PENDAHULUAN
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
BAB 2
KAJIAN TEORI
diartikan
Mengawasi
Supervision
diartikan
Pengawasan
Supervisor
diartikan
Pengawas
Supervisory
diartikan
b.
c.
d.
Menumbuhkan sikap mental untuk bekerja dengan benar sejak awal dan
menciptakan kondisi yang memungkinkan hal itu terjadi. Hal tersebut bisa
dilaksanakan dengan menjelaskan suatu penugasan secara gamblang,
mengalokasikan waktu yang cukup dalam penugasan yang rumit sehingga
bisa terselesaikan dengan baik, menampung semua keluhan akan hambatan
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
Mendistribusikan tugas dan beban secara adil dan sesuai dengan tingkat
kemampuan.
c.
3.
b.
penilaian kepuasan kerja yang ada di Kantor Akuntan Publik. Pada penulisan makalah
ini penulis akan menggunakan penilaian yang tidak hanya pada Kantor Akuntan
Publik (Auditor Eksternal) saja, melainkan juga pada perusahaan (Auditor Internal)
dengan alasan kedua auditor tersebut mempunyai karakteristik yang sama, yaitu
sebagai auditor swasta (public auditor). Beeler et.al (1997), mengkategorikan auditor
yang memeriksa keuangan-keuangan Badan Usaha menjadi dua sektor yaitu public
auditor (auditor eksternal dan auditor internal) dan Government Auditor.
2.2 SUPERVISI DALAM TUGAS AUDIT
Dalam setiap penugasan audit kegiatannya dilakukan oleh tim mandiri yang
terdiri dari Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim dan Anggota Tim.
Kegiatan supervisi dilakukan secara berjenjang dalam satu tim mandiri dan
Supervisor diidentikan dengan peran Pengendali Teknis.
Supervisi yang dilakukan berupa bimbingan dan pengawasan terhadap para
asisten, diperlukan untuk mencapai tujuan audit dan menjaga mutu audit. Supervisi
harus dilakukan dalam semua penugasan tanpa memandang tingkat pengalaman
auditor yang bersangkutan. Unsur supervisi adalah memberikan instruksi kepada
asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang
dijumpai dalam audit, mereviu pekerjaan yang dilaksanakan, dan meyelesaikan
perbedaan pendapat diantara staf audit.
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
Luasnya supervisi yang memadai dalam sutau keadaan tergantung atas banyak
faktor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi staf
audit. Supervisi
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
Tahap Persiapan
2.
Tahap Pelaksanaan
3.
Tahap Penyelesaian
Tahap Perencanaan merupakan tahapan mempersiapkan suatu penugasan audit
sampai dengan diterbitkannya Surat Penugasan dan siap untuk memulai pelaksanaan
audit. Tahap Pelaksanaan merupakan tahapan auditor melaksanakan tugas audit
lapangan, malakukan pengujian, analisis, pengumpulan bukti dan lainnya sebelum
sampai ke penyusunan laporan hasil audit. Pelaksanaan audit ini biasanya terinci atas
tahap:
1.
Survei Pendahuluan
2.
3.
Audit Lanjutan/Rinci
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
Tahap Penyelesaian adalah proses penyelesaian temuan hasil audit dan laporan
hasil audir serta menyakinkan kesediaan menindak lanjuti hasil audit tersebut oleh
pihak auditan.
2.3.1
Proses Audit
Setiap pelaksanaan audit dilihat bahwa proses audit secara berurutan sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Penyusunan Simpulan
6.
audit dimulai dengan mendapatkan gambaran umum sebelum menentukan arah audit.
Pemahaman terhadap kegiatan audit tersebut berguna untuk perencanaan audit,
penentuan sasaran audit, penentuan criteria, maupun penentuan bukti audit yang
diperlukan.
Berdasarkan arah audit yang ditetapkan, dalam pelaksanaan audit lapangan,
diawali dengan menghimpun data global mengenai kegiatan yang dilaksanakan dalam
periode audit sebelum menentukan segmen audit yang akan dilakukan pengujian
secara rinci. Dari data gobal yang telah dihimpun tersebut, dengan memperhatikan
Sistem Pengendalian Manajemen, tingkat maaterialitas serta resiko audit dapat
ditentukan segemen audit yang akan dilakukan pengujian rinci.
Secara skema proses audit diatas digambarkan sebagai berikut:
Pahami
Kegiata
n
Auditan
Tentuka
n
Arah
Audit
Himpun
Data
Global
Evaluasi
SPM, Data,
kegiatan,
materialitas
dan resiko
audit
Tentuka
n
Segmen
audit
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
Pendekatan pola pikir diatas pada dasarnya dapat diterapkan terhadap berbagai
jenis audit yang dilakukan, yaitu :
1.
2.
3.
Sedangkan untuk audit investigasi, special audit atau audit khusus yang
biasanya berawal dari adanya sinyalemen baik bersumber dari pengaduan
masyarakat
atau
pengembangan
temuan
pemeriksaan,
walaupun
lebih
disusun dapat dilaksanakan dan memperoleh hasil sebagaimana yang diharapkan. Hal
yang perlu dikendalikan antara lain adalah :
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
dan proses audit oleh personil yang lebih berpengalaman akan sangat membantu tim
audit, antara lain untuk :
1.
2.
3.
4.
5.
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
Tahap persiapan
2.
Tahap pelaksanaan
3.
Tahap penyelesaian
Tahap persiapan merupakan tahap merencanakan suatu penugasan audit sampai
dengan diterbitkannya Surat Penugasan dan siap untuk memulai pelaksanaan audit.
Keberhasilan dalam suatu tugas audit sebagian ditentukan oleh sempurnanya
perencanaan atas penugasan audit. Sebelum disetujuinya penugasan audit tersebut
dengan menerbitkan surat tugas, terlebih dahulu harus direncanakan dan disiapkan :
1.
2.
3.
4.
perumusannya sesuai tujuan audit dan rencana yang disusun dapat efektif
dilaksanakan. Supervisi perlu dilakukan oleh yang lebih berpengalaman agar dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya.
2.4.2
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
suatu tujuan. Tujuan audit ini harus dipahami secara jelas dan dalam persepsi yang
sama diantara Personil Tim Audit agar memperlancar pelaksanan tugas audit.
Kemudian kebutuhan lainnya yang penting adalah supervisi yang kompeten
dan adil. Hasil studi Kozlowski (1989) dalam Budiman (2002) menunjukkan bahwa
supervisor merupakan pihak yang paling dekat dengan konteks kerja seseorang karena
melalui mereka tercermin budaya atau iklim organisasi. Dengan kata lain, supervisor
mempunyai pengaruh langsung terhadap perilaku bawahannya.
Supervisi yang harus dilakukan oleh Pengendali Teknis adalah untuk
mendapatkan atau memberikan pemahaman yang cukup bagi setiap auditor mengenai
tujuan audit yang akan dilakukannya. Untuk itu Pengendali teknis haruslah
mempunyai bahan dan pengalaman yang cukup agar menguasai secara mantap dan
mampu memberikan pemahaman secara jelas mengenai tujuan audit kepada Tim
Audit. Bahan-bahan yang perlu dikuasai sebelum penugasan adalah :
1.
2.
Tujuan audit
3.
melakukan audit terhadap auditan. Tujuan audit merupakan hasil yang hendak dicapai
dari suatu audit, secara lebih khusus tujuan audit tersebut antara lain :
1. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Menilai kesesuaian dengan pedoman akuntansi yang berlaku
3. Menilai apakah kegiatan dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan efektif.
4. Mendeteksi adanya kecurangan.
Sedangkan Ruang Lingkup Audit merupakan periode dan kegiatan/fungsi/program
yang sesuai dengan tujuan audit dalam suatu entitas.
Pengendali Teknis perlu meyakini pemahaman Tim Audit terhadap tujuan kerja
yang akan dilakukan dengan cara melakukan diskusi dengan partisipasi aktif dari
semua anggota tim. Pemahaman terhadap tujuan audit ini akan memantapkan
perumusan tujuan audit yang akan dijadikan pedoman dalam penyusunan rencana
kerja, program kerja ataupun dalam pelaksanaan tugas audit nantinya.
2.4.3
KKA termasuk LHA periode terdahulu (jika rapeat audit) atau KKA
entitas sejenis yang pernah diaudit.
2.
3.
2.
3.
4.
5.
Sehingga rencana kerja yang disusun lebih lanjut berdasarkan PAO tersebut dapat
efektif dilaksanakan dan mendapatkan hasil audit yang memenuhi standar. Superervisi
atas perumusan PAO ini perlu dilakukan guna antara lain :
1.
2.
Pengalaman yang tentunya lebih banyak pada Pengendali Teknis akan sangat
membantu dalam merumuskan PAO maupun menentukan arah audit.
3.
Arah audit yang disusun lebih rinci dlam rencana kerja ataupun Program kerja
Audit (PKA), akan sesuai dengan yang diharapkan.
4.
Penggunaan tenaga auditor, waktu audit maupun biaya perjalanan akan dapat
direncanakan lebih realistis.
2.4.4
lain : Perintah kerja, Pedoman dan Batas tanggung jawab bagi auditor. Supervisi atas
penyusunan Program Kerja Audit (PKA) pada tahap persiapan audit ini dilakukan
oleh Pengendali Teknis untuk menyakinkan bahwa :
1.
2.
PKA
dapat
mengumpulkan
informasi
guna
memperoleh
4.
5.
PKA telah mendistribusikan tugas audit secara merata sesuai porsinya kepada
masing-masing personil tim audit
6.
menykinkan bahwa semua personil tim audit paham mengenai PKA yang akan
dilaksanakan masing-masing, atas PKA tersebut akan menghasilkan Kertas Kerja
Audit (KKA) termasuk KKA simpulan atas hasil pelaksanaan PKA.
2.4.5
disusun sehingga dapat diketahui kapan waktu memulai dan kapan pekerjaan harus
berakhir, kalaupun terpaksan harus melampaui waktu yang tersedia dapat dianalisi
dimana tidak terjadi ketidaksesuaian dan kenapa sampai terjadi ketidaksesuaian
tersebut. Disamping itu, setiap saat di waktu pelaksanaan kegiatan dapat diketahui
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
2.
3.
Dalam tahap persiapan ini rincian pekerjaan baru dapat disusun hanya untuk
pelaksanaan survey pendahuluan, sedangkan untuk tahapan berikutnya cukup
dengan megalokasikan waktu secara global, karena rincian pekerjaan baru
didapatkan setelah hasil survey pendahuluan disimpulkan berupa Tentative
Audit Objective (TAO).
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
2.5
2.5.1
Survei
Pendahuluan
dilakukan
dengan
memperhatikan
3.
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
PERSIAPA
N
AUDIT
PA
O
TAHAP
SURVEI
PENDAHULUAN
TA
O
TAHAP
UJI
SPM FA
O
TAHAP
AUDIT
RINCI
A
O
DAFTAR
TEMUAN
AUDIT
LHA
2.
3.
4.
2.
3.
Reviu atas rumusan simpulan pada setiap akhir tahap audit tertentu
4.
2.5.2
Supervisi atas pelaksanaan PKA ini tiada lain untuk meyakinkan bahwa audit
telah berjalan sebagaimana yang diharapkan, melalui :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
secara tim maupun secara perorangan. Untuk itu reviu terhadap Kertas Kerja Audit
mutlak dilakukan supervisi lapangan untuk meyakinkan bahwa PKA telah
dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Dalam pelaksanaan PKA oleh tim audit sering dijumpai bahwa apa yang
direncanakan tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan rencana, hal
tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi di lapangan dan asumsi awal yang
dijadikan pertimbangan dalam menyusun rencana tersebut. Kemungkinan yang
dapat terjadi antara lain :
1.
2.
3.
4.
tertulis agar tim audit pengendali teknis melaksankan perannya masing-masing. Isi
formulir supervise tersebut antara lain mencantumkan (formulir, lihat lampiran 3) :
1.
2.
3.
4.
Perintah-perintah
(PKA)
yang
perlu
segera
dilakukan
setelah
yang
ditempuhnya,
pengujian
yang
dilakukannya,
informasi
yang
diperolehnya, serta simpulan hasil audit yang dilaksanakannya. Tujuan reviu itu
sendiri adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
Reviu terhadap KKA tersebut akan lebih bermanfaat apabila dilakukan secara
berjenjang dan pelaksaannya secara bertahap tanpa harus menunggu selesainya
audit, sehingga penyesuaian dapat segera dilakukan apabila dianggap pengerjaan
suatu KKA dianggap kurang bermanfaat. Reviu terhadap KKA ini dilakukan
terhadap :
1.
2.
3.
Supervisi atas kertas kerja audit ini dengan melakukan reviu selama audit
berlangsung dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa rencana kerja yang telah
disusun dan disepakati dilaksanakan sebagaimana mestinya. Penyesuaian yang
dilakukan terhadap PKA didasai bukti/pertimbangan yang profesional, serta
simpulan yang disusun didukung bukti yang relevan, kompeten, cukup dan material.
Terhadap auditor yang junior, supervisi ini juga berperan untuk memberikan
bimbingan dan arahan agar pengerjaan KKA sesuai yang diinginkan dari PKA
dukungan, ikhtisar, dengan alur pikir yang logis sampai ke penyusunan simpulan,
sehingga audit dapat diselesaikan tepat waktu dan tepat mutu sesuai rencana waktu
yang telah disepakati dan sesuai tujuan audit.
2.5.4
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
persiapan audit dengan hasil dari pelaksanaan Survei Pendahuluan untuk dapat
merumuskan Sasaran Audit Sementara (Tentative Audit Objective).
Terhadap PAO yang tidak teridentifikasi selama dilakukan survei pendahuluan
perlu disusun simpulan bahwa sinyalemen tersebut ternyata tidak terbukti sehingga
tidak akan dilakukan pendalaman lebih lanjut dalam tahap audit berikutnya.
Untuk PAO yang teridentifikasi dan kemungkinan adanya hal lain yang
teridentifikasi serta perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut dalam tahap audit
berikutnya perlu dirumuskan TAO-nya dengan memperhatikan bukti-bukti yang
telah diperoleh dan telah didokumentasikan dalam KKA.
Berdasarkan rumusan TAO, Pengendali Teknis bersama Tim Audit lainnya
untuk masing-masing TAO perlu menyusun PKA dan rencana waktu serta
pembagian tugas untuk mendalaminya di tahap Pengujian Sistem Pengendalian
Manajemen.
2.5.5
2.
3.
4.
5.
Pengendalian preventif
2.
Pengendalian detektif
3.
Pengendalian korektif
4.
Pengendalian langsung
5.
Pengendalian kompensatif
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
Pengendalian organisasi
2.
Pengendalian operasional
3.
Pengendalian personalia
4.
Pengendalian reviu
5.
2.
3.
4.
Reviu kinerja
Pemrosesan informasi
Pengendalian fisik
Pemisahan fungsi
5.
2.
3.
Kolusi (collusion)
1.
2.
2.
3.
4.
5.
Simpulan hasil audit didukung bukti yang relevan, kompeten, cukup dan
material
6.
Tidak ada hambatan yang berarti dalam pelaksanaan audit, jika terdapat
hambatan dengan pihak auditan, perlu dicarikan jalan keluar dengan menjadi
mediator agar audit berjalan lancar.
Dalam melakukan supervisi ini Pengendali Teknis bersama Tim Audit lainnya
perlu mengevaluasi Tentativel Audit Objective (PAO) yang telah dirumuskan dalam
persiapan audit dengan hasil dari pelaksanaan pengujian sistem pengendalian
manajemen untuk dapat merumuskan Firm Audit Objective (FAO) yang akan
dilakukan pendalaman dalam audit lanjutn/rinci.
Terhadap TAO yang tidak teridentifikasi selama dilakukan pengujian sistem
pengendalian manajemen perlu disusun simpulan bahwa TAO tersebut ternyata
tidak terbukti sehingga tidak akan dilakukan pendalaman lebih lanjut dalam tahap
audit berikutnya.
Untuk TAO yang teridentifikasi dan kemungkinan adanya hal lain yang
teridentifikasi serta perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut dalam tahap audit
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
2.
Dalam tahap audit lanjutan ini, FAO lebih didalami sehingga memenuhi unsurunsur temuan hasil audit yaitu :
1.
2.
3.
4.
Akibat dan Dampak (yang timbul karena perbedaan kondisi dengan kriteria)
5.
2.
3.
4.
Simpulan hasil audit didukung bukti yang relevan, kompeten, cukup dan
material
5.
Temuan hasil audit dikomunikasikan dan didapat komentar dari pihak auditan
yang berkompeten.
Dalam melakukan supervisi ini Pengendali Teknis bersama Tim Audit lainnya
mengevaluasi Firm Audit Objective (FAO) yang telah dirumuskan dalam tahap
audit sebelumnya dengan hasil dari pelaksanaan audit lanjutan hingga memenuhi
unsur-unsur temuan audit.
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
Untuk FAO yang terbukti dan memenuhi unsur temuan audit, disusun temuan
hasil audit (daftar temuan) dengan memperhatikan bukti-bukti yang telah diperoleh
dan telah didokumentasikan dalam KKA. Untuk selanjutnya tim audit akan
melangkah ke tahap penyelesaian audit, yaitu tahap pengembangan temuan,
penyusunan laporan hasila audit (LHA) dan Tindak Lanjut temuan audit.
2.6 SUPERVISI PADA TAHAP PENYELESAIAN AUDIT
2.6.1 Kegiatan Penyelasaian Audit
Tahap penyelesaian Audit ini adalah proses penyelesaian temuan hasil audit
dan laporan hasil audit serta meyakinkan kesediaan menindak lanjuti hasil audit
tersebut oleh pihak auditan. Kegiatan supervisi yang dilaksanakan dalam tahap
penyelesaian audit ini adalah Supervisi atas pengembangan temuan, Supervisi atas
penyusunan Laporan Hasil Audit, Supervisi atas Tindak Lanjut Temuan Audit
2.6.2 Supervisi Atas Pengembangan Temuan
Hal yang paling perlu dihindari dalam audit adalah temuan cacat, yaitu
temuan hasil audit yang tidak tepat, dengan demikian rekomendasi akan menjadi
tidak tepat pula. Untuk menghindari terjadinya hal tersebut, sebaiknya supervisi
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Reviu atribut temuan lakukan dengan hati-hati, dapatkan bukti audit yang
lengkap dan relevan
2. Lakukan pembahasan dengan tim audit untuk lebih meyakinkan dan
kemungkinan mendapatkan informasi tembahan selain yang terdapat dalam
KKA.
3. Lakukan pembahasan materi temuan dengan pihak auditan, guna lebih
meyakinkan atas atribut temuan yang diungkapkan tim audit. Pembahasan
dengan pihak auditan ini dapat juga berfungsi sebagai konfirmasi atas materi
temuan. Apabila pihak auditan sepakat dengan temuan tersebut dan akan segera
mendindaklanjutinya, berarti tugas supervisi yang dilakukan telah cukup
memadai. Tetapi bila auditan tidak sepakat, maka kesempatan inilah bagi
supervisor untuk meminta penjelasan dan bukti tambahan atau bukti lain dari
auditan yang akan digunakan sebagai bahan pembahasan dengan Tim Audit
untuk memproses temuan tersebut lebih lanjut yang kemudian bukan mustahil
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
temuan tersebut digugurkan karena kurang memenuhi syarat atau cacat, atau
dilakukan penyesuaian sebagaimana bukti yang diperoleh.
Berdasarkan Daftar Temuan dan KKA lainnya yang telah di reviu, Tim Audit akan
melangkah ke tahap berikutnya, yaitu tahap penyusunan Laporan Hasil Audit
(LHA)
2.6.3 Supervisi Atas Temuan Laporan Hasil Audit (LHA)
Laporan Hasil Audit (LHA) adalah dokumen atau media komunikasi auditor
untuk menyampaikan
hasil audit kepada pihak yang berwenang. Fungsi LHA adalah sebagai :
1. Sarana komunikasi menyampaikan hasil audit
2. Dasar pengambilan keputusan untuk : Menetapkan arah, Arahan, Kebijakan,
Strategi, Prioritas, guna meningkatkan keekonomisan, keefisienan, keefektifan,
serta ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
3. Menentukan mutu pelaksanaan audit
4. Memperlihatkan peran Internal Auditor
Untuk memenuhi fungsi tersebut, Laporan Hasil Audit (LHA) sekurang-kurangnya
memenuhi empat (4) tepat yaitu :
1.
Tepat isi
2.
Tepat waktu
3.
Tepat saji
4.
Tepat alamat
Supervisi atas penyusunan laporan hasil audit (LHA) perlu dilakukan agar
dihasilkan LHA yang efektif, yaitu LHA disajikan dengan :
1.
2.
3.
4.
Konstruktif
5.
Mudah dipahami.
Untuk itu, Pengendali Teknis perlu memberikan arahan kepada Tima Audit antara
lain mengenai :
1.
2.
3.
4.
Informasi umum dan informasi lainnya ada yang dapat mulai disusun secara
dini tanpa perlu menunggu selesainya audit lapangan
5.
Selain memberi arahan diatas, kegiatan supervisi atas penyusunan LHA ini
dilakukan melalui :
1.
2.
3.
Reviu kelengkapan KKA dan kesesuainnya dengan LHA perlu dilakukan karena
KKA dan konsep LHA merupakan satu kesatuan, apa yang disajikan di LHA harus
didukung dengan KKA. Reviu atas konsep LHA menggunakan Routing Slip untuk
memantau waktu pemrosesan, dan lembar reviu (review sheet) untuk mencatat
pertanyaan maupun penjelasan/penyelesaian dari proses reviu.
2.6.4
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tindakan supervisi pimpinan dapat menumbuhkan motivasi kerja kepada para
auditor internal sehingga dapat menghasilkan prestasi kerja atau kinerja yang
diharapkan. Dalam hubungannya dengan kinerja, para professional umumnya
mempunyai tingkat kompetensi yang tinggi terhadap pekerjaan mereka. Adanya
tindakan supervisi dan tumbuhnya motivasi kerja sangat menentukan prestasi kerja
(kinerja). Kinerja seringkali identik dengan kemampuan (ability) seorang auditor
bahkan berhubungan dengan komitmen terhadap profesi dan
professionalisme
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
DAFTAR PUSTAKA
Arens, et al. 2008. Auditing and Assurance Service : An Integrated Approach. Edisi Dua
Belas, Erlangga, Jakarta.
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), 1996. Standar Audit Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah (SA-APFP).
Badan Pengawasan keuangan dan Pembangunan, Formulir Kendali Mutu (KM) KM.1
KM.12. 1990 untuk Mengendalikan dan Meningkatkan Mutu Pemeriksaan
BPKP, Jakarta,
Boiman, Pipin Kurnia dan Raja Adri Satriawan Surya, 2013. Analisis Pengaruh
Pelaksanaan Supervisi Terhadap Kepuasan Kerja Auditor Internal Inspektorat SeProvinsi Riau, Jurnal Ekonomi ; Volume 21.
Choo, Freddie and Kim B. Tan., 1997. A Study of The Relations Aming Disagreement
in Budgetary Performance Evaluation Style, Job Related-Tension, Job
Satisfaction and Performances, Behavioral Research in Accounting, Vol. 9
Camstock, Thomas W.,1994. Fundamental of Supervision, New York : Delmar Publisher
Inc
Institute of Internal Auditors (IIA), Auditor Expert Performance In Fraud Detection : A
Survey of Internal Auditor, USA
Luthans, Fred., 1995. Organizational Behavior, 8 Edition, USA MC Grow-Hill, inc
Pusdiklatwas BPKP, 2005. Modul Diklat JFA : Kode Etik dan Standar Audit Edisi
2005,Ciawi Bogor.
Pusdiklatwas BPKP, 2005. Modul Diklat JFA : Penyusunan Laporan Hasil Audit Edisi
2005, Ciawi Bogor.
Pusdiklatwas BPKP, Modul Diklat JFA : Auditing Edisi 2005,Ciawi Bogor,2005
Pusdiklatwas BPKP, 2005. Modul Diklat JFA : Teknik Penilaian SPM dan PKA Edisi
2005,Ciawi, Bogor.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/220/M.PAN/7/2008
tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya
Pusat Bahasa, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pusaka
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih
mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta temanteman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil,
sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Saya menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa,
kerangka penulisan maupun isi dari makalah ini, untuk itu besar harapan kami jika ada
masukan, kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah kami
dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini agar dapat dipakai untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terlebih sebagai syarat untuk pelaksanaan
mid-semester tiga pada Program Magister Akuntansi FEB Unsrat. Terima kasih.
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.
Daftar isi..
Bab 1
Pendahuluan.
1.1 Latar Belakang...
1.2 Tujuan Penulisan...
Bab 2
Kajian Teori.
2.1 Supervisi dan Supervisor...
2.2 Supervisi Dalam Tugas Audit
2.3 Supervisi dan Tahap Audit
2.4 Supervisi Pada Tahap Persiapan Audit..
2.5 Supervisi Pada Tahap Pelaksanaan Audit.
2.6 Supervisi Pada Tahap Penyelesaian Audit
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran..
Daftar Pustaka..
MATA KULIAH
KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI AUDIT
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r
i
ii
1
1
2
3
3
5
7
11
16
25
28
28
28
29
Oleh :
Reince Herry Tangkowit
Nim. 14062103066
ii | S u p e r v i s i & S u p e r v i s o r