Asia. Negara-negara di Asia seperti Vietnam, India, Indonesia, dan sebagainya. Industri
pertambangan menyumbang 5-8% dari PDB Indonesia dalam 10 tahun terakhir, yang
sekitar 80%-nya berasal dari industri batu-bara. Dengan tingkat produksi saat ini (dan
apabila cadangan baru tidak ditemukan), cadangan batubara global diperkirakan habis
sekitar 112 tahun ke depan. Cadangan batubara terbesar ditemukan di Amerika Serikat,
Russia, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), dan India. Pada tahun 2018, pemerintah
meningkatkan produksi batu bara hingga lebih dari 500 juta ton dan membuat penambang
dapat mengekspor lebih banyak batu bara. Alasan pemerintah atas pengeksploitasian batu
Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia. Sejak
tahun 2005, ketika melampaui produksi Australia, Indonesia menjadi eksportir terdepan
batubara thermal. Sumber dan produksi batu bara Indonesia sebagian besar hanya tersebar
di empat dari 34 provinsi: Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan
Kalimantan Tengah. Cekungan batu bara Kutai, Tarakan, dan Barito yang terletak di
Kalimantan Timur memiliki batu bara kualitas menengah (nilai kalorifik antara 5.100-
6.100 kcal/kg) sementara cekungan Sumatera Tengah dan Selatan memiliki cadangan batu
Sebagian besar permintaannya berasal dari Cina dan India. Berdasarkan informasi
yang disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia,
Indonesia saat ini menempati peringkat ke-9 dengan sekitar 2.2 persen dari total cadangan
persen dari cadangan batubara total Indonesia terdiri dari batubara kualitas rendah yang
lebih murah (sub-bituminous) yang memiliki kandungan kurang dari 6100 cal/gram.
termasuk industri batu-bara, menekan pasar dan harga batubara. Kondisi itu berdampak
terhadap realisasi produksi komoditas emas hitam tersebut. Produksi batubara nasional pun
anjlok 11% pada periode 11 bulan awal tahun 2020. Dijelaskan penurunan rata-rata Sektor
Dari tabel diatas terlihat bahwa adanya perubahan yang sedikit dari rata-rata pada
Sektor pertambangan sub sektor batu-bara. Hal ini terjadi karena beberapa faktor masalah
yang terjadi di tahun 2020. Tetapi dapat dilihat juga bahwa di tahun 2017-2021 terjadinya
selisih abnormal return yang sangat rendah. Artinya abnormal return yang diterima investor
sesuai dengan return yang diharapkan investor karena adanya kestabilan pada Sektor
Pertambangan Sub Sektor Batu-bara. Dalam hal ini, peristiwa yang terjadi di PT Bayan
Resources Tbk akan dijelaskan lebih detail dibagian Resource Based View.
Untuk mengetahui kondisi Industri dapat dianalisis dengan beberapa cara antara
lain dengan Model Lima Kekuatan Porter. Porter's Five Force Model adalah model analisis
bisnis yang membantu menjelaskan mengapa industri yang berbeda mampu
mengukur intensitas persaingan, daya tarik dan profitabilitas industri atau pasar. Model
jasa baru untuk menarik pelanggan sehingga pelanggan lebih tertarik untuk
membeli produk mereka. Dengan adanya produk dan jasa baru merk mereka
akan lebih dapat bersaing dengan perusahaan lain. Dalam hal ini PT Berau Coal
2. Industry Rivaltry
Di zaman yang semakin maju sekarang ini perusahaan baru dapat dengan
yang lebih muda dengan tenaga yang lebih besar tetapi tidak dengan gaji yang
terlalu besar. Keuntungan lainnya adalah perusahaan baru dapat hadir dengan
merek baru yang dapat menarik konsumen sehingga konsumen lebih tertarik,
tidak seperti pesaing tradisional atau pabrik lama yang harus terbebani dengan
merek lama, usang dan tidak "fresh" sehingga para konsumen kurang tertarik
dana yang besar untuk membangun pabrik baru dan membeli mesin dan
peralatan yang lebih baik dan berharga mahal. Jadi perusahaan harus
bergantung pada pendanaan dari luar. Karena memakai tenaga kerja muda maka
tetap seperti jika memakai merk lama yang sudah mempunyai pelanggan tetap
usahanya melalui anak-anak perusahaan pada batu bara kokas semi lunak
ide-ide kreatif agar para pelanggan tertarik membeli produk mereka. Dengan
pemasok yang dimiliki perushaan, maka akan semakin besar kendali yang dapat
5. Threat of Substitutes
Di zaman yang semakin modern ini banyak barang pengganti yang akan
mengantikan fungsi barang pokok. Jika suatu saat nanti barang pokok yang
untuk membeli barang tersebut. Begitu juga dengan teknologi yang semakin
canggih maka barang pengganti akan semakin banyak. Namun untuk industri
efisien.
Perusahaan yang menjadi sampel disektor ini antara lain : PT Adaro Energy Indonesia Tbk,
PT Baramulti Suksessarana Tbk, PT Bayan Resources Tbk, PT TBS Energi Utama Tbk.
Keempat perusahaan diatas memiliki persaingan yang ketat dalam pengembangan bisnis,
Dapat dilihat ditabel bahwa besarnya rata-rata ROIC dari tahun 2017-2021 diantara
keempat perusahaan tersebut memiliki selisih yang tidak terlalu jauh. ROIC adalah
mengalokasikan modal yang diterima untuk investasi yang menguntungkan, semakin besar
ROIC berarti perusahaan semakin baik dalam menggunakan uangnya untuk menghasilkan
return. Dari rata-rata ROIC diatas terlihat jelas bahwa perusahaan yang memiliki rata-rata
ROIC tertinggi adalah PT Bayan Resources Tbk menandakan bahwa perusahaan, dengan
rata-rata ROIC sebesar 0,5773 (57,73%). Dengan nilai ROIC rata-rata tersebut PT Bayan
Resources Tbk dapat dinobatkan sebagai perusahaan yang memiliki kinerja Unggul
PT. Bayan Resources Tbk (BYAN) adalah produsen batu bara di Indonesia yang
berlokasi di kalimantan timur dan selatan. Perusahaan ini memproduksi batubara mulai
dari batu bara kokas semi lunak hingga batu bara sulfur ramah lingkungan, batu bara sub-
bituminous. Perusahaan ini didukung oleh anak perusahaannya yang bergerak di bidang
batubara. Perusahaan ini memulai sejarahnya pada bulan November 1997 saat Low Tuck
Ada tanggal 7 Oktober 2004, Low Tuck Kwong mendirikan perusahaan ini untuk
menaungi semua bisnis batubaranya yang ada di Indonesia. Pada bulan Februari 2005,
perusahaan ini mulai menambang batu bara di Tabang, Kutai Kartanegara. Pada tahun
2006, status perusahaan ini diubah dari perusahaan non-investasi menjadi perusahaan
investasi dalam negeri. ada tanggal 12 Agustus 2008, perusahaan ini resmi melantai
Pada tahun 2019-2020 dapat dilihat ditabel bahwa besarnya ROIC perusahaan
seperti yang dialami oleh PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang harus menghentikan
operasional entitas anak usahanya. Berikut grafik perbandingan rata-rata ROIC PT Bayan
Resources Tbk :
0,3998 0,3783
0,4769
0,4149 0,3949
0,1808 0,2080
mengalami hambatan akibat efek terhadap pandemi Covid-19 dan sangat berdampak pada
kinerja perseroan pada tahun 2020, salah satunya adalah menghentikan operasional entitas
anak usahanya, beberapa entitas anak Bayan Resources yang menghentikan sementara
operasional produksinya yakni PT Bara Tabang yang berlokasi di Tabang site, PT Fajar
Sakti Prima yang berlokasi di Tabang site, dan PT Indonesia Pratama yang berlokasi di
Tabang site, Kalimantan Timur. Hal ini menyebabkan penurunan total pendapatan
(konsolidasi) untuk periode yang berakhir per 31 Maret dibandingkan periode yang
berakhir per 31 Maret sebesar kurang dari 25%. BYAN memperkirakan laba bersih pada
berdampak pada pemenuhan kewajiban keuangan jangka pendek BYAN dan/atau entitas
anak. Pandemi Covid-19 juga tidak berdampak pada permasalahan hukum yang bersifat
material terhadap BYAN dan/atau entitas anak seperti gugatan pailit/PKPU. BYAN juga
tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun merumahkan karyawan akibat
pandemi ini. Adapun upaya atau strategi BYAN dalam mempertahankan kelangsungan
bara adalah dampak buruk yang terjadi bila kegiatan penambangan yang dilakukan tidak
sesuai dengan prosedur yang berlaku, khususnya bagi lingkungan dampak buruknya adalah
alam dan juga Industri batu bara disebut-sebut sudah menjadi industri yang memasuki era
'sunset'. Pasalnya, dunia sudah bergerak ke pemakaian energi bersih dan meninggalkan
energi fosil. Salah satu ancaman nyata industri batu bara yaitu transisi dunia menuju energi
baru terbarukan. Transisi menuju energi bersih ini membuat kampanye anti fosil, termasuk
batu bara, guna mengurangi emisi sebagai upaya mencegah peningkatan suhu dunia.