DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
IMAM FADHILAH
A.MUH.FAZLURRAHMAN
PRODI AKUNTANSI
2025
PEMBAHASAN
b. Zakat Perkebunan
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada
tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan
memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Perkebunan sendiri
lebih berfokus dalam pembudidayaan tanaman pangan dan mengembangkan
sarana, dimana kualitas tanaman dapat ditingkatkan lagi. Jadi dapat dikatakan
bahwa zakat perkebunan merupakan zakat yang berasal dari hasil penanaman
tanaman, yang mana membutuhkan penelitian dan eksperimen terlebih dahulu.
Adapun untuk objeknya sendiri meliputi jenis tanaman yang ditanam tahunan.
Adapun untuk asbabun nuzul surah al baqarah ayat 276 adalah sebagai berikut,
yakni Abu Dawud, an-Nasa’I, dan al-Hakim meriwayatkan dari Sahl bin Hanif,
dia berkata, “Dulu orang-orang memilih kurma yang jelek dari kebunnya untuk
disedekahkan.”. Lalu ada juga dari Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu
Abbas, dia berkata, “Dulu para sahabat membeli bahan makanan yang murah, lalu
mereka menyedekahkannya.” Dari sebab-sebab itulah maka Allah SWT
menurunkan ayat ini, untuk memberi peringatan kepada mereka.
Dari surah al-baqarah ayat 267 ini, dapat diambil sebuah kandungan/manfaat bagi
kita agar senantiasa ingat untuk menyedekahkan harta yang dari perolehan usaha
kita. Dan perlu diperhatikan juga dalam pemberian atau zakat senantiasa
diambilkan dari yang baik-baik, jangan sampai sengaja dengan memilih yang
buruk-buruk, supaya tidak menjadi perbuatan yang sia-sia. Ayat ini juga
mengingatkan para pemberi/penyedekah agar menempatkan diri pada tempat
orang yang menerima, bukankah kita sendiri tidak mau mengambil sesuatu yang
buruk juga. Pada akhir ayat mengingatkan kita juga bahwa Allah Maha Kaya, dia
tidak butuh kepada sedekah, baik pemberian untuk-Nya maupun kepada makhluk-
Nya. Allah dapat dengan sendirimya memberi mereka secara langsung. Namun
Allah memerintahkan kepada manusia agar memberikan sedekahnya kepada yang
butuh, karena untuk kepentingan dan kemaslahatan si pemberi sendiri. Dan
ditutup dengan kata Allah Maha Terpuji, yang antara lain karena dia tetap akan
memberi ganjaran terhadap hamba-hamba-Nya yang patuh dan mau bersedekah.
Adapun surah yang lain, yaitu Q.S al-An’am ayat 141:
Adapun dari surah al-an’am ayat 141 memiliki asbabun nuzul kenapa surah ini
diturunkan, yaitu diriwayatkan dari Ibnu Jarir dari Abi Aliyah bahwa surah ini
diturunkan sebagai perintah kepada mereka(manusia) untuk mengeluarkan zakat
dari hasil panennya, serta larangan hidup berfoya-foya atau hidup secara berlebih-
lebihan, yang menghambur-hamburkan harta kekayaan yang tidak berguna dan
tidak bermanfaat, karena hal seperti ini sangatlah dibenci oleh Allah SWT. Dari
surah ini dapat diambil kandungan bahwasanya Dialah(Allah) yang telah
menciptakan beraneka ragam tanaman dan tumbuhan untuk mereka(hambanya)
konsumsi secara gratis. Allah juga maha bijaksana kepada hambanya, yang mana
senantiasa menghargai serta memperhatikan setiap jerih payah mereka, dengan
mengizinkan mereka untuk mencicipi/menikmati hasil tanaman yang mereka
tanam, meskipun semua itu karenanya. Oleh sebab telah diberikan kenikmatan
yang banyak, diakhir ayat Allah Swt memerintahkkan untuk mengeluarkan zakat
tatkala waktu panen tanaman telah tiba, dan tidak lupa kita diperintah juga agar
tidak berlebih-lebihan dalam segala perkara. Baik dalam hal memakai dan
memberikan hasil tanaman tersebut, sesungguhnya Allah sangat tidak menyukai
orang yang berlebih-lebihan karena dapat merugikan dirinya sendiri dan
sekitarnya.
Dari hadits tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perhitungan zakat pertanian
yang bilamana pengairannya berasal dari hujan/pemberian Allah sebesar 10%,
sedangkan bila pengairannya berasal dari pembelian irigasi sebesar 5%.
1. Mazhab Syafi’i
Menurut para ahli madzhab Syafi’i, hasil bumi yang dizakati hanya makanan
pokok dan tahan disimpan lama. Madzhab Syafi‟i menetapkan bahwa zakat
sepersepuluh hanya dikhususkan untuk makanan yang mengenyangkan, yakni dari
buah-buahan, buah kurma, dan anggur kering. Sedangkan tanaman yang wajib
dikeluarkan zakatnya dari biji-bijian adalah biji gandum, beras, kacang adas, dan
semua makanan yang mengenyangkan, seperti kacang kedelai, kacang tanah,
jagung, julbanah, karsanah, hulbah, khasykhasy dan simsim.
2. Mazhab Maliki
Dalam hal ini Imam Maliki juga sependapat, mereka beralasan bahwa kewajiban
zakat itu dikaitkan pada illat yaitu keadaan hasil bumi itu dapat dijadikan sebagai
makanan pokok. Oleh karena itu, semua yang bersifat demikian wajib dizakati.
Madzhab Maliki berpendapat bahwa zakat sepersepuluh diwajibkan pada 20 (dua
puluh) macam tanaman. Tujuh belas macam dari biji-bijian, yaitu kacang kedelai,
kacang tanah, kacang pendek, kacang adas, pohon kayu yang pahit, julban
(tumbuhan rumput yang ditanam bijinya dan bunganya berwarna-warni), basilah,
gandum, sult (sejenis gandum tanpa kulit), alas, jagung, tembakau, beras, zaitun,
simsim (tumbuh-tumbuhan penghasil minyak nabati), qirthim dan lobak merah.
Sedangkan biji lobak putih tidak wajib dizakati karena tanaman ini tidak
mengandung minyak. Adapun tanaman yang wajib dikeluarkan zakatnya dari
buah-buahan ada 3 (tiga) jenis, yaitu kurma, anggur kering, dan zaitun.
3. Mazhab Hanafi
Menurut pendapat Imam Abu Hanifah bahwa zakat itu wajib atas setiap hasil bumi
baik sedikit atau banyak. Kecuali kayu bakar, rerumputan, bambu parsi yang biasa
dipergunakan sebagai pana, pelepah pohon kurma, tangki pohon dan segala
tanaman yang tumbuhnya tidak disengaja. Dengan alasan-alasan bahwa dalil-dalil,
hadits dan ayat, yang berkenaan dengan zakat bersifat umum, sedangkan
pengecualian di atas didasarkan atas adanya ijma’ bahwa itu tidak wajib dizakati.
Lebih lanjut ia juga berpendapat bahwa zakat hasil bumi itu tidak terkait dengan
nisab. Jadi setiap hasil pertanian wajib dizakati, baik sedikit ataupun banyak.
4. Mazhab Hanbali
Madzhab Hanbali berpendapat bahwa zakat sepersepuluh wajib dikeluarkan
zakatnya dari setiap biji-bijian dan buah-buahan yang memiliki sifat kering(tidak
ada kewajiban zakat pada sayur-sayuran dan buah-buahan berair), bisa ditakar dan
bisa disimpan, lalu yang dapat mengenyangkan. Misalnya seperti hunthah, syair,
sult, jagung, quthniyah. simsim, biji-bijian, tembakau, beras, julbanah, karsanah,
hulbah, khasykhasy, simsim, adas dan sebagainya.
Para ulama sepakat bahwa satu wasaq adalah enam puluh sha’, sehingga jika
dijumlahkan lima wasaq adalah 300 sha’. Sedangkan satu sha’ sendiri pada masa
Rasulullah Saw, sama dengan 4 mud yaitu takaran dua telapak penuh orang
dewasa. Sehingga dapat dikatakan 1 sha’ tersebut sama dengan 2,176 kg. Dengan
demikian nishab wajib zakat hasil pertaniannya adalah 5 (wasaq) x 60 (sha’) x
2,176 (4 mud) = 652,8 atau jika dibulatkan sebesar 653kg. Untuk Volume zakat
pertanian dan perkebunan sendiri ditentukan dari sistem pengairan yang
diterapkan/digunakan, seperti sebagai berikut:
Dengan demikian, syariat Islam memberi batasan volume zakat untuk hasil
pertanian dan perkebunan berkisar 5% atau 10% menurut cara pengairannya. Di
Indonesia sendiri, Kemenag RI mengeluarkan model perhitungan zakat pertanian
dengan mewajibkan zakat pada semua jenis tanaman namun bukan
keseluruhannya dimasukkan dalam kategori zakat pertanian. Lebih mudahnya,
model tersebut bisa dilihat dalam tabel berikut:
NO JENIS TANAMAN NIZHAB KADARNYA KETERANGAN
Kasus 2
Seorang petani telah panen padi dengan total akhir beras kering yang didapat adalah
seberat 1,5 ton. Pengairan padinya menggunakan irigasi berbayar.
Pertanyaan:
1. Berapakah zakat yang harus dikeluarkan?
2. Bagaimana bila irigasinya berasal dari tadah hujan atau air irigrasi tidak berbayar?
Jawab:
Jenis pengairan = irigasi (5%)
Total panenan dalam bentuk beras putih kering = 1,5 Ton = 1500 kg, lebih besar dari
nishab beras putih 815,758 kg beras.
Zakat yang harus dikeluarkan = 5% x 1500 kg gabah kering = 75 kg beras = 0,75
kuintal beras
Jika irigasi sawah berasal dari pengairan gratis, maka zakat yang harus dikeluarkan
adalah sebesar 10%. Sehingga zakat yang harus dikeluarkan, adalah: 10% x 1500 kg
beras = 150 kg beras = 1,5 kuintal beras.