BP di Madrasah
Dosen Pembimbing :
Drs. H. M. Mustofa, SH, M.Ag.
195702121986031004
Disusun Oleh :
Choirun Nisa
Hesti Ratna Sari
Jauharotun Niswah
Luis Kholilur Rohman Saani
Mohammad Syamsul Arifin
Yeli Ventika Agustin
NIM. D71213086
NIM. D71213101
NIM. D01213020
NIM. D91213154
NIM. D71213122
NIM. D71213143
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul BP di Madrasah ini dengan maksimal.
Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari
berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan
sesuai dengan harapan, walaupun di dalam pembuatannya kami menghadapi
kesulitan, karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami
miliki.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Drs. H. M. Mustofa, SH, M.Ag.selaku dosen pembimbing
BP di Madrasah. Dan juga kepada teman teman yang telah memberikan
dukungan dan dorongan kepada kami. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat kami butuhkan agar dapat menyempurnakannya di masa yang
akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
teman-teman dan pihak yang berkepentingan.
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Teknik dalam Bimbingan Konseling................................2
1. Teknik Umum I...........................................................3
2. Teknik Umum II..........................................................5
3. Teknik Khusus............................................................7
B. Proses dan Langkah Langkah Bimbingan dan Konseling
.......................................................................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................18
B. Saran...................................................................................................18
Daftar Pustaka...................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling sangat diperlukan di dunia pendidikan.
Bimbingan dan Konseling berfungsi untuk membantu siswa di sekolah secara
manusiawi. Baik bagi yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah. Di
dalamnya terdapat berbagai strategi untuk mendapatkan data yang kemudian
diolah untuk ditemukan cara tepat mengatasi siswa. Selanjutnya akan
diterapkan kepada para siswa.
Dalam melakukan tugas dan fungsi Bimbingan dan Konseling
mempunyai beberapa prosedur dan teknik pelaksanaan. Prosedur ini
merupakan sebuah proses yang tidak rumit, namun butuh profesionalitas guru
Bimbingan dan Konseling untuk melakukannya. Untuk itulah pemakalah akan
membahas tentang prosedur dan teknik bimbingan konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teknik dalam bimbingan konseling?
2. Bagaimana prosedur atau langkah-langkah dalam proses bimbingan
konseling?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam bimbingan konseling.
2. Untuk mengetahui prosedur atau langkah-langkah dalam proses bimbingan
konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teknik dalam Bimbingan Konseling
Teknik adalah cara, langkah atau metode yang dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan. Bimbingan ialah mengarahkan, memandu, mengelola,
dan menyetir.1 Bimbingan juga dapat diartikan sebagai bantuan atau
pertolongan.
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh
dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada
klien. Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah upaya membantu
individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan
konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu
membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang
diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif prilakunya.2
Jadi, teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang
dilakukan untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau
sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi
dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan
hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.
Teknik-teknik seperti telah yang akan dijelaskan, dalam dunia
pendidikan, digunakan untuk mendiagnosis problem-problem kesiswaan yang
terjadi. Seorang konselor harus mampu mendiagnosis masalah-masalah siswa,
misalnya dalam hal kesulitan belajar. Konselor harus mengenali peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar, memahami sifat dan jenis kesulitan
belajarnya, menetapkan usaha-usaha bantuan, bagaimana tindak lanjutnya, dan
lain-lain. Kemampuan ini akan terus dikembangkan demi peningkatan
profesionalitas konselor dan peningkatan kualitas sekolah.
Macam-macam teknik bimbingan dan konseling dibagi menjadi 2,
yaitu teknik umum dan teknik khusus. Berikut penjelasannya:3
1. Teknik Umum I
a. Perilaku Attending
1 Prayitno& Amti Erman, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta Jakarta, 1999), 5.
2 Nurihsan, A. Juntika, Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan,
(Bandung: Refika Aditama, 2007), 20.
2
tersebut.
Mengarahkan (Directing)
Teknik mengarahkan ini
yaitu
teknik
untuk
mengajak
dan
untuk
mengarahkan
pembicaraan
dalan
mengetahuinya,
sebaiknya
tetap
diupayakan
agar
klien
mengusahakannya.
j. Merencanakan
Teknik ini digunakan menjelang akhir sesi konselinguntuk membantu
agar klien dapat membuat rencana tindakan (action), perbhuatan yang
produktif untuk kemajuan klien.
k. Menyimpulkan
Teknik ini digunakan untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang
menyangkut (1) bagaimana keadaan perasaan klien saat ini, terutama
mengenai kecemasan; (2) memantapkan rencana klien; (3) pemahaman
baru klien; dan (4) pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya pada
sesi berikutnya, jika pandangan masih perlu dilakukan koseling lanjutan.
3. Teknik Khusus
Dalam konseling, disamping menggunakan teknik-teknik umu, dalam
hal-hal tertentu dapat menggunakan teknik-teknik khusus. Teknik-teknik
khusus ini dikembangkan dari berbagai pendekatan konseling, seperti
pendekatan behaviorism, rational emotive therapy, gestalt, dan sebagainya.
Berikut ini akan disampaikan beberapa teknik-teknik khusus konseling.
a. Latihan Asertif
6
mengakui
dan
menerima
perasaan-perasaannya
daripada
mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan
perasaan yang ingin dihindarinya itu. Untuk membuka dan membuat jalan
menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup
hanya mengkonfortasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin
dihindarinya, tetapi membuat keberanian dan pengalaman untuk bertahan
dalam kesaktian peerasaan yang ingin dihidainya itu.
j. Home Work Assignments
Teknik ini yaitu teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas
rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem
nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Dengan tugas
rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau
menghilangkan ide-ide perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak
logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah
aspek-aspek kognisinya yang keliru, serta mengadakan latihan-latihan
tertentu berdasarkan tugas yang diberikan.
Pelaksanaan home work assignment yang
diberikan
konselor
dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka denga konselor.
Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap
tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri, serta kemampuan untuk
pengarahan diri, pengelolaan diri klien, dan mengurangi ketergantungan
kepada konselor.
k. Adaptive
Teknik ini digunakan untuk melatih,mendorong, dan membiasakan
klien untuk terus menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang
diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri
klien.
l. Bermain Peran
Teknik ini digunakan untuk mengekpresikan berbagai jenis perasaan
yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang
dikondisikan sedemikian rupa, sehingga klien dapat secara bebas
mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
m. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus-menerus suatu model perilaku
tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya
sendiri yang negatif. Khususnya dalam teknik wawancara, menurut
Nurhadi, ada beberapa teknik yang bisa digunakan. Berikut penjelasannya.
1) Pendekatan Directive (Counselor Centered)
9
Konselor
yang
mempergunakan
metode
ini
membantu
(i)
informasi
tentang
dirinya,
hal
ini
digunakan
tujuan
membantu
10
ditentukan oleh dasar akibat atau dampak yang lebih besar terjadi apabila
masalah tersebut tidak dipecahkan.
Pada tahap ini konselor diharapkan aktif dalam mencegah
permasalahan klien. Konselor perlu lebih banyak memberikan pertanyaan
terbuka dan mendengar aktif (active listening) terhadap apa yang
dikemukakan oleh klien. Mendengar aktif adalah suatu keterampilan
menahan diri untuk tidak berbicara, tidak mendengarkan secara seksama,
mengingat-ingat dan memahami perkataan klien, dan menganalisis secara
seksama terhadap penjelasan klien yang relevan dan yang tidak relevan.
Bukan pekerjaan yang sederhana mengikuti alur berbicara
seseorang sambil menahan diri tidak memotong, mengomentari, dan
mendominasi pembicaraan. Mengembangkan keterampilan mendengarkan
aktif akan sangat membantu menciptakan rasa aman klien. Selain itu
metode klarifikasi dan refleksi perlu digunakan untuk memperoleh
kejelasan duduk persoalan klien. Tujuan tahap ini menggali permasalah
yang dialami klien, sehingga klien dapat menguraikan dan mendudukkan
masalah secara tepat dan jelas.6
2. Pengumpulan data
Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling,
selanjutnya adalah mengumpulkan data siswa yang bersangkutan. Data
yang dikumpulkan harus secara komprehensif (menyeluruh) meliputi: data
diri, data orang tua, data pendidikan, data kesehatan dan data lingkungan.
Data diri bisa mencakup (nama lengkap, nama panggilan, jenis
kelamin, anak keberapa, status anak dalam keluarga (anak kandung, anak
tiri, atau anak angkat), tempat tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan
setiap bulan, alamat, dan nama bapak atau ibu. Data pendidikan dapat
mencakup: tingkat pendidikan, status sekolah, lokasi sekolah, sekolah
sebelumnya, kelas berapa, dan lain-lain.
3. Analisis data
Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data hasil
tes bisa dianalisis secara kuantitatif dan data hasil non tes dapat dianalisis
6 Eti Nurhayati, Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Inovatif, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011),196.
12
secara kualitatif. Dari data yang dianalisis akan diketahui siapa konseli kita
sesungguhnya dan apa sesungguhnya masalah yang dihadapi konseli kita.
4. Diagnosis
Diagnosis merupakan usaha konselor menetapkan latar belakang
masalah atau faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada klien.
5. Prognosis
Setelah diketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada
klien selanjutnya konselor menetapkan langkah-langkah bantuan yang
diambil.
6. Terapi
Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan
selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang telah ditetapkan.
Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa jenis bantuan yang telah
ditetapkan dalam prognosis. pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu
dan proses yang kontinu dan sistematis serta memerlukan adanya
pengamatan yang cermat.
7. Evaluasi dan Follow Up
Sebelum
mengakhiri
hubungan
konseling,
konselor
dapat
dalam
langkah
sintesis
peyuluhan
mengorganisasian
dan
merangkum data sehingga tampak dengan jelas gejala-gejala atau keluhan7 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),150-153.
13
keluhan siswa. Rangkuman data ini haruslah dibuat berdasarkan data yang
diperoleh dalam langkah analisis.8
3. Diagnosis
4. Prognosis
5. Konseling atau treatment, langkah ini adalah merupakan pemeliharaan yang
berupa inti pelaksanaan konseling yang meliputi berbagai bentuk usaha,
diantaranya: menciptakan hubungan yang baik antara guru Bimbingan dan
Konseling dan siswa, menafsirkan data, memberikan berbagi informasi,
serta merencanakan berbagai bentuk kegiatan bersama siswa.
6. Follow-up atau tindak lanjut.
Adapun prosedur umum pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
menurut Sutirna dalam Bimbingan dan Konseling, antara lain:
1.
Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan peserta
didik/masyarakat /pekerja/orang yang diduga memerlukan layanan
bimbingan dan konseling. Robinson (dalam Abin Syamsuddin Makmun,
2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi peserta didik yang diduga membutuhkan layanan bimbingan
dan konseling, yakni:
a. Call them approach. Melakukan wawancara dengan memanggil
semua peserta didik/masyarakat/orang secara bergiliran sehingga
dapat ditemukan peserta didik yang benar-benar membutuhkan
layanan konseling.
b. Maintain good relationship. Menciptakan hubungan yang baik an
penuh keakraban sehingga tidk terjadi jurang pemisah antara guru
pembimbing dengan peserta didik.
c. Developing a desire for counseling. Menciptakan suasana yang
menimbulkan
penydaran
peserta
didik
akan
masalah
yang
dihadapinya.
d. Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta didik. Dengan cara
ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar
yang dihadapi peserta didik.
e. Melakukan analisis sosiometris. Dengan cara ini dapat ditemukan
peserta didik yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian social.
8 Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, Pedoman Praktis Bimbingan
Penyuluhan Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta), 31.
14
2.
Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah merupakan langkah lanjutan setelah
mengidentifikasi kasus yang ditemukan serta merupakan upaya untuk
memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi
peserta didik/masyarakat/orang. Dalam konteks proses belajar mengajar,
permasalahan peserta didik dapat berkenaan dengan aspek: (1)
subtansial-material; (2) structural-fungsional;(3) behavioral; dan atau
3.
(4) personality.9
Melakukan Diagnosis
Yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi anak
beserta latar belakangnya.10Dalam konteks proses belajar mengajar,
faktor-faktor penyebab kegagalan belajar peserta didik bisa dilihat dari
segi input, proses, ataupun out put belajarnya.
W.H. Burton membagi faktor-faktor yang mungkin dapat
menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar peserta didik kedalam dua
bagian, yaitu: (1) internal; faktor yang bersumber dari dalam diri peserta
didik itu sendiri, seperti: kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan,
bakat, kepribadin, emosi, sikap, serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan
(2) faktor eksternal, seperti: lingkungan rumah, lingkungan sekolah
4.
5.
ahlinya.
Langkah evaluasi dan follow up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh
manakah terapi yang telah dilakukan dan telah mencapai hasilnya.
Dalam langkah follow up atau tindak lanjut, dilihat perkembangan
selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.
Penilaian meliputi: Penilaian segera, Penilaian jangka pendek,
Penilaian jangka panjang. Berkenaan dengan evaluasi bimbingan dan
konseling, Menurut Willis (2009) pada langkah terakhir sebuah proses
konseling ditandai pada beberapa hal: Menurunnya tingkat kecemasan
klien, Adanya perubahan perilaku klien kearah yang lebih positif, sehat
dan dinamis, Adanya rencana hidup dimasa mendatang dengan program
yang jelas, Terjadi perubahan sikap positif. Hal ini ditandai dengan klien
sudah mampu berfikir realistis dan percaya diri.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan, antara lain:
1. Teknik-teknik seperti telah yang akan dijelaskan, dalam dunia pendidikan,
digunakan untuk mendiagnosis problem-problem kesiswaan yang terjadi.
Seorang konselor harus mampu mendiagnosis masalah-masalah siswa,
misalnya dalam hal kesulitan belajar. Konselor harus mengenali peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar, memahami sifat dan jenis
kesulitan belajarnya, menetapkan usaha-usaha bantuan, bagaimana tindak
lanjutnya, dan lain-lain. Kemampuan ini akan terus dikembangkan demi
peningkatan profesionalitas konselor dan peningkatan kualitas sekolah.
2. Secara umum, langkah-langkah dalam bimbingan dan konseling yaitu: (1)
Identifikasi masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Analisis data, (4)
Diagnosis, (5) Prognosis, (6) Terapi, (7) Evaluasi dan Follow Up.
B. Saran
Setelah mempelajari materi di atas, diharapkan kepada para pembaca
khususnya bagi para mahasiswa agar bisa memahami materi ini dengan baik
agar dapat menerapkan teknik dan prosedur bimbingan dan konseling secara
tepat dan benar.
17
DAFTAR PUSTAKA
Namora, Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan
Praktek. Jakarta: Kencana Media Prenada Group, 2011
Nurhayati, Eti, Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Inovatif, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011
Nurihsan, A. Juntika, Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.
Bandung: Refika Aditama, 2007
Prayitno & Amti Erman, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka
Cipta Jakarta, 1999
Salahudin, Anas, Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia, 2010
Sukardi, Dewa Ketut dan Desak Made Sumiati, Pedoman Praktis Bimbingan
Penyuluhan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, tt
Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Sutirna, Bimbingan dan Konseling. Bandung: Andi, 2013
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007
http://aquuhlizha.blogspot.co.id/2014/03/teknik-teknik-bimbingan-konseling.html,
diakses pada 24 April 2016.
18