Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam profesi akuntan publik, supervisi merupakan hal yang sangat penting.
Hal ini disebutkan dalam Statement on Auditing Standard (SAS) Nomor 22 tentang
Standar Lapangan pertama berbunyi The work is to be adequately planned and
assistants, if any are to be properly supervised. Keberadaan akuntan pemula sebagai
pembantu public harus diartikan sebagai suatu kesatuan kerja (satu tim) yang tidak
dapat dipisahkan. Tanggung jawab pekerjaan, walaupun hal tersebut dilakukan atau
dilaksanakan oleh akuntan pemula, tetap harus berada pada akuntan publik yang
bertugas. Selain mempekerjakan akuntan pemula, akuntan public juga dimungkinkan
untuk mengangkat staf ahli untuk memperlancar tugas auditnya.
Comstock (1994) dalam Chandra (2006) mengatakan supervisi merupakan
tindakan mengawasi atau mengarahkan penyelesaian pekerjaan. Seiring dengan
perjalanan waktu, supervisi dikatakan sebagai proses yang dinamis. Pada awalnya
supervisi bersifat kaku atau otoriter. Bilamana seorang tidak bekerja sebagaimana
yang diperintahkan, maka ia akan dihukum. Pada saat ini, supervisi diwarnai dengan
gaya manajemen partisipatif. Artinya bahwa pekerjaan yang dilaksanakan harus
mencapai tingkat kepuasan atas apa yang diperintahkan.
Dalam studinya, Luthans (1995) menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki
tiga dimensi. Pertama, kepuasan kerja adalah tanggapan emosional seseorang
terhadap situasi kerja. Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh sejauh mana
hasil kerja memenuhi atau melebihi harapan seseorang. Ketiga, kepuasan kerja
mencerminkan hubungan dengan berbagai sikap lainnya dari para individual.
Parker et al (1989) mengatakan bahwa kebutuhan yang paling penting bagi
akuntan yang berkaitan dengan kerja adalah evaluasi secara fair (adil) terhadap
dirinya. Kemudian kebutuhan lainnya yang penting adalah supervisi yang kompeten
dan adil. Hasil studi Kozlowski (1989) dalam Budiman (2002) menunjukkan bahwa
supervisor merupakan pihak yang paling dekat dengan konteks kerja seseorang
karena melalui mereka tercermin budaya atau iklim organisasi. Dengan kata lain,
supervisor mempunyai pengaruh langsung terhadap perilaku bawahannya.

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dikutipkan dari


Willingham dan Carmichael (1979), supervisi merupakan hal yang penting. Supervisi
mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaian tujuan audit dan
penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan
instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah
penting yang dijumpai dalam bekerja dan mereview pekerjaan yang dilaksanakan.
Luasnya supervisi yang memadai bagi suatu keadaan tergantung atas banyak faktor,
termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan suatu
pekerjaan. Para auditor harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur
yang mereka laksanakan. Mereka diberitahu hal-hal yang kemungkinan berpengaruh
terhadap sifat, luas dan prosedur yang akan dilaksanakan.
Telaah studi secara empiris oleh AECC (Accounting Education Change
Commission) sebagai badan yang dibentuk untuk menangani pendidikan akuntansi
dalam upaya mempertahankan profesi akuntan sebagai pilihan karir yang menarik di
Amerika Serikat, menerbitkan Issue Statement No.4. dimana tindakan supervisi
terbagi atas 3 (tiga) aspek aktivitas yaitu aspek kepemimpinan dan mentoring, aspek
penugasan, dan aspek kondisi kerja.
1.2 TUJUAN PENULISAN
1. Penulisan makalah tentang Supervisi dan Supervisor adalah tugas pribadi/individu
Mahasiswa Program Magister Akuntansi FEB Unsrat.
2. Makalah ini sebagai persyaratan Mid Semester 3 (tiga) yang diasuh oleh dosen
Dr. Lintje Kalangi, SE,.ME,.Ak,.CA
3. Mahasiswa Program Magister Akuntansi FEB Unsrat dapat lebih memahami dan
menggalih lebih dalam tentang Mata Kuliah Kepemimpinan dan Supervisi Audit.

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1 SUPERVISI DAN SUPERVISOR


Supervisi adalah pengawasan utama, pengontrolan tertinggi atau penyeliaan
(Kamus Besar bahasa Indonesia). Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa
supervisi merupakan kegiatan pengawasan, pengontrolan atau pengendalian yang
dilaksanakan oleh seorang yang disebut Supervisor. Sedangkan supervisor adalah
pengawas utama, pengontrol tertinggi atau penyelia. Dalam kamus Bahasa InggrisIndonesia dinyatakan bahwa:
Supervise

diartikan

Mengawasi

Supervision

diartikan

Pengawasan

Supervisor

diartikan

Pengawas

Supervisory

diartikan

Dalam kedudukan sebagai pengawas

Pengertian supervisi tidak dapat dilepaskan dengan pengertian serta peran


penting seorang supervisor. Oleh karena itu, pemahaman atas fungsi dan peran
penting seorang supervisor akan memberikan pemahaman yang jelas atas makan dari
supervisi. Supervisor adalah seorang manajer yang bertanggung jawab kepada
manajer yang lebih tinggi dengan tugas utama memimpin para pelaksana operasional.
Dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) IAI (2011) SA Seksi 311,
PSA No.05 menjelaskan bahwa supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam
mencapai tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Supervisi
merupakan tindakan mengawasi atau mengarahkan penyelesaian pekerjaan. Dengan
adanya supervisi dapat memberikan feedback atau masukan-masukan bagi karyawan
untuk melakukan perbaikan-perbaikan. Supervisi yang buruk dapat menyebabkan
ketidakpuasan kerja yang pada akhirnya dapat menyebabkan tingginya absensi dan
turnover.
Agus (2001) dalam Rapina dan Hana (2011) mengungkapkan, supervisi
merupakan kegiatan yang mengkoordinasikan pelaksanaan tugas melalui pengarahan
dan umpan balik (feedback) yang efektif dan efisien.
Program kerja yang akan dilaksanakan direncanakan dengan matang dan
pelaksanaannya oleh para asisten diawasi secara seksama. Kegiatan supervisi bukan
mencari-cari kesalahan, tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan, agar
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan


semata-mata kesalahannya) untuk dapat dikomunikasikan bagian yang perlu
diperbaiki. Pengawasan atau supervisi merupakan unsur yang sangat penting dalam
audit karena cukup banyak bagian pekerjaan yang dilaksanakan oleh staf yang belum
berpengalaman. (Arens et. al., 2008:43).
Telaah studi AECC (Accounting Education Change Commission) sebagai
badan yang dibentuk untuk menangani pendidikan akuntansi dalam upaya
mempertahankan profesi akuntan sebagai pilihan karir yang menarik di Amerika
Serikat, menerbitkan Issue Statement No.4. Salah satu isi dari Issue Statement No. 4
adalah AECC Recommendations Early Work Experience yang mendorong
pemberdayaan akuntan melalui tindakan supervisi yang tepat akan menumbuhkan
instrinsik motivation, yang berisi saran-saran antara lain :
1. Supervisor hendaknya menunjukkan sikap kepemimpinan dan mentoring. Rincian
aktivitas yang disarankan AECC adalah :
a.

Supervisor sering memberikan feedback yang jujur, terbuka dan interaktif


kepada akuntan di bawah supervisinya.

b.

Supervisor memperhatikan pesan-pesan tak langsung dan jika yang


disampaikan adalah ketidakpuasan, secara langsung supervisor menanyakan
keadaan dan penyebabnya.

c.

Supervisor meningkatkan konseling dan mentoring, misalnya dengan


memberikan pujian terhadap kinerja yang baik, memperlakukan sebagai
profesional, membantu untuk mengenali peluang kerja masa datang dan
mendahulukan minat serta rencana akuntan pemula.

d.

Supervisor dituntut mampu menjadi panutan sebagai profesional di


bidangnya, mampu menumbuhkan kebanggaan akan profesi dan mampu
menunjukkan kepada klien dan masyarakat akan peran penting profesi yang
digelutinya tersebut.

2. Supervisor hendaknya menciptakan kondisi kerja yang mendorong tercapainya


kesuksesan. Rincian aktivitas yang disarankan AECC adalah :
a.

Menumbuhkan sikap mental untuk bekerja dengan benar sejak awal dan
menciptakan kondisi yang memungkinkan hal itu terjadi. Hal tersebut bisa
dilaksanakan dengan menjelaskan suatu penugasan secara gamblang,
mengalokasikan waktu yang cukup dalam penugasan yang rumit sehingga
bisa terselesaikan dengan baik, menampung semua keluhan akan hambatan
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

yang dihadapi termasuk diantaranya hambatan budgeter, dan menjelaskan


bagaimana suatu bagian penugasan sesuai dengan penugasan keseluruhan
serta senantiasa mengawasi sampai penugasan selesai.
b.

Mendistribusikan tugas dan beban secara adil dan sesuai dengan tingkat
kemampuan.

c.
3.

Meminimalkan stress yang berkaitan dengan pekerjaan.

Supervisor hendaknya memberikan penugasan yang menantang dan menstimulir


terselesaikannya suatu tugas. Rincian aktivitas yang disarankan AECC adalah :
a.

Supervisor mendelegasikan tanggung jawab sesuai kemampuan dan kesiapan


auditor.

b.

Memaksimalkan kesempatan auditor untuk menggunakan kemampuan verbal,


baik lisan maupun tulisan, berfikir kritis dan menggunakan teknik analitis
serta membantu auditor pemula untuk meningkatkan kemampuan tersebut.
Dalam studi yang dilakukan oleh Patten (1995), hanya menggunakan

penilaian kepuasan kerja yang ada di Kantor Akuntan Publik. Pada penulisan makalah
ini penulis akan menggunakan penilaian yang tidak hanya pada Kantor Akuntan
Publik (Auditor Eksternal) saja, melainkan juga pada perusahaan (Auditor Internal)
dengan alasan kedua auditor tersebut mempunyai karakteristik yang sama, yaitu
sebagai auditor swasta (public auditor). Beeler et.al (1997), mengkategorikan auditor
yang memeriksa keuangan-keuangan Badan Usaha menjadi dua sektor yaitu public
auditor (auditor eksternal dan auditor internal) dan Government Auditor.
2.2 SUPERVISI DALAM TUGAS AUDIT
Dalam setiap penugasan audit kegiatannya dilakukan oleh tim mandiri yang
terdiri dari Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim dan Anggota Tim.
Kegiatan supervisi dilakukan secara berjenjang dalam satu tim mandiri dan
Supervisor diidentikan dengan peran Pengendali Teknis.
Supervisi yang dilakukan berupa bimbingan dan pengawasan terhadap para
asisten, diperlukan untuk mencapai tujuan audit dan menjaga mutu audit. Supervisi
harus dilakukan dalam semua penugasan tanpa memandang tingkat pengalaman
auditor yang bersangkutan. Unsur supervisi adalah memberikan instruksi kepada
asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang
dijumpai dalam audit, mereviu pekerjaan yang dilaksanakan, dan meyelesaikan
perbedaan pendapat diantara staf audit.
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

Luasnya supervisi yang memadai dalam sutau keadaan tergantung atas banyak
faktor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi staf

audit. Supervisi

dilakukan untuk memastikan bahwa:


1. Tim audit memahami tujuan dan rencana audit
2. Audit diselenggarakan sesuai dengan standar audit yang berlaku
3. Rencana dan prosedur audit telah diikuti
4. Kertas kerja audit memuat bukti-bukti mendukung pendapat, simpulan dan
rekomendasi
5. Tujuan audit telah dicapai
6. Laporan audit memuat pendapat, simpulan dan rekomendasi
Selain supervisi, semua pekerjaan audit harus ditelaah (reviu) oleh Ketua Tim
Audit sebelum Tim Audit menyelesaikan laporannya, untuk menentukan apakah
pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan harus menilainya apakah
hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan.
Supervisi audit merupakan bagian dari upaya manajemen tim audit untuk
memberikan jaminan dan keyakinan agar penugasan audit dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Supervisi audit merupakan salah satu aktivitas manajerial yang
berfungsi untuk melakukan pengawasan, pengontrolan atau penyeliaan atas
penugasan audit agar tujuan audit dapat dicapai dengan ekonomis, efektif dan efisien
untuk memberikan rekomendasi perbaikan kinerja auditan.
Supervisi dalam setiap tahapan audit merupakan suatu kewajiban yang
disyaratkan dalam standar audit yang berlaku dalam rangka pencapaian tujuan audit
serta menjaga mutu/kulaitas pekerjaan audit. Dalam penugasana udit, supervisi bukan
hanya merupakan aktivitas manajerial berupa pengawasan saja, melainkan juga
merupakan upaya pengendalian dan penjaminan terhadap mutu hasil audit (quality
control and quality assurance). Standar Audit Aparat Pengawasan Fungsional
Pemerintah (SA-APFP) tahun 1996 yang diterbitkan BPKP menegaskan kewajiban
tersebut dalam Standar Pelaksanaan Audit, butir 1). Demikian pula halnya dengan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara yang diterbitkan oleh BPK (Peraturan BPK
Nomr 1 tahun 2007) menyatakan hal serupa dalam Pernyataan Standar Pemeriksaan
02 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan.

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

2.3 SUPERVISI DAN TAHAP AUDIT


Pengertian Audit dalam modul Auditing II terbitan Pusdiklat Pengawasan
BPKP, adalah:
Suatu proses kegiatn yang brtujuan untuk menyakinkan tingkat keseuaian
antara suatau kondisi dengan kriterianya yang dilakukan oleh auditor yang
kompeten dan independen dengan mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti
pendukungnya secara sistematis, analitis, dan selektif guna memberikan simpulan
atau pendapat dan rekomendasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Jenis-jenis audit pada dasarnya timbul berdasarkan tujuan yang diinginkan dari
pelaksanaan audit tersebut, yaitu:
1. Audit Keuangan
2. Audit Ketaatan
3. Audit Operasional
4. Audit Investigasi/Khusus
Berbagai jenis audit ini dilihat dari tahapan maupun proses, khususnya untuk
kegiatan supervisi nampaknya tidak banyak berbeda. Dalam pelaksanaan suatu
kegiatan secara umum termasuk kegiatan audit berdasarkan waktu pelaksanaan,
selayaknya dimulai dengan kegiatan perencanaan sebelum melaksanakan kegiatan itu
sendiri dan akan diakhiri dengan penyelesaian kegiatn itu sendiri, sehingga tahapan
dalam audit dapat dipisahkan atas:
1.

Tahap Persiapan

2.

Tahap Pelaksanaan

3.

Tahap Penyelesaian
Tahap Perencanaan merupakan tahapan mempersiapkan suatu penugasan audit

sampai dengan diterbitkannya Surat Penugasan dan siap untuk memulai pelaksanaan
audit. Tahap Pelaksanaan merupakan tahapan auditor melaksanakan tugas audit
lapangan, malakukan pengujian, analisis, pengumpulan bukti dan lainnya sebelum
sampai ke penyusunan laporan hasil audit. Pelaksanaan audit ini biasanya terinci atas
tahap:
1.

Survei Pendahuluan

2.

Pengujian Sistem Pengendalian Manajemen

3.

Audit Lanjutan/Rinci

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

Tahap Penyelesaian adalah proses penyelesaian temuan hasil audit dan laporan
hasil audir serta menyakinkan kesediaan menindak lanjuti hasil audit tersebut oleh
pihak auditan.
2.3.1

Proses Audit
Setiap pelaksanaan audit dilihat bahwa proses audit secara berurutan sebagai

berikut:
1.

Perumusan tujuan audit

2.

Penyusunan Program Kerja atau Langkah Kerja Audit

3.

Melaksanakan Program Kerja Audit

4.

Penyusunan Kertas Kerja Audit

5.

Penyusunan Simpulan

6.

Penyusunan Laporan Hasil Audit


Sedangkan dalam pelaksanaan audit terhadap suatu entitas atau kegiatan, proses

audit dimulai dengan mendapatkan gambaran umum sebelum menentukan arah audit.
Pemahaman terhadap kegiatan audit tersebut berguna untuk perencanaan audit,
penentuan sasaran audit, penentuan criteria, maupun penentuan bukti audit yang
diperlukan.
Berdasarkan arah audit yang ditetapkan, dalam pelaksanaan audit lapangan,
diawali dengan menghimpun data global mengenai kegiatan yang dilaksanakan dalam
periode audit sebelum menentukan segmen audit yang akan dilakukan pengujian
secara rinci. Dari data gobal yang telah dihimpun tersebut, dengan memperhatikan
Sistem Pengendalian Manajemen, tingkat maaterialitas serta resiko audit dapat
ditentukan segemen audit yang akan dilakukan pengujian rinci.
Secara skema proses audit diatas digambarkan sebagai berikut:

POLA PIKIR PROSES AUDIT

Pahami
Kegiata
n
Auditan

Tentuka
n
Arah
Audit

Himpun
Data
Global

Evaluasi
SPM, Data,
kegiatan,
materialitas
dan resiko
audit

Tentuka
n
Segmen
audit

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

Pendekatan pola pikir diatas pada dasarnya dapat diterapkan terhadap berbagai
jenis audit yang dilakukan, yaitu :
1.

Untuk audit keuangan yang bertujuan mendapatkan keyakinan memadai


bahwa laporan keuangan yang diuaudit bebas dari salah saji material sehingga
laporan keuangan disajikan secara wajar. Audit dilakukan terlebih dahulu dengan
menilai keandalan system pengendalian intern untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. Sedangkan
pengujian dapat dilakukan secara uji petik dengan memperhatikan tingkat
materialitas dan resiko audit.

2.

Terhadap audit operasional atau audit kinerja yang didalmnya termasuk


audit ketaatan, bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan, program dan fungsi
suatu organisasi yang memerlukan koreksi, perbaikan atau penyempurnaan dengan
tyjuan memberikan rekomendasi agar pengelolaannya dapat dilaksanakan secara
lebih hemat, lebih berdaya guna dan lebih berhasil guna. Audit juga dilakukan
dengan terlebih dahulu memahami sistem pengendalian manajemen yang ada
untuk menentukan luas dan lingkup pengujian yang perlu dilakukan.sedangkan
pengujian terlebih dahulu dilakukan pengujian terbatas sebelum dilakukan
pengujian rinci terhadap kegiatan yang telah diidentifikasi dan memerlukan
koreksi.

3.

Sedangkan untuk audit investigasi, special audit atau audit khusus yang
biasanya berawal dari adanya sinyalemen baik bersumber dari pengaduan
masyarakat

atau

pengembangan

temuan

pemeriksaan,

walaupun

lebih

menekankan pada pembuktian secara hukum, pada dasarnya sinyalemen tersebut


merupakan salah satu akibat dari kelemahan sistem pengendalian yang ada dan
merupakan informasi awal, sehingga pengamatan sebaiknya dilakukan secara
menyeluruh terhadap kegiatan atau organisasi yang terkait. Pengujian secara rinci
baru dilakuakn secara segmen yang diduga kuat terjadi penyimpangan untuk
dibuktikan dan dikumpulkan bukti hukumnya.
2.3.2

Pengendalian Terhadap Roses Audit


Dalam pelaksanaan audit diperlukan adanya pengendalian agar rencana yang

disusun dapat dilaksanakan dan memperoleh hasil sebagaimana yang diharapkan. Hal
yang perlu dikendalikan antara lain adalah :
1.

Waktu memulai audit


ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

2.

Waktu selesai audit

3.

Penggunaan hari produktif/ hari kerja

4.

Pelaksanaan langkah/program kerja pemeriksaan yang direncanakan dan


telah disetujui.
Pengendalian waktu memulai dan waktu selesai audit berkaitan dengan

Rencana Kerja Tahunan yang disusun oleh instansi pemeriksa bersangkutan,


sedangkan pengendalian terhadap penggunaan hari kerja produktif serta pelaksanaan
langkah/program kerja pemeriksaan dilakukan untuk setiap penugasan audit.
2.3.3

Supervisi Dalam Tahap Dan Proses Audit


Supervisi Audit sebagaimana diharuskan oleh Standar Audit yang berlaku

bertujuan untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan mutu audit. Tingginya


mutu hasil audit tidak terlepas dari kualitas perencanaan, pelaksanaan maupun
penyelesaian audit yang dalam hal ini tercermin dalam kualitas laporan hasil audit
melalui ; tepat isi, tepat waktu, tepat saji, dan tepat alamat (tujuan).
Melalui pelaksanaan supervisi yang efektif diharapkan audit direncanakan,
dilaksanakan, dan diselesaikan dengan :
1.

Memenuhi standar audit

2.

Tingkat efisiensi dan efektivitas kerja yang cukup tinggi

3.

Kualitas perencanaan audit terjamin

4.

Pelaksanaan audit tepat waktu

5.

Dokumentasi bukti audit lengkap

6.

Kualitas hasil audit terjamin

7.

Penyampaian laporan hasil audit tepat waktu.


Manfaat dilaksanakannya supervisi audit secara berjenjang disemua tahap audit

dan proses audit oleh personil yang lebih berpengalaman akan sangat membantu tim
audit, antara lain untuk :
1.

Bimbingan dan pengarahan bagi auditor

2.

Sarana komunikasi tim audit

3.

Mengendalikan kegiatan audit

4.

Sarana alih pengalaman

5.

Membantu memecahkan masalah yang timbul.

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

2.4 SUPERVISI PADA TAHAP PERSIAPAN AUDIT


2.4.1

Kegiatan Persiapan Audit


Dalam pelaksanaan suatu kegiatan secara umum termasuk kegiatan audit

berdasarkan kegiatan pelaksanaan, selayaknya dimulai dengan kegiatan persiapan


sebelum melaksanakan kegiatan itu sendiri, sehingga tahapan dalam audit dapat
dipisahkan atas :
1.

Tahap persiapan

2.

Tahap pelaksanaan

3.

Tahap penyelesaian
Tahap persiapan merupakan tahap merencanakan suatu penugasan audit sampai

dengan diterbitkannya Surat Penugasan dan siap untuk memulai pelaksanaan audit.
Keberhasilan dalam suatu tugas audit sebagian ditentukan oleh sempurnanya
perencanaan atas penugasan audit. Sebelum disetujuinya penugasan audit tersebut
dengan menerbitkan surat tugas, terlebih dahulu harus direncanakan dan disiapkan :
1.

Perumusan/pemahaman tujuan audit

2.

Perumusan potential/possible audit objektive

3.

Program Kerja Audit

4.

Rencana Kerja (penggunaan waktu audit)


Setiap perumusan dan rencana kerja tersebut perlu dilakukan supervisi agar

perumusannya sesuai tujuan audit dan rencana yang disusun dapat efektif
dilaksanakan. Supervisi perlu dilakukan oleh yang lebih berpengalaman agar dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya.
2.4.2

Supervisi Atas Perumusan/Pemahaman Tujuan Audit


Tujuan audit adalah sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu audit,

yang telah diidentifikasi mengandung kelemahan dan yang memerlukan perbaikan.


Tujuan audit harus jelas, sehingga dapat menjadi pedoman bagi auditor dan
dikembangkan selama pelaksanaan audit dan untuk mencapai tujuan audit diperlukan
juga motivasi kerja.
Menurut Michael Amstrong (2002) Motivasi kerja adalah sesuatu yang
memulai gerakan, sesuatu yang membuat orang bertindak atau berprilaku dalam caracara tertentu. Memotivasi orang adalah menunjukkan arah tertentu kepada mereka dan
mengambil langkah-langkah yang perlu untuk memastikan bahwa mereka sampai ke

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

suatu tujuan. Tujuan audit ini harus dipahami secara jelas dan dalam persepsi yang
sama diantara Personil Tim Audit agar memperlancar pelaksanan tugas audit.
Kemudian kebutuhan lainnya yang penting adalah supervisi yang kompeten
dan adil. Hasil studi Kozlowski (1989) dalam Budiman (2002) menunjukkan bahwa
supervisor merupakan pihak yang paling dekat dengan konteks kerja seseorang karena
melalui mereka tercermin budaya atau iklim organisasi. Dengan kata lain, supervisor
mempunyai pengaruh langsung terhadap perilaku bawahannya.
Supervisi yang harus dilakukan oleh Pengendali Teknis adalah untuk
mendapatkan atau memberikan pemahaman yang cukup bagi setiap auditor mengenai
tujuan audit yang akan dilakukannya. Untuk itu Pengendali teknis haruslah
mempunyai bahan dan pengalaman yang cukup agar menguasai secara mantap dan
mampu memberikan pemahaman secara jelas mengenai tujuan audit kepada Tim
Audit. Bahan-bahan yang perlu dikuasai sebelum penugasan adalah :
1.

Mandat audit atau dasar hokum audit

2.

Tujuan audit

3.

Ruang lingkup audit


Mandat Audit atau dasar hukum audit merupakan dasar kewenanagan untuk

melakukan audit terhadap auditan. Tujuan audit merupakan hasil yang hendak dicapai
dari suatu audit, secara lebih khusus tujuan audit tersebut antara lain :
1. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Menilai kesesuaian dengan pedoman akuntansi yang berlaku
3. Menilai apakah kegiatan dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan efektif.
4. Mendeteksi adanya kecurangan.
Sedangkan Ruang Lingkup Audit merupakan periode dan kegiatan/fungsi/program
yang sesuai dengan tujuan audit dalam suatu entitas.
Pengendali Teknis perlu meyakini pemahaman Tim Audit terhadap tujuan kerja
yang akan dilakukan dengan cara melakukan diskusi dengan partisipasi aktif dari
semua anggota tim. Pemahaman terhadap tujuan audit ini akan memantapkan
perumusan tujuan audit yang akan dijadikan pedoman dalam penyusunan rencana
kerja, program kerja ataupun dalam pelaksanaan tugas audit nantinya.
2.4.3

Supervisi Atas Perumusan Potential Audit Objective


Potential Audit Objective (PAO) merupakan temuan awal (sinyalemen) yang

disusun secara sederhana berdasarkan pertimbangan dan pemahaman tujuan audit


ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

maupun informasi lainnya yang dapat dikumpulkan sebelum dilakukan audit


lapangan.
Penetapan sasaran umum samara-samar dan memilih potential/possible audit
objective (PAO) merupakan titik awal yang sangat menentukan akan keberhasilan
tugas audit yang akan dilakukan. Kemana arah audit yang akan direncanakan, strategi
serta pendekatan dan penerapan teknik audit mana yang akan dilakukan maupun
perfencanaan output audit serta kepentingan audit lainnya akan sangat dipengaruhi
oleh PAO.
Perumusan PAO yang dilakukan sebelum terjun ke lapangan tentunya
memerlukan informasi-informasi yang dapat dijadikan acuan agar PAO yang
dirumuskan benar-benar mendekati kenyataan sebenarnya sehingga tim audit dalam
melaksanakan audit nanti tidak tersesat ke arah yang tidak menentu. Untuk itu
pengalaman dari Ketua Tim maupun Pengendali Teknis sangat menentukan
disamping cukupnya informasi yang diperoleh. Informasi-informasi yang diperlukan
dapat diperoleh dari :
1.

KKA termasuk LHA periode terdahulu (jika rapeat audit) atau KKA
entitas sejenis yang pernah diaudit.

2.

Profile Audit Universe yang merupakan peta komprehensif tentang


auditan dan berbagai variabel terkait dengan auditan menyangkut kepentingan
audit.

3.

Pengalaman personil tim audit ataupun informasi yang diperoleh dari


surat menyurat, pemberitaan mass media, serta pengaduan masyarakat jika ada.
Rumusan PAO ini akan sangat menentukan arah audit, untuk itu dalam

merumuskannnya sebaiknya telah memperhitungkan risiko audit :


1.

Risiko apa yang ada

2.

Di bagian organisasi mana saja

3.

Kendali mana saja yang lemah

4.

Apa kemungkinan akibat dari kelemahan tersebut

5.

Identifikasi rekomendasi potensialnya,

Sehingga rencana kerja yang disusun lebih lanjut berdasarkan PAO tersebut dapat
efektif dilaksanakan dan mendapatkan hasil audit yang memenuhi standar. Superervisi
atas perumusan PAO ini perlu dilakukan guna antara lain :
1.

Meyakinkan bahwa pemahaman terhadap tujuan audit telah sesuai yang


diinginkan.
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

2.

Pengalaman yang tentunya lebih banyak pada Pengendali Teknis akan sangat
membantu dalam merumuskan PAO maupun menentukan arah audit.

3.

Arah audit yang disusun lebih rinci dlam rencana kerja ataupun Program kerja
Audit (PKA), akan sesuai dengan yang diharapkan.

4.

Penggunaan tenaga auditor, waktu audit maupun biaya perjalanan akan dapat
direncanakan lebih realistis.

2.4.4

Supervisi Atas Penyusun/Pemahaman Program Kerja Audit (PKA)


Program kerja Audit atau Langkah Kerja Audit peranannya dalam audit antara

lain : Perintah kerja, Pedoman dan Batas tanggung jawab bagi auditor. Supervisi atas
penyusunan Program Kerja Audit (PKA) pada tahap persiapan audit ini dilakukan
oleh Pengendali Teknis untuk menyakinkan bahwa :
1.

PKA disusun untuk pelaksana audit tahap survey pendahuluan

2.

PKA

dapat

mengumpulkan

informasi

guna

memperoleh

pemahaman/gambaran umum mengenai auditan yang diperlukan.


3.

PKA disusun dengan memperhatikan Potential Audit Objektive (PAO) yang


telah dirumuskan

4.

PKA yang disusun mampu menyakinkan benar tidak PAO

5.

PKA telah mendistribusikan tugas audit secara merata sesuai porsinya kepada
masing-masing personil tim audit

6.

PKA telah memperhitungkan penggunaan waktu pemeriksaan masing-masing


personil tim audit
Di lain pihak Pengendali teknis dalam melakukan supervise ini harus

menykinkan bahwa semua personil tim audit paham mengenai PKA yang akan
dilaksanakan masing-masing, atas PKA tersebut akan menghasilkan Kertas Kerja
Audit (KKA) termasuk KKA simpulan atas hasil pelaksanaan PKA.
2.4.5

Supervisi Atas Penyusunan Rencana Waktu Kerja


Rencana Kerja untuk suatu kegiatan yang dilaksanakan secara kelompok patut

disusun sehingga dapat diketahui kapan waktu memulai dan kapan pekerjaan harus
berakhir, kalaupun terpaksan harus melampaui waktu yang tersedia dapat dianalisi
dimana tidak terjadi ketidaksesuaian dan kenapa sampai terjadi ketidaksesuaian
tersebut. Disamping itu, setiap saat di waktu pelaksanaan kegiatan dapat diketahui

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

pencapaian target masing-masing anggota kelompok, sehingga secara dini dapat


dilakukan penyesuaian apabila diperlukan.
Dalam persiapan audit perlu direncanakan penggunaan waktu pemeriksaan
baik dalam hari maupun dalam jam. Hal ini berkaitan dengan efisiensi pelaksanaan
audit. Untuk suatu rencana kerja yang baik, seharusnya dapat dipantau setiap saat :
siapa mengerjakan apa dan telah menyelesaikan apa saja pada suatu saat, sehingga
memungkinkan seorang Pengendali Teknis (supervisor) untuk menagih hasil kerja
yang seharusnya telah diselesaikan oleh seorang auditor untuk dilakukan review
sebagaimana mestinya, ataupun harus melakukan penyesuaian apabila ditemui
hambatan ataupun harus melakukan pendalaman terhadap masalah yang dianggap
sangat prinsip.
Dalam melakukan supervisi atas penyusunan rencana waktu ini perlu
dilakukan diskusi secara terbuka oleh Pengedali Teknis dengan tim audit, agar setiap
personil tim audit memahami tugas masing-masing dan menghasilkan pemerataan
distribusi tugas audit, sehingga tugas tim dapat dirampungkan secara tepat waktu
sesuai alokasi penugasan. Setelah rencana waktu tersebut disepakati, ia akan
mengikat setiap personil

tim untuk mematuhinya dan secara dini harus

mengkonsultasikannya apabila terjadi sesuatu hal yang memerlukan penyesuaian


karena kondisi di lapangan. Penyusunan rencana penggunaan waktu audit ini
dilakukan dengan :
1.

Menginvestasikan rincian pekerjaan audit yang akan dilakukan sesuai dengan


program kerja audit.

2.

Mendistribusikannya kepada masing-masing personil tim audit sesuai porsi


masing-masing dengan memperhatikan kaitan aliran jenis pekerjaan yang perlu
dilakukan dan waktu yang dialokasikan.

3.

Dalam tahap persiapan ini rincian pekerjaan baru dapat disusun hanya untuk
pelaksanaan survey pendahuluan, sedangkan untuk tahapan berikutnya cukup
dengan megalokasikan waktu secara global, karena rincian pekerjaan baru
didapatkan setelah hasil survey pendahuluan disimpulkan berupa Tentative
Audit Objective (TAO).

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

2.5
2.5.1

SUPERVISI PADA TAHAP PELAKSANAAN AUDIT


Kegiatan Pelaksanaan Audit
Pelaksanaan supervisi pada internal audit merupakan salah satu bagian yang
sangat pokok untuk mendukung aktivitas organisasi. Standar Profesi Internal
Auditor pada bagian objektivitas mendeskripsikan bahwa supervisi dilaksanakan
secara seksama, terdokumentasi dan dapat diuji keefektifannya atas pelaksanaan
tugas secara berkelanjutan mulai dari perencanaan, penyusunan, program kerja,
pelaksanaan tugas di lapangan, pelaporan, dan pemantauan tindak lanjut. Anggota
staf audit internal harus disupervisi secara tepat sehingga mereka dapat
melaksanakan tanggungjawabnya secara layak. Supervisi merupakan proses
berlanjut bagi seorang personel yang harus dimulai pada tahap perencanaan audit
dan berakhir pada tahap penyelesaian (Boiman dkk ; 2013).
Dalam pelaksanaan audit dikenal adanya tahapan sebagai berikut :
1.

Tahap Survei Pendahuluan


Tahap

Survei

Pendahuluan

dilakukan

dengan

memperhatikan

Possible/potential Audit Objective (PAO) dan Program Kerja Pemeriksaan yang


dirumuskan di tahap persiapan pemeriksaan. Hasil dari tahap survey
pendahuluan ini adalah berupa Tentative Audit Objective (TAO) dan Program
Kerja Audit untuk mendalami TAO tersebut di tahap berikutnya.
2.

Tahap Pengujian Sistem Pengendalian Manajemen


Tahap pengujian Sistem Pengendalian Manajemen dilaksanakan dengan
memperhatikan TAO dan PKA yang dihasilkan di tahap survei pendahuluan.
Hasil dari tahap pengujian sistem pengendalian manajemen ini adalah berupa
Firm Audit Objective (FAO) dan PKA untuk mendalami FAO tersebut di tahap
berikutnya

3.

Tahap Audit Lanjutan / Rinci


Tahap Audit Lanjutan/Rinci dilaksanakan dengan memperhatikan FAO dan
PKA yang dihasilkan di tahap pengujian sistem pengendalian manjemen. Hasil
dai tahap audit lanjutan ini berupa Audit Objective (AO) yang disusun dalam
bentuk Temuan Pemeriksaan dan Rekomendasi, untuk selanjutnya digunakan
sebagai bahan penyusunan Laporan Hasil Audit (LHA).

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

Urutan kegiatan audit di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

URUTAN POLA PIKIR TAHAPAN AUDIT

PERSIAPA
N
AUDIT
PA
O

TAHAP
SURVEI
PENDAHULUAN

TA
O

TAHAP
UJI
SPM FA
O

TAHAP
AUDIT
RINCI

A
O

DAFTAR
TEMUAN
AUDIT

LHA

Kegiatan auditan yang dilaksanakan dalam setiap tahapan tersebut pada


Kegiatan auditan yang dilaksanakan dalam setiap tahapan tersebut pada dasarnya
berupa :
1.

Pelaksanaan Program Kerja Audit hasil tahap sebelumnya

2.

Pengerjaan kertas Kerja Audit

3.

Penyusunan kesimpulan untuk tahap yang dilaksanakan

4.

Penyusunan Program Kerja Audit untuk tahap berikutnya

Dengan demikian kegiatan supervisi yang perlu dilakukan dalam kegiatan


pelaksanaan audit ini untuk setiap tahap tentunya sejalan dengan kegiatan audit
yang dilaksanakan di atas.
Pelaksanaan Audit biasanya dilakukan di tempat auditan yang tidak selalu
berada satu kota dengan tempat kedudukan/kantor Auditor, sehingga tidak
memungkinkan setiap saat terjadi konsultasi langsung antara Tim Audit dengan
Pengendali teknis. Walaupun pengendalian pelaksanaan audit dapat dilakukan
melalui jalur komunikasi lainnya (telepon, faksimil, email, dll), Pengendali Teknis
tetap diperlukan untuk melakukan supervisi guna mengawasi secara langsung
pelaksanaan audit dengan melakukan :
1.

Reviu terhadap pelaksanaan rencana yang telah dirumuskan.

2.

Reviu atas dokumentasi bukti audit yang dilakukan

3.

Reviu atas rumusan simpulan pada setiap akhir tahap audit tertentu

4.

Mengarahkan untuk lebih mendalami masalah yang diidentifikasi dengan


penyusunan PKA untuk dilaksanakan dalam tahap berikutnya.

2.5.2

Supervisi Atas Pelaksanaan Program Kerja Audit


ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

Supervisi atas pelaksanaan PKA ini tiada lain untuk meyakinkan bahwa audit
telah berjalan sebagaimana yang diharapkan, melalui :
1.

Apakah PKA telah dilaksanakan sebagaimana mestinya

2.

Apakah pelaksanaan PKA tidak mengalami hambatan

3.

Apakah pencapaian tahap penyelesaian pekerjaan sesuai waktu yang


direncanakan

4.

Apakah Anggota dan Ketua Tim telah bekerja dengan efisien

5.

Apakah Anggota dan Ketua Tim telah bekerja dengan efektif

6.

Apakah atas PKA yang dilaksanakan disusun KKA secara tertib.

7.

Apakah riviu berjenjang terhadap KKA telah dilaksanakan.


Dalam melakukan supervisi, Pengendali Teknis perlu mengetahui pencapaian

target pelaksanaan audit berdasarkan

target waktu yang telah disepakati, baik

secara tim maupun secara perorangan. Untuk itu reviu terhadap Kertas Kerja Audit
mutlak dilakukan supervisi lapangan untuk meyakinkan bahwa PKA telah
dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Dalam pelaksanaan PKA oleh tim audit sering dijumpai bahwa apa yang
direncanakan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan rencana, hal
tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi di lapangan dan asumsi awal yang
dijadikan pertimbangan dalam menyusun rencana tersebut. Kemungkinan yang
dapat terjadi antara lain :
1.

Terlambat pengerjaannya, seharusnya telah selesai dikerjakan, ternyata


belum atau selesai dikerjakan.

2.

Lebih cepat pengerjaannya, seharusnya belum dikerjakan, ternyata telah


dikerjakan.

3.

Rencana tidak dilaksanakan, menurut rencana akan dikerjakan, ternyata


tidak perlu dikerjakan.

4.

Melaksanakan yang tidak direncanakan, hal ini terjadi karena


pengembangan sesuai kondisi lapangan.
Bukti dari pelaksanaan supervisi atas pelaksanaan PKA ini perlu dibuat secara

tertulis agar tim audit pengendali teknis melaksankan perannya masing-masing. Isi
formulir supervise tersebut antara lain mencantumkan (formulir, lihat lampiran 3) :
1.

Saat / waktu melaksanakan supervisi

2.

Pencapaian target saat dilakukan supervisi, seharusnya dan kenyataannya.

3.

Hambatan yang dialami tim audit di lapangan.


ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

4.

Perintah-perintah

(PKA)

yang

perlu

segera

dilakukan

setelah

mempertimbangkan kondisi lapangan.


Formulir ini setelah ditandatangani masing-masing akan menjadi pedoman bagi tim
audit untuk menyelesaikan tugas, dan pertanggungjawaban serta bahan monitoring
oleh Pengendali Teknis pada saat supervisi berikutnya.
2.5.3

Reviu Kertas Kerja Audit (KKA)


Reviu atas Kertas Kerja Audit (KKA) merupakan pelaksanaan supervisi atas
penyusunan KKA dan berkaitan erat dengan supervisi atas pelaksanaan Program
Kerja Audit (PKA), karena KKA adalah hasil dari melaksanakan PKA atau KKA
merupakan bukti dari pelaksanaan PKA. Supervisi terhadap KKA ini dilakukan
melalui proses reviu KKA.
Reviu KKA adalah penilaian secara cermat, kritis dan sistematis atas catatancatatan yang dibuat, dikumpulkan dan disimpan oleh auditor mengenai prosedur
audit

yang

ditempuhnya,

pengujian

yang

dilakukannya,

informasi

yang

diperolehnya, serta simpulan hasil audit yang dilaksanakannya. Tujuan reviu itu
sendiri adalah :
1.

Memenuhi standar audit

2.

Menjaga mutu pelaksanaan audit

3.

Menjaga mutu hasil audit

4.

Mengurangi risiko audit

5.

Meningkatkan efisiensi kerja.

Sedangkan manfaat dari reviu KKA antara lain adalah untuk :


1.

Pengendalian kegiatan audit

2.

Membimbing auditor junior

3.

Sarana komunikasi antar anggota tim secara berjenjang.

Reviu terhadap KKA tersebut akan lebih bermanfaat apabila dilakukan secara
berjenjang dan pelaksaannya secara bertahap tanpa harus menunggu selesainya
audit, sehingga penyesuaian dapat segera dilakukan apabila dianggap pengerjaan
suatu KKA dianggap kurang bermanfaat. Reviu terhadap KKA ini dilakukan
terhadap :
1.

Kelengkapan fisik KKA

2.

Format dan kerapihan KKA

3.

Substansi materi KKA berkaitan dengan PKA


ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

Supervisi atas kertas kerja audit ini dengan melakukan reviu selama audit
berlangsung dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa rencana kerja yang telah
disusun dan disepakati dilaksanakan sebagaimana mestinya. Penyesuaian yang
dilakukan terhadap PKA didasai bukti/pertimbangan yang profesional, serta
simpulan yang disusun didukung bukti yang relevan, kompeten, cukup dan material.
Terhadap auditor yang junior, supervisi ini juga berperan untuk memberikan
bimbingan dan arahan agar pengerjaan KKA sesuai yang diinginkan dari PKA
dukungan, ikhtisar, dengan alur pikir yang logis sampai ke penyusunan simpulan,
sehingga audit dapat diselesaikan tepat waktu dan tepat mutu sesuai rencana waktu
yang telah disepakati dan sesuai tujuan audit.
2.5.4

Supervisi Atas Pelaksanaan Survei Pendahuluan


Suvei pendahuluan dilakukan untuk memahami gambaran umum tentang
auditan, termasuk pemahaman mengenai prosedur penyelenggaraan kegiatan
operasional auditan, serta masalah keuangan sampai kebijakan yang berlaku. Dalam
tahap survei pendahuluan ini Potential Audit Objective (PAO) yang telah
dirumuskan dimantapkan menjadi Sasaran Audit Sementara (Tentative Audit
Objective), atau dinyatakan tidak cukup dasar untuk didalami lebih lanjut.
Pelaksanaan Survei Pendahuluan dilakukan dengan melaksanakan program
kerja audit sesuai rencana yang telah disusun dalam persiapan audit. Pelaksanaan
tugas masing-masing anggota tim selama melakukan survei pendahuluan perlu
disupervisi untuk meyakinkan :
1. Rencana kerja dilaksanakan sebagai mestinya
2. PKA dilaksanakan sesuai yang diperintahnya
3. Penyesuaian PKA karena kondisi lapangan dapat dipertanggung jawabkan.
4. Kertas kerja Audit disusun sebagaimana mestinya
5. Simpulan hasil audit didukung bukti yang relevan, kompeten, cukup dan
material.
6. Tidak ada hambatan yang berarti dalam pelaksanaan audit. Jika terdapat
hambatan dengan pihak auditan, perlu dicarikan jalan keluar dengan menjadi
mediator agar audit selanjutnya berjalan lancar.
Dalam melakukan supervisi ini Pengendali Teknis bersama Tim Audit lainnya perlu
mengevaluasi Potential Audit Objective (PAO) yang telah dirumuskan dalam

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

persiapan audit dengan hasil dari pelaksanaan Survei Pendahuluan untuk dapat
merumuskan Sasaran Audit Sementara (Tentative Audit Objective).
Terhadap PAO yang tidak teridentifikasi selama dilakukan survei pendahuluan
perlu disusun simpulan bahwa sinyalemen tersebut ternyata tidak terbukti sehingga
tidak akan dilakukan pendalaman lebih lanjut dalam tahap audit berikutnya.
Untuk PAO yang teridentifikasi dan kemungkinan adanya hal lain yang
teridentifikasi serta perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut dalam tahap audit
berikutnya perlu dirumuskan TAO-nya dengan memperhatikan bukti-bukti yang
telah diperoleh dan telah didokumentasikan dalam KKA.
Berdasarkan rumusan TAO, Pengendali Teknis bersama Tim Audit lainnya
untuk masing-masing TAO perlu menyusun PKA dan rencana waktu serta
pembagian tugas untuk mendalaminya di tahap Pengujian Sistem Pengendalian
Manajemen.
2.5.5

Supervisi Atas Pelaksanaan Pengujian Sistem Pengendalian Manajemen


Sistem Pengendalian Manajemen dibangun untuk mencapai tujuan organisasi
melalui pemanfaatan seluruh sumber daya secara ekonomis, efisien, dan efektif
serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sasaran dari pengendalian tersebut
menurut The Institute of Internal Auditor (IIA) adalah untuk memperoleh jaminan
bahwa :
1.

Informasi keuangan dan operasional yang layak dipercaya

2.

Seluruh transaksi atau kegiatan dilaksanakan berdasarkan ketaatan


terhadap kebijakan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

3.

Terselenggaranya pengamanan asset dengan baik

4.

Penggunaan sumber daya yang dilakukan secara ekonomis dan efisien.

5.

Kegiatan operasional telah ditangani sesuai rencana dan hasilnya telah


sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Menurut jenisnya, pengendalian manajemen dapat dikelompokkan dalam :


1.

Pengendalian preventif

2.

Pengendalian detektif

3.

Pengendalian korektif

4.

Pengendalian langsung

5.

Pengendalian kompensatif
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

Menurut metodenya, pengendalian manajemen juga dapat dibagi dalam :


1.

Pengendalian organisasi

2.

Pengendalian operasional

3.

Pengendalian personalia

4.

Pengendalian reviu

5.

Pengendalian melalui fasilitas dan peralatan

Unsur-unsur pengendalian manajemen menurut BPKP (dari GAO) ada delapan


unsur yaitu : Organisasi, Kebijakan, Perencanaan, Prosedur, Pencatatan, Pelaporan,
Personalia dan Reviu Internal. Sedangkan menurut Committee of Sponsoring
Organization of the Treadway Commission (COSO) ada lima unsur pengendalian
yang harus dirancang dan diterapkan manajemen untuk mendapatkan keyakinan
tercapainya tujuan pengendalian, yaitu :
1.

Lingkungan pengendalian (control environment)

2.

Penaksiran resiko (risk assessment)

3.

Sistem informasi dan komunikasi (the information and communication


system)

4.

Aktivitas pengendalian (control activities), meliputi :

Reviu kinerja

Pemrosesan informasi

Pengendalian fisik

Pemisahan fungsi

5.

Pemantauan (moinitoring), meliputi :

Pengawasan rutin terhadap kegiatan yang sedang berjalan

Evaluasi kegiatan oleh unit independen.

Sesempurnanya sistem pengendalian yang dibangun akan tidak efektif apabila


terjadi :
1.

Pengabaian Manajemen (management override)

2.

Kesalahan atau kekeliruan personel (personnel errors or mistakes)

3.

Kolusi (collusion)

Pengujian sistem pengendalain manajemen (SPM) pada dasarnya adalah melakukan


penelitian mengenai efektivitas pengendalian yang dibangun, hasilnya berupa
simpulan mengenai kondisi/keandalan sistem pengendalian yang diuji. Pelaksanaan
pengujian dapat dilakukan melalui dua tahap yaitu :
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

1.

2.

Memahami dan menganalisis SPM, termasuk melakukan :

Pengujian sepintas (walk through test)

Pengujian terbatas (limited testing of the system)


Melakukan pengujian pengendalian (test of control), yaitu melakukan

pengujian secara lebih luas terhadap data/dokumen yang mendukung


pengendalian. Pengujian dapat dilakukan secara sampling.
Untuk masing-masing sasaran audit sementara (TAO) setelah dinilai tingkat
keandalan system pengandaliannya dapat memperjelas ataupun memantapkan,
apakah akan menjadi sasaran audit yang pasif (Firm Audit Objective) untuk lebih
didalami dalam audit lanjutan/rinci, atau ternyata tidak cukup dasar untuk didalami
lebih lanjut. Supervisi terhadap pengujian SPM adalah untuk meyakinkan bahwa :
1.

Rencana kerja dilaksanakan sebagaimana mestinya

2.

PKA dilaksanakan sesuai dengan yang diperintahkan

3.

Penyesuaian PKA karena kondisi lapangan dapat dipertanggungj


awabkan.

4.

Kertas Kerja Audit disusun sebagai mestinya

5.

Simpulan hasil audit didukung bukti yang relevan, kompeten, cukup dan
material

6.

Tidak ada hambatan yang berarti dalam pelaksanaan audit, jika terdapat
hambatan dengan pihak auditan, perlu dicarikan jalan keluar dengan menjadi
mediator agar audit berjalan lancar.
Dalam melakukan supervisi ini Pengendali Teknis bersama Tim Audit lainnya

perlu mengevaluasi Tentativel Audit Objective (PAO) yang telah dirumuskan dalam
persiapan audit dengan hasil dari pelaksanaan pengujian sistem pengendalian
manajemen untuk dapat merumuskan Firm Audit Objective (FAO) yang akan
dilakukan pendalaman dalam audit lanjutn/rinci.
Terhadap TAO yang tidak teridentifikasi selama dilakukan pengujian sistem
pengendalian manajemen perlu disusun simpulan bahwa TAO tersebut ternyata
tidak terbukti sehingga tidak akan dilakukan pendalaman lebih lanjut dalam tahap
audit berikutnya.
Untuk TAO yang teridentifikasi dan kemungkinan adanya hal lain yang
teridentifikasi serta perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut dalam tahap audit

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

berikutnya perlu dirumuskan FAO-nya dengan memperhatikan bukti-bukti yang


telah diperoleh dan telah didokumentasikan dalam KKA.
Berdasarkan rumusan FAO, Pengendali Teknis bersama Tim Audit lainnya
untuk masing-masing FAO perlu menyusun PKA dan rencana waktu serta
pembagian tugas untuk mendalaminya di tahap lanjutan/rinci.
2.5.6

Supervisi Atas Pelaksanaan Audit Lanjutan/Rinci


Audit lanjutan / rinci merupakan tahap pengembangan temuan hasil audit.
Dalam tahap ini dilakukan pengujian substantive terhadap masing-masing Firm
Audit Objective (FAO) dengan tujuan :
1.

Membuktikan eksistensi dampak kuantitatif yang bersifat negatif yang


ditimbulkan kelemahan pengendalian yang dideteksi pada pengujian SPM.

2.

Meneliti penyebab timbulnya dampak negatif tersebut, dalam rangka


mengembangkan rekomendasi yang konstruktif.

Dalam tahap audit lanjutan ini, FAO lebih didalami sehingga memenuhi unsurunsur temuan hasil audit yaitu :
1.

Kondisi (apa yang sebenarnya terjadi)

2.

Kriteria (apa yang seharusnya terjadi)

3.

Sebab (mengapa terjadi perbedaan antara kondisi dan kriteria)

4.

Akibat dan Dampak (yang timbul karena perbedaan kondisi dengan kriteria)

5.

Rekomendasi (apa yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya).

Supervisi terhadap pengujian SPM adalah untuk meyakinkan bahwa :


1.

Rencana kerja dilaksanakan sebagaimana mestinya

2.

PKA dilaksanakan sesuai dengan yang diperintahkan

3.

Kertas Kerja Audit disusun sebagaimana mestinya

4.

Simpulan hasil audit didukung bukti yang relevan, kompeten, cukup dan
material

5.

Temuan hasil audit dikomunikasikan dan didapat komentar dari pihak auditan
yang berkompeten.
Dalam melakukan supervisi ini Pengendali Teknis bersama Tim Audit lainnya

mengevaluasi Firm Audit Objective (FAO) yang telah dirumuskan dalam tahap
audit sebelumnya dengan hasil dari pelaksanaan audit lanjutan hingga memenuhi
unsur-unsur temuan audit.

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

Untuk FAO yang terbukti dan memenuhi unsur temuan audit, disusun temuan
hasil audit (daftar temuan) dengan memperhatikan bukti-bukti yang telah diperoleh
dan telah didokumentasikan dalam KKA. Untuk selanjutnya tim audit akan
melangkah ke tahap penyelesaian audit, yaitu tahap pengembangan temuan,
penyusunan laporan hasila audit (LHA) dan Tindak Lanjut temuan audit.
2.6 SUPERVISI PADA TAHAP PENYELESAIAN AUDIT
2.6.1 Kegiatan Penyelasaian Audit
Tahap penyelesaian Audit ini adalah proses penyelesaian temuan hasil audit
dan laporan hasil audit serta meyakinkan kesediaan menindak lanjuti hasil audit
tersebut oleh pihak auditan. Kegiatan supervisi yang dilaksanakan dalam tahap
penyelesaian audit ini adalah Supervisi atas pengembangan temuan, Supervisi atas
penyusunan Laporan Hasil Audit, Supervisi atas Tindak Lanjut Temuan Audit
2.6.2 Supervisi Atas Pengembangan Temuan
Hal yang paling perlu dihindari dalam audit adalah temuan cacat, yaitu
temuan hasil audit yang tidak tepat, dengan demikian rekomendasi akan menjadi
tidak tepat pula. Untuk menghindari terjadinya hal tersebut, sebaiknya supervisi
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Reviu atribut temuan lakukan dengan hati-hati, dapatkan bukti audit yang
lengkap dan relevan
2. Lakukan pembahasan dengan tim audit untuk lebih meyakinkan dan
kemungkinan mendapatkan informasi tembahan selain yang terdapat dalam
KKA.
3. Lakukan pembahasan materi temuan dengan pihak auditan, guna lebih
meyakinkan atas atribut temuan yang diungkapkan tim audit. Pembahasan
dengan pihak auditan ini dapat juga berfungsi sebagai konfirmasi atas materi
temuan. Apabila pihak auditan sepakat dengan temuan tersebut dan akan segera
mendindaklanjutinya, berarti tugas supervisi yang dilakukan telah cukup
memadai. Tetapi bila auditan tidak sepakat, maka kesempatan inilah bagi
supervisor untuk meminta penjelasan dan bukti tambahan atau bukti lain dari
auditan yang akan digunakan sebagai bahan pembahasan dengan Tim Audit
untuk memproses temuan tersebut lebih lanjut yang kemudian bukan mustahil

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

temuan tersebut digugurkan karena kurang memenuhi syarat atau cacat, atau
dilakukan penyesuaian sebagaimana bukti yang diperoleh.
Berdasarkan Daftar Temuan dan KKA lainnya yang telah di reviu, Tim Audit akan
melangkah ke tahap berikutnya, yaitu tahap penyusunan Laporan Hasil Audit
(LHA)
2.6.3 Supervisi Atas Temuan Laporan Hasil Audit (LHA)
Laporan Hasil Audit (LHA) adalah dokumen atau media komunikasi auditor
untuk menyampaikan

informasi tentang kesimpulan, temuan, dan rekomendasi

hasil audit kepada pihak yang berwenang. Fungsi LHA adalah sebagai :
1. Sarana komunikasi menyampaikan hasil audit
2. Dasar pengambilan keputusan untuk : Menetapkan arah, Arahan, Kebijakan,
Strategi, Prioritas, guna meningkatkan keekonomisan, keefisienan, keefektifan,
serta ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
3. Menentukan mutu pelaksanaan audit
4. Memperlihatkan peran Internal Auditor
Untuk memenuhi fungsi tersebut, Laporan Hasil Audit (LHA) sekurang-kurangnya
memenuhi empat (4) tepat yaitu :
1.

Tepat isi

2.

Tepat waktu

3.

Tepat saji

4.

Tepat alamat

Supervisi atas penyusunan laporan hasil audit (LHA) perlu dilakukan agar
dihasilkan LHA yang efektif, yaitu LHA disajikan dengan :
1.

Gaya laporan yang tepat

2.

Menarik perhatian pembaca

3.

Jelas tetapi ringkas

4.

Konstruktif

5.

Mudah dipahami.

Untuk itu, Pengendali Teknis perlu memberikan arahan kepada Tima Audit antara
lain mengenai :
1.

Penyusunan LHA sesuai dengan Standar Audit

2.

Penyusunan LHA berdasarkan prioritas bobot Temuan Hasil Audit

3.

Ketepatan waktu penyelesaian LHA


ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

4.

Informasi umum dan informasi lainnya ada yang dapat mulai disusun secara
dini tanpa perlu menunggu selesainya audit lapangan

5.

Perlu mengungkapkan informasi penyeimbang berupa temuan positif.

Selain memberi arahan diatas, kegiatan supervisi atas penyusunan LHA ini
dilakukan melalui :
1.

Reviu atas konsep LHA

2.

Pembahasan LHA dengan Tim Audit

3.

Reviu kelengkapan KKA dan kesesuainnya dengan LHA

Reviu kelengkapan KKA dan kesesuainnya dengan LHA perlu dilakukan karena
KKA dan konsep LHA merupakan satu kesatuan, apa yang disajikan di LHA harus
didukung dengan KKA. Reviu atas konsep LHA menggunakan Routing Slip untuk
memantau waktu pemrosesan, dan lembar reviu (review sheet) untuk mencatat
pertanyaan maupun penjelasan/penyelesaian dari proses reviu.
2.6.4

Supervisi Atas Pemantauan Tindak Lanjut Temuan Hasil Audit


Auditor harus selalu memantau tindak lanjut dari temuan auditnya.
Pemantauan tindak lanjut tersebut dapat dimanfaatkan untuk menilai apakah pihak
auditan :
1. Tidak mampu untuk menindak lanjutinya
2. Tidak mau menindak lanjuti, atau
3. Temuan tidak dapat ditidak lanjuti (temuan cacat)
Pemantauan dapat dilakukan dengan menggunakan Kartu/Lembaran untuk
setiap LHA yang diterbitkan yang memuat temuan hasil audit yang perlu ditindak
lanjujti dan kolom realisasi tindak lanjut yang dilakukan berdasarkan informasi
tertulis dari auditan, sehingga setiap saat mudah diketahui jika belum ada realisasi
tindak lanjut. Pemantauan tindak lanjut dapat dilakukan dengan cara :
1. Menyurati atau teguran yang menanyakan tindak lanjut
2. Mendatangi langsung ke auditan
3. Melalui tim audit berikutnya jika ada repeat audit
4. Rapat pemutahiran data yang dihadiri oleh Pimpinan Auditor dan Pimpinan
auditan.

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Tindakan supervisi pimpinan dapat menumbuhkan motivasi kerja kepada para
auditor internal sehingga dapat menghasilkan prestasi kerja atau kinerja yang
diharapkan. Dalam hubungannya dengan kinerja, para professional umumnya
mempunyai tingkat kompetensi yang tinggi terhadap pekerjaan mereka. Adanya
tindakan supervisi dan tumbuhnya motivasi kerja sangat menentukan prestasi kerja
(kinerja). Kinerja seringkali identik dengan kemampuan (ability) seorang auditor
bahkan berhubungan dengan komitmen terhadap profesi dan

professionalisme

menjadi elemen motivasi dalam memberikan kontribusi terhadap kinerja


3.2 SARAN
Motivasi kerja yang benar oleh pimpinan dalam melakukan supervisi
menghasilkan prestasi kerja yang baik, serta diperlukan kompetensi dan sikap
profesionalisme dalam melakukan tindakan supervisi serta supervisor hendaknya
menciptakan kondisi kerja yang mendorong tercapainya kesuksesan/tujuan audit.

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

DAFTAR PUSTAKA
Arens, et al. 2008. Auditing and Assurance Service : An Integrated Approach. Edisi Dua
Belas, Erlangga, Jakarta.
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), 1996. Standar Audit Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah (SA-APFP).
Badan Pengawasan keuangan dan Pembangunan, Formulir Kendali Mutu (KM) KM.1
KM.12. 1990 untuk Mengendalikan dan Meningkatkan Mutu Pemeriksaan
BPKP, Jakarta,
Boiman, Pipin Kurnia dan Raja Adri Satriawan Surya, 2013. Analisis Pengaruh
Pelaksanaan Supervisi Terhadap Kepuasan Kerja Auditor Internal Inspektorat SeProvinsi Riau, Jurnal Ekonomi ; Volume 21.
Choo, Freddie and Kim B. Tan., 1997. A Study of The Relations Aming Disagreement
in Budgetary Performance Evaluation Style, Job Related-Tension, Job
Satisfaction and Performances, Behavioral Research in Accounting, Vol. 9
Camstock, Thomas W.,1994. Fundamental of Supervision, New York : Delmar Publisher
Inc
Institute of Internal Auditors (IIA), Auditor Expert Performance In Fraud Detection : A
Survey of Internal Auditor, USA
Luthans, Fred., 1995. Organizational Behavior, 8 Edition, USA MC Grow-Hill, inc
Pusdiklatwas BPKP, 2005. Modul Diklat JFA : Kode Etik dan Standar Audit Edisi
2005,Ciawi Bogor.
Pusdiklatwas BPKP, 2005. Modul Diklat JFA : Penyusunan Laporan Hasil Audit Edisi
2005, Ciawi Bogor.
Pusdiklatwas BPKP, Modul Diklat JFA : Auditing Edisi 2005,Ciawi Bogor,2005
Pusdiklatwas BPKP, 2005. Modul Diklat JFA : Teknik Penilaian SPM dan PKA Edisi
2005,Ciawi, Bogor.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/220/M.PAN/7/2008
tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya
Pusat Bahasa, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pusaka
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

Patten, D.M., (1995), Supervisor Action and Job Satisfaction : An Analysis of


Differences Between Large and Small Public Accounting Firm, Accounting
Horizons (9 th volume, no 2) (June)
Rapina dan Hana Friska, 2011. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Tindakan Supervisi
Terhadap Kepuasan Kerja Auditor Junior Survei pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Kota Bandung. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 06 Tahun ke-2
September-Desember.
Standar Profesional Akuntan Publik per 31 Maret 2011.Penerbit Salemba Empat.
Pekanbaru.
Sihwahjoeni dan Gudono., (2000), Persepsi Akuntan Terhadap Kode Etik Akuntan,
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3 no.1, UGM
Siu, W., (1998), Machiavellianism and Retail Banking Executives in Hongkong,
Journal of Managerial Psychology, Vol.13 no.1/2, hlm. 28-37
Sawyer, 2008. Internal Auditing The Practice of Modern Internal Auditing, 4th edition,
Altamonte Springs, California: The Institute of Internal Auditor.

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih
mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta temanteman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil,
sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Saya menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa,
kerangka penulisan maupun isi dari makalah ini, untuk itu besar harapan kami jika ada
masukan, kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah kami
dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini agar dapat dipakai untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terlebih sebagai syarat untuk pelaksanaan
mid-semester tiga pada Program Magister Akuntansi FEB Unsrat. Terima kasih.

Manado, 3 April 2016


Penyusun

Reince Herry Tangkowit


Nim. 14062103066

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.
Daftar isi..
Bab 1
Pendahuluan.
1.1 Latar Belakang...
1.2 Tujuan Penulisan...
Bab 2
Kajian Teori.
2.1 Supervisi dan Supervisor...
2.2 Supervisi Dalam Tugas Audit
2.3 Supervisi dan Tahap Audit
2.4 Supervisi Pada Tahap Persiapan Audit..
2.5 Supervisi Pada Tahap Pelaksanaan Audit.
2.6 Supervisi Pada Tahap Penyelesaian Audit
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran..
Daftar Pustaka..

MATA KULIAH
KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI AUDIT

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

i
ii
1
1
2
3
3
5
7
11
16
25
28
28
28
29

SUPERVISI DAN SUPERVISOR

Oleh :
Reince Herry Tangkowit
Nim. 14062103066

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016

ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r

Anda mungkin juga menyukai