Disusun oleh :
1. Cahyaningrum 3012191099
2. Deastalia Pratiwi 3013202001
3. Ela Widya Ningrum 3012191060
4. Fitri Eka Puspita Sari 3012191065
5. Fauziah Dwi Lestari 3012191013
6. Intan Maharani 3012191066
7. Rohman 3012191083
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas MH Thamrin Jakarta
2022
I. PENDAHULUAN
1
II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Di tahun 2018, Perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp9,1 triliun atau meningkat 30,1%
dibanding periode yang sama tahun lalu. Margin laba Perseroan tercatat naik 480 basis poin
dibandingkan dengan tahun 2017 menjadi 21,8% dari total penjualan. Hal tersebut terutama
disebabkan oleh kenaikan penjualan, optimalisasi biaya yang dilakukan Perseroan dan keuntungan dari
penjualan aset kategori Spreads.
Planning: Memprediksi tren konsumen dalam membeli produk pada saat ini dan di masa depan.
Prediksi ini akan menjadi dasar yang menghubungkan antara pabrik-pabrik yang akan melakukan
produksi, pemasok yang akan menyediakan bahan baku dan kemasan.
Procurement: Membangun keputusan-keputusan strategis dalam mencari bahan baku dan
pengemasan, Indirect dan membangun relasi yang kuat dengan pemasok-pemasok utama.
Manufacturing: Mengerti bagaimana menghadapi peningkatan dan penurunan permintaan, secara
berkelanjutan berfokus pada efisiensi dan mengoptimalkan hasil produksi yang tepat dengan biaya
yang benar sekaligus mengelola standar kualitas kelas dunia.
Logistic & customer service: Memastikan pengiriman barang yang sudah diproduksi tepat waktu
dan tetap berkualitas untuk setiap brand yang berjumlah lebih dari 400 secara global.
2.3 Analisis Supply Chain Mapping Eksisting
Gambar dibawah ini hanya menekankan pada pendistribusian produk pada Unilever, bukan
pada pembuatan produknya. Mengenai pembuatan produknya, hanya dijelaskan menurut garis
besarnya saja darimana Unilever mendapatkan produknya untuk didistribusikan dimana dari
gambar ini dapat teridentidikasikan dan dapat merepresentasikan mapping supply chain dari
PT Unilever.
Kunci untuk dapat mencapai strategik fit adalah kemampuan perusahaan untuk menemukan
keseimbangan antara kemampuan merespon dan efisiensi yang mempertemukan kebutuhan dari
target pelanggan. Keputusan ini seharusnya dialokasikan dalam responsiveness spectrum dimana
perusahaan dihadapkan dengan banyak hambatan.
b. Analisis Perbaikan Pada Logistical Driver and Cross-Functional Driver
Dalam memahami bagaimana perusahaan dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan
dalam kemampuan merespon dan efisiensi, maka harus menguji pemicu dari rantai pasokan.
Berikut merupakan analisa pada logistical driver and cross-functional driver dari PT Unilever
supply chain:
1. Fasilitas (facilities)
Pemicu ini merupakan lokasi fisik aktual dalam jaringan rantai pasokan dimana produk
disimpan, diolah, dan dibuat. Dua tipe utama: tempat produksi dan tempat penyimpanan.
Perdebatan mengenai peran, lokasi, kapasitas dan fleksibitas dari fasilitas memiliki dampak yang
signifikan pada kinerja rantai pasokan.
Lokasi Fasilitas dari PT Unilever terletak pada beberapa kota. Lokasi dari head office
terletak di Jakarta. Penentuan Head Office disebabkan karena Jakarta merupakan Ibukota negara
Indonesia. Kemudian, untuk lokasi-lokasi lain dibagi berdasarkan jenis dari produk. Produksi
dari bahan soya dan sauce pada pabrik Subang. Sedangkan Industri Skin Care, Ice Cream, NGD,
HPC Liquid dan SCC&C dilakukan pada pabrik Cikarang. Terakhir, lokasi fasilitas yang dipilih
adalah pada Industri Rungkut. Kendala utama dari PT Unilever adalah biaya pengiriman logistik
ke daerah Timur Indonesia
2. Persediaan
3. Transportasi
Pemicu ini diperlukan untuk memindahkan persediaan dari satu titik ke titik yang lain
dalam rantai pasokan. Transportasi dapat berupa berbagai kombinasi cara dan jalur dengan
masing-masing karakteristik. Manajemen Supply Chain Unilever harus mengelola Brand produk
yang sangat bervariasi yaitu sebanyak 900 SKU (Stock Keeping Unit) dan jumlahnya mencapai
jutaan item dengan sebaran seluruh Indonesia yang bergerak dari Supplier – Manufacture – CDC
- Retailers – Consumer. Unilever mengoutsourcekan ke Perusahaan Besar (MNC) yaitu: Linfox
dan DHL serta beberapa 3rd PL Lokal lainnya yang memiliki dukungan jaringan Transportasi
dan Teknologi Informasi yang sangat kuat.
4. Informasi
Pemicu ini terdiri dari data dan analisis mengenai fasilitas, persediaan, transportasi, biaya,
harga, dan pelanggan, dalam rantai pasokan. Informasi berkemampuan paling besar dalam
kinerja rantai pasokan karena berdampak langsung pada masing-masing pemicu dan juga
membantu manajemen dalam meningkatkan kesempatan rantai pasokan sehingga lebih efisien.
Dukungan Tekonologi Informasi sangat menentukan, oleh karena itu sejak Januari 2009 Unilever
yang sebelumnya menggunakan sistem BPCS (Business Process and Controlle System)
menggantikan nya dengan Sistem SAP.
5. Sumberdaya
Pemicu ini merupakan pilihan dari siapa/bagian dari aktivitas rantai pasokan yang akan
menggunakan seperti produksi, penyimpanan, transportasi, atau manajemen informasi. Dalam
tingkat strategik, keputusan ini memutuskan apakah kinerja perusahaan atau fungsi apakah yang
di-outsourcing-kan oleh perusahaan.
Pemicu ini menentukan seberapa banyak perusahaan akan mengeluarkan harga untuk
barang dan jasa yang terdapat pada rantai pasokan. Dari tiap-tiap pemicu rantai pasokan tersebut,
saling berinteraksi dengan pemicu rantai pasokan yang lain untuk menentukan tingkat
kemampuan merespon dan efisiensi perusahaan. Sebagai hasilnya, struktur pemicu ini
menentukan jika dan bagaimana dampak pada kinerja rantai pasokan.
c. Usulan Jaringan Distribusi Berdasarkan Usulan Strategi Fit & Perbaikan Logistic
Driver
Alur promosi produk dalam konteks saluran distribusi produk, meliputi kegiatan
promosi dari supplier ke manufaktur, dari manufaktur ke dealer, dealer ke retailer, dan
retailer ke konsumen, dan agensi advertising umumnya digunakan dalam kegiatan promosi
produk. Solusi SCM dalam pengelolaan saluran distribusi memungkinkan perusahaan dapat
mengintegrasikan perencaan permintaan produk dari pelanggan, pengelolaan inventory,
proses produksi, dan mengintegrasikan pasokan material dari pemasok, untuk menjamin
pemenuhan order penjualan secara tepat waktu dan ketersediaan produk atau stok barang di
setiap saluran distribusi secara optimal.
3. Analisis Risiko yang dihadapi Unilever Indonesia dan rantai pasokannya dalam
menghadapi wabah Covid-19
7
Sementara, untuk melindungi seluruh karyawan beserta keluarganya, Unilever
secara global telah melakukan langkah-langkah preventif yang lebih tegas. Pemberlakuan
kebijakan Work-from-Home (kerja di rumah) bagi para karyawan yang bekerja di kantor.
Bagi karyawan pabrik dan lapangan yang masih bekerja, perusahaan menerapkan standar
keamanan yang lebih tinggi, dengan begitu konsumen bisa tetap menjangkau produk-
produk Unilever. Pada situasi pandemi seperti ini, kolaborasi semua pihak dalam rantai
pasok sangat diperlukan. Perubahan atau tindakan yang diambil oleh salah satu anggota
rantai pasok akan berdampak pada anggota rantai pasok yang lain.
PT Unilever menerapkan beberapa strategi untuk dapat mendekatkan diri terhadap pasar,
salah satunya adalah dengan menggunakan strategi CSR. Beberapa strategi tersebut antara
lain:
1. Unilever Sustainable Living Plan
Unilever Sustainable Living Plan merupakan pedoman untuk mewujudkan visi secara
global, yakni menumbuhkan bisnis seraya mengurangi jejak lingkungan serta
meningkatkan dampak sosial terhadap masyarakat yang positif. Berikut merupakan
uraian tujuan dan fokus utama dari program tersebut:
Bisnis berkelanjutan dilakukan dengan fokus brand dan produk dari PT Unilever, perilaku PT Unilever
dan Hubungan kerja sama dengan perusahaan lain. Penjelasan dari bisnis berkelanjutan adalah sebagai
berikut:
a. Brand dan Produk
PT Unilever menciptakan brand yang menawarkan gizi seimbang, kebersihan yang baik, dan
memberikan kepercayaan diri pada masyarakat. PT Unilever menjadikan produk-produknya bisa
diakses dan terjangkau bagi konsumen di mana pun mereka tinggal, dan berinovasi untuk
menghasilkan produk-produk baru yang menjadikan hidup lebih baik.
b. Perilaku
PT Unilever membeli bahan baku produk secara cermat guna melindungi sumber daya alam. PT
Unilever memperlakukan orang dengan adil dan menghormati hak-hak mereka, sehingga semua
karyawan, pemasok, dan masyarakat mendapatkan manfaat dengan bekerja dengan perusahaan.
d. Unilever Foundation
9
III. KESIMPULAN
PT. Unilever Indonesia, Tbk. menunjukkan posisi keuangan yang stabil, positif dan
cenderung menaik tiap tahunnya. Kondisi ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
rangka melakukan pembayaran dividen kepada para pemegang sahamnya. Praktek bisnis yang
dijalankan PT. Unilever Indonesia, Tbk. diarahkan untuk memberikan nilai tambah secara umum
kepada masyarakat dan pemerintah.
[1] Chopra, Sunil, Meindl, Peter. (2016). Supply chain Management : Strategy, Planning, and
Operations, 6nd edition, Prentice-Hall, New Jersey.
[5] Dr. Zaroni, CISCP., CFMP. “Mengelola Distribusi dan Logistik”, Website Supply
chain Indonesia, https://supplychainindonesia.com/mengelola-distribusi-dan-logistik/
(accessed on 30 April 2020)