Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI

PENGAUDITAN DAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK


Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah auditing
Dosen :
Dr. Nadirsyah, SE. M.Si, Ak, CA

Disusun Oleh :

Hadyan Nahri (2101203010001)


Raisa Fathia (2101203010007)
Nisa Hajja Qadri Harahap (2101203010018)

PRODI PASCA SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
Tahun Akademik 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
A. Latar belakang.................................................................................................................................3
B. Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. Definisi Auditing.............................................................................................................................5
B. Kondisi-Kondisi Yang Menimbulkan Permintaan Terhadap Profesi Auditor, Manfaat Dan
Keterbatasan Laporan Keuangan Auditan...............................................................................................7
C. Jasa yang Dihasilkan Profesi Akuntan Publik................................................................................11
D. Perkembangan Profesi Akuntan Public Di Amerika Dan Indonesia..............................................16
BAB III......................................................................................................................................................19
RISET – RISET YANG MUNGKIN DILAKUKAN DAN PENELITIAN TERDAHULU......................19
A. Variabel yang Mungkin dilakukan Riset........................................................................................19
B. Hasil Penelitian Terdahulu.............................................................................................................22
BAB IV.....................................................................................................................................................24
KESIMPULAN.........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengauditan (auditing) telah dikenal sejak lama, banyak bukti yang menunjukkan bahwa pada
sejak jaman kuno orang-orang telah mengenal dan melakukan auditing. Pelaksanaan auditing
dengan menggunakan auditor untuk meningkatkan keandalan suatu informasi keuangan.
Informasi keuangan yang dapat diandalkan sangatlah penting dalam lingkungan masyarakat
bisnis. Para investor membuat suatu keputusan untuk membeli atau menjual saham, pihak bank
memutuskan untuk menyetujui pinjaman, pemerintah memperoleh pajak dari laba perusahaan,
semuanya bergantung pada informasi yang disediakan oleh pihak lain. Oleh karena itu,
diperlukan adanya para auditor independen yaitu orang-orang yang memiliki kemampuan
profesional dan integritas yang dapat memberitahukan bahwa suatu informasi keuangan sebuah
perusahaan sudah disajikan dengan wajar dan sudah mencerminkan kondisi yang senyatanya
atau sebenarnya.
Auditing memainkan peran penting dalam dunia bisnis, pemerintah dan ekonomi. Laporan
keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dapat memperkecil rasa ketidakpercayaan
publik, terutama pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen. Mengingat pertanggungjawaban atas laporan keuangan audit tersebut sangat besar,
maka auditor harus bekerja secara profesional. Salah satu kriteria profesionalisme dari auditor
adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya (Subekti dan Widiyanti, 2004).
Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat
umum dan kepada BAPEPAM juga tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam
menyelesaikan pekerjaan auditnya. Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan
keuangan itu sendiri. Ketepatan waktu (timeliness) merupakan salah satu faktor penting dalam
menyajikan suatu informasi yang relevan. Karakteristik informasi yang relevan harus
mempunyai nilai prediktif dan disajikan tepat waktu.
Menurut Farida, dkk. (2016), audit merupakan serangkaian proses yang dilakukan oleh auditor
untuk mendapatkan bukti akurat mengenai aktivitas ekonomi suatu entitas. Sebuah perusahaan
dalam hal ini sangat membutuhkan jasa audit, khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang
sudah go public. Dalam hal ini tentunya diharapkan audit yang dihasilkan adalah audit yang
berkualitas untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi perusahaan dan

3
pihak terkait. Banyaknya kasus audit yang melibatkan auditor menimbulkan keraguan publik
terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Terdapat berbagai faktor yang dapat 2
memengaruhi kualitas audit, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh
independensi, kompetensi, due profesional care, dan etika terhadap kualitas audit. Variabel-
variabel tersebut dipilih karena dinilai merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh auditor.
Agusti dan Pertiwi (2013) mendefinisikan bahwa audit merupakan suatu proses untuk
mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham.
Untuk itu diperlukan pihak ketiga (Akuntan Publik) yang dapat memberi keyakinan kepada
investor dan kreditor bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen dapat dipercaya.
Dalam melaksanakan tugas auditnya seorang auditor harus berpedoman pada standar audit yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yakni standar umum, standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan.
Akuntan publik harus menjaga independensinya dalam memeriksa sebuah perusahaan atau
kliennya, jadi seorang akuntan publik tidak boleh terpengaruh oleh pihak-pihak yang berkaitan
dengan perusahaan atau klien yang sedang dalam proses pemeriksaan yang dilakukan akuntan
publik tersebut. Sehingga para pengguna laporan keuangan tidak merasa ditipu oleh perusahaan
yang telah diperiksaoleh akuntan publik tersebut, selanjutnya akuntan publik akan mendapatkan
kepercayaan penuh oleh masyarakat pengguna laporan keuangan yang merupakan modal penting
bagi akuntan publik dalam menjalankan tugasnya sebagai mana mestinya jasa penjamin.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan sifat – sifat umum, aktifitas, dan definisi audit
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan kondisi-kondisi yang menimbulkan permintaan
terhadap profesi auditor, manfaat dan keterbatasan laporan keuangan auditan.
3. Untuk mengetahui dan menjelaskan tipe dan jasa yang dihasilkan profesi akuntan public
4. Untuk mengetahui dan menjelaskan perkembangan profesi akuntan public di Amerika
dan Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Auditing
“Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the AmericanAccount Association”
(Accounting Review, vol.47) memberikan definisi auditingsebagai :
“suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi buktisecara objektif mengenai
asersi – asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi,dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian
antara asersi– asersitersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian
hasil – hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.

Dari definisi di atas, dapat diketahui beberapa sifat umum auditing, yaitu berikut ini.
1. Suatu proses yang sistematis Sebagai suatu proses yang sistematis,
audit adalah suatu pendekatan yang logis, terstruktur, dan jelas tujuannya bagi
pengambilan keputusan. Audit adalah aktivitas yang dilakukan secara terencana.
2. Secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti
Audit berkaitan dengan pengumpulan bukti-bukti tentang informasi yang dapat
mempengaruhi proses pengambilan keputusan auditor dan auditor melakukan
tugasnya tanpa berpihak dan berprasangka, baik terhadap perorangan maupun
terhadap entitas.
3. Pernyataan terhadap tindakan atau kejadian ekonomi
Komponen dasar dari proses audit adalah pengumpulan bukti berkaitan dengan
pernyataan tentang tindakan atau kejadian ekonomi dan pernyataan ini seringkali
berkaitan dengan laporan keuangan. Pernyataan atau asersi ini merupakan subjek
utama auditing yang bisa berupa laporan keuangan, laporan operasi, dan surat
pemberitahuan pajak (SPT).
4. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dan kriteria yang ditetapkan
Ketika mengaudit laporan keuangan tujuan auditor adalah menentukan apakah
pernyataan pihak yang diaudit sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan yang
biasanya merujuk pada prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU). Bentuk dari

5
tingkat kesesuaian ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif (berupa pernyataan
kewajaran).
5. Mengomunikasikan hasil kepada pihak yang berkepentingan
Setelah auditor membuat pernyataan tentang kesesuaian antara kejadian ekonomi
dengan kriteria yang di tetapkan maka auditor perlu mengomunikasikan hasil
temuannya tersebut kepada pihak yang berkepentingan. Hasil yang dikomunikasikan
biasanya berupa pernyataan tentang kewajaran asersi dengan kriteria yang telah
ditetapkan dan penyampaian hasil ini dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat
kepercayaan pemakai informasi keuangan atas asersi yang dibuat oleh pihak yang
diaudit.
6. Pihak-pihak yang berkepentingan
Mereka yang menggunakan temuan-temuan auditor disebut dengan pihak-pihak yang
berkepentingan. Di dalam lingkungan bisnis, pihak-pihak ini adalah para pemegang
saham, manajemen, kreditor, pemerintah, analis dan masyarakat luas.
Untuk melakukan aktifitas audit harus tersedia informasi dalam bentuk yang dapat diukur dan
beberapa standar (kriteria-kriteria). Dengan demikian, auditor dapat mengevaluasi informasi
tersebut. Kriteria untuk mengevaluasi informasi juga sangat tergantung pada informasi yang
diaudit. Audit dilakukan berdasarkan asumsi bahwa data laporan keuangan dapat diteliti untuk
pembuktian. Data dapat diteliti untuk pembuktian apabila dua atau lebih orang yang memiliki
kualifikasi dapat memberikan kesimpulan yang serupa dari data yang diperiksa. Kemampuan
untuk dapat diteliti untuk pembuktian ini terutama berkaitan dengan tersedianya atestasi bukti,
terutama pada validitas informasi yang perlu untuk dipertimbangkan.
Akuntansi dan auditing secara signifikan memerlukan pertimbangan profesional (proffesional
judgment). Oleh karena itu, auditor hanya mencari kewajaran (fairness) laporan keuangan.
Dalam melakukan pemeriksaan, auditor perlu memperoleh bukti-bukti untuk meyakinkan
validitas dan ketepatan perlakuan akuntansi atas suatu transaksi atau kejadian. Secara spesifik,
auditing di lakukan untuk mengurangi risiko informasi. Risiko informasi yaitu kemungkinan
ketidakakuratan suatu informasi yang dapat menyebabkan atau berdampak terhadap kesalahan
dalam pengambilan keputusan.
Para pembuat keputusan biasanya memperoleh informasi dari perusahaan atau organisasi yang
mereka ingin melakukan bisnis atau dari (atau kepada) mereka yang mereka inginkan untuk

6
memperoleh (menyediakan) pinjaman atau membeli (menjual) saham. Semenjak sumber
informasi utama adalah perusahaan atau organisasi yang ditargetkan itu sendiri maka akan ada
kemungkinan bahwa terjadi perbedaan kepentingan antara pihak yang memberikan pinjaman
atau modal dengan pihak yang menerima pinjaman atau modal sebagai pelaksana. Adanya
potensi konflik kepentingan (conflict of interest), di antara penyedia informasi dan pemakai
informasi ini menimbulkan permintaan adanya pihak penengah atau perantara yang dapat
memastikan kredibilitas dari informasi tersebut. Pihak perantara itu adalah auditor yang
melaksanakan fungsinya untuk memastikan kredibilitas informasi melalui aktivitas pengauditan.

B. Kondisi-Kondisi Yang Menimbulkan Permintaan Terhadap Profesi Auditor,


Manfaat Dan Keterbatasan Laporan Keuangan Auditan.
Kebutuhan akan informasi laporan keuangan berasal dari para pemakai dalam keperluannya
untuk mengambil keputusan ekonomis atau memonitor pelaksaan perusahaan yang tercermin
dari laporan keuangan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jasa audit akuntan
publik tidak terlepas dari konflik kepentingan yang terjadi antara penyaji dengan para pengguna
informasi akuntansi.
Auditor independen atau akuntan publik adalah para praktisi individual atau anggota kantor
akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien. Klien dapat berupa
perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, badan-badan pemerintahan, maupun
individu perorangan. Disamping itu, auditor juga menjual jasa lain yang berupa konsultasi pajak,
konsultasi manajemen, penyusunan sistem akuntansi, penyusunan laporan keuangan, serta jasa-
jasa lainnya. Auditor independen bekerja dan memperoleh penghasilan yang dapat berupa feeper
jam. Hal ini sama seperti pengacara yang memperoleh penghasilan konsultasi hukum yang
berupa fee per jam konsultasi. Meskipun demikian ada perbedaan penting di antara keduanya.
Auditor independen, sesuai sebutannya, harus independen terhadap klien pada saat melakukan
audit maupun pada saat pelaporan hasil audit. Auditor independen menjalankan pekerjaannya
dibawah suatu kantor akuntan publik (Halim, 2001:11).
Menurut Halim (2001:79), setiap pelaku suatu bisnis atau usaha selalu berkompetisi dengan
pelaku bisnis lainnya. Hal ini dihadapi juga dalam bisnis akuntan publik. Setiap kantor akuntan
publik selalu bersaing dengan kantor akuntan publik lainnya. Mereka harus dapat menghimpun
sebanyak mungkin klien, untuk mempertahankan eksistensinya. Persaingan itu harus dihadapi

7
tanpa melanggar kode etik profesi. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan secara
matang setiap permintaan auditing atau penugasan audit dari klien. Permintaan tersebut dapat
berasal dari klien lama atau klien baru. Auditor perlu memperhatikan dengan cermat setiap
penugasan audit terutama audit atas klien baru. Untuk klien baru yang sama sekali belum pernah
diaudit tidak timbul masalah berpindahnya atau beralihnya kantor akuntan publik yang ditunjuk.
Pada klien barupindahan masalah tersebut muncul karena menyangkut etika professional. Untuk
itu perlu diketahui alasan mengapa seorang klien berpindah kantor akuntan publik. Semakin
banyak perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), maka jasa akuntan publik
(auditor) semakin banyak dibutuhkan. Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan profesi
akuntan publik di Indonesia sehingga Kantor Akuntan Publik (KAP) yang beroperasi semakin
banyak. Perusahaan dapat memilih KAP yang sesuai kebutuhan perusahaan dan apabila timbul
ketidakcocokan, perusahaan berhak melakukan pergantian KAP (auditor switching).
Auditor switching merupakan pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dilakukan oleh
perusahaan klien dalam pemberian penugasan audit atas laporan keuangan perusahaan. Auditor
switching bisa terjadi karena adanya regulasi atau peraturan yang mewajibkan perusahaan untuk
melakukan pergantian KAP (mandatory) dan juga pergantian yang dilakukan atas dasar
keinginan perusahaan untuk melakukan pergantian auditor secara sukarela diluar peraturan yang
berlaku (voluntary) (Wea dan Murdiawati, 2015).

Audit dikembangkan dan dilaksanakan karena audit memberi banyak manfaat bagi dunia bisnis.
Pelaksanaan audit mempunyai tujuan yang berbeda, beberapa tujuan audit adalah :
1. Penilaian pengendalian (appraisal of control) pemeriksaan operasional berhubungan
dengan pengendalian administratif pada seluruh tahap operasi perusahaanyang bertujuan
untuk menentukan apakah pengendalian yang ada telah memadai dan terbukti efektif
serta mencapai tujuan perusahaan.
2. Penilaian kinerja (appraisal of performance) penilaian, pelaksanaan dan operasional serta
hasilnya. Penilaian diawali dengan mengumpulkan informasi kuantitatif lalu melakukan
penilaian efektifitas, efisiensi dan ekonomisasi kinerja. Penilaian selanjutnya menjadi
informasi bagi manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
3. Membantu manajemen (assistance to manajement) dalam pemeriksaan operasional dan
ketaatan maka hasil audit lebih diarahkan bagi kepentingan manajemen untuk

8
performasinya. Dan hasilnya merupakan rekomendasi atas perbaikan yang diperlukan
pihak manajemen.
Manfaat audit dikelompokkan menjadi tiga kelompok dasar yang menikmati manfaat audit,
yaitu:
a. Bagi pihak yang di audit
1) Menambah kredibilitas laporan keuangannya sehingga laporan tersebut dapat
dipercaya untuk kepentingan pihak entitas seperti pemegang saham, kreditor,
pemerintah, dan lain-lain.
2) Mencegah dan menemukan fraud yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
yang diaudit
3) Memberikan dasar yang dapat lebih dipercaya untuk penyiapan
suratpemberitahuan pajak yang diserahkan oleh pemerintah
4) Membuka pintu bagi masuknya pembiayaan dari luar
5) Menyingkap kesalahan dan penyimpangan moneter dalam catatan keuangan
b. Bagi anggota lain dalam dunia usaha
1) Memberikan dasar yang lebih meyakinkan para kriditur atau para rekanan untuk
mengambil keputusan pemberian kredit.
2) Memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada perusahaan asuransi untuk
menyelesaikan klaim atas kerugian yang diasuransikan
3) Memberikan dasar yang terpercaya kepada para investor dan calon investor
untuk menilai prestasi investasi dan kepengurusan manajemen
4) Memberikan dasar yang objektiv kepada serikat buruh dan pihak yang diaudit
untuk menyelesaikan sengketa mengenai upah dan tunjangan
5) Memberikan dasar yang independen kepada pembeli maupun penjual untuk
menentukan syarat penjualan, pembelian dan penggabungan perusahaan
6) Memberikan dasar yang lebih baik, meyakinkan kepada para langganan atau
klien untuk menilai profitabilitas atau rentabilitas perusahaanitu, efisiensi
operasionalnya, dan keadaan keuangannya.
c. Bagi badan pemerintah dan orang-orang yang bergerak di bidang hukum
1) Memberikan tambahan kepastian yang independen tentang kecermatan dan keandalan
laporan keuangan

9
2) Memberikan dasar yang independen kepada mereka yang bergerak dibidang hukum
untuk mengurus harta warisan dan harta titipan, menyelesaikan masalah dalam
kebangkrutan dan insolvensi, dan menentukan pelaksanaan perjanjian persekutuan
dengan cara semestinya
3) Memegang peranan yang menentukan dalam mencapai tujuan undang-undang
keamanan sosial
Suatu audit laporan keuangan memiliki sejumlah keterbatasan yang melekat. Salah satunya
adalah bahwa auditor bekerja dalam suatu batasan ekonomi yang wajar. Berikut ini adalah
beberapa batasan ekonomi tersebut (Boynton, 2006).
1. Biaya yang memadai
Pembatasan biaya audit dapat menimbulkan terbatasnya pengujian, atau penarikan
sampel dari catatan akuntansi atau data pendukung yang dilakukan secara selektif. Selain
itu, auditor juga dapat memilih untuk menguji sistem pengendalian internal dari sistem
pengendalian internal yang sudah berfungsi baik.
2. Jumlah waktu yang memadai
Biasanya laporan auditor harus terbit dalam waktu tiga sampai lima minggu setelah
tanggal laporan posisi keuangan. Pendeknya waktu dapat mempengaruhi jumlah bukti
yang diperoleh tentang transaksi dan kejadian ekonomi setelah tanggal laporan posisi
keuangan yang berdampak pada laporan keuangan.
3. Prinsip akuntansi
alternatif Prinsip akuntansi yang berlaku umum memang memperbolehkan penggunaan
prinsip akuntansi alternatif. Oleh karena itu, pengguna laporan keuangan harus
mempunyai pengetahuan yang luas tentang alternative-alternatif prinsip akuntansi yang
dipilih dan akibatnya pada laporan keuangan
4. Estimasi akuntansi
Estimasi merupakan bagian yang melekat pada proses akuntansi dan tidak seorang pun
termasuk auditor dapat meramalkan apa dan bagaimana hasil dari suatu ketidakpastian

10
C. Jasa yang Dihasilkan Profesi Akuntan Publik
Profesi akuntan publik memberikan berbagai jasa kepada masyarakat yang dapat
digolongkan menjadi beberapa jasa yaitu jasa penjaminan (assurance), jasa atestasi, dan jasa
nonatestasi.
1. Jasa Assurance, Jasa penjaminan (assurance service) adalah jasa profesional independen
yang mampu meningkatkan mutu informasi, atau konteksnya, untuk kepentingan para
pengambil keputusan (Boynton, 2001). Para pengambil keputusan memerlukan informasi
yang andal dan relevan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Jasa assurance dapat
disediakan oleh akuntan publik atau berbagai profesi lain. Contoh jasa assurance yang
disediakan oleh profesi lain adalah jasa pengujian berbagai produk oleh organisasi
konsumen, jasa pemeringkatan televisi (television rating), dan jasa pemeringkatan radio
(radio rating). Pada definisi di atas, ada beberapa aspek kunci yang dapat dibahas satu per
satu agar kita dapat memahami jasa yang sebetulnya diberikan oleh akuntan profesional
kepada pengguna laporan keuangan.
Salah satu aspek kunci tersebut adalah konsep independensi. Aspek ini penting karena
para pengguna laporan keuangan sangat membutuhkannya untuk meyakinkan mereka atas
keandalan laporan keuangan. Pentingnya aspek ini juga karena akuntan publik yang
menilai laporan keuangan tidak memihak, baik manajemen maupun pengguna laporan
keuangan. Keandalan laporan keuangan yang dimaksud adalah penyajian yang jujur,
netral, dan konsistensi antar periode. Sedangkan, relevansi yang dimaksud dalam konteks
ini meliputi, laporan keuangan tersebut dapat dipahami, dapat diperbandingkan, dapat
digunakan, dan lengkap untuk proses pengambilan keputusan bagi yang menggunakan.
Jasa assurance berbeda dengan jasa audit. Jasa audit diberikan oleh akuntan profesional
untuk menilai kewajaran laporan keuangan perusahaan, sehingga hanya berfokus kepada
masalah keuangan saja.
Jasa assurance selain berfokus kepada masalah keuangan, jasa ini juga berfokus kepada
kaitan dengan lingkup luas informasi yang digunakan oleh para pengambil keputusan.
Jasa ini dimaksudkan untuk memberikan manfaat bagi para pengambil keputusan.
Beberapa contoh jasa assurance adalah sebagai berikut (Boynton, 2001).
a. Jasa penilaian risiko. Pada jasa ini akuntan publik dapat meningkatkan mutu informasi
risiko untuk para pengambil keputusan internal melalui penilaian independen terhadap

11
kemungkinan suatu peristiwa atau tindakan dapat berpengaruh buruk pada kemampuan
organisasi untuk mencapai tujuan bisnis serta melaksanakan strateginya dengan sukses.
b. Jasa penilaian kinerja. Jasa ini berfokus pada pemberian keyakinan berkenaan dengan
penggunaan ukuran-ukuran keuangan dan nonkeuangan oleh organisasi untuk
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi kegiatan.
c. Assurance perawatan lansia. Jasa ini merupakan jasa potensial yang para akuntan
publik dapat menyediakan jasa yang bernilai bagi anggota keluarga dengan cara
memberikan keyakinan bahwa tujuan pemeliharaan dapat tercapai untuk para anggota
keluarga lanjut usia yang tidak lagi dapat mandiri sepenuhnya. Tujuan jasa ini adalah
untuk memberikan keyakinan secara profesional, independen, dan objektif kepada
pihak ketiga (anak, anggota keluarga, atau pihak lain yang berkepentingan) bahwa
kebutuhan para lansia dapat terpenuhi.
2. Jasa Atestasi, Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang
yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua
hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah pernyataan yang
dibuat oleh satu pihak yang secara implisit yang dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak
lain (pihak ketiga). Untuk laporan keuangan historis, asersi merupakan pernyataan
manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
(PABU) (Mulyadi, 2001). Jasa atestasi profesi akuntan publik dapat dibagi menjadi empat
jenis, yaitu berikut ini.

a. Audit
Jasa audit mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan
historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut.
Akuntan publik yang memberikan jasa audit disebut dengan istilah auditor. Atas dasar
audit yang dilaksanakan terhadap laporan keuangan historis suatu entitas, auditor
menyatakan suatu pendapat terhadap apakah laporan keuangan tersebut menyajikan
secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha entitas
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Fokus utama dari audit adalah menyajikan suatu berkas laporan keuangan tahunan yang
menyertai suatu laporan audit tahunan kepada investor dan pengguna lain. Dalam

12
menghasilkan jasa audit ini, auditor memberikan keyakinan positif (positive assurance)
atas asersi yang dibuat oleh manajemen dalam laporan keuangan historis. Keyakinan
(assurance) menunjukkan tingkat kepastian yang dicapai dan yang ingin disampaikan
oleh auditor bahwa simpulannya yang dinyatakan dalam laporan adalah benar.
b. Pemeriksaan (examination)
Istilah pemeriksaan digunakan untuk menguraikan jasa lain yang muncul dalam
pernyataan positif suatu pendapat tentang kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Contoh pemeriksaan meliputi pemeriksaan (1)
laporan keuangan prospektif (bukan historis), (2) asersi manajemen tentang efektivitas
struktur pengendalian intern entitas, dan (3) kepatuhan entitas terhadap perundangan dan
peraturan tertentu. Contoh jasa pemeriksaan yang dilaksanakan oleh profesi akuntan
publik adalah pemeriksaan terhadap informasi keuangan prospektif dan pemeriksaan
untuk menentukan kesesuaian pengendalian intern suatu entitas dengan kriteria yang
ditetapkan oleh instansi pemerintah atau badan pengatur. Dalam menghasilkan jasa
pemeriksaan, akuntan publik memberikan keyakinan positif atas asersi yang dibuat oleh
manajemen. Pemeriksaan yang dilaksanakan oleh profesi akuntan publik terhadap laporan
keuangan historis disebut dengan istilah audit, dan akuntan publik yang menghasilkan
jasa audit disebut dengan istilah pemeriksaan, dan akuntan publik yang menghasilkan jasa
pemeriksaan semacam ini disebut praktisi. Istilah audit dan auditor khusus digunakan jika
jasa profesi akuntan publik berkaitan dengan atestasi yang terkandung dalam laporan
keuangan historis.
c. Penelahaan (review)
Jasa review terdiri dari permintaan keterangan dari manajemen entitas serta analisis
komparatif atas informasi keuangan. Lingkup jasa ini kurang signifikan apabila
dibandingkan dengan jasa audit atau jasa pemeriksaan. Tujuan review adalah untuk
memberikan keyakinan negatif sebagai lawan dai pernyataan positif yang diberikan pada
suatu audit. Keyakinan negatif lebih rendah tingkatannya dibandingkan dengan keyakinan
positif yang diberikan oleh akuntan publik dalam jasa audit dan jasa pemeriksaan, karena
lingkup prosedur yang digunakan oleh akuntan publik dalam pengumpulan bukti lebih
sempit dalam jasa review dibandingkan dengan yang digunakan dalam jasa audit dan jasa
pemeriksaan. Dalam menghasilkan jasa audit dan pemeriksaan, akuntan publik

13
melaksanakan berbagai prosedur berikut ini. Inspeksi, observasi, konfirmasi, permintaan
keterangan, pengusutan (tracing), pemeriksaan bukti pendukung (vouching), pelaksanaan
ulang (reforming), dan analisis. Dengan adanya dua prosedur (permintaan keterangan dan
prosedur analitik) yang dilaksanakan dalam jasa review, akuntan publik memberikan
keyakinan negatif atas asersi yang dibuat oleh manajemen sehingga tingkat keyakinan
yang diberikan oleh akuntan dalam laporan hasil review lebih rendah dibandingkan
dengan tingkat yang diberikan dalam jasa audit dan pemeriksaan.
d. Prosedur yang disepakati
Jasa atestasi atas asersi manajemen dapat dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan
prosedur yang disepakati antara klien dengan akuntan publik. Sebagai contoh, klien dan
kantor KAP dapat membuat kesepakatan bahwa prosedur-prosedur tertentu hanya dapat
dilaksanakan pada elemen dan akun tertentu dalam laporan keuangan sebagai lawan dari
laporan keuangan secara keseluruhan. Untuk jenis jasa ini, kantor KAP dapat
menerbitkan suatu ringkasan temuan.
3. Jasa-jasa Lain
Jasa-jasa lain merupakan jasa yang diberikan oleh akuntan publik yang di dalamnya tidak
menyertakan pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan.
Jasa-jasa ini tidak dapat diberikan oleh KAP yang sama dengan yang melaksanakan audit.
Hal tersebut dihindari karena alasan independensi. Sebuah KAP tidak mungkin memeriksa
hasil pekerjaannya sendiri. Hal tersebut dapat mengurangi keandalan laporan keuangan
perusahaan di mata pemakai laporan keuangan. Jasa yang diberikan bisa berupa
pencatatan (baik dengan komputer maupun manual) transaksi akuntansi bagi kliennya
sampai dengan penyusunan laporan keuangan. Jasa perpajakan meliputi bantuan yang
diberikan oleh akuntan publik kepada kliennya dalam pengisian surat pemberitahuan
pajak tahunan (SPT) pajak penghasilan, perencanaan pajak, dan bertindak mewakili
kliennya dalam menghadapi masalah perpajakan. selain itu, akuntan publik juga
memberikan jasa konsultasi sebagai berikut (Mulyadi, 2001)
a. Konsultasi (consultations) , Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah memberikan
konsultasi atau saran profesional (professional advice) yang memerlukan respons segera,
berdasarkan pada pengetahuan atas klien, keadaan, masalah teknis terkait, representasi
klien, dan tujuan bersama berbagai pihak. Untuk melaksanakan jasa konsultasi manajemen,

14
para praktisi mendayagunakan keahlian teknis, pendidikan, dan pengalaman mereka untuk
memberikan nasihat dan bantuan teknis kepada klien. Contoh jenis jasa ini adalah review
dan komentar terhadap rencana bisnis buatan klien dan pemberian saran tentang perangkat
lunak komputer yang cocok digunakan oleh klien (berdasarkan investigasi lebih lanjut oleh
klien). Proses konsultasi meliputi perumusan masalah atau peluang, mencari fakta,
mengevaluasi alternatif, merumuskan rencana tindakan, mengomunikasikan hasil,
menerapkan rencana tindakan, serta tindak lanjut.
b. Jasa pemberian saran professional, Untuk jasa jenis ini, fungsi praktisi adalah
mengembangkan temuan, simpulan, dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dan
diputuskan oleh klien. Contoh jenis jasa ini adalah review operasional dan
improvement study, analisis terhadap suatu sistem akuntansi, pemberian bantuan
dalam proses perencanaan strategik, dan definisi persyaratan yang harus dipenuhi oleh
suatu sistem informasi.
c. Jasa implementasi, Untuk jasa jenis ini, fungsi praktisi adalah mewujudkan rencana
kegiatan menjadi kenyataan. Sumberdaya dan personel klien digabung dengan
sumberdaya dan personel praktisi untuk mencapai tujuan implementasi. Praktisi
bertanggung jawab kepada klien dalam hal pelaksanaan dan manajemen kegiatan
perikatan. Contoh jasa jenis ini adalah penyediaan jasa instalasi sistem komputer dan
jasa pendukung yang berkaitan, pelaksanaan tahap-tahap peningkatan produktivitas,
dan pemberitahuan dalam proses penggabungan (merger) organisasi.
d. Jasa teknologi, KAP memberikan jasa teknologi dalam bentuk analisis sistem,
manajemen informasi, serta pengamanan sistem. KAP memiliki tenaga yang ahli
dalam mengevaluasi pengendalian intern entitas serta telah mengembangkan
keahliannya dalam membantu klien untuk merancang sistem informasi dan
pengendalian, sistem untuk mendukung perencanaan keuangan, sistem untuk
mendukung kebutuhan pengemalikan keputusan lainnya, serta membuat rekomendasi
untuk meningkatkan pengamanan sistem.
e. Jasa transaksi, Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk menyediakan jasa
yang berhubungan dengan beberapa transaksi khusus klien yang umumnya dengan
pihak ketiga. Contoh jenis jasa ini adalah jasa pengurusan kepailitan, jasa penilaian,

15
penyediaan informasi untuk mendapatkan pendanaan, analisis kemungkinan
penggabungan usaha atau akuisisi, dan jasa pengurusan perkara pengadilan.

D. Perkembangan Profesi Akuntan Public Di Amerika Dan Indonesia


 Perkembangan Profesi Akuntan Public di Amerika
Profesi akuntan public modern dipengaruhi oleh sejumlah organisasi professional dan badan
pengatur yang memiliki fungsi di dalam organisasi itu sendiri maupun yang secara langsung
dapat mempengaruhi profesi itu sendiri melalui kegiatan penetapan standar dan pengaturan.
American Institute Of Certified Public Accountans (AICPA)
Organisasi profesi nasional untuk akuntan public di Amerika Serikat adalah AICPA.
Sebagaimana dinyatakan dalam laporan tahunan, misi AICPA adalah bertindak atas nama
anggota serta menyediakan dukungan yang perlu untuk meyakinkan bahwa CPA telah melayani
kepentingan public dalam melaksanakan jasa profesional yang bermutu.
Standar Audit yang Berlaku Umum
Menurut Webster’s New International dictionary, standar adalah sesuatu yang ditentukan oleh
penguasa, sebagai suatu peraturan untuk mengukur kualitas, berat, luas, nilai, atau mutu. Jika
diterapkan dalam auditing, standar auditing adalah suatu ukuran pelaksanaan tindakan yang
merupakan pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit.
Pedoman umum yang dimaksud adalah berupa 10 standar auditing yang berlaku umum
(generally accepted auditing standards), yang dikembangkan oleh AICPA (American Institute of
Certified Public Accountants). Standar-standar ini memang tiak cukup spesifik untuk
memberikan pedoman yang berarti bagi praktisi akuntan publik, akan tetapi menyajikan
kerangka kerja atau acuan yang membuat AICPA dapat memberikan interprestasi.
Sepuluh standar auditing dibagi menjadi tiga kelompok: (1) standar umum, (2) standar pekerjaan
lapangan. Dan (3) standar pelaporan. Standar umum mengatur syarat-syarat diri auditor; standar
pekerjaan lapangan mengatur mutu pelaksanaan auditing; dan (3) standar pelaporan. Standar
umum mengatur syarat-syarat diri auditor; standar pekerjaan lapangan mengatur mutu
pelaksanaan auditing, dan standar pelaporan memberikan panduan bagi auditor dalam
mengkomunikasikan hasil auditnya melalui laporan audit kepada pemakai informasi keuangan
standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam
Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 01 (SA Seksi 150).

16
  Standar dan Praktik Pengendalian Mutu dalam Profesi Akuntan
Pada tahun 1978, AICPA mendirikan Quality Control Standards Committee yang bertanggung
jawab untuk membantu kantor akuntan publik merumuskan dan melaksanakan standar
pengendalian mutu. Quality Control Standards Committee telah menggariskan sembilan unsur
dari pengendalian mutu yang harus menjadi bahan pertimbangan kantor akuntan dalam
menetapkan kebijakan dan prosedur mereka sendiri. AICPA telah membentuk sebuah divisi
untuk mengamati kantor-kantor akuntan publik dengan dua seksi, SEC Practice Section (untuk
kantor akuntan yang mengaudit perusahaan yang go-public) dan Private Companies Practice
Section (untuk kantor akuntan yang mengaudit perusahaan biasa). Tujuan mereka adalah untuk
memperbaiki kualitas dari praktek-praktek yang dijalankan oleh kantor akuntan publik  sesuai
dengan standar pengendalian mutu  AICPA.

 Perkembangan Profesi Akuntan Public di Indonesia


Menurut catatan seorang ahli sejarah akuntansi, dikatakan bahwa :
“asal usul auditing dimulai jauh lebih awal dibandingkan dengan asal usul akuntansi. Ketika
kemajuan peradaban membawa pada kebutuhan akan adanyaorang yang dalam batas tertentu
dipercaya untuk mengelola harta milik orang lain,maka dipandang patut untuk melakukan
pengecekan atas kesetiaan orang tersebut,sehingga semuanya akan menjadi jelas”.
Pada awalnya, audit terhadap perusahaan harus dilakukan oleh satu atau lebih pemegang saham
yang bukan merupakan pejabat perusahaan, serta merekayang ditunjuk oleh pemegang saham
lainnya sebagai perwakilan pemegang saham. Profesi akuntansi segera bangkit dengan cepat
untuk memenuhi kebutuhan pasar serta perundangan yang segera direvisi, sehingga
memungkinakn orangyang bukan pemegang saham dapat melkukan audit. Hal ini
mendorongmunculnya berbagai formasi kantor audit.
Perkembangan akuntansi sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari perkembangan profesional
akuntansi yang menumbuhkan profesi akuntan yang dilahirkan dari kontribusi dunia pendidikan
tinggi(universitas) dan organisasi profesi.Sukoharsono (2000) memaparkan bahwa profesi
akuntansi di Indonesia baru berkembang sejak diluncurkannya Undang-Undang No. 34, Tahun
1954 tentang hak praktik publik dan penggunaan akreditasi gelar akuntansi.
Undang-undang ini dimaksudkan untuk melindungi public dari praktik akuntansi profesional
yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai hak untuk memberikan layanan tersebut.

17
Undang-undang inisangat penting yang merupakan hukumakuntansidimana menjadi jalan bagi
bangsa Indonesia untuk mendapatkan kualifikasi profesional tanpa pendidikan formal dari luar
negeri, seperti yang terjadi pada zaman penjajahan Belanda.
Organisasi profesi akuntansi diberbagai negara di dunia sangat beraneka ragam, baik struktur
organisasi,keanggotaan,maupun kegiatannya. Di Indonesia hanya terdapat satu organisasiprofesi
akuntansi, yaitu Ikatan AkuntanIndonesia (IAI) yang merupakan badanakuntansi profesional
pertama. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) didirikan padatahun 1957, yaitusetelah munculnya
Undang-Undang No. 34, Tahun 1954. IAI yang pertama kalinya dipimpin oleh Prof.Soemardjo
Tjitrosidodo, profesor akuntansiUniversitas Indonesia.
Keanggotaannya terutama terdiri atas para akuntan yang bekerja pada berbagai bidang
kegiatan.Untuk menampung kegiatan para anggota yang berbeda-beda tersebut, IAI membentuk
empat kompartemen sesuaidengan bidangkegiatan para anggotanya,yaitu: Kompartemen
Akuntan Publik,Kompartemen Anggota Manajemen,Kompartemen Akuntan Pendidik, dan
Kompartemen Akuntan Sektor Publik (Jusup, 2001).Sasaran pembentukan IAI ini adalah untuk
melindungi status profesi akuntan Indonesia, mendorong profesi akuntansi kepada publik untuk
mendukung pembangunan nasional Republik Indonesia,mengembangkan ilmu pengetahuan
akuntansi, melindungi badanakuntan Indonesia dan mengembangkan keahlian dan tanggung
jawab anggota IAI,serta mendukung dan menciptakantindakan positif terkait dengan
pembangunan nasional Indonesia(Sukoharsono, 2000).Sejak IAI berdiri tahun 1957 s.d.tahun
1959 baru tiga belas orang akuntan yang terdaftar di Indonesia. Hal ini tidak sebanding dengan
pertumbuhan bisnis setelah kemerdekaan Indonesia. Namun, sejak pemerintahan Presiden
Soeharto pada tahun 1966 terjadi perubahan yang dramatis untuk profesi akuntansi Indonesia
seiring dengan membaiknya kondisi politik dan ekonomi Indonesia saat itu (Sukoharsono, 2000).
Sejak tahun 1975 perkembangan profesi akuntan semakin mantap.Pada tahun ini Konsersium
Ilmu Ekonomi (KIE) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan berdiri dimana salah satu keputusannya menetapkan bahwa syarat-syarat minimal
kurikulum jurusanakuntansi berpola Amerika,untuk seluruhFakultas Ekonomi Negeri. Sejalan
denganhal tersebut Pusat PengembanganAkuntansi (PPA) sebagai lembaga dibawah KIE yang
berkedudukan diFakultas Ekonomi Negeri setempat mulai beroperasi tahun 1979.
Menurut Harahap,(2001), lembaga itu bertugas untuk,Pertama, mengintegrasikan satu
polapendidikan akuntansi, yaitupola Amerika.Kedua, sebagai pelaksana Ujian

18
NasionalAkuntansi (UNA) bagi peserta yangberasal dari lulusan Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomidari universitas swastamaupun negeri,yang belum memenuhi persyaratan memakai
gelar akuntan.Padatahun 2001 pemerintah berniat memberlakukan aturan barutentang pemakaian
sebutan akuntan(bukan gelar akuntan), maka pemerintahdalam hal ini
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI membuat peraturan barutentang seseorang yang
berhak menggunakan sebutan akuntan.Jusup (2001) memaparkan bahwa peraturan barutersebut
menetapkan seseorangberhakmenggunakan sebutan akuntan apabilayang bersangkutan telah
lulus dari suatuPendidikan Profesi Akuntansi yangdiselenggarakan oleh perguruan tinggiyang
telah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.
Dalam rangka meningkatkan penguasaanakuntansi terhadap pengetahuan dankompetensi teknis
di bidang akuntansi dan menyongsong keterbukaan dalam era perdagangan bebas, maka IAI
dengan dukungan Departemen Keuangan RI menyelenggarakan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik
(USAP), dengan tujuan menguji kemampuan akuntan untuk berpraktik sebagai Akuntan Publik
(Harahap, 2001). Disamping itu, IAI sebagai organisasi profesi telah memfasilitasi anggotanya
untuk selalu mempertahankan dan meningkatkan kompetensi profesionalnya.Untuk itu,IAI
sebagai organisasi profesi menyelenggarakan Program Pendidikan Berkelanjutan(PPL) dengan
materi yang meliputi tigaunsur, yaitu:
1. ketrampilan profesional,
2. pengetahuan profesional, dan
3. etika profesi.

19
BAB III
RISET – RISET YANG MUNGKIN DILAKUKAN DAN PENELITIAN TERDAHULU

A. Variabel yang Mungkin dilakukan Riset


1. Pengaruh Hierarki Kebutuhan terhadap Minat Menjadi Akuntan Publik
Minat menjadi akuntan publik biasanya di motivasi oleh keinginan seseorang dalam
mengaktulisasi dirinya, menurut teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslows
mengidentifikasikan bahwa aktulisasi diri merupakan salah satu kebutuhan paling tinggi dari 5
tingkatan kebutuhan yang ada pada manusia. Teori Maslow menunjukkan bahwa tingkat yang
paling dasar dahulu harus dipenuhi sebelum individu akan sangat menginginkan (atau focus
motivasi pada) kebutuhan tingkat menengah atau tinggi. Dalam teori maslow ini disebut dengan
“metamotivation” atau gambaran motivasi orang-orang yang melampaui lingkup kebutuhan
dasar dan berusaha untuk perbaikan terus-menerus. Stowe (2016) menyatakan bahwa
profesionalisme yang merupakan bagian dari kebutuhan akan fisiologis atau kebutuhan dasar
berhubungan positif terhadap minat seseorang untuk menjadi akuntan publik. Zhao dan Lord
(2016) juga mengatakan bahwa kepastian karir dan asosiasi profesi yang merupakan bagian dari
kebutuhan dari rasa aman ternyata berpengaruh positif terhadap minat menjadi akuntan publik.
Thompson (2016) menyatakan bahwa dukungan sosial seperti dukungan dari orang terdekat dan
lingkungan sekitar ternyata berpengaruh positif terhadap minat menjadi akuntan publik, dimana
dukungan sosial ini merupakan kebutuhan ketiga dari hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh
Maslow. Remo (2019) menyatakan bahwa kebutuhan akan penghargaan yang terdiri dari
kepercayaan publik, kompetensi kode etik dan pengakuan professional berpengaruh positif
terhadap minat menjadi akuntan publik.

2. Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Minat Menjadi Akuntan Publik


Pengalaman kerja adalah suatu kemampuan, pengetahuan dan keterampilan seorang yang
diperoleh melalui rentang waktu atau masa kerja yang telah ditempuh untuk pekerjaan tertentu
melalui tindakan, reaksi, kecekatan dan berbagai percobaan yang telah dilakukan. Semakin luas
pengalaman kerja seseorang, maka semakin terampil seseorang dalam melakukan pekerjaan dan
semakin sempurna pula pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Bates (2018) menyatakan bahwa pengalaman kerja selama 150 kredit ternyata

20
mempengaruhi minat menjadi akuntan publik. Artinya seseorang yang memiliki pengalaman
minimat 150 kredit ternyata lebih berminat menjadi akuntan publik dari pada yang memiliki
pengalaman kurang dari itu. Eddy (2018) menyatakan hal serupa dimana seseorang yang
memiliki pengalaman yang cukup atau bahkan lebih akan timbul rasa tanggung jawab yang besar
yang berdampak pada semakin berminatnya mereka untuk menjadi akuntan publik. Seidel (2019)
menyatakan bahwa pengalaman dalam bentuk magang pada sebuah kantor akuntan publik akan
membuat seseorang lebih tertarik untuk menjadi akuntan publik. Terakhir menurut Chaparro
(2020) menyatakan bahwa pengalaman akan berdampak kepada semakin cepatnya seseorang
mengerjakan sebuah proyek audit, dan hal ini berdampak kepada semakin berminatnya orang
tersebut untuk menjadi akuntan publik dimasa yang akan datang.

3. Pengaruh Gengsi (Prestige) terhadap Minat Menjadi Akuntan Publik


Menurut Kuenzel dan Halliday (2008) gengsi adalah persepsi orang lain, pendapat yang dihargai,
dihormati, dikagumi atau terkenal. Sumber gengsi menyebabkan orang untuk mengasosiasikan
dirinya dengan brand yang bergengsi untuk meningkatkan harga mereka. Gengsi adalah keadaan
dimana seseorang merasa mempunyai kebanggaan tersendiri, pada saat memiliki sesuati tertentu
baik itu seperti barang, gelar, kehormatan bahkan pekerjaan. Setiap orang yang normal
membutuhkan penghargaan diri dan penghargaan dari lingkungannya. Semakin tinggi status dan
kedudukan seseorang semakin tinggi pula kebutuhan prestise (gengsi) diri yang bersangkutan
(Atmodjo, 2012). Dapat disimpulkan gengsi adalah keadaan dimana seseorang memiliki
kebanggaan tersendiri setelah memiliki sesuatu dalam penelitian ini gengsi tersebut adalah
kebanggaan memiliki gelar CPA dan bekerja sebagai akuntan public
Tomo dan Gennaro (2020) menyatakan bahwa kepribadian yang proaktif dan gengsi atau
kebanggaan akan profesi akuntan publik akan berdampak kepada minat seseorang menjadi
akuntan publik. Dapat disimpulkan bahwa semakin profesi akuntan publik di Amerika saat ini
adalah profesi yang bergengsi yang dapat menaikkan strata atau pun martabat seseorang.
Akuntan publik disana memiliki kepercayaan masyarakat yang tinggi sehingga menyebabkan
profesi ini adalah salah satu profesi bergengsi yang dapat menaikkan nilai gengsi dan jual
seseorang ditengah masyarakat.

21
4. Pengaruh Peran Asosiasi Profesi terhadap Minat Menjadi Akuntan Publik
Salah satu ciri penting suatu pekerjaan profesional, bahwa pekerjaan itu harus memiliki
organisasi/asosiasi profesi yang melindungi para anggotanya. Organisasi itulah yang nantinya,
memberikan makna atau nilai tambah, atas pekerjaan yang dilakukan itu. Secara definisi, profesi
dimaknai sebagai pekerjaan yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah hidup dengan
mengandalkan pengetahuan, keahlian dan ketrampilan tinggi, dan dengan melibatkan komitmen
pribadi (moral) yang mendalam. Seluruh komponen itu harus masuk dan saling terkait, agar
mendukung profesionalisme seseorang. Ia harus memiliki pengetahuan secara konseptual,
melalui kegiatan belajar, pengalaman, atau autodidak. Ia pun harus memiliki ketrampilan agar
bisa menjalankan hal-hal yang sifatnya sangat praktis dalam pelaksanaan profesi itu. Dan yang
paling penting dari semua itu adalah komitmen pada etika atau moral, agar pekerjaan yang
dilakukan itu tidak merugikan kepentingan umum dan masyarakat. Schaefer (2019) menyatakan
bahwa peran pendampingan yang dilakukan oleh organisasi asosiasi profesi akuntan di Amerika
dalam hal ini AICPA ternyata mempengaruhi minat seseorang untuk menjadi akuntan publik
disana. Dapat diartikan semakin besar peran asosiasi seperti AICPA ini maka semakin besar
minat seseorang menjadi akuntan publik. AICPA di Amerika memiliki peran yang cukup kuat
dalam pengembangan jumlah dan kualitas akuntan publik disana.

B. Hasil Penelitian Terdahulu


1. Hasil Penelitian Jill Collis , Robin Jarvis & Len Skerratt (2004)
Penelitian yang berjudul“The demand for the audit in small companies in the UK”.Penelitian ini
berbentuk studi regresi logistik berdasarkan temuan survei kuesioner pos. Survei dilakukan
pada tahun 1999 dan meneliti pandangan direktur utama perusahaan yang diklasifikasikan
sebagai 'perusahaan kecil' menurut undang-undang Inggris. Hasil penelitian
digeneralisasikan ke populasi perusahaan terbatas swasta yang aktif dan independen dengan
omset antara £0,5 juta dan £4,2 juta yang mengajukan akun penuh. Sampel awal dipilih dari
FAME (Financial Analysis Made Easy) database, yang terdiri dari perusahaan terbatas swasta
aktif dan independen yang memenuhi tiga kriteria berikut:
• omset hingga £4,2 juta;"'
• total neraca hingga £2,1 juta;
• hingga 50 karyawan.

22
Ini menghasilkan daftar 11.648 perusahaan dimana sampel acak sistematis diambil. Lalu
sampel efektifnyayakni 2.288 perusahaan diidentifikasi.
Penelitianinimembahas kesenjangan dalam literatur yang berkaitan dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan audit oleh direktur perusahaan kecil. penelitian ini
menunjukkan bahwa 63% dari perusahaan sampel akan memilih untuk memiliki audit
eksternal sukarela dan menunjukkan bahwa mayoritas dari mereka yang terkena dampak
dengan menaikkan ambang pengecualian ke maksimum EC mempertimbangkan manfaat
dari mengaudit akun mereka lebih besar daripada biayanya.
2. Hasil Penelitian Peter Carey, Roger Simnett, and George Tanewski (2000)
Penelitian yang berjudul“Voluntary Demand for Internal and External Auditing by Family
Businesses”. Data yang dianalisis terdiri dari 186 bisnis keluarga Australia yang diambil dari
database 318 bisnis keluarga yang disusun oleh AXA Australia Family Business Research
Unit (AAFBRU) di Monash University. Basis data dikumpulkan dari survei terhadap 3.000
bisnis Australia yang dipilih secara acak dari daftar bisnis Australia Dun & Bradstreet.
Kuesioner Partisipasi Ekuitas Bisnis Keluarga Australia (AFBEPQ) dirancang oleh
AAFBRU dan terdiri dari tujuh bagian: Latar Belakang Bisnis, Kepemilikan Saat Ini dan
Manajemen Bisnis, Suksesi, Perencanaan Pertumbuhan Bisnis Keluarga, Investasi
Alternatif, Latar Belakang CEO , dan Protokol Audit.
Studi ini menyelidiki permintaan sukarela untuk audit oleh bisnis keluarga, segmen ekonomi
yang signifikan tetapi relatif belum dijelajahi. Studi ini mempertimbangkan permintaan untuk
audit internal dan eksternal dengan menggunakan data survei untuk menyelidiki dampak
karakteristik perusahaan yang terkait dengan biaya vs. manfaat melibatkan auditor. Variabel
yang diteliti adalah ukuran perusahaan, hutang, dan dua proksi agensi yang mengukur pemisahan
kepemilikan dan pengendalian, yaitu proporsi manajemen nonkeluarga dalam perusahaan, dan
proporsi perwakilan nonkeluarga di dewan direksi. Makalah ini juga mempertimbangkan
hubungan antara audit internal dan eksternal.
Hasil deskriptif atas permintaan sukarela untuk audit oleh 186 bisnis keluarga mengungkapkan
bahwa audit internal lebih umum daripada audit eksternal, dan outsourcing adalah metode umum
untuk menyediakan audit internal. Hasil dari analisis regresi logistik memberikan dukungan
untuk dampak hipotesis dari dua agen proxy dan utang perusahaan pada permintaan untuk audit
eksternal, tetapi tidak menjelaskan permintaan untuk audit internal. Untuk perusahaan yang

23
secara sukarela melibatkan auditor (audit internal dan/atau eksternal), korelasi negatif dan
signifikan antara audit internal dan eksternal menunjukkan bahwa dalam lingkungan bisnis
keluarga mereka lebih sering dipandang sebagai tanggapan pengganti daripada pelengkap.
3. Hasil Penelitian Knaap (1985)
Penelitian yang berjudul“Audit Conflict an Empirical Study of the perceived Ability of Auditor to
Resists Management Pressure”. Variabel Independent : Fungsi Audit dan Konflik Audit-Klien,
Variabel Dependen : Pengguna Laporan Keuangan dengan topic penelitian Menganalisis
terhadap kemampuan untuk menjaga posisinya dalam situasi konflik dengan klien dalam
hubungan pinjaman bank. Dan hasil penelitian adalah semakin besar subyektifitas dalam
membuat standar teknis dan semakin kuat kondisi keuangan klien maka semakin rendah
kemampuan auditor untuk mengatasi tekanan dari klien.

4. Hasil Penelitian Bonner (1990)


Penelitian yang berjudul “Experience Effects in Auditing; The Tole Task Specific Knowledge”.
Variabel Independent : Resiko Audit dan Variabel Dependen : Pengalaman dan Pembuatan
Keputusan. Dengan topic penelitian yaitu Proses pengetahuan tentang Spesifikasi tugas dalam
mempengaruhi kinerja auditor berpengalaman terhadap pembuatan keputusan, Dan hasil
penelitiannya adalah Pengetahuan mengenai spesifik tugas membantu kinerja auditor
berpengalaman melalui komponen pemilihan dan pemborosan bukti terhadap penetapan resiko
audit.

5. Tsui and Gul (1999)


Penelitian yang berjudul “Auditor Behavior in an Audit. Conflict Situation A Research Note on
the Role of Locus of Control and Ethical Reaseoning”. Variabel Independent : Variabel
Kepribadian, Pertimbangan etis pada perilaku dalam situasi konflik audit, dan Variabel
Dependen Locus of Control. Dengan topic penelitian yaitu Menganalisis prilaku auditor pada
situasi konflik audit, Dan hasil penelitiannya adalah Bahwa penalaran etika memoderasi
hubungan antara locus of control dengan kemampuan auditor mengatasi tekanan manajemen
pada situasi konflik klien auditor.

24
BAB IV
KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa Auditing dan profesi akuntan publik merupakan suatu
proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti– bukti secara obyektif mengenai
pernyataan tentang kejadian dan tindakan ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara
pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan untuk menyampaikan hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan.
Dalam melakukan pemeriksaan tersebut akuntan harus selalu berpedoman pada tiga hal yakni :
norma pemeriksaan akuntan, prinsip akuntansi Indonesia, kode etik profesi. Norma pemeriksaan
akuntan merupakan tolak ukur mutu pekerjaan akuntan.

25
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. (2004). Auditing (PemeriksaanAkuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Edisi
ketiga. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Arens, A.A., Elder, R.J., dan Beasly, M. S. (2003). Auditing And Assurance Service-An
Integrated Approach. 9th ed. Prestice Hall. New Jersey
Konrath, L. F. (2002). Auditing Consepts and Application-A Risk Analysis Approach. 5th ed.
West Publishing Company
Jusup, Al. Haryono.2001.Auditing (Pengauditan).Buku 1.Yogyakarta: Bagian Penerbit Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Kieso, Donald E. and Jerry J. Weygandt.1989.Intermediate Accounting.6thEdition.New York :
JohnWilley & Sons.
Bonner, S.E & Walker P.L. 1994. The Effect Instruction And Experience on The Acquisition of
Auditing Knowledge. The Accounting Reviuw, No. 69 January.
Cathy dan Christine. 2011. Responsible Leadership for Audit Quality, How dothe Big Four
Manage The Personal Ethics OfTheir Employees. Journal. Audencia Nantes School of
Management.
Stowe, Jamie Eggleston (2016), A Quantitative Examination of the Relationship between Age,
Gender, and Burnout in Public Accounting Professionals in a United States National Firm,
Penerbit ProQuest Journal.

Zhao, Yingqi and Lord, Beverley R (2016), Chinese Women In The Accounting Profession,
Penerbit Emeraldinsight Journal

Philips, Marlissa J (2020), A Critical Analysis of the Impact of Perception Intervention on the
Selection of Accounting as a Major at Clark Atlanta University, Penerbit ProQuest Journal.

Remo, Amanda (2019), Certified Public Accountants' Attitudes towards the Public Interest and
the Factors that Impact Those Attitudes, Penerbit ProQuest Journal.

Thompson, Pamela E (2016), Improving Diversity in the Accounting Profession: The Shortage
of African American Certified Public Accountants in Texas, Penerbit ProQuest Journal.

26
Bates, Stephen B (2018), Accounting Students' Perceptions of the Value of Pursuing CPA
Certification and Factors that Influence Their Decisions, Penerbit ProQuest Journal.

Eddy, Doirin (2018), Accountants' Perspectives and Experiences of the Need to Include Ethics
Courses in Accounting Education and Curriculum, P Penerbit roQuest Journal

Seidel, Angela Marie (2019), Accounting Graduates' Perceptions of the Internship's Role in
Workplace Transition and Employability Development: A Qualitative Case Study, Penerbit
ProQuest Journal.

Chaparro. Edith (2020), Predictors for Passing the Psychology License Exam, Penerbit ProQuest
Journal.

Tomo, Andrea and Gennaro, Davide de (2020), Accountants’ behavioural reactions to external
threats: the mediating role of proactive personality in the goal orientation process, Penerbit
Emeraldinsight Journal.

Schaefer, Kathryn Agnes (2019), Accountants' Perceptions of Critical Themes Affecting


Retention and Turnover in Public Accounting, Penerbit ProQuest Journal.

27

Anda mungkin juga menyukai