Anda di halaman 1dari 9

A.

Analisis Industrial Based View

Industri elektronik menjadi industri yang paling cepat berkembang, termasuk di

Asia. Negara-negara di Asia seperti Vietnam, India, Indonesia, dan sebagainya menjadi

magnet bagi pembentukan industri elektronik karena upah buruh yang murah selain

berlimpahnya bahan baku bagi industri elektronik itu sendiri. Dalam industri elektronik,

perusahaan-perusahaan manufaktur di negara-negara berkembang seperti Indonesia,

Vietnam, Thailand, mengerjakan pesanan (biasanya pengerjaan komponen-komponen

produk-produk elektronik) dari perusahaan-perusahaan elektronik pemilik lisensi yang

berbasis di negara-negara maju seperti Korea dan Cina. Industri elektronik dikenal

sebagai industri yang paling sukses dalam membangun rantai pasokan di seluruh dunia.

Selain itu, 50% ekspor elektronik pun berasal dari negara berkembang dan negara-negara

berkembang, khususnya negara-negara yang tergabung dalam ASEAN merupakan target

pemasaran produk-produk elektronik yang paling potensial.

Perkembangan industri elektronik di Indonesia pun tidak dapat dilepaskan dari

kecenderungan perkembangan ekonomi global dimana pabrik-pabrik direlokasi ke

tempat-tempat atau negara-negara dengan upah yang lebih murah (global factory).

Industri elektronika di Indonesia diyakini akan semakin kuat struktur manufakturnya

seiring masuknya sejumlah investor baru. Peningkatan investasi ini selain dapat memacu

kapasitas produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor,

juga diharapkan menghasilkan produk substitusi impor. Populasi industri elektronika di

Indonesia sampai dengan triwulan II-2019, ada penambahan sejumlah 21 perusahaan.

Industri elektronika dinilai sebagai salah satu sektor yang mampu memberikan kontribusi

signifikan terhadap perekonomian nasional.


Memasuki masa pandemi, tantangan baru muncul di semua sektor industri, termasuk

industri elektronika. Hal ini membutuhkan penyesuaian ekstra baik dari kebijakan pemerintah

maupun strategi penjualan pemilik bisnis. Dijelaskan penurunan rata-rata Sektor Aneka Industry

dengan sub sektor elektronika :

  2017 2018 2019 2020 2021


Industrial Average 0,06265 0,06625 0,0454 0,05315 0,04995
Gaya Abadi Sempurna Tbk -
ROIC 0,118 0,0908 0,0853 0,0691 0,0663
- - -
Abnormal Return -0,05535 0,02455 -0,0399 0,01595 0,01635
CUMULATED AR         -0,1521

Dari tabel diatas terlihat bahwa adanya perubahan yang sedikit dari rata-rata pada

Sektor Aneka Industri Sub sektor Elektronika. Hal ini terjadi karena beberapa faktor

masalah yang terjadi di tahun 2020. Tetapi dapat dilihat juga bahwa di tahun 2017-2021

terjadinya selisih abnormal return yang sangat rendah. Artinya abnormal return yang

diterima investor sesuai dengan return yang diharapkan investor karena adanya kestabilan

pada Sektor Aneka Industry terutama dalam sub sektor Elektronika. Dalam hal ini,

peristiwa yang terjadi di PT Gaya Abadi Sempurna Tbk akan dijelaskan lebih detail

dibagian Resource Based View.

Untuk mengetahui kondisi Industri dapat dianalisis dengan beberapa cara antara

lain dengan Model Lima Kekuatan Porter. Porter's Five Force Model adalah model

analisis bisnis yang membantu menjelaskan mengapa industri yang berbeda mampu

mempertahankan tingkat profitabilitas yang berbeda. Kekuatan sering digunakan untuk

mengukur intensitas persaingan, daya tarik dan profitabilitas industri atau pasar. Model

Lima Kekuatan Porter meliputi:


1. Risk of Entry by Potensial Competitors

Dewasa ini kondisi industri elektronika Indonesia berada dalam kondisi

yang memprihatinkan, meskipun nilai ekspornya terus meningkat, bahkan

hingga triwulan I 2021. Pasar elektronik Indonesia semakin dikuasai oleh

produkproduk impor, termasuk produk jadi yang berkualitas rendah. Produk

impor elektronika diperkirakan sudah menguasai sekitar 60% dari pasar

elektronik di Indonesia. Hal tersebut antara lain disebabkan karena kalah

bersaingnya produk-produk elektronik buatan dalam negeri, dan juga

disebabkan karena dukungan regulasi yang dirasa kurang berpihak kepada p e

n g e m b a n g a n i n d u s t r i elektronika dalam negeri. Banyak produk

hukum di Indonesia yang dianggap mengganjal pertumbuhan industri

elektronika dalam negeri. Kebijakan fiskal dinilai cenderung mematikan

industri elektronik dalam negeri, karena bea masuk (BM) atas impor barang

jadi lebih murah dibandingkan dengan BM komponen. Hal inilah yang

menyebabkan barang-barang yang dijual di pasar domestik lebih banyak

produk-produk impor.

2. Industry Rivaltry

Dalam menghadapi era perdagangan bebas, industri Elektronika di

Indonesia harus menghadapi kompetisi yang tinggi, karena menyandang

kelemahan yang sangat mendasar, dimana industri penunjang (komponen dan

bagian-bagiannya) belum tumbuh. Indonesia belum mampu menumbuh

kembangkan industri komponen di dalam negeri, sementara RRC dan India


semakin menarik perhatian para investor. Kedua negara ini, selain memiliki

basis yang lebih baik dibanding Indonesia, juga sangat giat membenahi

kelemahankelemahannya, termasuk terus memperbaiki mutu dan jumlah

produk yang mereka hasilkan.

3. Bargaining Power of Buyers

Industri Elektronika Indonesia memiliki prospek yang cukup cerah di

masa depan, dan berpeluang untuk terus berkembang. Hal ini antara lain

didukung oleh, Meningkatnya konsumsi dalam negeri terhadap produk-produk

elektronika, termasuk komputer, dan juga televisi seiring dengan program

pemerintah yang menggalakkan migrasi ke TV Digital, Meningkatnya

permintaan luar negeri terhadap produk-produk elektronika Indonesia, yang

terlihat dari naiknya ekspor industri ini, Indonesia memiliki pasar yang besar

dengan jumlah penduduk yang lebih dari 270 juta orang.

4. Bargining Power of Suppliers

Industri Elektronika semakin mengalami kesulitan akibat pandemi Covid-

19. Bahkan industri ini sudah mengalami kesulitan sejak awal tahun 2020,

sebelum kasus Covid-19 merebak di Indonesia. Ketika pandemi mulai

berlangsung di China, industri ini sudah merasakan dampak kelangkaan

pasokan komponen bahan baku dari China, sehingga menurunkan kegiatan

produksi dan ekspor industri elektronika nasional. Hal ini disebabkan karena

sebagian besar bahan baku dan komponen 1 Dikutip dari: ELEKTRO

INDONESIA Nomor 8, Desember 1995. produk elektronika Indonesia masih

banyak menggunakan komponen dari China karena harganya memang lebih


bersaing dibandingkan pemasok negara lain. Sementara itu terjaminnya

pasokan komponen untuk industri elektronika nasional merupakan salah satu

faktor pendukung utama industri ini. Meskipun industri elektronika sudah

sejak lama berkembang di Indonesia, namun kedalaman struktur industri

elektronika nasional dan turunannya hingga saat ini masih sangat terbatas.

Ketergantungan terhadap pasokan komponen dan bahan baku impor masih

sangat besar yang menyebabkan struktur industri ini sangat lemah. Padahal

dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 270 juta jiwa

dan peluang pasar yang cukup besar, industri ini memiliki peluang menjadi

pemain yang kuat di pasar domestik, dan juga di pasar internasional.

5. Threat of Substitutes

Perkembangan Industri elektronika Indonesia semakin marak setelah

dibukanya keran PMA 100% melalui Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun

1993. Pada saat itu ruang gerak para investor asing semakin leluasa.

Persyaratan yang mengharuskan investor asing bekerja sama dengan investor

lokal tidak lagi menjadi kendala. Akibatnya, beberapa merek terkenal yang

dahulu dikembangkan melalui perusahaan patungan di Indonesia, mulai saat

itu pihak prinsipalnya mulai beroperasi dengan status PMA murni. Dan

dampak selanjutnya adalah nasib perusahaan elektronik nasional, yang

tumbuh mekar di tahun 1970-an, mulai menghadapi permasalahan serius. 

B. Resource Based View

Industri elektronika memiliki 3 perusahaan yang terdaftar di sektor aneka industri.

Perusahaan yang menjadi sampel disektor ini antara lain : PT Sky Energy Indonesia Tbk,
PT Sat Nusa Persada Tbk, PT Gaya Abadi Sempurna Tbk, Ketiga perusahaan diatas

memiliki persaingan yang ketat dalam pengembangan bisnis, hal ini dapat dilihat dari

besarnya ROIC sebagai berikut :

COMPANY
2017 2018 2019 2020 2021
  AVERAGE
Gaya Abadi Sempurna
Tbk - ROIC 0,118 0,0908 0,0853 0,0691 0,0663 0,0859
Sat Nusa Persada Tbk -
ROIC 0,0073 0,0417 0,0055 0,0372 0,0336 0,02506
INDUSTRIAL
AVERAGE 0,06265 0,06625 0,0454 0,05315 0,04995  

Dapat dilihat ditabel bahwa besarnya rata-rata ROIC dari tahun 2017-2021

diantara ketiga perusahaan tersebut memiliki selisih yang tidak terlalu jauh. ROIC adalah

perhitungan yang digunakan untuk menilai efisiensi suatu perusahaan dalam

mengalokasikan modal yang diterima untuk investasi yang menguntungkan, semakin

besar ROIC berarti perusahaan semakin baik dalam menggunakan uangnya untuk

menghasilkan return. Dari rata-rata ROIC diatas terlihat jelas bahwa perusahaan yang

memiliki rata-rata ROIC tertinggi adalah PT Gaya Abadi Sempurna Tbk menandakan

bahwa perusahaan, dengan rata-rata ROIC sebesar 0,0859. Dengan nilai ROIC rata-rata

tersebut PT Gaya Abadi Sempurna Tbk dapat dinobatkan sebagai perusahaan yang

memiliki kinerja Unggul diantara perusahaan-perusahaan lain dibidangnya.

PT. Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) didirikan pada tanggal 26 September

1996. Perusahaan bergerak di bidang perdagangan komponen elektonik dan komponen

sepeda. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1996. Perseroan dan

anak usahanya  telah berhasil membangun merek unggulan, yaitu SELIS. Permintaan

meningkat, PT Gaya Abadi Sempurna Tbk memperkuat bisnisnya di bidang kendaraan


listrik di sisa tahun ini. Pasalnya, permintaan terhadap produk kendaraan listrik seperti

sepeda listrik dan motor listrik tampak meningkat. Di samping itu, PT Gaya Abadi

Sempurna Tbk juga terus melakukan upaya untuk meningkatkan nilai Tingkat Komponen

Dalam Negeri (TKDN) atas setiap komponen yang digunakan oleh perusahaan tersebut.

Pihak SLIS juga telah menyampaikan pendapat kepada pemerintah terkait dukungan atas

peningkatan TKDN tersebut.

Pada tahun 2017-2021 dapat dilihat ditabel bahwa besarnya ROIC perusahaan

mengalami penurunan, diakibatkan mulainya adanya penurunan kinerja dari PT Gaya

Abadi Sempurna Tbk. Berikut grafik perbandingan rata-rata ROIC PT Gaya Abadi

Sempurna Tbk:

0.14

0.12 0.118

0.1
0.0908
0.0853
0.08
0.0691 Industrial Average
0.06625 0.0663
0.06 0.06265 Gaya Abadi Sempurna Tbk - ROIC
0.05315 0.04995
0.0454
0.04

0.02

0
2017 2018 2019 2020 2021

Berdasarkan grafik yang dilihat, PT Gaya Abadi Sempurna Tbk pergerakan

mengalami penurunan di tahun 2017-2021. PT Gaya Abadi Sempurna Tbk mengakui

bahwa sempat mengalami hambatan akibat efek terhadap pandemi Covid-19 dan sangat

berdampak pada kinerja perseroan pada tahun 2020. Hal tersebut karena rantai pasokan
(supply chain) SLIS dari China sempat terhambat semenjak adanya wabah Covid-19 di

Tiongkok. Hal ini menyebabkan penjualan SLIS mulai turun di Februari 2020 Meskipun

begitu SLIS masih yakin dengan target penjualan yang telah dipatok di awal tahun. Hal

ini dikarenakan SLIS telah mendapatkan surat izin untuk tetap beroperasi sehingga

berdampak pada kenaikan penjualan. Produsen sepeda listrik merek SLIS ini berupaya

kembali mengungkit penjualannya dengan melakukan pengiriman ke wilayah-wilayah

yang tidak memberlakukan PSBB. Setelah diumumkan rencana kenormalan baru (new

normal), SLIS melihat momentum ini sebagai satu peluang tersendiri. SLIS melihat

masyarakat jadi cenderung menghindari keramaian transportasi publik sehingga

menggunakan alat mobilitas pribadi atau personal mobility device dalam kegiatan sehari-

hari. Melihat tren dan kondisi saat ini yang memiliki peluang yang sangat besar terhadap

bisnis sepeda listrik. Untuk mencapai kinerja tersebut PT Gaya Abadi Sempurna Tbk

melakukan beberapa upaya, Antara lain :

1. SLIS telah menyiapkan tipe produk baru 101 untuk memenuhi permintaan

pelanggan.

2. Melakukan upaya untuk meningkatkan nilai Tingkat Komponen Dalam

Negeri (TKDN) atas setiap komponen yang digunakan oleh perusahaan

tersebut.

3. SLIS masih menjalin kerja sama bisnis dengan Oyika, perusahaan asal

Singapura. Di sini, SLIS berkolaborasi untuk mengembangkan infrastruktur

penunjang kendaraan listrik, yakni Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan

Listrik Umum (SPBKLU).


Meskipun demikian, ada salah satu kelemahan dari PT Gaya Abadi Sempurna

Tbk yaitu Ketergantungan kepada komponen impor, dimana rata-rata komponen yang

diimpor masih di kisaran 60% sampai 70% dan hampir merata di seluruh kategori

elektronik. Sementara untuk membangun industri komponen dalam negeri membutuhkan

skala ekonomi yang besar, serta Indonesia belum memiliki industri dasar sebagai

pemasok komponen industri perakitan elektronik. Faktor tersebut membuat industri

perakitan elektronik di indonesia sangat bergantung kepada pasokan komponen impor.

Ketergantungan ini membuat industri elektronik Indonesia kurang kompetitif, akibat

adanya risiko pada rantai pasok dan fluktuasi kurs nilai tukar.

Anda mungkin juga menyukai