1. Macro Environment
a. Economic Condition
Pada kondisi sekarang ini, di era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) dapat memberikan
peluang bagi Produk Biskuit Roma Kelapa untuk memperluas pasar di Kawasan Asia
Tenggara. Menurut Dirjen Kerja Sama ASEAN, pasar Indonesia yang mencapai 250 juta
orang, sedangkan pasar ASEAN mencapai 625 juta orang, membuat produk lokal
memiliki kesempatan untuk memasuki pasar lain yang lebih luas yaitu sebesar 275 juta.
Juga, pesatnya gerai ritel modern dapat menjadi pendorong permintaan industri makanan
dan minuman.
Selain itu, dengan tingkat perekonomian Indonesia antara tahun 2016 - 2017 yang
menunjukkan angka cukup baik, dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,2 % per tahun
dan pemerintah memproyeksikan pada tahun 2018 mencapai 5,4%. Hal ini akan
berdampak positif pada tingkat penjualan Biskuit Roma Kelapa.
Namun, di tahun 2018 yang merupakan tahun politik dapat mengakibatkan kondisi
perekonomian yang kurang stabil, misalnya harga saham perusahaan menurun.
b. Political Factors
Pada bulan Oktober 2012, pemerintah Indonesia melakukan revisi UU pangan
yang juga berkaitan dengan ekspor-impor pangan untuk memberikan dukungan
lebih kepada produsen industri makanan, sehingga PT Mayora sebagai produsen
Biskuit Roma Kelapa menjalankan strategi untuk meningkatkan produksi produk-produk
yang bernilai tambah sehingga tingkat konsumsi hasil produksi pangan lokal lebih tinggi
dibandingkan konsumsi produk impor.
c. Legal/Regulatory Factors
Kebijakan dalam bentuk Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang mempengaruhi
daya beli masyarakat dan besarnya biaya produksi, transportasi serta kewajiban PT
Mayora sebagai produsen Biskuit Roma Kelapa, juga dapat berdampak pada penyerapan
hasil produksi PT Mayora sebagai produsen Biskuit Roma Kelapa.
d. Environmental Forces
Bencana alam, gagal panen, terganggunya jalur transportasi dan kejadian kejadian sejenis
yang menyebabkan terganggunya pasokan bahan baku dapat menyebabkan pemanfaatan
kapasitas produksi untuk mendapatkan efisiensi maksimal tidak tercapai sehingga dapat
menurunkan kinerja operasional dan finansial Perseroan.
e. Technological
Divisi HR dari PT. Mayora Indah, Tbk sebagai produsen Biskuit Roma Kelapa
menciptakan beberapa program pengembangan di berbagai bidang, misalnya teknologi
dan menjaga kualitas produk. Teknologi pembuatan hingga pengemasan makanan dan
minuman di pabrik Mayora sebagian besar menggunakan teknologi tingkat tinggi.
Misalnya saja salah satu mesin pengemasan biskuit dari Eropa yang dimiliki Mayora,
diklaim sebagai mesin pengemas terbesar di dunia. Mesin tersebut menggunakan
teknologi robot yang mampu memindahkan ribuan biskuit dalam satu jam ke tempat
pengemasan, sementara pada pabrik serupa, masih menggunakan cara manual. Kendati
demikian, Mayora tetap menyerap tenaga kerja sekitar 2.000 hingga 3.000 orang setiap
kali membangun pabrik baru. Hal ini dikarenakan PT. Mayora Indah, Tbk merupakan
industri pabrik yang padat karya sehingga tetap membutuhkan SDM baru untuk tenaga
pengemasan.
f. Socioculture
Berdasarkan data statistik Indonesia, jumlah penduduk Indonesia selama 25 tahun ke
depan diproyeksikan akan terus meningkat, hal ini juga mendorong meningkatnya gaya
konsumtif masyarakat seiring perubahan gaya hidup instan di era modern saat ini. Menurut
studi AC Nielsen, 48% dari total belanja middle class income di Indonesia adalah untuk
fast moving consumer goods (FMCG), terutama makanan dan minuman. Dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan masyarakat middle class income, serta
peningkatan daya beli masyarakat menjadi pendorong permintaan bagi produk Biskuit
Roma Kelapa.
Pada industri makanan dan minuman di luar Pulau Jawa, merek lokal lebih dipilih
konsumen. Nielsen memaparkan kontribusi merek lokal terhadap total penjualan di
Indonesia cukup besar.