67
4.1.1.1. Jenis Kelamin
42%
Laki-Laki
Perempuan
58%
Gambar 4.1.
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)
Ekonomi/Akuntansi
Hukum
Teknik
Sosial
4% Lainnya
43%
8%
Gambar 4.2.
Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)
68
Untuk kategori latar belakang pendidikan, sebesar 30.70% atau sebanyak
43 orang memiliki latar belakang pendidikan dari ekonomi/akuntansi, sebesar
4.30% atau sebanyak 6 orang memiliki latar belakang pendidikan dari hukum,
sebesar 7.90% atau sebanyak 11 orang memiliki latar belakang pendidikan dari
teknik, sebesar 42.90% atau sebanyak 60 orang memiliki latar belakang
pendidikan dari sosial, dan sebesar 14.30% atau sebanyak 20 orang memiliki latar
belakang pendidikan dari lainnya yang disebutkan sebelumnya. Dari diagram
tersebut tergambar bahwa latar belakang pendidikan karyawan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Se-Kabupaten Bandung yang paling dominan adalah
dari sosial sebanyak 60 orang (42.90%) yang diterima sebagai karyawan dalam
instansi tersebut.
9% 11%
22%
SLTA/Sederajat
Diploma (D3)
Strata 1 (Sarjana)
Strata 2 (Master)
Strata 3 (Doktor)
57%
Gambar 4.3.
Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)
69
mempunyai dasar pendidikan rata-rata Strata 1 (Sarjana) yang dapat mendukung
kompetensi dalam melakukan penugasan dalam instansi pemerintahan.
4.1.1.4. Jabatan
14%
Kepala
Badan/Dinas/Instansi
47% Sekretaris/Kabid/Kabag
Kasubid/Kasubbag/Kasubdi
s/Kasie
Staf (pegawai)
39%
Gambar 4.4.
Responden Berdasarkan Jabatan
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)
70
4.1.1.5. Lama Bekerja
16% 19%
17% 1 - 5 tahun
6 - 10 tahun
11 - 15 tahun
23% 16 - 20 tahun
25% ≥ 21 tahun
Gambar 4.5.
Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)
71
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Validitas dan Reliabilitas
4.2.1.1. Uji Validitas
Korelasi rank spearman digunakan apabila sumber data untuk kedua
variabel yang akan dikonversikan dapat berasal dari sumber yang tidak sama,
jenis data berupa data ordinal. Instrumen dapat dinyatakan valid apabila hasil
perhitungan koefisien korelasi menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,166 atau
lebih untuk n = 140 (lihat tabel distribusi rtabel signifikansi 5% dan 1%) (Sugiyono,
2012 : 142). Mengukur tingkat validitas dapat dilakukan dengan cara
mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau
variabel. Semua item kuesioner yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,166
daya pembedanya dianggap memuaskan. Sedangkan item yang memiliki nilai
koefisien korelasi di bawah 0,166 dianggap tidak valid dan item yang tidak valid
dapat dihilangkan. Adapun hasil uji validitas kuesioner kedua variabel yang
diteliti disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.1.
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Kuesioner Penelitian
Variabel Item Indeks Nilai Keterangan
Pertanyaan Validitas Kritis
72
Pelaporan 2 0.908 0.166 Valid
Keuangan (X2)
Akuntabilitas 1 0.700 0.166 Valid
Kinerja 2 0.730 0.166 Valid
3 0.756 0.166 Valid
Instansi 4 0.705 0.166 Valid
Pemerintah 5 0.718 0.166 Valid
Kabupaten 6 0.707 0.166 Valid
7 0.699 0.166 Valid
Bandung (Y)
8 0.632 0.166 Valid
9 0.592 0.166 Valid
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)
Pada tabel 4.1 di atas terlihat bahwa nilai indeks validitas setiap butir
pernyataan Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Pelaporan Keuangan, dan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah lebih besar > 0,166 sehingga dapat
disimpulkan bahwa seluruh butir pernyataan pada ketiga variabel valid dan layak
digunakan sebagai alat ukur Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Pelaporan
Keuangan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten
Bandung.
73
Variabel Indeks Nilai Kritis Keterangan
Reliabilitas
1. Nilai kumulatif adalah jumlah nilai dari setiap item pernyataan yang
merupakan jawaban dari 140 responden.
2. Presentase nilai kumulatif item dibagi dengan nilai frekuensinya dikalikan
100%.
3. Jumlah responden adalah 140 orang dengan skala pengukuran terbesar
adalah 5 (lima) dan skala pengukuran terkecil adalah 1 (satu). Sehingga
diperoleh:
Jumlah kumulatif terbesar 140 x 5 = 700
74
Jumlah kumulatif terkecil 140 x 1 = 140
Adapun,
Nilai persentase terbesar adalah (700 : 700) x 100% = 100%
Nilai persentase terkecil adalah (140 : 700) x 100% = 20%
Maka, nilai rentang yang terjadi adalah 100% - 20% = 80%
4. Jarak interval adalah interval dibagi jumlah jenjang yang diinginkan. Jika
nilai rentang dibagi 5 (lima) skala pengukuran, akan didapat nilai interval
presentase sebesar 16%.
75
Tabel 4.3.
Tanggapan Responden Terhadap Anggaran Berbasis Kinerja (X1)
Jumlah
Nomor Pilihan Jawaban
Indikator Skor
Instrumen
SS S R TS STS
1 84 54 2 0 0 642
Pengukuran 2 69 71 0 0 0 629
Kinerja 3 56 81 3 0 0 613
4 24 73 29 13 1 526
Penghargaan 5 36 78 17 6 3 558
dan
Hukuman 6 36 77 17 8 2 557
Kontrak
7 26 92 21 1 0 563
Kinerja
Kontrol
Eksternal dan 8 42 91 3 3 1 590
Internal
Pertanggung- 9 48 84 4 3 1 595
jawaban 10 43 92 3 1 1 595
Manajemen 11 31 87 19 3 0 566
Total 495 880 118 38 9 6434
Rata-Rata 45 80 11 3 1
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
76
Melalui jumlah skor tanggapan responden dapat diketahui bahwa
tanggapan responden tehadap 11 butir pernyataan dari 5 indikator yaitu
Pengukuran Kinerja, Penghargaan dan Hukuman, Kontrak Kinerja, Kontrol
Eksternal dan Internal serta Pertanggungjawaban Manajemen yang diajukan
mengenai Anggaran Berbasis Kinerja (X1) termasuk dalam kategori baik. Hal ini
bisa dlihat berdasarkan hasil indikator Pengukuran Kinerja yang dinilai sangat
baik sebesar 86.07%, nilai tersebut diperoleh dari penyajian pencapaian program
dan kegiatan sudah jelas, pembiayaan dari masing-masing program yang sudah
dapat ditentukan sendiri, sistem informasi sudah mampu menghasilkan informasi
yang memadai, serta pengukuran kinerja diukur baik berdasarkan kinerja yang
strategis menggunakan key performance indicators. Selain itu, bila dilihat dari
indikator Penghargaan dan Hukuman juga telah dinilai baik sebesar 79.64%, nilai
tersebut diperoleh dari penerapan insentif atas kinerja dan hukuman atas
kegagalan yang telah tercapai serta penerapan efisiensi (savings) telah diterapkan.
Untuk indikator Kontrak Kinerja dinilai baik sebesar 80.43%, nilai tersebut
diperoleh dari adanya definisi yang jelas terhadap pelayanan yang dikontrakan
dalam penganggaran. Tanggapan responden berikutnya berasal dari indikator
kontrol eksternal dan internal yang mepunyai nilai sangat baik sebesar 84.64%,
nilai tersebut diperoleh dari hasil kontrol input dan output. Kontrol dilakukan
sebelum dan sesudah anggaran digunakan. Tanggapan responden responden yang
terakhir berasal dari indikator pertanggungjawaban manajemen yang dinilai baik
sebesar 83.07%, nilai tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden mengenai
pengguna anggaran telah bertanggungjawab terhadap output baik volume, waktu
pengerjaan maupun kualitasnya, serta diberikan kebebasan untuk melakukan dan
mengekspresikan profesionalitas mereka dengan optimal.
Adapun penjelasan lebih detail dari setiap indikator dalam Anggaran
Berbasis Kinerja (X1) dijabarkan sebagai berikut:
a. Indikator Pengukuran Kinerja
Untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan Pengukuran
Kinerja, maka dilakukan dengan menghitung jumlah sebaran jawaban responden
penelitian atas item pernyataan Pengukuran Kinerja. Hasil skor tanggapan
77
responden untuk indikator Pengukuran Kinerja sebesar 2410. Persentase
tanggapan responden untuk indikator Pengukuran Kinerja diperoleh dari
( 140 × 4 ×5 ) yaitu 2800, sehingga ( 2410 :2800 ) ×100 %=86.07 %. Selanjutnya
hasil skor tanggapan responden terhadap Pengukuran Kinerja diinterpretasikan
dalam garis kontinum sebagai berikut:
Tabel 4.4.
Agar anggaran dapat dilaksanakan dengan baik maka program kegiatan
harus disajikan dengan jelas
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 84 60% 420
Setuju 54 38.6% 216
Ragu 2 1.4% 6
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
78
Total 140 100% 642
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
Tabel 4.5.
Penyajian pembiayaan dari masing - masing program, kegiatan dan
keluaran harus tergambar dengan jelas
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 69 49.3% 345
Setuju 71 50.7% 284
Ragu 0 0% 6
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 629
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai
“Penyajian pembiayaan dari masing-masing program, kegiatan dan keluaran harus
tergambar dengan jelas”. Mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 71
orang atau 50.7%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang
menjawab sangat setuju yakni sebanyak 69 orang atau 49.3%.
Tabel 4.6.
Untuk menilai pencapaian kinerja dari masing-masing unit kerja yang
bertanggung jawab suatu kegiatan, maka diperlukan sistem informasi yang
mampu menghasilkan informasi yang memadai.
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 56 40% 280
Setuju 81 57.9% 324
Ragu 3 2.1% 9
79
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 613
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
Tabel 4.7.
Pengukuran kinerja sebaiknya hanya mengukur kinerja yang strategis (key
performance indicators), bukan menekankan tingkat komprehensif dan
birokratis atas kinerja yang disusun
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 24 17.1% 120
Setuju 73 52.1% 292
Ragu 29 20.7% 87
Tidak Setuju 13 9.3% 26
Sangat Tidak Setuju 1 0.7% 1
Total 140 100% 526
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
80
indikator Penghargaan dan Hukuman (Reward and Punishment) sebesar 1115.
Persentase tanggapan responden untuk indikator Penghargaan dan Hukuman
diperoleh dari ( 140 ×2 ×5 ) yaitu 1400, sehingga ( 1115:1400 ) × 100 %=79.64 %.
Selanjutnya hasil skor tanggapan responden terhadap Penghargaan dan Hukuman
(Reward and Punishment) diinterpretasikan dalam garis kontinum sebagai berikut:
79.64%
Tabel 4.8.
Agar pelaksanaan penganggaran berjalan dengan baik perlu adanya
penerapan insentif atas kinerja yang dicapai dan hukuman atas
kegagalannya
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 36 25.7% 180
Setuju 78 55.7% 312
Ragu 17 12.1% 51
81
Tidak Setuju 6 4.3% 12
Sangat Tidak Setuju 3 2.1% 3
Total 140 100% 558
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai
“Penerapan Insentif Atas Kinerja yang Dicapai dan Hukuman Atas
Kegagalannya”. Mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 78 orang atau
55.7%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang menjawab sangat
tidak setuju yakni sebanyak 3 orang atau 2.1%.
Tabel 4.9.
Agar pelaksanaan penganggaran berjalan dengan baik perlu adanya
penerapan efisiensi (savings)
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 36 25.7% 180
Setuju 77 55.0% 308
Ragu 17 12.1% 51
Tidak Setuju 8 5.7% 16
Sangat Tidak Setuju 2 1.4% 2
Total 140 100% 557
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
82
c. Indikator Kontrak Kinerja
Untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan Kontrak Kinerja,
maka dilakukan dengan menghitung jumlah sebaran jawaban responden penelitian
atas item pernyataan Kontrak Kinerja. Hasil skor tanggapan responden untuk
indikator Kontrak Kinerja sebesar 563. Persentase tanggapan responden untuk
indikator Kontrak Kinerja diperoleh dari ( 140 ×1 ×5 ) yaitu 700, sehingga
( 563 : 700 ) × 100 %=80.43 %. Selanjutnya hasil skor tanggapan responden
terhadap Kontrak Kinerja diinterpretasikan dalam garis kontinum sebagai berikut:
80.43%
Tabel 4.10.
Adanya definisi yang jelas terhadap pelayanan yang dikontrakkan
dalam penganggaran
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 26 18.6% 130
Setuju 92 65.7% 368
Ragu 21 15% 63
Tidak Setuju 1 0.7% 2
83
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 563
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
84
Secara detail, kondisi ini dapat dijelaskan melalui penyajian sebaran
jawaban dari 140 responden untuk 2 item pernyataan indikator Kontrol Eksternal
dan Internal sebagai berikut:
Tabel 4.11.
Sebaiknya kontrol dilakukan pada input dan output
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 42 30% 210
Setuju 91 65% 364
Ragu 3 2.1% 9
Tidak Setuju 3 2.1% 6
Sangat Tidak Setuju 1 0.7% 1
Total 140 100% 590
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
Tabel 4.12.
Kontrol dilakukan sebelum dan sesudah anggaran digunakan
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 48 34.3% 240
Setuju 84 60% 336
Ragu 4 2.9% 12
Tidak Setuju 3 2.1% 6
Sangat Tidak Setuju 1 0.7% 1
Total 140 100% 595
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
85
adalah responden yang menjawab sangat tidak setuju yakni sebanyak 1 orang atau
0.7%.
e. Indikator Pertanggungjawaban Manajemen
Untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan
Pertanggungjawaban Manajemen, maka dilakukan dengan menghitung jumlah
sebaran jawaban responden penelitian atas item pernyataan Pertanggungjawaban
Manajemen. Hasil skor tanggapan responden untuk indikator Pertanggungjawaban
Manajemen sebesar 1163. Persentase tanggapan responden untuk indikator
Pertanggungjawaban Manajemen diperoleh dari ( 140 ×2 ×5 ) yaitu 1400, sehingga
( 1163 :1400 ) ×100 %=83.07 %. Selanjutnya hasil skor tanggapan responden
terhadap Pertanggungjawaban Manajemen diinterpretasikan dalam garis kontinum
sebagai berikut: 83.07%
Tabel 4.13.
86
Pengguna anggaran bertanggung jawab terhadap output baik volume,
waktu pengerjaan maupun kualitasnya
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 43 30.7% 215
Setuju 92 66.7% 368
Ragu 3 2.1% 9
Tidak Setuju 1 0.7% 2
Sangat Tidak Setuju 1 0.7% 1
Total 140 100% 595
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
Tabel 4.14.
Pengguna anggaran diberikan kebebasan untuk melakukan dan
mengekspresikan profesionalitas mereka dengan optimal
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 31 22.1% 155
Setuju 87 62.1% 438
Ragu 19 13.6% 57
Tidak Setuju 3 2.1% 6
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 566
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
87
4.2.2.2. Sistem Pelaporan Keuangan (X2) di Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung
Dari 140 responden yang mengembalikan kuesioner diperoleh jawaban
mengenai Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (X2) sebagai berikut :
Tabel 4.15.
Tanggapan Responden Terhadap Sistem Pelaporan Keuangan (X2)
Jumlah
Nomor Pilihan Jawaban
Indikator Skor
Instrumen
SS S R TS STS
Laporan Keuangan
1 41 85 7 7 0 580
dibuat sesuai SAP
Menerbitkan
laporan keuangan 2 26 67 28 19 0 520
Pemda
Total 67 152 35 26 0 1100
Rata-Rata 34 76 17 13 0
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
88
Tidak Baik
Tabel 4.16.
Laporan keuangan SKPD dan Pemda yang dibuat sesuai dengan SAP
yang terdiri dari LRA, Neraca, Catatan atas Laporan Keuangan,
Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 41 29.3% 205
Setuju 85 60.7% 340
Ragu 7 5% 21
Tidak Setuju 7 5% 14
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
89
Total 140 100% 580
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
Tabel 4.17.
Instansi menerbitkan laporan keuangan dan mempublikasikan ke publik
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 26 18.6% 130
Setuju 67 47.9% 268
Ragu 28 20% 84
Tidak Setuju 19 13.6% 38
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 520
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
90
Tabel 4.18.
Tanggapan Responden Terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Y)
Jumlah
Nomor Pilihan Jawaban
Indikator Skor
Instrumen
SS S R TS STS
1 40 94 5 1 0 593
Penyusunan
2 56 80 4 0 0 612
Rencana
3 48 91 1 0 0 607
Strategik
4 45 94 1 0 0 604
Pengukuran 5 40 92 8 0 0 592
Kinerja 6 37 95 7 1 0 588
Pelaporan
7 48 92 0 0 0 608
Kinerja
Pemanfaatan 8 32 101 7 0 0 585
Informasi
Kinerja 9 36 82 15 6 1 566
Total 382 821 48 8 1 5355
Rata-Rata 42 91 5 1 1
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
91
pemanfaatan informasi kinerja yang diajukan mengenai Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (Y) termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini bisa dilihat
berdasarkan hasil indikator Penyusunan rencana strategik yang dinilai sangat baik
sebesar 86.29%, nilai tersebut diperoleh dari adanya keterkaitan yang erat antara
pencapaian kinerja dengan program dan kebijakan, kejelasan sasaran anggaran
suatu program sudah dimengerti oleh semua aparat dan pemimpin, visi dan misi
program telah ditetapkan sesuai rencana strategik organisasi, serta indikator
kinerja telah ditetapkan untuk setiap kegiatan atau program. Selain itu, bila dilihat
dari indikator Pengukuran Kinerja juga telah dinilai sangat baik sebesar 84.29%,
nilai tersebut diperoleh dari dilakukannya pengecekan terhadap jalannya program,
dan pelaksanaan kegiatan telah dikontrol dengan ukuran atau indiktor kinerja yang
jelas untuk menilai tingkat keberhasilan suatu kegiatan atau program. Tanggapan
responden berikutnya berasal dari indikator Pelaporan Kinerja dinilai sangat baik
sebesar 86.86%, nilai tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden mengenai
telah dibuatnya laporan kepada atasan untuk setiap kegiatan atau program yang
telah dilaksanakan. Sedangkan tanggapan responden responden yang terakhir
berasal dari indikator Pemanfaatan Informasi Kinerja dinilai baik sebesar 82.21%,
nilai tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden mengenai LAKIP
(Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) telah digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam merencanakan program atau kegiatan selanjutnya dan
diterbitkan sesuai dengan waktu yang yang ditentukan, serta kegiatan atau
program yang disusun telah mengakomodir setiap perubahan dan tuntutan yang
ada di masyarakat.
Adapun penjelasan lebih detail dari setiap indikator dalam Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (Y) dijabarkan sebagai berikut:
a. Indikator Penyusunan Rencana Stratejik (Renstra)
Untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan Penyusunan
Rencana Stratejik (Renstra), maka dilakukan dengan menghitung jumlah sebaran
jawaban responden penelitian atas item pernyataan Penyusunan Rencana Stratejik
(Renstra). Hasil skor tanggapan responden untuk indikator Penyusunan Rencana
Stratejik (Renstra) sebesar 2416. Persentase tanggapan responden untuk sub
92
86.29%
variabel Penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) diperoleh dari ( 140 × 4 ×5 ) yaitu
2800, sehingga ( 2416 :2800 ) ×100 %=86.29 %. Selanjutnya hasil skor tanggapan
responden terhadap Penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) diinterpretasikan
dalam garis kontinum sebagai berikut:
Tabel 4.19.
Adanya keterkaitan yang erat antara pencapaian kinerja dengan program
dan kebijakan
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 40 28.6% 200
Setuju 94 67.1% 376
Ragu 5 3.6% 15
Tidak Setuju 1 0.7% 2
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 593
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
93
Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai “Adanya
Keterkaitan yang Erat Antara Pencapaian Kinerja dengan Program dan
Kebijakan”. Mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 94 orang atau
67.1%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang menjawab tidak
setuju yakni sebanyak 1 orang atau 0.7%.
Tabel 4.20.
Kejelasan sasaran anggaran suatu program harus dimengerti oleh semua
aparat dan pemimpin
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 56 40% 280
Setuju 80 57.1% 320
Ragu 4 2.9% 12
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 612
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
Tabel 4.21.
Visi dan misi program perlu ditetapkan sesuai rencana strategik organisasi
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 48 34.3% 240
Setuju 91 65% 364
94
Ragu 1 0.7% 3
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 607
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
Tabel 4.22.
Indikator kinerja perlu ditetapkan untuk setiap kegiatan atau program
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 45 32.1% 225
Setuju 94 67.1% 376
Ragu 1 0.7% 3
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 604
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
95
hasil skor tanggapan responden terhadap Pengukuran Kinerja diinterpretasikan
dalam garis kontinum sebagai berikut:
84.29%
Tabel 4.23.
Melakukan pengecekan terhadap jalannya program
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 40 28.6% 200
Setuju 92 65.7% 368
Ragu 8 5.7% 24
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 592
96
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
Tabel 4.24.
Pelaksanaan kegiatan telah dikontrol dengan ukuran atau indikator kinerja
yang jelas untuk menilai tingkat keberhasilan suatu kegiatan atau program
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 37 26.4% 185
Setuju 95 67.9% 380
Ragu 7 5% 21
Tidak Setuju 1 0.7% 2
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 588
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
97
responden terhadap Pengukuran Kinerja diinterpretasikan dalam garis kontinum
sebagai berikut:
86.86%
Tabel 4.25.
Membuat laporan kepada atasan setiap kegiatan atau program yang telah
dilaksanakan
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 48 34.3% 240
Setuju 92 65.7% 368
Ragu 0 0% 0
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
98
Total 140 100% 608
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
99
Secara detail, kondisi ini dapat dijelaskan melalui penyajian sebaran
jawaban dari 140 responden untuk 2 item pernyataan indikator Pemanfaatan
Informasi Kinerja sebagai berikut:
Tabel 4.26.
LAKIP digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan
program atau kegiatan selanjutnya dan diterbitkan sesuai dengan waktu
yang ditentukan
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 32 22.9% 160
Setuju 101 72.1% 404
Ragu 7 5% 21
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 585
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
Tabel 4.27.
Kegiatan atau program yang disusun telah mengakomodir setiap perubahan
dan tuntutan yang ada di masyarakat
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 36 25.7% 180
Setuju 82 58.6% 328
Ragu 15 10.7% 45
100
Tidak Setuju 6 4.3% 12
Sangat Tidak Setuju 1 0.7% 1
Total 140 100% 566
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
Tabel 4.28.
Hasil Pengujian Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 140
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 2,07511708
Absolute ,073
Most Extreme
Positive ,073
Differences
Negative -,051
Kolmogorov-Smirnov Z ,866
Asymp. Sig. (2-tailed) ,441
101
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)
Dengan menggunakan SPSS versi 20.0 diperoleh nilai tolerance dan VIF
sebagai berikut:
Tabel 4.29.
Hasil Pengujian Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
Anggaran Berbasis
1 ,837 1,195
Kinerja
Sistem Pelaporan
,837 1,195
Keuangan
a. Dependent Variable: Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
102
4.2.3.3. Uji Heteroskedastisitas
Berikut ini adalah diagram scartterplot dengan menggunakan SPSS Versi
20.0 :
Gambar 4.6.
Diagram Scatterplot Heteroskedastisitas
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa dalam model tidak terdapat
heterokedastisitas karena pada gambar tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menandakan bahwa
dalam model, variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
sama atau konstan. Sehingga asumsi tidak adanya heteroskedastisitas atau adanya
homoskedastisitas sudah terpenuhi untuk persamaan regresi. Dengan demikian
estimator model yang diperoleh akan memberikan hasil yang best atau dapat
dikatakan varians dari residual adalah minimum.
103
Dengan menggunakan bantuan aplikasi program SPSS, didapat output
hasil perhitungan regresi linier berganda sebagai berikut:
Tabel 4.30.
Hasil Pengujian Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
B Std. Error
104
b2 = 0.367 artinya jika Sistem Pelaporan Keuangan (X2) meningkat sebesar
satu satuan dan variabel lainnya konstan, maka variabel
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung (Y)
akan meningkat sebesar 0.367.
Y X1 X2
**
Y Pearson 1 .740 .506**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000
105
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS dapat
disimpulkan bahwa koefisien korelasinya untuk variabel Anggaran Berbasis
Kinerja dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung
diperoleh nilai sebesar 0.740 menunjukkan adanya hubungan positif yang kuat
antara Anggaran Berbasis Kinerja dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
Sedangkan untuk variabel Sistem Pelaporan Keuangan dengan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung diperoleh nilai
sebesar 0.506 menunjukkan adanya hubungan positif yang kuat antara Sistem
Pelaporan Keuangan dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung.
106
Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Pelaporan Keuangan terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung.
Tabel 4.33.
Korelasi Berganda dan Koefisien Determinasi
Model Summaryb
107
= 62.1%.
108
Kinerja berpengaruh signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Kabupaten Bandung.
Berdasarkan hasil diatas untuk hipotesis kedua yaitu variabel Sistem
Pelaporan Keuangan diperoleh bahwa nilai thitung sebesar 2.751 dengan ttabel sebesar
1.97743 sehingga karena nilai thitung > ttabel yaitu 2.751 > 1.9774 sehingga H o ditolak
yang artinya bahwa secara parsial variabel Sistem Pelaporan Keuangan
berpengaruh signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung
109
tersebut diperoleh dari penerapan insentif atas kinerja dan hukuman atas
kegagalan yang telah tercapai serta penerapan efisiensi (savings) telah diterapkan.
Untuk indikator Kontrak Kinerja dinilai baik sebesar 80.43%, nilai tersebut
diperoleh dari adanya definisi yang jelas terhadap pelayanan yang dikontrakan
dalam penganggaran. Tanggapan responden berikutnya berasal dari indikator
kontrol eksternal dan internal yang mepunyai nilai sangat baik sebesar 84.64%,
nilai tersebut diperoleh dari hasil kontrol input dan output. Kontrol dilakukan
sebelum dan sesudah anggaran digunakan. Tanggapan responden responden yang
terakhir berasal dari indikator pertanggungjawaban manajemen yang dinilai baik
sebesar 83.07%, nilai tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden mengenai
pengguna anggaran telah bertanggungjawab terhadap output baik volume, waktu
pengerjaan maupun kualitasnya, serta diberikan kebebasan untuk melakukan dan
mengekspresikan profesionalitas mereka dengan optimal.
Sedangkan pada skor rata-rata persentase mengenai tanggapan responden
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung sebesar
85% (pada kategori sangat baik) dengan rata-rata mayoritas responden sebesar 91
orang memilih setuju, yang berarti Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung sudah dilakukan sangat baik oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Se-Kabupaten Bandung. Hal ini bisa dilihat berdasarkan hasil
indikator Penyusunan rencana strategik yang dinilai sangat baik sebesar 86.29%,
nilai tersebut diperoleh dari adanya keterkaitan yang erat antara pencapaian
kinerja dengan program dan kebijakan, kejelasan sasaran anggaran suatu program
sudah dimengerti oleh semua aparat dan pemimpin, visi dan misi program telah
ditetapkan sesuai rencana strategik organisasi, serta indikator kinerja telah
ditetapkan untuk setiap kegiatan atau program. Selain itu, bila dilihat dari
indikator Pengukuran Kinerja juga telah dinilai sangat baik sebesar 84.29%, nilai
tersebut diperoleh dari dilakukannya pengecekan terhadap jalannya program, dan
pelaksanaan kegiatan telah dikontrol dengan ukuran atau indiktor kinerja yang
jelas untuk menilai tingkat keberhasilan suatu kegiatan atau program. Tanggapan
responden berikutnya berasal dari indikator Pelaporan Kinerja dinilai sangat baik
sebesar 86.86%, nilai tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden mengenai
110
telah dibuatnya laporan kepada atasan untuk setiap kegiatan atau program yang
telah dilaksanakan. Sedangkan tanggapan responden responden yang terakhir
berasal dari indikator Pemanfaatan Informasi Kinerja dinilai baik sebesar 82.21%,
nilai tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden mengenai LAKIP
(Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) telah digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam merencanakan program atau kegiatan selanjutnya dan
diterbitkan sesuai dengan waktu yang yang ditentukan, serta kegiatan atau
program yang disusun telah mengakomodir setiap perubahan dan tuntutan yang
ada di masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh signifikan dengan arah yang
positif antara Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Kabupaten Bandung. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan Suriani (2014) bahwa Anggaran Berbasis Kinerja
berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung.
111
indikator Laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan
Pemerintah Daerah dibuat sesuai dengan SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan),
dengan demikian proses pembuatan laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
yang berlaku yaitu PP No.71 tahun 2010 dengan menerapkan metode accrual
basis terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Catatan atas Laporan
Keuangan, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas, sedangkan
untuk indikator Instansi menerbitkan Laporan Keuangan ke publik sudah
dilakukan dengan baik, hal ini bisa dilihat dari mayoritas responden menjawab
setuju sebesar 47.9%, dengan demikian SKPD Se-Kabupaten Bandung telah
menerbitkan Laporan Keuangannya masing-masing agar dapat dilihat oleh publik.
Sedangkan pada skor rata-rata persentase mengenai tanggapan responden
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung sebesar
85% (pada kategori sangat baik) dengan rata-rata mayoritas responden sebesar 91
orang memilih setuju, yang berarti Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung sudah dilakukan sangat baik oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Se-Kabupaten Bandung. Hal ini bisa dilihat berdasarkan hasil
indikator Penyusunan rencana strategik yang dinilai sangat baik sebesar 86.29%,
nilai tersebut diperoleh dari adanya keterkaitan yang erat antara pencapaian
kinerja dengan program dan kebijakan, kejelasan sasaran anggaran suatu program
sudah dimengerti oleh semua aparat dan pemimpin, visi dan misi program telah
ditetapkan sesuai rencana strategik organisasi, serta indikator kinerja telah
ditetapkan untuk setiap kegiatan atau program. Selain itu, bila dilihat dari
indikator Pengukuran Kinerja juga telah dinilai sangat baik sebesar 84.29%, nilai
tersebut diperoleh dari dilakukannya pengecekan terhadap jalannya program, dan
pelaksanaan kegiatan telah dikontrol dengan ukuran atau indiktor kinerja yang
jelas untuk menilai tingkat keberhasilan suatu kegiatan atau program. Tanggapan
responden berikutnya berasal dari indikator Pelaporan Kinerja dinilai sangat baik
sebesar 86.86%, nilai tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden mengenai
telah dibuatnya laporan kepada atasan untuk setiap kegiatan atau program yang
telah dilaksanakan. Sedangkan tanggapan responden responden yang terakhir
112
berasal dari indikator Pemanfaatan Informasi Kinerja dinilai baik sebesar 82.21%,
nilai tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden mengenai LAKIP
(Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) telah digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam merencanakan program atau kegiatan selanjutnya dan
diterbitkan sesuai dengan waktu yang yang ditentukan, serta kegiatan atau
program yang disusun telah mengakomodir setiap perubahan dan tuntutan yang
ada di masyarakat.
113
Internal, serta Pertanggungjawaban Manajemen sudah dilakukan dengan baik oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Se-Kabupaten Bandung.
Untuk skor rata-rata persentase mengenai tanggapan responden tentang
Sistem Pelaporan Keuangan sebesar 78.57% (pada kategori baik) dengan rata-rata
mayoritas responden sebesar 76 orang memilih setuju, yang berarti Sistem
Pelaporan Keuangan bila dilihat dari Laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan Pemerintah Daerah dibuat sesuai dengan SAP (Standar
Akuntansi Pemerintahan) serta Instansi menerbitkan Laporan Keuangan ke publik
sudah dilakukan dengan baik oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Se-
Kabupaten Bandung.
Sedangkan pada skor rata-rata persentase mengenai tanggapan responden
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung sebesar
85% (pada kategori sangat baik) dengan rata-rata mayoritas responden sebesar 91
orang memilih setuju, yang berarti Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung bila dilihat berdasarkan hasil indikator Penyusunan rencana
strategik, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Pemanfaatan Informasi
Kinerja sudah dilakukan sangat baik oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Se-Kabupaten Bandung.
Dapat disimpulkan bahwa Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem
Pelaporan Keuangan secara simultan berpengaruh signifikan dengan arah yang
positif terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Suriani
(2014) bahwa Anggaran Berbasis Kinerja berpengaruh positif terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung dan Yulianti
(2014) bahwa Sistem Pelaporan Keuangan berpengaruh positif terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung.
114