DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
JURUSAN AKUNTANSI
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Urgensi Pengembangan Akuntansi
Keuangan Sektor Publik”.
Kami jauh dari sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami,
maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah
ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan
pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ........................................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 13
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan sektor publik di indonesia dalam dewasa ini ditandai
dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,
baik di pusat maupun daerah. Dalam konteks organisasi pemerintah,
pengertian akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan disclosure
atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan laporan tersebut. Menurut Standbury (2003) dalam
Mardiasmo (2006) akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan
secara periodik.
Seiring dengan berkembangnya perekonomian dan teknologi
informasi, akuntansi berkembang sangat pesat, baik sebagai sebuah ilmu
(science) maupun sebagai instrumen (tools). Pada sektor swasta (privat),
akuntansi berkembang seiring dengan dinamika model bisnis yang juga
berkembang sangat cepat dalam era teknologi informasi dan globalisasi
yang semakin mendekatkan seluruh entitas usaha, tidak lagi berbatas pada
lokasi geografis.
Meskipun tidak dalam kecepatan yang sama, akuntansi sektor publik
juga mengalami perkembangan yang pesat. Akuntansi sektor publik
memiliki dimensi dan ruang lingkup cukup luas, yang menyisakan banyak
ruang untuk pengembangannya. Ruang pengembangan tersebut sangat
terlihat, terutama pada akuntansi pemerintahan sebagai bagian terbesar dari
akuntansi sektor publik. Akuntansi pemerintahan yang maju, sebagai bagian
dari akuntansi sektor publik, akan mendukung upaya pemerintah
mewujudkan good public governance melalui pengelolaan keuangan negara
yang transparan dan akuntabel.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengembangan akuntansi keuangan sektor publik pada
tingkat internasional?
2. Bagaimana perkembangan dan pengembangan akuntansi keuangan
sektor publik di Indonesia?
3. Bagaimana urgensi dan arah pengembangan akuntansi keuangan
sektor publik di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengembangan akuntansi keuangan sektor publik
pada tingkat internasional
2. Untuk mengetahui perkembangan dan pengembangan akuntansi
keuangan sektor publik di Indonesia
3. Untuk mengetahui urgensi dan arah pengembangan akuntansi
keuangan sektor publik di Indonesia
2
BAB 2
PEMBAHASAN
1
Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik (Yogyakarta : Penerbit ANDI : 2018), hlm.222
3
Perubahan basis akuntansi dari kas menuju akrual penuh membawa
dampak terhadap perubahan tahapan pencatatan dan jenis laporan keuangan
yang dihasilkan. Namun karena akuntansi pemerintahan merupakan
pencatatan atau akuntansi anggaran, maka penerapan basis kas untuk
transaksi-transaksi tertentu tetap harus dilakukan, penyusunan anggaran tetap
dilakukan dengan menggunakan basis kas. Hal ini berarti proses pelaporan
penganggaran akan menghasilkan laporan realisasi anggaran yang tetap
menggunakan basis kas, sedangkan untuk pelaporan keuangan lainnya akan
menggunakan basis akrual.
Dengan ditetapkannya PP No. 71 Tahun 2010 maka penerapan sistem
akuntansi pemerintahan berbasis akrual telah mempunyai landasan hukum.
Dan hal ini berarti bahwa pemerintah mempunyai kewajiban untuk dapat
segera menerapkan SAP yang baru yaitu SAP berbasis akrual.2
2
Agus Hariyanto, Penggunaan Basis Akrual dalam Akuntansi Pemerintahan di Indonesia, (Jurnal
Dharma Ekonomi, 2012), hlm 4
4
menyusun standar, tetapi juga membuat program yang sistematis yang
mendorong aplikasi IPSAS oleh entitas-entitas publik di seluruh dunia.3
Untuk mendukung pengembangan akuntansi sektor publik, termasuk
akuntansi pemerintahan, berbagai pihak dalam tataran global, baik praktisi,
akademisi, dan organisasi profesi, memberikan perhatian dan berupaya untuk
mewujudkan pengelolaan keuangan yang semakin transparan dan akuntabel.
Salah satu upaya pengembangan tersebut dilakukan oleh IPSASB melalui
upaya konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) secara
berkelanjutan.
IPSASB sebagai standard setter akuntansi sektor publik, pada tahun 2018
telah menyusun strategi dan rencana kerja 2019-2023 sebagai upaya untuk
mengembangkan akuntansi sektor publik. Rencana kerja tersebut menetapkan
sasaran strategis untuk memperkuat Public Financial Management (PFM)
secara global melalui peningkatan adopsi atas International Public Sector
Accounting Standards (IPSAS) berbasis akrual. Salah satu langkah utama
untuk mencapai sasaran strategis tersebut, yaitu melalui pengembangan
IPSAS dan pedoman penyusunan laporan keuangan sektor publik yang
berkualitas tinggi.4
3
Deddi Nordiawan dkk, Akuntansi Sektor Publik (Jakarta : Penerbit Salemba Empat : 2010),
hlm.28
4
Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik (Yogyakarta : Penerbit ANDI : 2018), hlm.223
5
undang-undang ini mengamanatkan pentingnya tata kelola keuangan yang
baik (good governance) berdasarkan prinsip-prinsip transparansi dan
akuntabilitas, serta mengikuti international best practices yang disesuaikan
dengan kondisi di Indonesia.
Penerbitan paket undang-undang tersebut mendorong pemerintah untuk
melakukan upaya perbaikan dalam pengelolaan Keuangan Negara, salah
satunya di bidang akuntansi dan pelaporan. Sebelum Reformasi Manajemen
Keuangan Negara, akuntansi pemerintah di Indonesia masih sangat tertinggal
dibandingkan dengan sektor privat, bahkan pada saat itu Pemerintah
Indonesia belum memiliki Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai
pedoman praktik akuntansi pemerintahannya. Sistem pencatatan akuntansi
yang digunakan oleh pemerintah masih single entry dengan basis kas, serta
hanya menghasilkan laporan keuangan dalam bentuk Perhitungan Anggaran
Negara (PAN).
Momentum Reformasi Manajemen Keuangan Negara tersebut juga
menjadi titik tolak pengembangan akuntansi pemerintahan berbasis akrual.
Paket undang-undang di bidang Keuangan Negara tersebut telah menjadi
pendorong utama penerapan basis akrual pada akuntansi pemerintahan,
dikarenakan terdapat ketentuan di dalamnya yang mengatur secara spesifik
kapan akuntansi berbasis akrual harus diterapkan.
Ketentuan tersebut termuat dalam Pasal 36 Ayat (1) UU Nomor 17
Tahun 2003 yang memberi batasan bahwa penerapan basis akrual
dilaksanakan selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak undang-undang
tersebut diterbitkan. Dengan adanya ketentuan tersebut, seluruh stakeholder
bergerak cepat, berupaya menyusun standar akuntansi yang akan digunakan
oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah, sebagai acuan dalam pembuatan
laporan keuangannya.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, pada tahun 2004, pemerintah telah
membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), melalui
keputusan Presiden (Keppres) Nomor 84 Tahun 2004. Yang bertugas untuk
mempersiapkan, merumuskan, dan menyusun SAP di Indonesia. KSAP
6
terdiri atas unsur pemerintahan, praktisi, asosiasi profesi, dan akademisi yang
memiliki kompetensi dalam bidang akuntansi sektor publik.
Setahun kemudian, akhirnya pemerintah Indonesia memiliki SAP untuk
pertama kalinya dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. SAP tersebut masih
menganut basis cash toward accrual (CTA) sebagai transisi untuk menuju
penerapan basis akrual secara penuh. Namun demikian, sampai dengan akhir
tahun 2008 atau 5 (lima) tahun sejak UU Nomor 17 Tahun 2003 diterbitkan,
Pemerintah masih belum dapat menerapkan basis akrual secara penuh dalam
penyusunan laporan keuangannya.5
Perkembangan akuntansi keuangan sektor publik khususnya di
pemerintahan telah ditandai dengan adanya Standar Akuntansi Pemerintahan.
Keberadaan standar akuntansi pemerintahan mendorong penerapan akuntansi
keuangan kearah perubahan yang lebih baik. Standar akuntansi pemerintahan
akan menjadi pedoman bagi para pihak yang berkepentingan terhadap
pelaporan keuangan pemerintah dalam menilai dan mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan suatu entitas pemerintah.
Selain itu, bagi manajemen penerapan standar akuntansi akan
memberikan kemudahan dalam menjalankan fungsi perencanaan,
pengelolaan, dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana
pemerintah untuk kepentingan masyarakat. Penerapan standar akuntansi
pemerintahan akan mendorong berfungsinya akuntansi sektor publik sebagai
media untuk mewujudkan pertanggungjawaban (akuntabilitas) ke publik
terutama masyarakat dan lembaga perwakilan.6
5
Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik (Yogyakarta : Penerbit ANDI : 2018), hlm.225
6
Haryanto dkk, Akuntansi Sektor Publik, Edisi Pertama (Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro : 2007), hlm.2
7
telah menerbitkan berbagai standar akuntansi pemerintahan. Mulai awal
terbentuknya sampai dengan saat ini.7
Pengembangan akuntansi sektor publik dilakukan untuk memperbaiki
praktek yang saat ini dilakukan. Hal ini dilakukan dengan upaya untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan sektor publik, yaitu laporan
keuangan yang mampu menyajikan informasi keuangan yang relevan dan
dapat diandalkan.8
Adapun tujuan pengembangan akuntansi pemerintah yang baru dengan
tujuan :
• Merancang sistem akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah,
• Menyusun standar dan prinsip Akuntansi Pemerintahan,
• Membentuk Pusat Pengembangan Akuntansi Pemerintahan di Departemen
Keuangan,
• Melakukan pelatihan, pembinaan, pengawasan dan monitoring serta
evaluasi pelaksanaan sistem akuntansi pemerintahan secara terus
menerus.9
7
Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik (Yogyakarta : Penerbit ANDI : 2018), hlm.227
8
Anik Yuesti dkk, Akuntansi Sektor Publik (Denpasar : Penerbit CV. Noah Aletheia : 2020), hlm.9
9
Muindro Renyowijoyo, Akuntansi Sektor Publik – Organisasi Non Laba (Jakarta : Penerbit Mitra
Wacana Media : 2010), hlm.86
8
Kebijakan yang ditetapkan dalam pelaksanaan pembangunan sering kali
membawa konsekuensi adanya mekanisme pengelolaan keuangan publik
yang sebelumnya belum pernah dilaksanakan, salah satu contohnya terkait
dengan pertanggungjawaban pengelolaan dana desa. Kebijakan yang
dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa tersebut memunculkan kewajiban pemerintah desa untuk
menyusun laporan keuangan atas pengelolaan dana desa. Untuk itu,
diperlukan standar akuntansi dan sistem akuntansi tersendiri dalam
pengelolaan dana desa, sebagai wujud pertanggungjawaban kepada
stakeholder.
Selain itu, adanya bentuk kelembagaan baru di pemerintahan, seperti
Badan Layanan Umum/Badan Layanan Umum Daerah (BLU/BLUD) juga
membawa konsekuensi perlunya standar akuntansi yang khusus bagi lembaga
tersebut. Pola pengelolaan keuangan melalui bentuk BLU/BLUD merupakan
upaya terobosan dalam mengelola keuangan Negara yang diatur berdasarkan
PP Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP Nomor
74 Tahun 2012. Pengelolaan keuangan BLU/BLUD menggunakan pola
hybrid, yang berbeda dengan unit kerja pemerintah (pusat dan daerah) yang
telah ada sebelumnya. Untuk itu, diperlukan suatu standar akuntansi dan
sistem akuntansi tersendiri dalam penyusunan laporan keuangan BLU/BLUD
tersebut.10
Proses pengembangan bidang akuntansi sektor publik amat dipengaruhi
oleh kapasitas dan tujuan kebijakan ekonomi sehingga aspek budaya, sosial,
dan politik ekonomi menjadi dominan. Selain itu, orientasi pengelolaan
organisasi sektor publik akan mengubah arah pengembangan organisasi
akuntansi. Namun, heterogenitas bidang sektor publik akan menjadi alasan
logis untuk menciptakan kompleksitas bidang akuntansi ini. Hal tersebut
10
Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik (Yogyakarta : Penerbit ANDI : 2018), hlm.229
9
berarti kunci pemecahan permasalahan akuntansi sektor publik adalah
penyederhanaan yang logis dalam pengelolaan sektor publik.11
11
Indra Bastian, Lingkup Akuntansi Sektor Publik (modul 1, 1999), hlm.33
10
• Pedoman Pelaporan Dana Kampanye;
• Pedoman Akuntansi Pesantren; dan
• Policy Brief Pengelolaan BLU/BLUD.
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa IAI, sebagai organisasi profesi,
memiliki kontribusi positif dalam pengembangan akuntansi sektor publik di
Indonesia.
Dinamika perekonomian yang melahirkan pola dan pendekatan baru
dalam melaksanakan pembangunan semakin mendekatkan sektor privat
dengan sektor publik. Hal tersebut ditandai dengan semakin banyaknya
aktivitas kedua sektor tersebut yang saling berkaitan dan bersinggungan, serta
memengaruhi perlakuan akuntansinya yang akan diterapkan. Sebagai contoh,
ketika suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai entitas privat (asas
korporasi) menerima aliran dana dari pemerintah sebagai pemiliknya.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam pengelolaan keuangan
Negara, BUMN dapat memperoleh modal dan/atau bantuan dari Negara, baik
berupa Penanaman Modal Negara (PMN), subsidi, dan/atau bantuan negara,
yang oleh pemerintah sebagai pemberi dana akan dicatat sesusai dengan
pedoman dalam PSAP. Sementara itu, di sisi lain, BUMN sebagai penerima
aliran dana akan mencatat transaksi tersebut sesuai dengan pedoman dalam
PSAK.
Penggunaan standar yang berbeda untuk dua entitas sebagaimana
dicontohkan di atas, sering kali menimbulkan permasalahan. Untuk itu,
diperlukan sinkronisasi perlakuan akuntansi yang dipergunakan berdasarkan
dua standar yang berbeda, yang digunakan oleh pemerintah (SAP) dan
BUMN (SAK). Dengan demikian, diperlukan sinergi antara IAI sebagai
standard setter akuntansi komersial dengan KSAP sebagai standard setter
akuntansi pemerintahan agar diperoleh penerapan akuntansi tang tepat.
Fenomena semakin terhubungnya sektor privat atau sektor komersial
dengan sektor publik, yang ditunjukkan dengan adanya berbagai kondisi di
atas, memperlihatkan pentingnya pengembangan akuntansi pemerintahan
yang terarah dan komprehensif seiring dengan dinamika perekonomian
11
Indonesia. Berdasarkan berbagai fenomena tersebut, tidak mustahil bahwa
akuntansi sektor privat dan akuntansi sektor publik pada akhirnya akan
merge, dan menjadi milestone pengembangan akuntansi berikutnya. Sinergi
dan kolaborasi yang senakin erat antar kedua sektor akuntansi tersebut
diharapkan dapat mendorong terciptanya suatu sistem perekonomian yang
kuat, dengan good governance dan clean government, sehingga pada
akhirnya akan mampu mewujudkan sebuah welfare state.12
12
Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik (Yogyakarta : Penerbit ANDI : 2018), hlm.230
12
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu milestone dalam perkembangan akuntansi sektor publik
adalah mulai beralihnya basis akuntansi yang digunakan, yaitu dari basis
kas menjadi basis akrual. Peralihan basis akuntansi tersebut menjadi
tonggak sejarah era transparansi dan akuntabilitas yang lebih baik untuk
mendukung perwujudan good public governance. Peralihan basis akuntansi
pada sektor publik tersebut juga terjadi pada akuntansi pemerintahan banyak
negara di dunia.
Untuk mendukung pengembangan akuntansi sektor publik, termasuk
akuntansi pemerintahan, berbagai pihak dalam tataran global, baik praktisi,
akademisi, dan organisasi profesi, memberikan perhatian dan berupaya
untuk mewujudkan pengelolaan keuangan yang semakin transparan dan
akuntabel. Salah satu upaya pengembangan tersebut dilakukan oleh
IPSASB melalui upaya konvergensi International Financial Reporting
Standards (IFRS) secara berkelanjutan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Yuesti, Anik, Niluh Putu Sandrya Dewi, dan I Gusti Ayu Asri Pramesti. (2020).
Akuntansi Sektor Publik. Denpasar : CV Noah Aletheia.
14