Anda di halaman 1dari 52

PENGARUH AKUNTABILITAS, INDENPENDENSI

DAN KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS AUDITOR


(STUDI PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI)

PROPOSAL

OLEH
NAMA : HIPOLITUS NOKO
NIM : 18111501033

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS DHYANA PURA
BADUNG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................iv
BAB PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian........................................................................................................................6
1.4.1 Manfaat Teoritis....................................................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................................................8
2.1 Landasan Teori..............................................................................................................................8
2.1.1 Teori Keagenan.....................................................................................................................8
2.1.2 Akuntabilitas Auditor...........................................................................................................9
2.1.3 Indenpendensi Auditor........................................................................................................13
2.1.4 Kompetensi Auditor............................................................................................................22
2.1.5 Kualitas Auditor..................................................................................................................26
2.2 Penelitian Terdahulu...................................................................................................................30
2.3 Kerangka Konsep Penelitian......................................................................................................32
2.4 Hipotesis Penelitian.....................................................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................................34
3.1 Jenis Penelitian............................................................................................................................34
3.2 Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................................................34
3.3 Subjek dan Objek Penelitian......................................................................................................34
3.4 Jenis dan Sumber Data................................................................................................................35
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian.................................................................................................36
3.6 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................................................37
3.7 Jabaran Variabel Penelitian........................................................................................................38
3.8 Pengujian Skala Likert................................................................................................................38
3.9 Teknik Analisis Data...................................................................................................................39

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 3 . 1 Nama Kantor Akuntan Publik dan Jumlah Auditor......................................................36
Tabel 3 . 2 Sampel penelitian pada KAP di Kabupaten Badung.....................................................37
Tabel 3 . 3 Kisi-kisi Instrumen.......................................................................................................38
Tabel 3 . 4 Tabel Pengujian Skala Likert........................................................................................39
Tabel 3 . 5 Kategori Indikator Variabel..........................................................................................40

DAFTAR GAMBAR
iii
2 . 1 Gambar Kerangka Pemikiran..................................................................................................33

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Profesi audit dianggap penting bagi para pengguna laporan keuangan dikarenakan fungsi

dari profesi audit adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai berkenaan dengan laporan

keuangan yang disajikan oleh manajemen, melalui pendapat yang diberikan dalam laporan

auditor. Para pengguna laporan audit mengaharapkan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit

oleh akuntan publik sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia.

Namun pada akhir-akhir ini kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik kembali

mendapat sorotan oleh masyarakat menyusul banyak kasus yang melibatkan auditor independen.

Kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik mendapat sorotan dari masyarakat karena terjadi

banyak skandal yang melibatkan akuntan publik baik diluar negeri maupun didalam negeri.

Maraknya skandal keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri telah memberikan

dampak besar terhadap kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik.

Profesi akuntan publik sebagai pihak ketiga yang independen seharusnya memberikan

jaminan atas relevansi dan keandalan sebuah laporan keuangan (Purwanda, 2015). Peristiwa-

peristiwa dan indikasi tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas seorang auditor,

terlebih lagi kasus-kasus yang melibatkan kantor akuntan publik dan perusahaan berskala

nasional di negeri ini. Kasus tersebut di atas juga memperlihatkan bahwa adanya indikasi auditor

melakukan kerjasama dengan pihak yang diaudit untuk memanipulasi laporan keuangan.

Dalam kasus tersebut auditor seakan-akan kurang memiliki sikap tanggung jawab dan

independen dalam melakukan tugas audit. Padahal auditor merupakan orang yang memiliki

kemampuan untuk melakukan tugas auditing kemudian muncul pertanyaan apakah para auditor

1
2

masih memiliki sikap independensi yang tinggi atau sikap kebertanggungjawaban (akuntabilitas)

akuntan publik yang sudah mulai pudar. Risky Muhayoca, (2017) mendefinisikan kualitas audit

sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem

akuntansi klien.

Laporan keuangan memiliki peran yang sangat penting dalam mengambil sebuah

keputusan oleh pemimpin perusahaan atau pihak internal perusahan. Berdasarkan laporan

keuangan tersebut pemimpin perusahan dapat dengan tepat mengambil keputusan sesuai dengan

kondisi dan situasi yang sedang terjadi.

Oleh karena itu, laporan keuangan sangat penting, selain pihak internal perusahan, laporan

keuangan juga sangat penting bagi pihak eksternal perusahaan. Pihak ekternal juga bergantung

pada laporan keuangan suatu perusahaan karena dengan adanya laporan keuangan mereka dapat

memberikan penilaiannya terhadap perusahan tersebut, sehingga dibutukan laporan keuangan

yang berkualitas.

Berkualitas atau tidaknya suatu laporan keuangan dapat dilihat dari karakteristik laporan

keuangan tersebut, menurut FASB dua karakteristik terpenting yang harus ada dalam laporan

keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Akan tetapi kedua

karakteristik tersebut sangat sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan

jasa pihak ketiga yaitu auditor independen.

Dengan adanya auditor independen maka pihak perusahan dapat memberi jaminan bahwa

laporan keuangan tersebut relevan dan dapat diandalkan, sehingga dapat meningkatkan

kepercayaan bagi pihak yang menggunakan laporan tersebut baik pihak internal maupun pihak

eksternal.
3

Dengan demikian pihak internal dan pihak eksternal akan semakin mudah untuk

mendapatkan informasi yang mereka perlukan guna kepentingan mereka masing-masing.

Auditor independen harus menjamin bahwa kualitas audit yang mereka lakukan benar-benar

berkualitas supaya menghasilkan laporan auditan yang berkualitas pula, kualitas audit ini penting

karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat

dipercaya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan

Menurut Lee, Liu dan Wang, (1999) kualitas audit adalah probabilitas bahwa auditor tidak

akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan

yang mengandung kekeliruan material. Dengan demikian auditor harus memastikan tidak ada

kekeliruan material ketika melakukan proses audit sebelum memberikan opininya.

Ida Suraida, (2005) menyatakan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan

publik akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan, ini

berarti bahwa audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten, sehingga dengan demikian

profesi akuntan publik adalah profesi kepercayaan masyarakat, untuk itu akuntan publik dituntut

untuk melaksanakan tugasnya secara profesional.

Kualitas audit ditentukan akuntabilitas dan independensi, akuntabilitas adalah kualitas dari

pekerjaan auditor yang dipengaruhi oleh rasa kebertanggungjawaban yang dimiliki auditor dalam

menyelesaikan pekerjaan audit dan independensi auditor dimana probabilitas auditor untuk

melaporkan pelanggaran yang auditor temukan tergantung pada independensi auditor (Mardisar

et al.,2007:2)

Diani dan Ria, (2007) menjelaskan bahwa akuntabilitas adalah sebagai bentuk dorongan

psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan

keputusan yang diambil kepada lingkungannya. Messier dan Quilliam, (1992) mengungkapkan
4

bahwa akuntabilitas yang dimiliki oleh seorang auditor dapat meningkatkan proses kognitif

auditor dalam pengambilan keputusan.

Menurut Messier dan Quilliam, (dalam Diani dan Ria, 2007) standar umum dalam semua

hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi auditor yakni standar yang mengharuskan

auditor untuk bersikap independen, artinya sikap yang tidak mudah dipengaruhi karena akuntan

publik melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum bukan kepentingan pribadi. Bersikap

independen berarti menghindarkan hubungan yang dapat menggangu sikap mental dan

penampilan obyektif auditor dalam melaksanakan audit, independen dalam hal ini mengharuskan

auditor bersikap mengadili secara tidak memihak dengan tetap menyadari kewajibannya untuk

selalu bertindak jujur kepada manajemen dan pemilik perusahaan tetapi juga kepada pihak lain

yang berkepentingan dengan laporan keuangan tersebut (SPAP, 2011:17).

Justinia, (2008) menyebutkan bahwa latar belakang pendidikan formal bidang akuntansi

juga merupakan persyaratan utama saat melamar menjadi auditor karena melalui pendidikan

formal diperoleh antara lain pengetahuan mengenai apa dan bagaimana audit, standar audit serta

penerapan prosedur dalam praktek audit.

Pendidikan formal yang memadai juga memberikan pengetahuan dasar akuntansi

keuangan, sistem akuntansi, auditing, termasuk standar dan kode etik serta pertimbangan dalam

menentukan posisi di dalam tim audit. Menurut Nizarul & Liliek, (2007:6) kompetensi

merupakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan,

serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin dalam bidang auditing

yang berkaitan dengan pengalaman.

Dalam melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik,

pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus dibidangnya. Kompetensi dengan keahlian
5

profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal ujian profesional

maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium.

Kompetensi sebagai suatu keahlian yang cukup dan secara eksplisit dapat digunakan untuk

melakukan audit secara objektif, ukuran keahlian atau kompetensi tidak cukup hanya

pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan suatu

keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain disamping

pengalaman yaitu pengetahuan (Lauw Tjun Tjun et al, 2012).

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Liliek Purwanti, (2007) menunjukkan

bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit, hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat

dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik yaitu pengalaman dan pengetahuan. Auditor

sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit memang harus senantiasa meningkatkan

pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Septiana, (2013) yang memberi bukti empiris

bahwa akuntabilitas, indenpendensi dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Hal ini berarti bahwa semakin tinggi independensi auditor semakin tinggi kualitas audit.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan

merumuskan dalam judul penelitian “Pengaruh Akuntabilitas, Indenpendensi dan Kompetensi

Terhadap Kualitas Auditor (Studi Pada Kantor Akuntan Publik di Bali)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit kantor akuntan publik di Bali?
6

2. Bagaimana pengaruh indenpendensi terhadap kualitas audit kantor akuntan publik di Bali?

3. Bagaimana pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit kantor akuntan publik di

Bali?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit kantor akuntan

publik di Bali.

2. Untuk mengetahui pengaruh indenpendensi auditor terhadap kualitas audit kantor

akuntan publik di Bali.

3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit kantor akuntan

publik di Bali.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan

auditing, laporan keuangan serta menambah wawasan mengenai pengaruh akuntabilitas,

independensi dan kompetensi auditor terhadap kualitas audit.

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi oleh penelitian sejenis untuk melakukan

penelitian selanjutnya mengenai pengaruh akuntabilitas, independensi dan kompetensi

auditor terhadap kualitas audit.


7

c. Penelitian diharapkan dapat membuka cakrawala akademisi sehingga mempersiapkan

mahasiswa untuk dapat bekerja di Kantor Akuntan Publik yang memiliki kompetensi,

akuntabilitas dan independensi sebagai seorang auditor.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi profesi auditor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk para auditor agar mereka

dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan selanjutnya

meningkatkannya.

b. Bagi KAP

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Kantor Akuntan Publik khususnya dalam

mengelola sumber daya manusianya agar citra KAP di mata masyarakat semakin cerah.

Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat bagi KAP sebagai bahan pertimbangan dalam

mempersiapkan penugasan audit untuk mengaudit laporan keuangan.

c. Bagi Peneliti

Bagi Penulis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengalaman baru

tentang kondisi yang sebenarnya yang ada di dunia nyata serta dapat

mengimplementasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan dunia nyata.


BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan

Teori keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku

agen dengan pemilik selaku prinsipal. pihak prinsipal adalah pihak yang memberikan mandat

kepada pihak lain yaitu agen, untuk melakukan semua kegiatan atas nama prinsipal dalam

kapasitasnya sebagai pengambil keputusan. Hal ini dilakukan dengan meminta laporan

pertanggung jawaban kepada agen (manajemen). Teori keagenan auditor sebagai pihak ketiga

membantu memahami konflik kepentingan yang muncul antara prinsipal dan agen. Auditor yang

diindependen diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam laporan keungan yang dibuat

manajemen.

Berdasarkan teori agensi dapat digambarkan bahwa hubungan rakyat dengan pemerintah

dapat dikatakan hubungan keagenan, yaitu hubungan yang timbul karena adanya kontrak yang

ditetapkan oleh rakyat (sebagai prinsipal) yang menggunakan pemerintah (sebagai agen) untuk

menyediakan jasa yang jadi kepentingan rakyat serta menyelaraskan tujuan rakyat dan

pemerintah. Setyorini (2012) menjelaskan bahwa rakyat mewajibkan pemerintah bertanggung

jawab melalui mekanisme pelaporan dan rakyat melalui legislatif dapat mengukur, menilai

sekaligus mengawasi kinerja pemerintah sejauh mana pemerintah telah bertindak untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat dan meminimalkan kecurangan dalam membuat laporan

keuangan diperlukan pengujian..

8
9

2.1.2 Akuntabilitas Auditor

A. Pengertian Akuntabilitas Auditor

Akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris accountability yang berarti

pertanggunganjawaban atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk

diminta pertanggunganjawab. Tetclock, (1984) mendefinisikan akuntabilitas sebagai bentuk

dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua

tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya.

Dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawas (Pusdiklatwas) BPKP (2007)

dijelaskan bahwa akuntabilitas juga dapat berarti sebagai perwujudan pertanggungjawaban

seseorang atau unit organisasi, dalam mengelola sumber daya yang telah diberikan dan

dikuasai, dalam rangka pencapaian tujuan, melalui suatu media berupa laporan

akuntabilitas secara periodik.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas auditor

adalah dorongan psikologi atau kejiwaan yang mana bisa mempengaruhi auditor untuk

mempertanggungjawabkan tindakannya serta dampak yang ditimbulkan akibat tindakannya

tersebut kepada lingkungan dimana auditor tersebut melakukan aktivitasnya.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akuntabilitas

Pada penelitian Alvita, (2010:55) terdapat enam faktor yang mempengaruhi sikap

akuntabilitas individu sebagai berikut:

1) Latar Belakang (background factors)

Latar belakang (background factors) yang mempengaruhi akuntabilitas seperti; usia,

jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi, suasana hati, sifat kepribadian dan pengetahuan

mempengaruhi sikap dan perilaku individu terhadap sesuatu hal. Dalam hal ini terdapat tiga
10

faktor latar belakang yakni, faktor personal adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu,

sifat kepribadian (personality traits), nilai hidup (value), emosi dan kecerdasan yang

dimilikinya. Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender), etnis, pendidikan,

penghasilan dan agama. Faktor informasi adalah pengalaman, pengetahuan dan ekspose

pada media.

2) Keyakinan perilaku atau behavioral belief

Keyakinan perilaku atau behavioral belief yaitu hal-hal yang diyakini oleh individu

mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif, sikap terhadap perilaku atau

kecenderungan untuk bereaksi secara afektif terhadap suatu perilaku, dalam bentuk suka

atau tidak suka pada perilaku tersebut.

3) Keyakinan normatif (normatif belief)

Keyakinan normatif (normatif belief) yang berkaitan langsung dengan pengaruh

lingkungan, faktor lingkungan sosial khususnya orang-orang yang berpengaruh bagi

kehidupan individu (significant others) dapat mempengaruhi keputusan individu.

4) Norma subjektif (subjective norm)

Norma subjektif (subjective norm) adalah sejauh mana seseorang memiliki motivasi

untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan dilakukan (normative

belief). Kalau individu merasa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan

dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain di sekitarnya, maka dia akan mengabaikan

pandangan orang tentang perilaku yang akan dilakukannya.

5) Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat dilaksanakan (control belief)

Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat dilaksanakan (control belief) diperoleh dari

berbagai hal, pertama adalah pengalaman melakukan perilaku yang sama sebelumnya atau
11

pengalaman yang diperoleh. Karena melihat orang lain (misalnya teman, keluarga dekat)

melaksanakan perilaku itu sehingga ia memiliki keyakinan bahwa ia pun akan dapat

melaksanakannya. Selain pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman, keyakinan individu

mengenai suatu perilaku akan dapat dilaksanakan ditentukan juga oleh ketersediaan waktu

untuk melaksanakan perilaku tersebut, tersedianya fasilitas untuk melaksanakannya dan

memiliki kemampuan untuk mengatasi setiap kesulitan yang menghambat pelaksanaan

perilaku.

6) Perilaku kemampuan mengontrol (perceived behavioral control)

Perilaku kemampuan mengontrol (perceived behavioral control) yaitu keyakinan (belief)

bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan perilaku tertentu,

individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu, kemudian individu

melakukan estimasi atas kemampuan dirinya apakah dia punya kemampuan atau tidak

memiliki kemampuan untuk melaksanakan perilaku itu. Niat untuk melakukan perilaku

(intention) adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau tidak

melakukan sesuatu pekerjaan. Kemauan ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki

sikap positif pada perilaku tertentu itu dia mendapat dukungan dari orang-orang lain

berpengaruh dalam kehidupannya.

C. Indikator Pengukuran Akuntabilitas

Pada penelitian Ilmiyati dan Suhardjo, (2012) terdapat dua indikator yang digunakan

untuk mengukur akuntabilitas individu yaitu:

1) Motivasi

Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau

mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan
12

untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi

adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan, seseorang yang mempunyai motivasi

berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.

2) Kewajiban Sosial

Kewajiban sosial merupakan pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat

yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.

Jika seorang akuntan menyadari akan betapa besar perannya bagi masyarakat dan

profesinya, maka ia akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi masyarakat dan

profesi tersebut. Menurut Hall, (1986 dalam Taufik, 2011) pengabdian pada profesi

merupakan indikator yang penting, pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi

professional dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki serta

keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ektrinsik kurang. Sikap

ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan, pekerjaan

didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini

sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari

pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudian materi. Dengan demikian indikator

akuntabilitas auditor dalam penelitian ini dapat diukur dengan indikator menurut Ilmiyati

dan Suhardjo, 2012 (dalam Taufik, 2011) sebagai berikut:

a) Motivasi

Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan

atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi bagi auditor merupakan hal penting sebagai

penggerak auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit dengan tepat waktu dan sesuai

SAK, SAP dan SPAP.


13

b) Kewajiban sosial

Kewajiban sosial merupakan pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan

manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena adanya

pekerjaan tersebut. Kewajiban sosial merupakan tanggung jawab yang diemban auditor

dalam melaksanakan pekerjaan audit dan laporan audit dimana hasil audit yang sesuai

dengan SAP dan SPAP akan memberikan dampak positif bagi profesi auditor dan

penilaian masyarakat pengguna laporan keuangan terhadap profesi auditor dan akan

memberikan dampak negatif bagi profesi auditor dan penilaian mayrakat pengguna

laporan keuangan terhadap profesi auditor jika hasil audit melanggar SAP dan SPAP.

c) Pengabdian pada profesi

Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi professionalisme dengan

menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap

melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ektrinsik kurang. Auditor menjalankan

pekerjaan auditor dan laporan audit sesuai dengan SAP dan SPAP dengan

bertanggungjawab dan tidak memanipulasi hasil audit sesuai dengan keinginan klien

dengan pembayaran jasa yang tinggi.

2.1.3 Indenpendensi Auditor

A. Pengertian Independensi

Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh

pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran

dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif

tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya

(Mulyadi, 2011:26).
14

Dalam Standar umum kedua menyebutkan bahwa, dalam semua hal yang

berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh

auditor. Standar ini mengharuskan auditor untuk bersikap independen, artinya sikap yang

tidak mudah dipengaruhi karena akuntan publik melaksanakan pekerjaannya untuk

kepentingan umum. Akan tetapi independen dalam hal ini tidak berarti mengharuskan ia

bersikap sebagai penuntut, melainkan ia justru harus bersikap mengadili secara tidak

memihak dengan tetap menyadari kewajibannya untuk selalu bertindak jujur, tidak hanya

kepada manajemen dan pemilik perusahaan tetapi juga kepada pihak lain yang

berkepentingan dengan laporan keuangan (SPAP, 2011:220).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa independensi auditor adalah

sikap yang terdapat pada diri auditor yang bebas dari pengaruh dan tekanan dari dalam

maupun luar ketika mengambil suatu keputusan, dimana dalam pengambilan keputusan

tersebut harus berdasarkan fakta yang ada dan secara obyektif. Independensi mencerminkan

sikap tidak memihak serta tidak dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam

mengambil keputusan dan tindakan (Agoes & Ardana, 2009:146).

Dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-20/PM/2002

mengatakan bahwa dalam memberikan jasa profesional, Akuntan Publik wajib senantiasa

mempertahankan sikap independen. Akuntan Publik dinyatakan tidak independen apabila

selama periode audit dan selama periode penugasan profesionalnya, baik Akuntan, Kantor

Akuntan Publik, maupun orang dalam Kantor Akuntan Publik:

a. Mempunyai kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang material pada

klien.

b. Mempunyai hubungan pekerjaan dengan klien.


15

c. Mempunyai hubungan usaha secara langsung atau tidak langsung yang material

dengan klien, atau dengan karyawan kunci yang bekerja pada klien, atau dengan

pemegang saham utama klien.

d. Memberikan jasa-jasa non audit kepada klien.

e. Memberikan jasa atau produk kepada klien dengan dasar fee kontinjen atau komisi,

atau menerima fee kontinjen atau komisi dari klien.

Menurut Arens et.al., (2008:86) independensi dapat diklasifikasikan ke dalam dua

aspek, yaitu:

1) Independence in fact (independensi dalam fakta)

Independence in fact (independensi dalam fakta) Artinya auditor harus mempunyai

kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas. Independensi dalam fakta

akan ada apabila kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak

sepanjang pelaksanaan auditnya.

2) Independence in appearance (independensi dalam penampilan)

Independence in appearance (independensi dalam penampilan) Artinya pandangan

pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus

menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap

independensi dan objektifitasnya. Meskipun auditor telah menjalankan auditnya dengan

baik secara independen dan objektif, pendapat yang dinyatakan melalui laporan audit tidak

akan dipercaya oleh pemakai jasa auditor independen bila ia tidak mampu mempertahankan

independensi dalam penampilan.

Wahyuningtias, (2012:60) menyatakan bahwa independensi sangat penting bagi

profesi akuntan publik, karena:


16

1) Merupakan dasar bagi akuntan publik untuk merumuskan dan menyatakan pendapat

atas laporan keuangan yang diperiksa. Apabila akuntan publik tetap memelihara

independensi selama melaksanakan pemeriksaan, maka laporan keuangan yang telah

diperiksa tersebut akan menambah kredibilitasnya dan dapat diandalkan bagi pemakai atau

pihak yang berkepentingan.

2) Karena profesi akuntan publik merupakan profesi yang memegangkepercayaan dari

masyarakat, maka kepercayaan masyarakat akan turun jika terdapat bukti bahwa sikap

independensi auditor berkurang dalam menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan

oleh manajemen.

Oleh karena itu, seorang auditor tidak hanya dituntut memiliki keahlian saja, tetapi

juga dituntut untuk bersikap independen. Walaupun seorang auditor sangat berkompeten,

tetapi kalau dia tidak independen, maka pengguna laporan keuangan tidak yakin bahwa

informasi yang disajikan itu kredibel.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor

Pada jurnal penelitian Rinaldi, (2012) terdapat empat faktor yang mempengaruhi

independensi auditor, yaitu sebagai berikut:

1) Ukuran Kantor Akuntan Publik

Penggolongan ukuran besar kecilnya kantor akuntan publik, dikatakan besar jika kantor

akuntan publik tersebut berafiliasi atau mempunyai cabang dan kliennya perusahaan-

perusahaan besar mempunyai tenaga profesional diatas 25 orang. Kantor Akuntan Publik

dikatakan kecil jika tidak berafiliasi, tidak mempunyai cabang dan kliennya perushaan kecil

dan jumlah profesionalnya kurang dari 25 orang (Arens, et al, 2008).


17

Kantor akuntan publik yang besar lebih independen dibandingkan dengan kantor

akuntan publik yang lebih kecil, alasannya bahwa kantor akuntan publik yang besar

hilangnya satu klien tidak begitu berpengaruh terhadap pendapatannya, sedangkan kantor

akuntan publik yang kecil hilangnya satu klien adalah sangat berarti karena kliennya

sedikit.

2) Lama Hubungan Audit

AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) menggolongkan lamanya

penugasan audit seorang partner kantor akuntan publik pada klien ditentukan menjadi 5

tahun atau kurang dan lebih dari 5 tahun. Shockley, (1981) menyatakan bahwa seorang

partner yang memperoleh penugasan audit lebih dari lima tahun pada klien tertentu

dianggap terlalu lama, sehingga dimungkinkan memiliki pengaruh yang negatif terhadap

independensi auditor, karena semakin lama hubungan auditor dengan klien akan

menyebabkan timbulnya ikatan emosional yang cukup kuat. Jika ini terjadi, maka seorang

auditor yang seharusnya bersikap independen dalam memberikan opininya menjadi

cenderung tidak independen.

3) Besarnya Biaya Jasa Audit

Biaya jasa audit yang besar berhubungan dengan makin tingginya risiko melemahnya

independensi auditor. Alasannya kantor akuntan publik yang menerima audit fee yang besar

merasa tergantung pada klien, meskipun laporan keuangan klien mungkin tidak sesuai

dengan prinsip akuntansi berterima umum. Kantor akuntan publik yang menerima audit fee

yang besar dari seorang klien takut kehilangan klien tersebut, karena akan kehilangan

sebagian besar pendapatannya, sehingga perilaku mereka cenderung tidak independen.

Sehingga hal ini dapat mempengaruhi kualitas audit dari auditor tersebut.
18

C. Indikator Independensi Auditor

Pada penelitian Atta, (2014:27) terdapat empat indikator independensi auditor, yaitu

sebagai berikut:

1) Lama Hubungan Dengan Klien (Audit Tenure)

Masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan klien di Indonesia sudah diatur

dalam keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik.

Keputusan menteri tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien

yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5 tahun.

Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga

dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi. Terkait dengan lama waktu kerja, Deis dan

Girox, (1992) menemukan bahwa semakin lama audit tenure, kualitas audit akan semakin

menurun. Hubungan yang lama antara auditor dengan klien mempunyai potensi untuk

menjadikan auditor puas pada apa yang telah dilakukan, melakukan prosedur audit yang

kurang tegas dan selalu tergantung pada pernyataan manajemen.

2) Tekanan dari Klien

Dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan

manajemen perusahaan. Manajer mungkin ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak

berhasil yakni tergambar melalui laba tinggi dengan maksud untuk menciptakan

penghargaan. Agar tercapai tujuan tersebut tidak jarang manajemen perusahaan melakukan

tekanan kepada auditor sehingga laporan keuangan auditan yang dihasilkan tersebut sesuai

dengan keinginan klien.

Dalam situasi ini, auditor mengalami suatu dilema, dimana dilema yang dialami oleh

auditor dikarenakan disatu sisi jika auditor mengikuti keinginan klien maka ia melanggar
19

standar profesi, akan tetapi jika auditor tidak mengikuti klien maka klien dapat

menghentikan penugasan atau mengganti KAP auditornya.

Harhinto, (2004) berpendapat bahwa usaha untuk mempengaruhi auditor melakukan

tindakan yang melanggar standar profesi kemungkinan berhasil karena pada kondisi konflik

ada kekuatan yang tidak seimbang antara auditor dengan kliennya. Klien dapat dengan

mudah mennganti auditornya bila dibandingkan bagi auditor untuk mendapatkan sumber

fee tambahan atau alternatif sumber lain.

Menurut Knapp, 1985 (dalam Harhinto, 2004) kondisi keuangan klien juga berpengaruh

terhadap kemampuan auditor untuk mengatasi tekanan klien, karena klien yang mempunyai

kondisi keuangan yang kuat dapat memberikan fee audit yang cukup besar dan juga dapat

memberikan fasilitas yang baik bagi auditor. Pada situasi ini auditor menjadi puas diri

sehingga kurang teliti dalam melakukan audit.

Berdasarkan uraian di atas, maka auditor memiliki posisi yang strategis baik dimata

manajemen maupun dimata pemakai laporan keuangan. Selain itu, pemakai laporan

keuangan menaruh kepercayaan yang cukup besar terhadap hasil pekerjaan auditor dalam

mengaudit laporan keuangan. Kualitas dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa,

auditor harus berpedoman pada kode etik, standar profesi dan akuntansi keuangan yang

berlaku di Indonesia.

3) Telaah dari Rekan Auditor (Peer Review)

Peer review adalah review oleh akuntan publik namun pada praktiknya di Indonesia peer

review dilakukan oleh Departemen Keuangan yang memberikan izin prektek dan Badan

Review Mutu dari profesi Institusi Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Tujuan dari peer

review adalah untuk menentukan dan melaporkan apakah KAP yang direview itu telah
20

mengembangkan kebijakan dan prodedur yang memadai bagi kelima unsur pengendalian

mutu dan mengikuti kebijakan serta prosedur tersebut dalam praktek. Review diadakan

setiap 3 tahun dan biasanya dilakukan oleh KAP yang dipilih oleh kantor yang direview.

4) Pemberian Jasa Non Audit

Pemberian jasa selain audit dapat menjadi ancaman potensial bagi independensi auditor

karena manajemen dapat meningkatkan tekanan pada auditor agar bersedia mengeluarkan

laporan yang dikehendaki oleh manajemen yaitu wajar tanpa pengecualian (Barkes dan

Simmet, 1995) dalam Kharismatuti, (2012).

Dalam pemberian jasa, selain jasa audit yang dilakukan oleh auditor. Jika pada saat

dilakukan pengujian laporan keuangan ditemukan kesalahan yang terkait dengan jasa yang

diberikan auditor tersebut, maka dapat disimpulkan auditor tersebut terlibat dalam aktivitas

manajemen klien. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator

independensi auditor berdasarkan Atta, (2014:27) meliputi:

a) Lama hubungan dengan kilen (Audit Tenure)

Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik,

membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien yang sama, sementara

untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5 tahun. Pembatasan ini

dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien dan independensi auditor

dapat terkontrol dan terjaga sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.

Hubungan yang lama antara auditor dengan klien mempunyai potensi untuk

menjadikan auditor puas pada apa yang telah dilakukan, melakukan prosedur audit

yang kurang tegas dan selalu tergantung pada pernyataan manajemen.


21

b) Tekanan dari klien

Auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan.

Manajer mungkin ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yakni

tergambar melalui laba tinggi dengan maksud untuk menciptakan penghargaan.

Harhinto, (2004) berpendapat bahwa usaha untuk mempengaruhi auditor melakukan

tindakan yang melanggar standar profesi kemungkinan berhasil karena pada kondisi

konflik ada kekuatan yang tidak seimbang antara auditor dengan kliennya. Klien

dapat dengan mudah mennganti auditornya bila dibandingkan bagi auditor untuk

mendapatkan sumber fee tambahan atau alternatif sumber lain. Auditor memiliki

posisi yang strategis baik di mata manajemen maupun dimata pemakai laporan

keuangan. Selain itu, pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang cukup

besar terhadap hasil pekerjaan auditor dalam mengaudit laporan keuangan. Kualitas

dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa, auditor harus berpedoman pada

kode etik, standar profesi, dan akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia.

c) Telaah dari rekan auditor (Peer Review)

Peer review adalah review oleh akuntan publik namun pada prakteknya di Indonesia

peer review dilakukan oleh Departemen Keuangan yang memberikan izin praktek dan

Badan Review Mutu dari profesi Institusi Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Tujuan

dari peer review adalah untuk menentukan dan melaporkan apakah KAP yang

direview itu telah mengembangkan kebijakan dan prodedur yang memadai bagi

kelima unsur pengendalian mutu dan mengikuti kebijakan serta prosedur tersebut

dalam praktek.
22

d) Pemberian Jasa Non Audit

Pemberian jasa selain audit dapat menjadi ancaman potensial bagi independensi

auditor karena manajemen dapat meningkatkan tekanan pada auditor agar bersedia

mengeluarkan laporan yang dikehendaki oleh manajemen yaitu wajar tanpa

pengecualian (Barkes dan Simmet, 1995) dalam Kharismatuti, (2012). Pemberian jasa

selain jasa audit berarti auditor telah terlibat dalam aktivitas manajemen klien.

2.1.4 Kompetensi Auditor

A. Pengertian Kompetensi

Standar umum pertama (IAI, 2011) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan

oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai

auditor. Betapapun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk

dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan

dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai

dalam bidang auditing.

Arens dkk., yang diterjemahkan oleh Gina Gania, (2015) menegaskan bahwa, auditor

harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten

untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai

kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu. Selanjutnya mereka menjelaskan bahwa

kompetensi orang-orang yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan audit tidak akan ada

nilainya apabila tidak bersikap independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti.

Menurut Tuanakotta, (2011) kompetensi merupakan keahlian seorang auditor

diperoleh dari pengetahuan, pengalaman dan pelatihan. Setiap auditor wajib memenuhi

persyaratan tertentu untuk menjadi auditor. Pada awal lahirnya profesi ini, persyaratannya
23

masih sederhana, namun dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan

semakin kompleksnya dunia usaha, persyaratan untuk menjadi seorang auditor semakin

ketat. Alim et al., (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi kompetensi auditor akan

semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.

Pengelolaan sumber daya manusia melalui peningkatan pengetahuan, pengalaman

dan pelatihan merupakan investasi yang mahal, tetapi sangat menentukan. KAP peringkat

teratas mengeluarkan banyak sumber daya (uang dan waktu) untuk meningkatkan

kemahiran auditornya, artinya dalam melaksanakan audit diperlukan sikap kompeten

dimana didalamnya harus memiliki pengetahuan, pengalaman dan pelatihan. Pada

penelitian ini variabel yang digunakan adalah pengalaman dan pengetahuan auditor.

B. Sudut Pandang Kompetensi Auditor

Kompetensi menurut De Angelo, 1981 (dalam Tjun, dkk., 2012) dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang yakgni sudut pandang auditor individual, audit tim dan Kantor

Akuntan Publik (KAP). Masing-masing sudut pandang akan dibahas secara lebih mendetail

sebagai berikut ini:

1) Kompetensi Auditor Individual

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara lain pengetahuan

dan pengalaman, untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan

pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan, akuntansi

dan industri klien. Selain itu diperlukan juga pengalaman dalam melakukan audit. Auditor

yang lebih berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan

sehingga keputusan yang diambil bisa lebih baik.


24

2) Kompetensi Audit Tim

Pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan bahwa jika jika pekerjaan menggunakan

asisten maka harus disupervisi dengan semestinya. Dalam suatu penugasan, satu tim audit

biasanya terdiri dari auditor junior, auditor senior, manajer dan partner. Sebuah tim audit

ini dipandang sebagai faktor yang lebih menentukan kualitas audit, sehingga kerja sama

yang baik antar anggota tim, profesionalisme, persistensi, skeptisisme, proses kendali mutu

yang kuat, pengalaman dengan klien dan pengalaman industri yang baik akan menghasilkan

tim audit yang berkualitas tinggi. Selain itu, adanya perhatian dari partner dan manajer

pada penugasan ditemukan memiliki kaitan dengan kualias audit.

3) Kompetensi dilihat dari Sudut Pandang KAP

Besaran KAP diukur dari jumlah klien dan persentase dari audit fee dalam usaha

mempertahankan kliennya untuk tidak berpindah pada KAP yang lain. KAP yang besar

menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi karena ada insentif untuk menjaga reputasi di

pasar. Selain itu, KAP yang besar sudah mempunyai jaringan klien yang luas dan banyak

sehingga mereka tidak tergantung atau tidak takut kehilangan klien (De Angelo, 1981).

KAP yang besar biasanya mempunyai sumber daya yang lebih baik untuk melatih

auditor mereka, membiayai auditor ke berbagai pendidikan profesi berkelanjutan dan

melakukan pengujian audit dibandingkan dengan KAP kecil.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kompetensi dapat dilihat

melalui berbagai sudut pandang. Dalam penelitian ini akan digunakan kompetensi dari

sudut auditor individual, hal ini dikarenakan auditor adalah subjek yang melakukan audit

secara langsung dan berhubungan langsung dalam proses audit sehingga diperlukan

kompetensi yang baik untuk menghasilkan audit yang berkualitas.


25

A. Indikator Kompetensi Auditor

Indikator dari kompetensi menurut Tuanakotta, (2011) yaitu sebagai berikut:

1) Pengetahuan

Standar Profesi Akuntan Publik (IAI, 2011) tentang standar umum, menjelaskan

bahwa dalam melakukan audit, auditor harus memiliki keahlian dan struktur pengetahuan

yang cukup. Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor, karena

dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pandangan mengenai bidang

yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam.

Selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin

kompleks, untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan

pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan, akuntansi

dan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Tjun, dkk., (2012) menyatakan bahwa

pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Ilmiyati dan Suhardjo, (2012) bahwa pengetahuan

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dengan arah koefisien positif.

Hal ini merupakan harapan bahwa akuntan memiliki pengetahuan mengenai auditing

yang lebih banyak menggambarkan tingginya tingkat kompetensi profesionalnya dan akan

menghasilkan audit yang lebih berkualitas.

2) Pengalaman

Pengalaman seseorang ditunjukkan dengan telah dilakukannya berbagai pekerjaan

atau lamanya seseorang dalam bekerja untuk mendapatkan ilmu yang sebenarnya selain

dari pendidikan formal. Semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki oleh

auditor maka akan semakin baik dan meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan. Auditor
26

yang berpengalaman lebih memiliki ketelitian dan kemampuan yang baik dalam

menyelesaikan pekerjaannya.

Menurut Indah, (2010) pengalaman dalam melaksanakan audit berpengaruh positif

terhadap kualitas audit, sehingga semakin berpengalaman seorang auditor maka akan

semakin baik kualitas audit yang dilakukannya. Berbeda dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Singgih dkk., (2010) bahwa pengalaman tidak berpengaruh terhadap

kualitas audit. Kemungkinan tidak berpengaruhya pengalaman terhadap kualitas audit

mungkin disebabkan karena sebagian besar responden dalam penelitiannya adalah auditor

yang menjabat sebagai junior dan masa kerjanya tidak lebih dari 3 tahun sehingga respon

para responden untuk menjawab pertanyaan berkaitan dengan variabel pengalaman

cenderung menghasilkan jawaban tidak bernilai positif.

2.1.5 Kualitas Auditor

A. Pengertian Kualitas Auditor

Menurut De Angelo, (1981) sebagaimana yang dikutip oleh Kusharyanti, (2003:25)

mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas seorang auditor akan menemukan dan

melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien. Probabilitas

penemuan penyelewengan bergantung pada kemampuan teknis auditor (seperti pengalamn

auditor, pendidikan, profesionalisme dan struktur perusahaan). Probabilitas auditor untuk

melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien bergantung pada

independensi auditor.

Kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat mengaudit

laporan keuangan klien dapat menentukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi

klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan
27

tuganya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik laporannya

bahwa laporan keuangan auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan

publik yang relevan.

Auditor dapat memberikan pendapat dalam laporannya bahwa laporan keuangan yang

diauditnya menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil perusahaan (Mulyadi, 2011

dalam Ilmiyati dan Suhardjo, 2012) menyatakan bahwa kualitas audit adalah probabilitas

bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian

untuk laporan keuangan yang mengandung kekeliruan material.

Dari pengertian tentang kualitas audit di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas

audit merupakan probabilitas auditor untuk menemukan kesalahan yang ada pada laporan

keuangan klien dan melaporkannya dalam laporan auditan. Kualitas audit perlu

ditingkatkan supaya laporan keuangan yang telah diaudit diharapkan lebih berkualitas

sehingga kepercayaan para pengguna laporan keuangan dan masyarakat pun meningkat.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit

Kualitas proses audit dimulai dari tahap perencanaan penugasan, tahap pekerjaan

lapangan dan pada tahap administrasi akhir. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

audit menurut Harhinto, (2004:40) adalah sebagai berikut:

1) Melaporkan semua kesalahan klien

Auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang terjadi pada sistem

akuntansi perusahaan klien dan tidak terpengaruh pada besarnya kompensasi atau fee yang

auditor terima.
28

2) Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien

Auditor yang memahami sistem akuntansi perusahaan klien secara mendalam akan lebih

mudah dan sangat membantu dalam menemukan salah saji laporan keuangan klien.

3) Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit

Auditor yang berkomitmen tinggi dalam menyelesaikan tugasnya, maka ia akan

berusaha memberikan hasil terbaik sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.

4) Berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan

lapangan

Auditor harus memiliki standar etika yang tinggi, mengetahui akuntansi dan auditing,

menjunjung tinggi prinsip auditor, dan menjadikan SPAP sebagai pedoman dalam

melaksanakan pemeriksaan tugas laporan keuangan.

5) Tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien

Pernyataan klien merupakan informasi yang belum tentu benar karena berdasarkan

persepsi. Oleh karena itu, aditor sebaiknya tidak begitu saja percaya terhadap pernyataan

kliennya dan lebih mencari informasi lain yang relevan.

6) Sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan

Setiap auditor harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, termasuk dalam

mengambil keputusan sehingga kualitas auditnya akan lebih baik.

C. Indikator Kualitas Audit

Pengukuran kualitas audit memerlukan kombinasi antara proses dan hasil (Sutton,

1993 dalam Justinia, (2008). Kualitas proses audit dimulai dari tahap perencanaan

penugasan, tahap pekerjaan lapangan, dan pada tahap administrasi akhir. Indikator kualitas

audit menurut Harhinto, (2004:40) adalah sebagai berikut:


29

1) Melaporkan semua kesalahan klien

Auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang terjadi pada sistem

akuntansi perusahaan klien dan tidak terpengaruh pada besarnya kompensasi atau fee yang

auditor terima.

2) Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien

Auditor yang memahami sistem akuntansi perusahaan klien secara mendalam akan lebih

mudah dan sangat membantu dalam menemukan salah saji laporan keuangan klien.

3) Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit

Auditor yang berkomitmen tinggi dalam menyelesaikan tugasnya, maka ia akan

berusaha memberikan hasil terbaik sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.

4) Berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam melakukan pekerjaan

lapangan

Auditor harus memiliki standar etika yang tinggi, mengetahui akuntansi dan auditing,

menjunjung tinggi prinsip auditor dan menjadikan SPAP sebagai pedoman dalam

melaksanakan pemeriksaan tugas laporan keuangan.

5) Tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien

Pernyataan klien merupakan informasi yang belum tentu benar karena berdasarkan

persepsi. Oleh karena itu, aditor sebaiknya tidak begitu saja percaya terhadap pernyataan

kliennya dan lebih mencari informasi lain yang relevan.

6) Sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan

Setiap auditor harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, termasuk dalam

mengambil keputusan sehingga kualitas auditnya akan lebih baik.


30

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian yang dapat digunakan sebagai

referensi, penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Feny Ilmiyati dan Yohanes Suhardjo, (2012) yang

meneliti tentang pengaruh akuntabilitas dan kompetensi auditor terhadap kualitas audit.

Hasilnya menunjukkan bahwa akuntabilitas dan kompetensi auditor memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap kualitas audit.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Feny dan Yohanes,

(2012) adalah dengan menggunakan variabel dependen yang sama yaitu kualitas audit,

sedangkan perbedaannya variabel independen pada penelitian ini adalah akuntabilitas dan

independensi auditor bukan akuntabilitas, indenpendensi dan kompetensi terhadap kualitas

auditor sebagaimana yang ada pada penelitian relevan.

2. Penelitian Septiana Purwandari, (2013) meneliti pengaruh akuntabilitas dan

independensi auditor terhadap kualitas hasil kerja auditor. Hasil dari penelitian tersebut

menunjukkan hasil uji regresi linear berganda terhadap hipotesis 1 dapat dilihat bahwa

variabel akuntabilitas (0,443) bernilai positif signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor

dan dibuktikan dengan nilai thitung 3,136 > ttabel 1,699 dengan taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda terhadap hipotesis 2 dapat dilihat bahwa

variabel independensi (0,103) bernilai positif tidak signifikan terhadap kualitas hasil kerja

auditor, dan dibuktikan dengan nilai thitung 0,789 < ttabel 1,699 dengan taraf signifikansi 5%.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Septiana Purwandari,

(2013) adalah sama-sama menggunakan akuntabilitas dan independensi sebagai variabel

independennya, sedangkan perbedaannya variabel dependen dalam penelitian ini adalah


31

kualitas audit bukan kualitas hasil kerja auditor sebagaimana yang ada pada penelitian

relevan.

3. Penelitian Lilis Ardini, (2010) meneliti pengaruh kompetensi, independensi,

akuntabilitas dan motivasi terhadap kualitas audit. Hasilnya menunjukkan bahwa

kompetensi, independensi, akuntabilitas dan motivasi memiliki pengaruh secara parsial dan

simultan terhadap kualitas audit.

Persamaan penelitian ini dengan yang dilakukan oleh Lilis Ardini, (2010) adalah

sama-sama menggunakan kualitas audit sebagai variabel dependennya, sedangkan

perbedaannya adalah variabel independen pada penelitian ini adalah sedangkan

perbedaannya adalah pada variabel independen penelitian ini, peneliti menganalisis

kompetensi, independensi, akuntabilitas dan motivasi terhadap kualitas audit. Sedang pada

penelitian yang akan dilakukan ini hanya menganalisis akuntabilitas, indenpendensi dan

kompetensi terhadap kualitas auditor.

4. Penelitian Siti Nur Mawar Indah (2010) meneliti pengaruh kompetensi dan

independensi auditor terhadap kualitas audit. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan

bahwa; a) Pengalaman dalam melaksanakan audit berpengaruh positif terhadap kualitas

audit pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang, sehingga semakin berpengalaman

seorang auditor maka akan semakin baik kualitas yang dilakukannya; b) Pengetahuan

seorang auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sehingga semakin dalam dan

luas pengetahuan seorang auditor maka akan semakin baik kualitas audit yang dihasilkan;

c) Lama hubungan dengan klien berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sehingga

semakin lama hubungan terjalin antara auditor dengan klien maka kualitas audit yang

dilakukan auditor cenderung semakin rendah; d) Tekanan dari klien berpengaruh negatif
32

terhadap kualitas audit, sehingga semakin besar tekanan dari klien yang dirasakan oleh

auditor maka kualitas audit yang dilakukan akan semakin rendah; e) Tekanan dari rekan

auditor terbukti berpengaruh positif terhadap kualitas audit walaupun tidak sepenuhnya

dirasakan manfaatnya. Tetapi terbukti bahwa telaah dari rekan auditor bisa menjamin

bahwa pemeriksaan yang dilakukan sudah sesuai dengan standar profesional yang berlaku

dan berkualitas seingga dapat meningkatkan kualitas audit; f) Jasa non audit yang diberikan

KAP berpengaruh negatif terhadap kualitas audit, sehingga semakin banyak jasa non audit

yang dikerjakan oleh seorang auditor, maka auditor cenderung semakin berpihak pada

klien. Hal ini bisa berakibat menurunnya independensi seorang auditor yang akhirnya

berimbas pada kualitas hasil audit yang cenderung semakin menurun.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Mawar

Indah, (2010) adalah sama-sama menggunakan kualitas auditor sebagai variabel

dependennya, sedangkan perbedaannya adalah variabel independen pada penelitian ini

adalah, pada penelitian ini penelitian menganalisis akuntabilitas, indenpendensi dan

kompetensi terhadap kualitas auditor. Sedang pada penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur

Mawar Indah, (2010) hanya menganalisis kompetensi dan independensi auditor terhadap

kualitas audit

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Menurut Sugiyono, (2015:60) kerangka berpikir merupakan model konseptual

tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi

sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara terkait

gejala yang menjadi pokok masalah. Kerangka berpikir dalam penelitian ini menjelaskan
33

pengaruh akuntabilitas, indenpendensi dan kompetensi terhadap kualitas audit dapat dilihat

secara singkat melalui kerangka pemikiran.

Kerangka pemikiran yang dibuat berupa gambar skema untuk lebih menjelaskan

mengenai hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Gambar 2.1 adalah

kerangka pemikiran dari penelitian mengenai pengaruh akuntabilitas, indenpendensi dan

kompetensi terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjelasan kerangka pemikiran di atas,

dapat dibuat gambar kerangka pemikiran untuk variabel bebas dan variabel terikat dalam

penelitian ini, sebagai berikut:

2 . 1 Gambar Kerangka Pemikiran


(X1) Akuntabilitas
H1

H2
Kualitas Audit (Y)
(X2) Indenpendensi

H3
(X3) Kompetensi

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiyono, 2009:64). Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

berdasarkan teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh

melalui penelitian. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu dan

kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:


34

H1: Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas auditor.

H2: Indenpendensi berpengaruh positif terhadap kualitas auditor.

H3: Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas auditor


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh

akuntabilitas, indenpendensi dan kompetensi terhadap kualitas auditor pada kantor akuntan

publik di Bali, oleh karena itu jenis penelitian ini adalah penelitian kausal komparatif. Penelitian

kausal komparatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal

antara variabel-variabel dengan melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian perlu dilakukan dalam penelitian ini agar penelitian ini dapat

mengarah serta mengenai sasaran yang diinginkan. Perlu diketahui pula bahwa penelitian yang

baik bukan penelitian yang objek kajiannya luas ataupun dangkal, melainkan penelitian yang

objek kajiannya memfokus dan mendalam. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah, penelitian

yang dilakukan di Kabupaten Badung-Bali, tahun 2021 dengan subjek penelitian yaitu auditor

pada Kantor Akuntan Publik yang berada di Bali.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam KBBI, (1989:862) yang dimaksud dengan subjek penelitian adalah orang, tempat

atau benda yang diamati dalam rangka sebagai sasaran penelitian. Adapun subjek penelitian

dalam tulisan ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik yang berada di Bali.

34
35

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah pokok persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan data

secara lebih terarah (Supranto, 2000:32). Adapun objek penelitian dalam tulisan ini meliputi;

akuntabilitas auditor, indenpendensi auditor dan kompetensi auditor terhadap kualitas auditor

pada Kantor Akuntan Publik di Bali

3.4 Jenis dan Sumber Data

Dalam memperoleh data yang akurat untuk penelitian maka dibutukan jenis dan sumber

data dari penelitian yang jelas.

1. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa

nilai atau skor atas jawaban yang diberikan oleh responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang

ada dalam kuesioner.

2. Sumber Data

Sumber data merupakan hal yang sangat esensi untuk menguak suatu permasalahan dan

data juga diperlukan untuk menjawab fokus penelitian. Penelitian ini menggunakan data-data

yang diperoleh dari dua sumber yaitu data primer dan data sekunder. Kedua data tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data pertama di lokasi

penelitian atau objek penelitian (Indriantoro dan Bambang, 2009:65). Data primer diperoleh

secara langsung dari hasil observasi, wawancara dan kuisoner dengan tujuan untuk

mengumpulkan informasi dari auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Bali.
36

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui

media perantara (Indriantoro dan Bambang, 2009:67). Sebagai suatu penelitian empiris maka

data sekunder dalam penelitian ini diperoleh artikel, jurnal dan penelitian-penelitian terdahulu.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini meliputi

seluruh staf auditor baik itu (partner, senior dan junior auditor) pada Kantor Akuntan Publik

(KAP) di Bali, yaitu:

Tabel 3 . 1 Nama Kantor Akuntan Publik dan Jumlah Auditor


No Nama KAP Jumlah Auditor
1 KAP Ketut Budiartha dan Anggiriawan 13 orang
2 KAP Johan Malonda Mustika & Rekan 5 orang
3 KAP I Gede Oka & Rekan 12 orang
5 KAP Drs. Heru Bawono 10 orang
6 KAP Drs Koenta Adji 9 orang
7 KAP Winsu B. Soewito & Rekan 8 orang
8 KAP Luthfi Muhammad & Rekan 7 orang
Total Auditor 71 orang

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut,

bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada di populasi, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Pengambilan sampel

dengan cara nonprobabilitas, yaitu propabilitas elemen dalam populasi untuk terpilih sebagai

subjek sampel tidak diketahui (Sekaran, 2006:135).


37

Teknik yang digunakan adalah convenience sampling, menurut Sekaran, (2006:136)

convenience sampling merupakan cara pengumpulan informasi dari anggota populasi yang

dengan senang hati bersedia memberikannya. Dari 8 KAP yang ada di Bali, hanya 3 KAP yang

bersedia mengisi kuesioner, berikut adalah nama KAP yang bersedia dijadikan sampel

penelitian:

Tabel 3 . 2 Sampel penelitian pada KAP di Kabupaten Badung


No Nama KAP Jumlah Auditor
1 KAP Ketut Budiartha dan Anggiriawan 13 orang
2 KAP Johan Malonda Mustika & Rekan 5 orang
3 KAP I Gede Oka & Rekan 12 orang
Total Auditor 30 orang
Kuesioner didistribusikan ke masing-masing KAP dan sampel yang digunakan dalam

pengolahan data adalah kuesioner yang telah dikembalikan oleh masing-masing KAP kepada

peneliti sebanyak 30. Dengan demikian maka diambil 30 orang akuntan publik di Bali sebagai

sampel penelitian.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

metode angket atau kuisioner. Metode ini dilakukan melalui penyebaran kuisoner yang telah

disusun secara terstruktur, dimana sejumlah pertanyaan tertulis disampaikan pada responden

untuk ditanggapi sesuai dengan kondisi yang dialami oleh responden yang bersangkutan dan

disertai surat permohonan kepada pimpinan kantor akuntan publik.

Pertanyaan berkaitan dengan data demografi responden dan tanggapan mengenai

pernyataan yang berhubungan dari auditor yang bekerja pada KAP di Bali. Kuisoner dibuat

dengan petunjuk pengisian untuk menjelaskan dan memudahkan responden dalam pengisian

jawaban.
38

3.7 Jabaran Variabel Penelitian

Tabel 3 . 3 Kisi-kisi Instrumen


Variabel Penelitian Indikator Item Skore
Kualitas Audit 1. Melaporkan semua 1
kesalahan klien
2. Pemahaman terhadap 2
sistem informasi klien
3. Komitmen yang kuat 3
dalam melaksanakan
audit
4. Berpedoman pada prinsip 4
auditing dan
rinsip akuntansi dalam
melakukan pekerjaan
lapangan
5. Tidak percaya begitu saja 5
terhadap pernyataan klien

6. Sikap hati-hati dalam 6


pengambilan keputusan
Akuntabilitas Auditor 1. Motivasi 7
2. Kewajiban sosial 8
3. Pengabdian pada profesi 9

Independensi Auditor 1. Lama hubungan dengan 10


klien
2. Tekanan dari klien 11
3. Telaah dari rekan auditor 12

4. Pemberian jasa Non- 13


Audit
Kompotensi Auditor 1. Pengetahuan 14
2. Pengalaman 15

3.8 Pengujian Skala Likert

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam

kegiatannya dalam mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
39

olahanya (Arikunto, 2002:134). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa

penyebaran kuesioner atau angket yang diperoleh pada saat Kantor Akuntan Publik di Bali.

Instrumen berupa angket atau kuisoner yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel

dalam penelitian ini didesain dengan skala Likert yang terdiri dari empat pilihan pilihan

kemungkinan jawaban seperti pada tabel di bawah ini;

Tabel 3 . 4 Tabel Pengujian Skala Likert


Jawaban Predikat Skore
Sangat Setuju SS 5
Setuju S 4
Netral N 3
Tidak Setuju TS 2
Sangat Tidak Setuju STS 1
Sumber: Sugiyono, (2011)

3.9 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a) Analisis Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif memberiikan gambaran atau deskripsi keadaan suatu data secara

umum melalui penyebaran data yang telah diperoleh selama penelitian di lapangan dan juga

untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum dan minimum

(Ghozali, 2011:19). Gambaran umum mengenai karakteristik responden dijelaskan dengan tabel

statistik deskriptif responden yang diukur dengan skala ukur interval yang menjelaskan besarnya

frekuensi absolut dan persentase jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir.

Statistik deskriptif dilakukan dengan menentukan kelas interval, menghitung rentang data

dan menentukan panjang kelas, untuk menentukannya menggunakan rumus Sturges (Sugiyono,
40

2009). Deskripsi selanjutnya adalah melakukan pengkategorian terhadap nilai masing-masing

indikator. Dari nilai tersebut dibagi menjadi 5 kategori berdasarkan mean ideal (Mi) dan standar

deviasi ideal (Si). Rumus untuk mencari mean ideal dan standar deviasi ideal adalah sebagai

berikut:

Mean ideal (Mi) = 1/2 (nilai maksimum + nilai minimum)

Standar deviasi ideal (Si) = 1/6 (nilai maksimum - nilai minimum)

Sedangkan untuk mencari kategori indikator dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3 . 5 Kategori Indikator Variabel


No Interval Kriteria
1 Mi + 1,5Si < X ≤ Mi + 3Si Sangat tinggi
2 Mi + 0,5Si < X ≤ Mi + 1,5Si Tinggi
3 Mi - 0,5Si < X ≤ Mi + 0,5Si Sedang
4 Mi - 1,5Si < X ≤ Mi – 0,5Si Rendah
5 Mi - 3Si < X ≤ Mi – 1,5Si Sangat Rendah
Sumber. (Azwar Saifuddin, 2010)
b) Uji Instrumen Data

Kualitas data dalam suatu pengujian hipotesis akan mempengaruhi hasil ketepatan uji

hipotesis (Wirjono dan Raharjo, 2007:31). Dalam penelitian ini kualitas data yang dihasilkan

dievaluasi dengan uji validitas dan uji reabilitas.

1) Uji Validasi

Uji validitas digunakan dengan tujuan untuk mengukur apakah kuisoner yang disebarkan oleh

peneliti kepada responden sudah valid ataukah belum. Pedoman yang digunakan untuk

dikatakan valid adalah dengan membandingkan nilai yang didapat dari r hitung dengan nilai r

tabel, jika nilai dari r hitung lebih besar dari r tabel maka peryataan dinyatakan valid (Ghozali,

2013:53).
41

2) Uji Reabilitas

Uji reabilitas berhubungan dengan konsistensi, sehingga uji reabilitas berguna untuk melihat

konsitensi atau kesetabilan dari jawaban responden atas setiap pertayaan yang ada dalam

kuisoner. Pengujian ini dilakukan setelah instrumen penelitian dinyatakan valid, pengujian ini

menggunkan metode Cronbach’a Alpa pada software SPSS v. 16. Menurut Alpadi, (2015:37)

kriteria denagn menggunakn Cronbach’a Alpa adalah jika alpha ( ) > 0,6, maka instrumen

yang digunakan diyatakan reliabel.

c) Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya penyimpangan asumsi

klasik atas persamaan regresi berganda yang digunakan. Pengujian ini terdiri dari uji

normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastitas.

1) Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu

atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah berdistribusi

normal atau mendekati normal, untuk mengetahui ada tidaknya normalitas dalam model

regresi, yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi

komulatif dari distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah

dalam model regresi yang digunakan data residual atau variabel pengganggu berdistribusi

normal atau tidak.

Uji normalitas dilakukan dengan statistik Kolmogorov-Simirnov dengan nilai signiofikan

pada taraf 0,05 atau lebih rendah dari itu, maka data residual berdistribusi secara normal.
42

2) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan

adanya korelasi antara variabel bebas. Uji multikolinieritas menunjukkan variabel

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Menurut Ghozali,

(2011) model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

independen. Ketentuan untuk mendeteksi adatidaknya multikolineritas yaitu:

Jika nilai Variance Inflaction Faktor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Toleransi tidak

kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbatas dari multikolineritas

VIF=1/Tolerance, jika VIF=0 maka Tolerance=1/10 atau 0,1. Semakin rendah Tolerance.

3) Uji Heteroskedastitas

Uji ini untuk mengetahui keadaan dimana seluruh faktor pengguna tidak memiliki varians

yang sama untuk seluruh pengamatan atas seluruh independen. Heteroskedastitas berarti

penyebaran titik data populasi pada bidang regresi tidak kosntan. Gejala ini ditimbulkan

dari perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam model regresi. Uji heteroskedastitas

dalam penelitian ini menggunakan uji Gleijser (Ghozali, 2011:77).

d) Regresi Linear Berganda

Analisi regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh anatara variabel bebas

dengan variabel terikat yaitu antara variabel Akuntabilitas, Independensi, Kompetensi (X) dan

Kualitas Auditor (Y) dengan mengunakan rumus sebagai berikut:

Y = X1+ X2+X3

Keterangan:
Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X1, X2 dan X3 = Variabel independen
43

e) Uji Kelayakan Model (Uji F)

Uji F atau uji kelayakan model, pada dasarnya menguji pengaruh antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan

untuk uji F adalah sebagai berikut:

Ho :β = 0, Akuntabilitas, independensi dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas auditor.

Ho :β ≠ 0, Akuntabilitas, independensi dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas auditor.

Pada tabel ANOVA didapat uji F yang menguji semua sub variabel bebas yang akan

mempengaruhi persamaan regresi. Dengan menggunakan derajat keyakinan 95% (taraf nyata

5%) serta derajat kebebasan df1 dan df2 untuk mencari nilai F tabel. Nilai F tabel dapat dilihat

dengan menggunakan F tabel. Dasar pengambilan keputusan adalah:

a. Jika F hitung > F tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak

b. Jika < F tabel, maka Ha ditolak dan Ha diterima

Keputusan statistik hitung dan statistik tabel dapat juga diambil keputusan berdasarkan

probabilitias dengan dasar pengambilan keputusan:

1) Jika probabilitias > 0,05, tingkat signifikansi, maka Ha diterima dan Ho ditolak.

2) Jika probabilitias < 0,05, tingkat signifikansi, maka Ha ditolak dan Ho diterima.

f) Uji Hipotesis (Uji t)

Uji t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh variabel bebas atau independen

secara individual dalam menerangkan varisiasi varibael terikat atau dependen (Ghozali,

2011:84). Kaidah pengambilan keputusan dalam uji t dengan adalah:

1) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima, jika variabel bebas tidak menjalaskan

variabel terikat atau tidak ada pengaruh antara variabel yang diuji.
44

2) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak, jika variabel bebas dapat menjalaskan

variabel terikat atau tidak ada pengaruh antara variabel yang diuji.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, Ardana, I Cenik. (2009). Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun

Manusia Seutuhnya. Jakarta : Salemba Empat

Alim, M.N., T. Hapsari, dan L. Purwanti, 2007, Pengaruh Kompetensi dan Independensi

terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi, SMA X

Makasar, AUEP-08.

Alvita Tyas Dwi A. 2010. Pengaruh Nilai Personal Terhadap Sikap Akuntabilitas Sosial

Dan Lingkungan. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro

Arens, Alvin A. dan Loebbecke. 2003. Auditing., Salemba Empat, Jakarta.

Ida Suraida, (2005) Pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit

terhadap skeptisisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini akuntan publik

Vol. 7, No. 3, November 2005

Indah, Siti Nurmawar And Pamudji, Sugeng (2010) Pengaruh Kompetensi Dan

Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Tesis. Semarang: Universitas

Diponegoro

Harhinto, Teguh . 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit

Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur. Semarang. Tesis Maksi. Universitas

Diponegoro.

Harjanto, Atta Putra. (2014).”Pengaruh Kompetensi, Independensi, Objektivitas,

Akuntabilitas, dan Integritas terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai

Variabel Moderasi”. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro

Ilmiyati Feny dan Yohanes Suhardjo (2012). Pengaruh Akuntabilitas Dan Kompetensi

Auditor Terhadap Kualitas Audit. JURAKSI, Vol. 1 No. 1 Januari 2012


Mardisar Diani Dan Ria Nelly Sari, (2007) Pengaruh Akuntabilitas Dan Pengetahuan

Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor Simposium nasional akuntansi X. (Juli) 26-28

Muhayoca Risky, Nita Erika Ariani (2017). Pengaruh Teknik Audit Berbantuan Komputer,

Kompetensi Auditor, Independensi, dan Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Audit. Jurnal Ilmiah

Mahasisa Ekonomi Akuntansi Unsyiah. 2(4), 31-40. https:// doi: 10.24815/jimeka.v2i4.5108

Mulyadi. (2011). Auditing. Penerbit Salemba Empat, Yogyakarta Purwanda Eka dan

Emmatrya Azmi Harahap. (2015) Purwanda dan Harahap: Pengaruh Akuntabilitas dan

Kompetensi Terhadap Kualitas Audit Vol.19, (3) September 2015

Rinaldi Suryo Prakoso. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Auditor.

Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro

Risky Muhayoca dan Nita Erika Ariani, (2017) Pengaruh Teknik Audit Berbantuan

Komputer, Kompetensi Auditor, Independensi, Dan Pengalaman Kerja Terhadap

Kualitas Audit Vol. 2, No. 4, (2017) Halaman 31-40

Taufik, Muhamad Hidayat (2011). Pengaruh Faktor-Faktor Akuntabilitas Auditor Dan

Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Auditor. Tesis. Semarang : Universitas

Diponegoro

Tjun Tjun Lauw., Elyzabet Indrawati Marpaung., Santy Setiawan. (2012) Pengaruh

Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi, 4(1),

33-56. https://doi.org/10.28932/jam.v4i1.353

Tuanakotta, Theodorus M. 2011. Berpikir Kritis dalam Auditing. Salemba Empat. Jakarta:

Anda mungkin juga menyukai