulyadi. (2011). Auditing. Penerbit Salemba Empat, Yogyakarta Purwanda Eka dan
Emmatrya Azmi Harahap. (2015) Purwanda dan Harahap: Pengaruh Akuntabilitas dan
Risky Muhayoca dan Nita Erika Ariani, (2017) Pengaruh Teknik Audit Berbantuan
Diponegoro
Tjun Tjun Lauw., Elyzabet Indrawati Marpaung., Santy Setiawan. (2012) Pengaruh
Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi, 4(1),
33-56. https://doi.org/10.28932/jam.v4i1.353
Tuanakotta, Theodorus M. 2011. Berpikir Kritis dalam Auditing. Salemba Empat. Jakarta: