Anda di halaman 1dari 18

ARTIKEL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

“DAMPAK DITERAPKANNYA STANDAR


AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL
TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
PADA PEMERINTAH DAERAH”

Dosen Pengampu:
Marti Dewi Ungkari, SE, M.Si., Ak., CA

Disusun Oleh:
Nama : Aulya Rosita Dewi
NPM : 24022119045
Kelas : Akuntansi S1 B

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GARUT
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T. yang telah membantu saya menyelesaikan
artikel ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya, mungkin saya
tidak akan sanggup menyelesaikan tugas artikel ini dengan baik.
Penyusunan artikel merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Akuntansi
Pemerintahan. Dalam penyusunan artikel ini penyusun merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penyusun. Penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca demi penyempurnaan artikel ini. Artikel ini memuat
tentang “DAMPAK DITERAPKANNYA STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL TERHADAP KUALITAS
LAPORAN KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH”.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu, dan
semua pihak yang membantu menyelesaikan artikel ini. Semoga artikel ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun artikel ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Terimakasih.

Garut, Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................8

3.1 Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan.............................................8

3.2 Kualitas Laporan Keuangan Pada Kantor Pemerintah Daerah.................9

BAB IV PENUTUP..............................................................................................11

4.1 Kesimpulan..............................................................................................11

4.2 Saran........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan yang terjadi pada sektor publik di Indonesia


saat ini, pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah semakin
dituntut untuk melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik (good
government governance). Tata kelola pemerintahan yang baik adalah cara
pengelolaan negara dan penyelenggaraan pemerintahan yang memenuhi
karakteristik transparency, responsiveness, consensus orientation, equity,
efficiency and effectiveness, dan accountability (UNDP, 1997). Transparansi dan
akuntabilitas menjadi dua unsur pokok dalam mewujudkan good government
governance (Mardiasmo, 2006). Transparansi adalah keterbukaan atas semua
tindakan dan kebijakan yang diambil oleh penyelenggara pemerintahan.
Transparansi menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi yang memadai dan menjamin
kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat. Akuntabilitas adalah
perwujudan kewajiban dari suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu
media pertanggung-jawaban yang disampaikan secara periodik. Akuntabel berarti
bahwa setiap pelaku dan tindakan pejabat penyelenggara pemerintahan baik dalam
membuat kebijakan maupun dalam mengatur dan membelanjakan keuangan
negara harus terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Transparansi dan
akuntabilitas merupakan konsep yang berkaitan erat satu dengan yang lainnya,
karena tanpa transparansi tidak mungkin ada akuntabilitas (Logos, 2003).
Sebaliknya, transparansi tidak akan banyak bermanfaat tanpa didukung dengan
akuntabilitas.
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, salah
satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara yang disampaikan melalui

1
laporan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Untuk mewujudkan prinsip transparansi dan akuntabilitas, laporan keuangan

2
2

pemerintah harus disampaikan secara tepat waktu dan disusun dengan mengikuti
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Berdasarkan perkembangannya, standar akuntansi yang berlaku di Indonesia
sampai dengan saat ini dapat dibedakan menjadi tiga. Sampai dengan tahun 2003,
standar akuntansi pemerintahan yang berlaku adalah SAP Berbasis Kas (cash
basis), sedang pada periode tahun 2004 sampai dengan2014, standar akuntansi
pemerintahan yang berlaku adalah SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
(cashtowards accrual basis). Sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 standar akuntansi pemerintahan yang berlaku di Indonesia adalah
SAP Berbasis Akrual. Basis akrual adalah konsep pengakuan akuntansi yang
didasarkan pada saat terjadinya transaksi atau peristiswa ekonomi tanpa
memperhatikan saat terjadinya aliran kas masuk atau aliran kas keluar dari
transaksi tersebut. Dengan kata lain, dalam basis akrual suatu transaksi atau
perisitiwa ekonomi yang terjadi sudah dicatat meskipun transaksi tersebut baru
memiliki implikasi penerimaan kas atau pengeluaran kas dimasa yang akan
datang. Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut setiap entitas pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib menerapkan SAP Berbasis
Akrual dalam menyusun laporan keuangan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013, semua
pemerintah daerah baik propinsi maupun kabupaten/kota wajib menerapkan SAP
Berbasis Akrual mulai tahun anggaran 2015. Tujuan utama penerapan SAP
Berbasis Akrual pada pemerintah daerah adalah untuk meningkatkan kualitas
informasi laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD). Selanjutnya, peningkatan
kualitas informasi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan manfaat laporan
keuangan pemerintah daerah (LKPD) bagi para pemangku kepentingan entitas
pemerintah daerah dalammenilai akuntabilitas dan transparansi serta membuat
berbagai keputusan terhadap suatu entitas pemerintah daerah.
Dari segi transparansi dan akuntabilitas, akuntansi berbasis akrual dapat
menghasilkan laporan keuangan pemerintah yang lebih transparan dan lebih
akuntabel apabila dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas. Hal itu disebabkan
karena dalam akuntansi berbasis akrual seluruh beban yangterjadi baik yang sudah
3

dibayar maupun belum dibayar dicatat dan diakui. Dengan demikian akuntansi
berbasis akrual dapat menghasilkan perhitungan biaya pelayanan publik yang
lebih wajar. Pada sisi yang lain, akuntansi berbasis akrual juga dapat
menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik. Hal itu disebabkan karena
akuntansi berbasis akrual dapat menyediakan informasi tentang penggunaan
sumber daya ekonomi yang sebenarnya serta menyajikan pengungkapan
kewajiban dimasa yang akan datang (KSAP, 2006).
Menurut Kieso et.al (2014), akuntansi berbasis akrual mampu memberikan
informasi kepada para pengguna laporan keuangan tentang kewajiban yang
berpotensi harus ditanggung dan hak yang berpotensi akan diterima di masa
depan. Hal itu menyebabkan keputusan ekonomi dapat diambil lebih baik. Pada
sektor publik, Study #14 IFAC Public Sector Committee (2002) juga menyatakan
bahwa pelaporan berbasis akrual bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah terkait biaya jasalayanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan. Dengan
laporan keuangan berbasis akrual pengguna dapat mengidentifikasi posisi
keuangan pemerintah beserta perubahan yang terjadi di dalamnya. Selain itu,
akuntansi pemerintahan berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah untuk
mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan sumber daya ekonomi masa
depan dan mewujudkan pengelolaan yang baik atas sumber daya tersebut.
Secara empiris penelitian tentang hubungan antara penerapan SAP Berbasis
Akrual dan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia telah
dilakukan sebelumnya, antara lainoleh Nugraheni dan Subaweh (2008), Azlim,
Darwanis, dan Bakar (2012), Juwita (2013), Susilawati dan Riana (2014),
Ningtyas dan Widyawati (2015), Yunita, Tanjung dan Anggraini (2015),
Nugraenidan Budiantara (2015), Oktarina, Raharjo dan Andini (2016), Evicahyani
dan Setiawina (2016), serta Herawati dan Nopianti (2017). Hasil penelitian
cenderung tidak konsisten, karena sebagian menunjukkan adanya pengaruh positif
yang signifikan dan sebagian lainnya menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
signifikan atas penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual terhadap
kualitas informasi laporan keuangan entitas pemerintah.
4

Semua penelitian kualitas laporan keuangan entitas pemerintah yang telah


dilakukan sampai dengan saat ini menggunakan atribut persepsi dari pihak-pihak
yang memiliki kompetensi dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah
sebagai proxy untuk mengukur kualitas laporan keuangan pemerintah. Atribut
persepsi tersebut diturunkan dari karakterisitik kualitatif laporan keuangan
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan kedalam bentuk kuesioner penelitian. Sesuai dengan PP 71/2010,
karakteristik kualitatif yang harusdipenuhi agar laporan keuangan pemerintah
berkualitas mencakup empat dimensi yaitu relevansi, keterandalan,
keterbandingan, dan keterpahaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan aturan yang harus


dipatuhi oleh pemerintah pusat/daerah dalam rangka menyusun dan menyajikan
laporan keuangan yang baik dan berkualitas. Tujuan penerapan standar akuntansi
menurut Belkoui (1985) adalah menghasilkan informasi keuangan
yangdiharapkan mempunyai sifat jelas, konsisten, terpercaya dan dapat
dibandingkan. Untuk keperluan tersebut Pemerintah Indonesia sudah menetapkan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 ayat 2005 sebagai pedoman dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan untuk dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan bagi pemerintah. Sebagaimana dalam pasal 1ayat 4 dalam PP No. 24
tahun 2005 menyatakan bahwa: Standar akuntansi pemerintahan, selanjutnyan
disebut SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan pemerintah”.
Penerapan standar akuntansi pemerintahan merupakan bentuk keseriusan
pemerintah dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntanbilitas dalam
penggelolaan laporan keuangan daerah melalui penyajian informasi keuangan
yang berkualitas. standar akuntansi pemerintahan juga memiliki kekuatan hukum
sehingga konsekuensinya setiap pemerintahan daerah wajib membuat laporan
keuangan. Dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 184
ayat 1 dan 3 menyatakan bahwa: “laporan keuangan pemerintah daerah disusun
dan disajikan sesuain standar akuntansi pemerintahan yang diterapkan dalam
peraturan pemerintah”.
SAP mencakup sebelas pernyataan standar akuntansi pemerintahan (PSAP)
yang terkandung dalamstandar akuntansi pemerintahan merupakan landasan
pedoman bagi pemerintah dalam menyusun danmenyajikan laporan keuangan.
standar akuntansi pemerintahan yang tertuang dalam peraturan pemerintah No.24
tahun 2005 memiliki kekuatan hukum, yang artinya baik pemerintah pusat

5
6

ataupun pemerintah daerah wajib Kemudian dalam pasal 56 UU No. 1 tahun 2004
tentang perbendaharaan negara menyebutkan bahwa: “laporan keuangan yang
harus dibuat di setiap unit kerja adalah laporan realisasi anggaran, neraca, dan
catatan atas laporakeuangan, sedangkan yang menyusun laporan arus kas adalah
kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku bendahara umum daerah.”
menerapkan standar akuntansi pemerintahan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan sebagai bentuk dari pertanggung jawaban atas pengelolaan
keuangan publik yang diamanatkan kepada pemerintah.Terdapat 11 pernyataan
standar akuntansi yaitu penyajian laporan keuangan, laporan realisasi anggaran,
laporanarus kas, catatan atas laporan keuangan,akuntansi persediaan, akuntansi
investasi, akuntansi untuk asset tetap,akuntansi kontruksi dalam pengerjaan,
akuntansi kewajiban, pernyataan tentang koreksi kesalahan, perubahankebijakan
akuntansi dan peristiwa luar biasa dan laporan keuangan konsolidasi.
Laporan keuangan pemerintah yang disajikan dalam memenuhi laporan
keuangan yang berkualitasapabila memenuhi unsur atau komponen yang harus
dipenuhi:
 Relevan
Informasi keuangan yang dihasilkan harus memenuhi unsur relevan terhadap
pengaruh keputusan ekonomi pemakai laporan dengan membantu merka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, atau mengoreksi
hasil evaluasi mereka dimasa lalu sehingga informasi yang relevan dapat
memberikan manfaat umpan balik dan prediktif. Selain itu juga, informasi yang
relevan juga harus menyajikan informasi keuangan selengkap-lengkapnya dan
disajikan dengan tepat waktu.
 Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi memiliki kualitas
andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur dariyang harus disajikan.
Meskipun keuangan tersebut relevan, tetapi juka penyajianya tidak dapat
diandalkan, maka pengguna informasi tersebut secara potensial dapat
menyesatkan.
7

 Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingakan laporan keuangan antar periode untuk
mengidentifikasi kecendrungan posisi dan kinerja keuangan. Oleh karena itu,
pengukuran dan penyajian dampak keuangandari transaksi dan peristiwa lain
harus dilakukan secara konsisten.
 Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahanya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Dengan asumsi
pengguna laporan keuangan memiliki pengetahuan yang memadahi tentang
akuntansi. Dengan demikian secara teoritis aktivitas penerapan standar akuntansi
pemerintahan dapat mencapai tujuan atau hasil yang ingin dicapai, yaitu dapat
mewujudkan dan meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan menerapkan 11
pernyataan yang terkandung dalam standar akuntansi pemerintahan.
Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan akuntansi berbasis
akrual adalah strategi yang direncanakan dengan baik, komitmen, tujuan yang
dikomunikasikan dengan jelas, sumber daya manusia yang andal, dan sistem
informasi yang sesuai dengan kebutuhan (KSAP, 2006). Penerapan SAP berbasis
akrual direncanakan secara hati-hati dan menggunakan masa transisi dengan
menetapkan SAP berbasis kas menuju akrual terlebih dahulu. Hingga saat ini
pemerintah masih memperbolehkan penggunaannya oleh unit pemerintahan yang
belum siap menerapkan SAP berbasis akrual, karena pada dasarnya, dibandingkan
dengan SAP berbasis akrual, SAP berbasis kas menuju akrual sebenarnya tidak
jauh berbeda. Pengaruh perlakuan akrual dalam akuntansi berbasis kas menuju
akrual sudah banyak diakomodasi di dalam laporan keuangan terutama neraca
yang disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Keberadaan pos piutang, aset
tetap, hutang merupakan bukti adanya proses pembukuan yang dipengaruhi oleh
asas akrual.
8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan


Penerapan standar akuntansi yang telah ditetapkan diharapkan akan
memberikan dampak yang baik terhadap kualitas laporan keuangan. Dalam
Standar Akuntansi Pemerintahan terdapat 11 pernyataan standar yang harus
dipahami dan diterapkan oleh para penyusun laporan keuangan daerah. Kualitas
laporan keuangan yang dihasilkan oleh setiap daerah akan diperiksa oleh BPK
dengan menghasilkan opini sesuai dengan hasil yang dicapai oleh setiap
pemerintah daerah. Kualitas laporan keuangan akan sangat tergantung dari
pemahaman penyaji atas standar akunatnsi yang ada. Auditor akan menilai apakah
penyajian tersebut sesuai dengan standar atau tidak. Keseuaian dengan standar
akan tercapai jika para penyusun laporan keuangan memahami dan
menerapkannya dengan benar.
Secara umum 11 pernyataan yang ada dalam standar akuntansi telah dipahami
dan dicoba diterapkan pada saat menyusun laporan kekuangan daerah. Konsep
pernyataan standar akuntansi untuk penyajian laporan keuangan, realisasi
anggaran dan laporan arus kas sudah dipahami dengan baik. Hal ini terlihat bahwa
format dan kandungan dari ketiga pernyataan tersebut telah sesuai dengan standar
yang ada. Sementara pernyataan starndar akuntansi lainnya masih dalam kondisi
cukup baik dan khusus untuk akunatnsi asset tetap, konstruksi dalam pengerjaan
dan laporan konsolidasi masih kurang dikuasi dengan baik oleh para penyusun
laporan. Perlu dilakukan pelatihan dan workshop yang berkesinambungan tentang
penerapan 3 pertanyaan ini. Selain itu juga kompetensi para penyusun laporan
keuangan rata-rata adalah lulusan SMU bukan sarjana akuntansi ataupun
ahlimadya akuntansi. Untuk memahami ketiga konsep ini diperlukan kompetensi
yang lebih dari lulusan SMU.

8
9

3.2 Kualitas Laporan Keuangan Pada Kantor Pemerintah Daerah


Salah satu kualitas laporan keuangan yang harus dicapai adalah masalah
relevansi. Kata relevan mengacu kepada dampak dari informasi dan pengaruhnya
kepada keputusan ekonomi pemakai laporan dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, atau mengoreksi
hasil evaluasi mereka dimasa lalu sehingga informasi yang relevan dapat
memberikan manfaat umpan balik dan prediktif. Terkadang seringkali terjadi
kesalahan informasi yang pada akhirnya mengakibatkan hasil kaporan yang tidak
akurat.
Kualitas laporan keuangan haruslah mengandung unsur andal, yaitu data dan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diandalkan kebenarannya.
Terdapat banyak kasus yang terjadi terhadap minimnya kualitas penyusunan
laporan keuangan, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap kualitas dari
laporan keuangan tersebut. Hal ini didukung dari hasil penyebaran kuesioner
dilaksanakan dengan kurang baik.
Perubahan perlakuan akuntansi pemerintah menuju basis akrual tentu akan
membawa dampak/implikasi yang bukan tanpa masalah dan tantangan.
Simanjuntak (2010) dan Bastian (2006) dalam Akhyaruddin (2013) beberapa
tantangan penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintahan Indonesia adalah
sistem akuntansi dan information technology (IT) based system, komitmen dari
pimpinan, tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang kompeten, resistensi
terhadap perubahan, dan lingkungan/masyarakat. Sementara Ritonga (2010)
mengatakan bahwa untuk mendukung penerapan akuntansi pemerintahan berbasis
akrual diperlukan kondisi-kondisi yang mendukung, sekaligus menjadi
permasalahan yang dihadapi saat ini, yaitu sebagai berikut:
1. Dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan profesional
dalam pengelolaan keuangan.
2. Tersedianya sistem teknologi informasi yang mampu mengakomodasi
persyaratanpersyaratan dalam penerapan akuntansi berbasis akrual.
10

3. Harus ada komitmen dan dukungan politik dari para pengambil keputusan
dalam pemerintahan.
Akuntansi berbasis akrual telah berhasil diterapkan di berbagai negara maju
dan membawa manfaat. Sistem akuntansi yang diterapkan di Negara ini telah
mampu memberikan kontribusi besar dalam menghasilkan informasi yang lebih
komprehensif dibandingkan dengan sistem cash basis dalam hal kualitas dan
kuantitasnya (Mardiasmo, 2003). Manfaat akuntansi berbasis akrual antara lain,
mendukung manajemen kinerja, menfasilitasi manajemen keuangan yang lebih
baik, memperluas dan meningkatkan informasi alokasi sumber daya,
meningkatkan pelaporan keuangan, dan memfasilitasi dan meningkatkan
manajemen aset (termasuk kas).
Penelitian ini dilakukan dengan motivasi bahwa untuk meningkatkan
akuntabilitas pengelolaan keuangan, negara juga harus meningkatkan adopsi
terhadap suatu inovasi, dalam hal ini penerapan SAP berbasis akrual pada
penyusunan Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga (LKKL). Penelitian
ini ingin menganalisis penerapan SAP berbasis akrual dalam penyusunan laporan
keuangan. Alasan menggunakan level basis akrual adalah bahwa di Indonesia
sedang dalam tahap implementasi SAP dengan basis tersebut, sehingga bukti-
bukti empiris terkait dengan implementasi tersebut sangat dibutuhkan untuk
mengetahui sejauh mana penerapan akuntansi berbasis akrual yang telah
dilaksanakan pada sektor pemerintah.
11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan tentang pengaruh penerapan standar
akuntansi pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan maka penulis dapat
mengambil simpulan bahwa:
1. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan instrument
penelitian berupa kuesioner, penerapan standar akuntansi pemerintah telah
diterapkan dengan baik.
2. Kualitas laoran keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah termasuk
dalam kategori sangat baik/sangat berkualitas.
3. Penerapan standar akuntansi pemerintah memiliki pengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan, sehingga semakin diterapkan dan penerapan
standar akuntansi pemerintahan, akan semakin meningkatkan kualitas laporan
keuangan.

4.2 Saran
Berikut ini penulis mengajukan saran diantaranya:
1. Aparatur pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan
penguasaan tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang merupakan
pedoman bagi pemerintah dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan. Untuk itu, perlu dilakukan pelatihan dan pembinaan mengenai
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) terhadap sumber daya manusia,
khususnya bagi aparatur pemerintah yang memiliki tanggung jawab dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim (2007). Akuntansi Sektor Publik (Akuntansi Keuangan Daerah).


Jakarta : Salemba Empat Abdul

Hafiz Tanjung, 2008, Penata usahaan dan Akuntansi Keuangan Daerah,

Harun Al Rasyid, 1994, Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala,


Bandung: program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran Ardiyos.

Heni Nurani H,Euis Eti Sumiyati. “Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi


Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Survey Pada
Pemerintahan Daerah Di Jawa Barat)”. Jurnal Ilmiah (2014)

12

Anda mungkin juga menyukai