Anda di halaman 1dari 18

“PENGARUH ANGGARAN BERBASIS KINERJA DAN SISTEM

PELAPORAN KEUANGAN TERHADAP AKUNTANBILITAS KINERJA


INSTANSI PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH”

DISUSUN
O
L
E
H

LAURA WAHDATUL (197017003)

Kelas : Par2A

Metodologi Penelitian

Dosen Pengasuh : Prof.Erlina,SE,M.Si,Ph.D,Ak,CA

MAGISTER S2 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
1. JUDUL : Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Pelaporan
Keuangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kota Banda Aceh
2. LATAR BELAKANG :
a. Berdasarkan evaluasi pertanggungjawaban kinerja pemerintah kota Banda Aceh
selama 2019 menunjukkan tidak semua SKPD dapat mencapai kinerjanya hingga
100%. Hal ini terlihat bahwa hanya dua SKPD yang mencapai kinerjanya hingga
100% yaitu Kantor BAPPEDA Kota Banda Aceh dan Kantor Sekretariat Kota
Banda Aceh, sedangkan lima SKPD hanya mampu mencapai kinerjanya antara
60% hingga 90%. Berdasarkan permasalahan yang dapat diketahui bahwa
rendahnya kinerja mengenai anggaran pada SKPD Kota Banda Aceh, menujukkan
masih belum maksimalnya proses perencanaan, implementasi dan pelaporan pada
penerapan anggaran berbasis kinerja pada SKPD Kota Banda Aceh. Kesalahan
bermula dari perencanaan anggaran yang kurang sesuai dengan kebutuhan,
implementasi anggaran yang memenuhi banyak kendala, atau pelaporan dalam
bentuk laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang masih belum
memaparkan tingkat pencapaian kinerja secara detail sesuai dengan aturan terkait
dan masih banyak format penyampaian laporan akuntanbilitas kinerja instansi
pemerintah yang tidak seragam antar SKPD Kota Banda Aceh (Sumber: Survei
awal SKPD Kota Banda Aceh).
b. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kota Banda Aceh
tahun 2019 menunjukkan bahwa akuntabilitas kinerja Satuan Kinerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang ada di Kota Banda Aceh sesuai yang diharapkan karena
indikator yang dibuat dalam Rencana Kerja memenuhi target sasaran yang
diinginkan (LAKIP Kota Banda Aceh 2019). Hal ini terjadi kesenjangan yaitu
Laporan yang dibuat dalam LAKIP tidak sesuai dengan fenomena yang
diberitakan sebelumnya oleh Survei Awal SKPD Kota Banda Aceh 2019.
c. Anggaran tidak terserap merupakan kinerja yang buruk bagi instansi, disebabkan
oleh penyusunan rencana stratejik yang tidak berorientasi melakukan
pengoptimalan pengeluaran. Akuntabilitas kinerja dapat tercapai dari semakin
maksimalnya penerapan anggaran berbasis kinerja, ditinjau dari baiknya

1
perencanaan anggaran yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan daerah,
persentase realisasi anggaran yang maksimal dan laporan pelaksanaan anggaran
yang akuntabel.
d. Putri (2018) telah meneliti bahwa Anggaran Berbasis Kinerja berpengaruh positif
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
e. Widiawati (2010) telah meneliti yang menunjukkan bahwa implementasi
penganggaran berbasis kinerja tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas Instansi
Pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi.
f. Pemerintah kota Banda Aceh harus mengembalikan kerugian negara sebesar Rp
200 juta yang telah dibelanjakan Dispora Aceh untuk kepentingan pribadi pejabat
dan pegawai. Selain itu, BPK RI juga menyoroti penggelapan biaya pemasangan
sambungan baru di lingkungan PDAM Pemkot Banda Aceh senilai Rp. 638 juta.
Kegagalan pengelolaan keuangan dan aset ini, cermin kegagalan birokrasi dalam
menjalankan fungsinya. Karena, administrasi adalah salah satu hal yang
subtansial.
g. Yulianti (2014) telah meneliti sebelumnya dan menunjukkan hasil bahwa Sistem
Pelaporan berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan paparan dan hasil penelitian sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah Anggaran Berbasis Kinerja berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah?
2. Apakah Sistem Pelaporan Keuangan berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah?
3. Apakah Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Pelaporan Keuangan berpengaruh secara
simultan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah?

2
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mencari bukti empiris dan menganalisis apakah Anggaran Berbasis Kinerja
berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
2. Untuk mencari bukti empiris dan menganalisis apakah Sistem Pelaporan Keuangan
berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
3. Untuk mencari bukti empiris dan menganalisis apakah Anggaran Berbasis Kinerja dan
Sistem Pelaporan Keuangan berpengaruh secara simultan terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam menganalisis mengenai
Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Pelaporan Keuangan terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Kota Banda Aceh.

1.4.2 Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan, serta
evaluasi bagi Instansi Pemerintah untuk perbaikan kinerja pemerintah terutama
pemerintah Kota Banda Aceh dimasa yang akan datang.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu


pengetahuan untuk menambah wawasan dan teori mengenai Akuntantabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah serta dapat dijadikan acuan atau referensi bagi peneliti
selanjutnya.

3
Bab 2. Tinjauan Teori
2.1. Telaah teoritis
2.1.1 Budget Theory
Menurut National Committee on Governmental Accounting (NCGA) yang saat ini
telah diubah menjadi Govermental Accounting Standards Board (GASB)dalam Bastian
(2010 : 191) Anggaran (budget) merupakan rencana operasi keuangan yang mencakup
estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk
membiayainya dalam periode waktu tertentu.

Menurut Rachmat (2010 : 147) Anggaran (budget) adalah hasil dari perencanaan
yang berupa daftar bermacam-macam kegiatan terpadu, menyangkut penerimaan maupun
pengeluaran yang dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka waktu tertentu.

Sedangkan menurut Halim dan Kusufi (2014 : 191) mengartikan anggaran sebagai
dokumen yang berisi estimasi kinerja, baik berupa penerimaan dan pengeluaran, yang
disajikan dalam ukuran moneter yang akan dicapai pada periode waktu tertentu dan
menyertakan data masa lalu sebagai bentuk pengendalian dan penilaian kinerja.

2.2 Telaah Literatur

2.2.1 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Menurut Bastian (2010:88) istilah Akuntabilitas berasal dari istilah bahasa inggris
accountability yang berarti pertangungjawaban atau keadaan untuk dipertanggung jawabkan
atau keadaan untuk diminta pertanggung jawaban. Akuntabilitas kinerja merupakan salah
satu kata kunci bagi terwujudnya good governance dalam pengelolaan organisasi publik.

Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) No.239/IX/6/8/2003


tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
menjelaskan bahwa akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah perwujudan kewajiban
suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik.

4
Berdasarkan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP) yang ditetapkan oleh Kepala Lembaga Administrasi Negara,
pelaksanaan AKIP harus berdasarkan antara lain pada prinsip – prinsip sebagai berikut:
1. Adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yangbersangkutan.
2. Berdasarkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya
secara konsisten dengan peraturan perundangundanganyang berlaku.
3. Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaatyang diperoleh.
5. Jujur, objektif, transparan, dan akurat.
6. Menyajikan keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian sasaran dantujuan yang telah
ditetapkan.

Selain prinsip-prinsip tersebut di atas, agar pelaksanaan sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah lebih efektif, sangat diperlukan komitmen yang kuat dari organisasi yang
mempunyai wewenang dan bertanggung jawab di bidang pengawasan dan penilaian
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan suatu tatanan, instrumen, dan
metode pertanggungjawaban yang intinya meliputi tahap - tahap sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana stratejik (Renstra).
2. Pengukuran kinerja.
3. Pelaporan kinerja.
4. Pemanfaatan informasi kinerja bagi perbaikan kinerja secara berkesinambungan.

Adapun penjelasan mengenai tahapan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah


menurut Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (Pusdiklatwas BPKP, 2011 : 20) adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Perencanaan Stratejik (Renstra)
Siklus akuntabilitas kinerja instansi pemerintah seperti terlihat pada gambar diatas,
dimulai dari penyusunan perencanaan stratejik (Renstra) yang meliputi penyusunan visi,
misi, tujuan, dan sasaran serta menetapkan strategi yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Perencanaan stratejik ini kemudian

5
dijabarkan dalam perencanaan kinerja tahunan yang dibuat setiap tahun. Rencana
kinerja ini mengungkapkan seluruh target kinerja yang ingin dicapai (output/outcome)
dari seluruh sasaran stratejik dalam tahun yang bersangkutan serta strategi untuk
mencapainya. Rencana kinerja ini merupakan tolok ukur yang akan digunakan dalam
penilaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan untuk suatu periode tertentu.
2. Pengukuran Kinerja
Setelah rencana kinerja ditetapkan, tahap selanjutnya adalah pengukuran kinerja.Dalam
melaksanakan kegiatan, dilakukan pengumpulan dan pencatatan data kinerja.Data
kinerja tersebut merupakan capaian kinerja yang dinyatakan dalam satuan indikator
kinerja. Dengan diperlukannya data kinerja yang akan digunakan untuk pengukuran
kinerja, maka instansi pemerintah perlu mengembangkan sistem pengumpulan data
kinerja, yaitu tatanan, instrumen, dan metode pengumpulan data kinerja.
3. Pelaporan Kinerja
Pada akhir suatu periode, capaian kinerja tersebut dilaporkan kepada pihak yang
berkepentingan atau yang meminta dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP).
4. Pemanfaatan Informasi Kinerja
Tahap terakhir, informasi yang termuat dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) tersebut dimanfaatkan bagi perbaikan kinerja instansi secara
berkesinambungan.

2.2.2 Sistem Pelaporan Keuangan


Dalam organisasi sektor publik, ada dua jenis pelaporan yang dikenal yakni
pelaporan kinerja dan pelaporan keuangan. Pelaporan Kinerja merupakan refleksi kewajiban
untuk mempresentasikan dan melaporkan kinerja semua aktivitas serta sumber daya yang
harus dipertanggungjawabkan. Pelaporan ini merupakan wujud dari proses akuntabilitas.
Entitas yang berkewajiban sebaiknya membuat pelaporan kinerja organisasi sektor publik
adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah, unit kerja pemerintahan, teknis, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), Partai Politik, Yayasan, dan organisasi sosial kemasyarakatan
lainnya. Pelaporan tersebut diserahkan ke masyarakat secara umum atau Dewan Perwakilan
Rakyat, sehingga masyarakat, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) (users), konstituen

6
atau masyarakat dampingan, dapat menerima informasi yang lengkap dan tajam tentang
kinerja program organisasi beserta unitnya. Sedangkan pelaporan keuangan merupakan
cerminan dari posisi keuangan serta transaksi yang telah dilakukan suatu organisasi sektor
publik dalam kurun waktu tertentu. (Bastian,2010:297)

2.2.3 Anggaran Berbasis Kinerja


Menurut Halim dan Kusufi (2014:55) Anggaran berbasis kinerja merupakan teknik
penganggaran dalam sektor publik yang disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang
terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh adanya
tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan
sasaran pelayanan publik.Anggaran pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep
value for money dan pengawasan atas kinerja output.Pendekatan ini juga mengutamakan
mekanisme penentuan yang pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang sistematis dan
rasional dalam pengambilan keputusan.
Anggaran Berorientasi Kinerja (Performance Budgeting) merupakan sistem
penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan sangat erat dengan
visi, misi dan rencana strategis organisasi. Performance Budgeting mengalokasikan sumber
daya ke program, bukan ke unit organisasi sematadan memakai pengukuran output (output
measurement) sebagai indikator kinerja organisasi. Dengan kata lain, Performance
Budgetingadalah teknik penyusunan anggaran berdasarkan pertimbangan beban kerja (work
load) dan biaya unit (unit cost) dari setiap kegiatan yang terstruktur. (Bastian, 2010:202).
Penerapan anggaran berbasis kinerja diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 dan diubah lagi dengan Permendagri Nomor 59 Tahun
2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Dalam peraturan ini, disebutkan
tentang penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-
SKPD).Adanya RKA-SKPD ini berarti telah terpenuhinya kebutuhan tentang anggaran
berbasis kinerja dan akuntabilitas. Dimana anggaran berbasis kinerja menuntut adanya
output optimal atau pengeluaran yang dialokasikan sehingga setiap pengeluaran harus
berorientasi atau bersifat ekonomi, efisien, dan efektif.
Dalam rangka penerapan anggaran berbasis kinerja terdapat unsur-unsur yang harus
dipahami dengan baik oleh semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan anggaran berbasis

7
kinerja. Unsur-unsur pokok anggaran berbasis kinerja yang harus dipahami menurut Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK, 2008 : 14-19) unsur-unsur anggaran berbasis
kinerja yaitu:
1. Pengukuran kinerja
2. Penghargaan dan Hukuman
3. Kontrak Kinerja
4. Kontrol Eksternal dan Internal,
5. Pertanggungjawaban Manajemen

Adapun penjelasan mengenai unsur-unsur pokok Anggaran berbasis kinerja menurut


Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK, 2008 :14-19) adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah suatu proses yang obyektif dan sistematis dalam
mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan informasi untuk menentukan seberapa
efektif dan efisien pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan. Konsekuensi Anggaran Berbasis Kinerja yang
menghubungkan perencanaan strategis (tertuang dalam program) dengan penganggaran
(tertuang dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan).
a. Menentukan Program Dan Kegiatan Dengan Jelas
Untuk mencapai tujuan strategis adalah harus menentukan program dan kegiatan
dengan jelas.Pembiayaan dari masing-masing program, kegiatan dan keluaran juga
harus tergambar dengan jelas. Struktur pembiayaan yang jelas akan muncul apabila
sistem akuntansi yang dipakai berdasarkan akrual.
b. Sistem Informasi Yang Memadai
Dalam rangka pengukuran kinerja yang baik diperlukan adanya sistem informasi
yang mampu menghasilkan informasi yang memadai untuk menilai pencapaian
kinerja dari masing-masing lembaga/unit kerja yang bertanggung jawab atas suatu
kegiatan. Tingkat informasi dasar yang harus dikembangkan meliputi:
a) Ekonomis, sejauh mana masukan yang ada digunakan dengan sebaik-baiknya;
b) Efisiensi, sejauh mana perbandingan antara tingkat keluaran suatu kegiatan
dengan masukan yang digunakan;

8
c) Efektivitas, sejauh mana keluaran yang dihasilkan mendukung pencapaian hasil
yang ditetapkan.

Informasi yang dihasilkan juga harus dapat membandingkan kinerja yang


direncanakan dengan pencapaiannya.Pengukuran kinerja dilaksanakan oleh masing-
masing lembaga/unit kerja yang selanjutnya dikontrol mutunya serta diverifikasi
oleh instansi pusat serta lembaga audit.Beberapa teknik dan sumber informasi yang
relevan yang digunakan antara lain:
a) Pengembangan biaya per unit: di mana kuantitas dan biaya dari keluaran
merupakan sesuatu yang menjadi pertimbangan;
b) Pembandingan (benchmarking) atas biaya dan standar pelayanan, baik itu antar
lembaga, antara wilayah, maupun antar negara;
c) Penentuan peringkat atas kinerja masing-masing lembaga;
d) Survey atas pengguna (client survey): dimana kualitas dan ketepatan waktu dari
pelayanan publik dinilai.

c. Pihak Eksternal (independen)


Agar tercapai penilaian yang fair diperlukan peran dari pihak eksternal dalam
mengukur kinerja secara lebih independen. Pendekatan dalam mengukur kinerja
akan bervariasi antar lembaga/unit kerja,bergantung pada bentuk keluaran yang
dihasilkan.
d. Mengukur Kinerja yang Strategis (key performance indicators)
Suatu sistem pengukuran kinerja sebaiknya hanya mengukur kinerja yang strategis
(key performance indicators), bukan menekankan tingkat komprehensif dan
birokratis atas kinerja yang disusun. (catatan: kinerja tidak diukur berdasarkan
jumlah surat masuk/keluar jumlah laporan yang dibuat/jumlah surat yang
ditandatangani)karena pengukuran seperti ini dapat menyesatkan.
2. Penghargaan dan Hukuman (Reward and Punishment)
Pelaksanaan penganggaran berdasarkan kinerja sulit dicapai dengan optimal tanpa
ditunjang dengan faktor-faktor yang dapat menunjang pelaksanaan penganggaran
berbasis kinerja yaitu berupa ganjaran dan hukuman (Reward and Punishment) bagi

9
para pelaksana penganggaran. Penghargaan dan hukuman (Reward and Punishment)
tersebut diantaranya adalah:
a. Penerapan Insentif Atas Kinerja Yang Dicapai Dan Hukuman Atas Kegagalannya.
Penerapan insentif di sektor publik bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan
karena penerapan sistem insentif perlu didukung oleh mekanisme non keuangan,
terutama keinginan dan kebutuhan atas pencapaian kinerja.Hal ini dapat tumbuh
misalnya jika ada aturan bahwa lembaga/unit kerja yang mencapai kinerja dengan
baik dapat memperoleh prioritas atas anggaran berikutnya walaupun alokasi
anggaran telah ditentukan oleh prioritas kebijakan dan program. Hal lain yang bisa
menjadi insentif bagi pencapaian kinerja adalah bertambahnya fleksibilitas bagi
pihak manajer dalam mengelola keuangan publik dan kepastian atas pendanaan
suatu program dan kegiatan. Pendekatan lain dalam pemberian insentif adalah
berdasarkan kapasitas yang dimiliki oleh suatu lembaga dalam mencapai suatu
target kinerja. Apabila suatu lembaga dapat mencapai target yang ditetapkan, dapat
diberikan keleluasaan yang lebih dalam mengelola anggaran yang dialokasikan
sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Hal ini memungkinkan setiap lembaga untuk
maju dan berkembang secara konsisten dengan kapasitas yang mereka miliki.
b. Penerapan Efisiensi (Savings)
Bentuk lain untuk peningkatan kinerja melalui insentif atau disinsentif yaitu
penerapan efisiensi (savings). Hal ini dapat dilakukan untuk programdan kegiatan
yang bersifat pelayanan publik.Alokasi anggaran untuk setiap program dan kegiatan
dikurangi dengan jumlah tertentu untuk saving dalam rangka meningkatkan
efisiensi atas pelayanan yang diberikan.
c. Penahanan Atas Penerimaan Yang Diperoleh Oleh Suatu Lembaga
Selain itu dapat juga diterapkan penahanan atas penerimaan yang diperoleh oleh
suatu lembaga, hal ini dapat dilaksanakan dengan suatu bentuk perjanjian antara
lembaga pusat (central agency) dengan lembaga bersangkutan dalam pembagian
atas hasil yang diterima.

3. Kontrak Kinerja
Jika penganggaran berdasarkan kinerja telah dapat berkembang dengan baik, kontrak
atas kinerja dapat mulai diterapkan. Atas nama pemerintah, Departemen Keuangan
10
dapat melaksanakan kontrak atas pencapaian suatu kinerja dengan kementerian
negara/lembaga teknis lainnya, begitu juga antara menteri dengan unit organisasi di
bawahnya. Walaupun demikian, suatu sistem kontrak kinerja harus didukung oleh
faktor-faktor berikut ini :
a. definisi yang jelas terhadap pelayanan yang dikontrakkan; dan
b. kewenangan yang ada bagi pihak kementerian negara/lembaga untuk mengelola
sumber daya yang ada.

Kriteria tersebut dapat terlaksana apabila reformasi bidang pengelolaan keuangan


negara dapat menciptakan kondisi yang dapat meningkatkan keinginan dan kebutuhan
atas pencapaian kinerja.

4. Kontrol Eksternal dan Internal


Sistem kontrol eksternal terhadap penggunaan anggaran harus dilakukan oleh badan di
luar pengguna anggaran.Pengguna anggaran harus mendapat persetujuan sebelum
menggunakan anggaran mereka. Kontrol diarahkan pada kontrol input suatu kegiatan,
serta apa dan bagaimana pencapaian output. Untuk menciptakan kontrol yang efektif
harus memenuhi persyaratan:
a. adanya pemisahan antara lembaga kontrol dan lembaga pengguna anggaran;
b. kontrol dilakukan pada input, output dan outcome;
c. kontrol dilakukan sebelum dan sesudah anggaran digunakan.

5. Pertanggungjawaban Manajemen
Bila sistem penganggaran yang lama menekankan pada kontrol terhadap input, maka di
dalam sistem penganggaran berbasis kinerja difokuskan pada output. Dalam sistem ini
manajer pengguna anggaran memperoleh kewenangan penuh dalam merencanakan dan
mengelola anggaran mereka.Belum banyak negara yang melaksanakan sistem
ini.Negara yang telah menerapkan sistem ini adalah Inggris, Australia, New Zealand,
Swedia.
Prinsip dasar di dalam sistem ini adalah manajer pengguna anggaran harus diberi
kebebasan penuh bila akuntabilitas atas pencapaian output yang ingin dicapai. Agar

11
akuntabilitas dapat diwujudkan, maka sistem ini didesain mengandung dua karakteristik
dasar, yaitu :
a. Kontrol dilakukan pada output dan outcome
Hal ini menyebabkan manajer bertanggung jawab terhadap output baik volume,
waktu pengerjaan maupun kualitasnya serta outcome yang timbul.
b. Adanya kebebasan bagi manajer
Dengan adanya kebebasan bagi manajer, maka manajer dapat melakukan dan
mengekspresikan profesionalitas mereka dengan optimal.

Karateristik Anggaran Berbasis Kinerja dalam rangka penerapan Anggaran Berbasis


Kinerja menurut Bastian (2010:203) terdapat beberapa karateristik dalam anggaran berbasis
kinerja,karateristik dalam anggaran berbasis kinerja diantaranya:
1. Mengandung tiga unsur pokok yaitu pengeluaran organisasi yang diklasifikasikan
menurut program dan kegiatan, pengukuran kinerja (performance measurement), dan
pelaporan program (program reporting),
2. Lebih berfokus pada pengukuran kinerjabukan pada pengawasan,
3. Setiap kegiatan harus dilihat dari sisi efisiensi dan maksimalisasi output, dan
4. Bertujuan menghasilkan informasi biaya dan kinerja yang dapat digunakan untuk
penyusunan target dan evaluasi pelaksanaan.

Menurut Pedoman Reformasi Perencanaan dan Penganggaran (2009 : 10), Tujuan


Anggaran Berbasis Kinerja adalah :
1. Menunjukkan keterkaitan antara pendanaan dan prestasi kerja yang akan dicapai
(directly linkages between performance and budget).
2. Meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pelaksanaan (operational efficiency).
3. Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam melaksanakan tugas dan
pengelolaan anggaran (more flexibility and accountability).
Dalam rangka penerapan Anggaran Berbasis Kinerja menurut Departemen Keuangan
Republik Indonesia Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK, 2008:10-11)
menjelaskan elemen-elemen utama yang harus ditetapkan terlebih dahulu yaitu:
1. Visi dan Misi yang hendak dicapai.

12
Visi mengacu kepada hal yang ingin dicapai oleh pemerintah dalam jangka panjang.
Sedangkan misi adalah kerangka yang menggambarkan bagaimana visi akan dicapai.
2. Tujuan.
Tujuan merupakan penjabaran lebih lanjut dari visi dan misi.Tujuan tergambar dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang menunjukkan tahapan-tahapan
yang harus dilalui dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.Tujuan
harus menggambarkan arah yang jelas serta tantangan yang realisitis. Tujuan yang baik
bercirikan, antara lain memberikan gambaran pelayanan utama yang akan disediakan,
secara jelas menggambarkan arah organisasi dan program-programnya, menantang
namun realistis, mengidentifikasikan obyek yang akan dilayani serta apa yang hendak
dicapai.
3. Sasaran.
Sasaran menggambarkan langkah-langkah yang spesifik dan terukur untuk mencapai
tujuan. Sasaran akan membantu penyusun anggaran untuk mencapai tujuan dengan
menetapkan target tertentu dan terukur. Kriteria sasaran yang baik adalah dilakukan
dengan menggunakan kriteria spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan ada batasan
waktu (specific, measurable, achievable, relevant, timely/SMART) dan yang tidak kalah
penting bahwa sasaran tersebut harus mendukung tujuan (support goal).
4. Program.
Program adalah sekumpulan kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai bagian dari
usaha untuk mencapai serangkaian tujuan dan sasaran. Program dibagi menjadi
kegiatan dan harus disertai dengan target sasaran output dan outcome. Program yang
baik harus mempunyai keterkaitan dengan tujuan dan sasaran serta masuk akal dan
dapat dicapai.
5. Kegiatan.
Kegiatan adalah serangkaian pelayanan yang mempunyai maksud menghasilkan output
dan hasil yang penting untuk pencapaian program. Kegiatan yang baik kriterianya
adalah harus dapat mendukung pencapaian program.

13
Bab 3 Kerangka Penelitian

3.1 Kerangka Penelitian


Menurut Sugiyono (2012:66) mengemukakan bahwa kerangka berfikir merupakan sintesa
tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya
dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan
antar variabel yang diteliti.Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya
digunakan untuk merumuskan hipotesis. Berdasarkan rumusan penelitian dan tinjauan
teori yang telah dikemukakan penulis, maka penulis mengungkapkan kerangka pemikiran
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Adapun Kerangka Pemikiran digambarkan dalam konsep dibawah ini:

Anggaran
berbasis Kinerja
(X1)
Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Sistem Pemerintah (Y)
Pelaporan
Keuangan (X2)
Ket:

secara parsial

secara simultan

Berdasarkan kerangka penelitian maka hipotesis sebagai berikut:


1. Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Berdasarkan teori (Bastian,2010:202) bahwa Anggaran Berorientasi Kinerja
(Performance Budgeting) merupakan sistem penganggaran yang berorientasi pada
output organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi, misi dan rencana strategis
organisasi.Apabila anggaran tersebut tidak terserap, maka itu merupakan kinerja yang
buruk bagi instansi yang disebabkan oleh penyusunan rencana stratejik yang tidak
berorientasi melakukan pengoptimalan pengeluaran.Akuntabilitas kinerja dapat
tercapai dari semakin maksimalnya penerapan anggaran berbasis kinerja, ditinjau dari

14
baiknya perencanaan anggaran yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan daerah,
persentase realisasi anggaran yang maksimal dan laporan pelaksanaan anggaran yang
akuntabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anggaran berbasis kinerjaberpengaruh
positif signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang
menghasilkan output organisasi yang sesuai dengan indikator kinerja organisasi yaitu
visi, misi dan rencana strategis organisasi dalam mengoptimalkan pengeluaran. Putri
(2018) telah meneliti bahwa Anggaran Berbasis Kinerja berpengaruh positif terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
H1: Anggaran Berbasis Kinerja berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
2. Pengaruh Sistem Pelaporan Keuangan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
Berdasarkan teori Bastian (2010:297) tujuan umum pelaporan keuangan sektor publik
adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas suatu
entitas yang berguna bagi sejumlah besar pemakai (wide range users) untuk membuat
dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya yang dipakai suatu entitas
dalam aktivitasnya guna mencapai tujuan. Pelaporan ini merupakan wujud dari proses
akuntabilitas. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah terlihat pada sistem pelaporan
keuangan dalam memantau dan mengendalikan kinerja atasan dalam
mengimplementasikan anggaran yang telah ditetapkan.Dapat disimpulkan bahwa
sistem pelaporan keuangan yang baik dan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP)akan berpengaruh positif signifikan terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah yang dapat memantau kinerja pemerintah dalam menggunakan
anggaran. Yulianti (2014) telah meneliti sebelumnya dan menunjukkan hasil bahwa
Sistem Pelaporan berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
H2: Sistem Pelaporan Keuangan berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.

15
3. Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Pelaporan Keuangan terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Berdasarkan teori Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN)
No.239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, menjelaskan bahwa akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi
dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem
pertanggungjawaban secara periodik.Akuntabilitas Kinerja yang baik dipengaruhi
oleh penerapan anggaran kinerja yang maksimal dalam mengoptimalkan pengeluaran
sesuai dengan penyusunan rencana stratejik yang telah dibuat dan akuntabilitas
kinerja yang baik juga dipengaruhi oleh sistem pelaporan keuangan yang baik dalam
memantau kinerja pemerintah pada saat menggunakan anggaran yang telah
diberikan.Dapat disimpulkan bahwa Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem
Pelaporan Keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah. Putri (2018) telah meneliti bahwa Anggaran Berbasis Kinerja
berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Yulianti
(2014) telah meneliti sebelumnya dan menunjukkan hasil bahwa Sistem Pelaporan
berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
H3: Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Pelaporan Keuangan berpengaruh secara
simultan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

16
Bab 4 Metode Penelitian
Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian
deskriptif menurut (Syatori dan Gozali,2012 : 57) yaitu penelitian yang menjelaskan sesuatu
yang menjadi sasaran penelitian secara mendetail atau mendalam. Dalam arti, penelitian
tersebut dilakukan untuk mengungkapkan segala sesuatu atau berbagai aspek dari sasaran
penelitiannya. Sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka-
angka yang dijumlahkan sebagai data yang kemudian dianalisis (Suharsaputra, 2012 : 49).

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis penelitian eksplanatori dimana


penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya
(Sekaran, 2011 : 56).Dalam hal ini penelitian yang akan penulis teliti adalah pengaruh
anggaran berbasis kinerja dan sistem pelaporan keuangan terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah di Kota Banda Aceh.

17

Anda mungkin juga menyukai