TINJAUAN PUSTAKA
2.1 AKUNTABILITAS
akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban seseorang (pebisnis, pemilik usaha, pemimpin, manajer,
dll) atau sebuah organisasi kepada pihak yang berhak untuk mendapatkan dan meminta keterangan
mengenai kegiatan bisnis atau kinerja dalam menjalankan tugas demi mencapai tujuan tertentu. Daripada
Mahmudi
Akuntabilitas adalah kewajiban agen (pemerintah) untuk mengelola sumber daya, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik
Prinsip Akuntabilitas
Prinsip akuntabilitas adalah batasan dalam menentukan apakah hal tersebut benar termasuk dalam
akuntabilitas atau tidak. Akuntabilitas yang dilaksanakan dengan baik berarti sudah menuruti prinsip
tersebut dengan benar. Berikut ini adalah beberapa prinsip akuntabilitas yang perlu kamu ketahui.
Prinsip akuntabilitas yang pertama adalah adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf untuk
melakukan pengelolaan organisasi yang memiliki nilai akuntabel.Akuntabilitas adalah sistem yang
menjamin penggunaan sumber daya secara konsisten berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.Menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.Akuntabilitas
berorientasi pada visi, misi, hasil, dan manfaat yang diperoleh organisasi.Memegang erat nilai kejujuran,
transparan, objektif dan inovatif.
Fungsi Akuntabilitas
Alat monitor di sini maksudnya adalah fungsi akuntabilitas sebagai cara untuk memonitor tugas atau
kewajiban yang dikerjakan oleh seseorang untuk kemudian dipertanggungjawabkan kepada atasannya.
Akuntabilitas juga bisa digunakan sebagai alat ukur keberhasilan dari tugas yang sudah
dijalankan tersebut saat diadakan evaluasi kerja. Suatu pekerjaan dianggap berhasil jika mampu
diselesaikan dengan baik dan kemudian dipertanggungjawabkan dengan baik pula.
Fungsi akuntabilitas yang berikutnya adalah menjadikan kinerja lebih efektif dan efisien. Dengan adanya
akuntabilitas, seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan akan menjadi lebih efektif. Dikatakan
lebih efisien pun karena adanya evaluasi yang dilakukan secara rutin dan terus menerus.
Bisa dibilang mungkin ini adalah fungsi akuntabilitas yang sangat penting. Kamu tahu bahwa
penyalahgunaan jabatan, salah satu contohnya korupsi, bisa saja terjadi dalam bisnis.
Dengan adanya konsep akuntabilitas, kemungkinan terjadinya penyelewengan tugas dan jabatan bisa
diminimalisasi. Dalam akuntabilitas, dituntut adanya laporan pertanggungjawaban yang dibuat dengan
benar dan akurat untuk menghindari adanya indikasi atau potensi korupsi dalam sebuah bisnis atau
perusahaan.
Jenis Akuntabilitas
Selain menjelaskan mengenai apa itu akuntabilitas, Mardiasmo juga menerangkan bahwa akuntabilitas
bisa dikategorikan menjadi dua jenis. Dua jenis akuntabilitas tersebut, yaitu:
Akuntabilitas Vertikal
Jenis akuntabilitas yang pertama adalah akuntabilitas vertikal. Pengertian akuntabilitas vertikal
merupakan kondisi seseorang yang harus mempertanggungjawabkan suatu keputusan yang diambilnya
kepada pihak lain yang memiliki kedudukan dan pangkat lebih tinggi.
Contoh akuntabilitas vertikal adalah beberapa pertanggungjawaban yang harus dilakukan oleh pimpinan
kantor cabang kepada pimpinan pusat.
Akuntabilitas Horizontal
Akuntabilitas horizontal merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban kepada konsumen, masyarakat,
atau lingkungan sekitar. Jenis akuntabilitas yang satu ini tidak memiliki hubungan dengan
pertanggungjawaban kepada atasan atau orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi.
Contoh akuntabilitas horizontal adalah tugas untuk memberikan layanan publik atau masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akuntabilitas berarti pertanggungjawaban atau keadaan
dapat dimintai pertanggungjawaban. Sedangkan akuntabel artinya adalah dapat dipertanggungjawabkan.
Jadi, bisa dikatakan bahwa dua kata ini memiliki pengertian yang tidak sama.Pada pelaksanaannya,
makna akuntabel adalah suatu kemampuan untuk mempertanggungjawabkan atau
dipertanggungjawabkan. Lantas, mengapa seseorang perlu dianggap akuntabel?
Dengan memiliki sikap akuntabel, maka seseorang, dalam hal ini karyawan atau pegawai, berarti
dapat diandalkan dalam suatu pekerjaan yang diserahkan kepadanya dan dianggap mampu
mempertanggungjawabkan hasilnya nanti.
Seseorang yang dianggap akuntabel artinya mampu bertanggung jawab secara penuh atas ide, pemikiran,
tindakan, perkataan, dan emosi di tempat kerja atau dalam sebuah bisnis tempat dia berkecimpung. Jika
kamu adalah seorang individu yang akuntabel, kamu tidak akan melemparkan tanggung jawab yang
dibebankan kepada orang lain.Akuntabilitas adalah hal penting dan bukan merupakan hal yang mudah
untuk diterapkan secara langsung, butuh proses untuk melakukannya. Dibutuhkan juga adanya
pengendalian diri, sikap transparansi, keikhlasan, dan juga kejujuran dalam pelaksanaannya.
Pengendalian diri di sini maksudnya adalah sebisa mungkin tidak mengobral janji pada orang lain, tidak
mengambil pekerjaan yang sejak awal sudah dirasa tidak akan mampu dilakukan, mampu menjaga sikap
dan kata-kata agar tidak berlebihan.
Seseorang yang akuntabel maka hidupnya akan penuh dengan integritas yang tinggi, semua yang
dilakukannya, mulai dari tutur kata sampai dengan sikap dan perilaku mampu dipertanggungjawabkan
secara baik dan bisa diterima oleh akal sehat. Jika sikap seperti ini mampu dipertahankan, maka reputasi
dan kredibilitas yang baik akan didapatkan. Hal ini tentu penting untuk kemajuan dan perkembangan karir
di masa yang akan datang.
Contoh Akuntabilitas
Contoh akuntabilitas dalam sebuah bisnis, misalnya seorang karyawan yang dipercaya untuk memegang
urusan stok barang, maka dia harus mampu memenuhi tanggung jawab yang berupa laporan stok di setiap
akhir bulan.
Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi karyawan yang dikemukakan Leon C. Menggison (1981:310)
dalam Mangkunegara (2000:69) adalah sebagai berikut: ”penilaian prestasi kerja (Performance Appraisal)
adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukkan apakah seorang karyawan melakukan
Kegiatan penilaian kinerja sendiri dimaksudkan untuk mengukur kinerja masing-masing tenaga
kerja dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas kerja, sehingga dapat diambil tindakan yang
efektif semisal pembinaan berkelanjutan maupun tindakan koreksi atau perbaikan atas pekerjaan yang
dirasa kurang sesuai dengan deskripsi pekerjaan. Penilaian kinerja terhadap tenaga kerja biasanya
dilakukan oleh pihak manajemen atau pegawai yang berwenang untuk memberikan penilaian terhadap
tenaga kerja yang bersangkutan dan biasanya merupakan atasan langsung secara hierarkis atau juga bisa
dari pihak lain yang diberikan wewenang atau ditunjuk langsung untuk memberikan penilaian. Hasil
penilaian kinerja tersebut disampaikan kepada pihak manajemen tenaga kerja untuk mendapatkan kajian
dalam rangka keperluan selanjutnya, baik yang berhubungan dengan pribadi tenaga kerja yang
Penentuan pilihan yang sederhana adalah menilai kinerja yang dihasilkan tenaga kerja berdasarkan
deskripsi pekerjaan yang telah ditetapkan pada saat melaksanakan kegiatan analisis pekerjaan. Meskipun
kenyataannya, cara ini jarang diperoleh kepastian antara pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh seorang
tenaga kerja dengan deskripsi pekerjaan yang telah ditetapkan. Karena seringkali deskripsi pekerjaan
yang etrtulis dalam perusahaan kurang mencerminkan karakteristik seluruh persoalan yang ada.
Kebiasaan yang sering dialami tenaga kerja adalah meskipun penilaian kinerja telah selesai dilakukan
oleh pihak yang berwenang dalam melakukan penilaian, tenaga kerja yang bersangkutan tetap kurang
mengetahui seberapa jauh mereka telah memenuhi apa yang mereka harapkan. Seluruh proses tersebut
(penilaian kinerja) analisis dan perencanaan diliputi oleh kondisi yang tidak realistis semisal permaian,
improvisasi, dan sebagainya. Jalan yang lebih berat bagi pihak yang berwenang dalam melakukan
penilaian adalah menentukan hal-hal yang sebenarnya diharapkan tenaga kerja dalam pekerjaan saat itu.
2.3 LAKIP
Lakip atau sering di sebut dengan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan bentuk
akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercaya kepada setiap instansi pemerintah atas
penggunaan anggaran , melalui pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan sesacara analisis
jawabkan keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang telah di tetapkan
melalui media pertanggung jawaban yang di laksanakan secara periodic setiap akhir anggaran . dalam
dunia birokrasi akuntabilitas pemerintah merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah untuk
memepertanggung jawabkan keberhasilan serta kegagalan pelaksanaan misi dan tujuan instansi yang
bersangkutan .
LAKIP merupakan produk akhir yang dicapai oleh suatu instansi pemerintah atas pelaksanaan program
dan kegiatan yang dibiayai oleh APBD / APBN . dalam pembuatan LAKIP suatu instansi pemerintah
harus dapat menentukan besaran kinerja yang di hasilkan secara kuantitatif yaitu besaran dalam satu
jumlah atau persentase . dalam penilaian LAKIP , materi evaluasi meliputi 5 komponen , komponen yang
ertama adalah perencanaan kinerja , terdiiri dari renstra , rencana kinerja tahunan , dan penetapa kinerja
dengan bobot 35. Komponen kedua , yakni pengukuran kinerja , yang meliputi pemenuhan pengukuran ,
dan implementasi pengukran dengan bobot 20. Pelaporan kinerja komponen ketiga , terdiri dari
pemenuhan laporan , penyajian informasi , kinerja , serta pemanfaatan informasi kinerja , diberi bobot
15 . Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan salah satu
rangkaian kegiatan yang harus dilakukan setiap tahun dan merupakan salah satu bentuk evaluasi semua
rangkaian yang telah dilakukan selama satu tahun anggaran. Kesemuanya harus terangkum dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), selain sebagai bahan evaluasi dari rangkaian
program yang telah dicanangkan pada awal tahun anggaran juga sebagai bahan pertimbangan dalam
penyelenggaraan pemerintahan harus dapat diukur dan dinilai kinerjanya dengan menggunakan indikator-
indikator yang mengacu pada tatanan demokrasi, desentralisasi, partisipasi masyarakat, serta perhatian
terhadap pemerataan dan kemiskinan. Selaras dengan pemikiran tersebut diperlukan sebuah perubahan
yang terkandung dalam semangat reformasi birokrasi sebagai prasyarat utama dalam mewujudkan
pemerintahan yang baik dengan menekankan aspek Aspek Efisiensi, Akuntabilitas, dan Transparansi
sehingga mampu mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi dalam penyelenggaraan pemerintahan.
BAB III
VISI:
Instansi Pemerintah BAPPEDA Kab . Garut Yakni , Terwujudnya Sistem Perencanaan Pembangunan
pembangunan daerah .
Sesuai dengan Peraturan Bupati Sleman Nomor 100 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah maka susunan organisasi Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah terdiri dari :
a. Kepala Badan;
b. Sekretariat terdiri dari:
1. Subbagian Umum dan Kepegawaian;
2. Subbagian Keuangan; dan
3. Subbagian Perencanaan dan Evaluasi.
c. Bidang Data dan Perencanaan Pembangunan terdiri dari:
1. Subbidang Analisa dan Data Pembangunan; dan
2. Subbidang Perencanaan Daerah.
d. Bidang Fisik dan Prasarana terdiri dari:
1. Subbidang Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
2. Subbidang Pertanahan dan Penataan Ruang; dan
3. Subbidang Perhubungan dan Lingkungan Hidup.
e. Bidang Perekonomian terdiri dari:
1. Subbidang Pertanian dan Pemberdayaan Masyarakat;
2. Subbidang Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
Penanaman Modal; dan
3. Subbidang Pariwisata, Tenaga Kerja, dan Kependudukan.
f. Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pemerintahan terdiri dari:
1. Subbidang Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan
Olahraga;
2. Subbidang Kesehatan dan Sosial; dan
3. Subbidang Pemerintahan.
g. Bidang Penelitian Pengembangan dan Pengendalian;
1. Subbidang Penelitian dan Pengembangan;
2. Subbidang Pengendalian; dan
3. Subbidang Evaluasi.
19
h. Unit Pelaksana Teknis; dan
i. Kelompok Jabatan Fungsional.
I. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan urusan umum, urusan
kepegawaian, urusan keuangan, urusan perencanaan dan evaluasi, serta
mengoordinasikan pelaksanaan tugas satuan organisasi.
Sekretariat dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi:
a. penyusunan rencana kerja Sekretariat dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah;
b. perumusan kebijakan teknis kesekretariatan;
c. pelaksanaan urusan umum;
d. pelaksanaan urusan kepegawaian;
e. pelaksanaan urusan keuangan;
f. pelaksanaan urusan perencanaan dan evaluasi;
g. pengoordinasian pelaksanaan tugas satuan organisasi lingkup
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; dan
h. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Sekretariat
dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
1. Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas
menyiapkan bahan pelaksanaan urusan umum dan urusan
kepegawaian. Subbagian Umum dan Kepegawaian dalam
melaksanakan tugas mempunyai fungsi:
a) penyusunan rencana kerja Subbagian Umum dan
Kepegawaian;
b) perumusan kebijakan teknis pelaksanaan urusan umum dan
urusan kepegawaian;
c) pengelolaan persuratan dan kearsipan;
d) pengelolaan perlengkapan, keamanan, dan kebersihan;
e) pengelolaan dokumentasi dan informasi;
f) penyusunan perencanaan kebutuhan, pengembangan dan
pembinaan pegawai;
g) pelayanan administrasi pegawai dan pengelolaan tata usaha
kepegawaian; dan
20
h) evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja
Subbagian Umum dan Kepegawaian.
2. Subbagian Keuangan mempunyai tugas menyiapkan bahan
pelaksanaan urusan keuangan. Subbagian Keuangan dalam
melaksanakan tugas mempunyai fungsi:
a) penyusunan rencana kerja Subbagian Keuangan;
b) perumusan kebijakan teknis pelaksanaan urusan keuangan;
d) pelaksanaan perbendaharaan, pembukuan, dan pelaporan
keuangan; danevaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
kerja Subbagian Keuangan.
3. Subbagian Perencanaan dan Evaluasi mempunyai tugas
menyiapkan bahan pelaksanaan urusan perencanaan dan evaluasi.
Subbagian Perencanaan dan Evaluasi dalam melaksanakan
tugas mempunyai fungsi:
Evaluasi;
Pembangunan;
pembangunan daerah;
Sementara; dan
dan Perencanaan.
Pembangunan;
22
fungsi:
dan
23
c. pengoordinasian, pelaksanaan dan pembinaan perencanaan urusan
pekerjaan umum
Dan Prasarana.
Permukiman.