Anda di halaman 1dari 8

LEARNING JOURNAL

AKUNTABILITAS

POKOK PIKIRAN, INDIKATOR SERTA PENERAPAN NILAI-NILAI DASAR PNS


AKUNTABILITAS DI TEMPAT BEKERJA

Yosua Getmi Raja Guk Guk, A.Md.


Kelompok 4 Angkatan XI
Tutor : Benny Matriksa, ST., M.M.

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Provinsi Kalimantan Tengah
Palangka Raya
2021
A. Pokok Pikiran (Akuntabilitas)

Menurut Elly, K & Femmy, A (2020) akuntabilitas adalah kesesuaian antara


aturan dan pelaksanaan kerja. Akuntabilitas harus dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan pertanggung jawaban atas
semua kegiatan yang di lakukan. Dalam banyak hal akuntabilitas sering disamakan
dengan responsibilitas, namun kedua hal ini berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban
untuk bertanggung jawab sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban pertanggung
jawaban yang harus dicapai oleh setiap individu, kelompok atau instansi untuk
memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya (Bambang, R, dkk, 2016). Amanah
yang harus di lakukan seorang Aparatur Sipil Negara yaitu mewujudkan nilai-nilai
publik sebagai berikut :

a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan,
antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi.
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan
PNS dalam politik praktis
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintah dan pelayanan publik
d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.

B. Aspek-Aspek Akuntabilitas
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
yaitu hubungan yang bertanggung jawab antara kedua belah pihak dalam
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat untuk memenuhi
semua kewajibannya.
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is result-oriented)
yaitu setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertindak dan berupaya
memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
yaitu dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap
tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi.

2
4. Akuntabilitas memelukan konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences)
yaitu kewajiban menunjukkan tanggung jawab dan tanggung jawab
menghasilkan konsekuensi berupa penghargaan atau sanksi.
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
yaitu dalam proses ini setiap individu/kelompok/institusi akan diminta
pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi dan
berfokus pada peningkatan kerja.

C. Mekanisme & Fungsi Akuntabilitas


Menurut Dr. Bevaola, K, dkk (2015), Mekanisme Akuntabilitas terdiri dari empat
dimensi yaitu :
1. Akuntabilitas kejujuran dan hukum
: terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang diterapkan.
2. Akuntabilitas proses
: terkait dengan prosedur pelaksanaan tugas secara sistem informasi akuntansi,
sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi.
3. Akuntabilitas program
: terkait pertimbangan pencapaian tujuan yang ditetapkan.
4. Akuntabilitas kebijakan
: terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil

Menurut Bovens (2007), akuntabilitas publik memiliki tiga Fungsi utama, yaitu :
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi)
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional)
3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar)

D. Tingkatan Akuntabilitas
1. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)
mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran,
integritas, moral dan etika.

3
2. Akuntabilitas individu
mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan kerjanya sebagai
contoh hubungan anatar PNS dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan.
3. Akuntabilitas kelompok
mengacu pada pembagian kewenangan dan semangat kerjasama yang tinggi
antar berbagai kelompok dalam sebuah institusi untk mencapai kinerja
organisasi yang diharapkan.
4. Akuntabilitas oraganisasi
mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik pelaporan yang
dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun kinerja organisasi
kepada stakeholders lainnya.
5. Akuntabilitas Stakeholder
mengacu pada tanggung jawab organisasi pemerintah untuk mewujudkan
pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan bermatabat.

E. Nilai-Nilai Akuntabilitas
1. Kepemimpinan
yaitu lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
2. Transparansi
bertujuan untuk mendorong komunikasi agar terjalin kerja sama antar
kelompok, memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya,
meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan yang diambil serta meningkatkan
kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara keseluruhan.
3. Integritas
menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung tinggi dan mematuhi semua
hukum yang berlaku, undang-undang, kontrak, kebijakan dan peraturan yang
berlaku.
4. Tanggung jawab (Responsibilitas)
terbagi dalam responsibilitas perorangan dan institusi yang memberikan
kewajiban bagi setiap individu dan lembaga bahwa ada konsekunesi dari setiap

4
tindakan yang telah dilakukan karena adanya tuntutan untuk bertanggung jawab
atas keputusan yang dibuat.
5. Keadilan
yaitu landasan utama dari akuntabilitas yang harus dipelihara dan dipromosikan
oleh pimpinan pada lingkungan organisasinya agar terjalin kepercayaan dan
kinerja menjadi optimal.
6. Kepercayaan
akan melahirkan akuntabilitas, dengan kata lain lingkungan akuntabilitas tidak
akan lahir dari hal-hal yang tidak dapat dipercaya.
7. Keseimbangan
antara akuntabilitas dan kewenangan serta harapan dan kapasitas akan
menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel.
8. Kejelasan
menciptakan dan mempertahankan akuntabilitas agar individu dan kelompok
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan.
9. Konsistensi
menjamin stabilitas, penerapan yang tidak konsisten dari sebuah
kebijakan,prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi terhadap
tercapainya lingkungan kerja yang akuntabel.

F. Penerapan Akuntabilitas di Lingkungan Kerja


Saya bekerja sebagai seorang Calon Penera Terampil di Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Kabupaten Pulang Pisau dalam
menjalankan tugas dan kewajiban di bawah pembinaan bidang Perdagangan, seksi
kemetrologian yang di pimpin oleh Kepala Seksi Kementrologian, Perlindungan
Konsumen Dan Pengawasan Barang Dan Jasa Beredar. Aparatur Sipil Negara di tuntut
untuk memahami mekanisme akuntabilitas yang diterapkan oleh unit kerjanya seperti
penerapan sistem penilaian kerja, sistem akreditasi dan pengawasan, untuk
mewujudkan mekanisme tersebut harus ada alat akuntabilitas yang dibuat contohnya
yaitu laporan kinerja. Hal-hal berikut ini yang diterapkan di instansi kerja saya agar
terciptanya lingkungan yang akuntabel yaitu :

5
1. Membuat Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Jabatan Fungsional Penera, yaitu
berupa uraian kegiatan tugas jabatan berdasarkan penetapan kinerja yang
bersangkutan. Dimana SKP ini harus disetujui dan ditetapkan oleh atasan langsung.
2. Mengikuti Prosedur SOP
Melakukan pelayanan secara profesional sesuai dengan Standar Operasional Prosedural
(SOP) dalam Penanganan Pelayanan Tera/Tera Ulang UTTP Antar Unit Metrologi Legal
yang berlaku di Seksi Kemetrologian Perlindungan Konsumen Dan Pengawasan Barang
Dan Jasa Beredar.
3. Kerjasama Tim
Memberikan kontribusi yang aktif saat kerja sama tim, hal ini untuk mewujudkan
pelayanan yang berintegritas dan menciptakan lingkungan yang sehat, bersahabat dan
berkualitas.
4. Komunikatif
Melakukan komunikasi yang efektif dalam membina hubungan saling percaya. Hal ini
bertujuan agar proses dalam memberikan pelayanan berjalan dengan maksimal serta
dapat memberikan pengaruh yang baik kepada Pengusaha dan Pedagang.
5. Mengedepankan kepentingan kantor daripada kepentingan pribadi
Dalam melakukan pekerjaan bisa membedakan mana yang menjadi prioritas,
berdasarkan keadaan urgensi, tidak melakukan konflik kepentingan untuk keuntungan
pribadi serta selalu bertanggung jawab dalam melakukan Tindakan.
6. Memiliki Surat Tanda Pegawai Berhak
Setiap Peneraan Yang Menjalankan Praktik, Wajib Memiliki Surat Tanda Pegawai
Berhak Yang Aktif, Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Jabatan
Fungsional Penera; (telah ditetapkan sebagai Pegawai Berhak dan memperoleh Surat
Keputusan Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi Standardisasi dan
Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan tentang Penetapan Pegawai
Berhak). Hal Ini Berdampak Untuk Meningkatkan Kualitas Dan Kompetensi Dalam
Memberikan Pelayanan benar kepada Masyarakat.

6
PENUTUP

Pengambilan keputusan secara akuntabel dan beretika berarti dapat membuat


keputusan dan tindakan yang tepat dan akurat. Sebuah keputusan yang akuntabel dan
beretika sangat penting dalam menjaga kepercayaan dan keyakinan terhadap
masyarakat dalam pekerjaan pemerintahan. Pegawai Negeri Sipil diharapkan bisa
melakukan semua nilai-nilai Akuntabilitas di dalam lingkungan kerja dan lingkungan
masyarakat.

7
DAFTAR PUSTAKA

Bambang, R, dkk. (2016). Aparatur Sipil Negara Pendukung Reformasi Birokrasi. Jakarta:
Kencana.
Bovens, M. (2007). Analysing and Assessing Accountability: A Conceptual Framework’
European Law Journal, Vol. 13(4), pp. 447–468.
Dr. Bevaola, K, dkk. (2015). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS Akuntabilitas. Jakarta:
Lembaga Adiministrasi Negara.
Elly, K & Femmy, A. (2020). Buku Modul Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Sidoarjo:
Zifatama Jawara.

Anda mungkin juga menyukai