Disusun Oleh :
DIAN JUWENI PUTRI 2310246455
Tak lupa sholawat beriring salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, yang telah mengarahkan kepada kita satu-satunya agama yang diridhoi Allah
SWT, yakni agama Islam. Alhamdulillah penulisan makalah ini bisa diselesaikan, walaupun
kemungkinan dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan-kekuragan baik dalam
penggunaan bahasa maupun pengambilan data-data yang bisa dibilang kurang komplit dan detail.
Mengingat keterbatasan kami yang mash belum bisa maksimal dalam mengumpulkan
data-data yang diperlukan. Kami berharap semoga makalah yang singkat ini dapat bermanfaat
bagi kami maupun orang yang membacanya.
Akhir kata kami menyadari bahwasanya bila segala urusan telah selesai maka akan
tampak kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran selalu kami tunggu demi peningkatan
kualitas dan mutu dari makalah yang kami susun ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
2.1 Materialitas........................................................................................................................................2
2.2.3 Hubungan Risiko dengan Bukti serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko.................5
2.4.2 Memutuskan Risiko Deteksi yang direncakan dan Merancang Pengujian Substantif.........12
BAB III.........................................................................................................................................15
BAB IV..........................................................................................................................................23
PENUTUP....................................................................................................................................23
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................23
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………………………………...24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam perkembangannya, jasa profesi auditor semakin dibutuhkan seiring dengan
semakin banyaknya pihak-pihak yang menggunakan informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pihak-pihak tersebut
menuntut penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang berlaku dan juga dapat
dipercaya. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, digunakanlah jasa auditor sebagai pihak yang
secara independen memberikan penilaian terhadap laporan keuangan yang akan dijadikan dasar
pengambilan keputusan.
Untuk meminimalisir tingkat kesalahan, auditor diharuskan melakukan perencanaan
terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk dapat memahami seluk beluk perusahaan yang akan
diperiksa laporan keuangannya, sehingga penilaian yang dihasilkan tepat guna dan terhindar dari
kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan pihak-pihak terkait di kemudian hari.
Konsep-konsep dasar dalam auditing digunakan sebagai dasar perencanaan audit.
Diantara konsep-konsep yang ada, konsep materialitas dan risiko termasuk konsep fundamental
yang harus dipahami auditor dalam merencanakan dan melakukan kegiatan audit. Konsep
materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing terutama standar pekerjaan lapangan
dan standar pelaporan. Dengan konsep ini, auditor menentukan standar hal-hal yang tergolong
material atau tidak material. Hal ini menjadi sangat penting karena pendapat yang diberikan
auditor merupakan pendapat terhadap hal-hal yang bersifat material saja. Maka ruang lingkup
pemeriksaan dan penentuan pendapat yang akan diberikan, bergantung pada interprestasi dan
pemahaman auditor terhadap nilai-nilai yang termasuk dalam hal yang material ataupun tidak
material.
Sedangkan konsep risiko merupakan risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,
tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material.
1.2 Rumusan Masalah
1. Materialitas dan Risiko Audit
2. Risiko Inheren
3. Risiko Pengendalian
1.3 Tujuan Makalah
Dengan adanya makalah ini penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis dan
pembac
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Materialitas
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit yang
tepat untuk diterbitkan. Menurut FASB 2 mendefinisikan materialitas sebagai berikut:“Besarnya
penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan situasinya,
menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan informasi
mungkinakan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji
Oleh karena para auditor bertanggung jawab untuk menentukan apakah terdapat salah saji
material, mereka harus membuatnya menjadi perhatian klien sehingga dapat dilakukan koreksi
atas salah saji tersebut.Jika klien menolak untuk mengoreksi salah saji tersebut, maka auditor
harus menerbitkan opini wajar dengan pengecualian atau tidak wajar, bergantung pada berapa
signifikan salah saji tersebut.Hal ini sangat tergantung pada pengetahuan yang mendalam atas
penerapan materialitas.
2.1.1 Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas.
2.1.1.1 Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
SAS 107 (AU 312) mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan dalam
laporan keuangan, yang akan mereka anggap material apad awal audit ketika sedang
mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Kami menyebut ini sebagai pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas(preliminary judgment about materiality) . Pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas adalah maksimum yang membuat auditor yakin bahwa laporan
keuangan akan salah saji tetapi tidak mempengaruhi keputusan para pemakai yang bijaksana.
Auditor menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk membantu
merencanakan pengumpulan bukti yang tepat.Semakin rendah nilai uang pertimbangan
pendahuluan ini, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan.
Risiko audit adalah risiko bahwa auditor mungkin tanpa sengaja telah gagal untuk
memodifikasi pendapat secara tepat mengenai laporan keuangan yang mengandung salah saji
material. Standar auditing mengharuskan auditor memahami entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji yang material dalam laporan
keuangan klien. Standar auditing mengharuskan auditor menilai risiko salah saji yang meterial
pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan serta tingkat asersi yang relevan bagi kelas
transaksi, saldo akun, dan pengungkapan.
Seringkali auditor menyembunyikan istilah audit assurance ( yang juga disebut assurance
keseluruhan atau tingkat assurance) dan bukan risiko audit yang dapat diterima. Audit
assurance atau istilah-istilah lain yang sejenis merupakan pelengkap risiko audit yang dapat
diterima, yaitu satu dikurangi risiko audit yang dapat diterima. Dengan kata lain bahwa risiko
audit yang diterima sebesar 2 persen sama artinya dengan audit assurance sebesar 98%.
2.2.2 Perbedaan Antara Risiko-risiko dalam Model Risiko Audit
Ada perbedaan yang penting dalam hal bagaimana auditor menilai keempat faktor risiko
dalam model risiko audit. Untuk risiko audit yang dapat diterima, auditor memutuskan risiko
yang bersedia diambil kantor akuntan publik bahwa laporan keuangan disalahsajikan setelah
audit selesai, berdasarkan faktor-faktor yang terkait dengan klien tertentu. Contoh klien dimana
auditor bersedia menerima risiko yang sangat kecil( risiko audit yang dapat diterima yang
rendah ) adalah untuk penawaran saham perdana kepada masyarakat. Risiko inheren dan risiko
pengendalian didasarkan pada ekspektasi atau prediksi auditor mengenai kondisi klien. Contoh
risiko inheren yang tinggi adalah persedian yang belum terjual setelah dua tahun. Sementara
contoh risiko pengendalian yang rendah adalah penyimpanan tugas yang memadai antara
penyimpanan aktiva dan akuntansi. Auditor tidak bisa mengubah kondisi klien ini, tetapi hanya
bisa menilai kemungkinannya.
2.2.3 Hubungan Risiko dengan Bukti serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko
Auditor merespon risiko terutama dengan mengubah luas pengujian dan jenis prosedur
audit, termasuk memasukkan unsur ketakterdugaan dalam prosedur audit yang digunakan.
Selain memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dapat digunakan auditor untuk
mengubah audit guna merespon risiko:
1. Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman.
Untuk setiap penugasan, kantor akuntan publik harus menugaskan staf yang
berkualifikasi. Untuk klien dengan risiko audit yang dapat diterima yang rendah,
perhatian khusu harus diberikan dengan memilih staf, dan pentingnya skeptisme
profesional harus ditekankan. Demikian pula, jika biodang audit seperti persediaan
memiliki risiko inheren yang tinggi, bidang itu harus ditugaskan kepada orang yang
berpengalaman dalam mengaudit persediaan.
2. Penugasan akan direview secara lebih seksama daripada biasanya.
Kantor akuntan publik harus memastikan bahwa file audit yang mendokumentasikan
rencana auditor , bukti yang dikumpulkan serta kesimpulan, dan masalah-masalah lain
dalam audit, direview dengan memadai. Bila risiko audit yang dapat diterima rendah ,
sering kali harus dilakukan review yang lebih ekstensif, termasuk review oleh personil
yang tidak ditugaskan dalam penugasan itu. Jika risiko salh saji yang material (gabungan
risiko inheren dan risiko pengendalian) tinggi untuk akun-akun tertentu, staf yang
meriview mungkin akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk memastikan bukti
sudah tepat dan dievaluasi dengan benar.
Risiko kesalahan penyajian material, risiko pengendalian, dan risiko inheren dinilai untuk
setiap tujuan audit di setiap segmen audit. Penilaian tersebut kemungkinan besar akan bervariasi
pada audit yang sama dari siklus ke siklus, akun ke akun, dan tujuan ke tujuan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi risiko inheren, seperti kerentanan terhadap penyalahgunaan aset dan
kerutinan transaksi, juga cenderung berbeda dari satu akun ke akun lainnya atau di antara tujuan
audit untuk satu akun. Oleh karena itu, wajar jika risiko inheren bervariasi untuk akun-akun
berbeda dalam audit yang sama. Beberapa auditor menggunakan risiko audit yang dapat diterima
yang sama untuk semua segmen berdasarkan keyakinan mereka bahwa pada akhir audit,
pengguna laporan keuangan harus mempunyai tingkat keyakinan yang sama untuk setiap segmen
laporan keuangan.
Auditor lain menggunakan tingkat keyakinan yang berbeda untuk segmen yang berbeda
berdasarkan keyakinan mereka bahwa pengguna laporan keuangan mungkin lebih
memperhatikan saldo akun tertentu dibandingkan akun lain dalam audit tertentu. Sebagai
ilustrasi dalam bab ini dan bab selanjutnya, kami menggunakan risiko audit yang dapat diterima
yang sama untuk semua segmen dalam audit. Namun perlu diingat bahwa mengubah risiko untuk
segmen yang berbeda juga dapat diterima. Risiko audit yang dapat diterima biasanya dinilai oleh
auditor selama perencanaan dan dijaga konstan untuk setiap siklus dan akun utama. Auditor
biasanya menggunakan risiko audit yang dapat diterima yang sama untuk setiap segmen karena
faktor-faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima berkaitan dengan keseluruhan
audit, bukan akun individual. Misalnya, sejauh mana keputusan pengguna eksternal bergantung
pada laporan keuangan biasanya berkaitan dengan laporan keuangan secara keseluruhan, bukan
hanya satu atau dua akun.
2.4.2 Memutuskan Risiko Deteksi yang direncakan dan Merancang Pengujian Substantif
Auditor menggunakan penilaian risiko pengendalian dan hasil pengujian pengendalian
untuk menentukan risiko deteksi yang direncanakan serta pengujian substantif terkait untuk audit
atas laporan keuangan. Auditor melakukannya dengan menghubungkan penilaian risiko
pengendalian dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo untuk akun-akun yang
dipengaruhi oleh jenis transaksi utama, serta dengan empat tujuan audit penyajian dan
pengungkapan. Tingkat risiko deteksi yang tepat untuk setiap tujuan audit yang berhubungan
dengan saldo kemudian diputuskan dengan menggunakan model risiko audit.
b. Pada akhir tahun neraca 1997, prepaid expense(biaya dibayar dimuka) dan other
current assets turun menjadi $17.2 juta dari $40.4 juta pada tahun 1996. Bagian dari
biaya restrukturisasi tahun 1996, Sunbeam menghapus beberapa biaya yang
mempunyai manfaat ekonomi di masa depan sampai tahun 1997. Sehingga
menghasilkan tambahan pendapatan sebesar $15 juta pada than 1997.
Jawaban:
Menurut kelompok kami sun beam melanggar PSAK No.48 (revisi 2009) paragraph
59 tentang Penurunan Nilai Aset dinyatakan ”Jika,dan hanya jika, nilai terpulihkan
aset lebih kecil dari nilai tercatatnya, maka nilai tercatat aset diturunkan menjadi
sebesar nilai terpulihkan.” Penurunan tersebut adalah rugi penurunan nilai.” Dengan
menghapus biaya yang mempunyai manfaat ekonoomi dimasa depan, Sunbeam
melanggar standar akuntansi mengenai penurunannilai/impairment yang diatur pada
PSAK No. 48 tersebut.
Selain itu sun beam juga melanggar matching cost against revenue. Dimana
pendapatan yang $15 juta itu merupakan pendapatan untuk tahun 1996 sedangkan sun
beam mengakuinya atau mencatatnya pada tahun 1997.
c. Jumlah yang disediakan untuk product warranty allowances dan cadangan lainnya
sebagai bagian dari restrukturisasi tahun 1996 dibalik pada tahun 1997, yang
membuat penambahan sekitar $25 juta ke laba perusahaan.
Jawaban :
Product warranty allowances tahun 1996 yang tidak dimanfaatkan dicatat ke tahun
1997 sehingga di tahun 1997 ada penambahan sekitar $25 juta ke laba perusahaan.
Hal ini bertentangan dengan prinsip akuntansi yaitu matching cost against revenue.
Konsep ini mengharuskan pembandingan antara pendapatan yang menjadi hak
perusahaan pada periode tertentu dengan biaya yang menjadi beban perusahaan
untuk periode yang sama. Jadi seharusnya sunbeam mencatat pendapatan dan beban
untuk tahun 1996 di tahun 1996 begitu juga untuk tahun 1997.
d. Bagian dari biaya restrukturisasi tahun 1996, Sunbeam menghapus nilai properti,
pabrik, dan peralatan sebesar $92 juta. Beberapa dari penghapusan ini berlaku untuk
aset perusahaan yang terjual, tetapi sebagian besar berlaku untuk asset yg digunakan
dalam operasi yang sedang berjalan.
Jawaban:
Dalam pencatatan penurunan property plan and equipment, Dunlap melanggar
PSAK No. 48. Di mana dijelaskan Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva
sepanjang masa manfaat. Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount)
adalah biaya perolehan suatu aktiva, atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk
biaya perolehan dalam laporan keuangan, dikurangi nilai sisanya.
Umumnya nilai buku aktiva tetap tertentu tidak sama dengan nilai pelepasannya.
Akibatnya timbul keuntungan dan kerugian. Penyebabnya adalah penyusutan
merupakan estimasi atas alokasi biaya. Keuntungan atau kerugian sebenarnya
merupakan koreksi laba bersih untuk tahun tahun selam aktiva tetap digunakan.
Untuk penghapusan asset perusahaan yang terjual Sun beam memperoleh
keuntungan dengan penambahan sekitar $9 juta namun keuntungan tersebut tidak
hanya berasal dari asset prusahaan yang terjual tetapi sebagian besar berasal dari
asset yang digunakan dalam operasi. Penyusutan untuk asset yang digunakan akan
menjadi beban dan mengurangi pendapatan. Tetapi sunbeam menganggap sebagai
pendapatan. Untuk hal tersebut Sun beam melanggar Prinsip Matching cost against
revenue.
e. Periklanan Sunbeam dan biaya promosi menurun dari $71.5 juta tahun 1996
menjadi$56.4 juta tahun 1997 sebagai hasil kapitalisasi dari iklan dan biaya promosi
produk.
Jawaban:
Pada kasus ini auditor harus melihat kembali biaya-biaya apasaja yang besar pada
tahun 1996, dan biaya-biaya apa saja yang menyebabkan biaya promosi menurun.
Hal ini menyebabkan pelanggaran pada PSAK No. 19 (revisi 2009) tentang aset tidak
berwujud.
Biaya iklan dan promosi apabila dikapitalisasi akan masuk sebagai intangible asset
atau asset tidak berwujud. Aktiva tidak berwujud diakui jika: kemungkinan besar
entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari asset tersebut (paragraf
21, PSAK No. 19)
f. Allowance for doubtful accounts (penyisihan piutang tak tertagih) menurun dari
$23.4 juta di tahun 1996 menjadi $8.4 juta di tahun 1997, akibat kurangnya
pendekatan konservatif pada penilaian account receivable.
Jawaban:
Auditor harus melihat dan mematchingkan kembali penyisihan-penyisihan dengan
biaya-biaya piutang serta menganalisa umur piutang dari penyisihan piutang tak
tertagih. Apa yang mengakibatkan terjadinya penurunan sebesar $15 juta. Benarkah
diakibat dari pendekatan konservatif pada penilaian account receivable.
PSAK No. 55 paragaraf 64 (revisi 2006) tentang penilaiaan keuangan:
pengakuan dan pengukuran dinyatakan “jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian
penurunan nilai terendah terjadi atas pinjaman yang diberikan dan piutang atau
investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo yang dicatat pada biaya
perolehan diamortisasi, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara
nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan
menggunakan suku bunga efektif awal dan aset tersebut (yaitu suku bunga efektif
yang dihitung saaat pengakuan awal). Nilai tercatat aset tersebut dikurangi, baik
secara langsung maupun menggunakan pos cadangan
Penutup
4.1 Kesimpulan
Risiko audit merupakan risiko yang menerangkan bahwa laporan keuangan Perusahaan yang
disajikan tidak sesuai dengan standar dan tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Hal ini terjadi
apabila manajemen memiliki tujuan lain yang mengharuskan untuk memanipulasi suatu laporan
keuangan. Apabila risiko ini terjadi akan berdampak pada pihak eksternal seperti investor,
kreditur dan yang lainnya. Seorang auditor dalam melakukan audit, selalu membertimbangkan
tingkat materialitas dari laporan keuangan. Materialitas ini adalah besarnya informasi akuntansi
yang apabila terjadi menghilangkan atau salah saji, mungkin dapat mengubah atau
mempengaruhi orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Ketika seorang
auditor memberikan tanggapan bahwa risiko audit rendah, hal ini berarti bahwa laporan
keuangan yang disajikan tidak terdapat kesalahan yang material. Dan sebaliknya, jika
memberikan tanggapan bahwa risiko audit tinggi, hal ini berarti bahwa laporan keuangan yang
disajikan terdapat kesalahan yang material. Semakin tinggi risiko audit, maka kesalahan yang
terjadi juga semakin tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, 2004, Auditing: Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan publik, Edisi
ketiga, FEUI.
Konrath, Larry F, 2002, Auditing : A Risk Analysis Approach, 5th Edition Ohio: The South
Western, Mason, 2002.
Boynton, C, William, 2002. Modern Auditing, Alih bahasa Sugiyarto, Rajoe Paul A, Budi Ichsan
Setiyo, Jilid Satu, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta
Arens, dkk, 2011, Auditing and Assurance terintegration, Penerbit Erlangga , Jakarta