Anda di halaman 1dari 48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Responden


Pada bab ini, penulis akan memaparkan dan menganalisis data yang
terkumpul dari hasil observasi di lapangan mengenai “Pengaruh Anggaran
Berbasis Kinerja dan Sistem Pelaporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung”. Sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh karyawan Bagian Keuangan yang bekerja di 28 Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Se-Kabupaten Bandung yang masih aktif pada tahun 2015-2016
dan berdasarkan tingkat jabatan yaitu Sekretaris/Kepala Bidang/Kepala Bagian,
Kepala Sub Bidang/Kepala Sub Bagian/ Kepala Sub Dinas/ Kepala Sub Instansi,
serta beberapa staf Bagian Keuangan dengan total sampel sebesar 140 karyawan.
Hasil dari pengambilan data melalui kuesioner tersebut kemudian dilakukan
pengujian instrument dan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan
kemudian dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi
linier berganda.
Berikut akan disajikan statistik deskriptif berdasarkan jawaban dari
responden yang terdiri atas demogrrafi responden dan tanggapan karyawan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Se-Kabupaten Bandung mengenai Anggaran
Berbasis Kinerja, Sistem Pelaporan Keuangan dan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.

4.1.1. Demografi Responden


Berdasarkan identitas responden, karakteristik responden dapat
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, latar belakang pendidikan, pendidikan
terakhir, jabatan dan lama bekerja sebagaimana dapat dilihat pada gambar 4.1
sampai dengan 4-5 dibawah ini.

67
4.1.1.1. Jenis Kelamin

42%
Laki-Laki
Perempuan
58%

Gambar 4.1.
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)

Berdasarkan data diatas. dari 140 karyawan yang dijadikan sebagai


responden penelitian ini diketahui bahwa karyawan berjenis kelamin laki-laki
lebih banyak daripada karyawan berjenis kelamin perempuan, yaitu karyawan
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 81 orang (57.90%) dan karyawan perempuan
sebanyak 59 orang (42.10%). Dari diagram tersebut tergambar bahwa lebih
banyak karyawan pria yang berada dikantor daripada karyawan wanita
dikarenakan dalam penugasan lebih banyak karyawan pria.

4.1.1.2. Latar Belakang Pendidikan


14% 31%

Ekonomi/Akuntansi
Hukum
Teknik
Sosial
4% Lainnya
43%
8%

Gambar 4.2.
Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)

68
Untuk kategori latar belakang pendidikan, sebesar 30.70% atau sebanyak
43 orang memiliki latar belakang pendidikan dari ekonomi/akuntansi, sebesar
4.30% atau sebanyak 6 orang memiliki latar belakang pendidikan dari hukum,
sebesar 7.90% atau sebanyak 11 orang memiliki latar belakang pendidikan dari
teknik, sebesar 42.90% atau sebanyak 60 orang memiliki latar belakang
pendidikan dari sosial, dan sebesar 14.30% atau sebanyak 20 orang memiliki latar
belakang pendidikan dari lainnya yang disebutkan sebelumnya. Dari diagram
tersebut tergambar bahwa latar belakang pendidikan karyawan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Se-Kabupaten Bandung yang paling dominan adalah
dari sosial sebanyak 60 orang (42.90%) yang diterima sebagai karyawan dalam
instansi tersebut.

4.1.1.3. Pendidikan Terakhir

9% 11%

22%
SLTA/Sederajat
Diploma (D3)
Strata 1 (Sarjana)
Strata 2 (Master)
Strata 3 (Doktor)
57%

Gambar 4.3.
Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)

Jika dilihat dari pendidikannya, tingkat pendidikan yang ditempuh


responden adalah tidak terdapat jenjang pendidikan Strata 3 (Doktor), Strata 2
(Master) berjumlah 13 orang (9.30%), Strata 1 (Sarjana) berjumlah 80 orang
(57.10%), Diploma (D3) berjumlah 31 orang (22.10%), dan SLTA/Sederajat
berjumlah 16 orang (11.40%). Melihat demografi ini, tergambar bahwa karyawan
yang bekerja di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Se-Kabupaten Bandung

69
mempunyai dasar pendidikan rata-rata Strata 1 (Sarjana) yang dapat mendukung
kompetensi dalam melakukan penugasan dalam instansi pemerintahan.

4.1.1.4. Jabatan

14%

Kepala
Badan/Dinas/Instansi

47% Sekretaris/Kabid/Kabag
Kasubid/Kasubbag/Kasubdi
s/Kasie
Staf (pegawai)
39%

Gambar 4.4.
Responden Berdasarkan Jabatan
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)

Dari 140 karyawan dalam penelitian ini, 20 orang (14.30%) menduduki


jabatan sebagai Sekretaris/Kabid/Kabag, 54 orang (38,6%) menduduki jabatan
sebagai Kasubid/Kasubbag/Kasubdis/Kasie dan 66 orang (47.10%) menduduki
jabatan sebagai staf (pegawai). Dari diagram tersebut tergambar bahwa dalam
pengisian kuesioner penelitian ini mayoritas diisi oleh staf (pegawai) di Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Se-Kabupaten Bandung dikarenakan dalam satu
bagian terdapat lebih dari satu staf (pegawai).

70
4.1.1.5. Lama Bekerja
16% 19%

17% 1 - 5 tahun
6 - 10 tahun
11 - 15 tahun
23% 16 - 20 tahun
25% ≥ 21 tahun

Gambar 4.5.
Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)

Untuk kategori lamanya bekerja, sebesar 19.30% atau sebanyak 27 orang


yang memiliki pengalaman bekerja kurang dari 5 tahun, sebesar 22.90% atau
sebanyak 32 orang yang bekerja selama 6 – 10 tahun, sebesar 25% atau sebanyak
35 orang yang memiliki pengalaman kerja 11 – 15 tahun, sebesar 17.10% atau
sebanyak 24 orang yang memiliki pengalaman kerja 16 – 20 tahun, dan sebesar
15.70% atau sebanyak 22 orang yang memiliki pengalaman kerja diatas 20 tahun
(≥ 21 tahun). Dari diagram tersebut tergambar bahwa lama bekerja karyawan yang
paling dominan adalah 11 – 15 tahun, yang dapat diartikan bahwa karyawan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Se-Kabupaten Bandung sudah cukup
lama dalam bekerja dan memiliki pengalaman kerja yang memadai dalam
melaksanakan tugasnya.

71
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Validitas dan Reliabilitas
4.2.1.1. Uji Validitas
Korelasi rank spearman digunakan apabila sumber data untuk kedua
variabel yang akan dikonversikan dapat berasal dari sumber yang tidak sama,
jenis data berupa data ordinal. Instrumen dapat dinyatakan valid apabila hasil
perhitungan koefisien korelasi menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,166 atau
lebih untuk n = 140 (lihat tabel distribusi rtabel signifikansi 5% dan 1%) (Sugiyono,
2012 : 142). Mengukur tingkat validitas dapat dilakukan dengan cara
mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau
variabel. Semua item kuesioner yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,166
daya pembedanya dianggap memuaskan. Sedangkan item yang memiliki nilai
koefisien korelasi di bawah 0,166 dianggap tidak valid dan item yang tidak valid
dapat dihilangkan. Adapun hasil uji validitas kuesioner kedua variabel yang
diteliti disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.1.
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Kuesioner Penelitian
Variabel Item Indeks Nilai Keterangan
Pertanyaan Validitas Kritis

Anggaran 1 0.509 0.166 Valid


Berbasis 2 0.517 0.166 Valid
3 0.580 0.166 Valid
Kinerja (X1)
4 0.466 0.166 Valid
5 0.406 0.166 Valid
6 0.656 0.166 Valid
7 0.516 0.166 Valid
8 0.656 0.166 Valid
9 0.665 0.166 Valid
10 0.592 0.166 Valid
11 0.426 0.166 Valid
Sistem 1 0.846 0.166 Valid

72
Pelaporan 2 0.908 0.166 Valid
Keuangan (X2)
Akuntabilitas 1 0.700 0.166 Valid
Kinerja 2 0.730 0.166 Valid
3 0.756 0.166 Valid
Instansi 4 0.705 0.166 Valid
Pemerintah 5 0.718 0.166 Valid
Kabupaten 6 0.707 0.166 Valid
7 0.699 0.166 Valid
Bandung (Y)
8 0.632 0.166 Valid
9 0.592 0.166 Valid
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)

Pada tabel 4.1 di atas terlihat bahwa nilai indeks validitas setiap butir
pernyataan Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Pelaporan Keuangan, dan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah lebih besar > 0,166 sehingga dapat
disimpulkan bahwa seluruh butir pernyataan pada ketiga variabel valid dan layak
digunakan sebagai alat ukur Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Pelaporan
Keuangan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten
Bandung.

4.2.1.2. Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Menurut (Sugiyono, 2012 : 153),
instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar > 0,60.
Semakin tinggi koefisien alpha, berarti semakin baik pengukuran suatu instrumen.
Semakin dekat koefisien alpha pada nilai 1 berarti butir-butir pernyataan dalam
koefisien semakin reliabel.
Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran
sekali saja dengan alat bantu SPSS uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha >
0,60.
Tabel 4.2.
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian

73
Variabel Indeks Nilai Kritis Keterangan
Reliabilitas

Anggaran Berbasis Kinerja 0.746 0.60 Reliabel


(X1)
Sistem Pelaporan 0.692 0.60 Reliabel
Keuangan (X2)
Akuntabilitas Kinerja 0.854 0.60 Reliabel
Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung (Y)
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)

Nilai reliabilitas butir pernyataan pada kuesioner keempat variabel yang


sedang diteliti lebih besar > 0,60 hasil ini menunjukkan bahwa butir kuesioner
pada variabel Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Pelaporan Keuangan dan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung andal untuk
mengukur variabelnya masing-masing.

4.2.2. Analisis Deskriptif


Penilaian atau tanggapan responden dalam analisis deskriptif dilakukan
dengan membuat pengkategorian. Untuk menentukan kategori tinggi, sedang,
rendah, terlebih dahulu harus menentukan nilai indeks minimum, maksimum dan
intervalnya serta jarak intervalnya, yaitu sebagai berikut:

1. Nilai kumulatif adalah jumlah nilai dari setiap item pernyataan yang
merupakan jawaban dari 140 responden.
2. Presentase nilai kumulatif item dibagi dengan nilai frekuensinya dikalikan
100%.
3. Jumlah responden adalah 140 orang dengan skala pengukuran terbesar
adalah 5 (lima) dan skala pengukuran terkecil adalah 1 (satu). Sehingga
diperoleh:
Jumlah kumulatif terbesar 140 x 5 = 700

74
Jumlah kumulatif terkecil 140 x 1 = 140
Adapun,
Nilai persentase terbesar adalah (700 : 700) x 100% = 100%
Nilai persentase terkecil adalah (140 : 700) x 100% = 20%
Maka, nilai rentang yang terjadi adalah 100% - 20% = 80%
4. Jarak interval adalah interval dibagi jumlah jenjang yang diinginkan. Jika
nilai rentang dibagi 5 (lima) skala pengukuran, akan didapat nilai interval
presentase sebesar 16%.

Kemudian mencari perhitungan skor untuk masing-masing variabel


berdasarkan setiap skala jawaban yang ada dengan cara sebagai berikut :
1. Memasukan nilai jawaban responden per-item pertanyaan berdasarkan
skala jawaban masing-masing dan kemudian menjumlahkannya.
2. Mencari nilai skor nilai untuk setiap skala jawaban yang ada.
3. Menjumlahkan secara total, nilai setiap skala jawaban.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya


Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Pelaporan Keuangan, dan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung. Berikut adalah gambaran pada
masing-masing varibel tersebut:

4.2.2.1. Anggaran Berbasis Kinerja (X 1) di Instansi Pemerintah


Kabupaten Bandung
Gambaran data tanggapan responden dapat digunakan untuk mengetahui
bagaimana tanggapan responden terhadap setiap indikator variabel yang sedang
diteliti. Agar lebih mudah menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti,
dilakukan kategorisasi terhadap skor tanggapan responden. Dari 140 responden
yang mengembalikan kuesioner diperoleh jawaban mengenai Anggaran Berbasis
Kinerja (X1) sebagai berikut :

75
Tabel 4.3.
Tanggapan Responden Terhadap Anggaran Berbasis Kinerja (X1)
Jumlah
Nomor Pilihan Jawaban
Indikator Skor
Instrumen
SS S R TS STS
1 84 54 2 0 0 642
Pengukuran 2 69 71 0 0 0 629
Kinerja 3 56 81 3 0 0 613
4 24 73 29 13 1 526
Penghargaan 5 36 78 17 6 3 558
dan
Hukuman 6 36 77 17 8 2 557
Kontrak
7 26 92 21 1 0 563
Kinerja
Kontrol
Eksternal dan 8 42 91 3 3 1 590
Internal
Pertanggung- 9 48 84 4 3 1 595
jawaban 10 43 92 3 1 1 595
Manajemen 11 31 87 19 3 0 566
Total 495 880 118 38 9 6434
Rata-Rata 45 80 11 3 1  
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Hasil skor tanggapan responden untuk variabel Anggaran Berbasis Kinerja


sebesar 6436. Persentase tanggapan responden untuk variabel Anggaran Berbasis
Kinerja diperoleh dari ( 140 ×11 ×5 ) yaitu 7700, sehingga
( 6434 :7700 ) ×100 %=83.56 %. Selanjutnya hasil skor tanggapan responden
terhadap Anggaran Berbasis Kinerja diinterpretasikan dalam garis kontinum
sebagai berikut: 83.56%

Sangat Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik


Tidak Baik

20% 36% 52% 68% 84% 100%

76
Melalui jumlah skor tanggapan responden dapat diketahui bahwa
tanggapan responden tehadap 11 butir pernyataan dari 5 indikator yaitu
Pengukuran Kinerja, Penghargaan dan Hukuman, Kontrak Kinerja, Kontrol
Eksternal dan Internal serta Pertanggungjawaban Manajemen yang diajukan
mengenai Anggaran Berbasis Kinerja (X1) termasuk dalam kategori baik. Hal ini
bisa dlihat berdasarkan hasil indikator Pengukuran Kinerja yang dinilai sangat
baik sebesar 86.07%, nilai tersebut diperoleh dari penyajian pencapaian program
dan kegiatan sudah jelas, pembiayaan dari masing-masing program yang sudah
dapat ditentukan sendiri, sistem informasi sudah mampu menghasilkan informasi
yang memadai, serta pengukuran kinerja diukur baik berdasarkan kinerja yang
strategis menggunakan key performance indicators. Selain itu, bila dilihat dari
indikator Penghargaan dan Hukuman juga telah dinilai baik sebesar 79.64%, nilai
tersebut diperoleh dari penerapan insentif atas kinerja dan hukuman atas
kegagalan yang telah tercapai serta penerapan efisiensi (savings) telah diterapkan.
Untuk indikator Kontrak Kinerja dinilai baik sebesar 80.43%, nilai tersebut
diperoleh dari adanya definisi yang jelas terhadap pelayanan yang dikontrakan
dalam penganggaran. Tanggapan responden berikutnya berasal dari indikator
kontrol eksternal dan internal yang mepunyai nilai sangat baik sebesar 84.64%,
nilai tersebut diperoleh dari hasil kontrol input dan output. Kontrol dilakukan
sebelum dan sesudah anggaran digunakan. Tanggapan responden responden yang
terakhir berasal dari indikator pertanggungjawaban manajemen yang dinilai baik
sebesar 83.07%, nilai tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden mengenai
pengguna anggaran telah bertanggungjawab terhadap output baik volume, waktu
pengerjaan maupun kualitasnya, serta diberikan kebebasan untuk melakukan dan
mengekspresikan profesionalitas mereka dengan optimal.
Adapun penjelasan lebih detail dari setiap indikator dalam Anggaran
Berbasis Kinerja (X1) dijabarkan sebagai berikut:
a. Indikator Pengukuran Kinerja
Untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan Pengukuran
Kinerja, maka dilakukan dengan menghitung jumlah sebaran jawaban responden
penelitian atas item pernyataan Pengukuran Kinerja. Hasil skor tanggapan

77
responden untuk indikator Pengukuran Kinerja sebesar 2410. Persentase
tanggapan responden untuk indikator Pengukuran Kinerja diperoleh dari
( 140 × 4 ×5 ) yaitu 2800, sehingga ( 2410 :2800 ) ×100 %=86.07 %. Selanjutnya
hasil skor tanggapan responden terhadap Pengukuran Kinerja diinterpretasikan
dalam garis kontinum sebagai berikut:

Sangat Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik


Tidak Baik

20% 36% 52% 68% 84% 100%

Melalui jumlah skor tanggapan responden dapat diketahui bahwa


tanggapan responden tehadap 4 butir pernyataan dari indikator Pengukuran
Kinerja, responden menilai bahwa Pengukuran Kinerja termasuk dalam kategori
sangat baik. Hal ini menunjukkan pengukuran kinerja dalam mengumpulkan,
menganalisis dan menggunakan informasi untuk menentukan seberapa efektif dan
efisien pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah mencapai tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan sudah sangat baik.
Secara detail, kondisi ini dapat dijelaskan melalui penyajian sebaran
jawaban dari 140 responden untuk 4 item pernyataan dari indikator pengukuran
kinerja sebagai berikut:

Tabel 4.4.
Agar anggaran dapat dilaksanakan dengan baik maka program kegiatan
harus disajikan dengan jelas
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 84 60% 420
Setuju 54 38.6% 216
Ragu 2 1.4% 6
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0

78
Total 140 100% 642
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai


“Menentukan Program dan Kegiatan Dengan Jelas”. Mayoritas responden
menjawab sangat setuju sebanyak 84 orang atau 60%, sedangkan yang paling
sedikit adalah responden yang menjawab ragu yakni sebanyak 2 orang atau 1.4%.

Tabel 4.5.
Penyajian pembiayaan dari masing - masing program, kegiatan dan
keluaran harus tergambar dengan jelas
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 69 49.3% 345
Setuju 71 50.7% 284
Ragu 0 0% 6
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 629
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai
“Penyajian pembiayaan dari masing-masing program, kegiatan dan keluaran harus
tergambar dengan jelas”. Mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 71
orang atau 50.7%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang
menjawab sangat setuju yakni sebanyak 69 orang atau 49.3%.

Tabel 4.6.
Untuk menilai pencapaian kinerja dari masing-masing unit kerja yang
bertanggung jawab suatu kegiatan, maka diperlukan sistem informasi yang
mampu menghasilkan informasi yang memadai.
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 56 40% 280
Setuju 81 57.9% 324
Ragu 3 2.1% 9

79
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 613
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai “Sistem


Informasi yang Memadai”. Mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 81
orang atau 57.9%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang
menjawab ragu yakni sebanyak 3 orang atau 2.1%.

Tabel 4.7.
Pengukuran kinerja sebaiknya hanya mengukur kinerja yang strategis (key
performance indicators), bukan menekankan tingkat komprehensif dan
birokratis atas kinerja yang disusun
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 24 17.1% 120
Setuju 73 52.1% 292
Ragu 29 20.7% 87
Tidak Setuju 13 9.3% 26
Sangat Tidak Setuju 1 0.7% 1
Total 140 100% 526
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai


“Mengukur Kinerja yang Strategis (key performance indicators)”. Mayoritas
responden menjawab setuju sebanyak 73 orang atau 52.1%, sedangkan yang
paling sedikit adalah responden yang menjawab sangat tidak setuju yakni
sebanyak 1 orang atau 0.7%

b. Indikator Penghargaan dan Hukuman (Reward and Punishment)


Untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan Penghargaan
dan Hukuman (Reward and Punishment), maka dilakukan dengan menghitung
jumlah sebaran jawaban responden penelitian atas item pernyataan Penghargaan
dan Hukuman (Reward and Punishment). Hasil skor tanggapan responden untuk

80
indikator Penghargaan dan Hukuman (Reward and Punishment) sebesar 1115.
Persentase tanggapan responden untuk indikator Penghargaan dan Hukuman
diperoleh dari ( 140 ×2 ×5 ) yaitu 1400, sehingga ( 1115:1400 ) × 100 %=79.64 %.
Selanjutnya hasil skor tanggapan responden terhadap Penghargaan dan Hukuman
(Reward and Punishment) diinterpretasikan dalam garis kontinum sebagai berikut:
79.64%

Sangat Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik


Tidak Baik

20% 36% 52% 68% 84% 100%


Melalui jumlah skor tanggapan responden dapat diketahui bahwa
tanggapan responden tehadap 2 butir pernyataan dari indikator Penghargaan dan
Hukuman (Reward and Punishment), responden menilai bahwa Penghargaan dan
Hukuman (Reward and Punishment) termasuk dalam kategori baik. Hal ini
menunjukkan Penghargaan dan Hukuman (Reward and Punishment) merupakan
faktor yang dapat menunjang pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja sudah
baik.
Secara detail, kondisi ini dapat dijelaskan melalui penyajian sebaran
jawaban dari 140 responden untuk 2 item pernyataan indikator Penghargaan dan
Hukuman (Reward and Punishment) sebagai berikut:

Tabel 4.8.
Agar pelaksanaan penganggaran berjalan dengan baik perlu adanya
penerapan insentif atas kinerja yang dicapai dan hukuman atas
kegagalannya
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 36 25.7% 180
Setuju 78 55.7% 312
Ragu 17 12.1% 51

81
Tidak Setuju 6 4.3% 12
Sangat Tidak Setuju 3 2.1% 3
Total 140 100% 558
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)
Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai
“Penerapan Insentif Atas Kinerja yang Dicapai dan Hukuman Atas
Kegagalannya”. Mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 78 orang atau
55.7%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang menjawab sangat
tidak setuju yakni sebanyak 3 orang atau 2.1%.

Tabel 4.9.
Agar pelaksanaan penganggaran berjalan dengan baik perlu adanya
penerapan efisiensi (savings)
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 36 25.7% 180
Setuju 77 55.0% 308
Ragu 17 12.1% 51
Tidak Setuju 8 5.7% 16
Sangat Tidak Setuju 2 1.4% 2
Total 140 100% 557
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai


“Penerapan Efisiensi (savings)”. Mayoritas responden menjawab setuju sebanyak
77 orang atau 55.0%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang
menjawab sangat tidak setuju yakni sebanyak 2 orang atau 1.4%.

82
c. Indikator Kontrak Kinerja
Untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan Kontrak Kinerja,
maka dilakukan dengan menghitung jumlah sebaran jawaban responden penelitian
atas item pernyataan Kontrak Kinerja. Hasil skor tanggapan responden untuk
indikator Kontrak Kinerja sebesar 563. Persentase tanggapan responden untuk
indikator Kontrak Kinerja diperoleh dari ( 140 ×1 ×5 ) yaitu 700, sehingga
( 563 : 700 ) × 100 %=80.43 %. Selanjutnya hasil skor tanggapan responden
terhadap Kontrak Kinerja diinterpretasikan dalam garis kontinum sebagai berikut:
80.43%

Sangat Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik


Tidak Baik

20% 36% 52% 68% 84% 100%

Melalui jumlah skor tanggapan responden dapat diketahui bahwa


tanggapan responden tehadap 1 butir pernyataan dari indikator Kontrak Kinerja,
responden menilai bahwa Kontrak Kinerja termasuk dalam kategori baik. Hal ini
menunjukkan Kontrak Kinerja merupakan faktor yang dapat menunjang
pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja sudah baik.
Secara detail, kondisi ini dapat dijelaskan melalui penyajian sebaran
jawaban dari 140 responden untuk 1 item pernyataan indikator Kontrak Kinerja
sebagai berikut:

Tabel 4.10.
Adanya definisi yang jelas terhadap pelayanan yang dikontrakkan
dalam penganggaran
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 26 18.6% 130
Setuju 92 65.7% 368
Ragu 21 15% 63
Tidak Setuju 1 0.7% 2

83
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 563
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai “Definisi


yang Jelas Terhadap Pelayanan yang Dikontrakkan”. Mayoritas responden
menjawab setuju sebanyak 92 orang atau 65.7%, sedangkan yang paling sedikit
adalah responden yang menjawab tidak setuju yakni sebanyak 1 orang atau 0.7%.
d. Indikator Kontrol Eksternal dan Internal
Untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan Kontrol
Eksternal dan Internal, maka dilakukan dengan menghitung jumlah sebaran
jawaban responden penelitian atas item pernyataan Kontrol Eksternal dan Internal.
Hasil skor tanggapan responden untuk indikator Kontrol Eksternal dan Internal
sebesar 1185. Persentase tanggapan responden untuk indikator Kontrak Kinerja
diperoleh dari ( 140 ×2 ×5 ) yaitu 1400, sehingga ( 1185 :1400 ) ×100 %=84.64 %.
Selanjutnya hasil skor tanggapan responden terhadap Kontrol Eksternal dan
Internal diinterpretasikan dalam garis kontinum sebagai berikut:
84.64%

Sangat Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik


Tidak Baik

20% 36% 52% 68% 84% 100%

Melalui jumlah skor tanggapan responden dapat diketahui bahwa


tanggapan responden tehadap 2 butir pernyataan dari indikator Kontrol Eksternal
dan Internal, responden menilai bahwa Kontrol Eksternal dan Internal termasuk
dalam kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan efektifnya Kontrol Eksternal
dan Internal yang memenuhi syarat diantaranya kontrol dilakukan pada input dan
output serta kontrol dilakukan sebelum dan sesudah anggaran digunakan adalah
sudah sangat baik.

84
Secara detail, kondisi ini dapat dijelaskan melalui penyajian sebaran
jawaban dari 140 responden untuk 2 item pernyataan indikator Kontrol Eksternal
dan Internal sebagai berikut:

Tabel 4.11.
Sebaiknya kontrol dilakukan pada input dan output
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 42 30% 210
Setuju 91 65% 364
Ragu 3 2.1% 9
Tidak Setuju 3 2.1% 6
Sangat Tidak Setuju 1 0.7% 1
Total 140 100% 590
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai “Kontrol


Dilakukan pada Input dan Output”. Mayoritas responden menjawab setuju
sebanyak 91 orang atau 65%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden
yang menjawab sangat tidak setuju yakni sebanyak 1 orang atau 0.7%.

Tabel 4.12.
Kontrol dilakukan sebelum dan sesudah anggaran digunakan
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 48 34.3% 240
Setuju 84 60% 336
Ragu 4 2.9% 12
Tidak Setuju 3 2.1% 6
Sangat Tidak Setuju 1 0.7% 1
Total 140 100% 595
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai “Kontrol


Dilakukan Sebelum dan Sesudah Anggaran Digunakan”. Mayoritas responden
menjawab setuju sebanyak 84 orang atau 60%, sedangkan yang paling sedikit

85
adalah responden yang menjawab sangat tidak setuju yakni sebanyak 1 orang atau
0.7%.
e. Indikator Pertanggungjawaban Manajemen
Untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan
Pertanggungjawaban Manajemen, maka dilakukan dengan menghitung jumlah
sebaran jawaban responden penelitian atas item pernyataan Pertanggungjawaban
Manajemen. Hasil skor tanggapan responden untuk indikator Pertanggungjawaban
Manajemen sebesar 1163. Persentase tanggapan responden untuk indikator
Pertanggungjawaban Manajemen diperoleh dari ( 140 ×2 ×5 ) yaitu 1400, sehingga
( 1163 :1400 ) ×100 %=83.07 %. Selanjutnya hasil skor tanggapan responden
terhadap Pertanggungjawaban Manajemen diinterpretasikan dalam garis kontinum
sebagai berikut: 83.07%

Sangat Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik


Tidak Baik

20% 36% 52% 68% 84% 100%

Melalui jumlah skor tanggapan responden dapat diketahui bahwa


tanggapan responden tehadap 2 butir pernyataan dari indikator
Pertanggungjawaban Manajemen, responden menilai bahwa Pertanggungjawaban
Manajemen termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan
Pertanggungjawaban Manajemen sudah dilakukan dengan baik dalam
mewujudkan akuntabilitas yaitu manajer pengguna anggaran memperoleh
kewenangan penuh untuk merencanakan dan mengelola anggaran mereka.
Secara detail, kondisi ini dapat dijelaskan melalui penyajian sebaran
jawaban dari 140 responden untuk 2 item pernyataan indikator
Pertanggungjawaban Manajemen sebagai berikut:

Tabel 4.13.

86
Pengguna anggaran bertanggung jawab terhadap output baik volume,
waktu pengerjaan maupun kualitasnya
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 43 30.7% 215
Setuju 92 66.7% 368
Ragu 3 2.1% 9
Tidak Setuju 1 0.7% 2
Sangat Tidak Setuju 1 0.7% 1
Total 140 100% 595
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai “Kontrol


Dilakukan pada Output dan Outcome”. Mayoritas responden menjawab setuju
sebanyak 92 orang atau 66.7%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden
yang menjawab sangat tidak setuju yakni sebanyak 1 orang atau 0.7%.

Tabel 4.14.
Pengguna anggaran diberikan kebebasan untuk melakukan dan
mengekspresikan profesionalitas mereka dengan optimal
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 31 22.1% 155
Setuju 87 62.1% 438
Ragu 19 13.6% 57
Tidak Setuju 3 2.1% 6
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 566
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai “Adanya


Kebebasan Bagi Manajer”. Mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 87
orang atau 62.1%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang
menjawab tidak setuju yakni sebanyak 3 orang atau 2.1%.

87
4.2.2.2. Sistem Pelaporan Keuangan (X2) di Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung
Dari 140 responden yang mengembalikan kuesioner diperoleh jawaban
mengenai Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (X2) sebagai berikut :

Tabel 4.15.
Tanggapan Responden Terhadap Sistem Pelaporan Keuangan (X2)
Jumlah
Nomor Pilihan Jawaban
Indikator Skor
Instrumen
SS S R TS STS
Laporan Keuangan
1 41 85 7 7 0 580
dibuat sesuai SAP

Menerbitkan
laporan keuangan 2 26 67 28 19 0 520
Pemda
Total 67 152 35 26 0 1100
Rata-Rata 34 76 17 13 0  
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Hasil skor tanggapan responden untuk variabel Sistem Pelaporan


Keuangan sebesar 1100. Persentase tanggapan responden untuk variabel Sistem
Pelaporan Keuangan diperoleh dari ( 140 ×2 ×5 ) yaitu 1400, sehingga
( 1100 :1400 ) ×100 %=78.57 %. Selanjutnya hasil skor tanggapan responden
terhadap Sistem Pelaporan Keuangan diinterpretasikan dalam garis kontinum
sebagai berikut: 78.57%

Sangat Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

88
Tidak Baik

20% 36% 52% 68% 84% 100%


Melalui jumlah skor tanggapan responden dapat diketahui bahwa
tanggapan responden mengenai Sistem Pelaporan Keuangan (X2) termasuk dalam
kategori baik. Hal ini bisa dilihat dari mayoritas responden menjawab setuju
sebesar 60.7% untuk indikator Laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dan Pemerintah Daerah dibuat sesuai dengan SAP (Standar Akuntansi
Pemerintahan), dengan demikian proses pembuatan laporan keuangan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sudah sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang berlaku yaitu PP No.71 tahun 2010 dengan menerapkan
metode accrual basis terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Catatan
atas Laporan Keuangan, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas,
sedangkan untuk indikator Instansi menerbitkan Laporan Keuangan ke publik
sudah dilakukan dengan baik, hal ini bisa dilihat dari mayoritas responden
menjawab setuju sebesar 47.9%, dengan demikian SKPD Se-Kabupaten Bandung
telah menerbitkan Laporan Keuangannya masing-masing agar dapat dilihat oleh
publik.
Adapun penjelasan lebih detail mengenai setiap indikator dalam Sistem
Pelaporan Keuangan yang terdiri dari 2 item pernyataan dijabarkan sebagai
berikut:

Tabel 4.16.
Laporan keuangan SKPD dan Pemda yang dibuat sesuai dengan SAP
yang terdiri dari LRA, Neraca, Catatan atas Laporan Keuangan,
Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 41 29.3% 205
Setuju 85 60.7% 340
Ragu 7 5% 21
Tidak Setuju 7 5% 14
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0

89
Total 140 100% 580
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai “Laporan


keuangan SKPD dan Pemda yang dibuat sesuai dengan SAP yang terdiri dari
LRA, Neraca, Catatan atas Laporan Keuangan, Laporan Operasional, dan Laporan
Perubahan Ekuitas”. Mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 85 orang
atau 60.7%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang menjawab
tidak setuju yakni sebanyak 7 orang atau 5%.

Tabel 4.17.
Instansi menerbitkan laporan keuangan dan mempublikasikan ke publik
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 26 18.6% 130
Setuju 67 47.9% 268
Ragu 28 20% 84
Tidak Setuju 19 13.6% 38
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 520
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai “Instansi


menerbitkan laporan keuangan dan mempublikasikan ke publik”. Mayoritas
responden menjawab setuju sebanyak 67 orang atau 47.9%, sedangkan yang
paling sedikit adalah responden yang menjawab tidak setuju yakni sebanyak 19
orang atau 13.6%.

4.2.2.3. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten


Bandung (Y)
Dari 140 responden yang mengembalikan kuesioner diperoleh jawaban
mengenai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Y) sebagai berikut :

90
Tabel 4.18.
Tanggapan Responden Terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Y)
Jumlah
Nomor Pilihan Jawaban
Indikator Skor
Instrumen
SS S R TS STS
1 40 94 5 1 0 593
Penyusunan
2 56 80 4 0 0 612
Rencana
3 48 91 1 0 0 607
Strategik
4 45 94 1 0 0 604
Pengukuran 5 40 92 8 0 0 592
Kinerja 6 37 95 7 1 0 588
Pelaporan
7 48 92 0 0 0 608
Kinerja
Pemanfaatan 8 32 101 7 0 0 585
Informasi
Kinerja 9 36 82 15 6 1 566
Total 382 821 48 8 1 5355
Rata-Rata 42 91 5 1 1  
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Hasil skor tanggapan responden untuk variabel Akuntabilitas Kinerja


Instansi Pemerintah sebesar 5355. Persentase tanggapan responden untuk variabel
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah diperoleh dari ( 140 ×9 ×5 ) yaitu 6300,
sehingga ( 5355 :6300 ) × 100 %=85 %. Selanjutnya hasil skor tanggapan responden
terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah diinterpretasikan dalam garis
kontinum sebagai berikut:
85%

Sangat Tidak Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik


Baik

20% 36% 52% 68% 84% 100%


Melalui jumlah skor tanggapan responden dapat diketahui bahwa
tanggapan responden tehadap 9 butir pernyataan dari 4 indikator yaitu
penyusunan rencana strategik, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja dan

91
pemanfaatan informasi kinerja yang diajukan mengenai Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (Y) termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini bisa dilihat
berdasarkan hasil indikator Penyusunan rencana strategik yang dinilai sangat baik
sebesar 86.29%, nilai tersebut diperoleh dari adanya keterkaitan yang erat antara
pencapaian kinerja dengan program dan kebijakan, kejelasan sasaran anggaran
suatu program sudah dimengerti oleh semua aparat dan pemimpin, visi dan misi
program telah ditetapkan sesuai rencana strategik organisasi, serta indikator
kinerja telah ditetapkan untuk setiap kegiatan atau program. Selain itu, bila dilihat
dari indikator Pengukuran Kinerja juga telah dinilai sangat baik sebesar 84.29%,
nilai tersebut diperoleh dari dilakukannya pengecekan terhadap jalannya program,
dan pelaksanaan kegiatan telah dikontrol dengan ukuran atau indiktor kinerja yang
jelas untuk menilai tingkat keberhasilan suatu kegiatan atau program. Tanggapan
responden berikutnya berasal dari indikator Pelaporan Kinerja dinilai sangat baik
sebesar 86.86%, nilai tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden mengenai
telah dibuatnya laporan kepada atasan untuk setiap kegiatan atau program yang
telah dilaksanakan. Sedangkan tanggapan responden responden yang terakhir
berasal dari indikator Pemanfaatan Informasi Kinerja dinilai baik sebesar 82.21%,
nilai tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden mengenai LAKIP
(Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) telah digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam merencanakan program atau kegiatan selanjutnya dan
diterbitkan sesuai dengan waktu yang yang ditentukan, serta kegiatan atau
program yang disusun telah mengakomodir setiap perubahan dan tuntutan yang
ada di masyarakat.
Adapun penjelasan lebih detail dari setiap indikator dalam Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (Y) dijabarkan sebagai berikut:
a. Indikator Penyusunan Rencana Stratejik (Renstra)
Untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan Penyusunan
Rencana Stratejik (Renstra), maka dilakukan dengan menghitung jumlah sebaran
jawaban responden penelitian atas item pernyataan Penyusunan Rencana Stratejik
(Renstra). Hasil skor tanggapan responden untuk indikator Penyusunan Rencana
Stratejik (Renstra) sebesar 2416. Persentase tanggapan responden untuk sub

92

86.29%
variabel Penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) diperoleh dari ( 140 × 4 ×5 ) yaitu
2800, sehingga ( 2416 :2800 ) ×100 %=86.29 %. Selanjutnya hasil skor tanggapan
responden terhadap Penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) diinterpretasikan
dalam garis kontinum sebagai berikut:

Sangat Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik


Tidak Baik

20% 36% 52% 68% 84% 100%

Melalui jumlah skor tanggapan responden dapat diketahui bahwa


tanggapan responden tehadap 4 butir pernyataan dari indikator Penyusunan
Rencana Stratejik (Renstra), responden menilai bahwa Penyusunan Rencana
Stratejik (Renstra) termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan
Penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) merupakan tolak ukur yang digunakan
pemerintahan dalam penilaian kinerja untuk suatu periode tertentu sudah
dilakukan dengan sangat baik
Secara detail, kondisi ini dapat dijelaskan melalui penyajian sebaran
jawaban dari 140 responden untuk 4 item pernyataan indikator Penyusunan
Rencana Stratejik (Renstra) sebagai berikut:

Tabel 4.19.
Adanya keterkaitan yang erat antara pencapaian kinerja dengan program
dan kebijakan
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 40 28.6% 200
Setuju 94 67.1% 376
Ragu 5 3.6% 15
Tidak Setuju 1 0.7% 2
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 593
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

93
Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai “Adanya
Keterkaitan yang Erat Antara Pencapaian Kinerja dengan Program dan
Kebijakan”. Mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 94 orang atau
67.1%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang menjawab tidak
setuju yakni sebanyak 1 orang atau 0.7%.

Tabel 4.20.
Kejelasan sasaran anggaran suatu program harus dimengerti oleh semua
aparat dan pemimpin
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 56 40% 280
Setuju 80 57.1% 320
Ragu 4 2.9% 12
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 612
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai “Kejelasan


Sasaran Anggaran Suatu Program Harus Dimengerti Oleh Semua Aparat dan
Pemimpin”. Mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 80 orang atau
57.1%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang menjawab ragu
yakni sebanyak 4 orang atau 2.9%.

Tabel 4.21.
Visi dan misi program perlu ditetapkan sesuai rencana strategik organisasi
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 48 34.3% 240
Setuju 91 65% 364

94
Ragu 1 0.7% 3
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 607
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai “Visi dan


Misi Program Perlu Ditetapkan Sesuai Rencana Strategik Organisasi”. Mayoritas
responden menjawab setuju sebanyak 91 orang atau 65%, sedangkan yang paling
sedikit adalah responden yang menjawab ragu yakni sebanyak 1 orang atau 0.7%.

Tabel 4.22.
Indikator kinerja perlu ditetapkan untuk setiap kegiatan atau program
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 45 32.1% 225
Setuju 94 67.1% 376
Ragu 1 0.7% 3
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 604
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai “Indikator


Kinerja Perlu Ditetapkan Untuk Setiap Kegiatan atau Program”. Mayoritas
responden menjawab setuju sebanyak 94 orang atau 67.1%, sedangkan yang
paling sedikit adalah responden yang menjawab ragu yakni sebanyak 1 orang atau
0.7%.
b. Indikator Pengukuran Kinerja
Untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan Pengukuran
Kinerja, maka dilakukan dengan menghitung jumlah sebaran jawaban responden
penelitian atas item pernyataan Pengukuran Kinerja. Hasil skor tanggapan
responden untuk indikator Pengukuran Kinerja sebesar 1180. Persentase
tanggapan responden untuk indikator Pengukuran Kinerja diperoleh dari
( 140 ×2 ×5 ) yaitu 1400, sehingga ( 1180 :1400 ) ×100 %=84.29 %. Selanjutnya

95
hasil skor tanggapan responden terhadap Pengukuran Kinerja diinterpretasikan
dalam garis kontinum sebagai berikut:

84.29%

Sangat Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik


Tidak Baik

20% 36% 52% 68% 84% 100%

Melalui jumlah skor tanggapan responden dapat diketahui bahwa


tanggapan responden tehadap 2 butir pernyataan dari indikator Pengukuran
Kinerja, responden menilai bahwa Pengukuran Kinerja termasuk dalam kategori
sangat baik. Hal ini menunjukkan Pengukuran Kinerja sudah dilakukan dengan
sangat baik karena instansi pemerintah telah mengembangkan sistem
pengumpulan data kinerja, yaitu tatanan, instrumen, dan metode pengumpulan
data kinerja.
Secara detail, kondisi ini dapat dijelaskan melalui penyajian sebaran
jawaban dari 140 responden untuk 2 item pernyataan indikator Pengukuran
Kinerja sebagai berikut:

Tabel 4.23.
Melakukan pengecekan terhadap jalannya program
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 40 28.6% 200
Setuju 92 65.7% 368
Ragu 8 5.7% 24
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 592

96
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai


“Pengecekan Terhadap Jalannya Program”. Mayoritas responden menjawab setuju
sebanyak 92 orang atau 65.7%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden
yang menjawab ragu yakni sebanyak 8 orang atau 5.7%.

Tabel 4.24.
Pelaksanaan kegiatan telah dikontrol dengan ukuran atau indikator kinerja
yang jelas untuk menilai tingkat keberhasilan suatu kegiatan atau program
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 37 26.4% 185
Setuju 95 67.9% 380
Ragu 7 5% 21
Tidak Setuju 1 0.7% 2
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 588
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai


“Pelaksanaan Kegiatan Telah Dikontrol Dengan Ukuran atau Indikator Kinerja
Yang Jelas Untuk Menilai Tingkat Keberhasilan Suatu Kegiatan atau Program”.
Mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 95 orang atau 67.9%, sedangkan
yang paling sedikit adalah responden yang menjawab ragu yakni sebanyak 1
orang atau 0.7%.
c. Indikator Pelaporan Kinerja
Untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan Pelaporan
Kinerja, maka dilakukan dengan menghitung jumlah sebaran jawaban responden
penelitian atas item pernyataan Pelaporan Kinerja. Hasil skor tanggapan
responden untuk indikator Pelaporan Kinerja sebesar 608. Persentase tanggapan
responden untuk indikator Pelaporan Kinerja diperoleh dari ( 140 ×1 ×5 ) yaitu
700, sehingga ( 608 :700 ) ×100 %=86.86 %. Selanjutnya hasil skor tanggapan

97
responden terhadap Pengukuran Kinerja diinterpretasikan dalam garis kontinum
sebagai berikut:

86.86%

Sangat Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik


Tidak Baik

20% 36% 52% 68% 84% 100%

Melalui jumlah skor tanggapan responden dapat diketahui bahwa


tanggapan responden tehadap 1 butir pernyataan dari indikator Pelaporan Kinerja,
responden menilai bahwa Pelaporan Kinerja termasuk dalam kategori sangat baik.
Hal ini menunjukkan Pelaporan Kinerja sudah dilakukan dengan sangat baik
karena pada akhir periode, capaian kinerja tersebut dilaporkan kepada pihak yang
berkepentingan atau yang meminta dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP).
Secara detail, kondisi ini dapat dijelaskan melalui penyajian sebaran
jawaban dari 140 responden untuk 1 item pernyataan indikator Pelaporan Kinerja
sebagai berikut:

Tabel 4.25.
Membuat laporan kepada atasan setiap kegiatan atau program yang telah
dilaksanakan
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 48 34.3% 240
Setuju 92 65.7% 368
Ragu 0 0% 0
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0

98
Total 140 100% 608
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai


“Membuat Laporan Kepada Atasan Setiap Kegiatan atau Program yang Telah
Dilaksanakan”. Mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 92 orang atau
65.7%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang menjawab sangat
setuju yakni sebanyak 48 orang atau 34.3%.
d. Indikator Pemanfaatan Informasi Kinerja
Untuk mengetahui hasil penelitian yang berkaitan dengan Pemanfaatan
Informasi Kinerja, maka dilakukan dengan menghitung jumlah sebaran jawaban
responden penelitian atas item pernyataan Pemanfaatan Informasi Kinerja. Hasil
skor tanggapan responden untuk indikator Pemanfaatan Informasi Kinerja sebesar
1151. Persentase tanggapan responden untuk indikator Pemanfaatan Informasi
Kinerja diperoleh dari ( 140 ×2 ×5 ) yaitu 1400, sehingga
( 1151 :1400 ) ×100 %=82.21 %. Selanjutnya hasil skor tanggapan responden
terhadap Pemanfaatan Informasi Kinerja diinterpretasikan dalam garis kontinum
sebagai berikut: 82.21%

Sangat Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik


Tidak Baik

20% 36% 52% 68% 84% 100%

Melalui jumlah skor tanggapan responden dapat diketahui bahwa


tanggapan responden tehadap 2 butir pernyataan dari indikator Pemanfaatan
Informasi Kinerja, responden menilai bahwa Pemanfaatan Informasi Kinerja
termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan Pemanfaatan Informasi
Kinerja sudah dilakukan dengan baik karena informasi yang termuat dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dimanfaatkan bagi
perbaikan kinerja instansi secara berkesinambungan.

99
Secara detail, kondisi ini dapat dijelaskan melalui penyajian sebaran
jawaban dari 140 responden untuk 2 item pernyataan indikator Pemanfaatan
Informasi Kinerja sebagai berikut:

Tabel 4.26.
LAKIP digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan
program atau kegiatan selanjutnya dan diterbitkan sesuai dengan waktu
yang ditentukan
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 32 22.9% 160
Setuju 101 72.1% 404
Ragu 7 5% 21
Tidak Setuju 0 0% 0
Sangat Tidak Setuju 0 0% 0
Total 140 100% 585
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai “LAKIP


digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program atau
kegiatan selanjutnya dan diterbitkan sesuai dengan waktu yang ditentukan”.
Mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 101 orang atau 72.1%,
sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang menjawab ragu yakni
sebanyak 7 orang atau 5%.

Tabel 4.27.
Kegiatan atau program yang disusun telah mengakomodir setiap perubahan
dan tuntutan yang ada di masyarakat
Frekuens
Tanggapan Responden
i Persentase Jumlah Skor
Sangat Setuju 36 25.7% 180
Setuju 82 58.6% 328
Ragu 15 10.7% 45

100
Tidak Setuju 6 4.3% 12
Sangat Tidak Setuju 1 0.7% 1
Total 140 100% 566
Sumber : Data Primer yang telah diolah (2016)

Tabel diatas merupakan gambaran pendapat responden mengenai


“Kegiatan atau program yang disusun telah mengakomodir setiap perubahan dan
tuntutan yang ada di masyarakat”. Mayoritas responden menjawab setuju
sebanyak 82 orang atau 58.6%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden
yang menjawab sangat tidak setuju yakni sebanyak 1 orang atau 0.7%.

4.2.3. Analisis Regresi Linier Berganda


Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
linear berganda, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh
mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Sebelum ke
analisis regresi linier berganda, ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi yaitu
Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, dan Uji Heteroskedastisitas.

4.2.3.1. Uji Normalitas


Dengan menggunakan program IBM SPSS versi 20.0 diperoleh hasil uji
kolmogorof-smirnof (K-S) satu sampel sebagai berikut :

Tabel 4.28.
Hasil Pengujian Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 140
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 2,07511708
Absolute ,073
Most Extreme
Positive ,073
Differences
Negative -,051
Kolmogorov-Smirnov Z ,866
Asymp. Sig. (2-tailed) ,441

101
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)

Berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov terlihat bahwa nilai signifikansi


sebesar 0.441 lebih besar dari 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal. Dengan demikian maka estimator model yang akan
diperoleh menjadi unbias atau akan mendekati nilai yang sebenarnya dipopulasi.

4.2.3.2. Uji Multikolinieritas

Dengan menggunakan SPSS versi 20.0 diperoleh nilai tolerance dan VIF
sebagai berikut:

Tabel 4.29.
Hasil Pengujian Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

(Constant)
Anggaran Berbasis
1 ,837 1,195
Kinerja
Sistem Pelaporan
,837 1,195
Keuangan
a. Dependent Variable: Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS 20.0, dapat disimpulkan


bahwa tidak terdapat multikolinieritas karena nilai tolerance yang sudah lebih
besar dari 0,1 dan nilai VIF yang kurang dari 10,0. Dengan demikian tidak
terdapat hubungan yang kuat atau tidak berkaitan antara variabel Anggaran
Berbasis Kinerja (X1) dan Sistem Pelaporan Keuangan (X2).

102
4.2.3.3. Uji Heteroskedastisitas
Berikut ini adalah diagram scartterplot dengan menggunakan SPSS Versi
20.0 :

Gambar 4.6.
Diagram Scatterplot Heteroskedastisitas
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa dalam model tidak terdapat
heterokedastisitas karena pada gambar tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menandakan bahwa
dalam model, variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
sama atau konstan. Sehingga asumsi tidak adanya heteroskedastisitas atau adanya
homoskedastisitas sudah terpenuhi untuk persamaan regresi. Dengan demikian
estimator model yang diperoleh akan memberikan hasil yang best atau dapat
dikatakan varians dari residual adalah minimum.

4.2.4. Model Regresi Berganda

103
Dengan menggunakan bantuan aplikasi program SPSS, didapat output
hasil perhitungan regresi linier berganda sebagai berikut:

Tabel 4.30.
Hasil Pengujian Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
B Std. Error

(Constant) 7,748 2,055


Anggaran Berbasis
1 ,601 ,049
Kinerja
Sistem Pelaporan
,367 ,133
Keuangan
a. Dependent Variable: Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)

Berdasarkan output di atas didapat nilai kontstanta dan koefisien regresi


sehingga dapat dibentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = 7.748 + 0.601X1 + 0.367X2
Persamaan di atas dapat diartikan sebagai berikut:
a = 7.748 artinya jika Anggaran Berbasis Kinerja (X1) dan Sistem Pelaporan
Keuangan (X2) bernilai nol maka Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Kabupaten Bandung bernilai 7.748.
b1 = 0.601 artinya jika Anggaran Berbasis Kinerja (X1) meningkat sebesar
satu satuan dan variabel lainnya konstan, maka Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung (Y) akan
meningkat sebesar 0.601.

104
b2 = 0.367 artinya jika Sistem Pelaporan Keuangan (X2) meningkat sebesar
satu satuan dan variabel lainnya konstan, maka variabel
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung (Y)
akan meningkat sebesar 0.367.

4.2.5. Koefisien Korelasi


Dengan bantuan program SPSS Versi 20.0 maka dapat diperoleh nilai
koefiesien korelasi sebagai berikut ini:
Tabel 4.31.
Korelasi r pearson
Correlations

Y X1 X2
**
Y Pearson 1 .740 .506**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000

N 140 140 140

X1 Pearson .740** 1 .495**


Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .001

N 140 140 140

X2 Pearson .506** .495** 1


Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .001

N 140 140 140

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)

105
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS dapat
disimpulkan bahwa koefisien korelasinya untuk variabel Anggaran Berbasis
Kinerja dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung
diperoleh nilai sebesar 0.740 menunjukkan adanya hubungan positif yang kuat
antara Anggaran Berbasis Kinerja dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
Sedangkan untuk variabel Sistem Pelaporan Keuangan dengan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung diperoleh nilai
sebesar 0.506 menunjukkan adanya hubungan positif yang kuat antara Sistem
Pelaporan Keuangan dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung.

4.2.6. Uji Simultan (Uji F)


Hasil pengujian hipotesis secara simultan menggunakan SPSS 20.0 adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.32.
Hasil Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 981,701 2 490,850 112,349 ,000b
1 Residual 598,549 137 4,369
Total 1580,250 139
a. Dependent Variable: Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
b. Predictors: (Constant), Sistem Pelaporan Keuangan, Anggaran Berbasis
Kinerja
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)

Berdasarkan output di atas didapat nilai Fhitung sebesar 112.349 dengan p-


value sebesar 0.000 dengan alpha = 0.05 serta derajat kebebasan v 1 = n - (k+1) =
140 - (2+1) = 137 dan v2 = k = 2, maka didapat Ftabel = 3.0622. Dikarenakan nilai
Fhitung lebih besar dari Ftabel (112.349 > 3.0622), maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

106
Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Pelaporan Keuangan terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung.

4.2.7. Analisis Koefisien Korelasi Berganda Dan Koefisien Determinasi


Untuk mengetahui koefisien korelasi berganda SPSS didapat output hasil
estimasi koefisien korelasi sebagai berikut :

Tabel 4.33.
Korelasi Berganda dan Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Mode R R Adjuste Std. Change Durbin


l Squar dR Error of Statistic -
e Square the s Watson
Estimat Sig. F
e Change
,
1 a ,621 ,616 2,09021 ,000 1,916
788
a. Predictors: (Constant), Sistem Pelaporan Keuangan, Anggaran Berbasis
Kinerja
b. Dependent Variable: Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai R= 0.788, nilai ini


menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel bebas secara simultan
dengan variabel terikat, dimana koefisien korelasi tersebut berada pada rentang
0,60 – 0.799.
Setelah diketahui nilai R sebesar 0.788, selanjutnya koefisien determinasi
dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = R2 X 100%
= (0.788)2 X 100%

107
= 62.1%.

Nilai koefisien determinasi sebesar 62.1% menunjukan bahwa Anggaran


Berbasis Kinerja dan Sistem Pelaporan Keuangan memberikan pengaruh simultan
sebesar 62.1% terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten
Bandung. Sedangkan sisanya sebesar 37.9% dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diamati di dalam penelitian ini.

4.2.8. Uji Parsial (Uji t)


Dengan bantuan program SPSS Versi 20.0 maka dapat diperoleh nilai uji
parsial (uji t) sebagai berikut ini:
Tabel 4.34.
Hasil Pengujian Hipotesis Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 7,748 2,055 3,769 ,000
Anggaran Berbasis
,601 ,049 ,711 12,370 ,000
1 Kinerja
Sistem Pelaporan
,367 ,133 ,158 2,751 ,007
Keuangan
a. Dependent Variable: Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Sumber : Data Primer yang telah diolah SPSS 20.0 (2016)

Tingkat signifikansi (df ) sebesar 5% dan derajat kebebasan (v) = n - (k+1)


= 140 - (2+1) = 137 didapati nilai t tabel dari nilai ttabel distribusi t sebesar 1.9774.
Untuk memudahkan memahami kriteria pengujian, maka nilai thitung dan ttabel
dibandingkan.
Berdasarkan hasil perhitungan untuk hipotesis pertama yaitu variabel
Anggaran Berbasis Kinerja diperoleh bahwa nilai t hitung sebesar 12.370 dengan ttabel
sebesar 1.9774 sehingga karena nilai thitung > dari ttabel yaitu 12.370 > 1.9774
sehingga Ho ditolak yang artinya bahwa secara parsial variabel Anggaran Berbasis

108
Kinerja berpengaruh signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Kabupaten Bandung.
Berdasarkan hasil diatas untuk hipotesis kedua yaitu variabel Sistem
Pelaporan Keuangan diperoleh bahwa nilai thitung sebesar 2.751 dengan ttabel sebesar
1.97743 sehingga karena nilai thitung > ttabel yaitu 2.751 > 1.9774 sehingga H o ditolak
yang artinya bahwa secara parsial variabel Sistem Pelaporan Keuangan
berpengaruh signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung.

4.3. Pembahasan
4.3.1. Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial seperti yang ditunjukkan pada


Tabel 4.33 diperoleh nilai thitung > ttabel yaitu 12.370 > 1.9774 dengan tingkat
signifikansi yaitu 0.000 < 0.05 sehingga Ho ditolak yang berarti secara parsial
variabel Anggaran Berbasis Kinerja berpengaruh positif signifikan terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung, artinya semakin
baik Anggaran Berbasis Kinerja maka semakin baik pula Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung. Hal ini ditunjang pula oleh penjelasan
dari hasil pengujian statistik deskriptif dimana rata-rata mayoritas responden
sebesar 80 orang memilih setuju dengan skor rata-rata persentase mengenai
tanggapan responden tentang Anggaran Berbasis Kinerja sebesar 83.56% (pada
kategori baik), yang berarti Anggaran Berbasis Kinerja sudah dilakukan dengan
baik oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Se-Kabupaten Bandung. Hal ini
bisa dlihat berdasarkan hasil indikator Pengukuran Kinerja yang dinilai sangat
baik sebesar 86.07%, nilai tersebut diperoleh dari penyajian pencapaian program
dan kegiatan sudah jelas, pembiayaan dari masing-masing program yang sudah
dapat ditentukan sendiri, sistem informasi sudah mampu menghasilkan informasi
yang memadai, serta pengukuran kinerja diukur baik berdasarkan kinerja yang
strategis menggunakan key performance indicators. Selain itu, bila dilihat dari
indikator Penghargaan dan Hukuman juga telah dinilai baik sebesar 79.64%, nilai

109
tersebut diperoleh dari penerapan insentif atas kinerja dan hukuman atas
kegagalan yang telah tercapai serta penerapan efisiensi (savings) telah diterapkan.
Untuk indikator Kontrak Kinerja dinilai baik sebesar 80.43%, nilai tersebut
diperoleh dari adanya definisi yang jelas terhadap pelayanan yang dikontrakan
dalam penganggaran. Tanggapan responden berikutnya berasal dari indikator
kontrol eksternal dan internal yang mepunyai nilai sangat baik sebesar 84.64%,
nilai tersebut diperoleh dari hasil kontrol input dan output. Kontrol dilakukan
sebelum dan sesudah anggaran digunakan. Tanggapan responden responden yang
terakhir berasal dari indikator pertanggungjawaban manajemen yang dinilai baik
sebesar 83.07%, nilai tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden mengenai
pengguna anggaran telah bertanggungjawab terhadap output baik volume, waktu
pengerjaan maupun kualitasnya, serta diberikan kebebasan untuk melakukan dan
mengekspresikan profesionalitas mereka dengan optimal.
Sedangkan pada skor rata-rata persentase mengenai tanggapan responden
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung sebesar
85% (pada kategori sangat baik) dengan rata-rata mayoritas responden sebesar 91
orang memilih setuju, yang berarti Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung sudah dilakukan sangat baik oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Se-Kabupaten Bandung. Hal ini bisa dilihat berdasarkan hasil
indikator Penyusunan rencana strategik yang dinilai sangat baik sebesar 86.29%,
nilai tersebut diperoleh dari adanya keterkaitan yang erat antara pencapaian
kinerja dengan program dan kebijakan, kejelasan sasaran anggaran suatu program
sudah dimengerti oleh semua aparat dan pemimpin, visi dan misi program telah
ditetapkan sesuai rencana strategik organisasi, serta indikator kinerja telah
ditetapkan untuk setiap kegiatan atau program. Selain itu, bila dilihat dari
indikator Pengukuran Kinerja juga telah dinilai sangat baik sebesar 84.29%, nilai
tersebut diperoleh dari dilakukannya pengecekan terhadap jalannya program, dan
pelaksanaan kegiatan telah dikontrol dengan ukuran atau indiktor kinerja yang
jelas untuk menilai tingkat keberhasilan suatu kegiatan atau program. Tanggapan
responden berikutnya berasal dari indikator Pelaporan Kinerja dinilai sangat baik
sebesar 86.86%, nilai tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden mengenai

110
telah dibuatnya laporan kepada atasan untuk setiap kegiatan atau program yang
telah dilaksanakan. Sedangkan tanggapan responden responden yang terakhir
berasal dari indikator Pemanfaatan Informasi Kinerja dinilai baik sebesar 82.21%,
nilai tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden mengenai LAKIP
(Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) telah digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam merencanakan program atau kegiatan selanjutnya dan
diterbitkan sesuai dengan waktu yang yang ditentukan, serta kegiatan atau
program yang disusun telah mengakomodir setiap perubahan dan tuntutan yang
ada di masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh signifikan dengan arah yang
positif antara Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Kabupaten Bandung. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan Suriani (2014) bahwa Anggaran Berbasis Kinerja
berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung.

4.3.2. Pengaruh Sistem Pelaporan Keuangan terhadap Akuntabilitas


Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 4.33 diperoleh nilai thitung > ttabel yaitu 2.751 > 1.9774 dengan tingkat
signifikansi yaitu 0.007 < 0.05 sehingga Ho ditolak yang berarti secara parsial
variabel Sistem Pelaporan Keuangan berpengaruh signifikan terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung, artinya semakin
baik Sistem Pelaporan Keuangan maka semakin baik pula Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung. Hal ini ditunjang pula oleh penjelasan
dari hasil pengujian statistik deskriptif dimana rata-rata mayoritas responden
sebesar 76 orang memilih setuju dengan skor rata-rata persentase mengenai
tanggapan responden tentang Sistem Pelaporan Keuangan sebesar 78.57% (pada
kategori baik), yang berarti Sistem Pelaporan Keuangan sudah dilakukan dengan
baik oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Se-Kabupaten Bandung. Hal ini
bisa dilihat dari mayoritas responden menjawab setuju sebesar 60.7% untuk

111
indikator Laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan
Pemerintah Daerah dibuat sesuai dengan SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan),
dengan demikian proses pembuatan laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
yang berlaku yaitu PP No.71 tahun 2010 dengan menerapkan metode accrual
basis terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Catatan atas Laporan
Keuangan, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas, sedangkan
untuk indikator Instansi menerbitkan Laporan Keuangan ke publik sudah
dilakukan dengan baik, hal ini bisa dilihat dari mayoritas responden menjawab
setuju sebesar 47.9%, dengan demikian SKPD Se-Kabupaten Bandung telah
menerbitkan Laporan Keuangannya masing-masing agar dapat dilihat oleh publik.
Sedangkan pada skor rata-rata persentase mengenai tanggapan responden
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung sebesar
85% (pada kategori sangat baik) dengan rata-rata mayoritas responden sebesar 91
orang memilih setuju, yang berarti Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung sudah dilakukan sangat baik oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Se-Kabupaten Bandung. Hal ini bisa dilihat berdasarkan hasil
indikator Penyusunan rencana strategik yang dinilai sangat baik sebesar 86.29%,
nilai tersebut diperoleh dari adanya keterkaitan yang erat antara pencapaian
kinerja dengan program dan kebijakan, kejelasan sasaran anggaran suatu program
sudah dimengerti oleh semua aparat dan pemimpin, visi dan misi program telah
ditetapkan sesuai rencana strategik organisasi, serta indikator kinerja telah
ditetapkan untuk setiap kegiatan atau program. Selain itu, bila dilihat dari
indikator Pengukuran Kinerja juga telah dinilai sangat baik sebesar 84.29%, nilai
tersebut diperoleh dari dilakukannya pengecekan terhadap jalannya program, dan
pelaksanaan kegiatan telah dikontrol dengan ukuran atau indiktor kinerja yang
jelas untuk menilai tingkat keberhasilan suatu kegiatan atau program. Tanggapan
responden berikutnya berasal dari indikator Pelaporan Kinerja dinilai sangat baik
sebesar 86.86%, nilai tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden mengenai
telah dibuatnya laporan kepada atasan untuk setiap kegiatan atau program yang
telah dilaksanakan. Sedangkan tanggapan responden responden yang terakhir

112
berasal dari indikator Pemanfaatan Informasi Kinerja dinilai baik sebesar 82.21%,
nilai tersebut diperoleh dari hasil tanggapan responden mengenai LAKIP
(Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) telah digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam merencanakan program atau kegiatan selanjutnya dan
diterbitkan sesuai dengan waktu yang yang ditentukan, serta kegiatan atau
program yang disusun telah mengakomodir setiap perubahan dan tuntutan yang
ada di masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh signifikan dengan arah yang


positif antara Sistem Pelaporan Keuangan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Kabupaten Bandung. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan Yulianti (2014) bahwa Sistem Pelaporan
Keuangan berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung.

4.3.3. Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Pelaporan


Keuangan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung
Berdasarkan hasil pengujian secara simultan seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 4.34 diperoleh nilai Fhitung > Ftabel yaitu 112.349 > 3.0622 dengan tingkat
signifikansi yaitu 0.000 < 0.05 sehingga Ho ditolak yang berarti secara simultan
variabel Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Pelaporan Keuangan berpengaruh
signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten
Bandung, artinya semakin baik Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Pelaporan
Keuangan maka semakin baik pula Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung. Hal ini ditunjang pula oleh penjelasan dari hasil pengujian
statistik deskriptif yaitu rata-rata mayoritas responden sebesar 80 orang memilih
setuju dengan skor rata-rata persentase mengenai tanggapan responden tentang
Anggaran Berbasis Kinerja sebesar 83.56% (pada kategori baik), yang berarti
Anggaran Berbasis Kinerja bila dilihat berdasarkan hasil indikator Pengukuran
Kinerja, Penghargaan dan Hukuman, Kontrak Kinerja, Kontrol Eksternal dan

113
Internal, serta Pertanggungjawaban Manajemen sudah dilakukan dengan baik oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Se-Kabupaten Bandung.
Untuk skor rata-rata persentase mengenai tanggapan responden tentang
Sistem Pelaporan Keuangan sebesar 78.57% (pada kategori baik) dengan rata-rata
mayoritas responden sebesar 76 orang memilih setuju, yang berarti Sistem
Pelaporan Keuangan bila dilihat dari Laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan Pemerintah Daerah dibuat sesuai dengan SAP (Standar
Akuntansi Pemerintahan) serta Instansi menerbitkan Laporan Keuangan ke publik
sudah dilakukan dengan baik oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Se-
Kabupaten Bandung.
Sedangkan pada skor rata-rata persentase mengenai tanggapan responden
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung sebesar
85% (pada kategori sangat baik) dengan rata-rata mayoritas responden sebesar 91
orang memilih setuju, yang berarti Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kabupaten Bandung bila dilihat berdasarkan hasil indikator Penyusunan rencana
strategik, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Pemanfaatan Informasi
Kinerja sudah dilakukan sangat baik oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Se-Kabupaten Bandung.
Dapat disimpulkan bahwa Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem
Pelaporan Keuangan secara simultan berpengaruh signifikan dengan arah yang
positif terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Suriani
(2014) bahwa Anggaran Berbasis Kinerja berpengaruh positif terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung dan Yulianti
(2014) bahwa Sistem Pelaporan Keuangan berpengaruh positif terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Bandung.

114

Anda mungkin juga menyukai