Proposal
Oleh :
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR TABEL................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
i
2.2.2 Skeptisme Profesional Auditor..............................................20
2.2.3 Kompetensi............................................................................23
Audit .................................................................................. 29
ii
4.6.1 Analisis Data Deskriptif........................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 51
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
melakukannya dengan baik (Sukmawati, 2015). Hal ini juga sejalan dengan
transparan, akuntabel yang harus disikapi dengan serius dan sistematik (Nolanda,
2015).
(Husnianto, 2017).
1
pusat atau daerah yang terdiri dari : Badan Pengawasan Keuangan dan
pemerintah daerah, lembaga daerah lainnya, Bank Indonesia, badan usaha milik
Pengawasan yang dilakukan oleh BPK diatur dalam Peraturan BPK No. 1
tahun 2017 dan pengawasan yang dilakukan oleh APIP berpedoman pada standar
SKPD, maka BPK akan melakukan pemeriksaan kembali sebagai audit eksternal.
penyusunan standar audit bagi APIP, dengan demikian, maka dalam pelaksanaan
2
tugas dan fungsi antara BPK dan APIP seharusnya menyajikan hasil yang tidak
Tabel 1.1
Opini BPK terhadap LKPD Kota Gunungsitoli
Tahun Opini
Sumber : sumut.bpk.go.id
yang diberikan oleh BPK untuk pertama kalinya diraih sejak berdirinya Kota
tahun 2019 merupakan tahun kedua Kota Gunungsitoli mendapatkan opini WTP
dari BPK. Hal ini menunjukkan bahwa di bawah tahun 2018 kualitas audit pada
3
Oleh karena itu, sangat besar tugas yang diemban oleh Inspektorat Kota
bertanggungjawab (Parasayu dan Rohan, 2014). Dengan kualitas audit yang tinggi
juga diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya oleh
audit berdasarkan standar auditing yang telah ditetapkan dan melaporkan hasil
auditnya berdasarkan kecukupan bukti yang ada kepada pihak yang memiliki
keputusan. Tingkat keyakinan yang dapat dicapai oleh auditor ditentukan oleh
hasil pengumpulan bukti (Sukmawati, 2015). Jumlah bukti yang kompeten dan
lebih tinggi.
dihasilkan oleh auditor. Salah satu syarat auditor agar bisa menghasilkan kualitas
audit yang baik adalah sikap skeptisme profesional yang dimiliki (Sugiarmini dan
4
Datrini, 2017). Skeptisme dapat diartikan sebagai aliran atau paham yang
memandang sesuatu selalu tidak pasti, meragukan dan mencurigakan (Azizah, dkk,
yang harus anggapdijalankan dan mau tidak mau harus diselesaikan dengan baik.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiarmini dan Datrini
signifikan terhadap kualitas audit yang berarti bahwa tingkat kewaspadaan auditor
dalam mengumpulkan bukti cukup baik. Yoga dan Widhiyani (2019) juga
berpengaruh positif pada kualitas audit yang berarti semakin tinggi sikap skeptis
seorang auditor maka akan semakin baik kualitas audit yang dilakukannya.
oleh kompetensi (Sumiok dan Pontoh, 2013; Alfiati, 2017; Falatah, 2017; dan
5
kompetensi meyakinkan bahwa kualitas audit yang diberikan memenuhi tingkat
profesionalisme yang tinggi (De Angelo, 1981 dalam Mahmud, 2018). Seorang
signifikan terhadap kualitas audit salah satunya adalah yang dilakukan oleh
Falatah (2017). Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumiok dan
Namun, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfiati (2017) dan Badjuri
bahwa sebagian kecil ada auditor yang belum memahami dan melaksanakan jasa
bimbingan teknis dibidang auditing, akuntansi sektor publik, dan keuangan daerah,
dan sebagian kecil ada auditor yang belum mempunyai sertifikat jabatan
profesional berkelanjutan.
seorang iindividu dalam menentukan bahwa salah satu alternatif benar secara
benar dan alternatif lain salah secara moral. Pertimbangan etis (ethical judgment)
6
kualitas audit (Husnianto, 2017). Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa
ethical judgment berpengaruh positi terhadap kualitas audit. Ini dapat diartikan
bahwa semakin baik pertimbangan etis seseorang auditor maka kualitas audit yang
dihasilkan akan semakin baik pula. Penelitian akan pengaruh ethical judgment
dan kualitas audit sebagai variabel dependen. Perbedaannya adalah penelitian ini
Kualitas Audit.
undang-undang dan peraturan yang berlaku (Sukmawati, 2015). Hal ini sangat
7
bersih, transparan dan akuntabel sehingga terwujudnya pemerintah yang good
itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas audit yaitu, skeptisme
Gunungsitoli.
audit?
8
Tujuan penelitian dapat diartikan sebagai hasil yang ingin dicapai dalam
yang terdapat di dalam rumusan masalah. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian
ini adalah:
kualitas audit.
kualitas audit.
9
3. Bagi akademis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
akan kualitas audit dan dapat dijadikan sebagai bahan ataupun referensi
Kota Gunungsitoli.
etis.
4 Kabupaten dan 1 Kota dengan total responden sebanyak 124 orang. Hasil
10
1. Pada penelitian Husnianto (2017) dilakukan pada Inspektorat Kabupaten /
11
BAB II
satu atau lebih orang (principal) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan
jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agent untuk membuat
keputusan yang terbaik bagi prinispal. Teori ini muncul disebabkan oleh
keberadaan hubungan oleh principal dan agent. Agent diberi kewenangan tertentu
memberikan imbalan kepada agen yang telah melaksanakan kontrak yang telah
disepakati. Salah satu asumsi utama dari teori keagenan ini adalah bahwa tujuan
sendiri.
12
masyarakat (principal). Adanya informasi yang asimetri dapat menjadikan para
agent berlaku oportunis atas peluang yang ada dan dapat mengarah pada
kelihatan baik, sehingga kinerjanya dinilai baik oleh principal. Untuk mengatasi
hal yang demikian, maka diperlukan peran auditor. Auditor akan menengahi hal
sangatlah erat, karena teori keagenan (Agency Theory) akan memecahkan masalah
asimetri antara principal dan agent dengan memerlukan pihak ketiga yang
Teori atribusi ini dikembangkan oleh Fritz Heider tahun 1958 yang
internal (internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang seperti kemampuan atau usaha dan kekuatan eksternal (external forces),
yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar, seperti kesulitan dalam pekerjaan atau
keberuntungan.
13
Teori atribusi digunakan untuk menjelaskan tentang penyebab atau motif
yang melandasi seseorang dalam berperilaku. Teori ini juga digunakan untuk
menjelaskan suatu cara dalam menilai perilaku seseorang, baik dari faktor
control (tempat pengendalian kita ada dimana). Variabel tersebut terdiri dari dua
komponen yaitu internal locus of control dan external locus of control. Internal
locus of control adalah perasaan yang dialami seseorang bahwa dia mampu
keahlian, dan usaha yang dia miliki. Di pihak lain external locus of control adalah
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori ini karena APIP dalam
hal ini auditor melaksanakan tugasnya dalam pengawasan dan pemeriksaan pada
pemahaman akan kondisi lingkungannya untuk mencapi kualitas audit yang lebih
optimal.
14
sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Peran menjadi suatu konsep atas apa
yang dapat dilakukan seseorang dalam masyrakat. Setiap individu yang memiliki
masing memiliki hubungan yang diatur oleh nilai sosial yang diterima dan ditaati.
Teori peran adalah perspektif dalam sosiologi dan psikologi sosial yang
sosial (misalnya ibu, manajer, guru) (Sugiarmini dan Datrini, 2017). Peran yang
melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan kedudukan atau tempat
mampu untuk menjalankan peran yang melekat pada dirinya, oleh karena itu tidak
menimbulkan stress peran yang terdiri dari pertama, Ambiguitas peran (role
ambiguity), dapat disebabkan oleh deskripsi kerja yang buruk, instruksi dari
pengawas yang samar, atau petunjuk yang tidak jelas dari rekan kerja yang
hasilnya kemungkinan bawahan atau rekan kerja tidak bisa mengetahui apa yang
harus dilakukan dan kedua Konflik peran (role conflict), contohnya ketika atasan
mengatakan bahwa untuk maju seseorang harus bekerja lembur pada akhir
15
minggu, sedangkan pasangan hidup mengatakan bahwa harus ada waktu lebih
audotor dalam teori ini harus mampubersikap dan bertindak objektif dalam
perbaikan kinerja sampai pada titik yang optimum, lalu kinerja akan menurun
pada tingkat stress yang lebih tinggi lagi yang tentunya dapat meningkatkan atau
secara tidak langsung akan berpengaruh juga terhadap kualitas audit yang
dihasilkan.
apakah pernyataan tersebut sudah sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan,
16
b. Auditor Pemerintah : Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang
pemerintah.
Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
dalam hal ini adalah standar auditing. Standar auditing terdiri dari standar umum,
1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
17
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi,
3. Standar Pelaporan
pekerjaan audit yang harus dicapai oleh auditor dalam melakukan pemeriksaan
dengan mematuhi standar audit yang telah ditetapkan dan mentaati kode etik yang
18
Angelo (1981) dalam Sukmawati (2015) mendefinisikan kualitas audit sebagai
dalam sistem akuntansi dengan pengetahuan dan keahlian auditor. Dari pengertian
tentang kualitas audit tersebut, auditor dituntut oleh pihak yang berkepentingan
Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa yang
dilakukannya.
1) Pengelolaan Fungsi
2) Lingkup Penugasan
19
Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi
dan menyeluruh.
3) Perencanaan Penugasan
4) Pelaksanaan Penugasan
tepat waktu.
akan bukti audit yang disajikan manajemen, sikap yang selalu mempertanyakan
dan evaluasi bukti audit secara kritis (Alfiati, 2017). Skeptisme profesional sangat
20
penting untuk dimiliki oleh auditor guna mendapatkan informasi yang kuat, yang
akan dijadikan dasar bukti audit yang relevan yang dapat mendukung pemberian
professional dalam tugasnya untuk bersikap tekun dan hati-hati. Sebagai seorang
percaya, tetapi auditor tidak diharapkan untuk membuat suatu pertimbangan yang
auditor adalah suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan
bukti audit yang diberikan manajemen, auditor yang memiliki sikap skeptis
21
Faktor-faktor kecondongan etika memiliki pengaruh yang signifikan
2) Faktor situasi
profesionalnya
3) Pengalaman
tugas audit, pemberian opini harus didukung oleh bukti audit yang kompeten,
proses audit agar kualitas audit dapat tercapai. Triana (2010) dalam Syarhayuti
profesional adalah :
22
1. Auditor diharapkan mempunyai sikap skeptisme terhadap proses audit.
laporan keuangan.
2.2.3 Kompetensi
luas mengenai berbagai hal (Badjuri, 2017). Auditor akan semakin mempunyai
mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam. Selain itu dengan ilmu
pengetahuan dan pelatihan yang cukup, auditor akan lebih mudah dalam
publik diatur dalam kode etik APIP yang terdapat dalam Peraturan Menteri
auditor sektor publik antara lain : tugas pengawasan sesuai dengan standar audit,
23
menolak untuk melaksanakan tugas apabila tidak sesuai dengan pengetahuan,
merupakan sebuah persiapan awal untuk masuk dalam dunia pekerjaan, serta
profesionalnya.
1) Pengetahuan (knowledge)
2) Keterampilan/Keahlian (skill)
24
Sikap perilaku merupakan suatu perwakilan rasa suka ataupun tidak
suka seseorang pada suatu hal. Sikap perilaku menekankan pada aspek
yang wajib dimiliki auditor pada semua tingkat atau jenjang jabatan.
serangkaian tes yang sudah dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
25
2) Memiliki kompetensi lain seperti kemampuan berkomunikasi, kreatifitas,
pemeriksaan.
pihak.
kebenaran secara pasti dari tindakan-tindakan secara etis seperti apa yang
26
sebuah pemecahan yang ideal untuk dilema etis (Thorne, 2000 dalam Suardana,
2016)
mengenai apakah kebenaran pasti dari tindakan secara etis seperti apa yang
suatu kegiatan yang selalu dibutuhkan oleh auditor dalam melaksanakan audit
laporan keuangan dari suatu entitas. Pertimbangan dalam audit tergantung pada
dapat terbentuk melalui proses pendidikan yang terjadi dalam institusi pendidikan
yang memiliki program studi akuntansi. Malone (2006) dalam Pratama (2016),
suatu situasi yang dapat dipahami dan dikenali oleh mahasiswa akuntansi, dimana
hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa jika situasi yang merugikan datang
berperilaku tidak etis maka mereka akan memilih perilaku tidak etis.
27
BAB III
satu dengan konsep yang lainnya dari masalah yang akan diteliti. Berdasarkan
konseptual berikut:
28
Variabel independen dalam penelitian ini adalah skeptisme profesional
3.2. Hipotesis
yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti
membuat sebuah penilaian yang kritis, dengan cara berpikir yang terus menerus
bertanya dan mempertanyakan keabsahan dari bukti audit yang diperoleh dan
selalu waspada terhadap bukti yang kontradiktif atau keandalan dokumen dan
jawaban atas pertanyaan serta informasi lain yang dipertanyakan yang diperoleh
29
pengawasan, auditor harus menerapkan sikap skeptisme profesional terhadap
(Agency Theory) terhadap kualitas audit sangatlah erat, karena Teori Keagenan
(Agency Theory) akan memecahkan masalah asimetri antara principal dan agent
dari permasalahan diatas kualitas audit yang dihasilkan auditor sangat diperlukan
dengan baik dan menghasilkan kualitas audit yang baik apabila auditor memiliki
sikap skeptisme.
oleh situasi yang dihadapi auditor untuk menghasilkan kualitas audit yang baik.
Dengan kualitas audit yang baik maka kebutuhan pengguna informasi dapat
Hasi penelitian yang dilakukan oleh Azizah, dkk (2019), Alfiati (2017),
30
personalia yang sesuai dengan bidang tugas auditor internal dan berkaitan dengan
prosedur audit yang telah ditetapkan, sehingga laporan audit yang dihasilkan
bukti audit yang telah diterima dapat memberikan opini atau kesimpulan terhadap
Hasil yang berbeda dikemukakan dalam penelitian Faizah dan Zuhdi (2013)
pemeriksa pada auditor BPK Perwakilan Jawa Timur masih ragu untuk menunda
tersebut benar. Namun, yang perlu dilakukan oleh auditor tersebut seharusnya
31
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikataknan bahwa skeptisme profesional
auditor menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit melalui
audit.
superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap,
yang dimiliki auditor serta jumlah atau banyaknya keikutsertaan pelatihan yang
32
seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang
audit yang baik juga. Auditor yang berpendidikan tinggi akan mempunyai
pandangan yang lebih luas mengenai berbagai hal. Auditor akan semakin
dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam. Selain itu dengan
ilmu pengetahuan dan pelatihan yang cukup, auditor akan lebih mudah dalam
diakui sangat baik maka kualitas hasil audit yang dihasilkan berkualitas, begitu
audit di entitas tersebut juga akan menghasilkan kualitas audit yang tidak
berkualitas.
yang dapat dipercaya oleh masyarakat. Masyarakat akan lebih percaya terhadap
33
auditor yang sudah memiliki kompetensi dalam mengaudit laporan keuang
pemerintah.
perilaku individu yang berasal dari dalam diri auditor maka dengan auditor yang
berkompeten akan memberikan hasil audit yang berkualitas. Dengan kualitas audit
yang baik maka kebutuhan pengguna informasi dapat terpenuhi dan tidak ada
kesalahan informasi antara prinsipal dan agen seperti yang dinyatakan dalam teori
agensi.
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit dimana semakin tinggi
kompetensi auditor maka akan semakin tinggi pula kualitas audit. Hal tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumiok dan Pontoh (2013) dan
seperti yang didapat melalui diklat auditor internal maka akan semakin baik
kualitas audit yang dilakukannya. Berbeda dengan hasil yang ditunjukkan oleh
kualitas audit.
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas. Maka, hipotesis kedua
34
3.2.3 Pengaruh Pertimbangan Etis (Ethical Judgment) terhadap Kualitas
Audit
etika menggunakan penalaran moral dengan berbagai alternatif paling etis yang di
landasi kode etik akuntansi sektor publik (Auditor) menurut persepsi individu saat
belum banyak yang menelitinya. dalam penelitian Apriliawati dan Suardana (2016)
yang dapat mempengaruhi kualitas audit. Dilema etis dalam setting auditing bisa
terjadi ketika auditee dan auditor tidak sepakat terhadap aspek fungsi dan tujuan
mempengaruhi auditor pada saat melakukan proses audit dan juga auditee dapat
35
bahwa semakin baik pertimbangan etis seorang auditor maka hasil audit audit
(ethical judgment) menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas. Maka,
keempat yaitu:
audit.
36
BAB IV
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah desain kausal. Desain kausal juga sering
hubungan sebab akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat
yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui
data tertentu (Noor, 2014:39). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
mendapatkan data yang terjadi pada masa lampau atau saat ini mengenai
mengenai variabel sosiologis dan psikologis dari sampel atas populasi tertentu,
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer ini diperoleh secara langsung dari sumber asli atau responden melalui
tersebut. Daftar pertanyaan dapat bersifat terbuka, yaitu jika jawaban tidak
37
ditentukan sebelumnya oleh peneliti dan dapat bersifat tertutup, yaitu alternatif
Agar penelitian ini memberikan gambaran dan tujuan yang jelas serta
menghindari pelebaran objek yang akan diteliti, maka perlu diberikan definisi
variabel operasional yang akan diteliti sehingga menjadi sebuah panduan dalam
likert. Noor (2014 : 128) menjelaskan skala likert merupakan teknik mengukur
diprediksi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain dan biasanya dinotasikan
yang ada dalam sistem dengan berpedoman pada standar akuntansi dan
standar audit. Dalam penelitian ini, variabel kualitas audit dapat diukur
38
skeptis, nilai rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat audit dan tindak
lanjut hasil audit. Pengukuran variabel ini menggunakan skala likert yang
akan dinilai dengan poin 1 sampai 4. Poin 1 diberikan untuk jawaban yang
berarti kualitas audit paling rendah, dan seterusnya poin 4 diberikan untuk
terikat dan biasanya dinotasikan dengan X. Dalam penelitian ini, yang menjadi
sesuatu, dan menilai secara kritis bukti audit serta mengambil keputusan
kecurangan baik yang nyata maupun yang berupa potensi, atau terhadap
39
yang selalu bertanya-tanya), suspension of judgment (tidak terburu-buru
paling tinggi.
b. Kompetensi
Falatah (2017) yang akan dinilai dengan poin 1 sampai 4. Poin 1 diberikan
c. Pertimbangan Etis
40
Pertimbangan etis menurut Hunt dan Vitell (1986) dalam Husnianto
paling tinggi.
Tabel 4. 1
Definisi Operasional dan Pengukuran
41
berpedoman pada e. Manfaat audit
standar akuntansi dan f. Tindak lanjut
standar audit. hasil audit.
(Diadopsi dari
penelitian
Efendy, 2010)
Skeptisme Skeptisme profesional a.questioning Likert
Profesional auditor adalah sikap mind (pola pikir
Auditor auditor yang selalu yang selalu
(X1) meragukan dan bertanya-tanya)
mempertanyakan segala b. suspension of
sesuatu, dan menilai judgment (tidak
secara kritis bukti audit terburu-buru
serta mengambil mengambil
keputusan audit keputusan)
berlandaskan keahlian c. search for
auditing yang knowledge
dimiliknya. (pencarian
pengetahuan)
d.interpersonal
understanding
(kemampuan
pemahaman
perseorangan)
e.self-confidence
(percaya diri)
f. self-
determination
(determinasi
diri).
(Diadopsi
penelitian Hurt
(2003) dalam
Husnianto (2017))
Kompetensi Kompetensi adalah a.Standar audit Likert
(X2) keahlian profesional intern
seorang auditor yang pemerintah
didapat melalui b.Wawasan
pendidikan formal, ujian tentang
profesional maupun pemerintahan
keikut sertaan dalam c. Peningkatan
pelatihan, seminar, keahlian
symposium dan lain-lain
42
dimana kompetensi (Diadopsi dari
profesional mencakup Penelitian
pendidikan dan Efendy, 2010)
pengalaman.
Pertimbangan Pertimbangan etis adalah a.Melaksanakan Likert
Etis suatu tahapan ketika kepercayaan
(X3) seseorang telah yang diberikan
mengakui masalah etika pimpinan
dan mempertimbangkan b.Melakukan
alternatif yang terbaik upaya
memecahkan masalah komunikasi
untuk mencapai hasil dengan auditee
yang paling c. Menolak
menguntungkan gratifikasi dari
auditee
d.Memberikan
peringatan dini
kepada auditee
tentang risiko
e.Menerima
penugasan audit
dari pimpinan
dimana auditor
terlibat di
dalam
pendampingan
terhadap proses
pelaksaan
kegiatan
auditee
f. Pimpinan
memberikan
penugasan audit
kepada auditor
yang
mempunyai
hubungan
kedekatan
dengan auditee
(Diadopsi dari
penelitian
Husnianto (2017)
43
4.3. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil pada Inspektorat Kota
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2016) . Sampel penelitian ini adalah seluruh auditor
Karena populasi kurang dari 100, maka digunakan total sampling. Responden
Menurut Sugiyono (2014, hlm. 92) instrumen penelitian adalah suatu alat
pengumpul data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang
tentang fenomena sosial. Skala likert merupakan teknik mengukur sikap dimana
44
4.5. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
merupakan sumber data penelitian yang secara langsung bersumber dari aslinya
atau tidak melalui perantara. Data primer dikumpulkan peneliti untuk menjawab
tujuan penelitian. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
2014:139).
kompetensi dan pertimbangan etis dari hasil modifikasi penelitian yang dilakukan
oleh Efendy (2010), Husnianto (2017), dan Falatah (2017). Kuesioner akan
variabel penelitian dan pertanyaan tersebut diukur dengan menggunakan skala likert.
yaitu SPSS (Statistical Product and Service Solution). Kegiatan dalam analisis
masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan
(Husnianto, 2017).
45
4.6.1 Analisis Statistik Deskriptif
mengenai suatu data agar data tersebut mudah dipahami oleh setiap orang yang
(Falatah 2017).
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya instrumen
hubungan antara dua variabel, yaitu variabel independen (score item) dan
dependen (score total item). Apabila nilai koefisien r hitung> r tabel maka diambil
kesimpulan bahwa item tersebut adalah valid, demikian juga sebaliknya jika
rhitung < r tabel maka dapat diambil kesimpulan bahwa item tersebut adalah tidak
pengukuran tanpa bias (bebas kesalahan) dan karena itu menjamin pengukuran
yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrumen (Sekaran,
2010 dalam Syarhayuti, 2016). Untuk menguji reliabilitas atau keandalan alat
46
ukur atau instrumen dalam penelitian ini digunakan koefisien Alpha Cronbach.
penelitian.
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah data yang telah
dikumpulkan oleh peneliti memiliki kualitas yang baik. Uji asumsi klasik yan
digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas data, uji multikolinearitas
dan uji heteroskedastisitas. Jika data yang telah dikumpulkan sudah memenuhi
seluruh kriteria asumsi klasi, maka data yang ada termasusuk dalaam kategori
atau tidak. Uji normalitas juga digunakan untuk mengetahui apakah data yang
diambil berasaldari populasi yang berdistribusi normal atau tidak (Noor, 2014).
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis grafik dan
Smirnov Z karena uji ini dapat secara langsung menyimpulkan apakah data yang
ada terdistribusi normal secara statistik atau tidak. Sementara uji normalitas data
yang lain seperti dari statistika deskriptif dirasa tidak efisien karna memerlukan
47
Jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov kurang dari 5 persen maka
dapat dikatakan bahwa residual data dari model regresi tidak normal. Jika nilai
residual data dari model regresi telah terdistribusi secara normal (Ghozali, 2016:
154-158).
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Pengujian ini
dapat dilihat dari nilai VIF menggunakan persamaan VIF = 1 atau Tolerance
variabel bebas lainnya. Jadi, nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF
yang tinggi (karena VIF: 1 atau Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama
yang lain. Jika varian dari residual satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Uji ini dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
(ZPRED) dengan nilai residualnya SRESID. Model regresi yang baik jika
48
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap sehingga
(mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin
yang lebih dari satu variabel, maka menggunakan adjusted R², karena setiap
tambahan satu variabel independen maka R² pasti meningkat tidak peduli apakah
tidak. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk lebih menggunakan
nilai adjusted pada saat mengevaluasi model regresi yang terbaik (Ghozali, 2017).
49
variabel dependen (kualitas audit). Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika
p value < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha ditolak.
< 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha ditolak. Uji F dapat
pula dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dan F tabel. Jika F hitung >
F tabel, maka Ha diterima. Artinya, secara statistik data yang ada dapat
terhadap variabel dependen (Y). Jika F hitung < F tabel, maka Ha ditolak. Artinya,
secara statistik data yang ada dapat membuktikan bahwa semua variabel
independen (X1, X2, X3) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).
50
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, I., Wijayanti, A., & Fitrianne, W. (2019). Pengaruh Kualitas Audit,
Skeptisme Profesional Auditor, Komimen Organisasi terhadap Kualitas
Audit Internal. Prosiding Seminar Nasional Pakar Ke 2 tahun 2019.
Dewi, K., & Nurfadila. (2018). Pengaruh Kompetensi Auditor, Profesional dan
Sistem Pengendalian Internal terhadap Kualitas Audit. Center of Economic
Student Journal, 1 (1). Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Indonesia.
51
Efendy, T. (2010). Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi terhadap
Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah
(Studi Empiris pada Pemerintah Kota Gorontalo). Tesis. Universitas
Diponegoro.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 23.
semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanjani, A., Purwanto, A., & Kusumadewi, A. (2018). The Impact of Ethical
Judgment, Locus of Control and Organizational Commitments to
Whistleblowing. Journal of Auditing, Finance, and Forensic Accounting
(JAFFA), 6 (2).
Laily, N., Subroto, B., & Sudarma, M. (2011). Pengaruh Pengalaman Auditor
terhadap Ethical Judgment. Jurnal Paradigma, 2 (3).
Lestari, I., Maryani, N., & Lestari, A. (2019). Pengaruh Due Professional Care
dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Riset Akuntansi
dan Keuangan, 7 (2).
52
Audit (Studi pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta dna Yogyakarta).
Publikasi Ilmiah. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pratama, C., Ahmad, A., & Innayah, N. Obedience Pressure, Professional Ethics,
Attitude of Skepticism and Independence Towards Audit Judgment.
Journal Of Accounting Science, 2 (2).
53
Quenna, P., & Rohman, A. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Audit Aparat Inspektorat Kota/Kabupaten di Jawa Tengah.
Diponegoro Journal of Accounting.
Wawo, B., Asni, N., & Nurnaluri, S. (2015). The influence of organizational
culture, ethical awareness and experience to ethical judgments auditor
through Professional commitment (Study at Inspectorate Sub-Province of
Bombana). The International Journal Of Engineering And Science (IJES),
4 (12).
Yusrizal & Surhati. (2019). Model for Enhancing Audit Quality Through
Profesional Disclosure, Competenceand Ethics of Internal Auditors in
BPKP Riau Province. COSTING:Journal of Economic, Business and
Accounting, 3 (1).
54