Anda di halaman 1dari 8

RMK AUDIT SEKTOR PUBLIK

KELOMPOK 10

“PROSEDUR AUDIT DAN PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT”

DISUSUN OLEH :

1. Chintia Rahma Gusti (1502116016)

2. Dian Juweni Putri (1502120527)

3. Nurfina Alfiani (1502122085)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS RIAU

2018

PROSEDUR AUDIT

Definisi dan Jenis Prosedur Audit

Menurut Arens dan Loebbecke, prosedur audit adalah langkah-langkah terinci yang
biasanya dicatat dalam bentuk petunjuk-petunjuk dalam mengumpulkan satu jenis bukti audit
yang harus diperoleh pada waktu tertentu selama proses audit. Dengan kata lain prosedur audit
adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan bukti audit. Prosedur audit harus
diungkapkan secara jelas agar anggota tim audit mengerti apa yang harus dilakukan.
Pengembangan Program Audit

 Temuan Audit

Temuan audit yang berupa temuan atas pengendalian intern, temuan atas ketaatan
terhadap peraturan perundangan dan temuan kecurangan dan ketidakpatutan selanjutnya harus
disajikan menurut elemen temuan yang terdiri dari kriteria, kondisi, sebab dan akibat. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu manajemen atau lembaga pengawas auditan dalam memahami
perlunya untuk melakukan tindakan perbaikan. Sebagai tambahan auditor juga harus
memberikan rekomendasi untuk tindakan perbaikan.
1. Temuan atas Pengendalian Intern

Tujuan utama auditor dalam mempelajari pengendalian intern adalah untuk


memperkirakan risiko pengendalian dalam menentukan lingkup pengujian substantif yang
berhubungan. Selama memahami pengendalian intern dan memperkirakan risiko pengendalian,
auditor bisa jadi menemukan kelemahan yang signifikan dalam kebijakan dan prosedur
pengendalian intern yang tidak diketahui oleh komite audit atau pihak lain yang memiliki
kewenangan yang sama. Hal-hal ini disebut juga keadaan-keadaan yang dapat dilaporkan
(reportable conditions).

Keadaan yang dapat dilaporkan didefinisikan sebagai hal-hal yang menjadi perhatian
auditor yang menurut penilaiannya hal-hal tersebut harus dikomunikasikan kepada komite audit
atau pihak lain yang memiliki kewenangan yang sama karena hal-hal ini menunjukkan
kekurangan yang penting dalam perancangan dan pengoperasian pengendalian intern, di mana
hal-hal ini dapat memberikan dampak negatif bagi kemampuan auditan dalam mencatat,
mengolah, mengikhtisarkan dan melaporkan data keuangan secara konsisten dengan asersi-asersi
manajemen dalam laporan keuangan.

Standar auditing mensyaratkan auditor untuk mengkomunikasikan keadaan yang dapat


dilaporkan kepada komite audit sebagai bagian dalam setiap audit. Jika auditan tidak memiliki
komite audit, laporan ini harus dikomunikasikan kepada orang-orang dalam auditan yang
bertanggung jawab atas pengendalian intern. Auditor harus menyampaikan keadaan-keadaan
yang dapat dilaporkan melalui pembicaraan sesegera mungkin setiap ditemukan. Pada akhir
periode audit, auditor juga dapat membuat laporan tertulis mengenai kondisi-kondisi yang dapat
dilaporkan tersebut.

2. Temuan atas Kecurangan

Standar Audit menjelaskan bahwa meskipun kecurangan merupakan konsep hukum yang
luas, kepentingan auditor berkaitan secara khusus terhadap tindak kecurangan yang berakibat
pada salah saji material dalam laporan keuangan. Faktor yang membedakan antara kecurangan
(fraud) dan kekeliruan (error) terletak pada ada tidaknya unsur kesengajaan yang mengakibatkan
salah saji dalam laporan keuangan. Contoh dari kekeliruan adalah kesalahan dalam mengalikan
jumlah unit dengan harga per unit dalam faktur pembelian. Ada 2 (dua) tipe salah saji yang
relevan dengan pertimbangan auditor tentang kecurangan dalam audit atas laporan keuangan
yaitu salah saji yang timbul sebagai akibat dari kecurangan dalam pelaporan keuangan
(fraudulent financial reporting) dan kecurangan yang timbul dari perlakuan tidak semestinya
terhadap aktiva (misappropriation of asset). Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam
pelaporan keuangan adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja suatu
jumlah/pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan.
Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti:

a). Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen


pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan
b). Representasi yang salah dalam pelaporan keuangan atau penghilangan dari laporan
keuangan atas peristiwa, transaksi atau informasi yang signifikan

c). Kesalahan penerapan prinsip akuntansi secara sengaja yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

3. Temuan atas Perbuatan Melanggar Peraturan Perundangan (Hukum)

Standar Audit mensyaratkan auditor untuk memeriksa dampak dari kecurangan dan
perbuatan melanggar peraturan perundangan. Tindakan pelanggaran terhadap peraturan
perundangan (illegal acts) didefinisikan sebagai pelanggaran terhadap hukum atau peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia. Unsur tindakan melanggar hukum oleh auditan adalah
unsur tindakan pelanggaran yang dapat dihubungkan dengan auditan yang laporan keuangannya
diaudit, atau tindakan manajemen atau pegawai yang bertindak atas nama entitas.

Penyajian Temuan

Dalam audit atas laporan keuangan, temuan audit harus disajikan menurut elemen-
elemennya baik dalam laporan terpisah maupun menjadi satu dengan laporan audit yang berisi
opini atas laporan keuangan. Seperti yang dijelaskan di atas, penyajian temuan berdasarkan
elemen-elemennya menjadi penting untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya
pengambilan tindakan perbaikan kepada manajemen dan lembaga pengawas auditan
Jenis-Jenis Pengujian dalam Audit

Untuk audit keuangan, auditor memiliki 5 (lima) jenis pengujian yang dapat digunakan
untuk menentukan apakah laporan keuangan disajikan dengan layak. Kelima jenis pengujian ini
adalah: prosedur pemahaman atas pengendalian intern, pengujian pengendalian intern, pengujian
substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian terinci atas saldo.
DAFTAR PUSTAKA

Bastia, Indra. 2014. Audit Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat


Murwanto, Rahmadi. 2009. Audit Sektor Publik: Suatu Pengantar Bagi Pembangunan
Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Jakarta : LPKPAP-BPPK.

Anda mungkin juga menyukai