• PT Unilever Indonesia
menerapkan strategi
“Push” dalam proses
produksi yang berdasarkan
peramalan agregat
permintaan konsumen
• Dari strategi ini biaya
dapat ditekan dan
penggunaan bahan baku
lebih efisien dan efektif
KETIDAKPASTIAN
DEMAND
• Melakukan “Demand Forecasting” oleh
tim marketing perencanaan permintaan
• Data permintaan dari distributor (seperti
Hypermart) dikirimkan Unilever
menggunakan sistem EDI (Electronics
Data Interchange) agar prosesnya bisa
lebih cepat dan efisien
• Menggunakan SAP-Advance Planning
Optimizer untuk strategi rantai pasok,
sehingga Unilever dapat :
– Memahami, menghitung dan
mengatur variabilitas permintaan
dan supply
– Menentukan kebijakan inventori yang
optimal
PROCUREMENT
• Unilever mengutamakan
supplier yang dekat dengan 8
pabriknya diseluruh Indonesia
• Dengan memprioritaskan
pembelian bahan dari sekitar
dan mengikuti standar
pengadaan yang telah
ditetapkan dalam pedoman
mitra bisnis (Business Partner
Code) dan pedoman pertanian
berkelanjutan (Sustainable
Agriculture Code)
PROSES PEMILIHAN
SUPPLIER
• Supplier harus memenuhi
syarat Quality Management
System (QMS)
• QMS dilakukan oleh jasa
perusahaan audit internal.
• Jasa audit menilai kinerja
supplier berdasarkan ketahanan
uji, manajemen mutu,
lingkungan,HAM serta isu sosial
yang berkembang.
• Supplier harus mematuhi
standar kesehatan, keamanan
dan perlindungan lingkungan
dari perseroan secara penuh
CONTOH KASUS
Pada saat pengadaan bahan baku untuk sabun
Dove, sekitar 65% minyak sawit yang dibeli
Unilever diseluruh dunia berasal dari Indonesia.
Pada tahun 2009, Unilever menunda pembelian
dari perusahaan SMART, dikarenakan terlibat
kasus penebangan hutan. Saat itu Unilever hanya
menunda pembelian di SMART, tetapi terus
memasok minyak sawit dari perusahaan lokal
disekitar perusahaannya di Indonesia, hal ini
menunjukkan rendahnya ketergantungan
terhadap supplier utama
MANAJEMEN INVENTORI