Anda di halaman 1dari 43

BAB II

RANCANGAN AKTUALISASI

A. Nilai-nilai dalam ANEKA


1. Akuntabilitas
a. Pengertian akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah
seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik.
Nilai-nilai publik tersebut meliputi:
1) Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi;
2) Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis;
3) Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik; dan
4) Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.
b. Aspek-aspek Akuntabilitas
Aspek-aspek akuntabilitas antara lain:
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat.Pemberi
kewenangan bertanggung jawab memberikan arahan yang
memadai,bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas
dan fungsinya.Di sisi lain, individu, kelompok, maupun institusi
bertanggung jawab untuk memenuhi semua kewajibannya.
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat
pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif.Dalam hal ini, setiap
individu, kelompok, maupun institusi dituntut untuk bertanggung jawab
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan

10
berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang
maksimal.
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers
reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan
memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan
danhasil yang telah dicapai oleh individu, kelompok, maupun institusi, serta
mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan.
Dalam dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas setiapindividu berwujud suatu
laporan yang didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan untuk institusi
adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless
without consequences)
Akuntabilitas adalah kewajiban.Kewajiban menunjukkan
tanggungjawab, dan tanggungjawab menghasilkan
konsekuensi.Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam pendekatan
akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive accountability), akuntabilitas
dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya
yang tepat, dan evaluasi kinerja.
c. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
1) Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); dengan
membangun suatu sistem yang melibatkan stakeholders dan users yang
lebih luas (termasuk masyarakat, pihak swasta, legislatif, yudikatif dan di
lingkungan pemerintah itu sendiri baik di tingkat kementrian, lembaga
maupun daerah);
2) Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional); dan
3) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
d. Tingkatan dalam Akuntabilitas

11
Tingkatan dalam akuntabilitas digambarkan dalam bagan berikut ini:

Gambar 1. Tingkat Akuntabilitas

Keterangan:

1) Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)


Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri
seseorang seperti kejujuran, integritas, moral, dan etika. Pertanyaan yang
digunakan untuk mengidentifikasi apakah seseorang memiliki akuntabilitas
personal antara lain “Apa yang dapat saya lakukan untuk memperbaiki
situasi dan membuat perbedaan?”.
2) Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan
lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi
kewenangan.Pemberi kewenangan bertanggung jawab untuk memberikan
arahan yang memadai, bimbingan, dan sumber daya serta menghilangkan
hambatan kinerja, sedangkan PNS sebagai aparatur negara bertanggung
jawab untuk memenuhi tanggung jawabnya.Pertanyaan penting yang
digunakan untuk melihat tingkat akuntabilitas individu seorang PNS adalah
apakah individu mampu untuk mengatakan “Ini adalah tindakan yang telah
saya lakukan, dan ini adalah apa yang akan saya lakukan untuk
membuatnya menjadi lebih baik”.
3) Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama
kelompok.Dalam hal ini tidak ada istilah “Saya”, tetapi yang ada adalah
“Kami”.Dalam kaitannya dengan akuntabilitas kelompok, maka pembagian
kewenangan dan semangat kerjasama yang tinggi antar berbagai kelompok
yang ada dalam sebuah institusi memainkan peranan yang penting dalam
tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan.
4) Akuntabilitas Organisasi

12
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang
telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders lainnya.
5) Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna
layanan dan pembayar pajak yang memberikan masukan, saran, dan kritik
terhadap kinerjanya.Jadi, akuntabilitas stakeholder adalah tanggung jawab
organisasi pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil,
responsif dan bermartabat.
e. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, terdapat beberapa
indikator yang harus terpenuhi, yaitu:

1) Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya. Pimpinan mempromosikan lingkungan yang akuntabel
dapat dilakukan dengan memberikan contoh pada orang lain (lead by
example), adanya komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan
sehingga memberikan efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen pula,
terhindarnya dari aspek-aspek yang dapat menggagalkan kinerja yang baik
yaitu hambatan politis maupun keterbatasan sumber daya, sehinggadengan
adanya saran dan penilaian yang adil dan bijaksana dapat dijadikan sebagai
solusi.
2) Transparansi
Tujuan dari adanya transparansi adalah:
 Mendorong komunikasi yang lebih besar dankerjasama antara kelompok
internal dan eksternal;
 Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya dan
korupsi dalam pengambilan keputusan;
 Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan;
 Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara
keseluruhan.
3) Integritas
Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk
menjunjung tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku, Undang-
undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan yang berlaku. Dengan adanya

13
integritas institusi, dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada
publik dan/atau stakeholders.
4) Tanggungjawab (Responsibilitas)
Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan memberikan
kewajiban bagi setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu konsekuensi
dari setiap tindakan yang telah dilakukan, karena adanya tuntutan untuk
bertanggungjawab atas keputusan yang telah dibuat. Responsibilitas terbagi
menjadi :
(a) Responsibiltas Perseorangan:
Adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan dan
tindakan yang telah dilakukan. Adanya pengakuan terhadap etika
dalam pengambilan keputusan. Adanya keterlibatan konstituen yang
tepat dalam keputusan.
(b) Responsibilitas Institusi:
Adanya perlindungan terhadap publik dan sumber daya. Adanya
pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam pengambilan
keputusan. Adanya penempatan PNS dan individu yang lebih baik
sesuai dengan kompetensinya. Adanya kepastian kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan dan fungsinya untuk melindungi sumber daya
organisasi.
5) Keadilan
Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus
dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan organisasinya.
Oleh sebab itu, ketidakadilan harus dihindari karena dapat menghancurkan
kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang mengakibatkan kinerja akan
menjadi tidak optimal.
6) Kepercayaan
Rasa keadilan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini
akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain, lingkungan akuntabilitas
tidak lahir dari hal-hal yang tidak dapat dipercaya.
7) Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan,
serta harapan dan kapasitas. Setiap individu yang ada di lingkungan kerja

14
harus dapat menggunakan kewenangannya untuk meningkatkan kinerja.
Adanya peningkatan kerja juga memerlukan adanya perubahan kewenangan
sesuai kebutuhan yang dibutuhkan. Selain itu, adanya harapan dalam
mewujudkan kinerja yang baik juga harus disertai dengan keseimbangan
kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang dimiliki.
8) Kejelasan
Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan
mempertahankan akuntabilitas. Agar individu atau kelompok dalam
melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya dikatakan akuntabel,
mereka harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi
tujuan dan hasil yang diharapkan. Dengan demikian, fokus utama untuk
kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran dan tanggungjawab, misi
organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja
baik individu maupun organisasi.
9) Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari
sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi
terhadap tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat
melemahnya komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.
2. Nasionalisme
Makna nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran nasional
yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut
kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk
membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. Di
Indonesia diterapkan nasionalisme pancasila, yaitu pandangan atau paham kecintaan
manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila.
Nilai Nasionalisme yang harus dimiliki seorang ASN harus sesuai dengan butir-
butir dalam Pancasila, hal ini untuk mendasari tugas ASN sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
a. ASN sebagai pelaksana kebijakan publik
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara, salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelaksana kebijakan publik,
dengan kata lain ASN adalah aparat pelaksana (eksekutor) yang melaksanakan

15
segala peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan kebijakan publik
di berbagai bidang dan sektor pemerintahan.
ASN juga harus memperhatikan prinsip penting sebagai pelaksana
kebijakan publik, antara lain:
1) ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam
mengimplementasikan kebijakan publik. Sebagaimana dikemukakan
sebelumnya, tanpa ada implementasi maka suatu kebijakan publik hanya
menjadi angan-angan belaka, sehingga karena itu harus
dioperasionalisasikan.
2) ASN harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan
publik. Setiap pegawai ASN harus menyadari sebagai aparatur profesional
yang kompeten, berorientasi pelayanan publik, dan loyal kepada negara dan
aturan perundang-undangan.
3) ASN harus berintegritas tinggi dalam menjalankan tugasnya, yaitu yang
memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan
kejujuran sebagai wujud keutuhan prinsip moral dan etika bangsa dalam
kehidupan bernegara.
b. ASN sebagai Pelayan Publik
ASN yang melayani publik Menurut Sianipar (1998) dalam bukunya yang
berjudul Manajemen Pelayanan Masyarakat pelayanan didefinisikan sebagai
cara melayani, membantu, menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan,
kebutuhan seseorang atau sekolompok orang, artinya objek yang dilayani dapat
meliputi individu, pribadi-pribadi, dan kelompok-kelompok organisasi.
American society for Public Administration (Perhimpunan Amerika untuk
Administrasi Negara), menyebutkan prinsip-prinsip etika pelayanan sebagai
berikut (Sudana, 2009).
1) Pelayanan terhadap publik harus diutamakan;
2) Rakyat adalah berdaulat dan mereka yang bekerja di dalam pelayanan publik
secara mutlak bertanggung jawab kepadanya;
3) Hukum yang mengatur semua kegiatan pelayanan publik. Apabila hukum
atau peraturan yang ada bersifat jelas, maka kita harus mencari cara terbaik
untuk memberi pelayanan publik;

16
4) Manajemen yang efesien dan efektif merupakan dasar bagi administrator
publik. Penyalahgunaan, pemborosan, dan berbagai aspek yang merugikan
tidak dapat ditolerir;
5) Sistem merit dan kesempatan kerja yang sama harus didukung,
dimplementasikan dan dipromosikan;
6) Mengorbankan kepentingan publik demi kepentingan pribadi tidak dapat
dibenarkan;
7) Keadilan, kejujuran, keberanian, kesamaan, kepandaian, dan
empatimerupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan secara aktif harus
dipromosikan;
8) Kesadaran moral memegang peranan penting dalam memilih alternatif
keputusan;
9) Administrator publik tidak semata-mata berusaha menghindari kesalahan,
tetapi juga berusaha mengejar atau mencari kebenaran.
c. Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa
Dalam UU No 5 tahun 2014 pasal 66 ayat 1-2 terkait sumpah dan janji
ketika diangkat menjadi PNS. Dinyatakan bahwa PNS akan senantiasa setia dan
taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, negara, dan pemerintah. PNS
juga senantiasa menjunjung tinggi martabat PNS serta senantiasa
mengutamakan kepentingan Negara dari pada kepentingan diri sendiri,
seseorang dan golongan.
Bagi seorang PNS, Pancasila, UUD 1945 dan NKRI adalah sesuatu yang
final dan harga mati. Dia siap mengorbankan jiwa dan raganya untuk
mempertahankan keutuhan persatuan dan kesatuan Negara Indonesia. Untuk itu
PNS/ASN harus menciptakan kondisi damai dimanapun dia ditempatkan, peran
tersebut dapat diimplementasikan sebagai berikut :
1). Seperti telah dijelaskan didepan, bahwa posisi PNS sebagai aparatur Negara,
dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian tidak memihak kepada
salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS dalam
melaksanakan tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif,
jujur, transparan. Dengan bersikap netral dan adil dalam melaksanakan
tugasanya, PNS akan mampu menciptakan kondisi yang aman, damai, dan
tentram dilingkungan kerjanya dan di masyarakatnya.

17
2). Sikap netral dan adil juga harus diperlihatkan oleh PNS dalam event politik
lima tahunan yaitu pemilu dan pilkada. Dalam pemilu, seorang PNS yang
aktif dalam partai politik, atau mencalonkan diri sebagai anggota legislatif
(DPR, DPRD dan DPD), atau mencalonkan diri sebagai kepala daerah, maka
dia harus mundur atau berhenti sementara dari statusnya sebagai PNS.
Tuntutan mundur diperlukan agar yang bersangkutan tidak menyalahgunakan
wewenang yang dimilikinya untuk kepentingan dirinya dan partai politiknya.
Kalau PNS sudah terlibat dalam kepentingan dan tarikan politik praktis,
maka dia sudah tidak bisa netral dan obyektif dalam melaksanakn tugas-
tugasnya. Situasi ini akan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat
terhadap PNS dan kelembagaan/institusi yang dipimpinnya.
3). PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas,
dengan tidak membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi
keberadaan kelompok tersebut. Termasuk didalamnya ketika melakukan
rekrutmen pegawai, penyusunan program tidak berdasarkan kepada
kepentingan golongannya.
4). PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya. PNS juga harus
menjadi tokoh dan panutan masyarakat. Dia senantiasa menjadi bagian dari
problem solver (pemberi solusi) bukan bagian dari sumber masalah (trouble
maker). Oleh sebab itu, setiap ucapan dan tindakannya senantiasa menjadi
ikutan dan teladan warganya. Dia tidak boleh melakukan tindakan, ucapan,
perilaku yang bertentangan dengan norma norma sosial dan susila,
bertentangan dengan agama dan nilai lokal yang berkembang di masyarakat.
3. Etika Publik
a. Definisi Etika Publik
Weihrich dan Koontz (2005:46) mendefinisikan etika sebagai “the dicipline
dealing with what is good and bad and with moral duty and obligation”. Secara
lebih spesifik Collins Cobuild (1990:480) mendefinisikan etika sebagai “an
idea or moral belief that influences the behaviour, attitudes and philosophy of
life of a group of people”. Oleh karena itu, konsep etika sering digunakan
sinonim dengan moral. Ricocur (1990) mendefinisikan etika sebagai tujuan
hidup yang baik bersamadan untuk orang lain di dalam institusi yang adil.
Dengan demikian etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk,
benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau

18
benar, sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik
atau apa yang seharusnya dilakukan.
Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi
tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku,
tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
a. Kode etik Aparatur Sipil Negara
Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam
suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal
prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis.Berdasarkan Undang-
Undang ASN, kode etik dan kode perilaku Aparatur Sipil Negara yakni
sebagai berikut:
1). Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi.
2). Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3). Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4). Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
5). Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat
yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan.
6). Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7). Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif dan efisien.
8). Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
9). Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10). Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
11). Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.

19
12). Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN.
b. Nilai-nilai Dasar Etika Publik
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
ASN, yakni sebagai berikut:
1). Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2). Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945
3). Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4). Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5). Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6). Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7). Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8). Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
9). Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10). Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11). Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12). Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13). Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14). Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.
c. Dimensi Etika Publik
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni:
1). Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
2). Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam
menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
3). Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.
Padaprinsipnya, ada 3 (tiga) dimensi etika publik:
1). Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
Etika publik menekankan pada aspek nilai dan norma, serta prinsip moral,
sehingga etika publik membentuk integritas pelayanan publik. Moral
dalam etika publik menuntut lebih dari kompetensi teknis karena harus

20
mampu mengidentifikasi masalah-masalah dan konsep etika yang khas
dalam pelayanan publik.
2). Dimensi Modalitas
Pemerintah bersih adalah syarat kemajuan suatu bangsa. Pemerintahan
korup menyebabkan kemiskinan, sumber diskriminasi, rentan konflik dan
penyalahgunaan kekuasaan. Korupsi disebabkan lemahnya integritas
pejabat publik, kurangnya partisipasi dan lemahnya pengawasan.
Membangun integritas publik pejabat dan politisi harus disertai perbaikan
sistem akuntabilitas dan transparansi yang didukung modalitas etika publik,
yaitu bagaimana bisa bertindak baik atau berperilaku sesuai standar etika?
Cara bagaimana etika bisa berfungsi atau bekerja? Struktur seperti apa yang
mampu mengorganisir tindakan agar sesuai dengan etika? Infrastruktur
semacam apa yang dibutuhkan agar etika publik berfungsi?
Unsur-unsur modalitas dalam etika publik yakni akuntabilitas,
transparansi dan netralitas.

4. Komitmen Mutu
a. Definisi Mutu
Menurut Goetsch and Davis (2006: 5) berpendapat bahwa belum ada
definisi mutu yang dapat diterima secara universal, namun mereka telah
merumuskan pengertian mutu sebagai berikut: “Quality is a dynamic state
associated with products, services, people, processes, and environments that
meets or exceeds expectation.” Menurut definisi yang dirumuskan Goetsch dan
Davis, mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan
konsumen atau pengguna.
Dapat disimpulkan bahwa mutu mencerminkan nilai keunggulan
produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan(customer) sesuai dengan
kebutuhan dan keinginannya, dan bahkan melampaui harapannya. Mutu
merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur pencapaian
hasil kerja. Mutu juga dapat dijadikan sebagai alat pembeda atau pembanding
dengan produk/jasa sejenis lainnya, yang dihasilkan oleh lembaga lain sebagai
pesaing (competitors).
b. Aspek Komitmen Mutu

21
Ada 3 (tiga) aspek yang terdapat dalam komitmen mutu, yaitu:
1) Efektivitas
Menurut Richard L. Daft (Tita Maria Kanita 2010: 8) mendefinisikan
efektivitas organisasi berarti sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan
yang ditetapkan, atau berhasil mencapai apapun yang coba dikerjakannya.
Efektivitas organisasi berarti memberikan barang atau jasa yang dihargai
oleh pelanggan.
Karakteristik utama yang dapat dijadikan dasar untuk mengukur tingkat
efektivitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan, baik dilihat
dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat memberi
kepuasan.
2) Efisien
Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2010:8) mendefinisikan
efisiensi adalah jumlah sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan
organisasional. Efisiensi organisasi ditentukan oleh berapa banyak bahan
baku, uang, dan manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah
keluaran tertentu. Efisiensi dapat dihitung sebagai jumlah sumber daya yang
digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa.
Dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi diukur dari penghematan
biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan. Dalam
melaksanakan suatu kegiatan efektif dan efisien harus diperhatikan, jika
tidak diperhatikan maka akan berdampak pada ketidaktercapaian target
kerja, menurunkan kredibilitas institusi tempat bekerja, dan bahkan akan
menimbulkan kerugian.
3) Inovasi
Menurut Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2011: 56) inovasi
barang dan jasa adalah cara utama di mana suatu organisasi beradaptasi
terhadap perubahan-perubahan di pasar, teknologi, dan persaingan.
Inovasi dapat terjadi pada banyak aspek, misalnya perubahan produk
barang/jasa yang dihasilkan, proses produksi, nilai-nilai kelembagaan,
perubahan cara kerja, teknologi yang digunakan, layanan sistem manajemen,
serta mindset orang-orang yang ada di dalam organisasi.
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan
organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang

22
terjadi di sekitarnya. Perubahan bisa dipicu antara lain oleh pergeseran
selera pasar, peningkatan harapan dan daya beli masyarakat, pergeseran gaya
hidup, peningkatan kesejahteraan, perkembangan ekonomi, pengaruh
globalisasi, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Inovasi bisa muncul karena ada dorongan dari dalam (internal) untuk
melakukan perubahan, atau bisa juga inovasi muncul karena ada desakan
kebutuhan dari pihak eksternal, misalnya permintaan pasar. Inovasi lahir
dari imajinasi pemikiran orang-orang kreatif, dan lahirnya kreativitas
didorong oleh munculnya ide/gagasan baru untuk keluar dari rutinitas yang
membosankan. Munculnya ide/gagasan baru, kreativitas, dan inovasi
dilatarbelakangi oleh semangat belajar yang tidak pernah pudar, yang
dijalani dalam proses pembelajaran secara berkelanjutan.
Demikian juga halnya inovasi dalam layanan publik mestinya
mencerminkan hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga akan
memotivasi setiap individu untuk membangun karakter dan mind-set baru
sebagai aparatur penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan dalam
bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya,
bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
c. Nilai-Nilai Dasar Orientasi Mutu
Sejalan dengan pandangan Zulian Yamit (2010: 74) dapat disimpulkan
bahwa sasaran strategis institusi penyelenggara pemerintahan adalah kepuasan
masyarakat. Masyarakat yang merasa puas atas layanan aparatur termotivasi
untuk berpartisipasi aktif menyukseskan berbagai program pemerintah.
Partisipasi aktif masyarakat akan membuka peluang terciptanya langkah kreatif
dalam menghadapi perubahan yang mungkin terjadi di tengah ketatnya
persaingan yang semakin ketat, dengan melahirkan karya-karya inovatif untuk
menyongsong kemajuan masa depan yang lebih baik.
Zeithmalh, dkk (1990: 23) menyatakan bahwa terdapat sepuluh ukuran
dalam menilai mutu pelayanan, yaitu :
1). Tangible (nyata/berwujud),
2). Reliability (kehandalan),
3). Responsiveness (Cepat tanggap),
4). Competence (kompetensi),
5). Access (kemudahan),

23
6). Courtesy (keramahan),
7). Communication (komunikasi),
8). Credibility (kepercayaan),
9). Security (keamanan),
10). Understanding the Customer (Pemahaman pelanggan).
Sejalan dengan pendapat di atas, Berry dan Pasuraman dalam Zulian Yamit
(2010: 11) mengemukakan lima dimensi karakteristik mutu pelayanan sebagai
berikut:
1). Tangibles (bukti langsung)
Yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana
komunikasi;
2). Reliability (kehandalan)
Yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan
memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjukan
3). Responsiveness (daya tangkap)
Keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan
pelayanan dengan tanggap
4). Assurance (jaminan)
Yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang
dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun keragu-raguan
5). Empaty
Yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang
baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.
5. Anti Korupsi
a. Definisi korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yangartinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Selarasdengan kata asalnya, korupsi
sering dikatakan sebagaikejahatan luar biasa, salah satu alasannya adalah
karenadampaknya yang luar biasa menyebabkan kerusakan baikdalam ruang
lingkup, pribadi, keluarga, masyarakat dankehidupan yang lebih luas.
Kerusakan tersebut tidak hanyaterjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun
dapatberdampak secara jangka panjang.
Dalam UU No.31 Tahun 1999, peSetiap orang yang dengan sengaja secara
melawan hukum untuk melakukan perbuatan dengan tujuan memperkaya diri

24
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang mengakibatkan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara.
b. Jenis Korupsi
Menurut Syed Husein Alatas korupsi terbagi menjadi 7 jenis, yaitu :
1). Korupsi Transaktif
Korupsi yang menunjukkan adanya kesepakatan timbal balik antara
pemberi dan penerima demi keuntungan bersama. Kedua pihak sama-sama
aktif menjalankan perbuatan tersebut.
2). Korupsi Ekstroaktif
Korupsi yang menyertakan bentuk-bentuk koersi (tekanan) tertentu dimana
pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yang
mengancam diri, kepentingan, orang-orangnya, atau hal-hal yang dihargai.
3). Korupsi Investif
Korupsi yang melibatkan suatu penawaran barang atau jasa tanpa adanya
pertalian langsung dengan keuntungan bagi pemberi. Keuntungan
diharapkan akan diperoleh dimasa yang akan datang.
3). Korupsi Nepotistik
Korupsi berupa pemberian perlakuan khusus kepada teman atau yang
mempunyai kedekatan hubungan dalam rangka menduduki jabatan publik.
4). Korupsi Autogenik
Korupsi yang dilakukan individu karena mempunyai kesempatan untuk
mendapat keuntungan dari pengetahuan dan pemahamannya atas sesuatu
yang diketahui sendiri.
5). Korupsi Suportif
Korupsi yang mengacu pada penciptaan suasana yang kondusif untuk
melindungi atau mempertahankan keberadaan tindak korupsi yang lain
6). Korupsi Defensif
Korupsi yang terpaksa dilakukan dalam rangka mempertahankan diri dari
pemerasan.
Setiap negara mempunyai undang-undang yangberbeda terkait dengan
tindak pidanakorupsi. Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU20/2001, terdapat 7
kelompok tindak pidana korupsiyang terdiri dari :
1). Kerugian keuangan negara,
2). Suap-menyuap,

25
3). Pemerasan,
4). Perbuatan Curang,
5). Penggelapan dalam Jabatan,
6). Benturan Kepentingandalam Pengadaan, dan
7). Gratifikasi.
Semua jenis tersebut merupakan delik-delik yangdiadopsi dari
KUHP(pasal1ayat 1 sub c UU no.3/71).
c. Nilai Dasar Anti Korupsi
KPK bersama dengan para pakar telah melakukan identifikasinilai-nilai dasar
anti korupsi, dan dihasilkan sebanyak 9 nilaianti korupsi sebagai berikut :
1). jujur,
2). peduli,
3). mandiri,
4). disiplin,
5). tanggung jawab,
6). kerja keras,
7). sederhana,
8). berani,
9). adil.

B. Whole of Government
1. Pengertian WoG
Berdasarkan interpretasi analitis dan manifestasi empiris di lapangan maka
WoG didefinisikan sebagai “Suatu model pendekatan integratif fungsional satu atap”
yang digunakan untuk mengatasi wicked problems yang sulit dipecahkan dan diatasi
karena berbagai karakteristik atau keadaan yang melekat antara lain: tidak jelas
sebabnya, multi dimensi, menyangkut perubahan perilaku. Sesuai dengan
karakteristik wicked problems, maka model pendekatan WoG mempunyai perspektif
tertentu.

26
Gambar 2. WoG dalam perspektif Kebijakan Publik

2. Faktor-Faktor Pendorong (Drivers) WoG


Kemunculan WoG didorong oleh sejumlah faktor-faktor pendorong (drivers)
internal maupun eksternal :

Gambar 3. Faktor-faktor pendorong WoG

3. Tantangan WoG

27
Penekatan WoG memiliki sejumlah tantangan yang meliputi kekurangan dan
hambatan (barrier) sehingga menyebabkan WoG tidak dapat dilanjutkan atau terhenti
ditengah jalan dan pada akhirnya kembali ke cara lama. Kekurangan-kekurangan
WoG adalah memerlukan waktu lama, relatif mahal (costly), tidak selalu cocok
dengan wicked problems yang akan ditangani, dan hasilnya sulit diukur.
Kekurangan-kekurangan ini pada akhirnya dapat menjadi dorongan untuk kembali
ke cara lama.
Hambatan WoG terutama disebabkan oleh tujuan, prioritas dan akuntabilitas
yang tidak jelas, benturan agenda dan kepentingan sehingga tidak dapat tercipta
kolaborasi, ego sektoral antar instansi dan insentif yang rendah. Pada sektor
pelayanan publik, masalah akuntabilitas yang tidak jelas atau minim ini menjadi
faktor kunci timbulnya korupsi di sektor publik (Samuel Paul,2012:4 dalam Loura
Hardjaloka, 2014:435). Pemerintah sebagai pelayan warga negara memiliki unsur-
unsur utama yang menunjang timbulnya korupsi yaitu: monopoli, diskresi dan
akuntabilitas yang tidak jelas.

Gambar 4. Tantangan WoG

C. Pelayanan Publik
Istilah pelayanan dalam bahasa Inggris adalah “service” A.S. Moenir (2002:26-27)
mendefinisikan “pelayanan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan landasan tertentu dimana tingkat pemuasannya hanya dapat
dirasakan oleh orang yang melayani atau dilayani, tergantung kepada kemampuan
penyedia jasa dalam memenuhi harapan pengguna.”
Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu proses pelayanan
berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan organisasi

28
dalam masyarakat. Proses yang dimaksudkan dilakukan sehubungan dengan saling
memenuhi kebutuhan antara penerima dan pemberi pelayanan. Selanjutnya A.S. Moenir
A(2002: 16) menyatakan bahwa proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang
lain yang langsung inilah yang dinamakan pelayanan.
Jadi dapat dikatakan pelayanan adalah kegiatan yang bertujuan untuk membantu
menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan orang lain. Dari definisi tersebut dapat
dimaknai bahwa pelayanan adalah aktivitas yang dapat dirasakan melalui hubungan
antara penerima dan pemberi pelayanan yang menggunakan peralatan berupa organisasi
atau lembaga perusahaan.
Pengertian Pelayanan Publik Dalam kamus Bahasa Indonesia (1990), pelayanan
publik dirumuskan sebagai berikut :
1. Pelayanan adalah perihal atau cara melayani.
2. Pelayanan adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang
dan jasa.
3. Pelayanan medis merupakan pelayanan yang diterima seseorang dalam hubungannya
dengan pensegahan, diagnosa dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu.
4. Publik berarti orang banyak (umum)
Pengertian publik menurut Inu Kencana Syafi’ie, dkk (1999:18) yaitu : “Sejumlah
manusia yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan
yang benar dan baik berdasarkan nilai- nilai norma yang mereka miliki”. Pengertian lain
berasal dari pendapat A.S. Moenir (1995:7) menyatakan bahwa : “Pelayanan umum
adalah suatu usaha yang dilakukan kelompok atau seseorang atau birokrasi untuk
memberikan bantuan kepada masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu”.
Pelayanan merupakan kegiatan utama pada orang yang bergerak di bidang jasa,
baik itu orang yang bersifat komersial ataupun yang bersifat non komersial.Namun
dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan antara pelayanan yang dilakukan oleh orang
yang bersifat komersial yang biasanya dikelola oleh pihak swasta dengan pelayanan yang
dilaksanakan oleh organisasi non komersial yang biasanya adalah pemerintah. Kegiatan
pelayanan yang bersifat komersial melaksanakan kegiatan dengan berlandaskan mencari
keuntungan, sedangkan kegiatan pelayanan yang bersifat non-komersial kegiatannya
lebih tertuju pada pemberian layanan kepada masyarakat (layanan publik atau umum)
yang sifatnya tidak mencari keuntungan akan tetapi berorientasikan kepada pengabdian
Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk jasa
pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya

29
menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di Pusat, di daerah,
dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam
rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Dalam proses kegiatan pelayanan publik terdapat beberapa faktor atau unsur yang
mendukung jalannya kegiatan. Menurut A.S. Moenir (1995:8), unsur-unsur tersebut
antara lain :
1. Sistem, Prosedur dan Metode Yaitu di dalam pelayanan publik perlu adanya sistem
informasi, prosedur dan metode yang mendukung kelancaran dalam memberikan
pelayanan.
2. Personil, terutama ditekankan pada perilaku aparatur; dalam pelayanan publik
aparatur pemerintah selaku personil pelayanan harus profesional, disiplin dan
terbuka terhadap kritik dari pelanggan atau masyarakat.
3. Sarana dan prasarana Dalam pelayanan publik diperlukan peralatan dan ruang kerja
serta fasilitas pelayanan publik. Misalnya ruang tunggu, tempat parker yang
memadai.
4. Masyarakat sebagai pelanggan Dalam pelayanan publik masyarakat sebagai
pelanggan sangatlah heterogen baik tingkat pendidikan maupun perilakunya.
Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan
masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan publik yang
profesional, kemudian Lijan Poltak Sinambela(2008:6) mengemukakan azas-azas dalam
pelayanan publik tercermin dari:
1. Transparansi Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang
membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan
3. Kondisional Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima
pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
4. Partisipatif Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Keamanan Hak Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, agama, ras,
golongan, gender dan status ekonomi.
6. Keseimbangan Hak dan kewajiban Pemberi dan penerima pelayanan publik harus
memenuhi hak dan kewajiban masing- masing pihak.

30
Dalam proses kegiatan pelayanan diatur juga mengenai prinsip pelayanan sebagai
pegangan dalam mendukung jalannya kegiatan. Adapun prinsip pelayanan publik
menurut keputusan MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 antara lain adalah :
1. Kesederhanaan Prosedur pelayanan publik tidak berbelit- belit, mudah dipahami dan
mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan Persyaratan teknis dan administrative pelayanan publik; unit kerja atau
pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan
penyelesaian keluhan atau persoalan dan sengketa dalam pelaksanaan pelayanan
publik; rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
3. Kepastian waktu Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan
4. Akurasi Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.
5. Keamanan Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan
kepastian hokum.
6. Tanggung jawab Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang
ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana Tersedianya sarana dan prasarana kerja dan
pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi
telekomunikasi dan informatika.
8. Kemudahan akses Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah
dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan
informatika.
9. Kedisiplinan, kesopan dan keramahan Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin,
sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
10. Kenyamanan Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu
yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan
fasilitas pendukung pelayanan seperti parker, toilet, tempat ibadah, dan lain- lain.
Berdasarkan keputusan MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 kegiatan
pelayanan umum atau publik antara lain :
1. Pelayanan administratif Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk
dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status 17 kewarganegaraan,
sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan
sebagainya. Dokumendokumen ini antara lain Kartu Tanda Pendudukan (KTP), akte

31
Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Ijin
Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat kepemilikan atau penguasaan Tanah dan
sebagainya.
2. Pelayanan barang Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk atau jenis
barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga
listrik, air bersih dan sebagainya.
3. Pelayanan jasa Yaitu pelayanan yang menghasikan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan,
penyelenggaraan transportasi, pos dan sebagainya.
Untuk menciptakan kegiatan pelayanan publik yang berkualitas, maka Menteri
Pendayagunaan Negara menerbitkan keputusan No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003
mengenai pola penyelenggaraan pelayanan publik, yang antara lain :
1. Fungsional Pola pelayanan publik diberikan oleh penyelenggara pelayanan, sesuai
dengan tugas, fungsi dan kewenangannya.
2. Terpusat Pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh penyelenggara
pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari penyelenggara pelayanan terkait
lainnya yang bersangkutan.
3. Terpadu
a. Terpadu Satu Atap Pola pelayanan terpadu satu atap diselenggarakan dalam satu
tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai
keterkaitan proses dan dilayani melelui beberapa pintu. Terhadap jenis
pelayanan yang sudah dekat dengan masyarakat tidak perlu disatu atapkan.
b. Terpadu Satu pintu Pola pelayanan terpadu satu pintu diselenggarakan pada satu
tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses
dan dilayani melalui satu pintu.
c. Gugus Tugas Petugas pelayanan secara perorangan atau dalam bentuk gugus
tugas ditempatkan pada instansi pemberi pelayanan dan lokasi pemberian
pelayanan tertentu.

D. Manajemen ASN
1. Pengertian Manajemen ASN

32
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Kedudukan atau status jabatan
PNS dalam system birokrasi selama ini dianggap belum sempurna untuk
menciptakan birokrasi yang professional. Untuk dapat membangun profesionalitas
birokrasi
Kedudukan dan status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini dianggap
belum sempurna, maka konsep yang di bangun dalam UU ASN tersebut harus jelas.
Berikut ini beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian
untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara
nasional.
b. Pegawai Pemerintahan dengan Perjanjian Kerja ( PPPK )
Pegawai pemerintahan dengan perjanjian kerja adalah warga Negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk
jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
Kehadiran PPPK tersebut dalam manajemen ASN, menegaskan bahwa tidak
semua pegawai yang bekerja untuk pemerintah harus berstatus PNS, namun dapat
berstatus sebagai pegawai kontrak dengan jangka waktu tertentu. Hal ini bertujuan
untuk menciptakan budaya kerja baru menumbuhkan suasana kompetensi di
kalangan birokrasi yang berbasis pada kinerja. Namun jika dilihat dari Segi Hak dan
Kewajiban, PPPK dan PNS memiliki perbedaaan dan persamaan. Berikut ini Hak
dan Kewajiban dari PNS dan PPPK :
a. Hak
1). Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
2). Cuti;
3). Jaminan pensiun dan jaminan hari tua; (hanya PNS)
4). Perlindungan; dan
5). Pengembangan kompetensi

33
b. Kewajiban
1). Setia Dan Taat Pada Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, Dan
Pemerintah Yang Sah;
2). Menjaga Persatuan Dan Kesatuan Bangsa;
3). Melaksanakan Kebijakan Yang Dirumuskan Pejabat Pemerintah Yang
Berwenang;
4). Menaati Ketentuan Peraturan Perundang- Undangan;
5). Melaksanakan Tugas Kedinasan Dengan Penuh Pengabdian, Kejujuran,
Kesadaran, Dan Tanggung Jawab;
6). Menunjukkan Integritas Dan Keteladanan Dalam Sikap, Perilaku, Ucapan
Dan Tindakan Kepada Setiap Orang, Baik Di Dalam Maupun Di Luar
Kedinasan;
7). Menyimpan Rahasia Jabatan Dan Hanya Dapat Mengemukakan Rahasia
Jabatan Sesuai Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan; Dan
8). Bersedia Ditempatkan Di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Selain Hak dan Kewajiban ASN sebagai profesi berlandaskan kode Etik dan
Kode Prilaku yang bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN.Kode etik dan kode perilaku berisi peraturan perilaku agar Pegawai ASN :
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi;
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peratuan perundang –
undangan;
5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang
– undangan dan etika pemerintah;
6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
7) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien;
Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;

34
1) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informaasi terkait kepentingan kedinasan;
2) Tidak menyalahgunakan informasi interen negara, tugas, status, kekuasaan,
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi
sendiri atau untuk orang lain;
3) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN dan;
4) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan mengenai disiplin
pegawai.
2. Sistem Merit
Sistem merit merupakan pengelolaan manajemen ASN berdasarkan
objektivitas, yaitu kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan juga keterampilan
pegawai yang menjadi acuan dalam pengelolaan ASN berdasar sistem merit menjadi
fondasi untuk memiliki pegawai yang kompeten dalam organisasi karena mereka
memiliki kepercayaan diterapkannya keadilan dalam organisasinya.
Bagi organisasi sistem merit mendukung keberadaan prinsip akuntabilitas yang
saat ini menjadi tuntutan dalam sektor publik. Sehingga sistem merit harus
diterapkan pada semua komponen atau fungsi dakam manajemen ASN sebagaimana
tercantum daalam pasal 55 (mengatur manajemen PNS) dan pasal 93 (mengatur
menajemen PPPK).
3. Mekanisme Pengelolaan ASN
Manajemen PNS pada instansi Pusat dilaksanakan oleh pemerintah pusat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berikut ini beberapa aspek
Manajemen PNS sesuai UU Nomer 5 tahun 2015.
4. Manajemen PNS
Meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun
dan hari tua dan perlindungan.
5. Manajemen PPPK
Meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian dan
kinerja, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan
hubungan perjanjian kerja dan perlindungan.

35
E. Karies Gigi
1. Pengertian Karies Gigi
Pengertian Karies gigi adalah suatu penyakit infeksi pada jaringan keras gigi
yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik
yang memfermentasikan karbohidrat menjadi asam sehingga menyebabkan
demineralisasi pada email. Karies gigi merusak struktur gigi dan dapat menyebabkan
gigi berlubang.
2. Faktor-Faktor Penyebab Karies Gigi
Setiap orang yang memiliki gigi pasti berisiko mengalami karies pada giginya,
namun risiko ini meningkat akibat beberapa faktor berikut ini:
a. Lokasi gigi. Kerusakan paling sering terjadi pada bagian belakang gigi (molar
dan premolar). Gigi – gigi ini memiliki banyak lekukan dan celah yang dapat
menjadi tempat berkumpulnya sisa makanan. Plak bisa terbentuk dan bakteri bisa
tumbuh subur di antara bagian belakang gigi dan menghasilkan asam yang akan
menghancurkan enamel.
b. Makanan dan minuman tertentu. Makanan yang melekat pada gigi dalam
jangka waktu lama seperti susu, es krim, cake, dan lainnya paling sering
menyebabkan kerusakan pada gigi daripada makanan yang lebih mudah
dibersihkan dengan saliva (air liur).

c. Terlalu sering mengemil dan minum minuman manis. Ketika anda rutin
makan makanan manis atau minum soda berarti anda memberikan bahan bakar
pada bakteri di mulut untuk menghasilkan asam yang bisa menyerang gigi.

d. Makan saat anak akan tidur. Orang tua sebaiknya tidak memberikan susu, jus
atau cairan lain yang mengandung gula saat anak akan tidur. Makanan-makanan
ini akan menempel pada gigi dalam jangka waktu lama selama anak tidur
sehingga membuat bakteri dalam mulut yang merusak gigi menjadi berkembang
karena mendapat suplai makanan.

e. Kurang membersihkan gigi. Jika anda tidak membersihkan mulut segera setelah
makan dan minum maka plak akan terbentuk dengan cepat dan tahap awal
kerusakan gigi akan dimulai.

f. Tidak mendapat asupan fluoride dalam jumlah cukup. Fluoride merupakan


mineral alami yang berperan mencegah terbentuknya karies gigi.

36
g. Usia muda atau usia tua. Orang tua memiliki risiko tinggi mengalami karies
gigi karena gigi sudah mulai rapuh dan gusi mengalami resesi (penurunan).

h. Mulut kering. Saliva bisa membantu mencegah kerusakan gigi dengan cara
membersihkan makanan dan plak dari gigi.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, indeks DMF-T
atau karies gigi orang Indonesia termasuk dalam kategori mengkhawatirkan karena dari
satu orang dewasa yang jumlah giginya 32, rata-rata ada 7 gigi yang mengalami
kerusakan. Riskesdas 2018 mencatat proporsi masalah gigi dan mulut sebesar 57,6% dan
yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi sebesar 10,2 persen. Adapun
proporsi perilaku menyikat gigi dengan benar sebesar 2,8%.

F. Profil Organisasi

Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Profesi, Rasio dan


Status Kepegawaian di UPTD Kesehatan Dutabusara Sasabobok

NO Jenis Ketenagaan Jumlah Status Pegawai


PNS PKD PHL
1 Dokter Umum
2 Kesehatan Masyarakat 4 4
3 Perawat 17 4 11 1
4 Perawat Gigi 1 1
5 Bidan 14 7 5 2
6 Gizi 1 1
7 Sanitarian 1 1
8 Farmasi 3 2 1
9 Analisis 1 1

A. Setting Wilayah

Kecamatan Bangkurung merupakan salah satu kecamatan yang ada di


Kabupaten Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah, dan Kecamatan Bangkurung secara
administrasi terdiri dari 11 (Sebelas) desa dan Dua Puskesmas, yaitu Puskesmas Lantibung
Dan Puskesmas Dutabusara. Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Dutabusara Sasabobok

37
Meliputi 5 (Lima) Desa dan Dua Dusun, yaitu: Desa Mbeleang, Desa Tabulang, Desa
Bungin Luean, Desa Sasabobok, Dan Desa Dungkean. Dua Dusun Terdiri dari: Dusun
Sundeng dan Dusun Lenggetan

PETA WILAYAH KERJA UPTD KESEHATAN DUTABUSARA SASABOBOK

Wilayah kerja UPTD Kesehatan Dutabusara Sasabook pada umumnya berada


di daerah Pesisir pantai dengan luas wilayah Kerja sebesar ± 58,25 km² dengan batas
wilayah Sebagai Berikut:
Batas – batas wilayah administraf sebagai berikut :
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Jalan padat karya
Sebelah Utara :Berbatasan dengan Kintal Rumah Muh Nasir Kairupan
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jalan Padat Karya
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Jalan Poros

Luas daerah (wilayah) UPTD Kesehatan Dutabusara Sasabobok adalah 3,070,01 m²


atau 2,65 persen dari luas daerah Kec. Bangkurung. Secara administratif wilayah kerja
layanan UPTD Kesahatan Dutabusara Sasabobk terdiri dari 5 ( lima ) Desa Dan 2 ( Dua )
Dusun .Jumlah penduduk sebanyak 2.964 jiwa dan jumlah KK sebanyak 824 KK atau
rata-rata 496 jiwa/kk.( tahun 2018 ) Jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, per desa
sebagai berikut.

G. Visi, Misi, Nilai Organisasi


UPTD Kesehatan Dutabusara adalah salah satu dari 10 Puskesmas di Kabupaten
Banggai Laut yang ditetapkan melalui Keputusan Bupati dengan status Rawat Jalan.
Dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan, UPTD Kesehatan Dutabusara mempunyai
Visi

VISI UPTD PUSKESMAS DUTABUSARA

MEMBANGUN DUTABUSARA SEHAT SEJAHTERA DAN MANDIRI

38
Untuk mewujudkan Visi tersebut, Misi UPTD Kesehatan Dutabusara sebagai
berikut :

1. Menjadikan Puskesmas sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan


2. Menjadikan puskesmas sebagai penggerak peran serta masyarakat dalam upaya
kesehatan baik promotif, preventif,kuratif maupun rehabilitatif.
3. Menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan yang adil,
terjangkau dan merata bagi semua lapisan.

1. TUJUAN
>. Menjadi Puskesmas Pilihan Masyarakat Melalui Pemberian Layanan Kesehatan
yang Berorientasi pada Kepuasan Masyarakat.
>. Mewujudkan Tata Kelola Manajemen Puskesmas yang Sesuai dengan Prosedur dan
Standar Pelayanan Secara Profesional, Efektif, Transparan, dan Akuntabel.
2. MOTTO
UPTD Kesehatan Dutabusara Juga Mempunyai Motto : ANDA SEHAT KAMI
BAHAGIA

3. TATA NILAI PUSKESMAS DUTA BUSARA


PANCASILA Dalam melaksanakan Seluruh Kegiatan didalam dan luar gedung
semua pegawai Puskesmas Memperhatikan semboyan “BHINEKA
TUNGGAL IKA”
IMAN TAQWA Seluruh Pegawai Puskesmas beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa Sehingga dalam melaksanakan tugas dapat bersikap
jujur, adil, transparan dan bijaksana.
SENYUM SALAM SAPA Dalam memberikan pelayanan UKP, UKM dan lainnya setiap
pegawai harus mendahulukan 3 S.
SOPAN SANTUN semua staf PKM Sopan Santun Kepada semua Orang

39
4. Struktur Organisasi Puskesmas Dutabusara

Gambar 1. Struktur Organisasi Puskesmas DutaBusara

40
H. Tugas Jabatan Peserta Diklat
1. Tugas Pokok Aparatur Sipil Negara
Undang-Undang Aparatur Sipil Negara No. 5 Tahun 2014 Pasal 11
menjelaskan bahwa tugas ASN adalah:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Tugas Pokok Perawat Gigi
Sesuai dengan Permenkes No. 20 Tahun 2016, Tugas Pokok Perawat
Gigi adalah melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
meliputi:
a. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut;
b. Upaya pencegahan penyakit gigi;
c. Manajemen pelayanan kesehatan gigi dan
mulut;
d. Pelayanan kesehatan dasar pada kasus kesehatan
gigi terbatas; dan
e. Dental assisting.

I. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan dengan Nilai


ANEKA

41
Rencana kegiatan aktualisasi dan habituasi dibuat berdasarkan isu-isu
yang terjadi dan penulis hadapi di UPTD Puskesmas DutaBusara dimana
tempat tersebut penulis bekerja. Berdasarkan isu yang telah penulis pilih baik
dengan metode APKL dan USG pada pembahasan bab sebelumnya akan
penulis terapkan untuk kegiatan sehari-hari di ruangan.
Identifikasi Isu:
1. Belum terdeteksinya karies gigi dan persistensi gigi pada Siswa Sekolah sd
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Dutabusara

2. Belum optimalnya kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM) di


UPTD Puskesmas DutaBusara
3. Belum optimalnya penggunaan inform consent bagi pasien dengan
tindakan beresiko di poli gigi UPTD Puskesmas DutaBusara
4. Belum optimalnya pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil
di UPTD Puskesmas DutaBusara
Isu yang Diangkat
“Belum Terdektesinya Karies Gigi dan Persistensi Gigi pada Siswa
Sekolah SD Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Dutabusar”
Gagasan Pemecahan Isu
“Terdektesinya Karies Gigi dan Persistensi Gigi pada Siswa Sekolah SD
Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DutaBusara”
Rancangan Kegiatan
1. Melaksanakan skrining Karies
gigi dan skrining persistensi gigi pada siswa SD kelas 1 2 dan 3 di SDN
Tadiana Bungin
2. Melaksanakan penyuluhan
pada kelas 4 5 6 SD Tadiana Bungin
3. Menyerahkan poster kepada
kepala sekolah SD Tadiana Bungin
4. Melaksanakan Si gimas
( sikat gigi masal) di sd tadiana bungin
5. Melaksanakan skrining Karies
gigi dan skrining persistensi gigi pada siswa SD kelas 1 2 dan 3 di SDN
Dungkean
6. Melaksanakan penyuluhan
pada kelas 4 5 6 SDN Dungkean
7. Menyerahkan poster kepada
kepala sekolah SDN Dungkean

42
8. Melaksanakan Si gimas
( sikat gigi masal) di SDN Dungkean

43
RANCANGAN AKTUALISASI

UNIT KERJA : UPTD PUSKESMAS DUTABUSARA


ISU YANG DI ANGKAT : BELUM TERDETEKSINYA KARIES GIGI DAN PERSISTENSI GIGI PADA SEKOLAH SD DI
WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS DUTABUSARA
GAGASAN PEMECAHAN ISU : TERDETEKSINYA KARIES GIGI DAN PERSISTENSI GIGI PADA SISWA SEKOLAH SD DI
WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS DUTASBUSARA

No Kegiatan Tahapan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi Visi Penguatan


Kegiatan Kegiatan Mata Pelatihan Misi Organisasi Nilai
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Persiapan 1. Mengkonsultasik 1.Bertemu Dengan 1. Etika Publik : Terbuka, Dengan Sesuai dengan
pelaksanaan an rencana Kepala Sopan, dilaksanakannya Tata Niai
kegiatan penyuluhan Puskesmas skrining kesehatan gigi Puskesmas Iman
kepada atasan maka akan diketahuinya dan taqwa yaitu
( Kepala masalah kesehatan gigi memberikan
Puskesmas) dan mulutnya yang kesungguhan
diharapkan agar mau kejujuran dalam
2. Menyusun 2.Tersedianya Satuan 2. Nilai Aneka : merawat gigi yang berbagi ilmu
Rencana Acara Penyuluhan a. Etika Publik : terbuka, sesuai dengan misi kepada siswa SD
Kegiatan (SAP) dan surat bersikap hormat UPTD Puskesmas Tadiana Bungin
tugas b. Akuntabilitas : DutaBusara yaitu
kejelasan target menjadikan
puskesmas sebagai

44
pengggerak peran
serta masyarakat
1. konsultasi ke dalam upaya
2 Melaksanak kepala sekolah 1. Mendapatkan 1. Akuntabilitas kesehatan baik
. an persetujuan Kejelasan target promotif, preventif,
Penyuluhan Etika Publik : sopan, kuratif.
pada siswa terbuka
kelas 4 5
dan 6 SD 2. menyiapkan
Tadiana materi dan bahan 2. Tersedianya 2. Akuntabilitas Kejelasan
Bungin penyuluhan Materi target,
penyuluhan dan
poster
3. melakukan
kegiatan 3. Nasionalisme
3. Meningkatnya
penyuluhan (sila II –Saling
pengetahuan
siswa terhadap menghormati)
pentingnya Komitmen Mutu
(Efisien),
kesehatan gigi
Nasionalisme :
dan mulut
Ketuhanan
Etika Publik : sopan,
jujur, terbuka, transparansi
Anti korupsi : bekerja
keras
4. melakukan
penyerahan

45
poster kepada 4. Terpasangnya 4. Komitmen mutu : efektif
kepala sekolah Poster
dilingkungan
sekolah

46
3 Pelaksanaan 1. konsultasi ke 1. Mendapatkan 1. Akuntabilitas: Kejelasan
Penyuluhan kepala sekolah persetujuan target,
Pada SIswa
Kelas 4 5
dan 6 Di SD 2. menyiapkan 2. Tersedianya 2. Etika Publik : sopan,
Dungkean materi dan bahan Materi terbuka
penyuluhan penyuluhan,
poster
3. melakukan
kegiatan 3. Meningkatnya 3. Akuntabilitas: Kejelasan
penyuluhan pengetahuan target,
siswa terhadap Komitmen Mutu:
(Efisien),
pentingnya
Nasionalisme :
kesehatan gigi
Ketuhanan
dan mulut
Etika Publik : sopan,
jujur, terbuka, transparansi
Anti korupsi : bekerja
keras
4. melakukan 4. Komitmen mutu:
4.Terpasangnya
penyerahan efektif
Poster dilingkungan
poster kepada sekolah
kepala sekolah

47
4 Melaksanak 1. Meminta 1. mandapatkan 1. Etika Publik
an skrining persetujuan persetujuan (kebersamaan) Komitmen
karies dan rencana Mutu:
persistensi kegiatan kepada (Efisien)
gigi Di Etika Publik:
kepala sekolah
Kelas 1 2 (sopan santun)
dan 3 di Akuntabilitas
SDN (kepercayaan)
Tadiana
Bungin 2. Menyiapkan 2. Akuntabilitas: Kejelasan
2. tersedianya alat
alat dan bahan target,
dan bahan untuk
untuk skrining skrining

3. Akuntabilitas: Tanggung
3. melaksanakan 3. terlaksananya jawab, orientasi publik
skrining karies kegiatan skrining Komitmen Mutu:
gigi dan dan karies dan (efektif)
persistensi gigi persistensi gigi Etika publik : terbuka
pada kelas 1 Sopan.
sampai 3 di
SDN Tadiana
Bungin

5 Melasanaka 1. Meminta 1. mandapatkan 1. Etika Publik :


n skrining persetujuan persetujuan (kebersamaan) Komitmen
karies dan rencana Mutu :

48
persistensi kegiatan (Efisien)
gigi Di kepada sekolah Etika Publik :
Kelas 1 2 (sopan santun)
dan 3 di Akuntabilitas:
SDN (kepercayaan)
dungkean
2. Menyiapkan 2. tersedianya alat 2. Akuntabilitas :Kejelasan
alat dan bahan dan bahan untuk target,
untuk skrining skrining

3. melaksanakan 3. Akuntabilitas Tanggung


skrining karies 3. terlaksananya jawab, orientasi publik
gigi persistensi kegiatan skrining
dan karies dan Komitmen Mutu :
gigi pada kelas (efektif)
1 sampai 3 di persistensi gigi
Etika publik : terbuka
SDN Tadiana Sopan.
Bungin

6 Melaksanak 1. Meminta 1. mandapatkan 1. Etika Publik :


. an Si gimas persetujuan persetujuan (kebersamaan) Komitmen
( sikat gigi rencana Mutu :
masal) di SD kegiatan (Efisien)
Tadiana Etika Publik :
kepada sekolah
Bungin (sopan santun)
Akuntabilitas :
(kepercayaan)

49
2. Akuntabilitas
2. Menyiapkan 2. tersedianya alat : Kejelasan
alat dan bahan dan bahan untuk target,
untuk Si Gimas Si Gimas
3. Akuntabilitas
3. melaksanakan 3. terlaksananya : Tanggung
Si gimas kegiatan Si jawab, orientasi
Gimas public
Komitmen
Mutu :
(efektif)
Etika publik :
terbuka Sopan.

7 Melaksanak 1. Meminta 1. mandapatkan 1. Etika Publik


. an Si gimas persetujuan persetujuan (kebersamaan) Komitmen
( sikat gigi rencana Mutu
masal) di SD kegiatan kepada (Efisien)
Dungkean Etika Publik
sekolah
(sopan santun)
Akuntabilitas
(kepercayaan)

2. Menyiapkan 2. tersedianya alat 2. Akuntabilitas Kejelasan


alat dan bahan dan bahan untuk target,
Si Gimas

50
untuk Si Gimas

3. terlaksananya
3. melaksanakan kegiatan Si 3. Akuntabilitas Tanggung
Si gimas Gimas jawab, orientasi public
Komitmen Mutu :
(efektif)
Etika publik : terbuka
Sopan.

51

Anda mungkin juga menyukai