Anda di halaman 1dari 21

Teknik dan Prosedur Bimbingan Konseling

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

BP di Madrasah

Dosen Pembimbing :
Drs. H. M. Mustofa, SH, M.Ag.
195702121986031004
Disusun Oleh :
Choirun Nisa
Hesti Ratna Sari
Jauharotun Niswah
Luis Kholilur Rohman Saani
Mohammad Syamsul Arifin
Yeli Ventika Agustin

NIM. D71213086
NIM. D71213101
NIM. D01213020
NIM. D91213154
NIM. D71213122
NIM. D71213143

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul BP di Madrasah ini dengan maksimal.
Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari
berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan
sesuai dengan harapan, walaupun di dalam pembuatannya kami menghadapi
kesulitan, karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami
miliki.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Drs. H. M. Mustofa, SH, M.Ag.selaku dosen pembimbing
BP di Madrasah. Dan juga kepada teman teman yang telah memberikan
dukungan dan dorongan kepada kami. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat kami butuhkan agar dapat menyempurnakannya di masa yang
akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
teman-teman dan pihak yang berkepentingan.

Surabaya, 27 April 2016

Penulis,

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Teknik dalam Bimbingan Konseling................................2
1. Teknik Umum I...........................................................3
2. Teknik Umum II..........................................................5
3. Teknik Khusus............................................................7
B. Proses dan Langkah Langkah Bimbingan dan Konseling
.......................................................................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................18
B. Saran...................................................................................................18
Daftar Pustaka...................................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling sangat diperlukan di dunia pendidikan.
Bimbingan dan Konseling berfungsi untuk membantu siswa di sekolah secara
manusiawi. Baik bagi yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah. Di
dalamnya terdapat berbagai strategi untuk mendapatkan data yang kemudian
diolah untuk ditemukan cara tepat mengatasi siswa. Selanjutnya akan
diterapkan kepada para siswa.
Dalam melakukan tugas dan fungsi Bimbingan dan Konseling
mempunyai beberapa prosedur dan teknik pelaksanaan. Prosedur ini
merupakan sebuah proses yang tidak rumit, namun butuh profesionalitas guru
Bimbingan dan Konseling untuk melakukannya. Untuk itulah pemakalah akan
membahas tentang prosedur dan teknik bimbingan konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teknik dalam bimbingan konseling?
2. Bagaimana prosedur atau langkah-langkah dalam proses bimbingan
konseling?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam bimbingan konseling.
2. Untuk mengetahui prosedur atau langkah-langkah dalam proses bimbingan
konseling.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Teknik dalam Bimbingan Konseling
Teknik adalah cara, langkah atau metode yang dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan. Bimbingan ialah mengarahkan, memandu, mengelola,
dan menyetir.1 Bimbingan juga dapat diartikan sebagai bantuan atau
pertolongan.
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh
dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada
klien. Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah upaya membantu
individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan
konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu
membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang
diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif prilakunya.2
Jadi, teknik Bimbingan dan Konseling adalah cara atau metode yang
dilakukan untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau
sekelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi
dirinya, serta mampu mengambil sebuah keputusan dan menentukan tujuan
hidupnya dengan cara berinteraksi atau bertatap muka.
Teknik-teknik seperti telah yang akan dijelaskan, dalam dunia
pendidikan, digunakan untuk mendiagnosis problem-problem kesiswaan yang
terjadi. Seorang konselor harus mampu mendiagnosis masalah-masalah siswa,
misalnya dalam hal kesulitan belajar. Konselor harus mengenali peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar, memahami sifat dan jenis kesulitan
belajarnya, menetapkan usaha-usaha bantuan, bagaimana tindak lanjutnya, dan
lain-lain. Kemampuan ini akan terus dikembangkan demi peningkatan
profesionalitas konselor dan peningkatan kualitas sekolah.
Macam-macam teknik bimbingan dan konseling dibagi menjadi 2,
yaitu teknik umum dan teknik khusus. Berikut penjelasannya:3
1. Teknik Umum I
a. Perilaku Attending
1 Prayitno& Amti Erman, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta Jakarta, 1999), 5.
2 Nurihsan, A. Juntika, Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan,
(Bandung: Refika Aditama, 2007), 20.
2

Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien. Hal ini


mencangkup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan.
Perilaku attending yang baik dapat menimbulkan hal positif, seperti
meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman, dan
mempermudah eksperesi perasaan klien dengan bebas.
b. Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang
dirasakan klien; merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau
tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending. Tanpa
perilaku attending, mustahil terbentuk empati.
c. Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien
tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan
terhadap perilaku verbal dan non verbalnya.
d. Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan
pengamatan klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien
menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan
pendapatnya. Teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa
rasa takut, tetekan, dan terancam.
e. Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan
kembali esensi atau innti ungkapan klien, dengan teliti mendengarkan
pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana.
Biasanya, ini ditandai dengan kalimat awal : adakah atau tampaknya
dan mengamati respon klien terhadap konselor.
Tujuan Paraphrasing adalah : (1) untuk mengatakan kembali kepada
klien bahwa konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa
yang dikatakan klien; (2) mengedepankan apa yang dikemukakan klien
dalam bentuk ringkasan; (3) member arah wawancara konseling; dan (4)
pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan
klien.
f. Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau
berbicfara mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikirannya.
3 http://aquuhlizha.blogspot.co.id/2014/03/teknik-teknik-bimbingan-konseling.html,
diakses pada 24 April 2016.
3

Pertanyaan yang diajukan sebaliknya tidak menggunakan kata Tanya


mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan
klien jika ia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih
baik gunakan kata Tanya apakah, bagaimana, adakah, atau dapatkah.
g. Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan
terbuka. Dalam hal-hal tertentu, dapat pula digunakan pertanyaan tertutup
yang harus dijawab dengan kata ya atau tidak, atau dengan kata-kata
singkat. Tujuan pertanyaan tertutup adalah untuk : (1) mengumpulkan
informasi; (2) menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan (3)
menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh.
h. Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan
langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien.
Misalnya dengan menggunakan ungkapan oh .., ya., lalu., terus,.
atau dan
Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat
mengarah agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada
saat klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya, dan pada
saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan, atau pada
saat konselor ragu atas pembicaraan klien.
i. Interprestasi
Teknik ini yaitu untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman
klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subjek konselor.
Hal ini bertujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien
mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru
j.

tersebut.
Mengarahkan (Directing)
Teknik mengarahkan ini

yaitu

teknik

untuk

mengajak

dan

mengarahkan klien melakukan sesuatu.


k. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Teknik ini yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan,
sehingga arah pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan
sementara adalah untuk (1) memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan; (2)
menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap; (3)

meningkatkan kualitas diskusi; (4) mempertajam fokus pada wawancara


konseling.
2. Teknik Umum II
a. Memimpin (Leading)
Leading yaitu teknik

untuk

mengarahkan

pembicaraan

dalan

wawancara konseling sehingga tujuan konseling tercapai.


b. Fokus
Fokus yaitu teknik untuk membantu klien memusatkan perhatian pada
pokok pembicaraan. Pada umumnya, dalam wawancara konseling, klien
akan mengungkapan sejumlah permasalahan yang sedang dihadapinya.
Oleh karena itu, konselor seyogiyanya dapat membantu klien agar dapat
menentukan apa yang fokus dari masalah tersebut.
c. Konfrontasi
Konfrontasi yaitu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya
inkonsistensi antara perkataan dengan perbuatan atau bahasa badan, ide
awal dengan ide berikutnya, senyuman dengan kepedihan, dan sebagainya.
Tujuannya adalah (1) mendorong klien mengadakan penelitian diri secara
jujur; (2) meningkatkan potensi klien; (3) membawa klien kepada
kesadaran adanya discrepancy; konflik, atau kontradiksi dalam dirinya.
Penggunaan teknik ini hendaknya dilakukan secara hati-hati, yaitu
dengan (1) member komentar khusus terhadap klien yang tidak konsisten
dengan cara dan waktu yang tepat; (2) tidak menilai apalagi menyalahkan;
serta (3) dilakukan dengan perilaku attending dan empati.
d. Menjernihkan (Clarifying)
Clarifying yaitu teknik untuk menjernihkan ucapan-ucapaan klien yang
samar-samar, kurang jelas, dan agak meragukan. Tujuannya adalah (1)
mengundang klien untuk menyatakan pesannya dengan jelas, dengan
ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis; (2)
agar klien menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya.
e. Memudahkan (Facilitating)
Facilitating yaitu teknik untuk membuka komunikasi agar klien
dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan,
pikiran, serta pengalaman secara bebas.
f. Diam
Teknik diam dilakukan dengan cara attending, paling lama 5-10 detik.
Komunikasi yang terjadi dalam bentuk perilaku non verbal. Tujuannya
adalah (1) mananti klien sedang berpikir; (2) sebagai protes jika klien

ngomong berbelit-belit; serta (3) menunjang perilaku attending dan


empati, sehingga klien bebas bicara.
g. Mengambil Inisiatif
Teknik ini dilakukan manakalah klien kurang bersemangat untuk
berbicara, sering diam, dan kurang partisipatif. Konselor mengajak klien
untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Teknik ini bertujuan untuk :
(1) mengambil inisiatif jika klien kurang bersemangat; (2) untuk
mengambil keputusan jika klien lambat berpikir; (3) untuk meluruskan jika
klien kehilangan arah pembicaraan.
h. Memberi Nasihat
Pemberian nasihat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya.
Walaupun demikian, konselor tetap harus mempertimbangkannya apakah
pantas untuk member nasihat atau tidak. Sebab, dalam member nasihat,
tetap dijaga agar tujuan konseling, yakni kemandirian klien, tetap harus
tercapai.
i. Pemberian Informasi
Sama halnya dengan nasihat, jika konselor tidak memiliki informasi,
sebaiknya dengan jujur katakana bahwa dia mengetahui hal itu. Kalaupun
konselor

mengetahuinya,

sebaiknya

tetap

diupayakan

agar

klien

mengusahakannya.
j. Merencanakan
Teknik ini digunakan menjelang akhir sesi konselinguntuk membantu
agar klien dapat membuat rencana tindakan (action), perbhuatan yang
produktif untuk kemajuan klien.
k. Menyimpulkan
Teknik ini digunakan untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang
menyangkut (1) bagaimana keadaan perasaan klien saat ini, terutama
mengenai kecemasan; (2) memantapkan rencana klien; (3) pemahaman
baru klien; dan (4) pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya pada
sesi berikutnya, jika pandangan masih perlu dilakukan koseling lanjutan.
3. Teknik Khusus
Dalam konseling, disamping menggunakan teknik-teknik umu, dalam
hal-hal tertentu dapat menggunakan teknik-teknik khusus. Teknik-teknik
khusus ini dikembangkan dari berbagai pendekatan konseling, seperti
pendekatan behaviorism, rational emotive therapy, gestalt, dan sebagainya.
Berikut ini akan disampaikan beberapa teknik-teknik khusus konseling.
a. Latihan Asertif
6

Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan


untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak dan benar. Latihan
ini terutama berguna, di antaranya, untuk membantu individu yang tidak
mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan
tidak, mengungkapkan afeksi, dan respons positif lainnya.
Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan
bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan
dalam latihan asertif ini.
b. Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang
memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari keterangan yang
dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini
adalah menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan
menyertakan respons yang berlawanan dengan perilaku yang akan
dihilangkan. Dengan pengondisian klasik, respons-respons yang tidak
dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi, desensitisasi
sistematis, hakikatnya, merupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk
menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif. Biasanya, ini
merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respons yang berlawanan
dengan perilaku yang akan dihilangkan.
c. Pengondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk.
Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar
mengamati respons pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan
stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan
tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang
tidak dikehendaki kemunculannya. Dari pengondisian ini diharapkan
terbentuknya asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan
stimulus yang tidak menyenangkan.
d. Pembentukan Perilaku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien
dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini, konselor
menunjukkan kepada klien tentang perilaku model. Teknik ini dapat
dilakukan dengan menggunakan model audio, model fisik, model hidup,
atau lainnya yang teramati dan dipahami jelas perilaku yang hendak

dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari


konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
e. Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk
mendialogkan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu
kecenderungan topdog dan kacenderunganunderdog.
f. Latihan Saya Bertanggung Jawab
Teknik ini merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien
agar

mengakui

dan

menerima

perasaan-perasaannya

daripada

memperoyeksikan perasaannya itu kepada orang lain. Dalam teknik ini,


konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian
klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat: dan saya
bertanggung jawab atas hal itu.
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt, hal ini akan
membantu meningkatkan kesadaran klien akan perasaan-perasaan yang
mungkin selama ini diingkarinya.
g. Bermain Proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang
dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya; mengingkari
perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkan kepada orang lain.
Sering terjadi perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain
merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik bemain proyeksi,
konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal
yang diproyeksikan kepada orang lain.
h. Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan
pembalikan dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini,
konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan
perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
i. Bertahan dengan Perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan
atau suasana hati yang tidak menyenagkan, atau ia sangat ingin
menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan
perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan
dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan.
Dalam hal ini, konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan
ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang, dan
8

mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan
perasaan yang ingin dihindarinya itu. Untuk membuka dan membuat jalan
menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup
hanya mengkonfortasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin
dihindarinya, tetapi membuat keberanian dan pengalaman untuk bertahan
dalam kesaktian peerasaan yang ingin dihidainya itu.
j. Home Work Assignments
Teknik ini yaitu teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas
rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem
nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Dengan tugas
rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau
menghilangkan ide-ide perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak
logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah
aspek-aspek kognisinya yang keliru, serta mengadakan latihan-latihan
tertentu berdasarkan tugas yang diberikan.
Pelaksanaan home work assignment yang

diberikan

konselor

dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka denga konselor.
Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap
tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri, serta kemampuan untuk
pengarahan diri, pengelolaan diri klien, dan mengurangi ketergantungan
kepada konselor.
k. Adaptive
Teknik ini digunakan untuk melatih,mendorong, dan membiasakan
klien untuk terus menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang
diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri
klien.
l. Bermain Peran
Teknik ini digunakan untuk mengekpresikan berbagai jenis perasaan
yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang
dikondisikan sedemikian rupa, sehingga klien dapat secara bebas
mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
m. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus-menerus suatu model perilaku
tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya
sendiri yang negatif. Khususnya dalam teknik wawancara, menurut
Nurhadi, ada beberapa teknik yang bisa digunakan. Berikut penjelasannya.
1) Pendekatan Directive (Counselor Centered)
9

Konselor

yang

mempergunakan

metode

ini

membantu

memecahkan masalah konseli dengan secara sadar mempergunakan


sumber-sumber intelektualnya. Tujuan utama dari metode ini adalah
membantu konseli mengganti tingkah laku emosional dan implusif
dengan tingkah laku yang rasional. Lepasnya tegangan-tegangan dan
didapatnya insight dipandang sebagai suatu hal yang penting.
Di dalam membantu memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi konseli denganrasional, konselor tidak boleh bersikap otoriter
dan menuduh, walaupun dikatakan direktif. Larangan-larangan yang
langsung, petuah dan didaktis, dan petuah yang sifatnya mengatur
sebaiknya dihindari.
Konsep direktif meliputi bahwa konseli membutuhkan bantuan
dan konselor membantu menemukan apa yang menjadi masalahnya
dan apa yang mesti kerjakan. Teknik-teknik yang bisa digunakan antara
lain

(i)

informasi

tentang

dirinya,

hal

ini

digunakan

untukmengkonfrontasikan antara infoemasi yang diberikan dengan


kenyataan yang ada. Dari sini, konseli iharapkan mampu mengevaluasi
kembali sikapnya; (ii) case history digunakan sebagai alat diagnosis
dan therapeutic dengan

tujuan

membantu

dalam rapport,mengembangkan kartatis, memberikan keyakinan


kembali, dan kembali mengembangkaninsight; dan (iii) konflik
yang digunakan sebagai alat therapeutic. Situasi konflik sengaja
ditimbulkan, konseli dihadapkan pada situasi yang memancing
sikapnya dalam menghadapi realitas dan konseli dimotivasi untuk
memecahkannya.
2) Pendekatan Nondirective (Client Centered)
Pada teknik ini,konseli diberi kesempatan untuk memimpin
wawancara dan memikul sebagian besar dari tanggung jawab atas
pemecahan masalahnya. Beberapa ciri-cirinya, antara lain : (a) konseli
bebas untuk mengekspresikan dirinya; (b) konseli menerima,
mengetahui, menjelaskan, mengulang lebih secara objektif pertanyaanpertanyaan dari konseli; (c) konseli ditolong untuk makin mengenal
diri sendiri; dan (d) konseli membuat asal-usul yang berhubungan
dengan pemecahan masalahnya.

10

Salah satu keuntungan terbesar dari metode ini adalah


mengurangi ketergantungan konseli. Bahkan, memberikan pelepasan
emosi yang dalam dan member lebih banyak kesempatan untuk
pertumbuhan self sufficiency.
Sebenarnya, masih ada satu lagi metode yang dikenal
dengan pendekatan yang eclectic.Dalam pendekatan ini, konselor
mempergunakan cara-cara yang dinggap baik atau tepat, yang
disesuaikan dengan konseli dan masalahnya. Dengan demikian,
konselor dapat menggunakan kedua teknik tersebut di atas dalam
satu counseling session yang berarti konselor menggunakan teknikteknik membei saran, nasihat, dorongan, dan member konseli.
B. Proses dan Langkah-Langkah Bimbingan dan Konseling
Proses konseling pada dasarnya bersifat sistematis. Ada tahapantahapan yang harus dilalui untuk sampai pada pencapaian konseling yang
sukses. Tetapi sebelum memasuki tahapan tersebut, sebaiknya konselor
memperoleh informasi (data) mengenai diri klien melalui wawancara
pendahuluan (intake interview) yang dilakukn oleh konselor sendiri atau orang
lain lain yang terlatih dan ditugaskan oleh lembaga konseling.4 Gunarsa (1996)
mengatakan bahwa manfaat dari intake interview adalah memperoleh data
pribadi atau hasil pemeriksaan klien. Setelah itu, konselor dapat memulai
langkah selanjutnya.
Menurut Tohirin, dalam Bimbingan Konseling di Sekolah dan
Madrasah, Proses konseling dapat ditempuh dengan beberapa langkah yaitu:5
1. Menentukan masalah
Proses Identifikasi Masalah atau menentukan masalah dalam
konseling dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi
masalah (identifikasi kasus-kasus) yang dialami oleh klien. Setelah semua
masalah teridentifikasi untuk menentukan masalah mana untuk dipecahkan
harus menggunakan prinsip skala prioritas. Penetapan skala prioritas
4 Lumongga Lubis, Namora, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan
Praktek, (Jakarta: Kencana Media Prenada Group, 2011), 83.
5 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi)
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), 317.
11

ditentukan oleh dasar akibat atau dampak yang lebih besar terjadi apabila
masalah tersebut tidak dipecahkan.
Pada tahap ini konselor diharapkan aktif dalam mencegah
permasalahan klien. Konselor perlu lebih banyak memberikan pertanyaan
terbuka dan mendengar aktif (active listening) terhadap apa yang
dikemukakan oleh klien. Mendengar aktif adalah suatu keterampilan
menahan diri untuk tidak berbicara, tidak mendengarkan secara seksama,
mengingat-ingat dan memahami perkataan klien, dan menganalisis secara
seksama terhadap penjelasan klien yang relevan dan yang tidak relevan.
Bukan pekerjaan yang sederhana mengikuti alur berbicara
seseorang sambil menahan diri tidak memotong, mengomentari, dan
mendominasi pembicaraan. Mengembangkan keterampilan mendengarkan
aktif akan sangat membantu menciptakan rasa aman klien. Selain itu
metode klarifikasi dan refleksi perlu digunakan untuk memperoleh
kejelasan duduk persoalan klien. Tujuan tahap ini menggali permasalah
yang dialami klien, sehingga klien dapat menguraikan dan mendudukkan
masalah secara tepat dan jelas.6
2. Pengumpulan data
Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling,
selanjutnya adalah mengumpulkan data siswa yang bersangkutan. Data
yang dikumpulkan harus secara komprehensif (menyeluruh) meliputi: data
diri, data orang tua, data pendidikan, data kesehatan dan data lingkungan.
Data diri bisa mencakup (nama lengkap, nama panggilan, jenis
kelamin, anak keberapa, status anak dalam keluarga (anak kandung, anak
tiri, atau anak angkat), tempat tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan
setiap bulan, alamat, dan nama bapak atau ibu. Data pendidikan dapat
mencakup: tingkat pendidikan, status sekolah, lokasi sekolah, sekolah
sebelumnya, kelas berapa, dan lain-lain.
3. Analisis data
Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data hasil
tes bisa dianalisis secara kuantitatif dan data hasil non tes dapat dianalisis
6 Eti Nurhayati, Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Inovatif, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011),196.
12

secara kualitatif. Dari data yang dianalisis akan diketahui siapa konseli kita
sesungguhnya dan apa sesungguhnya masalah yang dihadapi konseli kita.
4. Diagnosis
Diagnosis merupakan usaha konselor menetapkan latar belakang
masalah atau faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada klien.
5. Prognosis
Setelah diketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada
klien selanjutnya konselor menetapkan langkah-langkah bantuan yang
diambil.
6. Terapi
Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan
selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang telah ditetapkan.
Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa jenis bantuan yang telah
ditetapkan dalam prognosis. pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu
dan proses yang kontinu dan sistematis serta memerlukan adanya
pengamatan yang cermat.
7. Evaluasi dan Follow Up
Sebelum

mengakhiri

hubungan

konseling,

konselor

dapat

mengevaluasi berdasarkan performace klien yang terpancar dari kata-kata,


sikap, tindakan, dan bahasa tubuhnya. Jika menunjukkan indicator
keberhasilan, pengakhiran konseling dapat dibuat. Evaluasi dilakukan
untuk melihat apakah upaya bantuan yang telah diberikan memperoleh
hasil atau tidak. Apabila sudah memberikan hasil apa langkah-langkah
selanjutnya yang perlu diambil, begitu juga sebaliknya apabila belum
berhasil apa langkah-langkah yang diambil berikutnya.
Sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi, langkah-langkah Bimbingan dan
Konseling dijelaskan sebagai berikut:7
1. Analisis
2. Sintesis, adalah langkah menghubungkan dan merangkum data. Ini berarti
bahwa

dalam

langkah

sintesis

peyuluhan

mengorganisasian

dan

merangkum data sehingga tampak dengan jelas gejala-gejala atau keluhan7 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),150-153.
13

keluhan siswa. Rangkuman data ini haruslah dibuat berdasarkan data yang
diperoleh dalam langkah analisis.8
3. Diagnosis
4. Prognosis
5. Konseling atau treatment, langkah ini adalah merupakan pemeliharaan yang
berupa inti pelaksanaan konseling yang meliputi berbagai bentuk usaha,
diantaranya: menciptakan hubungan yang baik antara guru Bimbingan dan
Konseling dan siswa, menafsirkan data, memberikan berbagi informasi,
serta merencanakan berbagai bentuk kegiatan bersama siswa.
6. Follow-up atau tindak lanjut.
Adapun prosedur umum pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
menurut Sutirna dalam Bimbingan dan Konseling, antara lain:
1.

Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan peserta
didik/masyarakat /pekerja/orang yang diduga memerlukan layanan
bimbingan dan konseling. Robinson (dalam Abin Syamsuddin Makmun,
2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi peserta didik yang diduga membutuhkan layanan bimbingan
dan konseling, yakni:
a. Call them approach. Melakukan wawancara dengan memanggil
semua peserta didik/masyarakat/orang secara bergiliran sehingga
dapat ditemukan peserta didik yang benar-benar membutuhkan
layanan konseling.
b. Maintain good relationship. Menciptakan hubungan yang baik an
penuh keakraban sehingga tidk terjadi jurang pemisah antara guru
pembimbing dengan peserta didik.
c. Developing a desire for counseling. Menciptakan suasana yang
menimbulkan

penydaran

peserta

didik

akan

masalah

yang

dihadapinya.
d. Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta didik. Dengan cara
ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar
yang dihadapi peserta didik.
e. Melakukan analisis sosiometris. Dengan cara ini dapat ditemukan
peserta didik yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian social.
8 Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, Pedoman Praktis Bimbingan
Penyuluhan Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta), 31.
14

2.

Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah merupakan langkah lanjutan setelah
mengidentifikasi kasus yang ditemukan serta merupakan upaya untuk
memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi
peserta didik/masyarakat/orang. Dalam konteks proses belajar mengajar,
permasalahan peserta didik dapat berkenaan dengan aspek: (1)
subtansial-material; (2) structural-fungsional;(3) behavioral; dan atau

3.

(4) personality.9
Melakukan Diagnosis
Yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi anak
beserta latar belakangnya.10Dalam konteks proses belajar mengajar,
faktor-faktor penyebab kegagalan belajar peserta didik bisa dilihat dari
segi input, proses, ataupun out put belajarnya.
W.H. Burton membagi faktor-faktor yang mungkin dapat
menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar peserta didik kedalam dua
bagian, yaitu: (1) internal; faktor yang bersumber dari dalam diri peserta
didik itu sendiri, seperti: kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan,
bakat, kepribadin, emosi, sikap, serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan
(2) faktor eksternal, seperti: lingkungan rumah, lingkungan sekolah

4.

termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.11


Langkah prognosis
Yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan yang akan
dilaksanakan untuk membimbing anak. Langkah prognosis ini ditetapkan
berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosis, yaitu setelah
dtetapkan masalahnya dan latar belakangnya. Langkah prognosis ini
ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan

5.

dan berbagai faktor.12


Remidial dan Alih Tangan Kasus
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih
berkaitan dengan system pembelajaran dan masih berada dalam

9.Sutirna, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Andi,2013), 177.


10Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 95.
11 Dr.H.Sutirna, M.Pd, Bimbingan, 177-178.
12 Drs. Anas Salahudin, M.Pd, Bimbingan, 96.
15

kesanggupan dan kemampuan guru atau konselor, pemberian bantuan


bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri.
Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian
yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau
guru pembimbing hanya sebatas membuat rekomendasi kepada ahli yang
lebih kompeten atau dengan kata lain memberikan reveral kepada
6.

ahlinya.
Langkah evaluasi dan follow up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh
manakah terapi yang telah dilakukan dan telah mencapai hasilnya.
Dalam langkah follow up atau tindak lanjut, dilihat perkembangan
selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.
Penilaian meliputi: Penilaian segera, Penilaian jangka pendek,
Penilaian jangka panjang. Berkenaan dengan evaluasi bimbingan dan
konseling, Menurut Willis (2009) pada langkah terakhir sebuah proses
konseling ditandai pada beberapa hal: Menurunnya tingkat kecemasan
klien, Adanya perubahan perilaku klien kearah yang lebih positif, sehat
dan dinamis, Adanya rencana hidup dimasa mendatang dengan program
yang jelas, Terjadi perubahan sikap positif. Hal ini ditandai dengan klien
sudah mampu berfikir realistis dan percaya diri.

16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan, antara lain:
1. Teknik-teknik seperti telah yang akan dijelaskan, dalam dunia pendidikan,
digunakan untuk mendiagnosis problem-problem kesiswaan yang terjadi.
Seorang konselor harus mampu mendiagnosis masalah-masalah siswa,
misalnya dalam hal kesulitan belajar. Konselor harus mengenali peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar, memahami sifat dan jenis
kesulitan belajarnya, menetapkan usaha-usaha bantuan, bagaimana tindak
lanjutnya, dan lain-lain. Kemampuan ini akan terus dikembangkan demi
peningkatan profesionalitas konselor dan peningkatan kualitas sekolah.
2. Secara umum, langkah-langkah dalam bimbingan dan konseling yaitu: (1)
Identifikasi masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Analisis data, (4)
Diagnosis, (5) Prognosis, (6) Terapi, (7) Evaluasi dan Follow Up.
B. Saran
Setelah mempelajari materi di atas, diharapkan kepada para pembaca
khususnya bagi para mahasiswa agar bisa memahami materi ini dengan baik
agar dapat menerapkan teknik dan prosedur bimbingan dan konseling secara
tepat dan benar.

17

DAFTAR PUSTAKA
Namora, Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan
Praktek. Jakarta: Kencana Media Prenada Group, 2011
Nurhayati, Eti, Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Inovatif, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011
Nurihsan, A. Juntika, Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.
Bandung: Refika Aditama, 2007
Prayitno & Amti Erman, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka
Cipta Jakarta, 1999
Salahudin, Anas, Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia, 2010
Sukardi, Dewa Ketut dan Desak Made Sumiati, Pedoman Praktis Bimbingan
Penyuluhan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, tt
Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Sutirna, Bimbingan dan Konseling. Bandung: Andi, 2013
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007
http://aquuhlizha.blogspot.co.id/2014/03/teknik-teknik-bimbingan-konseling.html,
diakses pada 24 April 2016.

18

Anda mungkin juga menyukai