Anda di halaman 1dari 14

TUJUAN AKHIR KONSELING SURAH AL-BAQARAH AYAT 201, AL-QASAS

AYAT 77, DAN SURAH AL-FAJR AYAT 27-30

Makalah ini disusun guna memenuhi


Tugas Mata Kuliah
TAFSIR AYAT KONSELING
Dosen Pengampu : Drs.H.ABDUL HALIM NASUTION

Disusun oleh :

GUSNIA YANELDHA PANJAITAN


REZA ANUGRAH BASTANTA GINTING
NURUL AZMI AMALIA
RIANI

BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang maha Esa, karena penulis masih
dapat membuat tugas makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang
“TUJUAN AKHIR KONSELING SURAH AL-BAQARAH AYAT 201, AL-QASAS
AYAT 77, DAN SURAH AL-FAJR AYAT 27-30”

Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah tafsir ayat
konseling. Penulis berharap makalah ini menjadi salah satu referensi bagi pembaca bila
mana mengetahui kelebihan dan kekurangan buku ini.

Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat saya harapkan supaya
makalah ini menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada
pembaca atas perhatiannya.

Medan,04 Juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat Dan Terjemahan .................................................................................
1. Surah Al-Baqarah Ayat 201 .................................................................... 2
2. Surah Al-Qasas Ayat 77 .......................................................................... 2
3. Surah Al-Fajr Ayat 27-30........................................................................ 2
B. Makna Mufradat Tujuan Akhir Konseling ..................................................
1. Surah Al-Baqarah Ayat 201 ..................................................................... 3
2. Surah Al-Qasas Ayat 77 ........................................................................... 3
3. Surah Al-Fajr Ayat 27-30......................................................................... 4
C. Tafsir Ayat ...................................................................................................
1. Surah Al-Baqarah Ayat 201 ..................................................................... 6
2. Surah Al-Qasas Ayat 77 ........................................................................... 6
3. Surah Al-Fajr Ayat 27-30......................................................................... 7
D. Pembahasan Tujuan Akhir Konseling ......................................................... 8
BAB III
PENUTUP
A. KEKSIMPULAN ...................................................................................... 9
B. SARAN ..................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kulaitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam
konseling. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi
konselor menjadi faktor penentu bagi pencapaian konseling yang efektif,
disamping faktor pengetahuan tentang dinamika perilaku dan keterampilan
terapeutik atau konseling.
Dalam kenyataan dilapangan, tidak sedikit para konseling yang tidak
mau datang keruangan bimbingan konseling, bukan karena konselor kurang
keilmuannya dalam bidang konseling, tetapi karena mereka memiliki kesan
bahwa konselor tersebut kurang ramah.
Dalam rangka mempersiapkan para calon konselor, maka para calon
konselor tersebut dituntut untuk memfasilitasi perkembangan pribadi mereka
yang berkualitas, yang dapat dipertanggung jawabkan secara profesioanal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana ayat dan terjemahan dalam makna tujuan akhir konseling ?
2. Bagaimana makna mufradat dalam makana tujuan akhir konseling ?
3. Bagaimana tafsir ayat dalam makna tujuan akhir konseling ?
4. Bagaimana pembahasan dari makna tujuan akhir konseling ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui ayat dan terjemahan dalam makna tujuan akhir konseling
2. Untuk mengetahui makna mufradat dalam makna tujuan akhir konseling
3. Untuk mengetahui tafsir ayat dalam makna tujuan akhir konseling
4. Untuk mengetahui pembahasan dari makna tujuan akhir konsling
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat dan terjemahan konseling
1. Surah Al-Baqarah ayat 201

   


   
  
   

“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa
neraka"
2. Surah Al-Qasas ayat 77

   


    
   
   
    
      
 
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

3. Surah Al- Fajr ayat 27-30

 
 
  
  
   
  

“wahai jiwa yang tenang(27), kembalilah pada Tuhanmu dengan hati yang rida
dan diridai-Nya(28), maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-
Ku(29), dan masuklah ke dalam surga-Ku(30).

B. Makna mufradat tujuan akhir konseling


1. Surah Al-Baqarah ayat 201
   
   
  
   
Kata ‫ منهم‬dalam ayat ini berarti orang yang mencari kebaikan di dunia dan di
akhirat secara keseluruhan, para mufassir berselisih pendapat mengenai arti/maksud dari
“kebaikan” tersebut, apakah kebaikan tersebut diartikan sebagai kesehatan,
kecukupan, istri yang sholihah, anak yang berbakti, harta yang baik, ilmu
pengetahuan, ataupun ibadah dan ketaatan. Yang jelas, " ‫سنَة‬
َ ‫ " َح‬diartikan sebagai
kehidupan yang baik, jika kita melihat pada kehidupan seseorang yang baik, maka
kehidupannya pun akan bahagia di dunia. Maka barangsiapa yang berdoa kepada Allah
dengan doa yang ijmal / umum, maka memintalah pada kebahagiaan di dunia dan
akhirat serta kehidupan yang baik dalam keduanya dengan membaca ayat ini :
َ ‫سنَةً َوقِنَا‬
َ َ‫عذ‬
" ‫اب النَّار‬ َ ‫سنَةً َوفِي اْأل َ ِخ َرةِ َح‬
َ ‫" َربَّنَآ َءاتِنَا فِي الدُّ ْنيَا َح‬
Dalam kitab tafsir Ibn Abi Zamanin dijelaskan bahwa lafadz ‫ ُه ْم‬adalah merujuk
pada orang – orang yang beriman. Mengenai yang dimaksud dengan kebaikan di dunia
menurut Hasan adalah ketaatan pada Allah, dan kebaikan di akhirat yang
dimaksud adalah pahala. Sedangkan sebagian ulama` berpendapat bahwa kebaikan di
dunia adalah segala sesuatu yang merupakan kesenangan hidup di dunia, salah satu
yang termasuk dari kesenangan tersebut yaitu istri yang sholihah.
2. Surah Al- Qasas ayat 77
   
    
   
   
    
      
 
Ayat ke-77 surat ini mengisahkan lanjutan nasihat mereka kepada Qarun, “bahwa
nasihat ini bukan berarti engkau hanya boleh beribadah semata dan melarangmu
memperhatikan dunia. Tidak! Berusahalah sekuat tenaga dan pikiranmu dalam batas
yang dibenarkan Allah untuk memperoleh harta dan hiasan duniawi, namun carilah
secara bersungguh-sungguh kebahagiaan negeri akhirat melalui hasil usahamu itu
dengan cara menginfakkan dan menggunakannya sesuai petunjuk Allah. Dan pada saat
yang sama, janganlah mengabaikan bagianmu dari kenikmatan dunia dan berbuat
baiklah kepada semua pihak, disebabkan karena Allah telah berbuat baik kepadamu
dengan aneka nikmat-Nya, dan janganlah engkau berbuat kerusakan dalam bentuk apa
pun di bagian mana pun di bumi ini, karena Allah tidak menyukai para pembuat
kerusakan.”
Dalam nasehat mereka digunakan ungkapan:
   
 
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat.”
Kata fiimaa (‫)فيما‬, dalam pemahaman Ibnu ‘Asyur mengandung makna terbanyak atau
pada umumnya, sekaligus melukiskan tertancapnya ke dalam lubuk hati upaya mencari
kebahagiaan ukhrawi melalui apa yang dianugerahkan Allah dalam kehidupan dunia ini.
Jadi, maksud nasehat mereka, gunakanlah harta yang berlimpah dan nikmat yang
bergelimang sebagai karunia Allah kepadamu ini untuk bekal ketaatan kepada Tuhanmu
dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan berbagai amal pendekatan diri
kepada-Nya, yang dengannya kamu akan memperoleh pahala di dunia dan akhirat.
Selanjutnya, pemberi nasehat menyatakan:
     
“dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (Al-
Qashash: 77)
Maksudnya, yang dihalalkan oleh Allah berupa makanan, minuman, pakaian, rumah
dan pernikahan. Karena sesungguhnya engkau mempunyai kewajiban terhadap
Tuhanmu, dan engkau mempunyai kewajiban terhadap dirimu sendiri, dan engkau
mempunyai kewajiban terhadap keluargamu, dan engkau mempunyai kewajiban
terhadap orang-orang yang bertamu kepadamu, maka tunaikanlah kewajiban itu
kepada haknya masing-masing.
Pernyataan ini perlu disertakan dalam nasihatnya itu agar pihak yang dinasihati tidak
menghindar dari tuntutan itu. Karena tanpa kalimat semacam ini, boleh jadi yang
dinasihati akan memahami bahwa ia dilarang menggunakan hartanya kecuali untuk
pendekatan diri kepada Allah dalam bentuk ritual semata. Dengan kalimat ini, menjadi
jelas bahwa seseorang boleh menggunakan hartanya untuk tujuan kenikmatan duniawi
selama hak Allah menyangkut harta telah dipenuhinya dan selama penggunaannya
tidak melanggar ketentuan Allah Swt., antara lain membuat kerusakan di muka bumi
dan berbuat jahat terhadap makhluk Allah, sebagaimana dinyatakan pada penghujung
ayat:
     
“dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.” (QS. Al-Qashash: 77)
Nasehat bijak itu bukan saja tidak diterima Qarun, bahkan dengan sombong dia
menyatakan bahwa kekayaannya itu adalah hasil kerja keras dan usaha sendiri, tidak ada
kaitan dengan siapapun juga tidak ada kaitan dengan Allah. Sikap angkuhnya itu
dipotret dalam ayat selanjutnya (ayat 78)
Kesombongan dan keserakahan Qarun membuat dirinya menjadi “orang sengsara dalam
sejahtera”, karena pada akhirnya ia ditenggelamkan beserta kekayaannya ke dalam
perut bumi. (QS. Al-Qashash: 81)
Di manakah lokasi ditenggelamkannya Qarun tersebut? Mengapa banyak orang
menganggap bila mereka menemukan harta terpendam selalu mengatakan dengan
sebutan harta karun? Benarkah ia harta karun?
Menurut beberapa riwayat, lokasi tempat ditenggelamkannya Qarun beserta rumahnya
ke dalam bumi itu terjadi di daerah Al-Fayyum, sekitar 90 kilometer (km) atau dua
jam perjalanan dengan menggunakan mobil dari Kairo, ibu kota Mesir. Menurut
penduduk setempat, nama danau itu adalah Bahirah Qarun (laut Qarun). Di sekitar Al-
Fayyum ini yang tersisa hanya berupa puing-puing istana Qarun.
3. Surah Al-Fajr ayat 27-30
 
 
  
  
   
  
Allah SWT berfirman: Yâ ayyatuhâ an-nafsu al-muthmainnah (Hai jiwa
yang tenang). Ayat ini memberitakan tentang pemanggilan an-nafs al-
muthmainnah. Kata an-nafs bisa digunakan untuk menyebut zat (benda) secara
keseluruhan (lihat: QS al-Zumar [39]: 56; QS al-An’am [6]: 151) bisa juga
untuk menyebut ruh (lihat: QS al-An’am [6]: 93).
Adapun kata al-muthmainnah merupakan ism al-fâ’il dari al-
thuma’nînah wa al-ithmi’nân. Secara bahasa, kata al-thuma’nînah berarti as-
sukûn (diam, tenang, tidak bergerak). Dijelaskan juga oleh al-Asfahani, kata
tersebut berarti as-sukûn ba’da al-inzi’âj (tenang setelah gelisah atau
cemas). Menurut at-Tunisi, kata ithma’anna digunakan ketikahâdi[an] ghayra
mudhtharib wa lâ munza’ij (tenang, tidak cemas dan tidak gelisah). Kata itu
juga bisa juga digunakan untuk menunjuk ketenangan jiwa karena
membenarkan apa yang dalam al-Quran tanpa ada keraguan dan kebimbangan.
Oleh karena itu, penyebutan tersebut merupakan pujian atas jiwa tersebut.
Bisa pula, ketenangan jiwa tersebut tanpa takut dan fitnah di akhirat.

C. Tafsir ayat
1. Surah Al-Baqarah Ayat 201
 Tafsir Jalalayn
(Dan di antara mereka ada pula yang berdoa, "Ya Tuhan kami! Berilah kami di
dunia kebaikan), artinya nikmat, (di akhirat kebaikan) yakni surga, (dan
peliharalah kami dari siksa neraka.") yakni dengan tidak memasukinya. Ini
merupakan lukisan tentang keadaan orang-orang musyrik dan keadaan orang-
orang beriman, yang tujuannya ialah supaya kita mencari dua macam kebaikan
dunia dan akhirat, sebagaimana telah dijanjikan akan beroleh pahala dengan
firman-Nya
 Tafsir Quraish Shihab
Sebagian manusia ada yang diberi petunjuk oleh Allah sehingga, dengan
sepenuh hati, mereka memohon kebaikan dunia dan akhirat serta memohon
kepada Allah agar dijauhi siksa api neraka.
2. Surah Al-Qasas Ayat 77
 Tafsir Jalalayn
(Dan carilah) upayakanlah (pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kalian)
berupa harta benda (kebahagiaan negeri akhirat) seumpamanya kamu
menafkahkannya di jalan ketaatan kepada Allah (dan janganlah kamu
melupakan) jangan kamu lupa (bagianmu dari kenikmatan duniawi) yakni
hendaknya kamu beramal dengannya untuk mencapai pahala di akhirat (dan
berbuat baiklah) kepada orang-orang dengan bersedekah kepada mereka
(sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat)
mengadakan (kerusakan di muka bumi) dengan mengerjakan perbuatan-
perbuatan maksiat. (Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan) maksudnya Allah pasti akan menghukum mereka.
 Tafsir Quraish Shihab
Dan jadikanlah sebagian dari kekayaan dan karunia yang Allah berikan kepadamu di
jalan Allah dan amalan untuk kehidupan akhirat. Janganlah kamu cegah dirimu
untuk menikmati sesuatu yang halal di dunia. Berbuat baiklah kepada hamba-
hamba Allah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu dengan mengaruniakan
nikmat-Nya. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi dengan
melampaui batas- batas Allah. Sesungguhnya Allah tidak meridai orang-orang
yang merusak dengan perbuatan buruk mereka itu."
3. Surah Al-Fajr Ayat 27-30
 Tafsir Jalalayn
(27).(Hai jiwa yang tenang) atau yang aman, dimaksud adalah jiwa yang beriman.
(28).(Kembalilah kepada Rabbmu) perkataan ini diucapkan kepadanya sewaktu
ia menjelang mati; yakni kembalilah kamu kepada perintah dan kehendak-Nya
(dengan hati yang puas) akan pahala yang kamu terima (lagi diridai) di sisi Allah
maksudnya, semua amal perbuatanmu diridai di sisi-Nya. Jiwa yang beriman itu
merasa puas dan diridai; kedudukan kedua lafal ini menjadi kata keterangan
keadaan; kemudian dikatakan kepadanya pada hari kiamat nanti. (29).("Maka
masuklah ke dalam) jamaah (hamba-hamba-Ku) yang saleh. (30).(Dan masuklah
ke dalam surga-Ku") bersama dengan hamba-hamba-Ku yang saleh.
 Tafsir Quraish Shihab
(27). Wahai jiwa yang tenang dengan kebenaran. (28). Kembalilah kepada keridaan
Tuhanmu dengan rasa puas terhadap nikmat yang telah dikaruniakan kepadamu,
dan puas pula dengan perbuatan yang telah kamu lakukan. (29).Masuklah ke
dalam golongan hamba-hamba-Ku yang saleh. (30).Dan masuklah ke dalam
surgaku, negeri kenikmatan yang abadi.

D. Tujuan akhir konseling


1) Agar konseli mengetahui masalah-masalah yang dihadapinya dan dapat
menyelesaikan konflik-konflik yang dialaminya.
2) Agar konseli lebih menyadari diri.
3) Agar konseli bertanggung jawab besar terhadap dirinya.
4) Agar konseli memahami semua perasaan dan pengalaman ke dalam seluruh
hidupnya.
5) Agar konseli menjadi lebih tahu kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
6) Agar konseli belajar mengambil resiko.
7) Agar konseli lebih percaya diri.
8) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupannya di masa yang akan datang.
9) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal
mungkin.
10) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan akhir konseling merupakan sarana yang lebih utama dalam penyelesaian
suatu masalah. yang mmerupakan tujuan akhir konseling adalah agar konseli
mengetahui masalah-masalah yang dihadapinya dan dapat menyelesaikan konflik-
konflik yang dialaminya,konseli lebih menyadari diri,konseli bertanggung jawab besar
terhadap dirinya,konseli memahami semua perasaan dan pengalaman ke dalam seluruh
hidupnya,konseli menjadi lebih tahu kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya,belajar
mengambil resiko,lebih percaya diri, dapat Merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang,serta
Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
manfaat konseling salah satunya Menemukan akar permasalahan yang
sesungguhnya,Terkadang masalah yang dihadapi adalah fenomena dan bukan akar
persoalan sesungguhnya. Dalam hal inilah, konselor berperan untuk menggali dan
menemukan akar permasalahan yang sesungguhnya.Anda akan merasa nyaman karena
anda dapat mengungkapkan dan mengekspresikan perasaan Anda secara bebas kepada
konselor yang akan menerima Anda apa adanya tanpa dihakimi. Anda juga akan merasa
aman karena kerahasiaan didalam proses konseling terjaga.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan,
baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga
masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kepada para
pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat
membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahan

Tafsir Jalalayn.2008.Jakarta:Tob’atu jadilah munqohatu

www.tafsir.com/ayat-al-quran-makna-mufradat

Lubis Akhyar Lubis.2007.Konseling Islam. Yogyakarta:Elsaq Press

http://konselor.blogspot.com/2013/10/html.

Anda mungkin juga menyukai