Hukum Zakat Hasil Tanah yang disewakan dan Perbedaan Pandangan Zakat
Hasil Tanah yang disewakan.
A. Pengertian Zakat
Zakat menurut etimologi mempunyai makna bertambah, berkembang,
subur, atau tumbuh. Sedangkan menurut terminologi dapat dimaknai dengan
mengeluarkan harta dengan kadar tertentu yang telah mencapai (Haul atau
Nisab) kepada orang lain yang lebih berhak menerimanya dengan syarat dan
ketentuan yang berlaku dengan tujuan membersihkan harta, jiwa, dan tingkah
laku orang yang mengeluarkan harta.1
1
Sulaiman Rasyid.Fiqh Islam. (Bandung:Sinar Baru.2014). hlm 192
Ada beberapa perbedaan pandangan dalam empat madzhab mengenai zakat
hasil bumi, yaitu :
1. Menurut Imam Abu Hanifah : setiap yang tumbuh di bumi, kecuali kayu,
bambu, rumput, dan tumbuh-tumbuhan yang tidak berbuah tidak wajib di
zakati.
2. Menurut Imam Malik : semua tumbuhan yang tahan lama dan
dibudidayakan manusia wajib dizakati, kecuali buah-buahan yang berbiji,
seperti pir, delima, jambu dll.
3. Menurut Imam Syafi’I : semua tumbuhan yang menguatkan , tahan lama
dan dibudidayakan manusia wajib dizakati.
4. Menurut Imam Ahmad bin Hambal : biji-bijian, buah-buahan, rumput
yang ditanam wajib dizakati. Begitu pula tumbuhan lain yang mempunyai
sifat sama dengan tamar, kurma, kismis, buah tin, dan mengkudu wajib
dizakati.2
2
KH. MA. Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial,(Yogyakarta: LKiS Cemerlang), 1994, hlm 150.
3
Abdurrahman Bin Nashir, As-Sa’di, Tafsir As-Sa’di, (Jakarta : Pustaka Sahifa, 2007), cet 1, hlm 560.
10% untuk tadah hujan dan 5% untuk tanah yang menggunakan sarana
perairan atau dengan biaya.4 Penghitungan biaya zakat yang harus dikeluarkan
dihitung tanpa biaya tambahan operasional lainnya.
4
Kodifikasi Angkatan Santri 2009, Kang Santri Menyingkap Problematika Umat, (Kediri: Lirboyo Press,
2009) hlm. 347