Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Assessment of Inherent Risk and Materiality and Internal Control Consept

Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing

Disusun Oleh :
DIAN JUWENI PUTRI 2310246455

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah mamberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini pada mata kuliah Audit dan
Asurans di Universitas Riau.

Tak lupa sholawat beriring salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, yang telah mengarahkan kepada kita satu-satunya agama yang diridhoi Allah
SWT, yakni agama Islam. Alhamdulillah penulisan makalah ini bisa diselesaikan, walaupun
kemungkinan dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan-kekuragan baik dalam
penggunaan bahasa maupun pengambilan data-data yang bisa dibilang kurang komplit dan detail.

Mengingat keterbatasan kami yang mash belum bisa maksimal dalam mengumpulkan
data-data yang diperlukan. Kami berharap semoga makalah yang singkat ini dapat bermanfaat
bagi kami maupun orang yang membacanya.

Akhir kata kami menyadari bahwasanya bila segala urusan telah selesai maka akan
tampak kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran selalu kami tunggu demi peningkatan
kualitas dan mutu dari makalah yang kami susun ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Pekanbaru, Agustus 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

1.1 Latar belakang....................................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................1

1.3 Tujuan Makalah..................................................................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.............................................................................................................................2

2.1 Materialitas........................................................................................................................................2

2.1.1 Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas..........................................................2

2.2 Risiko Audit.......................................................................................................................................3

2.2.1 Komponen model risiko audit................................................................................................3

2.2.2 Perbedaan Antara Risiko-risiko dalam Model Risiko Audit..................................................5

2.2.3 Hubungan Risiko dengan Bukti serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko.................5

2.3 Pengendalian Internal (Internal Control)...................................................................................6

2.3.1 Tujuan Pengendalian Internal.................................................................................................7

2.3.2 Tanggung Jawab Manajemen Dan Auditor Atas Pengendalian Internal................................7

2.3.3 Komponen Pengendalian Internal COSO...............................................................................8

2.3.4 Memperoleh dan mendokumentasikan pemahaman tentang pengendalian internal..............9

2.4 Menilai Risiko Pengendalian...................................................................................................10

2.4.1 Pengujian Pengendalian........................................................................................................12

2.4.2 Memutuskan Risiko Deteksi yang direncakan dan Merancang Pengujian Substantif.........12

2.4.3 Pelaporan Pengendalian Internal Menurut Section 404........................................................12


2.4.5 Mengevaluasi, melaporakan dan menguji pengendalian internal untuk perusahaaan
nonpublik13

BAB III.........................................................................................................................................15

STUDI KASUS SUNBEAM CORP...........................................................................................15

3.1 Latar Belakang Kasus..............................................................................................................15

3.2 Permasalahan Kasus................................................................................................................15

3.3 Pertanyaan kasus dan awaban kasus........................................................................................16

3.4 Kesimpulan Kasus...................................................................................................................21

3.5 Saran Kasus.............................................................................................................................22

BAB IV..........................................................................................................................................23

PENUTUP....................................................................................................................................23

4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................23

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………………………………...24
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam perkembangannya, jasa profesi auditor semakin dibutuhkan seiring dengan
semakin banyaknya pihak-pihak yang menggunakan informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pihak-pihak tersebut
menuntut penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang berlaku dan juga dapat
dipercaya. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, digunakanlah jasa auditor sebagai pihak yang
secara independen memberikan penilaian terhadap laporan keuangan yang akan dijadikan dasar
pengambilan keputusan.
Untuk meminimalisir tingkat kesalahan, auditor diharuskan melakukan perencanaan
terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk dapat memahami seluk beluk perusahaan yang akan
diperiksa laporan keuangannya, sehingga penilaian yang dihasilkan tepat guna dan terhindar dari
kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan pihak-pihak terkait di kemudian hari.
Konsep-konsep dasar dalam auditing digunakan sebagai dasar perencanaan audit.
Diantara konsep-konsep yang ada, konsep materialitas dan risiko termasuk konsep fundamental
yang harus dipahami auditor dalam merencanakan dan melakukan kegiatan audit. Konsep
materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing terutama standar pekerjaan lapangan
dan standar pelaporan. Dengan konsep ini, auditor menentukan standar hal-hal yang tergolong
material atau tidak material. Hal ini menjadi sangat penting karena pendapat yang diberikan
auditor merupakan pendapat terhadap hal-hal yang bersifat material saja. Maka ruang lingkup
pemeriksaan dan penentuan pendapat yang akan diberikan, bergantung pada interprestasi dan
pemahaman auditor terhadap nilai-nilai yang termasuk dalam hal yang material ataupun tidak
material.
Sedangkan konsep risiko merupakan risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,
tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material.
1.2 Rumusan Masalah
1. Materialitas dan Risiko Audit
2. Risiko Inheren
3. Risiko Pengendalian
1.3 Tujuan Makalah
Dengan adanya makalah ini penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis dan
pembac
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Materialitas

Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit yang
tepat untuk diterbitkan. Menurut FASB 2 mendefinisikan materialitas sebagai berikut:“Besarnya
penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan situasinya,
menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan informasi
mungkinakan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji
Oleh karena para auditor bertanggung jawab untuk menentukan apakah terdapat salah saji
material, mereka harus membuatnya menjadi perhatian klien sehingga dapat dilakukan koreksi
atas salah saji tersebut.Jika klien menolak untuk mengoreksi salah saji tersebut, maka auditor
harus menerbitkan opini wajar dengan pengecualian atau tidak wajar, bergantung pada berapa
signifikan salah saji tersebut.Hal ini sangat tergantung pada pengetahuan yang mendalam atas
penerapan materialitas.
2.1.1 Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas.
2.1.1.1 Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
SAS 107 (AU 312) mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan dalam
laporan keuangan, yang akan mereka anggap material apad awal audit ketika sedang
mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Kami menyebut ini sebagai pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas(preliminary judgment about materiality) . Pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas adalah maksimum yang membuat auditor yakin bahwa laporan
keuangan akan salah saji tetapi tidak mempengaruhi keputusan para pemakai yang bijaksana.
Auditor menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk membantu
merencanakan pengumpulan bukti yang tepat.Semakin rendah nilai uang pertimbangan
pendahuluan ini, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan.

Beberapa faktor akan mempengaruhi pertimbanganpendahuluan auditor tentang materialitas


untuk seperangkat laporan keungan tertentu. Faktor-faktor yang terpenting adalah:

a. Materialitas adalah konsep yang bersifat relative ketimbang absolut


b. Tolak Ukur yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas
c. Faktor-faktor kualitatif juga mempengaruhi materialitas.

2.1.1.2 Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen-


segmen
Alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen-segmen perlu dilakukan
karena auditor mengumpulkan bukti per segmen dan bukan untuk laporan keuangan secara
keseluruhan. Jika auditor memiliki pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk setiap
segmen, petimbangan tersebut akan membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang
tepat yang harus dikumpulkan. Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam mengalokasikan
materialitas pada akun-akun neraca:
a. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji
dibandingkan akun-akun lainnya
b. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan
c. Biaya audit relative mempengaruhi pengalokasian

2.1.1.3 Mengestimasi salah saji dan membandingkan dengan pertimbangan penduluan.


Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat kertas
kerja untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan. Salah saji yang ditemukan dalam suatu
akun dapat dibedakan menjadi dua jenis: salah saji yang diketahui dan salah saji yang
mungkin. Salah saji yang diketahui adalah (know misstatement) adalah salah saji dalam akun
yang jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor. Sebagai contoh, ketika mengaudit property,
pabrik dan peralatan, auditor mungkin mengidentifikasi lease peralatan yang dikapitalisasi ,
padahal seharusnya dibebankan karena merupakan lease operasi. Sedangkan salah saji yang
mungkin (likely misstatement) terbagi lagi menjadi dua jenis. Pertama adalah salah saji yang
berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor tentang estimasi saldo
akun. Contohnya adalah perbedaan estimasi penyisihan untuk piutang tak tertagih atau
kewajiban garansi. Kedua adalah proyeksi salah saji berdasarkan pengjian auditor atas sampel
dari suatu populasi. Contohny, asumsikan bahwa bahwa auditor menemukan enam salah saji
yang dilakukan oleh klien dalam sampel yang terdiri atas 200 barang ketika menguji biaya
persediaan.
2.2 Risiko Audit

Risiko audit adalah risiko bahwa auditor mungkin tanpa sengaja telah gagal untuk
memodifikasi pendapat secara tepat mengenai laporan keuangan yang mengandung salah saji
material. Standar auditing mengharuskan auditor memahami entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji yang material dalam laporan
keuangan klien. Standar auditing mengharuskan auditor menilai risiko salah saji yang meterial
pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan serta tingkat asersi yang relevan bagi kelas
transaksi, saldo akun, dan pengungkapan.

2.2.1 Komponen model risiko audit


2.2.1.1 Risiko Deteksi yang direncanakan (Planned Detection Risk)
Risiko deteksi yang direncanakan adalah risiko bahwa bukti audit untuk suatu tujuan
akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi materialitas kinerja. Risiko deteksi yang
direncanakan tergantung pada tiga faktor lain dalam model risiko audit. Risiko ini akan berubah
hanya jika auditor mengubah salah satu faktor dari faktor-faktor model risiko. Risiko deteksi
yang direncanakan menetukan jumlah bukti substantif yang direncanakan akan dikumpulkan
auditor, yang besarnya berlawanan dengan risiko deteksi yang direncanakan. Jika risiko deteksi
yang direncanakan dikurangi, auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk mencapai
rencana pengurangan risiko itu.

2.2.1.2 Risiko Bawaan (Inheren Risk)


Risiko bawaan mengukur penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji
(kekeliruan atau kecurangan) yang material dalam segmen, sebelum mempertimbangkan
keefektifan pengendalian internal. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan besar akan
ada salah saji, dengan mengabaikan pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan bahwa
risiko inheren adalah tinggi. Selain meningkatkan bukti audit untuk risiko inheren yang lebih
tinggi dalam bidang audit tertentu, auditor biasanya jug menugaskan staf yang lebih
berpengalaman pada bidang itu dan mereview pengujian audit yang telah selesai serta lebih
meyeluruh. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko
salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu
dibandingkan dengan yang lain. Auditor harus menilai faktor-faktor yang menyebabkan risiko
inheren dan memodifikasi bukti audit untuk memperhitungkan faktor-faktro tersebut. Auditor
harus mempertimbangkan beberapa faktor utama untuk ketika menilai risiko inheren:
a. Sifat bisnis klien
b. Hasil audit sebelmnya
c. Penugasan awal versus penugasan berulang
d. Pihak-pihak yan terkait
e. Transaksi nonrutin
f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat
g. Unsur-unsur populasi
h. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang
i. Faktor-faktor yang berkaitan dengan misapropriasi aset.
2.2.1.3 Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi
dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian
interen entitas. Risiko pengendalian mengukur penilaian auditor mengenai apakah salah saji
yang melebihi jumlah yang dapat ditoleransi dalam suatu segmen akan dicegah atau akan
dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal klien. Asumsikan uditor menyimpulkan
bahwa pengendalian internal sama seklai tidak efektif untuk mencegah atau mendeteksi salah
saji Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi pengendalian interen untuk
mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas. SAS 107
(AU 312) menyebut kombinasi risiko inheren dan risiko pengendalian ini risiko salah saji yang
material (risk of material misstatement). Auditor dapat menggabungkan penilaian atas risiko
salah saji yang material atau dapat juga menilai risiko inheren dan risisko pengendalian secara
terpisah. Risiko inheren merupakan salah saji sebelum mempertimbangkan pengaruh
pengendalian internal.

2.2.1.4 Risiko Audit yang dapat diterima (acceptable audit risk)


Risiko audit yang dapat diterima adalah ukuran kesediaan auditor untuk menerima
bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material setelah selesai audit
selesai, dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Apabila auditor memutuskan
risiko audit dapat diterima yang lebih rendah, auditor ingin lebih yakin bahwa laporan
keuangan tidak salah disajikan secara material. Auditor sebaiknya harus memutuskan rsisiko
audfit yang dapat diterima bagi suatu audit selama perencanaan audit. Pertama, auditor
memutuskan risiko penugasan dan kemudian menggunakan risiko penugasan ini untuk
memodifikasi risiko audit ayng dapat diterima. Risiko penugasan (engagement risk) adalah
risiko bahwa auditor atau kantor akuntan publik akan menderita kerugian setelah audit selesai,
walaupun laporan audit sudah benar. Risiko penugasan berkaitan erat dengan risiko bisnis klien.
Misalnya jika klien mengumumkan kepailitan setelah diaudit, kemungkinan diajukannya
gugatan hukum terhadap kantor akuntan publik sangatlah besar, meskipun mutu audit itu baik.
Risiko berarti yakin sekali, dan risiko sebesar 100 persen berarti sama sekali tidak yakin.
Keyakinan penuh mengenai keakuratan laporan keuangan secara ekonomi tidak praktis. Ada
tiga faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima:
a. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
b. Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah laporan
audit dikeluarkan
c. Evaluasi auditor atas integritas manajemen

Seringkali auditor menyembunyikan istilah audit assurance ( yang juga disebut assurance
keseluruhan atau tingkat assurance) dan bukan risiko audit yang dapat diterima. Audit
assurance atau istilah-istilah lain yang sejenis merupakan pelengkap risiko audit yang dapat
diterima, yaitu satu dikurangi risiko audit yang dapat diterima. Dengan kata lain bahwa risiko
audit yang diterima sebesar 2 persen sama artinya dengan audit assurance sebesar 98%.
2.2.2 Perbedaan Antara Risiko-risiko dalam Model Risiko Audit
Ada perbedaan yang penting dalam hal bagaimana auditor menilai keempat faktor risiko
dalam model risiko audit. Untuk risiko audit yang dapat diterima, auditor memutuskan risiko
yang bersedia diambil kantor akuntan publik bahwa laporan keuangan disalahsajikan setelah
audit selesai, berdasarkan faktor-faktor yang terkait dengan klien tertentu. Contoh klien dimana
auditor bersedia menerima risiko yang sangat kecil( risiko audit yang dapat diterima yang
rendah ) adalah untuk penawaran saham perdana kepada masyarakat. Risiko inheren dan risiko
pengendalian didasarkan pada ekspektasi atau prediksi auditor mengenai kondisi klien. Contoh
risiko inheren yang tinggi adalah persedian yang belum terjual setelah dua tahun. Sementara
contoh risiko pengendalian yang rendah adalah penyimpanan tugas yang memadai antara
penyimpanan aktiva dan akuntansi. Auditor tidak bisa mengubah kondisi klien ini, tetapi hanya
bisa menilai kemungkinannya.

2.2.3 Hubungan Risiko dengan Bukti serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko
Auditor merespon risiko terutama dengan mengubah luas pengujian dan jenis prosedur
audit, termasuk memasukkan unsur ketakterdugaan dalam prosedur audit yang digunakan.
Selain memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dapat digunakan auditor untuk
mengubah audit guna merespon risiko:
1. Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman.
Untuk setiap penugasan, kantor akuntan publik harus menugaskan staf yang
berkualifikasi. Untuk klien dengan risiko audit yang dapat diterima yang rendah,
perhatian khusu harus diberikan dengan memilih staf, dan pentingnya skeptisme
profesional harus ditekankan. Demikian pula, jika biodang audit seperti persediaan
memiliki risiko inheren yang tinggi, bidang itu harus ditugaskan kepada orang yang
berpengalaman dalam mengaudit persediaan.
2. Penugasan akan direview secara lebih seksama daripada biasanya.
Kantor akuntan publik harus memastikan bahwa file audit yang mendokumentasikan
rencana auditor , bukti yang dikumpulkan serta kesimpulan, dan masalah-masalah lain
dalam audit, direview dengan memadai. Bila risiko audit yang dapat diterima rendah ,
sering kali harus dilakukan review yang lebih ekstensif, termasuk review oleh personil
yang tidak ditugaskan dalam penugasan itu. Jika risiko salh saji yang material (gabungan
risiko inheren dan risiko pengendalian) tinggi untuk akun-akun tertentu, staf yang
meriview mungkin akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk memastikan bukti
sudah tepat dan dievaluasi dengan benar.
Risiko kesalahan penyajian material, risiko pengendalian, dan risiko inheren dinilai untuk
setiap tujuan audit di setiap segmen audit. Penilaian tersebut kemungkinan besar akan bervariasi
pada audit yang sama dari siklus ke siklus, akun ke akun, dan tujuan ke tujuan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi risiko inheren, seperti kerentanan terhadap penyalahgunaan aset dan
kerutinan transaksi, juga cenderung berbeda dari satu akun ke akun lainnya atau di antara tujuan
audit untuk satu akun. Oleh karena itu, wajar jika risiko inheren bervariasi untuk akun-akun
berbeda dalam audit yang sama. Beberapa auditor menggunakan risiko audit yang dapat diterima
yang sama untuk semua segmen berdasarkan keyakinan mereka bahwa pada akhir audit,
pengguna laporan keuangan harus mempunyai tingkat keyakinan yang sama untuk setiap segmen
laporan keuangan.

Auditor lain menggunakan tingkat keyakinan yang berbeda untuk segmen yang berbeda
berdasarkan keyakinan mereka bahwa pengguna laporan keuangan mungkin lebih
memperhatikan saldo akun tertentu dibandingkan akun lain dalam audit tertentu. Sebagai
ilustrasi dalam bab ini dan bab selanjutnya, kami menggunakan risiko audit yang dapat diterima
yang sama untuk semua segmen dalam audit. Namun perlu diingat bahwa mengubah risiko untuk
segmen yang berbeda juga dapat diterima. Risiko audit yang dapat diterima biasanya dinilai oleh
auditor selama perencanaan dan dijaga konstan untuk setiap siklus dan akun utama. Auditor
biasanya menggunakan risiko audit yang dapat diterima yang sama untuk setiap segmen karena
faktor-faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima berkaitan dengan keseluruhan
audit, bukan akun individual. Misalnya, sejauh mana keputusan pengguna eksternal bergantung
pada laporan keuangan biasanya berkaitan dengan laporan keuangan secara keseluruhan, bukan
hanya satu atau dua akun.

2.3 Pengendalian Internal (Internal Control)


Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk
memeberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan
sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini sering kali disebut pengendalian, dan secara kolektif
membentuk pengendalian internal.
2.3.1 Tujuan Pengendalian Internal
Biasanya manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian
internal yang efektif:
1. Reliabilitas pelaporan keuangan.
Manajemen memikul tanggungjawab hukum maupun professional untuk memastikan
bahwa informasi telah disajikan secara wajar sesuai dengan persyaratan pelaporan
yang sesuai menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum( GAAP). Tujuan dari
penegndalian ini adalah untuk memenuhi tanggungjawab dalam pelaporan keuangan.
2. Efisiensi dan efektivitas informasi.
Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong pemakaian sumber daya yang efisien
dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran-sasaran perusahaan. Tujuan yang penting
dari pengendalian ini adalah untuk memperoleh informasi keuangan dan nonkeuangan
yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan.
3. Ketaatan pada hukum dan peraturan.
Section 404 mengharuskan semua perusahaan public mengeluarkan laporan tentang
keefektifan pelaksanaan pengendalian internal atsa pelaporan keuangan. Selain
mematuhi hukum dalam section 404, organisasi-orgnisasi public, nonpublic, dan nirlaba
diwajibkan menaati berbagai hukum dan peraturan. Beberapa hanya berhubungan
secara tidak langsung dengan akuntansi, secara UU perlindungan lingkungan dan hak
sipil, sementara yang lainnya berkaitan erat dengan akuntansi, seperti peraturan pajak
pengahsilan dan kecurangan.
Pengendalian internal diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan
keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan komisaris entitas.Penyebab pengendalian internal
tidak dapat memberikan keyakinan mutlak karena adanya keterbatasan yang melekat dalam
semua system pengendalian internal dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam
pencapaian tujuan pengendalian. Keterbatasan tersebut yaitu ;
1. Kesalahan dalam pertimbangan
2. Kolusi
3. Pengabaian oleh manajemen
4. Biaya lawan manfaat

2.3.2 Tanggung Jawab Manajemen Dan Auditor Atas Pengendalian Internal


Tanggungjawab atas pengendalian internal antara manajemen dan auditor. Manajemen
bertanggungjawab untuk menetapkan dan menyelenggarakan pengendalian internal entitas. Dan
menurut section 404, manajemen juga bertangggungjawab untuk melaporkan secara terbuka
tentang keefektifan pelaksanaan pengendalian tersebut. Sedangkan auditor bertanggujawab
untuk memahami dan menguji pengedalian internal atas pelaporan keuangan. Menurut section
404, auditor diwajibkan untuk menerbitkan laporan audit tentang penilaian manajemen atas
manajemen atas pengendalian internalnya, termasuk pendapat auditor mengenai keefektifan
pelaksanaan pengendalian tersebut.
Ada dua konsep utama yang melandasi perancangan dan implementasi pengendalian internal:
1. Kepastian yang Layak.
Perusahaan harus mengembangkan pengendalian internal yang akan memberikan
kepastian yang layak, tetapi bukan absolute, bahwa laporan keuangan telah disajikan
secara wajar. Seperti yang telah didefinisikan oleh PCAOB, bahwa kepastian yang layak
hanya memberikan kemungkinan yang kecil saja bahwa salah saji material tidak akan
tercergah atau terdeteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal.
2. Keterbatasan Inheren
Pengendalian internal tidak akan pernah bisa efektif 100%, tanpa menghiraukan
kecermatan yang diterapkan dalam perancangan dan implementasinya. Misalnya kita
asumsikan bahwa prosedur perhitungan persediaan yang dikembangkan dengan cermat
mengharuskan dua karyawan menghitung persediaan secara independen. Jika tidak ada
dari karyawan tersebut yang memahami instruksi atau jika keduanya ceroboh dalam
melakukan perhitungan maka mungkin saja hasilnya akan salah.

2.3.3 Komponen Pengendalian Internal COSO


Internal control – Integreted Framework yang dikeluarkan COSO, yaitu kerangka kerja
pengendalian internal yang paling luas diterima di AS menguraikan lima komponen
pengendalian internal yang dirancang dan diimplementasikan oleh manajemen untuk
memberikan kepastian yang layak bahwa tujuan pengendaliannya akan tercapai. Auditor hanya
berfokus pada pengendalian yang dirancang untuk mencegah atau mendeteksi salah saji yang
material dalam laporan keuangan.

Komponen pengendalian internal COSO meliputi hal-hal berikut :


1. Lingkungan pengandalian
Lingkungan pengendalian terdiri atas tindakan kebijakan dan prosedur yang
mencerminkan sikap manajemen puncak, para direktur dan pemilik entitas secara
keseluruhan mengenai pengendalian internal serta arti pentingnya bagi entitas itu.Untuk
memahami dan menilai lingkungan pengendalian, auditor harusmempertimbangkan
subkomponen pengendalian yang paling penting.
a. Integritas dan nilai-nilai etis
b. Komitmen pada kompetisi
c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
d. Filosofi dan gaya operasi manajemen
e. Struktur organisasi
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
2. Penilaian risiko
Penilain resiko atas pelaporan keuangan adalah tindakan yang dilakukan oleh
manajemen untuk mengidentifikasi dan menganalisis resiko-resiko yang relevan dengan
penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan GAAP. Penilaian risiko oleh
manajemen berbeda, tetapi berhubungan erat dengan penilaian risiko oleh auditor .
Apabila manajemen menilai risiko sebagai bagian dari perancangan dan pelaksanaan
penegndalian internal untuk meminimalkan kekeliruan serta kecurangan, auditor menilai
risiko untuk memutuskan bukti yang dibutuhkan dalam audit.
Jika manajemen secara efektif menilai dan merespon risiko itu, biasanya auditor akan
mengumpulkan lebih sedikit bukti ketimbang jika manajemen gagal mengidentifikasi
atau merespon risiko signifikan. Auditor akan memperoleh pengetahuan tentan proses
penilaian risiko oleh manajemen dengan memanfaatkan kuesioner dan diskusi dengan
manajemen untuk menetukan bagaimana manajemen mengidentifikasi risiko-risiko
yang relevan dengan pelaporan keuangan, mengevaluasi signifikansi dan kemungkinan
terjadinya risiko itu, serta memutuskan tindakan apa yang perlu untuk menangani risiko
itu.
3. Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur selain yang sudah termasuk
kedalam empat komponen lainnya, yang membantu memastikan bahwa tindakan yang
diperlukan telah diambil untuk menangani risiko guna mencapai tujuan entitas.
Aktivitas penegendalian umumnya dibagi menjadi lima jenis:
a. Pemisahan tugas yang memadai
b. Otorisasi yang sesuai dengan transaksi dan aktivitas
c. Dokumen dan catatan yang memadai
d. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan
e. Pemeriksaan kinerja secara independen
4. Informasi dan komunikasi
Tujuan sistem informasi dan komunikasi akuntansi dari entitas adalah untuk memulai ,
memcatat, memproses, dan melaporkan transaksi yang dilakukan entitas itu serta
mempertahankan akuntabilitas aktiva terkait. Sistem informasi dan komunikasi akuntansi
mempunyai beberapa subkomponen, yang biasanya terdiri atas kelas-kelas transaksi
seperti penjualan, retur penjualan, penerimaan kas, akuisisi dan sebagainya.
5. Pemantauan
Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilaian mutu penegndalian internal secra
berkelanjutan atau periodic oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian itu
telah beroperasi seperti yang diharapkan, dan telah dimodifikasi sesuai dengan
perubahan kondisi. Informasi yang dinilai ini berasal dari berbagai sumber, termasuk
studi atas penegndalian internal yang ada, laporan auditor internal, pelaporan
pengecualian tentang aktivitas pengendalian, laporan dari pembuat peraturan seperti
badan pengatur bank, umpan balik dari personil operasional, dan keluhan pelanggan
tentang jumlah tagihan.

2.3.4 Memperoleh dan mendokumentasikan pemahaman tentang pengendalian internal


Tingkat pemahaman atas pengendalian internal serta luas pengujian yang dibutuhkan
untuk audit atas pengendalian internal melampaui apa yang disyaratkan untuk audit atas laporan
keungan saja. Standar auditing mengharuskan auditor memperoleh dan mendokumentasikan
pemahammnya atas pengendalian internal untuk setiap audit. Pemahaman ini sangat diperlukan
dalam audit terhadap pengendalian internal atas pelaporan keuangan maupun audit terhadap
laporan keuangan.
Biasanya auditor menggunakan tiga jenis dokumen untuk memperoleh dan
mendokumentasikan pemahamannya atas perancangan pengendalian internal
1. Naratif
Adalah uraian tertulis tentang pengendalian internal klien. Suatu naratif yang baik
mengenai sistem akuntansi pengendalian yang terkait menguraikan empat hal :
a. Asal usul setiap dokumen dan catatan dalam sistem
b. Semua pemrosesan yang berlangsung
c. Disposisi setiap dokumen dan catatn dalam sistem
d. Petunjuk tentang pengendalian yang relavan dengan penilaian risiko pengendalian.
2. Bagan Arus
Suatu bagan arus pengendalian internal adalah diagram yang menunjukan dokumen klien
dan aliran urutannya dalam organisasi.
3. Kuesioner pengendalian internal
Mengajukan serangkaian pertanyaan tentang pengendalian dalam setiap area audit
sebagai sarana untuk mengindetifikasi defensiensi pengendalian internal
Selain memahami perancangan pengendalian internal, auditor juga harus mengevaluasi
apakah pengendalian yang dirancang itu telah diimplementasikan. Berikut ini adalah metode-
metode yang umum digunakan
1. Memuttakhirkan dan mengevaluasi pengalaman auditor sebelumnya dengan entitas
2. Melakukan tanya jawab dengan personil klien
3. Menelaah dokumen dan catatan
4. Mengamati aktivitas dan operasi entitas
2.4 Menilai Risiko Pengendalian
Sebagai auditor kita harus memahami perancangan dan pengimplementasian
pengendalian internal untuk melakukan penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian sebagai
bagian dari penilaian risiko salah saji yang material secara keseluruhan. Auditor menggunakan
penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian tujuannya adalah untuk merencanakan audit
bagi setiap transaksi yang material. Akan tetapi, dalam beberapa kasus auditor mungkin
mengetahui bahwa defisiensi penegndalian sangat signifikan sehingga laporan keuangan klien
mungkin tidak bisa diaudit. Jadi sebelum melakukan penilaian pendahuluan atas risiko
pengendalian bagi setiap kelas transaksi yang material, Pertama auditor harus memutuskan
apakah entitas tersebut bisa diaudit atau tidak.
Ada dua faktor utama yang menentukan auditabilitas yaitu integritas manajemen dan
kememadaian catatan akuntansi. Jika manajemen tidak memiliki integritas, maka sebagian
auditor tidak akan menerima penugasan audit.
Setelah memahami pengendalian internal, auditor dapat membuat penilaian pendahuluan
atas risiko penegndalian sebagai bagian dari penilaian risiko salah saji yang material secara
keseluruhan. Penilaian ini merupakan ukuran ekspektasi auditor bahwa pengendalian internal
akan mencegah salah saji material atau mendeteksi dan mengoreksinya jika salah saji itu sudah
terjadi. Auditor membuat penilaian tentang pendahuluan ini untuk setiap tujuan audit yang
berhubungan dengan transaksi bagi setiap kelas transaksi utama dalam masing-masing siklus
transaksi. Selain itu auditor juga membuat penilaian pendahuluan atas pengendalian yang
mempengaruhi tujuan audit untuk akun-akun neraca serta penyajian dan pengungkapan dalam
setiap siklus.
Banyak auditor yang menggunakan matriks risiko pengendalian (control risk matriks)
untuk membantu proses penilaian risiko pengendalian. Tujuannya adalah menydiakan cara yang
mudah untuk mengatur penilaian risiko pengendalian bagi setiap tujuan audit.
1. Mengidentifikasi tujuan audit
Langkah Pertama dalam penilaian adalah mengidentifikasi tujuan audit untuk
kelas transaksi, saldo akun, serta penyajian dan pengungkapan yang akan dinilai. Hal ini
dilakukan kelas-kelas transaksi dengan menerapkan tujuan audit khusus yang
burhubungan dengan transaksi. Contohnya auditor menilai secara terpisah tujuan
kelengkapan.
2. Mengidentifikasi pengendalian yang ada
Auditor menggunakan informasi, mengenai perolehan dan pendokumenatsian
pemahaman atas pengendalian internal untuk mengidentifikasi pengendalian yang
berperan dalam mencapai tujuan audit yang berhubungan dengan transaksi. Contohnya
auditor dapat menggunakan pengetahuan tentang sistem klien untuk mengidentifikasi
pengendalian yang mungkin akan mencegah kekeliruan atau kecurangan dalam tujuan
audit keterjadian yang berhubungan dengan transaksi.
Auditor harus mengidentifikasi dan hanya memasukkan pengendalian yang diperkirakan
akan berdampak paling besar terhadap pencapaian tujuan audit yang berhubungan
dengan transaksi. Pengendalian ini sering kali disebut dengan pengendalian kunci ( key
control ). Alasan hanya memasukkan pengendalian kunci adalah bahwa pengendalian ini
sudah mencukupi untuk mencapai tujuan audit yang berhubungan dengan transaksi.
3. Menghubungkan pengendalian dengan tujuan audit yang terkait
Setiap pengendalian akan memenuhi satu atau lebih tujuan audit yang terkait.
Bagian matrik digunakan untuk menunjukkan bagaimana setiap pengendalian berperan
dalam mencapai satu atau lebih tujuan audit yang berhubungan dengan transaksi.
Matriks risiko pengendalian yang serupa akan dilengkapi untuk tujuan audit yang
berhubungan dengan saldo serta yang berhubungan dengan penyajian dan
pengungkapan.
4. Mengidentifikasi dan mengevaluasi defisiensi pengendalian, defisiensi yang signifikan,
dan kelemahan material
Auditor harus mengevaluasi apakah pengendalian kunci tidak diterapkan dalam
perancangan pengendalian internal atas pelaporan keuangan sebagai bagian dari
mengevaluasi risiko pengendalian dan kemungkinan salah saji laporan keuangan.
Standar auditing mendefinisikan tiga tingkat diterapkannya pengendalian internal :
a. Defisiensi pengendalian. Defisiensi pengedalian (control deficiency) terjadi jika
perancangan atau pelaksanaan pengendalain tidak memungkinkan karyawan
perusahaan mencegah atau mendeteksi salah saji secara tepat waktu. Defisiensi
perancangan terjadi jika pengendalian yang diperlukan tidak ada atau tidak
dirancang dengan baik. Defisiensi operasi terjadi jika pengendalian yang dirancang
dengan baik tidak berjalan seperti yang dirancang, atau jika orang melaksanakan
pengendalian tidak memiliki kualifikasi atau kewenangan yang memadai.
b. Defisiensi yang signifikan. Defisiensi yang signifikan(significant deficiency) terjadi
jika ada satu atau lebih defisiensi pengendalian yang mengakibatkan
kemungkinannya lebih dari kecil bahwa salah saji yang lebih dari tidak logis tidak
akan tercegah atau terdeteksi.Jika auditor menyimpulkan bahwa satu lebih
defisiensi pengendalian untuk tujuan khusus tidak melapaui tingkat lebih dari kecil
atau tidak logis, defisiensi itu dapat diabaikan.
c. Kelemahan yang material. Kelemahan (material weakness ) terjadi jika defisiensi
yang signifikan, secara mandiri atau bersama-sama dengan defisiensi yang signifikan
lainnya, mengakibatkan kemungkinannya lebih kecil bahwa pengendalian internal
tidak akan mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam laporan
keuangan.
2.4.1 Pengujian Pengendalian
Dalam sebagian besar kasus, auditor belum mengumpulkan bukti yang cukup untuk
mengurangi penilaian risiko pengendalian ke tingkat yang cukup rendah. Karena itu auditor
harus mendapatkan bukti tambahan tentang efektivitas pelaksanaan pengendalian selama seluruh,
atau paling tidak sebagian besar, periode yang diaudit. Prosedur untuk menguji efektivitas
pengendalian dalam mendukung penilaian risiko pengendalian yang lebih rendah disebut
pengujian pengendalian.
Auditor mungkin akan menggunakan empat jenis prosedur untuk mendukung keefektifan
pelaksanaan pengendalian internal. Keempat jenis prosedur itu adalah sebagai berikut
1. Mengajukan pertanyaan kepada personil klien yang tepat
2. Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan
3. Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian
4. Melaksanakan kembali prosedur

2.4.2 Memutuskan Risiko Deteksi yang direncakan dan Merancang Pengujian Substantif
Auditor menggunakan penilaian risiko pengendalian dan hasil pengujian pengendalian
untuk menentukan risiko deteksi yang direncanakan serta pengujian substantif terkait untuk audit
atas laporan keuangan. Auditor melakukannya dengan menghubungkan penilaian risiko
pengendalian dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo untuk akun-akun yang
dipengaruhi oleh jenis transaksi utama, serta dengan empat tujuan audit penyajian dan
pengungkapan. Tingkat risiko deteksi yang tepat untuk setiap tujuan audit yang berhubungan
dengan saldo kemudian diputuskan dengan menggunakan model risiko audit.

2.4.3 Pelaporan Pengendalian Internal Menurut Section 404


Berdasarkan penilaian dan pengujian auditor atas pengendalian internal, auditor
diharuskan menyusun laporan audit mengenai pengendalian internal atas pelaporan keungan
untuk mempercepat pengarsipan perusahaan publik yang harusmemenuhi persyaratan pelaporan
Section 404(b).
Lingkup laporan auditor mengenai pengendalian internal terbatas padaperolehan kepastian yang
layak bahwa kelemahan yang meterial dalam pengendalian internal telah teridentifikasi. Jadi
audit tidak dirancang untuk mendeteksi defisiensi pengendalian internal yang secara individual
atau secara agregat, lebih ringan ketimbang kelemahan yang material.
Berikut jenis-jenis pendapat auditor :
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Audito akan mengeluarkan pendapat wajartanpapengecualian mengenai pengendalian
internal atas laporan keuangan apabila dua kondisi berikut:
 Tidak ada kelemahan material yang teridentifikasi
 Tidak ada pembatasan atas ruang lingkup pekerjaan auditor
2. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Bila ada kelemahan yang material auditor harus menyatakan pendapat tidak wajar
mengenai efektivitas pengendalian internal. Penyebab paling umum dikeluarkannya
pendapat tidak wajar dalam laporan auditor mengenai pengendalian internal adalah
apabila manajemen mengidentifikas suatu kelemahan yang material dalam laporannya
3. Pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak memberikan pendapat (Qualified or
Disclaimer of Opinion)
Pembatasan ruang lingkup mengharuskan auditor untuk menyatakan pendapat wajar
dengan pengecualianatau menolakmemberikan pendapat mengenaipengendalian internal
atas pelaporan keuangan. Jenis pendapat ini dikeluarkan apabila auditor tidak dapat
menentukan apakah pengendalian internal atas pelaporan keuangan atau situasi lainnya
dimana auditor tidak dapat memperoleh bukti yang mencukupi dan tepat.

2.4.5 Mengevaluasi, melaporakan dan menguji pengendalian internal untuk perusahaaan


nonpublik
Sebagian besar konsep dalam bab ini berlaku sama untuk audit perusahaan publik besar
(pelapor yang dipercepat), perusahaan publik yang lebih kecil, dan perusahaan nonpublik.
Berikut ini mengidentifikasi dan membahas perbedaan paling penting dalam mengevaluasi,
melaporkan, dan menguji pengendalian internal untuk perusahaan nonpublik dan perusahaan
publik yang lebih kecil yang tidak tunduk pada audit pengendalian internal.
1. Persyaratan Pelaporan
Dalam audit perusahaan non publik, tidak ada persyaratan untuk audit
pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Oleh karena itu, auditor berfokus pada
pengendalian internal hanya sejauh yang diperlukan untuk menilai risiko salah saji
material dan melakukan audit yang berkualitas atas laporan keuangan.
2. Luas pengendalian internal yang disyaratkan
Ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sifat
pengendalian internal dan pengendalian spesifik yang diterapkan. Hal ini jelas lebih sulit
untuk menetapkan pemisahan tugas yang memadai di perusahaan kecil. Hal ini juga tidak
masuk akal untuk mengharapkan perusahaan kecil memiliki auditor internal. Namun, jika
berbagai komponen pengendalian internal diperiksa, menjadi jelas bahwa sebagian besar
dapat diterapkan baik untuk perusahaan besar maupun kecil.
3. Perlunya Pemahaman yang Luas
Standar auditing mengharuskan auditor memperoleh pemahaman yang memadai
tentang pengendalian internal untuk menilai risiko kesalahan penyajian material pada
tingkat laporan keuangan secara keseluruhan dan pada tingkat asersi yang relevan.
4. Menilai Risiko Pengendalian
Perbedaan paling penting dalam perusahaan nonpublik dalam menilai risiko
pengendalian adalah penilaian risiko pengendalian secara maksimal untuk setiap atau
semua tujuan terkait pengendalian ketika pengendalian internal untuk tujuan atau sasaran
tidak ada atau tidak efektif.
5. Perluasan Uji Pengendalian yang di Perlukan
Auditor tidak akan melakukan pengujian pengendalian ketika auditor menilai
risiko pengendalian maksimum, baik karena ketidakcukupan pengendalian atau karena
audit dapat diselesaikan secara lebih efisien dengan tidak mengandalkan dan menguji
pengendalian.
BAB III

STUDI KASUS SUNBEAM CORP.

3.1 Latar Belakang Kasus


a. Perusahaan Sunbeam terletak di Boca Raton, Florida yang bergerak di bidang peralatan
camping yang dipimpin oleh Albert Dunlap
b. Pada tahun 1996 perusahaan ini mengalami kemunduran dengan memberhentikan 12.000
pekerja dan menutup kantor dan gudang - gudangnya
c. tahun 1997 Sunbeam dilaporkan menghasilkan $ 109. 4 juta atau $ 141 per saham setiap
penjualan $ 1.2 miliyar
d. pada tahun 1998 Sunbeam jatuh bangkrut dengan kehilangan $ 44.6 juta dengan
mengalami kemunduran penjualan 3.6%.
3.2 Permasalahan Kasus
a. Biaya restrukturisasi perusahaan tahun 1996 sebesar $337 juta sebelum pajak termasuk
$90 juta dari persediaan produk yang dihentikan diturunkan ke nol. Jika produk ini terjual
di tahun 1997 dengan penurunan harga 50 persen, hasilnya akan mempengaruhi sepertiga
dari laba Sunbeam tahun 1997.
b. Pada akhir tahun neraca 1997, biaya dibayar dimuka danaktiva lancar lainnyamenurun
turun menjadi $17.2 juta dari $40.4 juta pada tahun 1996. Bagian dari biaya
restrukturisasi tahun 1996, Sunbeam menghapus beberapa biaya yang mempunyai
manfaat ekonomi di masa depan sampai tahun 1997.
c. Jumlah yang disediakan untuk product warranty allowances dan cadangan lainnya
sebagai bagian dari restrukturisasi tahun 1996 dibalik pada tahun 1997, yang membuat
penambahan sekitar $25 juta ke laba perusahaan.
d. Bagian dari biaya restrukturisasi tahun 1996, Sunbeam menghapus nilai properti, pabrik,
dan peralatan sebesar $92 juta. Beberapa dari penghapusan ini berlaku untuk aset
perusahaan yang terjual, tetapi sebagian besar berlaku untuk asset yg digunakan dalam
operasi yang sedang berjalan.
e. Pengiklanan sunbeam’sdanbiaya promositurun dari $ 71,5 juta pada tahun 1996 ke $56.4
pada tahun 1997 sebagaihasil dari kapitalisasi peningkatan iklan dan biaya promosi
produk.
f. penyisihanpiutang tak tertagihturun dari23,4 juta pada tahun 1996 menjadi8,4 juta pada
tahun 1997, menunjukkan kurangnya pendekatan konservatif pada penilaian piutang.
g. Persediaan Sunbeam meningkat 40 percent selama tahun 1997-an, peningkatan tidak
dibenarkan oleh backlogs. Namun dengan adanya peningkatan produksi perusahaan
diizinkan untuk mengkapitalisasi manufacturing overhead ke dalam persediaan yang
seharusnya telah dibebankan pada laba tahun 1997 sebagai kerugian kapasitas.
h. Perusahaan menunda pencatatan penjualan tahun 1996 (tahun kerugian) danpendapatan
diakui di tahun 1997. Pada akhir tahun 1997, $35 juta dari penjualan telah dibukukan,
dengan terdapat penjualan “bill and hold” belum meninggalkan gudang pada akhir tahun.
Item yang dijelaskan di atas menambahkan sekitar $120 juta untukpendapatansunbeam.
laporanarus kasnya dimana mencerminkan arus kasoperasinegatif sebesar$ 8.2 juta
perusahaan memecat Dunlap pada bulan Juni 1998 dan SEC meluncurkan investigasi ke
dalam praktek akuntansi perusahaan. sementara itu, arthur andersen, auditor independen
sunbeam itu menyarankan perusahaan itu tetap bertahan dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian pada tahun 1997 di dalam laporan keuangan sunbeam tsb. meskipun dewan
direksi puas bahwa akuntansi perusahaan dikonfirmasi ke GAAP, komite audit menyatakan
keprihatinan tentang quality of the numbers.

3.3 Pertanyaan kasus dan awaban kasus


1. Pada setiap item yang disebutkan, identifikasi standar akuntansi yang mungkin di langgar
2. Bagaimana caranya auditor bisa tahu terhadap item-item di atas?
3. Menurut Anda, apakahauditordibenarkandalam memberikanpendapat wajar tanpa
pengecualianpada tahun 1997laporan keuangansunbeamtersebut? jelaskan.
Jawaban
1. Dari item-item diatas pelanggaran apa yang sudah dilakukan?
a. Biaya restrukturisasi perusahaan tahun 1996 sebesar $337 juta sebelum pajak
termasuk $90 juta dari persediaan produk yang dihentikan diturunkan ke nol. Jika
produk ini terjual di tahun 1997 dengan penurunan harga 50 persen, hasilnya akan
mempengaruhi sepertiga dari laba Sunbeam tahun 1997.
Jawaban :
Menurut kelompok kami sun beam terindikasi bertentangan dengan matching cost
against revenue. Dimana penjualan tahun 1996 tidak dicacat oleh perusahaan tetapi
penjualannya diakui pada tahun 1997 sehingga labanya meningkat. Ini bertentangan
dengan matching cost against revenue bahwa pendapatan itu diakui pada saat ia
diserahakan Dimana disebutkan bahwa pendapatan hanya boleh diakui apabila
barang sudah diserahkan.
Menurut kelompok kami sun beam melanggar PSAK No 14 ( revisi 2008) paragraph
8 tentang persediaan . disana disebutkan bahwa persediaan harus diukur berdasarkan
nilai realisasi netto, mana yang lebih rendah. Sedangakn sun beam menurunkan nilai
persediaan produk nya hingga nol. Jadi sun beam berpotensi melanggar standar
akuntansi yang mengatur bahwa persediaan harus diukur dengan nilai terendah
antara biaya dan nilai realisasi netto. Dimana nilai realisasi netto belum tentu sebesar
nol.

b. Pada akhir tahun neraca 1997, prepaid expense(biaya dibayar dimuka) dan other
current assets turun menjadi $17.2 juta dari $40.4 juta pada tahun 1996. Bagian dari
biaya restrukturisasi tahun 1996, Sunbeam menghapus beberapa biaya yang
mempunyai manfaat ekonomi di masa depan sampai tahun 1997. Sehingga
menghasilkan tambahan pendapatan sebesar $15 juta pada than 1997.
Jawaban:
Menurut kelompok kami sun beam melanggar PSAK No.48 (revisi 2009) paragraph
59 tentang Penurunan Nilai Aset dinyatakan ”Jika,dan hanya jika, nilai terpulihkan
aset lebih kecil dari nilai tercatatnya, maka nilai tercatat aset diturunkan menjadi
sebesar nilai terpulihkan.” Penurunan tersebut adalah rugi penurunan nilai.” Dengan
menghapus biaya yang mempunyai manfaat ekonoomi dimasa depan, Sunbeam
melanggar standar akuntansi mengenai penurunannilai/impairment yang diatur pada
PSAK No. 48 tersebut.
Selain itu sun beam juga melanggar matching cost against revenue. Dimana
pendapatan yang $15 juta itu merupakan pendapatan untuk tahun 1996 sedangkan sun
beam mengakuinya atau mencatatnya pada tahun 1997.
c. Jumlah yang disediakan untuk product warranty allowances dan cadangan lainnya
sebagai bagian dari restrukturisasi tahun 1996 dibalik pada tahun 1997, yang
membuat penambahan sekitar $25 juta ke laba perusahaan.
Jawaban :
Product warranty allowances tahun 1996 yang tidak dimanfaatkan dicatat ke tahun
1997 sehingga di tahun 1997 ada penambahan sekitar $25 juta ke laba perusahaan.
Hal ini bertentangan dengan prinsip akuntansi yaitu matching cost against revenue.
Konsep ini mengharuskan pembandingan antara pendapatan yang menjadi hak
perusahaan pada periode tertentu dengan biaya yang menjadi beban perusahaan
untuk periode yang sama. Jadi seharusnya sunbeam mencatat pendapatan dan beban
untuk tahun 1996 di tahun 1996 begitu juga untuk tahun 1997.

d. Bagian dari biaya restrukturisasi tahun 1996, Sunbeam menghapus nilai properti,
pabrik, dan peralatan sebesar $92 juta. Beberapa dari penghapusan ini berlaku untuk
aset perusahaan yang terjual, tetapi sebagian besar berlaku untuk asset yg digunakan
dalam operasi yang sedang berjalan.
Jawaban:
Dalam pencatatan penurunan property plan and equipment, Dunlap melanggar
PSAK No. 48. Di mana dijelaskan Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva
sepanjang masa manfaat. Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount)
adalah biaya perolehan suatu aktiva, atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk
biaya perolehan dalam laporan keuangan, dikurangi nilai sisanya.
Umumnya nilai buku aktiva tetap tertentu tidak sama dengan nilai pelepasannya.
Akibatnya timbul keuntungan dan kerugian. Penyebabnya adalah penyusutan
merupakan estimasi atas alokasi biaya. Keuntungan atau kerugian sebenarnya
merupakan koreksi laba bersih untuk tahun tahun selam aktiva tetap digunakan.
Untuk penghapusan asset perusahaan yang terjual Sun beam memperoleh
keuntungan dengan penambahan sekitar $9 juta namun keuntungan tersebut tidak
hanya berasal dari asset prusahaan yang terjual tetapi sebagian besar berasal dari
asset yang digunakan dalam operasi. Penyusutan untuk asset yang digunakan akan
menjadi beban dan mengurangi pendapatan. Tetapi sunbeam menganggap sebagai
pendapatan. Untuk hal tersebut Sun beam melanggar Prinsip Matching cost against
revenue.

e. Periklanan Sunbeam dan biaya promosi menurun dari $71.5 juta tahun 1996
menjadi$56.4 juta tahun 1997 sebagai hasil kapitalisasi dari iklan dan biaya promosi
produk.
Jawaban:
Pada kasus ini auditor harus melihat kembali biaya-biaya apasaja yang besar pada
tahun 1996, dan biaya-biaya apa saja yang menyebabkan biaya promosi menurun.
Hal ini menyebabkan pelanggaran pada PSAK No. 19 (revisi 2009) tentang aset tidak
berwujud.

Biaya iklan dan promosi apabila dikapitalisasi akan masuk sebagai intangible asset
atau asset tidak berwujud. Aktiva tidak berwujud diakui jika: kemungkinan besar
entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari asset tersebut (paragraf
21, PSAK No. 19)

f. Allowance for doubtful accounts (penyisihan piutang tak tertagih) menurun dari
$23.4 juta di tahun 1996 menjadi $8.4 juta di tahun 1997, akibat kurangnya
pendekatan konservatif pada penilaian account receivable.
Jawaban:
Auditor harus melihat dan mematchingkan kembali penyisihan-penyisihan dengan
biaya-biaya piutang serta menganalisa umur piutang dari penyisihan piutang tak
tertagih. Apa yang mengakibatkan terjadinya penurunan sebesar $15 juta. Benarkah
diakibat dari pendekatan konservatif pada penilaian account receivable.
PSAK No. 55 paragaraf 64 (revisi 2006) tentang penilaiaan keuangan:
pengakuan dan pengukuran dinyatakan “jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian
penurunan nilai terendah terjadi atas pinjaman yang diberikan dan piutang atau
investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo yang dicatat pada biaya
perolehan diamortisasi, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara
nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan
menggunakan suku bunga efektif awal dan aset tersebut (yaitu suku bunga efektif
yang dihitung saaat pengakuan awal). Nilai tercatat aset tersebut dikurangi, baik
secara langsung maupun menggunakan pos cadangan

g. Persediaan Sunbeam meningkat 40 percent selama tahun 1997-an, peningkatan tidak


dibenarkan oleh order backlogs. Namun dengan peningkatan produksi perusahaan
diizinkan untuk mengkapitalisasi manufacturing overhead ke dalam persediaan yang
seharusnya telah dibebankan pada laba tahun 1997 sebagai kerugian kapasitas.
Jawaban:
Auditor melihat pada kasus ini bawa persediaannya meningkat 40 % selama tahun
1997. Jadi auditor harus melihat perhitungan persediaannya tahun dari 1996 sampai
dgn 1997. Dan menghitung berapa harga pokok penjualannya. Jadi di permasalahan
ini sunbeam telah melanggar Standar akuntansi tentang persediaan yang diatur pada
PSAK 14 dimana sanbeam telah mencatat manufacturing overhead dari kerugian
kapasitas sebagai persediaan. Yang seharusnya telah dibebankan pada laba tahun
1997 sebagai kerugian kapasitas.

PSAK 14 : Pengakuan sebagai Beban


Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai
beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan
nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kerugian
persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau
kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena
peningkatan kembali nilai realisasi neto, harus diakui sebagai pengurangan terhadap
jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut.

h. Perusahaan menunda pencatatan penjualan tahun 1996 (tahun kerugian) dan


pendapatan diakui di tahun 1997. Pada akhir tahun 1997, $35 juta dari penjualan telah
dibukukan, dengan terdapat penjualan “bill and hold”.
Jawaban:
Pandangan sebagai auditor dipermasalahan ini sunbeam tidak mencatat penjualan
nya ditahun 1996 dan telah mempercepat penjualan dari periode selanjutnya ke
kuartal masa kini. Dengan hasil akhir tahun 1997, $35 juta dari penjualan telah
dibukukan. Dan terdapat kejanggalan dimana sunbeam melakukan hal yang tidak
benar dengan melakukan transaksi “bill-and-hold”, dimana menggembungkan
pesanan bulan depan dari pengiriman sebenarnya dan tagihannya.
Jadi auditor harus memeriksa laporan keuangan pada tahun 1996 dan 1997 agar
dapat mengetahui kecurangan terjadi karena sunbeam telah menunda pencatatan
penjualan ditahun 1996. dan terjadi penggembungan pesanan atau bill and hold.
Sehingga kejadiaan Ini jelas bersebrangan dengan ketentuan dasar pangakuan
pendapatan. Dimana disebutkan bahwa pendapatan hanya boleh diakui apabila
barang sudah diserahkan dan risiko yang melekat pada barang sudah berpindah ke
tangan pembeli. Sehingga dapat melanggar standar akuntansi tentang pendapatan
yang diatur dalam PSAK No. 23
PSAK 23 : 18 Pendapatan dan beban sehubungan dengan suatu transaksi atau
peristiwa tertentu diakui secara bersamaan; proses ini biasanya mengacu pada
pengaitan pendapatan dengan beban (matching revenue and expose). Beban,
termasuk jaminan dan biaya lain yang terjadi setelah pengiriman barang, biasanya
dapat diukur dengan andal jika kondisi lain untuk pengakuan pendapatan yang
berkaitan dapat dipenuhi. Tetapi, pendapatan tidak dapat diakui bila beban yang
berkaitan tidak dapat diukur dengan andal. Dalam keadaan demikian, setiap imbalan
yang telah diterima untuk penjualan barang tersebut diakui sebagai suatu kewajiban.
Sunbeam Melakukan praktek manipulasi akuntansi dengan memperbesar atau
memotong angka yang ada pada laporan keuangan Pelanggaran ini melanggar
prinsip konservatisme yaitu laporan keuangan harus berisikan angka-angka yang
sebenar-benarnya terjadi pada periode akuntansi tersebut. Tujuan konsep
konservatisme tersebut jelas digunakan agar pemakai laporan keuangan tidak
mengambil kesalahan keputusan tidak hanya pihak investor namun juga pihak
internal perusahaan sendiri. Dalam konsep konservatisme perusahaan diminta untuk
mencatat biaya yang akan terjadi namun tidak diperkenankan mencatat yang belum
terjadi.

2. Bagaimana auditor tau mengenai item-item yang telah dilanggar diatas:


Jawaban:
a. Auditor harus melakukan hal sebagai berikut:
(1) Auditor harus menelusuri pencatatan persediaan kenapa sampai diturunkan ke nol
pada tahun 1996.
(2) Auditor juga harus menelusuri ke laporan laba rugi perusahaan apakah ada pengaruh
terhadap penjualan tahun 1997.
(3) Auditor juga harus melakukan taking inventor untuk memastikan persediaan yang
ada digudang perusahaan.
b. Langkah yang dilakukan auditor:
(1) Minta rician (schedule) prepaid expenses per tanggal neraca
(2) Cek ketelitian perhitungan matematis
(3) Cocokkan saldo prepaid expenses pertanggal neraca dengan saldo buku besar
(4) Cocokkan saldo awal prepaid expenses dengan kertas kerja pemeriksaan tahun lalu
(5) Buat usulan audit adjustment jika diperlukan
c. Audit harus mengecek apakah produk yang digaransikan ada yang tidak melakukan
claim garansi, jika tidak telusuri biaya garansi. Periksa catatan buku besar apakah sama
dengan jurnal yang dibuat untuk mengakui biaya garansi yang tidak terpakai.
d. Auditor harus melakukan:
(1) Pelajari dan evaluasi internal control atas aktiva tetap
(2) Minta kepada klien Top Schedule dan Supporting Schedule aktiva tetap
(3) Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan General ledger,
saldo awal dengan working paper tahun lalu
(4) Vouch penambahan serta pengurangan dari fixed Asset
(5) Periksa phisik dari fixed Assets tersebut dan periksa kondisi dan nomor kode dari
fixed Asset
(6) Periksa bukti pemilikan aktiva tetap
e. Auditor harus mengecek apakah biaya iklan dan promosi itu benar untuk tahun 1997
atau tahun 1996.
f. Auditor harus melakukan:
(1) Pelajar dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan kas.
(2) Buat top schedule dan supporting schedule piutang per tanggal neraca
(3) Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
g. Auditor harus melakukan:
(1) Lakukan observasi stock opname yang dilakukan klien
(2) Minta final inventor list
(3) Kirim konfirmasi untuk persediaan consigment out
(4) Periksa unit Price dan raw material, work in proses, dan finished goods dan supplies
(5) Periksa kejadian setelah tanggal neraca
(6) Periksa cut off penjualan dan cut off pembelian
(7) Periksa apakah ada sales atau purchase commitment per tanggal neraca.
h. Auditor harus melakukan:
(1) Pahami evaluasi internal control atas kas dan setara kas serta transaksi penerimaan
dan pengeluaran kas dan bank
(2) Buat top schedule kas dan setara kas per tanggal neraca
(3) Lakukan cash count per tanggal neraca, bisa juga sebelum atau sesudah tanggal
neraca
(4) Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dan kasir dalam hal tidak dilakukan
kas opname
(5) Periksa transaksi kas setelah tanggal neraca (subsequent payment dan subsequent
collection).
3. Apakah menurut kelompok anda auditor sudah memberikan opini unqualified pada
laporan sunbeam?
Jawaban:
Menurut pendapat kami tidak tepat auditor memberikan opini unqualified
pada laporan keuangan Sunbeam tahun 1997. Unqualified opinion hanya berlaku ketika tidak
ada salah saji material yang teridentifikasi.Berdasarkan item-item yang ditemukan tersebut
terdapat indikasi ketidakpatuhan atau bahkan pelanggaran terhadap standar akuntansi yang
menyebabkan terdapat adanya salah saji yang bersifat material.

Menurut pendapat kelompok kami seharusnya auditor memberikan pendapat tidak


wajar. Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan
secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan aruskas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum diindonesia.

Alasannya karena perusahaan telah melakukan kesalahan material dalam pencatan


akuntansi seperti:
a) Pada tahun 1996, sunbeam melakukan pengurangan pada aset dan biaya dibayar dimuka
turun dari 40,4 juta menjadi 17,2 Jt. Hasil dari pengurangan ini dimasukkan sebagai
bagian dari biaya restrukturisasi tahun 1996.
b) Perusahaan melakukan penggelembungan persediaan ditahun 1997 dengan cara
meningkatkan jumlah persediaan sebesar 40%.
c) Perusahaan mencatat penjualan untuk tahun 1996 kedalam penjualan tahun 1997.
Sehingga menambah pendapatan sunbeam sebesar $ 120 Jt.

3.4 Kesimpulan Kasus


Sunbeam membesar-besarkan penghasilan melalui strategi penipuan akuntansi.
perusahaan ini juga melakukan hal yang tidak benar melakukan transaksi “bill-and-hold”,
dimana menggembungkan pesanan bulan depan dari pengiriman sebenarnya dan tagihannya.
Akibatnya, Sunbeam dipaksa meyatakan kembali laporan keuangan selama enam kuartal.
Pelaporan keuangan yang tidak biasa ini telah membuat direktur utama Sunbeam Al
Dunlap mengundurkan diri. Tahun 2001, SEC menuntut lima bekas ekesekutif Sunbeam dan
Andersen LLP, atas pekerjaan auditnya untuk Sunbeam, dan setuju untuk membayar $ 110 juta
untuk menyelesaikan tuntutan hukum atas kecurangan akuntansi di atas.

3.5 Saran Kasus


Perusahaan sebaiknya menerapkan sistem Good Corporate Governance (GCG) secara
lebih intensif, sehingga dapat meningkatkan kualitas perusahaan dengan adanya prinsip-prinsip
Transparancy, akuntabilitas, responbilitas, independensi, kesetaran. Selanjutnya meningkatkan
internal control perusahaan agar tidak terjadi kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen.
Bab IV

Penutup

4.1 Kesimpulan
Risiko audit merupakan risiko yang menerangkan bahwa laporan keuangan Perusahaan yang
disajikan tidak sesuai dengan standar dan tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Hal ini terjadi
apabila manajemen memiliki tujuan lain yang mengharuskan untuk memanipulasi suatu laporan
keuangan. Apabila risiko ini terjadi akan berdampak pada pihak eksternal seperti investor,
kreditur dan yang lainnya. Seorang auditor dalam melakukan audit, selalu membertimbangkan
tingkat materialitas dari laporan keuangan. Materialitas ini adalah besarnya informasi akuntansi
yang apabila terjadi menghilangkan atau salah saji, mungkin dapat mengubah atau
mempengaruhi orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Ketika seorang
auditor memberikan tanggapan bahwa risiko audit rendah, hal ini berarti bahwa laporan
keuangan yang disajikan tidak terdapat kesalahan yang material. Dan sebaliknya, jika
memberikan tanggapan bahwa risiko audit tinggi, hal ini berarti bahwa laporan keuangan yang
disajikan terdapat kesalahan yang material. Semakin tinggi risiko audit, maka kesalahan yang
terjadi juga semakin tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, 2004, Auditing: Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan publik, Edisi
ketiga, FEUI.
Konrath, Larry F, 2002, Auditing : A Risk Analysis Approach, 5th Edition Ohio: The South
Western, Mason, 2002.
Boynton, C, William, 2002. Modern Auditing, Alih bahasa Sugiyarto, Rajoe Paul A, Budi Ichsan
Setiyo, Jilid Satu, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta
Arens, dkk, 2011, Auditing and Assurance terintegration, Penerbit Erlangga , Jakarta

Anda mungkin juga menyukai