Anda di halaman 1dari 11

p-ISSN 2302-514X

e-ISSN 2303-1018
54 Jurnal Ilmiah Akutansi dan Bisnis, Vol. 13, No. 1, Januari 2018

IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA DI PEMERINTAH


DAERAH DENGAN AKUNTABILITAS KINERJA “A”

Hafiez Sofyani1
Made Aristia Prayudi2
1
Prodi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, DIY, Indonesia
2
Prodi Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha, Bali, Indonesia
email: hafiez.sofyani@umy.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan beberapa variabel, yakni: implementasi anggaran berbasis
kinerja, penyerapan anggaran, akuntabilitas, dan penggunaan informasi kinerja dalam merumuskan perencanaan
dan anggaran tahun mendatang. Penelitian diselenggarakan di Pemerintah Daerah tingkat provinsi yang meraih
predikat kinerja “A” yakni Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan seluruh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) sebagai obyek penelitian. Responden penelitian adalah pejabat SKPD yang terlibat langsung
dalam praktik perumusan perencanaan dan anggaran, serta pelaporan akuntabilitas kinerja SKPD. Sejumlah
150 kuesioner dibagikan, dan hanya 97 yang diisi lengkap dan dapat diuji. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan pendekatan Structural Equation Model (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggaran berbasis
kinerja berhubungan positif terhadap penyerapan anggaran dan akuntabilitas SKPD. Selain itu, akuntabilitas
yang baik juga menjadikan aparatur Pemerintah Daerah tergiring menggunakan laporan akuntabilitas sebagai
acuan dalam perencanaan dan penganggaran untuk periode mendatang. Selain itu pengujian pada Pemda dengan
predikat “A” pada level kabupaten/kota juga sangat disarankan agar dapat menemukan lebih banyak fenomena
di lapangan

Kata Kunci : Pemerintah daerah, anggaran berbasis kinerja, penyerapan anggaran, akuntabilitas,
penggunaan informasi kinerja

IMPLEMENTATION OF PERFORMANCE BASED BUDGETS


IN REGIONAL GOVERNMENT WITH “A” PERFORMANCE
ACCOUNTABILITY

ABSTRACT

This study aims to examine the relationship several variables, namely: implementation of performance-based
budgeting, budget absorption, accountability, and the use of performance information in formulating future
planning and budgeting. The studywas organized in Provincial Local Government which the performance
title “A” namely Daerah Istimewa Jogjakarta, using all of the Regional Working Unit (SKPD) as a research
object. The respondents of the study are SKPDs officials directly involved in the formulation of planning
and budgeting, as well as reporting the performance accountability of SKPD. Out of the 150 questionnaires
distributed, only 97 are filled in completely and testable. Hypothesis testing employs Structural Equation Model
(SEM) approach. The results show that performance-based budgeting is positively associated with budget
absorption and SKPD’s accountability. In addition, good accountability also makes the local government
apparatus triggered to use accountability reports as a reference in formulating plan and budget for the next
period.

Keywords: Local government, performance-based budget, budget absorption, accountability, use of


performance information
DOI: https://doi.org/10.24843/JIAB.2018.v13.i01.p06
Sofyani dan Prayudi. Implementasi Anggaran.... 55

PENDAHULUAN anggaran semata dan tanpa perhatian terhadap


outcome dari program/kegiatan tersebut. Selain itu,
Konsep anggaran berbasis kinerja (ABK) system control yang digunakan juga belum berjalan
telah lama menjadi produk reformasi pengelolaan secara optimal sebab pengevaluasian keterlaksanaan
keuangan organisasi sebagai bagian dari agenda program atau kegiatan dilakukan hanya secara
besar New Public Management di seluruh dunia kuantitatif.
(Robinson 2011; Jong et. al., 2013; Bawono 2015; Permasalahan praktis ini tentunya perlu mendapat
Widodo 2016). Dalam konteks pemerintah daerah perhatian serius untuk terus dibenahi implementasi.
di Indonesia, inisiatif penerapan ABK ditandai Karenanya, dukungan riset empiris yang mengkaji
dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah fenomena kegagalan dan kesuksesan implementasi
Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan ABK penting dilakukan dan memang sudah banyak
dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (PP dilakukan. Hanya saja penelitian sebelumnya masih
105/2000) yang memberikan amanat kepada fokus pada analisis implementasi ABK (Wijayanti
semua lapisan pemerintah daerah (provinsi dan et. al., 2012), dan hubungan ABK dengan kinerja
kabupaten/kota) untuk mengimplementasikan ABK. aparat Pemda (Erwati 2009; Verasvera 2016) serta
Sebagaimana dinyatakan pada pasal 8 peraturan kinerja keuangan dari kaca mata value for money
tersebut yang dengan tegas menyebutkan bahwa (Kurrohman, 2013). Selain itu, penelitian terdahulu
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) yang disebutkan tadi kebanyakan dilakukan di
disusun dengan pendekatan kinerja. Selanjutnya, terbit lingkup Pemda kabupaten/kota yang memiliki nilai
pula Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang kinerja “B”.
Keuangan Negara (UU 17/2003) yang mengatur Penelitian ini mengembangkan penelitian-
perihal pengelolaan keuangan (penganggaran dan penelitian sebelumnya terkait hubungan anggaran
akuntansi) untuk pemerintah pusat dan daerah di berbasis kinerja dengan penyerapan anggaran (Jualiani
Indonesia. UU ini juga merupakan aturan yang terkait dan Sholihin, 2014; Maisarah, 2014; Handoko dan
dengan tahapan penganggaran mulai dari penyusunan Rizki, 2012; Habiburrochman and Rizki, 2012) dan
hingga realisasinya, prinsip-prinsip anggaran dan mengolaborasikannya dengan penelitian Sofyani
pengelolaan keuangan, sistem pengelolaan keuangan dan Akbar (2013) dengan menambahkan variabel
terkini (akuntansi berbasis akrual, ABK dan kerangka akuntabilitas dan penggunaan informasi kinerja.
pengeluaran jangka menengah), pertanggungjawaban Penambahan dua variabel yang jarang dikaitkan
pengelolaan keuangan dan hubungan keuangan dengan ABK ini untuk menguji secara empiris dugaan
antara pemerintah pusat dan daerah (Bawono 2015). adanya peran efektivitas ABK terhadap baik tidaknya
Implementasi ABK dalam lingkup pemerintah akuntabilitas dan praktik penggunaan informasi
daerah di Indonesia pada kenyataanya dirasakan keuangan.
masih belum maksimal. Departemen Keuangan Akuntabilitas kinerja sebagai konsekuensi
Republik Indonesia (2009) mengakui bahwa dari efektivitas anggaran berbasis kinerja dan
karakteristik utama ABK yaitu penganggaran yang tingkat penyerapan anggaran menjadi penting
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dilakukan karena pada konteks pemerintah daerah,
(input) dan hasil yang diharapkan (outcomes) masih tujuan utama dari instansi tidak hanya berkaitan
belum tercermin dalam dokumen perencanaan dan dengan upaya pencapaian kinerja keuangan yang
penganggaran yang selama ini ada. Program dan diproksikan dengan penyerapan anggaran, tetapi juga
kegiatan belum dapat digunakan sebagai alat untuk berkaitan dengan akuntabilitas kinerja non keuangan
mengukur akuntabilitas kinerja suatu unit kerja. sebagaimana yang diatur dalam Instruksi Presiden
Bawono (2015) jugamengungkap bahwa ABK pada No. 7 tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas dan
pemerintah daerah di Indonesia hanya diterapkan Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Laporan
secara parsial akibat masih membudayanya Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
pendekatan line-item dan incremental dalam sistem (Sofyani dan Akbar 2013). Kualitas dari akuntabilitas
penganggaran yang ada, banyaknya peraturan- sendiri akan dapat dipengaruhi oleh baik tidaknya
peraturan terkait pengelolaan keuangan daerah yang proses perencanaan dan penganggaran, mengingat
saling bertentangan, dan lemahnya aspek pengukuran kedua proses tersebut merupakan bagian dari SAKIP.
kinerja dalam proses reformasi penganggaran. Ditambahkannya variabel penggunaan informasi
Penelitian Mulihartanti (2013) menemukan bahwa kinerja dilatarbelakangi alasan bahwa aktivitas ini
dalam pelaksanaannya, pengukuran capaian kinerja berkaitan erat dengan ABK. Ketika ABK mulai
hanya didasarkan pada persentase penyerapan dijalankan, maka salah satu hal pertama yang
56 Jurnal Ilmiah Akutansi dan Bisnis, Vol. 13, No. 1, Januari 2018

harus dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat untuk tiap-tiap program. Semua aspek tersebut dapat
Daerah (SKPD) dalam menyusun perencanaan dan dilihat sebagai proses penetapan tujuan tahunan.
penganggaran untuk periode mendatang adalah Dengan adanya kejelasan tujuan pada perumusan
mempelajari hasil pencapaian kinerja di periode perencanaan dan penganggaran yang didasarkan
sebelumnya. Aktivitas ini penting dilakukan agar apa pada konsep ABK maka pemerintah daerah dapat
yang dirumuskan untuk periode mendatang dapat menggunakannya sebagai alat pengendalian dalam
mengacu pada hasil capaian periode sebelumnya, upaya pencapaian kinerja instansi, dalam hal ini
baik untuk menentukan apakah suatu program penyerapan anggaran (Ulum dan Sofyani 2016;
kegiatan perlu dilanjutkan atau tidak, maupun dalam Pratolo dan Jatmiko 2017).
hal menentukan target capaian baru. Aspek ini juga Penelitian yang dilakukan Maisarah (2014)
sangat penting dilakukan pada program dan kegiatan mengungkapkan bahwa penerapan anggaran
yang bersifat multi tahun. Hingga saat ini, penelitian berbasis kinerja berpengaruh positif terhadap
mengenai apakah penggunaan informai kinerja kualitas penyerapan Anggaran Pendapatan dan
memiliki hubungan dengan ABK masih jarang Belanja Daerah (APBD) Kota Banda Aceh. Mereka
diteliti, setidaknya sepengetahuan peneliti. Selain itu, menemukan bahwa ketika praktik anggaran berbasis
penelitian ini dilaksanakan pada satu dari hanya dua kinerja diimplementasikan oleh pemerintah daerah
Pemda provinsi berpredikat “A” di Indonesia, yakni dengan benar-benar menggunakan Dokumen
Daerah Istimewa Yogyakarta. Temuan ini diharapkan Pelaksanaan Anggaran dan Anggaran Kas sebagai
dapat menjadi bahan masukan bagi Pemda provinsi alat kontrol dalam perasional institusi, maka hal
lain dalam upaya meningkatkan upaya pencapaian itu dapat menggiring pada tercapainya penyerapan
kinerja di masa mendatang. anggaran yang sesuai target. Temuan ini konsisten
Tohom (2015) menyatakan bahwa aspek dengan temuan Handoko dan Ngumar (2014), yang
penyerapan anggaran merupakan salah satu indikator menyatakan bahwa realisasi anggaran pada Dinas
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja output Pendapatan Kota Surabaya menjadi lebih efisien dan
dan efisiensi dari tahapan perumusan, perencanaan efektif berkat diterapkannya sistem penganggaran
dan penganggaran pada mekanisme ABK. Penyerapan berbasis kinerja. Hasil serupa juga ditemukan
anggaran selanjutnya dapat dipergunakan sebagai oleh Ezponiza (2014) yang membandingkan nilai
alat pengendali dan strategi penerapan anggaran kinerja keuangan Pemerintah Kota Medan sebelum
yang mengarah pada peningkatan kinerja instansi dan sesudah penerapan anggaran berbasis kinerja.
pemerintah. Ditambahkan oleh Habiburrochman dan Ditemukan bahwa realisasi anggaran belanja
Rizki (2012), ABK memiliki karakteristik sebagai setelah penerapan anggaran berbasis kinerja di kota
alat pengendalian keuangan yang cukup efektif Medan dapat dikatakan efisien dan pertumbuhan
karena mampu memberikan gambaran yang jelas atas belanja menunjukkan kecenderungan yang positif
tujuan-tujuan spesifik organisasi yang hendak dicapai serta diimbangi dengan pertumbuhan pendapatan
dalam target anggaran serta menyediakan indikator- yang relatif baik. Berdasarkan berbagai paparan
indikator kinerja yang berkualitas. Dengan demikian, argumentasi di atas, maka hipotesis penelitian
pengelola organisasi akan senantiasa mampu diajukan adalah sebagai berikut:
memastikan tingkat kesesuaian pembelanjaan aktual H1: Efektivitas anggaran berbasis kinerja
sehingga realisasi anggaran pembelanjaan akan dapat berhubungan positif terhadap penyerapan
tercapai sebagaimana direncanakan. anggaran.
Pendapat Habiburrochman dan Rizki (2012)
sejalan dengan konsep teori penetapan tujuan Tidak seperti mekanisme anggaran line-item
yang dikemukakan oleh Locke et. al., (1981)yang yang hanya berfokus pada akuntabilitas atas apa yang
menekankan bahwa untuk mencapai kinerja maksimal dibelanjakanpada sisi input, ABK lebih menekankan
dari suatu institusi maka perlu adanya hubungan akuntabiltas atas apa yang telah dicapai organisasi
antara tujuan yang telah ditetapkan terhadap output dari pembelanjaan tersebut (Hager et. al., 2001).
dari kinerja. Dalam kaitannya dengan anggaran ABK secara khusus mensyaratkan adanya pemberian
berbaisis kinerja, Kusuma dan Budiartha (2013) informasi mengenai pencapaian kinerja pada tingkat
menyatakan ketepatan anggaran dipengaruhi oleh aktivitas (efisiensi) sekaligus informasi mengenai
penetapan tujuan. ABK di pemerintah daerah sendiri seberapa baik aktivitas tersebut mampu memenuhi
pada prinsipnya adalah proses perumusan rencana tujuan-tujuan spesifik organisasi (efektivitas).
program dan kegiatan dengan disertai rencana Kurrohman (2013) juga mengungkapkan bahwa ABK
anggaran, termin pelaksanaan dan indikator kinerja dirancang untuk menciptakan akuntabilitas terkait
Sofyani dan Prayudi. Implementasi Anggaran.... 57

kualitas kinerja pemanfaatan belanja publik karena (SKPD) Pemerintah Daerah Kota Padang mampu
mampu menggambarkan keterkaitan yang jelas antara mengoptimalkan akuntabilitas pelayanan kepada
variabel input, proses, output dan outcome dari suatu masyarakat. Sementara itu, kepatuhan terhadap
program. Oleh sebab itu, segala bentuk pengeluaran unsur-unsur pengukuran kinerja, penghargaan dan
anggaran dapat dipertanggungjawabkan secara lebih hukuman, kontrak kinerja serta kontrol eksternal-
memadai kepada masyarakat luas. internal dalam penganggaran berbasis kinerja
Ulum dan Sofyani (2016) menjelaskan bahwa ditemukan memiliki pengaruh positif terhadap
model penganggaran yang berbasis pada konsep akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Kota
new public management, yakni ABK, fokus pada Bandung (Lestari 2014). Berdasarkan hal tersebut,
upaya pencapaian value for money yakni efektivitas, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
efesiensi, dan ekonomis penggunaan uang negara. H2: Efektivitas anggaran berbasis kinerja
Perumusan ABK juga berimplikasi pada keharusan berhubungan positif terhadap akuntabilitas
penyusunan akuntabilitas atas program yang kinerja.
dijalankan secara berkualitas, agar aspek value for
money tadi dapat diukur dan menjadi masukan pada Implementasi ABK pada hakikatnya merupakan
proses ABK periode berikutnya. Argumen ini sejalan suatu mekanisme yang mengintegrasikan informasi
dengan pandangan Pratolo dan Jatmiko (2017), namun kinerja ke dalam proses penganggaran tahunan atau
mereka menambahkan bahwa terdapat aspek penting pada pengalokasian sumber daya organisasi (Bawono
lainnya yang juga harus diperhatikan oleh Pemda 2015). Informasi kinerja itu sendiri dapat dimaknai
yakni indikator-indikator outcome dari anggaran sebagai informasi terkait hasil-hasil yang dicapai dari
berbasis kinerja yang disampaikan dalam suatu suatu kegiatan dan juga termasuk informasi atas biaya-
laporan akuntabilitas yang berkualitas. Tujuannya biaya yang dikorbankan untuk mencapai hasil-hasil
agar ABK tidak hanya menjadi mekanisme formal tersebut (Robinson 2011). Terdapat dua kelompok
yang dijalankan karenabentuk “paksaan” Undang- dasar dari informasi kinerja, yaitu indikator/ukuran
Undang semata, tetapi menjadi sistem pengelolaan kinerja dan evaluasi. Indikator kinerja adalah ukuran-
yang dijalankan secara saling terintegrasi mulai dari ukuran kuantitatif yang menyediakan informasi
proses perencanaan sampai pada evaluasi (pelaporan terkait efektivitas dan efisiensi program dan
dan audit) oleh suau instansi pemerintah, khususnya organisasi. Sementara itu, evaluasi adalah penilaian
Pemda. yang sistematis dan objektif terhadap proyek,
Pada konteks Pemerintah Provinsi di Daerah program atau kebijakan yang masih berjalan atau
Istimewa Yogyakarta, ABK menjadi informasi telah terselesaikan, dan hal-hal yang terkait dengan
dasar dalam penyusunan akuntabilitas. Dokumen desain, implementasi serta hasil-hasilnya (Mackay
perencanaan dan penganggaran yang termuat dalam 2007).
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD) serta Secara luas, ABK dapat didefinisikan sebagai
dokumen anggaran kas, dalam praktiknya menjadi model penganggaran yang menyajikan informasi
acuan utama dalam penyusunan akuntabilitas mengenai apa yang diharapkan dan telah dilakukan
informasi kinerja. Adanya program dan kegiatan oleh organisasi dengan sumberdaya keuangan yang
yang disertai indikator capaian yang rijit, baik dari tersedia (Jong et. al., 2013). Informasi ini selanjutnya
segi satuan rupiah, volume maupun waktu, dapat digunakan untuk tujuan pemberian kepastian
membantu SKPD dalam menyusun laporan kinerja kinerja, gambaran kepatuhan terhadap peraturan,
yang lebih baik. Kondisi ini sejalan dengan beberapa media pembelajaran untuk perbaikan program,
penelitian yang menguji hubungan antara penerapan dan legitimasi atas segala tindakan dan keputusan
anggaran berbasis kinerja dan akuntabilitas dalam yang telah dibuat. Penggunaan informasi kinerja
konteks pemerintah daerah di Indonesia. Wibisono ini terutama akan sangat vital pada tahapan review
(2016) menemukan bahwa perencanaan anggaran, pembelanjaan (an expenditure review process) karena
implementasi anggaran dan pertanggungjawaban sangat membantu dalam mengidentifikasi pos-pos
anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif pembelanjaan apa saja yang dapat diminimalisasi,
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah atau bahkan dieliminasi, serta pos mana saja yang
pada pemerintah daerah Kota Surabaya. Yani (2013) seharusnya justru ditingkatkan besaran alokasinya.
juga mengungkapkan bahwa tingkat koordinasi Melalui penerapan ABK, penggunaan informasi
yang baik antar penanggung jawab program dalam kinerja yang sistematis akan semakin diupayakan
penyusunan rencana kerja dan anggaran berbasis dalam rangka meningkatkan kualitas penetapan
kinerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah proritas pembelanjaan dan kadar tekanan pencapaian
58 Jurnal Ilmiah Akutansi dan Bisnis, Vol. 13, No. 1, Januari 2018

kinerja (Robinson dan Last 2009). kinerja untuk mendukung pembuatan keputusan pada
Beberapa literatur telah mendokumentasikan suatu organisasi (Artley, 2001; The Urban Institute,
bukti keterkaitan antara ABK dan penggunaan 2002; Sofyani dan Akbar, 2013; 2015). Kondisi ini
informasi kinerja dalam hal pengalokasian menggambarkan adanya pengaruh akuntabilitas
sumberdaya (Wang dan Berman 2000), dokumentasi kinerja terhadap penggunaan informasi kinerja.
anggaran (Osborne dan Gaebler 1992), dan justifikasi Ketersediaan informasi kinerja akan menjadikan
permohonan anggaran (Hatry 2002). Dalam konteks organisasi memiliki informasi yang diperlukan
pemerintah daerah di Indonesia, Wijaya dan Akbar dalam perumusan kebijakan atau pengambilan
(2013) menemukan bahwa kegiatan perencanaan, keputusan untuk anggaran periode mendatang. Kloot
alokasi anggaran dan pengawasan berhubungan (1999) menyampaikan bahwa salah satu faktor yang
positif dengan penggunaan informasi kinerja untuk memengaruhi peningkatan penggunaan informasi
tujuan operasional pada organisasi pemerintah kinerja adalah informasi kinerja (akuntabilitas) yang
daerah. Informasi kinerja ini terutama digunakan disusun oleh organisasi. Peningkatan akuntabilitas
sebagai sarana untuk mengukur ketercapaian output kinerja akan meningkatkan keinginan pihak
dan outcome yang dihasilkan oleh organisasi. manajemen dan staf untuk menggunakan informasi
Berdasarkan hal tersebut, dirumuskan hipotesis kinerja dalam pembuatan keputusan. Sofyani dan
penelitian sebagai berikut: Akbar (2013) menemukan bahwa akuntabilitas
H3: Efektivitas anggaran berbasis kinerja kinerja dan penggunaan informasi kinerja memiliki
berhubungan positif terhadap penggunaan hubungan positif. Temuan ini sejalan dengan temuan
informasi kinerja. hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurkhamid
(2008). Berdasarkan hal tersebut, dirumuskan
Beberapa literatur mengenai pengukuran kinerja hipotesis penelitian sebagai berikut:
menyebutkan bahwa ketersediaan laporan informasi H4: Akuntabilitas berhubungan positif terhadap
kinerja yang berorientasi hasil dapat meningkatkan penggunaan informasi kinerja.
akuntabilitas kinerja dan penggunaan informasi

PA

H1

ABK
H3 H2

H4
PIK AKT

Gambar 1. Model Penelitian


Keterangan:
ABK : Anggaran berbasis kinerja
PA : Penyerapan Anggaran
AKT : Akuntabilitas kinerja
PIK : Penggunaan Informasi Kinerja
Sumber : Data diolah, 2017

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan dalam penelitian menggunakan pendekatan cross


penelitian penjelasan (explanatory research) yang sectional, yaitu penelitian dengan melibatkan satu
berguna untuk menganalisis bagaimana suatu waktu tertentu dengan banyak sampel untuk menguji
variabel memengaruhi variabel yang lain melalui hubungan antara variabel–variabel independen
pengujian hipotesis (Creswell 2012). Dimensi waktu dengan variabel dependen.
Sofyani dan Prayudi. Implementasi Anggaran.... 59

Penelitian dilakukan di pemerintah daerah dari suatu program/kegiatan/kebijakan. Indikator-


Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Obyek indikator variabel ini adalah laporan program, inisiatif
penelitian ini adalah seluruh SKPD yang ada di akuntabilitas, dan koordinasi evaluasi yang diacu dari
Pemda DIY. Sedangkan penentuan responden penelitian (Cavalluzzo dan Ittner 2004).
penelitian yang menjadi sampel dilakukan dengan Variabel terakhir adalah Penggunaan Informasi
teknik purposive sampling, yaitu sampel dipilih Kinerja (PIK) yang didefinisikan sebagai berbagai
berdasarkan kriteria tertentu, yakni pejabat dinas/ jenis penggunaan informasi kinerja untuk mendukung
badan/kantor yang terlibat dalam proses penyusunan pengambilan keputusan dalam suatu organisasi.
perencanaan, penganggaran dan pelaporan kinerja. Variabel ini juga diukur dengan mengacu pada
Dengan demikian, responden yang dipilih diyakini instrumen yang dikembangkan oleh (Cavalluzzo dan
telah memahami kondisi di dalam dinas, kantor Ittner 2004). Adapun indikator-indikatornya meliputi:
atau badan yang ditempatinya (Sihaloho dan Halim PIK untuk menentukan prioritas proker, PIK untuk
2005; Nurkhamid 2008). Karena level analisis alokasi sumber daya, PIK untuk Koordinasi program,
pada penelitian ini berada pada tingkat organisasi, PIK untuk merivisi indicator kinerja, dan PIK untuk
maka setiap SKPD diwakili oleh beberapa pegawai memperbaiki metode pencapaian kinerja.
sebagai responden. Berdasarkan kriteria sampel, Pengujian hipotesis pada penelitian ini
maka yang terpilih sebagai responden terdiri dari: menggunakan pendekatan SEM (Structural Equation
kepala instansi, bendahara pengeluaran instansi, Model) dengan bantuan perangkat lunak SmartPLS.
sekretaris instansi, dan bagian perencanaan program Berikut langkah–langkah pengujian hipotesis dengan
setiap satuan kerja pemerintahan daerah Provinsi menggunakan PLS (Hartono dan Abdillah 2011),
DIY. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan (1) Merancang Model Struktural (Inner Model),
menyebarkan kuesioner yang telah dirumuskan oleh digunakan untuk memprediksi hubungan kausalitas
peneliti secara langsung ke seluruh SKPD yang ada antar konstruk (variabel laten); (2) Evaluasi Model
di Pemda DIY. Cara ini dipilih karena dinilai paling Struktural (Inner Model), untuk menilai seberapa
efektif untuk mendapat respon rate yang cukup baik model yang diajukan untuk memprediksi
tinggi jika dibandingkan dengan teknik lain seperti konstruk yang diukur; (3) Merancang Model
mengirim via pos atau melalui survei internet. Pengukuran (Outer Model) dan Konstruksi Diagram
Variabel-variabel penelitian ini adalah pertama: Jalur; (4) Evaluasi Model Pengukuran (Outer
Anggaran Berbasis Kinerja, yakni proses penyusunan Model), parameter untuk menilai model pengukuran
anggaran yang berfokus pada manfaat dari kegiatan adalah validitas konvergen dan validitas diskriminan
atau program kerja dari organisasi, yang mana yang diperoleh melalui proses interasi algoritma.Uji
setiap kegiatan atau program kerja tersebut harus Validitas, menggunakan indikator Outer Loading
dapat diukur manfaat kinerjanya. Variabel ini diukur dan descriminat validity. Sedangkan uji reliabilitas,
menggunakan instrumen yang dikemabngkan menggunakan parameter nilai cronbach’s alpha dan
oleh (Achyani dan Cahya 2011) dengan beberapa composite reliability; dan (5) Pengujian Hipotesis
indikator, yaitu: Efektivitas ABK dalam memperbaiki dilakukan dengan membandingkan nilai T-table
program, Efektivitas ABK dalam memperbaiki dengan nilai T-statistics yang dihasilkan dari proses
pengambilan keputusan, Efektivitas ABK dalam bootstrap.
koordinasi pelaksanaan program, Efektivitas ABK
dalam mengurangi overlapping proker, Efektivitas HASIL DAN PEMBAHASAN
ABK dalam Akuntabilitas, dan Efektivitas ABK
dalam evaluasi kinerja. Pengumpulan data dari kuesioner yang telah
Variabel kedua adalah Penyerapan Anggaran disebarkan memerlukan waktu sekitar 3 (tiga)
diartikan sebagai tingkat realisasi anggaran minggu atau 15 hari kerja. Penelitian membandingkan
pemerintah daerah. Variabel ini diukur dengan 80 respon akhir (tujuh hari kerja kedua) dengan
mengacu pada instrumen yang dikembangkan tanggapan sebelumnya yaitu sebesar 70 respon awal
oleh (Juliani dan Sholihin 2014) dengan indicator- (tujuh hari kerja pertama) menggunakan Mann-
indikator sebagai berikut: Perencanaan skala prioritas, Whitney Test (Field 2009) untuk memastikan tidak ada
perencanaan target, realisasi skala prioritas, ketaatan jawaban yang bias. Hasil Mann-Whitney Test dapat
pada peraturan perundang-undangan, dan komparasi disimpulkan bahwa semua variabel yang digunakan
dengan target tahun lalu. Selanjutnya adalah variabel antara tanggapan awal dan akhir tidak berbeda
Akuntabilitas Kinerja yang diartikan sebagai perasaan signifikan secara statistik. Simpulan itu didasarkan
bertanggungjawab untuk mencapai target capaian pada nilai signifikansi [Asymp. Sig. (2-tailed)] yang
60 Jurnal Ilmiah Akutansi dan Bisnis, Vol. 13, No. 1, Januari 2018

lebih besardari 0,05. Artinya, meskipun pengumpulan data. Profil responden secara umum disajikan pada
data terjadi pada periode yang sedikit berbeda, namun tabel 1.
hal ini tidak mempengaruhi terhadap homogenitas

Tabel 1.
Profil Responden

Tingkat Pendidikan
Tingkat PendidikanTingkat
Jumlah Orang
Pendidikan
Jumlah Orang
Persentase
Jumlah
Persentase
Orang Persentase
TingkatDiploma
PendidikanDiploma
Tingkat PendidikanJumlahDiploma
2Orang
Tingkat Jumlah2Orang
Pendidikan 2,06% Jumlah
Persentase 2,06%
2 Orang
Persentase 2,06%
Persentase
S1
Diploma S1
Diploma 49 S1 49
2 Diploma 2 2,06% 50,52% 50,52%
49
2,06%
2 50,52%
2,06%
S2
S1 S2
S1 44 S2S1
49 44 50,52%
49 45,36% 45,36%
4449
50,52% 45,36%
50,52%
S3
S2 S3
S2 442 S3S2 442 45,36%
2,06% 2,06%
244
45,36% 2,06%
45,36%
Jumlah
S3 Jumlah
S3 97
Jumlah
2 S3 97 100,00%
2 2,06% 100,00%
97
2,06%
2 100,00%
2,06%
Jumlah Jumlah 97 Jumlah 97 100,00% 100,00%
97 100,00%
Lama Menjabat
Lama Menjabat Lama Menjabat
Lama1-5Menjabat
Tahun
Lama1-5Menjabat
Tahun 1-5
81 Tahun
Lama Menjabat81 83,51% 83,51%
81 83,51%
5,1-10 Tahun5,1-10
1-5 Tahun Tahun
1-5 Tahun 5,1-10
12
81 Tahun 81
1-5 Tahun 12 12,37%
83,51% 12,37%
1281
83,51% 12,37%
83,51%
>10 Tahun >10 Tahun
5,1-10 Tahun5,1-10 Tahun >104 Tahun
5,1-10
12 Tahun124 4,12%
12,37% 4,12%
412
12,37% 4,12%
12,37%
>10Jumlah
Tahun >10 Jumlah
Tahun 97
Jumlah
4>10 Tahun 497 100,00%
4,12% 100,00%
97
4,12%
4 100,00%
4,12%
Jumlah Jumlah 97 Jumlah 97 100,00% 100,00%
97 100,00%
Gender Gender Gender
Laki-laki
Gender Laki-laki
Gender Laki-laki
45Gender 45 46,39% 46,39%
45 46,39%
Perempuan Perempuan
Laki-laki Laki-laki Perempuan
52
45Laki-laki 52 46,39%
45 53,61% 53,61%
5245
46,39% 53,61%
46,39%
Jumlah Perempuan
Perempuan Jumlah 97
52Jumlah
Perempuan 97 100,00%
52 53,61% 100,00%
9752
53,61% 100,00%
53,61%
Jumlah Jumlah 97 Jumlah 97 100,00% 100,00%
97 100,00%

Sumber: Data diolah, 2017

Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan adalah 1,94 karena penelitian ini merumuskan
dengan teknik SEM menggunakan software hipotesis alternatif berarah (Ghozali, 2008). Tabel
SmartPLS. Sebelum dilakukan uji hubungan antar 4 menunjukan bahwa penerapan anggaran berbasis
variabel, peneliti terlebih dahulu menguji kualitas kinerja berhubungan positif terhadap penyerapan
instrumen, yakni validitas (deskriminan dan anggaran, artinya semakin baik implementasi
konvergen) dan reliabilitas. Validitas konvergen anggaran berbasis kinerja maka penyerapan anggaran
konstruk dilihat pada fitur outer loading, sementara akan berjalan baik pula (H1 terdukung). Hal ini
validitas deskriminan dilihat pada fitur discriminant dikarenakan dalam proses penyusunan anggaran
validity. Adapun reliabilitas konstruk diukur dari yang benar-benar direncanakan dengan berorientasi
hasil perhitungan Cronbach Alpha. Hasil perhitungan pada kinerja, unit Pemda tidak hanya membuat target
kalkuklasi algoritma pada Tabel 2, diketahui bahwa kinerja kualitatif apa saja yang akan dicapai, tetapi
outer loading, discriminant validity, dan cronbach juga mempertimbangkan alokasi dana dan waktu
alpha masing-masing variabel lebih dari angka 0,70, pencapaian yang biasanya diukur secara tri-wulanan,
kecuali untuk konstruk Akuntabilitas (AKT) yang caturwulan, atau semesteran. Dengan demikian, maka
nilai cronbach alpha konstruknya di bawah 0,70, tingkat penyerapan anggaran terjadwal secara rapi
yakni 0,666. Karena angka ini sangat dekat dengan dan memudahkan Pemda untuk melakukan kontrol
0,70 dan lebih dari 0,60 serta konstruk akuntabilitas serapan anggaran.
memiliki nilai validitas lebih dari 0,70, maka konstruk Anggaran berbasis kinerja juga berhunbungan
ini tetap dipertimbangkan memiliki kualitas validitas positif dengan akuntabilitas (H2 terdukung).
dan reliabilitas yang baik (Ringle et al. 2015). Dengan Terdukungnya H2 mengindikasikan semakin baik
demikian, uji hipotesis penelitian dapat dilakukan. penerapan anggaran berbasis kinerja, maka semakin
Pada pengujian hipotesis, nilai t yang digunakan baik pula akuntabilitas, khususnya kinerja (LAKIP),
Sofyani dan Prayudi. Implementasi Anggaran.... 61

Tabel 2.
Hasil Uji Kualitas Instrumen

Descriminat
Descriminat
Descriminat
Descriminat
Validity
Validity
Descriminat
Descriminat
Validity
Validity
Descriminat
Validity
Validity
Descriminat
Validity
Validity
Descriminat
Descriminat
Validity
Descriminat
Validity
Descriminat
Validity
Descriminat
Validity
Validity
ABK ABK ABKABK AKT
ABK
ABK
AKT AKT
AKT
ABKPA ABK
AKT
AKT
PA AKT PA
PA PIKAKT
PA
PIK
PA PIKPIK
PA PIK PA
PIK PIK PIK
ABK ABK ABK AKT ABKAKT ABK AKTPA AKT PA AKT PA
PIK PIK
PA PIK PA PIK PIK
ABK ABK ABK
ABK0,815ABK
0,815
ABK 0,815
0,815
ABK 0,815
ABK
0,815 0,815 0,815
ABK ABK ABK 0,815 0,815
ABK 0,815
ABK 0,815 0,815
AKTAKT AKTAKT0,1580,158
AKT
AKT 0,158
0,158
AKT 865
0,158
AKT
0,158
865 0,158
865
865 0,158865
865 865 865
AKT AKT AKT 0,158 0,158
AKT 0,158
AKT
865 0,158
865 0,158
865 865 865
PA PA PA PA0,5670,567
PA
PA 0,567
0,567
PA-0040
0,567
0,567
-0040
PA -0040
-0040
0,5670,812
0,567
-0040
-0040
0,812 0,812
0,812
-0040 -0040
0,812
0,812 0,812 0,812
PA PA 0,567 PA 0,567PA 0,567
-0040
PA -0040
0,567 0,567
-0040
0,812 -0040
0,812 -0040
0,812 0,812 0,812
PIKPIK PIK PIK
-0109
-0109
PIK
PIK -0109
-0109
PIK
0,448
-0109
-0109
0,448
PIK 0,448
0,448
-0109
-0252
-0109
0,448
0,448
-0252 -0252
-0252
0,448
0,815
0,448
-0252
-0252
0,815 0,815
0,815
-0252 -0252
0,815
0,815 0,815 0,815
PIK PIK -0109 PIK -0109
PIK -0109
0,448
PIK -0109
0,448 -0109
0,448
-0252 -0252
0,448 0,448
-0252
0,815 -0252
0,815 -0252
0,815 0,815 0,815
Outer
Outer
Loading
Loading
Outer
Outer Loading
Loading
Outer
OuterLoading
Loading
Outer Outer
LoadingLoading
Outer Loading
Outer Loading
Outer Loading
Outer Loading
Outer Loading
ABK ABK ABKABK AKT
ABK
ABK
AKT AKT
AKT
ABKKSI ABK
AKT
AKT
KSI KSIAKT
KSIPIKAKT
KSI
KSI
PIK PIKPIK
KSI KSIPIK
PIK PIK PIK
ABK ABK ABK AKT ABKAKT ABK AKT
KSI AKTKSI AKTKSI
PIK PIK
KSI KSIPIK PIK PIK
811 811 811811850811811
850 850
850
8110,803811
0,803
850
850 0,803
0,803
8508320,803
850
0,803
832 0,803
832
832 0,803
832
832 832 832
(convergent validity)
validity)

validity)

validity)
validity)

validity)

811 811 811 850 850811 811 850


0,803 0,803
850 0,803
850
832 0,803
832 0,803
832 832 832 validity)
(convergentvalidity)

(convergentvalidity)

(convergentvalidity)

(convergentvalidity)

(convergentvalidity)
781 781 781781881781781
881 881
881
7810,824781
0,824
881
881 0,824
0,824
8818370,824
881
0,824
837 0,824
837
837 0,824
837
837 837 837
781 781 781 881 881781 781 881
0,824 0,824
881 0,824
881
837 0,824
837 0,824
837 837 837
862 862 862862 862 862 8620,867 862
0,867 0,867
0,867806
0,867
0,867
806 0,867
806
806 0,867
806
806 806 806
862 862 862 862 862 0,867 0,867 0,867806 0,867
806 0,867
806 806 806
716 716 716716 716 716 7160,749 716
0,749 0,749
0,749802
0,749
0,749
802 0,749
802
802 0,749
802
802 802 802
(convergent

716 716 716 716 716 0,749 0,749 0,749802 0,749


802 0,749
802 802 802
(convergent

(convergent

(convergent

(convergent

(convergent

878 878 878878 878 878 878 878 798 798 798798 798 798 798 798
878 878 878 878 878 798 798 798 798 798
901 901 901901 901 901 901 901
901 901 901 901 901
752 752 752752 752 752 752 752
752 752 752 752 752
798 798 798798 798 798 798 798
798 798 798 798 798

Cronbach
Cronbach
Cronbach
Cronbach
ABK
Cronbach
Cronbach
ABK Cronbach
ABK
ABKAKT
Cronbach
ABK
ABK
AKT AKTAKT
ABKKSIABK
AKT
AKT
KSI KSI
AKT
KSIPIKAKT
KSI
KSI
PIK PIK
PIK
KSI KSI
PIK
PIK PIK PIK
Cronbach
Cronbach
Cronbach
ABKCronbach
ABKCronbach
ABK
AKT ABK
AKT ABK
AKT
KSI AKTKSI AKT
KSI
PIK PIKKSI KSI
PIK PIK PIK
Alpha
Alpha Alpha
Alpha Alpha
Alpha 0,927
0,927
0,927 Alpha
0,927 Alpha
0,666
0,927
0,927
0,666 0,666
0,666
0,927
0,827
0,927
0,666
0,666
0,827 0,827
0,827
0,666
0,874
0,666
0,827
0,827
0,874 0,874
0,874
0,827 0,827
0,874
0,874 0,874 0,874
Alpha Alpha Alpha Alpha 0,927
0,927 0,927 Alpha
0,666 0,666
0,927 0,927
0,666
0,827 0,827
0,666 0,666
0,827
0,874 0,874
0,827 0,827
0,874 0,874 0,874
Sumber: Data diolah, 2017

dari pemerintah daerah. Sebagaimana laporan capaian, indikator capaian, dan metode pengukuran
dari Menpan, provinsi DIY adalah salah satu dari dua kinerja, maka hal ini akan memudahkan Pemda
privinsi yang berkinerja “A” pada tahun 2015. Hal untuk memantau, mengevaluasi, dan melaporkan
ini tidak lepas dari peran perencanaan Pemda DIY informasi mengenai perkembangan program yang
yang senantiasa berorientasi pada kinerja. Ketika diselenggarakan. Sehingga, ketika akan dilaporkan
aspek-aspek anggaran berbasis kinerja benar-benar ke dalam LAKIP, Pemda tidak lagi kesulitas mencari
dapat dirumuskan dengan baik (koheren, detail, data dan merumuskan laporan kinerjanya. Hal inilah
runtut, dan terukur), seperti koherensi antara masalah yang mendukung terwujudnya akuntabilitas kinerja
daerah, strategi/program yang digalakkan untuk Pemda DIY yang semakin baik.
mengatasi masalah, kegiatan yang diusulkan, target

Tabel 3.
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Hipotesis
Hipotesis Simbol Hipotesis
Simbol Hipotesis Arah
Arah Original
Original Nilai tt Hitung
Nilai Hitung Simpulan
Simpulan
Sample
Sample
H
H11 ABK->PA
ABK->PA +
+ 0,567
0,567 8,493*
8,493* Terdukung
Terdukung
H22
H ABK->AKT
ABK->AKT +
+ 0,266
0,266 2,770*
2,770* Terdukung
Terdukung
H
H33 ABK->PIK
ABK->PIK +
+ -0,070
-0,070 0,634
0,634 Tidak
Tidak
Terdukung
Terdukung
H44
H AKT->PIK
AKT->PIK +
+ 0,452
0,452 4,189*
4,189* Terdukung
Terdukung
Sumber: Data diolah, 2017

Selain itu, penting untuk dilaporkan bahwa masyarakat dan perangkat-perangkat daerah baik
proses anggaran berbasis kinerja di DIY dilakukan formal (LSM, Universitas, Sekolah, RT, RW,
dengan pendekatan bottom-up, yakni dimana Karang Taruna, PKK, dsb) maupun non-formal
62 Jurnal Ilmiah Akutansi dan Bisnis, Vol. 13, No. 1, Januari 2018

(tokoh agama dan masyarakat) ikut dilibatkan dalam rapi, sehingga memudahkan Pemda untuk memantau,
perencanaan yang disebut dengan Musrembangda mengevaluasi, dan melaporkan informasi mengenai
(Musywarah Rerencanaan Pembangunan Daerah). perkembangan program yang diselenggarakan.
Dengan demikian, anggaran berbasis kinerja yang Penelitian ini juga menemukan bahwa penggunaan
disertai partisipasi penganggaran ini memunculkan informasi kinerja di pemerintah daerah Daerah
adanya pengawasan dari masyarakat kepada Pemda Istimewa Yogyakarta tidak dipengaruhi oleh efektif
selaku agen, dan kemudian menggiring Pemda untuk atau tidaknya implementasi anggaran berbasis kinerja
senantiasa memperbaiki kinerja mereka. yang berjalan.
Penelitian ini tidak berhasil mendukung H3 yang Implikasi penting yang menjadi catatan adalah
menyatakan efektivitas anggaran berbasis kinerja penting bagi Pemda untuk menjalankan sistem
berhubungan positif terhadap penggunaan informasi anggaran berbasis kinerja yang benar-benar
kinerja. Hasil ini kemungkinan karena penggunaan baik untuk mencapai penyerapan anggaran dan
informasi kinerja oleh Pemda pada fakta di lapangan akuntabilitas yang baik pula, yakni meraih predikat
merupakan suatu aktivitas mandatori atau wajib “A”. Realitas di lapangan seringkali menunjukkan
dilakukan. Karenanya apakah implementasi anggaran adanya implementasi anggaran berbasis kinerja yang
berbasis kinerja berjalan baik atau tidak, pegawai tidak benar-benar berdasar pada kesadaran substantif,
Pemda tetap wajib untuk menggunakan informasi melainkan lebih kepada legitimasi dan ketaatan semu
kinerja dalam perencanaan dan penganggaran tahun pada peraturan perundang-undangan yang mengatur
mendatang (Akbar et al. 2012; Syachbrani dan Akbar hal ini. Legitimasi dilakukan Pemda agar Pemda
2013; Wijaya dan Akbar 2013). nampak sebagai organisasi yang mentaati Undang-
Hipotesis yang terakhir diterima adalah H4, yakni Undang yang berlaku. Akhirnya, proses ini Nampak
akuntabilitas yang baik akan memicu Pemda untuk sebagai ketaatan palsu yang tidak berorientasi pada
senantiasa menggunakan informasi kinerja dalam substansi pencapaian kinerja serapan anggaran dan
perencanaan di periode anggaran tahun berikutnya. akuntabilitas.
Akuntabilitas yang baik dicirikan dengan laporan yang Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan,
disampaikan tepat waktu, serapan anggarannya yang yakni pertama penelitian ini hanya dilakukan di
sesuai target dan informasi kualititatif kinerja mudah Pemda provinsi DIY, salah satu dari Pemda yang
dipahami dan memiliki relevansi untuk digunakan mendapatkan predikat kinerja “A”. sehingga hasilnya
sebagai acuan perencanaan untuk anggaran periode tidak dapat digeneralisasi secara nasional. Penelitian
selanjutnya. Akuntabilitas yang baik ini menjadi acuan selanjutnya dapat dilakukan pada Pemda Jawa Timur
dan bahan pertimbangan awal untuk perencanaan dan yang juga memperoleh predikat “A”. Selain itu
penganggaran daerah di tahun anggaran berikutnya. pengujian pada Pemda dengan predikat “A” pada level
Hasil ini sejalan dengan penelitian Sofyani dan kabupaten/kota juga sangat disarankan agar dapat
Akbar (2013) yang menjelaskan bahwa hal ini juga menemukan lebih banyak fenomena di lapangan.
tidak lepas dari keberlanjutan program. Pasalnya, Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan
program daerah tidak hanya dirumuskan untuk satu pendekatan lain, seperti kualitatif atau riset campuran
tahun anggaran saja, tetapi ada yang bersifat multi di sektor public seperti yang dilakukan Prayudi dan
tahun, misalnya program pembangunan Bandara Basuki (2014) agar dapat mengkaji hasil penelitian
Internasional dan Perumahan Rakyat di DIY. Oleh yang lebih kuat dan mendalam.
karena itu, penting untuk mengamati capaian-capaian
tahunan yang disajikan pada LAKIP, karena LAKIP REFERENSI
yang baik ini menjadi acuan pertama Pemda dalam
perumusan anggaran tahun mendatang. Achyani, F., & B. T. Cahya. (2011). Analisis Aspek
Rasional Dalam Penganggaran Publik Terhadap
SIMPULAN Efektivitas Pengimplementasian Anggaran
Berbasis Kinerja Pada Pemerintah Surakarta.
Berdasarkan hasil pengujian penelitian, Maksimum, 1(2).
ditemukan bahwa semakin baik implementasi Akbar, R., R. Pilcher, & B. Perrin. (2012).
anggaran berbasis kinerja maka penyerapan anggaran Performance measurement in Indonesia: the case
akan berjalan baik pula. Hal ini dikarenakan dalam of local government. Pacific Accounting Review,
proses penyusunan anggaran yang benar-benar 24(3), 262-291.
direncanakan dengan berorientasi pada kinerja, Bawono, A. D. B. (2015). The Role of Performance
tingkat penyerapan anggaran akan terjadwal secara Based Budgeting in the Indonesian Public
Sofyani dan Prayudi. Implementasi Anggaran.... 63

Sector, Department of Accounting and Corporate in the Netherlands. OECD Journal on Budgeting,
Governance, Macquarie University, Australia. 3, 1-34.
Cavalluzzo, K. S., & C. D. Ittner. (2004). Implementing Juliani, D., & M. Sholihin. (2014). Pengaruh
performance measurement innovations: evidence faktor-faktor kontekstual terhadap Persepsian
from government. Accounting, organizations and penyerapan anggaran terkait pengadaan barang/
society, 29(3), 243-267. jasa. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia,
Creswell, J. W. (2012). Research Design: Qualitative, 11(2), 177-199.
Quantitative and Mixed Methods Approaches. Kurrohman, T. (2013). Evaluasi Penganggaran
California: Sage Publication. Berbasis Kinerja melalui Kinerja Keuangan yang
Departemen Keuangan Republik Indonesia, dan Berbasis Value For Money di Kabupaten/Kota di
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Jawa Timur. Jurnal Dinamika Akuntansi, 5(1),
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 1-11.
(2009). Pedoman Penerapan Penganggaran Berbasis Kusuma, E. A., & I. K. Budiartha. (2013). Pengaruh
Kinerja (PBK). 2 ed. Jakarta: Departemen Keuangan Kejelasan Sasaran Anggaran, Komitmen
Republik Indonesia. Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan pada
Erwati, M. (2009). Pengaruh Partisipasi Penyusunan Ketepatan Anggaran (Studi Empiris di SKPD
Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) Terhadap Pemerintah Provinsi Bali). E-Jurnal Ekonomi
Kinerja Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Bisnis Universitas Udayana, 3(3).
(SKPD) Pemerintah Daerah Dengan Komitmen Lestari, I. P. (2014). Pengaruh Penerapan Anggaran
Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan Sebagai Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas Kinerja
Variabel Moderating (Survey Pada Aparatur (Studi Survei pada Dinas SKPD Pemerintah
Pemerintah Kota Jambi). Jurnal Percikan, 102. Kota Bandung). Skripsi, Fakultas Ekonomi,
Ezponiza, E. (2014). Pengaruh Penerapan Anggaran Universitas Widyatama, Bandung.
Berbasis Kinerja terhadap Kinerja Keuangan Locke, E. A., K. N. Shaw, L. M. Saari, G. P. Latham.
Pemerintah Kota Medan. Skripsi, Fakultas (1981). Goal setting and task performance:
Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan. 1969–1980. Psychological bulletin, 90(1), 125.
Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS: Mackay, K. (2007). How to build M&E Systems to
Sage publications. Support Better Government. Washington: World
Ghozali, I. (2008). Structural equation modeling: Bank.
Metode alternatif dengan partial least square Maisarah, F. S. (2014). Pengaruh Akuntabilitas
(PLS), Universitas Diponegoro. Publik, Partisipasi Masyarakat, Transparansi
Habiburrochman, & A. Rizki. (2012). Effect of Publik, dan APBD Berbasis Kinerja terhadap
Performance-Based Budgeting to Effectiveness Kualitas Anggaran Pendapatan dan Belanja
of Control: (A Study Case at Indonesia’s State Daerah (APBD) di Kota Banda Aceh. Skripsi,
University). Paper read at World Business Fakultas Ekonomi, Universitas Syiah Kuala
Research Conference, Bangkok, Thailand. Darussalam, Banda Aceh.
Hager, G., A. Hobson, & G. Wilson. (2001). Mulihartanti, M. T. (2017). Analisis Penerapan
Performance-Based Budgeting: Concepts and Penganggaran Berbasis Kinerja pada Pemerintah
Examples. Frankfort, Kentucky: Committee for Kota Administrasi Jakarta Utara (Studi Kasus untuk
Program Review and Investigations. Tahun Anggaran 2011). Jurusan Akuntansi Fakultas
Handoko, A. W., & S. Ngumar. (2014). Analisis Ekonomi Universitas Indonesia.
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Nurkhamid, M. (2008). Implementasi Inovasi Sistem
Berbasis Kinerja pada Dispenda Kota Surabaya. Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah. Jurnal
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 3(12), 1-16. Akuntansi Pemerintah, 3(1), 45-76.
Hartono, J., & W. Abdillah. (2011). Konsep dan Aplikasi Osborne, D., & T. Gaebler. 1992. Reinventing
PLS (Partial Least Square) untuk Penelitian Government: How the Entrepreneurial Spirit is
Empiris. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Transforming the Public Sector. Reading, MA:
Hatry, H. P. (2002). Performance Measurement: Addison-Wesley.
Fashions and Fallacies Public Performance & Pratolo, S., & B. Jatmiko. (2017). Akuntansi Manajemen
Management Review, 25(4), 352-358. Pemerintah Daerah. Yogyakarta: LP3M UMY.
Jong, M. d., I. v. Beek, & R. Posthumus. (2013). Prayudi, M. A., & H. Basuki. (2014). Hubungan
Introducing Accountable Budgeting: Lessons Aspek Power, Penerapan Sistem Pengendalian
from a Decade of Performance-Based Budgeting Administratif, Akuntabilitas, dan Efisiensi Program
64 Jurnal Ilmiah Akutansi dan Bisnis, Vol. 13, No. 1, Januari 2018

Jaminan Kesehatan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Verasvera, F. A. (2016). Pengaruh Anggaran Berbasis
Indonesia, 11(1), 57-77. Kinerja terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah
Republik Indonesia. (2000). Peraturan Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada Dinas Sosial Provinsi
Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Jawa Barat). Jurnal Manajemen Maranatha,
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Jakarta. 15(2).
Ringle, C. M., S. Wende, & J.-M. Becker. (2015). Wang, X., & E. Berman. (2000). Hypotheses about
SmartPLS 3. Boenningstedt: SmartPLS GmbH Performance Measurement in Counties: Finding
Robinson, M. (2011). CLEAR Training Materials: from a Survey. Journal of Public Administration
Performance-based Budgeting (Manual). Research and Theory, 11(3), 403-428.
Johannesburg: Regional Centers for Learning on Wibisono, S. (2016). Pengaruh Penerapan Anggaran
Evaluation and Results. Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas Kinerja
Robinson, M., & D. Last. (2009). A Basic Model Instansi Pemerintah. Jurnal Ilmu dan Riset
of Performance-Based Budgeting. Washington Akuntansi, 5(9), 1-22.
DC: Fiscal Affairs Department - International Widodo, T. (2016). Performance-Based Budgeting:
Monetary Fund. Evidence from Indonesia. Dissertation, College
Sihaloho, F., & A. Halim. (2005). Pengaruh Faktor- of Social Sciences, University of Birmingham,
Faktor Rasional, Politik dan Kultur Organisasi Birmingham, UK.
Terhadap Pemanfaatan Informasi Kinerja Wijaya, A. H. C., & R. Akbar. (2013). The Influence
Instansi Pemerintah Daerah. Simposium Nasional of Information, Organizational Objectives and
Akuntansi VIII Solo, 15-16. Targets, and External Pressure towards the
Sofyani, H., & R. Akbar. (2013). Hubungan Faktor Adoption of Performance Measurement System
Internal Institusi dan Implementasi Sistem in Public Sector. Journal of Indonesian Economy
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah and Business: JIEB. 28(1), 62.
(SAKIP) di Pemerintah Daerah. Jurnal Akuntansi Wijayanti, A. W., M. R. K. Muluk, & R. Nurpratiwi.
dan Keuangan Indonesia. Jurnal Akuntansi dan (2012). Perencanaan Anggaran Berbasis Kinerja
Keuangan Indonesia, 10(2), 207-235. di Kabupaten Pasuruan. WACANA, Jurnal Sosial
Syachbrani, W., & R. Akbar. (2013). Faktor-Faktor dan Humaniora, 15(3), 10-17.
Teknis dan Keorganisasian yang Memengaruhi Yani, F. (2013). Pengaruh APBD Berbasis Kinerja
Pengembangan Sistem Pengukuran Kinerja dan Pengawasan DPRD terhadap Akuntabilitas
Pemerintah Daerah. Jurnal Review Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Empiris pada
dan Keuangan, 3(2). Instansi Pemerintah Daerah di Kota Padang).
Tohom, A. (2015). Penyerapan Anggaran = Kinerja Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Anggaran?. Warta Pengawasan XXII, 2-9. Padang, Padang.
Ulum, I., & H. Sofyani. (2016). Akuntansi (Sektor)
Publik. Yogyakarta: Aditya Media Publishing.

Anda mungkin juga menyukai