Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Zakat, Hukum Zakat Hasil Bumi Menurut Pandangan Ulama',

Hukum Zakat Hasil Tanah yang disewakan dan Perbedaan Pandangan Zakat
Hasil Tanah yang disewakan.

Oleh Aidar Syahmahasadika (17110160)

A. Pengertian Zakat
Zakat menurut etimologi mempunyai makna bertambah, berkembang,
subur, atau tumbuh. Sedangkan menurut terminologi dapat dimaknai dengan
mengeluarkan harta dengan kadar tertentu yang telah mencapai (Haul atau
Nisab) kepada orang lain yang lebih berhak menerimanya dengan syarat dan
ketentuan yang berlaku dengan tujuan membersihkan harta, jiwa, dan tingkah
laku orang yang mengeluarkan harta.1

B. Hukum Zakat Hasil Bumi


Perintah untuk melaksanakan Zakat hasil bumi terdapat pada QS. Al-
An’am ayat 141 :

Artinya : “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan


yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak
sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia
berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”

1
Sulaiman Rasyid.Fiqh Islam. (Bandung:Sinar Baru.2014). hlm 192
Ada beberapa perbedaan pandangan dalam empat madzhab mengenai zakat
hasil bumi, yaitu :
1. Menurut Imam Abu Hanifah : setiap yang tumbuh di bumi, kecuali kayu,
bambu, rumput, dan tumbuh-tumbuhan yang tidak berbuah tidak wajib di
zakati.
2. Menurut Imam Malik : semua tumbuhan yang tahan lama dan
dibudidayakan manusia wajib dizakati, kecuali buah-buahan yang berbiji,
seperti pir, delima, jambu dll.
3. Menurut Imam Syafi’I : semua tumbuhan yang menguatkan , tahan lama
dan dibudidayakan manusia wajib dizakati.
4. Menurut Imam Ahmad bin Hambal : biji-bijian, buah-buahan, rumput
yang ditanam wajib dizakati. Begitu pula tumbuhan lain yang mempunyai
sifat sama dengan tamar, kurma, kismis, buah tin, dan mengkudu wajib
dizakati.2

C. Hukum Zakat Hasil Tanah yang Disewakan


Pada zakat hasil tanah yang disewakan terdapat perbedaan pandangan
antara Imam Malik, Imam Syafi’i, Abu Daud, dan Abu Hanifah. Menurut
Imam Malik, Imam Syafi’i dan Abu Daud yang dikenai beban zakat adalah
penyewa, sedangkan menurut Abu Hanifah adalah pemilik tanah. Abu hanifah
berpendapat bahwa zakat tanah sewaan dibebankan kepada orang yang
menyewakan atau pemilik tanah sebab orang itulah yang menanggung biaya
atas tanah tersebut dan orang yang menyewakan mendapat biaya dari
penyewa. Beliau menganggap apabila tiada tanah tiada pula hasil tanaman..
Dalam QS Al-An’am ayat 141 dijelaskan bahwa kebesaran Allah
dalam menciptakan berbagai jenis tanaman yang menghasilkan buah-buahan
dan biji-bijian maka tunaikanlah hak tanaman yaitu dengan zakat apabila telah
mencapai nisabnya.3 Adapun banyaknya zakat yang wajib dikeluarkan adalah

2
KH. MA. Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial,(Yogyakarta: LKiS Cemerlang), 1994, hlm 150.
3
Abdurrahman Bin Nashir, As-Sa’di, Tafsir As-Sa’di, (Jakarta : Pustaka Sahifa, 2007), cet 1, hlm 560.
10% untuk tadah hujan dan 5% untuk tanah yang menggunakan sarana
perairan atau dengan biaya.4 Penghitungan biaya zakat yang harus dikeluarkan
dihitung tanpa biaya tambahan operasional lainnya.

4
Kodifikasi Angkatan Santri 2009, Kang Santri Menyingkap Problematika Umat, (Kediri: Lirboyo Press,
2009) hlm. 347

Anda mungkin juga menyukai