Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI

PEMERINTAH

DI BAPPEDA KABUPATEN GARUT

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Analisis Dampak

Lingkungan Program Studi Ilmu Administrasi Negara (S1)

Dini Nurgantini 24012119068

M. Algani Ramadhan 24012119034

Bayu Bahrul Alam 24012119020

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GARUT

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

izinNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah”

Laporan ini kami tulis untuk memenuhi salah satu syarat tugas Mata

Kuliah Pengawasan Sektor Publik di Prodi Ilmu Administrasi Negara, Fisip

Universitas Garut.

Dalam penulisan Laporan Makalah ini mungkin tidak akan dapat

terselesaikan tanpa adanya bimbingan, nasihat, bantuan ,saran serta motivasi dan

dukungan yang diberikan kepada kami. Pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada semua pihak-pihak yang terlibat, diantaranya

kepada Ibu Mila Karmila., selaku Dosen Pengampu matakuliah Pengawan Sektor

Publik yang telah memberikan bimbingan dan arahannya sehingga laporan ini

selesai dengan baik.

Dengan tersusunnya laporan makalah ini mudah-mudahan dapat

memberikan manfaat dan inspirasi bagi para pembaca. Kami sadar bahwa

penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami

menerima segala saran dan kritik yang membangun agar penulis bisa

memperbaiki laporan makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, kami

ucapkan terimakasih.

Garut, 22 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
DAFTAR TABEL

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
DAFTAR LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam rangka penyelenggaraan Good Governance, diperlukan

pengembangan dan penerapan system pertanggungjawaban yang tepat, jelas,

terukur dan sah sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan

bertanggungjawab serta bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).

Dalam mewujudkan hal tersebut, setiap instansi pemerntah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan Negara diwajibkan untuk

mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta

kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan pada suatu

perencanaan strategis yang ditetapkan oleh masing-masing instansi.

Pertanggungjawaban yang dimaksud berupa laporan yang disampaikan

kepada atasan masing-masing, lembaga-lembaga pengawasan dan penilai

akuntabilitas, yang nantinya akan diserahkan kepada Presiden selaku kepala

pemerintahan. Laporan tersebut menggambarkan kinerja instansi pemerintah

yang bersangkutan melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP).

Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999

tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor29

Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan

6
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, bahwa Pemerintah Daerah maupun

Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah diwajibkan

untuk menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

untuk memberikan pertanggungjawaban mengenau kinerja satuan kerja

perangkat daerah serta pemerintah daerahnya sesuai dengan program dan

kegiatan yang dilaksanakan pada setiap tahunnya.

Penyusunan laporan ini selain untuk menginformasikan mengenai proses

dan hasil pencapaian tugas dan ahsil pencapaian tujuan serta sasaran,jua

menjelaskan tingkat keberhasilan atau kegagalan kinerja yang ingin dicapai

organisasi dan diharapkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) dapat menjadi bahan perbaikan system dan penyelenggaraan

manajemen kinerja Badan Penyelenggaraan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Kabupaten Garut di masa yang akan dating.

Selama ini pengukuran keberhasilan maupun kegagalan dari instansi

pemerintah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit untuk

dilakukan secara objektif. Pengukuran kinerja instansi hanya lebih ditekankan

kepada kemampuan instansi tersebut dalam menyerap anggaran. System

pengukuran kinerja yang merupakan elemen pokok dari Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) akan mengubah paradigma pengukuran

keberhasilan. Melalui pengukuran kinerja, keberhasilan suatu instansi

pemerintah akan lebih dilihat dari kemampuan instansi tersebut, berdasarkan

sumber daya yang di kelolanya sesuai dengan rencana yang telah disusun.

7
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang

disampaikan oleh instansi pemerintah sangat bermanfaat untuk

pertanggungjawaban dari bawahan kepada atasan atau dari unit yang rendah

kepada unit yang lebih tinggi, untuk bahan pengambilan keputusan dan

pelaksanaan perubahan ke arah perbaikan dalam mencapai efisiensi dan

efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi serta ketaatan terhadap peraturan

undang-undang yang berlaku dalam rangka misi instansi, mengevaluasi dan

meniai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawab.

Berdasarkan latar belakang di atas, disusunlah Laporan Akuntabilitas

Kinerja Badan Penyelenggaran Pembangunan Daerah Kabupaten Garut yang

dicerminkan dari hasil pencapaian kinerja berdasarkan visi, misi, tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perencanaan Dan Perjanjian Kinerja Badan Penyelenggara

Pembangunan Daerah Kabupaten Garut tahun 2021 ?

2. Bagaimana Akuntabilitas Kinerja Badan Penyelenggara Pembangunan

Daerah Kabupaten Garut tahun 2021?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Perencanaan Dan Perjanjian Kinerja Badan

Penyelenggara Pembangunan Daerah Kabupaten Garut tahun 2021.

2. Untuk mengetahui Akuntabilitas Kinerja Badan Penyelenggara

Pembangunan Daerah Kabupaten Garut tahun 2021.

8
1.4 Dasar Hukum

Dasar hukum dalam penyusunan LAKIP Bappeda Kabupaten Garut Tahun

2021 mengacu kepada :

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan

dan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;

8. Instruksi Presiden Nomor 07 Tahun 1999 tentang Auntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah;

9
9. Instruksi Presiden Nomor 05 Tahun 2004 tentang Percepatan

Pemberantasan Korupsi;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali

terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011

tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

11. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator

Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah;

12. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan

Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

13. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 238/IX/6/8/2003

tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah;

14. Peraturan Bupati Garut Nomor 417 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok,

Fungsi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Garut;

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Akuntabilitas

akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban seseorang (pebisnis,

pemilik usaha, pemimpin, manajer, dll) atau sebuah organisasi kepada pihak

yang berhak untuk mendapatkan dan meminta keterangan mengenai kegiatan

bisnis atau kinerja dalam menjalankan tugas demi mencapai tujuan tertentu.

Daripada itu banyak ahli yang mengemukakan berbagai pengertian

akuntabilitas seperti ,

Mahmudi mengatakan Akuntabilitas adalah kewajiban agen (pemerintah)

untuk mengelola sumber daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala

aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik

kepada pemberi mandat (prinsipal).

2.2 Prinsip Akuntabilitas

Prinsip akuntabilitas adalah batasan dalam menentukan apakah hal

tersebut benar termasuk dalam akuntabilitas atau tidak. Akuntabilitas yang

dilaksanakan dengan baik berarti sudah menuruti prinsip tersebut dengan benar.

Berikut ini adalah beberapa prinsip akuntabilitas yang perlu kamu ketahui.

TIDAK ADA PRINSIP AKUNTABILITAS!!!

2.3 Fungsi Akuntabilitas

Menurut Bowen, prinsip akuntabilitas memiliki 3 fungsi penting, yaitu:

11
1. Berfungsi sebagai alat monitor. Alat monitor di sini maksudnya adalah

fungsi akuntabilitas sebagai cara untuk memonitor tugas atau

kewajiban yang dikerjakan oleh seseorang untuk kemudian

dipertanggungjawabkan kepada atasannya.Akuntabilitas juga bisa

digunakan sebagai alat ukur keberhasilan dari tugas yang sudah

dijalankan tersebut saat diadakan evaluasi kerja. Suatu pekerjaan

dianggap berhasil jika mampu diselesaikan dengan baik dan kemudian

dipertanggungjawabkan dengan baik pula.

2. Berfungsi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja. Fungsi

akuntabilitas yang berikutnya adalah menjadikan kinerja lebih efektif

dan efisien. Dengan adanya akuntabilitas, seluruh kegiatan yang

berhubungan dengan pekerjaan akan menjadi lebih efektif. Dikatakan

lebih efisien pun karena adanya evaluasi yang dilakukan secara rutin

dan terus menerus.

3. Berfungsi untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan jabatan Bisa

dibilang mungkin ini adalah fungsi akuntabilitas yang sangat penting.

Kamu tahu bahwa penyalahgunaan jabatan, salah satu contohnya

korupsi, bisa saja terjadi dalam bisnis.

Dengan adanya konsep akuntabilitas, kemungkinan terjadinya

penyelewengan tugas dan jabatan bisa diminimalisasi. Dalam akuntabilitas,

dituntut adanya laporan pertanggungjawaban yang dibuat dengan benar dan akurat

untuk menghindari adanya indikasi atau potensi korupsi dalam sebuah bisnis atau

perusahaan.

12
2.4 Jenis Akuntabilitas

Selain menjelaskan mengenai apa itu akuntabilitas, Mardiasmo juga

menerangkan bahwa akuntabilitas bisa dikategorikan menjadi dua jenis. Dua

jenis akuntabilitas tersebut, yaitu:

1. Akuntabilitas Vertikal Jenis akuntabilitas yang pertama adalah

akuntabilitas vertikal. Pengertian akuntabilitas vertikal merupakan kondisi

seseorang yang harus mempertanggungjawabkan suatu keputusan yang

diambilnya kepada pihak lain yang memiliki kedudukan dan pangkat lebih

tinggi. Contoh akuntabilitas vertikal adalah beberapa pertanggungjawaban

yang harus dilakukan oleh pimpinan kantor cabang kepada pimpinan

pusat.

2. Akuntabilitas Horizontal Akuntabilitas horizontal merupakan suatu bentuk

pertanggungjawaban kepada konsumen, masyarakat, atau lingkungan

sekitar. Jenis akuntabilitas yang satu ini tidak memiliki hubungan dengan

pertanggungjawaban kepada atasan atau orang yang memiliki kedudukan

lebih tinggi. Contoh akuntabilitas horizontal adalah tugas untuk

memberikan layanan publik atau masyarakat.

3. Akuntabilitas manajerial , yakni diartikan sebagai akuntabilitas kinerja

adalah pertanggung jawaban untuk melakukan pengelolaan organisasi

secara efektif dan efisien

4. Akuntabilitas program adalah pemprograman organisasi untuk mendukung

strategi dalam pencapaian visi , misi dan tujuan organisasi lembaga publik

juga harus mempertanggung jawabkan program yang telah dibuat .

13
5. Akuntabilitas finansial yakni akuntabilitas untuk pertanggung jawaban

lembaga lembaga publik secara ekonomis , efisien , dan efektif

akuntabilitas ini sangat penting karena menjadi sorotan masyarakat dan

lembaga lembaga pemerintah harus membuat laporan keuangan untuk

menggambarkan kinerja finansial organisasi

2.5 Penilaian Kinerja

Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi karyawan yang dikemukakan Leon

C. Menggison (1981:310) dalam Mangkunegara (2000:69) adalah sebagai

berikut: ”penilaian prestasi kerja (Performance Appraisal) adalah suatu proses

yang digunakan pimpinan untuk menentukkan apakah seorang karyawan

melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggng jawabnya”.

Kegiatan penilaian kinerja sendiri dimaksudkan untuk mengukur kinerja

masing-masing tenaga kerja dalam mengembangkan dan meningkatkan

kualitas kerja, sehingga dapat diambil tindakan yang efektif semisal

pembinaan berkelanjutan maupun tindakan koreksi atau perbaikan atas

pekerjaan yang dirasa kurang sesuai dengan deskripsi pekerjaan. Penilaian

kinerja terhadap tenaga kerja biasanya dilakukan oleh pihak manajemen atau

pegawai yang berwenang untuk memberikan penilaian terhadap tenaga kerja

yang bersangkutan dan biasanya merupakan atasan langsung secara hierarkis

atau juga bisa dari pihak lain yang diberikan wewenang atau ditunjuk

langsung untuk memberikan penilaian. Hasil penilaian kinerja tersebut

disampaikan kepada pihak manajemen tenaga kerja untuk mendapatkan kajian

dalam rangka keperluan selanjutnya, baik yang berhubungan dengan pribadi

14
tenaga kerja yang bersangkutan maupun yang berhubungan dengan

perusahaan.

Penentuan pilihan yang sederhana adalah menilai kinerja yang dihasilkan

tenaga kerja berdasarkan deskripsi pekerjaan yang telah ditetapkan pada saat

melaksanakan kegiatan analisis pekerjaan. Meskipun kenyataannya, cara ini

jarang diperoleh kepastian antara pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh

seorang tenaga kerja dengan deskripsi pekerjaan yang telah ditetapkan. Karena

seringkali deskripsi pekerjaan yang etrtulis dalam perusahaan kurang

mencerminkan karakteristik seluruh persoalan yang ada.

Kebiasaan yang sering dialami tenaga kerja adalah meskipun penilaian

kinerja telah selesai dilakukan oleh pihak yang berwenang dalam melakukan

penilaian, tenaga kerja yang bersangkutan tetap kurang mengetahui seberapa

jauh mereka telah memenuhi apa yang mereka harapkan. Seluruh proses

tersebut (penilaian kinerja) analisis dan perencanaan diliputi oleh kondisi yang

tidak realistis semisal permaian, improvisasi, dan sebagainya. Jalan yang lebih

berat bagi pihak yang berwenang dalam melakukan penilaian adalah

menentukan hal-hal yang sebenarnya diharapkan tenaga kerja dalam pekerjaan

saat itu.

2.6 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lakip atau sering di sebut dengan laporan akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi

yang dipercaya kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran ,

15
melalui pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan sesacara analisis

terhadap pengukuran kinerja .

Akuntabilitas di definisiskan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk

mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan

dan sasaran organisasi yang telah di tetapkan melalui media pertanggung

jawaban yang di laksanakan secara periodic setiap akhir anggaran . dalam

dunia birokrasi akuntabilitas pemerintah merupakan perwujudan kewajiban

instansi pemerintah untuk memepertanggung jawabkan keberhasilan serta

kegagalan pelaksanaan misi dan tujuan instansi yang bersangkutan .

LAKIP merupakan produk akhir yang dicapai oleh suatu instansi

pemerintah atas pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai oleh APBD /

APBN . dalam pembuatan LAKIP suatu instansi pemerintah harus dapat

menentukan besaran kinerja yang di hasilkan secara kuantitatif yaitu besaran

dalam satu jumlah atau persentase . dalam penilaian LAKIP , materi evaluasi

meliputi 5 komponen berikut ini:

1. komponen yang Pertama adalah perencanaan kinerja , terdiiri dari renstra ,

rencana kinerja tahunan , dan penetapa kinerja dengan bobot 35.

2. Komponen kedua , yakni pengukuran kinerja , yang meliputi pemenuhan

pengukuran , dan implementasi pengukran dengan bobot 20.

3. Pelaporan kinerja komponen ketiga , terdiri dari pemenuhan laporan ,

penyajian informasi , kinerja , serta pemanfaatan informasi kinerja , diberi

bobot 15.

16
4. Komponen SKPD , komponen ini berisi laporan keuangan gabungan yang

mencerminkan laporan keuangan pemerintah daerah sebagai intensitas

pelaporan berupa ,

a. Laporan anggaran

b. Laporan perubahan SAL/ SAK

c. Neraca

d. Laporan operasional

e. Laporan ekuitas

5. Komponen unit organisasi , komponen ini berisi laporan organisasi

suatu perusahaan / pemerintahan untuk kejelasan kedudukan

koordinasi pekerja atau kinerja yang menyangkup sebuah

organisasi untuk efisien , baik , jujur , dan kompeten dalam sebuah

organisasi

KURANG KOMPENEN 4 5 NYA

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang harus dilakukan setiap tahun dan

merupakan salah satu bentuk evaluasi semua rangkaian yang telah dilakukan

selama satu tahun anggaran. Kesemuanya harus terangkum dalam Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), selain sebagai bahan evaluasi

dari rangkaian program yang telah dicanangkan pada awal tahun anggaran juga

sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan pada tahun berikutnya.

17
Melalui paradigma mewujudkan pemerintahan yang baik (good

governance) dimana penyelenggaraan pemerintahan harus dapat diukur dan dinilai

kinerjanya dengan menggunakan indikator-indikator yang mengacu pada tatanan

demokrasi, desentralisasi, partisipasi masyarakat, serta perhatian terhadap

pemerataan dan kemiskinan. Selaras dengan pemikiran tersebut diperlukan sebuah

perubahan yang terkandung dalam semangat reformasi birokrasi sebagai prasyarat

utama dalam mewujudkan pemerintahan yang baik dengan menekankan aspek

Aspek Efisiensi, Akuntabilitas, dan Transparansi sehingga mampu mendukung

pelaksanaan tugas dan fungsi dalam penyelenggaraan pemerintahan.

18
BAB III

PROFIL INSTANSI PEMERINTAH

3.1. Visi Misi Instansi

Visi: Instansi Pemerintah BAPPEDA Kab . Garut Yakni , Terwujudnya

Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Garut Yang Ber

Kualitas .

Misi : Instansi pemerintah Bapedda kabupaten garut yakni sebagai berikut ,

1. Mewujudkan serta mengsinergikan perencanaan pembangunan daerah

berbasis kebutuhan masyarakat . Mewujudkan koordinasi , sinkronisasi ,

kontinuitas pelaksanaan penyusunan rencana , penetapan , pengendalian ,

dan evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah

2. Meningkatkan kemampuan sumber daya aparatur serta kapasitas

kelembagaan perencanaan pembangunan daerah .

3.2. Struktur Organisasi

19
3.3. Tugas Dan Fungsi Pokok Instansi Bappeda Kabupaten Garut

Sesuai dengan Peraturan Bupati Sleman Nomor 100 Tahun 2016

tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah maka susunan organisasi Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah terdiri dari :

f. Kepala Badan;

g. Sekretariat terdiri dari:

1. Subbagian Umum dan Kepegawaian;

2. Subbagian Keuangan; dan

3. Subbagian Perencanaan dan Evaluasi.

h. Bidang Data dan Perencanaan Pembangunan terdiri dari:

1. Subbidang Analisa dan Data Pembangunan; dan

2. Subbidang Perencanaan Daerah.

i. Bidang Fisik dan Prasarana terdiri dari:

20
1. Subbidang Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman;

2. Subbidang Pertanahan dan Penataan Ruang; dan

3. Subbidang Perhubungan dan Lingkungan Hidup.

j. Bidang Perekonomian terdiri dari:

1. Subbidang Pertanian dan Pemberdayaan Masyarakat;

2. Subbidang Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman

Modal; dan

3. Subbidang Pariwisata, Tenaga Kerja, dan Kependudukan.

k. Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pemerintahan terdiri dari:

1. Subbidang Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga;

2. Subbidang Kesehatan dan Sosial; dan

3. Subbidang Pemerintahan.

l. Bidang Penelitian Pengembangan dan Pengendalian;

1. Subbidang Penelitian dan Pengembangan;

2. Subbidang Pengendalian; dan

3. Subbidang Evaluasi.

m. Unit Pelaksana Teknis; dan

n. Kelompok Jabatan Fungsional.

Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan urusan umum, urusan

kepegawaian, urusan keuangan, urusan perencanaan dan evaluasi, serta

mengoordinasikan pelaksanaan tugas satuan organisasi. Sekretariat dalam

melaksanakan tugas mempunyai fungsi:

21
a. penyusunan rencana kerja Sekretariat dan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah;

b. perumusan kebijakan teknis kesekretariatan;

c. pelaksanaan urusan umum;

d. pelaksanaan urusan kepegawaian;

e. pelaksanaan urusan keuangan;

f. pelaksanaan urusan perencanaan dan evaluasi;

g. pengoordinasian pelaksanaan tugas satuan organisasi lingkup Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah; dan

h. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Sekretariat dan Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah.

Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas menyiapkan bahan

pelaksanaan urusan umum dan urusan kepegawaian. Subbagian Umum dan

Kepegawaian dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi:

a. penyusunan rencana kerja Subbagian Umum dan Kepegawaian;

b. perumusan kebijakan teknis pelaksanaan urusan umum dan urusan

kepegawaian;

c. pengelolaan persuratan dan kearsipan;

d. pengelolaan perlengkapan, keamanan, dan kebersihan;

e. pengelolaan dokumentasi dan informasi;

f. penyusunan perencanaan kebutuhan, pengembangan dan pembinaan

pegawai;

22
g. pelayanan administrasi pegawai dan pengelolaan tata usaha kepegawaian;

dan

h. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja

Subbagian Keuangan mempunyai tugas menyiapkan bahan pelaksanaan

urusan keuangan. Subbagian Keuangan dalam melaksanakan tugas mempunyai

fungsi:

a) penyusunan rencana kerja Subbagian Keuangan;

b) perumusan kebijakan teknis pelaksanaan urusan keuangan;

c) pelaksanaan perbendaharaan, pembukuan, dan pelaporan

d) keuangan; danevaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja

Subbagian Keuangan.

Subbagian Perencanaan dan Evaluasi mempunyai tugas menyiapkan bahan

pelaksanaan urusan perencanaan dan evaluasi. Subbagian Perencanaan dan

Evaluasi dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi:

a. penyusunan rencana kerja Subbagian Perencanaan dan Evaluasi;

b. perumusan kebijakan teknis pelaksanaan urusan perencanaan dan evaluasi;

c. pengoordinasian penyusunan rencana kerja Sekretariat dan rencana kerja

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;

d. pengoordinasian evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kerja Sekretariat dan

pelaksanaan kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; dan

e. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Subbagian Perencanaan

dan Evaluasi.

23
Bidang Data dan Perencanaan Pembangunan mempunyai tugas

mengoordinasikan, melaksanaan, dan membina perencanaan urusaN

perpustakaan, kearsipan, komunikasi dan informatika, persandian, dan statistik,

melaksanakan analisa dan data pembangunan, dan Menyusun perencanaan daerah.

Bidang Data dan Perencanaan Pembangunan dalam melaksanakan tugas

mempunyai fungsi:

a. penyusunan rencana kerja Bidang Data dan Perencanaan Pembangunan;

b. perumusan kebijakan teknis analisa dan pelayanan data pembangunan serta

perencanaan daerah;

c. pengoordinasian perumusan kebijakan teknis perencanaan kegiatan bersumber

dana non APBD Kabupaten;

d. pengoordinasian, pelaksanaan, dan pembinaan perencanaan urusan

perpustakaan, kearsipan, komunikasi dan informatika, persandian, dan

statistik;

e. pelaksanaan analisa dan pelayanan data dan informasi pembangunan daerah;

f. pengoordinasian, pelaksanaan, dan pembinaan penyusunan dokumen Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, Rencana Stategis

Perangkat Daerah, Rencana Kerja Perangkat Daerah, serta Kebijakan Umum

Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara; dan

g. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Bidang Data dan

Perencanaan.

24
Subbidang Analisa dan Data Pembangunan mempunyai tugas menyiapkan bahan

pengoordinasian, pelaksanaan, pembinaan perencanaan urusan perpustakaan,

kearsipan, komunikasi dan informatika, persandian, dan statistik, serta pelaksanaan

Analisa dan data pembangunan. Subbidang Analisa dan Data Pembangunan dalam

melaksanakan tugas mempunyai fungsi:

a. penyusunan rencana kerja Subbidang Analisa dan Data Pembangunan;

b. perumusan kebijakan teknis analisa dan data pembangunan;

c. pengoordinasian, pelaksanaan, dan pembinaan perencanaan urusan perpustakaan,

kearsipan, komunikasi dan informatika, persandian, dan statistik;

d. pelaksanaan analisa, dan pelayanan data dan informasi pembangunan daerah; dan

evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Subbidang Analisa dan Data

Pembangunan.

Subbidang Perencanaan Daerah mempunyai tugas menyiapkan bahan

pengoordinasian, pelaksanaan, dan pembinaan penyusunan dokumen perencanaan

pembangunan daerah. Subbidang Perencanaan Daerah dalam melaksanakan tugas

mempunyai fungsi:

a. penyusunan rencana kerja Subbidang Perencanaan Daerah;

b. perumusan kebijakan teknis penyusunan dokumen perencanaan pembangunan

daerah;

c. pengoordinasian perumusan kebijakan teknis perencanaan kegiatan bersumber

dana non APBD Kabupaten;

25
d. pengoordinasian, pelaksanaan, dan pembinaan penyusunan dokumen Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, Rencana Strategis Perangkat Daerah,

Rencana Kerja Perangkat Daerah, serta Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas

Plafon Anggaran Sementara; dan

e. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Subbidang Perencanaan

Daerah.

Bidang Fisik dan Prasarana mempunyai tugas mengoordinasikan,

melaksanakan, dan membina perencanaan urusan pekerjaan umum dan penataan

ruang, perhubungan, lingkungan hidup, perumahan dan kawasan permukiman,

serta pertanahan. Bidang Fisik dan Prasarana dalam melaksanakan tugas

mempunyai fungsi:

a. penyusunan rencana kerja Bidang Fisik dan Prasarana;

b. perumusan kebijakan teknis perencanaan urusan pekerjaan umum dan

penataan ruang, perhubungan, lingkungan hidup, perumahan dan kawasan

permukiman, serta pertanahan;

c. pengoordinasian, pelaksanaan dan pembinaan perencanaan urusan pekerjaan

umumdan penataan ruang, perhubungan, lingkungan hidup, perumahan dan

kawasan permukiman, serta pertanahan; dan

d. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Bidang Fisik Dan

Prasarana.

Subbidang Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman

mempunyai tugas menyiapkan bahan pengoordinasian, pelaksanaan, dan

26
pembinaan perencanaan urusan pekerjaan umum, perumahan dan kawasan

permukiman. Subbidang Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman

dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi :

a. penyusunan rencana kerja Subbidang Pekerjaan Umum, Perumahan dan

Kawasan Permukiman;

b. perumusan kebijakan teknis perencanaan urusan pekerjaan umum, perumahan

dan kawasan permukiman;

c. pengoordinasian, pelaksanaan, dan pembinaan perencanaan urusan pekerjaan

umum, perumahan dan kawasan permukiman; dan

d. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Subbidang Pekerjaan

Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman.

27
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pendahuluan

IYEU GAIS PENDAHULUAN NA

4.2 Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Perencanaan Kerja

Untuk mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan daerah tahun 2021,

didasarkan atas rumusan isu-isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi

yang dikaitkan dengan Sasaran dan Target Kinerja Rencana Strategis, dalam

rangka memberikan arah dan tolok ukur yang jelas dari Misi yang telah

dirumuskan sehingga dapat menggambarkan secara spesifik indicator kinerja

keberhasilan, maka dari setiap misi ditetapkan Tujuan dan Sasaran Renja

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2021.

Perumusan Tujuan dilakukan dengan memperhatikan pernyataan Visi dan

Misi Perangkat Daerah dan pernyataan Tujuan pembangunan jangka

menengah dalam dokumen RPJMD untuk dikaitkan dengan tugas dan fungsi

Perangkat daerah.

Adapun Tujuan Jangka Menengah Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Garut tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Tujuan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Garut

Tujuan Indikator Target Tahun 2021


1. Mewujudkan perencanaan Tingkat keselarasan antar 100%
pembangunan daerah yang dokumen perencanaan.

28
berkualitas.
2. Mewujudkan penelitian dan Tingkat kualitas penelitian 100%
pengembangan yang berkualitas. dan pengembangan.
Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang

diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat

dilaksanakan dalam jangka waktu 5 tahun ke depan. Perumusan Sasara Jangka

Menengah Bappeda Kabupaten Garut memperhatikan indicator kinerja sesuai

tugas dan fungsinya serta profil pelayanan yang terkait dengan indicator kinerja.

Sasaran Bappeda Kabupaten Garut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Sasaran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Garut


Sasaran Indikator Target Tahun 2021

1. Meningkatnya kualitas Tersedianya dokumen


dokumen perencanaan perencanaan RKPD yang telah
pembangunan daerah. ditetapkan dengan Perkada. 1 dokumen

Penjabaran konsistensi Program


RPJMD ke dalam RKPD.
100%
Kesesuaian rencana 100%
pembangunan dengan RTRW.
2. Meningkatnya kualitas Persentase implementasi rencana
penelitian dan kelitbangan.
pengembangan. 100%

Dengan adanya perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Tahun 2019-2024 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah Tahun

2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2019 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2019-2024, maka

Peraturan Bupati Garut Nomor 42 Tahun 2019 tentang Rencana Strategis Bappeda

29
Kabupaten Garut Tahun 2019-2024 dilakukan peninjauan kembali dan dilakukan

penyesuaian.

Perubahan atas Rencana Strategis Bappeda Kabupaten Garut Tahun 2019-2024

mencakup perubahan atas Tujuan dan Sasaran Strategis Bappeda Kabupaten Garut

sebagai berikut :

Tabel 4.3 Tujuan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Garut


Perubahan
Tujuan Indikator Target Tahun 2021

1. Meningkatnya kualitas Nilai SAKIP komponen 24,20 poin


perencanaan, pengendalian Perencanaan Kinerja.
dan evaluasi pembangunan
daerah.

Nilai rata-rata capaian kinerja 90%


sasaran pembangunan jangka
menengah daerah.
2. Meningkatnya kualitas Persentase pemanfaatan hasil 85%
penelitian dan penelitian dan pengembangan.
pengembangan.
Tabel 4.4 Sasaran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Garut
Perubahan
Sasaran Indikator Target Tahun 2021

1. Meningkatnya Persentase keselarasan RKPD 100%


Keselarasan terhadap RPJMD.
perencanaan pembangunan
daerah serta meningkatnya
Persentase keselarasan Renja 100%
kualitas pengendalian
terhadap RKPD.

Nilai rata-rata capaian kinerja 90%

30
dan evaluasi sasaran pembangunan
pembangunan daerah. tahunan daerah.
2. Meningkatnya Persentase hasil penelitian dan 85%
pemanfaatan penelitian pengembangan yang
dan pengembangan dalam implementatif.
pembangunan
daerah.

Perjanjian Kinerja

Perjanjian Kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari

pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah

untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai indicator kinerja. Melalui

Perjanjian Kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan

antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan

tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Perjanjian Kinerja

dibuat dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,

transparan dan akuntabl serta berorientasi pada hasil.

Perjanjian Kinerja disusun untuk memenuhi amanat Peraturan Presiden

Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

dan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian

Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah.

Perjanjian Kinerja Bappeda Kabupaten Garut merupakan perjanjian antara

Kepala Bappeda Kabupaten Garut (pihak pertama) kepada Bupati Garut (pihak

31
kedua). Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja dalam rangka

mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam

dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja

tersebut menjadi tanggung jawab pihak pertama. Pihak kedua melakuka supervise

yang diperlukan serta melakukan evaluasi tergadap capaian kinerja dan

mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan

sanksi.

Penyusunan Perjanjian Kinerja bertujuan untuk :

1. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah

untuk meningkatkan intergritas, akuntabilitas, transparansi dan kinerja

aparatur;

2. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur;

3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan

sasaran organisasi dan sebagai dasar pemberian penghargaan dan sanksi;

4. Sebagai dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan monitoring, evaluasi

dan supervise atas perkembangan/kemajuan kinerja penerima amanah; dan

5. Sebagai dasar dalam penetapan Sasaran Kinerja Pegawai.

Berikut ini disajikan target kinerja sesuai yang tercantum dalam Lampiran

Perjanjian Kinerja Bappeda Kabupaten Garut Tahun 2021.

Tabel 4.5 Perjanjian Kinerja Tahun 2021

NO. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

32
1. Meningkatnya kualitas Tersedianya dokumen 1 dokumen
dokumen perencanaan perencanaan RKPD yang telah
pembangunan daerah. ditetapkan dengan Perkada.
Penjabaran konsistensi 100%
Program RPJMD ke dalam
RKPD.
Kesesuaian rencana 100%
pembangunan dengan RTRW.
2. Meningkatnya kualitas Persentase implementasi 100%
penelitian dan pengembangan. rencana kelitbangan.

PROGRAM ANGGARAN KETERANGAN


1. PROGRAM PENUNJANG Rp. 9.484.862.983,00 APBD
URUSAN PEMERINTAHAN
DAERAH KABUPATEN/KOTA Kabupaten

2. PROGRAM PERENCANAAN, Rp. 2.941.046.000,00 APBD


PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PEMBANGUNAN DAERAH Kabupaten

3. PROGRAM KOORDINASI Rp. 2.576.541.500,00 APBD


DAN SINKRONISASI
PERENCANAAN PEMBANGUNAN Kabupaten
DAERAH
4. PROGRAM PENELITIAN Rp. 100.000.000,00 APBD
DAN PENGEMBANGAN DAERAH
Kabupaten
Berikut ini disajikan target kinerja sesuai yang tercantum dalam Lampiran

Perjanjian Kinerja Bappeda Kabupaten Garut Tahun 2021 Perubahan.

Tabel 4.6 Perjanjian Kinerja Tahun 2021 Perubahan

NO. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET


1. Meningkatnya keselarasan Persentase keselarasan RKPD 100 %
perencanaan pembangunan terhadap RPJMD.
daerah serta meningkatnya
kualitas pengendalian dan Persentase keselarasan Renja 100 %
terhadap RKPD.

33
evaluasi pembangunan daerah. Nilai rata-rata capaian kinerja 90 %
sasaran pembangunan tahunan
daerah.
2. Meningkatnya pemanfaatan Persentase hasil penelitian dan 85 %
penelitian dan pengembangan pengembangan yang
dalam pembangunan daerah. implementatif.

Program Anggaran Keterangan


1. Program Penunjang Urusan Rp. 9.774.077.283,00 Apbd
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
Kabupaten

2. Program Perencanaan, Rp. 2.607.800.300,00 Apbd


Pengendalian Dan Evaluasi
Pembangunan Daerah Kabupaten

3. Program Koordinasi Dan Rp. 2.454.762.300,00 Apbd


Sinkronisasi Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten

4. Program Penelitian Dan Rp. 100.000.000,00 Apbd


Pengembangan Daerah
Kabupaten
4.3 Akuntabilitas Kinerja

4.4

34
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penyusunan laporan akuntabilitas kinerja intansi pemerintah (LAKIP)

tahun 2021 ini dimaksudkan sebagai bentuk lapran pertanggung jawaban atas

pelaksanaan tugas yang pokok dan fungsi serta kewenangan yang telah

diberikan oleh pemerintah daerah kepada BAPPEDA sebagai implementasi

dari refoemssi birokrasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik.

BAPEDA telah melaksanakan seluruh program yang telah ditetapkan program

yang diimplementasikan melalui kegiatan yang diprioritasikan sesuai visi misi

yang diamanat kan. Maka dengan di sususnya LAKIP yaitu bertujuan untuk

menyampaikan sejauh mana kualitas dan pencapainya kinerja BAPEDA.

5.2 Saran

Lebih meningkatkan lagi dan penerapan yang lebih baik di lapangan yang

berkaitan dengan Program-Program yang telah ditetapkan.

35

Anda mungkin juga menyukai