DISUSUN
O
L
E
H
Kelas : Par2A
Metodologi Penelitian
MAGISTER S2 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
rencana strategis organisasi. Performance Budgeting mengalokasikan sumber
daya ke program, bukan ke unit organisasi semata dan memakai pengukuran
output (output measurement) sebagai indikator kinerja organisasi. Dengan
kata lain, Performance Budgeting adalah teknik penyusunan anggaran
berdasarkan pertimbangan beban kerja (work load) dan biaya unit (unit cost)
dari setiap kegiatan yang terstruktur.
2
terdapat fenomena yang terjadi di Kota Banda Aceh tahun 2019 yaitu Kinerja
Pemerintah Kota Banda Aceh patut dipertanyakan efektivitasnya. Pasalnya
berdasarkan evaluasi pertanggungjawaban selama 2019 menunjukkan tidak
semua SKPD dapat mencapai kinerjanya hingga 100%. Hal ini terlihat bahwa
hanya dua SKPD yang mencapai kinerjanya hingga 100% yaitu Kantor
BAPPEDA Kota Banda Aceh dan Kantor Sekretariat Kota Banda Aceh,
sedangkan lima SKPD hanya mampu mencapai kinerjanya antara 60% hingga
90%. Berdasarkan permasalahan yang dapat diketahui bahwa rendahnya
kinerja mengenai anggaran pada SKPD Kota Banda Aceh, menujukkan masih
belum maksimalnya proses perencanaan, implementasi dan pelaporan pada
penerapan anggaran berbasis kinerja pada SKPD Kota Banda Aceh.
Kesalahan bermula dari perencanaan anggaran yang kurang sesuai dengan
kebutuhan, implementasi anggaran yang memenuhi banyak kendala, atau
pelaporan dalam bentuk laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
yang masih belum memaparkan tingkat pencapaian kinerja secara detail
sesuai dengan aturan terkait dan masih banyak format penyampaian laporan
akuntanbilitas kinerja instansi pemerintah yang tidak seragam antar SKPD
Kota Banda Aceh (Sumber: Survei awal SKPD Kota Banda Aceh).
3
baiknya perencanaan anggaran yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan
daerah, persentase realisasi anggaran yang maksimal dan laporan pelaksanaan
anggaran yang akuntabel. Putri (2018) telah meneliti bahwa Anggaran
Berbasis Kinerja berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah. Sedangkan menurut Widiawati (2010) telah meneliti yang
menunjukkan bahwa implementasi penganggaran berbasis kinerja tidak
berpengaruh terhadap akuntabilitas Instansi Pemerintah daerah Kabupaten
Sukabumi.
4
Pemerintah Kota Banda Aceh karena terdapat penyimpangan dalam
penggunaan anggaran. Di antaranya, Pemkot Banda Aceh harus
mengembalikan kerugian negara sebesar Rp 200 juta yang telah dibelanjakan
Dispora Aceh untuk kepentingan pribadi pejabat dan pegawai. Selain itu,
BPK RI juga menyoroti penggelapan biaya pemasangan sambungan baru di
lingkungan PDAM Pemkot Banda Aceh senilai Rp. 638 juta. Kegagalan
pengelolaan keuangan dan aset ini, cermin kegagalan birokrasi dalam
menjalankan fungsinya. Karena, administrasi adalah salah satu hal yang
subtansial. Yulianti (2014) telah meneliti sebelumnya dan menunjukkan hasil
bahwa Sistem Pelaporan berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.Karena berbagai alasan tersebut, penulis ingin meneliti
kembali mengenai Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem
Pelaporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Kota Banda Aceh.
5
1.3. Tujuan Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam
menganalisis mengenai Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem Pelaporan
Keuangan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota
Banda Aceh.
2. Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan,
serta evaluasi bagi Instansi Pemerintah untuk perbaikan kinerja
pemerintah terutama pemerintah kabupaten bandung dimasa yang akan
datang.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
7
2. Anggaran Berbasis Kinerja
1. Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja
8
2. Unsur-Unsur Pokok Anggaran Berbasis Kinerja
1. Pengukuran kinerja
2. Penghargaan dan Hukuman
3. Kontrak Kinerja
4. Kontrol Eksternal dan Internal,
5. Pertanggungjawaban Manajemen
9
b. Sistem Informasi Yang Memadai
Dalam rangka pengukuran kinerja yang baik diperlukan adanya
sistem informasi yang mampu menghasilkan informasi yang
memadai untuk menilai pencapaian kinerja dari masing-masing
lembaga/unit kerja yang bertanggung jawab atas suatu kegiatan.
Tingkat informasi dasar yang harus dikembangkan meliputi:
a) Ekonomis, sejauh mana masukan yang ada digunakan dengan
sebaik-baiknya;
b) Efisiensi, sejauh mana perbandingan antara tingkat keluaran suatu
kegiatan dengan masukan yang digunakan;
c) Efektivitas, sejauh mana keluaran yang dihasilkan mendukung
pencapaian hasil yang ditetapkan.
10
lembaga/unit kerja,bergantung pada bentuk keluaran yang
dihasilkan.
d. Mengukur Kinerja yang Strategis (key performance indicators)
Suatu sistem pengukuran kinerja sebaiknya hanya mengukur kinerja
yang strategis (key performance indicators), bukan menekankan
tingkat komprehensif dan birokratis atas kinerja yang disusun.
(catatan: kinerja tidak diukur berdasarkan jumlah surat masuk/keluar
jumlah laporan yang dibuat/jumlah surat yang ditandatangani)karena
pengukuran seperti ini dapat menyesatkan.
11
mencapai suatu target kinerja. Apabila suatu lembaga dapat
mencapai target yang ditetapkan, dapat diberikan keleluasaan yang
lebih dalam mengelola anggaran yang dialokasikan sesuai dengan
kapasitas yang dimiliki. Hal ini memungkinkan setiap lembaga untuk
maju dan berkembang secara konsisten dengan kapasitas yang
mereka miliki.
b. Penerapan Efisiensi (Savings)
Bentuk lain untuk peningkatan kinerja melalui insentif atau
disinsentif yaitu penerapan efisiensi (savings). Hal ini dapat
dilakukan untuk programdan kegiatan yang bersifat pelayanan
publik.Alokasi anggaran untuk setiap program dan kegiatan dikurangi
dengan jumlah tertentu untuk saving dalam rangka meningkatkan
efisiensi atas pelayanan yang diberikan.
c. Penahanan Atas Penerimaan Yang Diperoleh Oleh Suatu Lembaga
Selain itu dapat juga diterapkan penahanan atas penerimaan yang
diperoleh oleh suatu lembaga, hal ini dapat dilaksanakan dengan suatu
bentuk perjanjian antara lembaga pusat (central agency) dengan
lembaga bersangkutan dalam pembagian atas hasil yang diterima.
3. Kontrak Kinerja
Jika penganggaran berdasarkan kinerja telah dapat berkembang dengan
baik, kontrak atas kinerja dapat mulai diterapkan. Atas nama pemerintah,
Departemen Keuangan dapat melaksanakan kontrak atas pencapaian
suatu kinerja dengan kementerian negara/lembaga teknis lainnya, begitu
juga antara menteri dengan unit organisasi di bawahnya. Walaupun
demikian, suatu sistem kontrak kinerja harus didukung oleh faktor-faktor
berikut ini :
a. definisi yang jelas terhadap pelayanan yang dikontrakkan; dan
b. kewenangan yang ada bagi pihak kementerian negara/lembaga untuk
mengelola sumber daya yang ada.
12
Kriteria tersebut dapat terlaksana apabila reformasi bidang pengelolaan
keuangan negara dapat menciptakan kondisi yang dapat meningkatkan
keinginan dan kebutuhan atas pencapaian kinerja.
5. Pertanggungjawaban Manajemen
Bila sistem penganggaran yang lama menekankan pada kontrol terhadap
input, maka di dalam sistem penganggaran berbasis kinerja difokuskan
pada output. Dalam sistem ini manajer pengguna anggaran memperoleh
kewenangan penuh dalam merencanakan dan mengelola anggaran
mereka.Belum banyak negara yang melaksanakan sistem ini.Negara yang
telah menerapkan sistem ini adalah Inggris, Australia, New Zealand,
Swedia.
Prinsip dasar di dalam sistem ini adalah manajer pengguna anggaran
harus diberi kebebasan penuh bila akuntabilitas atas pencapaian output
yang ingin dicapai. Agar akuntabilitas dapat diwujudkan, maka sistem ini
didesain mengandung dua karakteristik dasar, yaitu :
a. Kontrol dilakukan pada output dan outcome
Hal ini menyebabkan manajer bertanggung jawab terhadap output
baik volume, waktu pengerjaan maupun kualitasnya serta outcome
yang timbul.
13
b. Adanya kebebasan bagi manajer
Dengan adanya kebebasan bagi manajer, maka manajer dapat
melakukan dan mengekspresikan profesionalitas mereka dengan
optimal.
14
5. Elemen-Elemen Anggaran Berbasis Kinerja
15
4. Program.
Program adalah sekumpulan kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai
bagian dari usaha untuk mencapai serangkaian tujuan dan sasaran.
Program dibagi menjadi kegiatan dan harus disertai dengan target
sasaran output dan outcome. Program yang baik harus mempunyai
keterkaitan dengan tujuan dan sasaran serta masuk akal dan dapat
dicapai.
5. Kegiatan.
Kegiatan adalah serangkaian pelayanan yang mempunyai maksud
menghasilkan output dan hasil yang penting untuk pencapaian program.
Kegiatan yang baik kriterianya adalah harus dapat mendukung
pencapaian program.
Dalam organisasi sektor publik, ada dua jenis pelaporan yang dikenal
yakni pelaporan kinerja dan pelaporan keuangan.Pelaporan Kinerja
merupakan refleksi kewajiban untuk mempresentasikan dan melaporkan
kinerja semua aktivitas serta sumber daya yang harus
dipertanggungjawabkan. Pelaporan ini merupakan wujud dari proses
akuntabilitas. Entitas yang berkewajiban sebaiknya membuat pelaporan
kinerja organisasi sektor publik adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah,
unit kerja pemerintahan, teknis, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Partai
Politik, Yayasan, dan organisasi sosial kemasyarakatan lainnya. Pelaporan
tersebut diserahkan ke masyarakat secara umum atau Dewan Perwakilan
Rakyat, sehingga masyarakat, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
(users), konstituen atau masyarakat dampingan, dapat menerima informasi
yang lengkap dan tajam tentang kinerja program organisasi beserta unitnya.
Sedangkan pelaporan keuangan merupakan cerminan dari posisi keuangan
serta transaksi yang telah dilakukan suatu organisasi sektor publik dalam
kurun waktu tertentu. (Bastian,2010:297)
16
Menurut Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP,2011 :
13) mengemukakan, laporan yang baik adalah laporan harus disusun secara
jujur, objektif dan transparan. Di samping itu, perlu pula diperhatikan
beberapa ciri laporan yang baik seperti relevan, tepat waktu, dapat
dipercaya/diandalkan, mudah dimengerti (jelas dan cermat), dalam bentuk
yang menarik (tegas dan konsisten, tidak kontradiktif antar bagian), berdaya
banding tinggi, berdaya uji (verifiable), lengkap, netral, padat, dan
terstandarisasi (untuk yang rutin).
Menurut Bastian (2010:297) tujuan umum pelaporan keuangan sektor
publik adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan
arus kas suatu entitas yang berguna bagi sejumlah besar pemakai (wide range
users) untuk membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber
daya yang dipakai suatu entitas dalam aktivitasnya guna mencapai tujuan.
17
Sistem pelaporan keuangan sektor publik menurut Bastian (2010:310)
terdiri dari:
a. Dasar Kas (Cash base),
b. Dasar Akrual (Accrual base), dan
c. Akuntansi Dana (fund Accounting).
18
e. Penyediaan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan akan berkaitan dengan sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Hal ini termasuk yang berasal dari
pungutan pajak dan pinjaman.
f. Pemberian informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan sebagai akibat dari kegiatan yang dilakukan selama periode
pelaporan.
g. Pengembangan sistem dan standar akuntansi di organisasi sektor
publik berdasarkan sistem pencatatan double entrydengan basis
akrual.
19
4.1.2. Prinsip-Prinsip PelaksanaanAkuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah
20
3. Pelaporan kinerja.
4. Pemanfaatan informasi kinerja bagi perbaikan kinerja secara
berkesinambungan.
Pelaporan Kinerja
Gambar 2.1.
Siklus Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
21
merupakan tolok ukur yang akan digunakan dalam penilaian kinerja
penyelenggaraan pemerintahan untuk suatu periode tertentu.
2. Pengukuran Kinerja
Setelah rencana kinerja ditetapkan, tahap selanjutnya adalah pengukuran
kinerja.Dalam melaksanakan kegiatan, dilakukan pengumpulan dan
pencatatan data kinerja.Data kinerja tersebut merupakan capaian kinerja
yang dinyatakan dalam satuan indikator kinerja. Dengan diperlukannya
data kinerja yang akan digunakan untuk pengukuran kinerja, maka
instansi pemerintah perlu mengembangkan sistem pengumpulan data
kinerja, yaitu tatanan, instrumen, dan metode pengumpulan data kinerja.
3. Pelaporan Kinerja
Pada akhir suatu periode, capaian kinerja tersebut dilaporkan kepada
pihak yang berkepentingan atau yang meminta dalam bentuk Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
4. Pemanfaatan Informasi Kinerja
Tahap terakhir, informasi yang termuat dalam Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tersebut dimanfaatkan bagi
perbaikan kinerja instansi secara berkesinambungan.
2.2.Telaah Literature
22
persentase realisasi anggaran yang maksimal dan laporan pelaksanaan
anggaran yang akuntabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anggaran
berbasis kinerjaberpengaruh positif signifikan terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah yang menghasilkan output organisasi yang sesuai dengan
indikator kinerja organisasi yaitu visi, misi dan rencana strategis organisasi
dalam mengoptimalkan pengeluaran. Putri (2018) telah meneliti bahwa
Anggaran Berbasis Kinerja berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah.
23
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, menjelaskan bahwa akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik.Akuntabilitas
Kinerja yang baik dipengaruhi oleh penerapan anggaran kinerja yang
maksimal dalam mengoptimalkan pengeluaran sesuai dengan penyusunan
rencana stratejik yang telah dibuat dan akuntabilitas kinerja yang baik juga
dipengaruhi oleh sistem pelaporan keuangan yang baik dalam memantau
kinerja pemerintah pada saat menggunakan anggaran yang telah
diberikan.Dapat disimpulkan bahwa Anggaran Berbasis Kinerja dan Sistem
Pelaporan Keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah. Putri (2018) telah meneliti bahwa Anggaran
Berbasis Kinerja berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah dan Yulianti (2014) telah meneliti sebelumnya dan menunjukkan
hasil bahwa Sistem Pelaporan berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
24
Anggaran
berbasis Kinerja
(X1)
Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Sistem Pemerintah (Y)
Pelaporan
Keuangan (X2)
Ket:
secara parsial
secara simultan
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
25